PERBEDAAN NODUL TIROID MALIGNA VS BENIGNA PADA PEMERIKSAAN USG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN NODUL TIROID MALIGNA VS BENIGNA PADA PEMERIKSAAN USG"

Transkripsi

1 REFERAT PERBEDAAN NODUL TIROID MALIGNA VS BENIGNA PADA PEMERIKSAAN USG Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Dokter Spesialis Radiologi Oleh : dr. Kristianto Budi Wibowo 11/323822/PKU/12629 Pembimbing dr.sri Retno Dwidanarti, Sp.Rad (K) Onk BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

2

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul i Halaman Pengesahan ii Daftar iii BAB I Pendahuluan 1 BAB II Tinjauan pustaka 3 A. Kelenjar tiroid 3 1. Embriologi Anatomi dan Fisiologi Klasifikasi tumor tiroid Gambaran USG Tiroid a. Teknik USG.. 7 b. Deskripsi USG pada kelenjar tiroid. 9 c. Klasifikasi nodul tiroid. 9 BAB III Pembahasan.. 15 A. Gambaran USG nodul tiroid 15 B. Klasifikasi nodul tiroid pada pemeriksaan USG C. Nodul tidak spesifik 24 D. Lesi mimicking.. 25 BAB IV Kesimpulan Daftar pustaka. 29 Lampiran.. 32

4 BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa kejadian nodul tiroid pada populasi umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, sedangkan nodul yang ditemukan pada saat dilakukan otopsi adalah 50%. Nodul tiroid lebih sering dijumpai pada pasien lanjut usia, wanita maupun pada orang orang dengan defisiensi Yodium. Lebih dari 90% nodul tiroid adalah jinak dan tidak membutuhkan terapi khusus, namun ada sekitar 5 % dari nodul tiroid ini bersifat maligna dan membutuhkan deteksi dini serta penanganan yang komprehensif. Angka kejadian kanker tiroid meliputi 1,5 % dari seluruh keganasan yang ada di tubuh, tetapi merupakan 90 % keganasan yang timbul pada system endokrin. 1,2,3 Terdapat peningkatan resiko terjadinya kanker tiroid pada kondisi berikut yaitu : paparan radiasi, riwayat keluarga dengan kanker tiroid, usia dibawah 20 tahun atau diatas 60 tahun. Nodul titroid dengan pertumbuhan yang cepat diikuti konsistensi yang keras dan terfiksir pada jaringan sekitarnya merupakan tanda tanda modul tersebut berpotensi maligna. Penegakan diagnosis nodul tiroid melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis nodul tiroid ini adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan. 2,3,4 Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan adalah ultrasonografi (USG), CT Scan maupun MRI. Pemeriksaan CT Scan dan MRI pada umumnya dipakai untuk menentukan ada tidaknya perluasan tumor ke jaringan sekitarnya serta untuk menilai ada tidaknya kompresi trakhea dari 1

5 tumor di tiroid. Modalitas terpilih yang dipakai untuk penegakan diagnosis nodul tiroid ini adalah pemeriksaan USG.. USG dianggap sebagai modalitas terpilih karena tidak bersifat invasif, tanpa radiasi, murah dan tersedia di hampir semua pelayanan kesehatan. Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah bentuk lesi, ukuran, batas lesi, ekogenitas serta adanya gambaran-gambaran lain seperti adanya kalsifikasi, gambaran halo, peningkatan aliran darah pada lesi pada pemeriksaan dengan color Doppler. USG merupakan modalitas yang cukup sensitif dan akurat dalam mendeteksi adanya nodul tiroid., Gul et al menyatakan bahwa sensitivitas USG dalam mendeteksi malignasi pada nodul tiroid sebesar %, sedangkan spesifitas sebesar 61,95 % dan akurasi sebesar 78-94%. 5,6 Dalam penilaian USG terhadap kelenjar tiroid, sangat pentig untuk dapat memprediksi apakah sebuah nodul bersifat maligna atau benigna. Penentuan ini amat penting untuk algoritme penatalaksanaan klinis. Berdasaran hasil USG harus dapat memberikan rekomendasi tindakan apa selanjutnya yang harus ditempuh oleh klinisi. Diluar penilaian maligna ataupun benigna, dalam USG tiroid terdapat juga kondisi kondisi lesi lain yang menyerupai lesi di tiroid, baik itu lesi yang sifatnya ganas maupun jinak Lesi seperti ini dapat mengacaukan penilaian ahli radiologi dalam mengambil kesimpulan. Referat ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan panduan bagi sejawat ahli radiologi dalam melakukan pemeriksaan USG kelenjar tiroid, sehingga mampu melakukan pemeriksaan dengan benar dan mampu memberikan interpretasi yang tepat serta menyingkirkan lesi lesi penyulit yang akan menganggu dalam penegakan diagnosis dengan USG. 2

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ endokrin yang terletak di regio coli di bagian depan. Tiroid berasal dari istilah Yunani yaitu thyreoidos yang berarti berbentuk seperti tameng. Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus yaitu lobus kanan dan kiri dengan bentuk seperti baji Embriologi Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini berjalan turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di sepanjang lintas tersebut sehingga membentuk duktus thyroglossus. Dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara gram. 4,7 2. Anatomi dan Fisiologi Pada orang dewasa, tiroid mempunyai ukuran sekitar 4 cm dalam jarak superior ke inferior, dengan lebar sekitar mm dan tebal sekitar mm, dengan berat sekitar gram. Lobus kanan dan kiri dihubungkan oleh isthmus tiroid yang terletak di anterior trachea. Pada kasus tertentu dapat dilihat adanya lobus piramidalis, merupakan lobus kecil yang berlokasi didekat garis tengah.ukuran titoid ini dapat berubah dengan drastis sesuai dengan penyakit yang menyertainya. 3

7 Tiroid dibungkus oleh oleh kapsul yang terdiri dari jaringan fibrous tanpa sertai gambaran lobulasi yang nyata. Lobus lateral tiroid terletak di sebelah medial dari trachea dan laring, serta disebelah lateral dari muskulus sternocleidomastoid. Pada bagian anterior, tiroid dibungkus oleh fascia superfisial dan platisma, pada bagian posterior dibungkus oleh struktur campuran yang berasal dari fascia cervicalis profunda yang membentuk ligamentum suspensorium dari Berry yang akan memfiksasi tiroid ke trakhea dan laring. Gambaran anatomi kelenjar tiroid dapat dilihat pada gambar 1 sampai 3 pada halaman lampiran. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mengoptimalkan metabolisme pada jaringan. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada sel sel tubuh, dimana hormone tiroid ini sangat penting dalam metabolism lemak, hidrat arang dan pertumbuhan serta maturasi yang normal. Pada pasien dengan kadar hormon tiroid yang rendah akan mengalami gangguan pertumbuhan baik secara fisik maupun mental tetapi bila. Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). T3 dan T4 yang dihasilkan akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam parenkim tiroid.sebgian besar T4 akan dilepaskan kedalam sirkulasi darah dan sebagian kecil lainnya disimpan dalam koloid dan akan menjalani daur ulang. 4,8 Dalam sirkulasi darah, T4 ini akan berikatan dengan Thyroid Binding Globulin (TBG) atau Thyroid Binding PreAlbumin (TBPA). Pengaturan sekresi di kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh sebuah hormon bernama Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Berdasarakan mekanisme ini maka sekresi kelenjar tiroid dapat disesuaikan dengan kondisi ataupun perubahan di dalam maupun di luar tubuh. Skema pengaturan hormon tiroid dapat dilihat pada gambar 4 pada halaman lampiran 4

8 3. Nodul pada tiroid Secara umum kelainan pada tiroid dapat dibagi menjadi kelainan kongenital, peradangan, hyperplasia atau neoplasma. Secara klinis kelainan tersebut terkadang sulit dibedakan. Keganasan pada kelenjar tiroid relatif jarang ditemukan dan hanya 1.5% dari semua kegananasan yang ada di seluruh tubuh, tetapi merupakan 90% keganasan yang muncul pada organ endokrin. 1,5,6,9 Nodul tiroid merupakan kejadian yang sering dijumpai pada manusia. Temuan nodul pada orang dewasa sekitar 4-8% dengan metode palpasi, sekitar % dengan ditemukan pada pemeriksaan dengan USG dan sekitar 50% dengan pemeriksaan patologi atau saat otopsi. 1,2,3,10 Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid dapat merupakan suatu kelainan radang, hiperplasia atau neoplasma, dimana secara klinis kadang sulit dibedakan. Peradangan atau tiroiditis atau radang kelenjar tiroid mencakup sejumlah kelainan pada tiroid dari radang akut supuratif sampai terjadinya proses kronik. tiroiditis akut jarang dijumpai. Dengan gejala klinis lesi kemerahan terasa nyeri,dan demam. Termasuk dalam kriteria ini adalah tiroiditis granulomatous (subakut,dequervain's), tiroiditis limfositik (Hashimoto's disease), dan struma Riedel. 4,7 Goiter atau Struma, ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid nodular atau difus. Beberapa literatur menyebutnya sebagai adenomatous goiter, endemik goiter, atau goiter multinodulr. Keadaan ini biasanya disebabkan adanya hiperplasia kelenjar tiroid oleh karena defisiensi Iodine. Keadaan ini dapat mengenai keseluruhan kelenjar atau muncul secara fokal dan membentuk nodul yang soliter. Lesi ini merupakan lesi yang paling sering ditemukan pada biopsi aspirasi. 5

9 Neoplasma tiroid mencakup neoplasma jinak (adenoma folikular) dan neoplasma ganas (karsinoma). Nodul tiroid dapat diraba secara klinis sekitar 5-10% populasi orang dewasa di Amerika Serikat. Kanker tiroid sendiri di Indonesia merupakan keganasan nomer 4 yang paling sering muncul setelah kanker leher rahim, payudara dan kulit. 4. Klasifikasi Tumor Tiroid Menurut WHO pada tahun 1988, tumor yang ada di kelenjar tiroid diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Tumor-tumor epithelial, yang dibedakan menjadi adenoma folikuler, karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma mendularis dan karsinoma undifferentiated. 2) Tumor non epithelial. 3) Limfoma maligna. 4) Tumor lain lain. Karsinoma folikuler merupakan 10% dari karsinoma tiroid yang muncul pada usia tahun,,wanita lebih banyak dibandingkan pria. Karsinoma folikuler cenderung kurang agresif pada orang dengan usia di bawah 40 tahun dibandingkan usia diatas 40 tahun karena respon radioaktif cenderung lebih baik pada usia yang lebih muda. Karsinoma tiroid folikuler cenderung menginvasi vena dan arteri dari kelenjar tiroid dan juga organ jauh, seperti paru-paru, tulang, otak, hati, dan kulit. Hanya sekitar 15% dari karsinoma folikuler yang menyebar ke limfonodi, hal ini bertolakbelakang dengan karsinoma papilifer. 6

10 Karsinoma lain yang berasal dari epitel adalah karsinoma papiler. Sekitar 80% keganasan tiroid merupakan jenis papiler dan karsinoma jenis ini banyak terjadi pada usia tahun. Kanker tiroid jenis papiler memiliki kecenderungan untuk menyebar, biasanya ke limfonodi di leher. Hal ini mengakibatkan kanker jenis ini cenderung untuk timbul kembali. Ten years survival rate nya berkisar antara 80-90%. Mayoritas orang dengan karsinoma papiler tidak mengalami metastasis namun terkadang dapat dijumpai metastasis jauh ke paru-paru atau tulang. Kanker tiroid lain yang berasal dari epitel adalah karsinoma anaplastic. Karsinoma jenis ini merupakan jenis karsinoma tiroid yang jarang ditemukan, yaitu kurang dari 5% dari seluruh keganasan tiroid. Karsinoma anaplastik memiliki kecenderungan utnuk tumbuh secara cepat, sehingga diperlukan terapi sedini mungkin. Selain dari sel epitel, terdapat kanker tiroid yang berasal dari sel C tiroid yaitu karsinoma medulare yang berkembang dari sel parafolikuler (sel C), dimana tidak dapat memproduksi hormon atau menangkap iodine, sehingga radioaktif idone tidak dapat digunakan sebagai terapi untuk karsinoma medulare. Pembedahan adalah terapi utama untuk karsinoma medulare. Karsinoma medulare merupakan jenis yang jarang dijumpai. Secara umum prevalensi munculnya nodul tiroid akan meningkat seiring pertambahan usia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan resiko ternjadinya nodul tiroid ini, yaitu nodul yang muncul pada usia yang lebih muda dari 20 tahun atau pada usia yang lebih dari 60 tahun. Konsistensi nodul dan cepatnya pertumbuhan nodul, adanya fiksasi pada jaringan sekitar, adanya paralisis plika vocal dan munculnya pembesaran kelenjar limfe regional adalah pertanda nodul tersebut punya kecenderungan ganas. 4,8,11,12 7

11 5. Gambaran USG Nodul Tiroid a. Teknik USG Teknik yang dipakai dalam pemeriksaan USG kelenjar tiroid yaitu pasien diletakkan dalam posisi supine dengan kepala terletak ke belakang dengan bantal diletakkan di bawah bahu..teknik USG tiroid menggunakan probe linier dengan frekwensi 5-17 MHz, (paling sering menggunakan 7,5-12 MHz).Pada kasus tertentu dapat digunakan probe konveks dengan frekwensi 3,5-5 MHz, dimana probe ini dipakai pada kasus tiroid dengan ukuran besar. 5,13,14 Penempatan probe di depan permukaan area leher dan digerakkan dari breastbone ke hyoidbone dengan teknik menekan minimal untuk menghindari distorsi bentuk dari kelenjar tiroid. Lokasi dan bagian bangian dari kelenjar tiroid di tetapkan dan dilakukan pengukuran dimensi dan penghitungan volume, paling tidak ada 5 area scan yang harus dinilai untuk menentukan dimensi tiroid yaitu transversal, longitudinal, oblik untuk lobus kanan dan kiri.. Ukuran tiroid berdasarkan dimensi linear dan volume dari masing masing lobus. Sangat penting untuk mengukur hanya dimensi saja pada potongan longitudinal untuk mengetahui ukuran maksimal. Ukuran lobus pada scanning longitudinal (ukuran panjang dan tinggi lobus) adalah ukuran terbesar dari lobus tersebut Penempatan probe dan hasil dari scanning masing masing dapat dilihat pada gambar 5 dan 6 pada halaman lampiran. 15 8

12 b. Deskripsi USG Pada Kelenjar Tiroid Penilaian nodul tiroid dengan USG dapat diperiksa dengan dua cara, yaitu dengan USG grey scale dan USG Doppler. Selama dua dekade terakhir, dengan penggunaan high resolution ultrasound, angka deteksi nodul tiroid meningkat dengan tajam. Hal tersebut sejajar dengan peningkatan insiden malignasi tiroid yang meningkat sekitar 5% dalam dekade yang sama, tanpa membedakan ukuran nodul. Kriteria penilaian nodul tiroid pertama kali disampaikan pada tahun 1991 dan direvisi pada tahun Pada revisi terakhir, penilaian nodul tiroid dibagi berdasarkan temuan primer dan temuan sekunder. Temuan temuan USG yang mempunyai nilai informasi tinggi berdasarkan evaluasi obyektif dikategorikan sebagai temuan primer, sementara temuan temuan dengan tingkat obyektivitas yang secara statistik rendah, dikategorikan sebagai temuan sekunder. 6,9,16,17 Gambaran USG yang dikategorikan sebagai temuan primer antara lain : bentuk lesi, batas lesi (tajam atau mengabur), internal echo (intensitas echo dan homogenitas lesi). Gambaran USG yan dikategorikan sebagai temuan sekinder yaitu : hyperechoic band dan boundary zone hypoechoick band c. Klasifikasi nodul tiroid Reading at al menyampaikan adanya gambaran klasik yang ditemukan pada pemeriksaan USG tiroid, dimana temuan gambaran klasik tersebut dipakai untuk memperkirakan apakah sebuah lesi bersifat jinak atau ganas dengan tindak lanjut apakah sebuah lesi perlu dilakukan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)/FNA atau tidak untuk memperkuat prediksi malignasi. Analisa berdasarkan gambaran klasik dari Reading et al ini akan mengurangi adanya tindakan BAJAH yang tidak perlu. 9

13 Banyak literatur menyatakan kriteria bagaimana mendeskripsikan kelainan pada tiroid pada pemeriksaan USG. Reading et al menyatakan terdapat 8 gambaran klasik yang dapat ditemukan pada USG tiroid, terutama yang berkaitan dengan penentuan nodul tiroid. Gambaran klasik pertama : lesi solid, hipoekoik dengan gambaran kalsifikasi yang bersifat diskret, mengarah pada gambaran karsinoma papiler. Sekitar 63%-90% karsinoma papiler adalah hipoekoik. Hal ini sesuai dengan temuan Papini yang menyatakan bahwa 87% dari karsinoma non palpabel tiroid merupakan lesi yang hipoekoik, tetapi harus pula diingat bahwa 55% dari nodul benigna merupakan lesi yang hipoekoik juga, untuk itu perlu ditambahkan fitur lagi. Fitur yang paling sering ditemukan pada lesi maligna adalah adanya kalsifikasi mikro, dimana jumlahnya banyak dengan bentuk yang diskret. Adanya kalsifikasi mikro ini sangat spesifik untuk malignasi, dimana spesifisitas untuk hal ini mencapai 93%-95% sedangkan sensitivitas mempunyai agak yang lebih rendah yaitu sekitar 29%-59%, sedangkan positive predictive value dilaporkan sekitar 70% -71%. Deposit kalsifikasi ini kemungkinan berasal dari psamoma bodies yang berasal dari sel yang mengalami nekrotik. Gambaran klasik pertama ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 7. Gambaran klasik kedua : lesi solid, hipoekoik dengan ekogenitas yang kasar kemungkinan merupakan gambaran karsinoma meduler atau karsinoma papiler. Kebanyakan karsinoma meduler adalah hipoekoik dan mempunyai batas yang tegas sesuai dengan morfologi makrosnya yang berbatas tegas walaupun tidak berkapsul. Karsinoma meduler merupakan 3%-5% dari semua karsinoma tiroid. Tipe ini berasal dari sel C tiroid, sehingga kebanyakan berlokasi di bagian atas atau tengah dari tiroid, dimana sel C berlokasi juga di area tersebut. Kalsifikasi ini umumnya berasal 10

14 dari deposit amiloid dimana gambarannya akan tampak sebagai kalsifikasi yang kasar, Kalsifikasi yang kasar dan padat dapat juga muncul pada goiter multinodulr yang jinak dimana insiden muncul kalsifikasi akan meningkat seiring lamanya goiter tersebut muncul. Beberapa ahli menyatakan bahwa kalsifikasi seperti tidak dapat dipakai untuk membedakan apakah lesi tersebut beningna atau maligna, meskipun begitu, adanya kalsifikasi dalam lesi hipoekoik mencurigakan sebagai sebuah keganasan sehingga harus dipastikan dengan BAJAH. Gambaran klasik kedua ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 8. Gambaran klasik ketiga : lesi solid, berbentuk seperti telur dengan kapsul yang tipis mengindikasikan sebuah neoplasma folikuler. Kebanyakan nodul folikuler adalah solid dengan 70% kasus mempunyaia ekogenitas yang homogen. Lesi ini bisa hipoekoik, isoekoik mauoun hiperekoik atau campuran ketiganya. Bentuk lesi pada tipe seperti ini biasanya oval atau membulat yag bentuk dan gambaran sonografinya mirip sekali dengan gambaran testis yang normal. Pada 80% kasus dijumpai gambaran halo yang tipis berupa area hipoekoik, dapat juga ditemukan gambaran area kistik sedangkan kalsifikasi jarang ditemukan. Secara patologi anatomi, karsinoma folikuler mempunyai kapsul yang tumbuh dengan baik dengan struktur internal yang homogen, dengan peningkatan vaskuler, dengan batas yang tajam yang membedakannya dengan struktur di sekitarnya. Gambaran klasik ketiga ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 9. Gambaran klasik keempat : adanya gambaran bayangan refraktif dari tepi lesi yang solid maka harus dicurigai adanya keganasan., Secara makroskopis kanker tiroid tipe papiler mengandung banyak jaringan ikat fibrous, khususunya di daerah tepi tumor, 11

15 besarnya jaringan ikat dapat mencapai 56% pada sebuah kanker tiroid tipe papiler, mungkin hal ini yang menyebabkan terjadinya gambaran bayangan refraktif pada USG. Gambaran klasik keempat ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 10 Gambaran klasik 1 sampai 4 yang dijumpai pada nodul tiroid pada USG memerlukan konfirmasi BAJAH karena dicurigai maligna. Sementara terdapat pula gambaran klasik lain yang yang mengindikasikan lesi yang jinak. Gambaran tersebut antara lain : Gambaran klasik kelima : nodul dengan penampakan kistik berukuran kecil baik disertai maupun tidak disertai internal eko, mengindikasikan sebuah nodul non neoplastik yang jinak. Nodul yang berukuran kecil kurang dari 1 cm baik soliter ataupun multipel dengan gambaran lesi yang terisi cairan paling sering merupakam nodul tiroid hiperplasia yang bersifat jinak dengan gambaran kista yang terisi cairan. Gambaran kistik ini bukan merupakan hasil dari dilatasi folikel yang normal. Terkadang dapat dijumpai adanya gambaran comet-tail, dimana gambaran comet tail ini merupakan akibat adanya koloid yang mengalami kondensasi dan ini berhubungan dengan adanya cairan koloid yang berlimpah dan ini biasanya muncul di nodul yang bersifat jinak. Gambaran klasik kelima ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 11. Gambaran klasik keenam : nodul yang berisi kista kista yang dipisahkan oleh adanya septa-septa yang membentuk gambaran sarang tawon / Honeycomb like, gambaran ini sesuai dengan sebuah lesi yang jinak. Lesi ini akibat adanya hiperplasia. Lesi tersebut bersifat heterogen pada penampakannya dengan gambaran septa internal multipel yang tipis. Pada Doppler tidak didapatkan gambaran vaskuler. Saat melakukan scanning harus hati hati karena pada beberapa kasus, nodul kistik ini dapat disertai gambaran hiperekoik dengan bentuk spekuler maupun linear 12

16 sebagai yang merupakan artefak yang berhubungan dengan komponen internal eko yang ada pada nodul ini. Penampakan nodul kistik dengan gambaran sarang tawon ini dapat dikelirukan dengan nodul solid dengan kalsifikasi mikro. Gambaran klasik keenam ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 12. Gambaran klasik ketujuh : nodul yang besar dengan didominasi oleh oleh lesi kistik sangat mungkin merupakan nodul non neoplastik yang bersifat jinak. Lesi seperti ini berhubungan dengan adanya degenerasi yang berkaitan. Karsinoma tiroid tipe papiler dilaporkan mempunyai komponen kistik sekitar 13%-25%, tetapi komponen kistiknya biasanya sangat kecil dan juga terdapat kalsifikasi mikro. Gambaran klasik ketujuh ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer 13. Gambaran klasik kedelapan : nodul hipoekoik dalam jumlah yang tak terhitung dan berada di kedua lobus menggambarkan lesi Tiroiditis Hashimoto. Tiroiditis Hashimoto ini lebih sering muncul pada wanita dibanding laki-laki yaitu 4 banding 1. Gambaran klasik kedelapan ini dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer , 19,20 Diluar kriteria Reading et al, terdapat juga kriteria TIRADS, sebuah modifikasi dari kriteria BIRADS yang selama ini dipakai untuk klasifikasi tumor di payudara.klasifikasi TIRADS terbagi atas 6 kategori yaitu: TIRADS 1 berupa kelenjar tiroid normal sedangkan TIRADS 2 berupa lesi jinak (contoh kista), dimana resiko adanya malignasi 0%. TIRADS 3 adalah lesi jinak,nodul dengan hiperekoik, isoekoik atau hipoekoik dengan sebagian terbentuk vaskuler pada kapsul atau perifer, gambaran seperti tiroiditis Hashimoto (Hashimoto s pseudonodul), lesi tersebut jinak dengan kemungkinan maligna sekitar 5%. TIRADS 4 merupakan lesi yang mencurigakan (terdapat subklasifikasi 4a, 4b dan 4c yang semakin meningkat resiko malignasinya), pada lesi 13

17 ini terdapat ciri ciri : solid, hipoekoik yang nyata, mikrolobulasi atau batas yang tidak jelas,kalsifikasi mikro dan gambaran taller than wide (+). TIRADS 4 ini dibagi menjadi TIRADS 4a,4b dan 4c dimana TIRADS ditemukan satu ciri yang mencurigakan, TIRADS 4b terdapat dua ciri yang mencurigakan sedangkan TIRADS 4c mempunyai 3-4 ciri yang mencurigakan. TIRADS 4a mempunyai resiko malignasi 5-10% sedangkan TIRADS 4b dan 4C mempunyai resiko malignasi antara 10%-80%. TIRADS 5 kemungkinan merupakan lesi ganas dengan semua ciri menunjukkan keganasan. Resiko malignasi lebih dari 80% sedangkan TIRADS 6 : terbukti maligna pada biopsi. 21 Tomimori et al menyatakan sebuah grading dalam menilai sebuah nodul pada tiroid. Terdapat 4 grade yang juga dinilai dalam skor yaitu : grade 1 (skor =1) menggambarkan lesi bulat, kecil dengan area anekoik, merupakan kista tiroid. Grade 2 (skor =2) adalah lesi solid isoekoik, atau hiperekoik dengan ataupun tidak disertai perubahan kistik dan kalsifikasi kasar, curiga sebagai adenomatous goiter, sedangkan grade 3 (skor =3) berupa lesi solid hipoekoik dengan batas irreguler curiga sebuah neoplasma folikuler,gambaran nodul kistik dengan komponen solid merupakan karsinoma papiler. Grade 4 (skor=4) menggambarkan lesi solid hipoekoik dengan batas tak tegas dengan kalsifikasi mikro curiga sebuah karsinoma tiroid. Gambaran keempat grade menurut Tomimori et al dapat dilihat pada halaman lampiran gambar nomer

18 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran USG nodul tiroid Pada pemeriksaan USG kasus nodul tiroid harus dicermati fitur dari setiap lesi yang ada. Dari gambaran fitur lesi yang ditemukan pada pemeriksaan USG, dapat diprediksi apakah sebuah lesi tersebut jinak atau ganas. Pengenalan ciri ciri sebuah lesi dikatakan jinak atau ganas sangat penting bagi spesialis radiologi saat melakukan USG tiroid. Deskripsi menyangkut sebuah lesi haruslah cukup lengkap dalam sebuah laporan USG pada nodul tiroid. Gursoy et al menyatakan bahwa deskripsi lesi pada tiroid harus menyangkut aspek aspek berikut ini : 1). komposisisi yang dibedakan menjadi solid, kistik atau kompleks. 2). Ekogenitas dibagi menjadi hiperekoik, isoekoik, hipoekoik dan sangat hipoekoik (marked hypoechoic). 3). Batas diklasifikasikan sebagi lesi berbatas tegas/ reguler atau mengabur/irreguler.4). Kalsifikasi dinilai ada atau tidak kalsifikasi baik kalsifikasi mikro, kalsifikasi makro maupun kalsifikasi berbentuk cangkang telur. 5). Halo, dinilai ada atau tidak ada halo,tebal atau tipis serta kontinyu atau diskontinyu. 6). Taller than wide, dinilai ada, tidak ada Dengan menyebutkan deskripsi lesi sesuai ketentuan diatas, diharapkan tidak ada fitur yang tidak terdeskripsikan, sehingga penilaian ataupun prediksi apakah lesi tersebut ganas atau jinak menjadi jauh lebih mudah

19 Beberapa literatur menyatakan kriteria secara umum lesi tiroid yang dianggap jinak sebagai berikut : bentuk reguler dengan batas yang tegas, terdapat gambaran halo, ekogenitas homogen yang cenderung isoekoik, tidak tampak gambaran kalsifikasi baik mikro maupun makro,gambaran taller than wide (-), adanya gambaran spongioform. Gambaran jenis jenis fitur USG pada nodul tiroid yang harus diketahui adalah sebagai berikut : gambaran comet tail crystal : adalah foci hiperekoik yang dapat dijumpai pada lesi kistik maupun solid sebagai hasil adanya kondensasi koloid. Contoh gambaran comet tail crystal dapat diihat pada halaman lampiran gambar no Gambaran yang lain adalah kalsifikasi mikro, dimana kalsifikasi mikro ini didefinisikan sebagai focal hiperekoik yang bersifat punctata tanpa gambaran accoustic shadow. Kalsifikasi jenis ini diduga sebagai akibat psamoma bodies. Jika jumlahnya sangat banyak dan berlokasi di sebuah group kecil, kemungkinan merupakan karsinoma papiler. Kalsifikasi mikro juga dijumpai pada karsinoma meduler, tetapi pada karsinoma meduler, kalsifikasi terlihat lebih kasar dan bentuknya lebih irreguler. Gambaran kalsifikasi mikro pada USG dapat diihat pada pada halaman lampiran gambar no.17. 7,14,23 Kalsifikasi kasar (Coarse Calsification), didefinisikan sebagai area hiperekoik dengan batas irreguler disertai gambaran accoustic shadow. Kalsifikasi jenis ini mungkin akan muncul dalam ukuran yang besar atau berbentuk klaster dari beberapa kalsifikasi mikro. Kalsifikasi ini dicurigai sebagai malignasi jika terletak disentral. Kalsifikasi jenis serperti ini dapat pula terlihat pada nodul goiter. Tidak ada perbedaan antara kalsifikasi mikro yang berukuran besar dengan kalsifikasi kasar yang berukuran kecil. Gambaran kalsifikasi kasar pada pemeriksaan USG dapat dilihat pada pada halaman lampiran gambar no.18. 7,11, 23 16

20 Kalsifikasi berbentuk cangkang merupakan kalsifikasi yang tipis dan berada di tepi. Kalsifikasi ini mengindikasikan sebuah lesi yang jinak yang merupakan akibat adanya perubahan degeneratif pada sebuah nodul goiter, tetapi harus diwaspadai karena kalsifikasi jenis ini dapat pula dilihat pada tumor yang maligna. Gambaran kalsifikasi jenis cangkang telur pada pemeriksaan USG dapat dilihat pada pada halaman lampiran gambar no.19. 7,15 Hal lain yang sangat penting untuk dinilai adalah ekogenitas. Sebuah lesi didefinisikan sebagai hiperekoik, isoekoik,hipoekoik, anekoik atau dengan ekogenitas campuran. Lesi yang jinak seringkali hiper atau isoekoik atau campuran dimana ekogenitasnya dibandingkan dengan ekogenitas jaringan normal dari kelenjar tiroid, sementara tumor tumor maligna kebanyakan adalah hipoekoik. Lesi yang sangat hipoekoik sangat dicurigai sebagai sebuah lesi ganas. Bagaimanapun terdapat sebuah lesi yang tumpang tindih (overlap) antara jinak dan ganas. Area kistik dapat disebut sebagai anekoik maupun hipoekoik tergantung isinya. Gambaran lesi dengan ekogenitas yang berbeda beda pada nodul tiroid dapat dilhat pada halaman lampiran gambar no.20. 7,15 Fitur lain yang harus dicermati adalah ekostruktur. Ekostruktur didefinisikan dengan pengertian yang berbeda oleh beberapa penulis. Pola strukturnya dapat homogen maupun inhomogen/heterogen, reguler atau irreguler, dapat pula berlobus, noduler, granuler, spongy atau honeycomb-like. Ekostruktur yang homogen mengindikasikan sebuah lesi jinak dan ekostruktur yang heterogen mengindikasikan lesi yang ganas. 17

21 Ekostruktur berbentuk lobulasi mengindikasikan tumor folikuler. Pada goiter dapat ditemukan pattern lobuler baik yang berukuran besar maupun kecil, pada tiroiditis dapat ditemukan baik pattern nodulr maupun granular. Coarse Septation (gambaran septa yang kasar) kadang kadang ditemukan pada tiroiditis Hashimoto. Ekostruktur lain yang penting untuk membedakan tumor adalah pola geografik, dimana pada pola ini terdapat batas yang tegas yang membedakan dengan ekostruktur berbeda disekitarnya. Gambaran nodul tiroid dengan ekostrukur yang berlainan dapat dilihat pada pada halaman lampiran gambar no.21. 1,7,12,23 Gambaran halo hipoekoik haruslah dicatat, memakai color Doppler, halo hipoekoik terutama ditemukan pada tumor folikuler dimana halo tersebut merepresentasikan adanya pembuluh darah perifer yang berada didekat kapsul. Gambaran halo tipis dengan vaskular rim sangat dicurigai sebagai sebuah adenoma folikuler. Adanya halo yang tebal biasanya berhubungan dengan rim vessel yang tebal pula. Halo tebal terkadang juga terlihat pada adenoma dan halo yang segmented terkadang ditemukan pada nodul goiter. Gambaran nodul tiroid dengan halo ekoik dapat dilihat pada pada halaman lampiran gambar no.22. 1,7,15,23 Keterangan tentang tepi ( boundaries) harus disampaikan dengan cermat. Pada lesi secara umum tepi dideskripsikan sebagai berbatas tegas atau batas mengabur, reguler maupun irreguler, lesi mempunyai tepi yang mengabur atau tepi yang tajam atau berbatas tegas. Sebuah lesi yang berbatas tegas dengan tepi yang reguler kemungkinan jinak, sementara jika tepinya mengabur maka curiga maligna. Gambaran nodul tiroid dengan tepi yang bermacam-macam dapat dilihat pada pada halaman lampiran gambar no.23. 1,7,11,15 Konsistensi lesi harus dinilai sebagai lesi solid, dominan solid, campuran antara solid dan kistik serta kistik seluruhnya. Beberapa lesi mempunyai gambaran 18

22 spongioform atau honeycomb-like dimana lesi seperti itu hampir selalu menggambarkan nodul koloid. Kistik atau area kistik biasanya disebabkan oleh adanya degenerasi jaringan folikuler sedangkan lesi kistik yang besar biasanya ditemukan pada goiter. Kista yang lebih kecil sering ditemukan pada adenoma folikuler. Gambaran lesi dengan penampakan tumor yang berbeda dapat dilihat pada halaman lampiran gambar no Selain gambaran diatas, harus pula diperhatikan ukuran dan bentuk dari sebuah nodul. Pada lesi maligna terdapat sebuah fitur bernama taller than wide dimana diameter anteroposterior/transversal 1, sedangkan lesi jinak biasanya rasio ini < 1. Sebuah lesi yang mempunyai fitur taller than wide (+) cenderung mempunyai sifat maligna dan sebaliknya jika taller than wide (-) akan cenderung benigna. Gambaran lesi dengan ukuran dan bentuk yang berbeda dapat dilihat pada halaman lampiran gambar no B. Klasifikasi nodul tiroid pada pemeriksaan USG Pada pemeriksaan USG kasus nodul tiroid harus dicermati fitur dari setiap lesi yang ada. Dari gambaran fitur lesi yang ditemukan pada pemeriksaan USG, dapat diprediksi apakah sebuah lesi tersebut jinak atau ganas. Pengenalan ciri ciri sebuah lesi dikatakan jinak atau ganas sangat penting bagi spesialis radiologi saat melakukan USG tiroid. Untuk menyatakan apakah sebuah nodul tersebut mempunyai kecenderungan ganas atau jinak, maka deskripsi menyangkut sebuah lesi haruslah cukup lengkap dalam sebuah laporan USG pada nodul tiroid. 19

23 Gursoy et al menyatakan bahwa deskripsi lesi pada tiroid harus menyangkut aspek aspek berikut ini : 1). komposisisi yang dibedakan menjadi solid, kistik atau kompleks. 2). Ekogenitas dibagi menjadi hiperekoik, isoekoik, hipoekoik dan sangat hipoekoik (marked hypoechoic). 3). Batas diklasifikasikan sebagi lesi berbatas tegas/ reguler atau mengabur/irreguler.4). Kalsifikasi dinilai ada atau tidak kalsifikasi baik kalsifikasi mikro, kalsifikasi makro maupun kalsifikasi berbentuk cangkang telur. 5). Halo, dinilai ada atau tidak ada halo,tebal atau tipis serta kontinyu atau diskontinyu. 6). Taller than wide, dinilai ada, tidak ada Dengan menyebutkan deskripsi lesi sesuai ketentuan diatas, diharapkan tidak ada fitur yang tidak terdeskripsikan, sehingga penilaian ataupun prediksi apakah lesi tersebut ganas atau jinak menjadi jauh lebih mudah. 1,7,15,22 US Classification System mengemukakan 4 klasifikasi yang berkaitan dengan nodul tiroid, yaitu maligna, curiga maligna, kemungkinan jinak dan jinak. Mereka membagi ciri ciri lesi maligna dalam 5 fitur yaitu: 1). Hipoekoik nyata dimana sebagai perbandingan dipakai ekogenitas otot, dimana disebut hipoekoik nyata apabila ekogenitasnya sama atau lebih rendah daripada ekogenitas otot. 2) Fitur tepi nodul, reguler atau irreguler, tegas atau mengabur. 3) Kalsifikasi mikro. 4). Gambaran taller than wide. 5). Keterlibatan kelenjar limfe dengan gambaran limfadenopati,dengan gambaran kistik di intranodal. Kelima fitur ini dalam bagan algoritme penentuan malignansi masuk dalam kategori A. Ciri lesi borderline dibagi dalam 3 fitur yaitu : 1) Hipoekoik. 2). Gambaran vaskuler dengan predominansi di sentral pada Color Doppler. 3) Kalsifikasi makro, termasuk gambaran kalsifikasi cangkang telur (egg-shell calsification), kalsifikasi makro intranoduler. Ketiga fitur ini dalam bagan algoritme penentuan malignansi masuk dalam kategori B. 13,15. Ciri lesi yang dianggap jinak dibagi dalam 4 fitur yaitu : 1). Bentuk bulat atau oval. 2) Isoekoik. 3) Batas lesi yang tegas dan reguler. 4) Gambaran vaskuler yang dominan di perifer pada Color Doppler. Keempat fitur ini dalam bagan algoritme penentuan malignansi masuk dalam kategori C 20

24 Berdasarkan kriteria diatas, maka disusunlah algoritma penentuan apakah lesi /nodul pada USG bersifat maligna atau benigna. Algoritme tersebut terlihat dibawah ini. 13 Sumber : Lee Y, Kim D, In H, Park J, Kim S, Rho M, et al 21

25 Untuk diagnosis definitif diperlukan pemeriksaan biopsi, kombinasi antara pemeriksaan USG dengan BAJAH diperlukan dalam praktek sehari hari. Terdapat konsensus dari US Society of Radiolgypada tahun 2005 untuk menilai apakah sebuah lesi perlu dilakukan BAJAH atau tidak. Konsensus tersebut seperi terlihat dibawah ini Temuan USG Nodul Solid - Kalsifikasi mikro - Kalsifikasi makro/coarse - Campuran solid dan kistik atau kistik Seluruhnya dengan komponen mural - Pertumbuhan signifikan disbanding US sebelumnya, tanpa adanya kriteria diatas -Seluruhnya kistik dan tidak ada kriteria diatas dan tanpa pertumbuhan signifikan Nodul Multipel Rekomendasi - Indikasi kuat BAJAH jika 1 - Indikasi kuat BAJAH jika 1,5 cm - Pertimbangkan BAJAH jika 2 cm - Pertimbangkan BAJAH - BAJAH tidak perlu dilakukan Pertimbangkan BAJAH pada nodul dengan kriteria ganas Sumber : Frates M, Benson C, Doubilet P, Kunreuther E, Contreras M, Alexander E, et al. Prevalence and distribution of carcinoma in patients with solitary and multiple thyroid nodules on sonography. The Journal Of Clinical Endocrinology And Metabolism. 2006; 91(9): Dari konsensus diatas terlihat bahwa fitur kalsifikasi terutama yang mikro sangat penting, jika sebuah lesi mengandung kalsifikasi mikro maka sangat dicurigai sebagai sebuah malignasi. Dalam konsenssu tersebut juga terlihat bahwa ukuran cukup memegang peranan penting dalam hal penentuan untuk tindakan BAJAH, untuk itu ahli radiologi tidak boleh melewatkan fitur ftur diatas

26 Sensitivitas, spesifitas, Negative Predictive Value maupun Positive Predictive Value dari masing masing fitur dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Gambaran US yang berhubungan dengan kanker tiroid Gambaran US Sensitivitas Spesifisitas PPV NPV Kalsifikasi Mikro 26,1-59,1 85,8-95,5 24,3-70,7 41,8-94,2 Hipoekogenitas 26,5-87,1 43,4-94,3 11,4-68,4 73,5-93,8 Tepi irreguler/no halo 17,4-77,5 38,9-85,0 9,3-60,0 38,9-97,8 Solid 69,0-75,0 52,5-55,9 15,6-27,0 88,0-92,1 Vaskuler intra nodul 54,3-74,2 78,6-80, ,9 85,7-97,4 Taller than wide 32,7 92,5 66,7 74,8 Sumber : Frates M, Benson C, Doubilet P, Kunreuther E, Contreras M, Alexander E, et al. Prevalence and distribution of carcinoma in patients with solitary and multiple thyroid nodules on sonography. The Journal Of Clinical Endocrinology And Metabolism. 2006; 91(9): Dari tabel tersebut terlihat bahwa kalsifikasi mikro merupakan fitur yang paling penting Disusul fitur taller than wide, dengan spesifitas masing masing sebesar 85,8% - 95,0 % dan 92 %

27 C. Nodul yang tidak spesifik Diluar fitur fitur yang penting diatas yang dianggap sebagai fitur yang prediktif untuk malignasi, masih terdapat beberapa fitur yang tidak spesifik. Fitur tersebut seringkali ditemukan dan masuk dalam laporan pemeriksaan, namun nilai prediktifnya tidak jelas walaupun pada kondisi tertentu hal tersebut juga menjadi pertimbangan.fitur non spesifik tersebut adalah ukuran nodul, jumlah nodul, interval pertumbuhan sebuah nodul Ukuran nodul, dimana ukuran nodul ini tidak membantu untuk memprediksi atau mengeluarkannya dari kriteria malignasi. Banyak kesalahan dalam menilai ukuran nodul ini dalam hubungannya dengan pemilihan nodul mana yang harus dibiopsi, seringkali nodul dengan ukuran yang paling besar yang dipilih untuk dibiopsi. The Society of Radiologist in Ultrasound memberikan rekomendasi bahwa lokasi biopsi haruslah berdasarkan pada lesi/nodul mana yang paling dicurigai maligna berdasarkan kriteria 5 fitur yang ada, bukan berdasarkan pada ukuran sebuah lesi/nodul walaupun nodul dengan ukuran lebih dari 4 cm punya kecenderungan lebih maligna daripada nodul dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam hal jumlah nodul, seringkali dianggap bahwa lesi multinoduler dianggap lebih jinak daripada lesi soliter, namun penelitian yang ada mengatakan bahwa adanya nodul multipel tidak boleh dianggap sebagai tanda dari sebuah lesi jinak. Pada waktu dilakukan biopsi,pada nodul multipel haruslah dipilih nodul mana yang paling patologis, bukan berdasarkan ukuran nodulnya. Interval pertumbuhan nodul, secara umum merupakan indikasi yang buruk untuk malignasi. Nodul yang jinak bisa berubah ukurannya enjadi besar atau menjadi kecil. Sekitar 90% dari nodul akan mengalami pembesaran nodul sekitar 15% dalam 24

28 waktu 5 tahun. Sebuah, nodul yang membesar secara cepat harus ditentukan apakah nodul tersebut solid atau kistik. Jika nodul tersebut solid, maka kecurigaan akan adanya malignasi cukup besar, karena nodul kistik yang jinak memang akan mempunyai kecenderungan membesar dalam waktu singkat. 1 D. Lesi mimicking Terdapat beberapa jenis lesi yang mirip dengan maligna pada tiroid. Lesi lesi tersebut harus diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam menegakkan diagnosis. Lesi tersebut yaitu limfe nodi metastase baik yang tipe kistik maupun jenis yang dengan kalsifikasi. Lesi yang lain yaitu varian kistik dari karsinoma tipe papiler. Limfe nodi metastase baik yang tipe kistik atau kalsifikasi seringkali dikelirukan sebagai sebuah nodul jinak pada lesi multinodulr tiroid, terutama jika lesinya adalah kistik. Kessler et al mengatakan sekitar 70% dari limfe nodi metastatik yang berasal dari karsinoma tiroid tipe papiler akan mempunyai komponen kistik, sedangkan komponen tumor primernya kebanyakan adalah solid. Untuk membedakannya dengan lesi kistik tiroid maka perlu dilakukan manuver menelan saat pemeriksaan. Pada limfe nodi kistik, tidak terlalu tampak perubahan dari internal eko saat menelan, sedangkan lesi kistik tiroid akan berubah internal ekonya saat menelan. Harus pula dilihat ada tidaknya incomplete rim yang menjadi ciri khas limfe nodi metastasis tipe kistik. Gambaran USG limfe nodi metastase yang kistik daat dilihat pada lampiran gambar nomer 26 Varian kistik dari karsinoma papiler mungkin saja ditemukan dalam pemeriksaan USG tiroid. Chan et al mengatakan bahwa 6% dari karsinoma papiler mempunyai varian kistik yang dapat dikelirukan dengan lesi kistik jinak pada nodul hiperplasi.untuk membedakannya, harus dicari fitur lain diluar lesi kistiknya yaitu adanya kalsifikasi mikro, adanya komponen solid yang menonjol ke dalam lesi kistik atau adanya komponen solid 25

29 dengan hipervaskularisasi pada color Doppler. Gambaran varian kistik dari karsinoma papiler dapat dilihat pada halaman lampiran gambar no

30 BAB IV KESIMPULAN Nodul tiroid merupakan kasus yang sering dihadapi dengan pemeriksaan USG sebagai modalitas utama. Dalam melakukan pemeriksaan USG harus dipahami teknik pemeriksaan USG. Pada deskripsi pemeriksaan USG haruslah mencakup fitur-fitur berikut, taitu : komposisi, ekogenitas dimana lesi dinilai sebagai hiperekoik isoekoik atau hipoekoik,dinilai batasnya apakah regular atau irreguler, ada tidaknya kalsifikasi baik kalsifikasi minor maupun kalsifikasi kasar atau kalsifikasi berbentuk cangkang telur, adanya halo serta fitu taller than wide. US Classification System mengemukakan 4 klasifikasi yang berkaitan dengan ndul tiroid yaitu maligna, curiga maligna, kemungkinan jinak dan jinak. Klassifikasi tersebut berasal dari algoritme dimana terdapat ciri ciri khas lesi yang dianggap sebagai lesi ganas, lesi borderline atauun lesi jinak. Ciri ciri lesi yang dianggap ganas ada 5 macam yaitu : lesi solid dengan hipoekoik yang nyata, tepi nodul yang irregular dan batas yang mengabur, adanya kalsifikasi mikro, terutama di sentral,gambaran taller than wide, keterlibatan kelenjar limfe dengan manifestasi limfadenopati. Sedangkan ciri ciri yang dianggap sebagai lesi borderline ada 3 fitur, yaitu : lesi solid hipoekoik, gambaran vaskuler dengan predominasi di sentral,adanya kalsifikasi makro. Sedangkan ciri yang dianggap sebagai lesi jinak terdapat 4 fitur yaitu : bentuk yang bulat, isoekoik, bbatas lesi tegas dan regular, gambaran vaskuler yang predominan di perifer Dari kriteria tersebut disusunlah algoritme dengan dimana hasilnya dapat memprediksi apakah nodul tersebut maligna, curiga maligna, kemungkinan jinak atau jinak. Untuk diagnosis yang pasti harus dikonfirmasi dengan biopsi. 27

31 Rekomendasi umum untuk nodul 1,0 cm pada nodul soliter: sangat dianjurkan untuk BAJAH pada (a) nodul 1,0 cm jika ada mikrokalsifikasi (b) nodul 1,5 cm jika terdapat salah satu: (i) nodul padat atau hampir seluruhnya padat, atau (ii) ada makro kalsifikasi dalam nodul. Pertimbangkan BAJAH pada (a) nodul 2,0 cm jika terdapat salah satu: (i) nodul inhomogen padat dan kistik, atau (ii) nodul hampir seluruhnya kistik dengan mural dengan komponen solid, atau (b) nodul telah menunjukkan pertumbuhan substansial sejak pemeriksaan usg sebelumnya. BAJAH kemungkinan diperlukan jika nodul hampir seluruhnya kistik, atau tidak ada gambaran yang tercantum di atas. Rekomendasi pada multipel nodul: pertimbangkan BAJAH satu atau lebih nodul, dengan seleksi diprioritaskan atas dasar kriteria dalam urutan yang tercantum di atas. BAJAH mungkin tidak perlu pada pembesaran kelenjar difus. Rekomendasi ini tidak mutlak atau fleksibel. Terdapat kondisi kondisi lesi mimicking yang dapat mengacaukan penilaian terhadap sebuah nodul. Terdapat pula kondisi kondisi non spesifik yang tidak mempunyai nilai prediktif atau nilai prediktifnya diragukan namun cukup sering ditemukan pada pemeriksaan. Dengan mengetahui teknik pemeriksaan, deskripsi nodul serta ciri ciri lesi maligna ataupun benigna diharapkan dokter radiologi tidak kesulitan untuk memeriksa dan menginterpretasikan nodul pada tiroid. Dengan penegakan diagnosis yang baik, diharapakan penatalaksaan pasien dengan nodul tiroid dapat berjalan lebih baik. 28

32 DAFTAR PUSTAKA 1. Hoang J, Lee W, Lee M, Johnson D, Farrell S. US Features of thyroid malignancy: pearls and pitfalls. Radiographics: A Review Publication Of The Radiological Society Of North America, Inc. (2007, May), 27(3): Moon W, Baek J, Jung S, Kim D, Kim E, Park S, et al. Ultrasonography and the ultrasound-based management of thyroid nodules: consensus statement and recommendations. Korean Journal Of Radiology: Official Journal Of The Korean Radiological Society (2011, Jan), [cited December 14, 2014]; 12(1): Kim E, Park C, Chung W, Oh K, Kim D, Yoo H, et al. New sonographic criteria for recommending fine-needle aspiration biopsy of nonpalpable solid nodules of the thyroid. AJR. American Journal Of Roentgenology. 2002; 178(3): Braunstein G D, Sacks W. Thyroid Nodules. In : Braunstein G D Editor. Thyroid Cancer. New York. Springer pp Gul K, Ersoy R, Dirikoc A, Korukluoglu B, Ersoy P, Cakir B, et al. Ultrasonographic evaluation of thyroid nodules: comparison of ultrasonographic, cytological, and histopathological findings. Endocrine. (2009, Dec), 36(3): Takashima S, Fukuda H, Nomura N, Kishimoto H, Kim T, Kobayashi T. Thyroid nodules: re-evaluation with ultrasound. Journal Of Clinical Ultrasound: JCU (3): Heilo A, Sigstad E, Grøholt K. Atlas of Thyroid Lesions. New York : Springer; Gao J, Kazam J K, Kazam E. Multimodality Imaging and Aspiration Biopsy Guidance in the Perioperative Management of Thyroid Carcinoma. In : Carpi A, Mechanick J I Editors. Thyroid Cancer From Emergent Biotechnologies to Clinical Practice Guidelines. 2 nd Ed. Boca Raton. FL. Taylor and Francis Group pp Bonavita J, Mayo J, Babb J, Bennett G, Oweity T, Yee J, et al. Pattern recognition of benign nodules at ultrasound of the thyroid: which nodules can be left alone?. AJR. American Journal Of Roentgenology. 2009; 193(1): Frates M, Benson C, Doubilet P, Kunreuther E, Contreras M, Alexander E, et al. Prevalence and distribution of carcinoma in patients with solitary and multiple thyroid nodules on sonography. The Journal Of Clinical Endocrinology And Metabolism. 2006; 91(9):

33 11. Papini E, Guglielmi R, Bianchini A, Crescenzi A, Taccogna S, Pacella C, et al. Risk of malignancy in nonpalpable thyroid nodules: predictive value of ultrasound and color-doppler features. The Journal Of Clinical Endocrinology And Metabolism.2002; 87(5): Tomimori E, Camargo R, Bisi H, Medeiros-Neto G. Combined ultrasonographic and cytological studies in the diagnosis of thyroid nodules. Biochimie.1999; 81(5): Lee Y, Kim D, In H, Park J, Kim S, Rho M, et al. Differentiation between benign and malignant solid thyroid nodules using an US classification system. Korean Journal Of Radiology: Official Journal Of The Korean Radiological Society. 2011; 12(5): Ozel A, Erturk S, Ercan A, Yılmaz B, Basak T, Karpat Z, et al. The diagnostic efficiency of ultrasound in characterization for thyroid nodules: how many criteria are required to predict malignancy?. Medical Ultrasonography. 2012; 14(1): Karchenko et al.ultraound Diagnostic of Thyroid Disease, 2 nd Ed, Berlin: Springer- Verlag-Heidelberg, 2010 : Hegedüs L. Thyroid ultrasound. Endocrinology And Metabolism Clinics Of North America. 2001; 30(2): Cooper D, Doherty G, Haugen B, Kloos R, Lee S, Tuttle R, et al. Revised American Thyroid Association management guidelines for patients with thyroid nodules and differentiated thyroid cancer. Thyroid: Official Journal Of The American Thyroid Association. 2009; 19(11): Reading C, Charboneau J, Hay I, Sebo T. Sonography of thyroid nodules: a "classic pattern" diagnostic approach. Ultrasound Quarterly. 2005; 21(3): Singer P, Cooper D, Daniels G, Ladenson P, Greenspan F, Dorfman S, et al. Treatment guidelines for patients with thyroid nodules and well-differentiated thyroid cancer. American Thyroid Association. Archives Of Internal Medicine.1996; 156(19): Koike E, Yamashita H, Noguchi S, Murakami T, Ohshima A, Yamashita H, et al. Effect of combining ultrasonography and ultrasound-guided fine-needle aspiration biopsy findings for the diagnosis of thyroid nodules. The European Journal Of Surgery = Acta Chirurgica.2001; 167(9): Russ G, Bigorgne C, Royer B, Rouxel A, Bienvenu-Perrard M. [The Thyroid Imaging Reporting and Data System (TIRADS) for ultrasound of the thyroid]. Journal De Radiologie.2011; 92(7-8):

34 22. Gursoy A, Erdogan MF. Ultrasonographic Approach To Thyroid Nodule : State of the Art. Thyroid International ; p : Iannuccilli J, Cronan J, Monchik J. Risk for malignancy of thyroid nodules as assessed by sonographic criteria: the need for biopsy. Journal Of Ultrasound In Medicine: Official Journal Of The American Institute Of Ultrasound In Medicine.2004 ; 23(11):

35 LAMPIRAN Gambar 1. Kelenjar tiroid anterior view dan posterior view ( Schuenke et al, 2010 ) Gambar 2 Potongan aksial setinggi tiroid ( Schuenke et al, 2010 ) 32

36 Gambar 3 Anatomi normal tiroid pada USG Gambar 4 Skema fisiologi kelenjar tiroid 33

37 Gambar 5 Posisi probe dan hasil scanning pada kelenjar tiroid 34

38 Gambar 6 Posisi probe dan hasil scanning 35

39 Gambar 7 Classic Pattern #1. Papillary Carcinoma: Transverse sonogram of isthmus shows solid, hypoechoic nodule (arrows) containing fine internal calcifications (arrowhead). Gambar 8 Classic Pattern #2. Medullary Carcinoma: Longitudinal sonogram of the thyroid shows a solid, hypoechoic nodule with coarse calcifications Classic Pattern #3. Gambar 9 Follicular Neoplasm: Longitudinal sonogram of the thyroid shows a solid,homogeneous, egg-shaped nodule with a thin capsule 36

40 Classic Pattern #4. Gambar 10 Papillary Carcinoma: Longitudinal sonogram of the thyroid shows refractive shadows from the edge of a solid mass. Note internal microcalcifications Gambar 11 Classic Pattern #5. Benign, small non-neoplastic nodules: Longitudinal sonogram of the thyroid shows small cystic nodules with internal echogenic foci with posterior reverberation, comettail, artifacts (arrow) Gambar 12 Classic Pattern #6. Benign, non-neoplastic nodule: Longitudinal sonogram shows a nodule containing multiple cystic spaces separated by thin septations in a honeycomb pattern. 37

41 Gambar 13 Classic Pattern #7. Benign, non-neoplastic nodule: Transverse sonogram shows a large predominantly cystic nodule. C : common carotid artery; Tr: tracheal gas shadow Gambar 14 Classic Pattern #8. Hashimoto s thyroiditis: Longitudinal sonogram shows multiple tiny hypoechoic solid nodules (arrow) and coarse echogenic bands (arrowhead). 38

42 Gambar 15 Ultrasonographic classification of nodules. From top left, clockwise: Grade I Grade II Grade III Grade IV : a small round anechoic area (thyroid cyst); : an isoechoic solid nodule : a hypoechoic solid nodule with regular border : a hypoechoic solid nodule with irregular border and microcalcifications 39

43 Gambar 16 Gambaran Comet Tail Crystal, gambar A merupakan lesi kistik koloid nodul, gambar B merupakan karsinoma tiroid tipe papiler A. Karsinoma tiroid tipe papiler dengan kalsifikasi yang yak tehitung B. Karsinoma tiroid tipe papiler dengan kalsifikasi jenis klaster C-E. Karsinoma tiroid tipe papiler F. Karsinoma tiroid tipe medular Gambar 17 Kalsifikasi mikro 40

44 Gambar 18, Kalsifikasi kasar (Coarse Calsification ) Kalsifikasi kasar didefinisikan sebagai area hiperekoik dengan batas irreguler disertai gambaran accoustic shadow. Kalsifikasi jenis ini mungkin akan muncul dalam ukuran yang besar atau berbentuk klaster dari beberapa kalsifikasi mikro. Kalsifikasi ini dicurigai sebagai malignansi,terutama jika terletak disentral. Kalsifikasi jenis serperti ini dapat terlihat pula nodul goiter. Tidak ada perbedaan antara kalsifikasi mikro yang berukuran besar dengan kalsifikasi kasar yang berukuran kecil. A. Karsinoma tiroid tipe papiler B. Karsinoma tiroid tipe folikuler Gambar 19, Kalsifikasi cangkang telur (Egg Shell Calsification ) Kalsifikasi berbentuk cangkang telur adalah kalsifikasi yang tipis dan berada di tepi. Kalsifikasi ini mengindikasikan sebuah lesi yang jinak yang merupakan akibat adanya perubahan degeneratif pada sebuah nodul goiter, kalsifikasi jenis ini dapat pula dilihat pada tumor yang malignan. A. Karsinoma tiroid tipe papiler B. Nodul koloid 41

45 Gambar 20. Ekogenitas Sebuah lesi didefinisikan sebagai hiperekoik, isoekoik,hipoekoik, anekoik atau ekogenitas campuran. Lesi yang jinak seringkali hiper atau isoekoik atau campuran dimana ekogenitasnya dibandingkan dengan ekogenitas jaringan normal dari kelenjar tiroid, sementara tumor tumor malignan kebanyakan adalah hipoekoik. Lesi yang sangat hipoekoik sangat dicurigai sebagai sebuah lesi ganas. Bagaimanapun terdapat sebuah lesi yang tumpang tindih (overlap) antara jinak dan ganas. Area kistik dapat disebut sebagai anekoik maupun hipoekoik tergantung isinya. A. Hiperekoik (Nodul koloid) B. Isoekoik (koloid nodul) C. Hipoekoik (karsinoma tiroid tipe meduler) D. Hipoekoik kuat (varian folikuler dari karsinoma tiroid tipe papiler) E dan F Ekogenitas campuran 42

46 Gambar 21. Ekostruktur Ekostruktur didefinisikan dengan pengertian yang berbeda oleh beberapa penulis. Pola strukturnya dapat homogen maupun inhomogen / heterogen, reguler atau irreguler, dapat bula berlobus, noduler, granuler, spongy atau honeycomb-like. Ekostruktur yang homogen mengindikasikan sebuah lesi jinak dan ekostruktur yang heterogen mengindikasikan lesi yang ganas. Ekostruktur berbentuk lobulasi mengindikasikan tumor folikuler. Pada goiter dapat ditemukan pattern lobuler baik yang berukuran besar maupun kecil, pada tiroiditis dapat ditemukan baik noduler maupun granular pattern. Coarse Septation (gambaran septa yang kasar) kadang kadang ditemukan pada tiroiditis Hashimoto. Ekostruktur lain yang penting untuk membedakan tumor adalah pola geografik, dimana pada pola ini terdapat batas yang tegas yang membedakan dengan ekostruktur berbeda disekitarnya. Gambaran seperti ini dapat ditemukan pada varian karsinoma tiroid tipe papiler. A. Homogen (Adenoma folikuler) B. Heterogen ( karsinoma tiroid tipe papiler) C. Lobulasi (Adenoma folikuler) D. Pola geografik (varian karsinoma tiroid tipe papiler dan karsinoma tiroid tipe papiler ) E. Spongiosa (nodul koloid) F. Coarse septation (limfoma) G. Granuler (tiroiditis) H. Noduler (tiroiditis) 43

47 Gambar 22. Halo hipoekoik Dengan memakai color Doppler, halo hipoekoik terutama ditemukan pada tumor folikuler dimana halo tersebut merepresentasikan adanya pembuluh darah perifer yang berada didekat kapsul. Gambaran halo tipis dengan vaskular rim sangat dicurigai sebagai sebuah adenoma folikuler. Adanya halo yang tebal biasanya berhubungan dengan rim vessel yang tebal pula. Halo tebal terkadang juga terlihat pada adenoma dan halo yang segmented terkadang ditemukan pada nodul goiter. A dan B C D E dan F : Halo tipis dan merata (Folicular Adenoma) : Halo tipis dan tidak merata (Follicular Thyroid Carcinoma / FTC) : Halo tebal, parsial (Follicular Thyroid Carcinoma / FTC) : Halo tebal dan tidak merata (Follicular Thyroid Carcinoma / FTC) 44

48 Gambar 23. Tepi Tepi pada lesi secara umum dideskripsikan sebagai berbatas tegas atau batas mengabur, reguler maupun irreguler, lesi mempunyai tepi yang mengabur atau tepi yang tajam atau berbatas tegas. Sebuah lesi yang berbatas tegas dengan tepi yang reguler kemungkinan jinak, sementara jika tepinya mengabur maka curiga malignan. A. Tepi yang tajam (Adenoma folikuler) B. Berbatas tegas (nodul koloid) C. Berbatas cukup tegas (karsinoma tiroid tipe papiler) D. Berbatas cukup tegas (karsinoma tiroid tipe meduler) E dan F. Batas mengabur (karsinoma tiroid tipe papiler) 45

49 Gambar 24 Penampakan Nodul Sebuah lesi dapat berupa lesi solid, dominan solid, campuran antara solid dan kistik serta kistik seluruhnya. Beberapa lesi mempunyai gambaran spongioform atau honeycomb-like dimana lesi seperti itu hampir selalu menggambarkan nodul koloid. Kistika atau area kistik biasanya disebabkan oleh adanya degenerasi jaringan folikuler sedangkan lesi kistik yang besar biasanya ditemukan pada goiter. Kista yang lebih kecil sering ditemukan pada adenoma folikuler A. Lesi yang solid seluruhnya. B. Predominan solid (karsinoma tiroid tipe papiler). C. Campuran solid/kistik D. Dominan kistik E. Kistik seluruhnya 46

50 Gambar 25, Ukuran dan bentuk Sebuah lesi malignan tiroid tidak dibatasi oleh ukuran, dengan high resolution ultrasound, dapat ditemukan lesi karsinoma papiler dengan ukuran kurang dari 10 mm. Pada lesi malignan terdapat sebuah fitur bernama taller than wide dimana diameter anteroposterior/transversal 1, sedangkan lesi jinak biasanya rasio ini < 1. 47

Cover Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW.pdf. Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW.

Cover Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW.pdf. Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW. Cover Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW.pdf Referat Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada USG_Kristianto BW.pdf Lampiran Gambaran Nodul Tiroid Ganas vs Jinak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 Gangguan yang cukup sering ditemukan pada kelenjar tiroid adalah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG American Thyroid Association (2014) mendefinisikan nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena pertumbuhan abnormal jaringan tiroid. Nodul tiroid merupakan

Lebih terperinci

KORELASI ULTRASONOGRAFI NODUL TIROID TIRADS DENGAN HASIL HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA STRUMA NODULER

KORELASI ULTRASONOGRAFI NODUL TIROID TIRADS DENGAN HASIL HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA STRUMA NODULER KORELASI ULTRASONOGRAFI NODUL TIROID TIRADS DENGAN HASIL HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA STRUMA NODULER CORRELATION THYROID NODULAR ULTRASONOGRAPHY TIRADS WITH HISTOPATHOLOGY RESULT ON NODULAR GOITRE PATIENTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelenjar Tiroid Embriologi Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini berjalan turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai letak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling sering ditemukan di klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu dan sensitivitas

Lebih terperinci

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Anita Ekowati PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Pengantar Nodul paru soliter didefinisikan: 1. Lesi bulat, berbatas tegas 2. Diameter kurang atau sama dengan 3 cm pada jaringan parenkim paru 1 3.

Lebih terperinci

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015 Akurasi Diagnosa FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) Dibandingkan dengan Pemeriksaan Histopatologi pada Tumor Tiroid (Studi Kasus di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Malang Periode 2008-2010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak dari yang seharusnya dan seringkali akan membuat tonjolan massa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN ULTRASONOGRAFI TIROID BERDASARKAN KLASIFIKASI TIRADS DENGAN KLASIFIKASI SITOPATOLOGI BETHESDA PADA NODUL TIROID

HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN ULTRASONOGRAFI TIROID BERDASARKAN KLASIFIKASI TIRADS DENGAN KLASIFIKASI SITOPATOLOGI BETHESDA PADA NODUL TIROID HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN ULTRASONOGRAFI TIROID BERDASARKAN KLASIFIKASI DENGAN KLASIFIKASI SITOPATOLOGI BETHESDA PADA NODUL TIROID The Relationship between Thyroid Nodular Ultrasonography based on and Cytopathology

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KESESUAIAN SISTEM TIRADS DIBANDINGKAN HASIL PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI NODUL TIROID

KESESUAIAN SISTEM TIRADS DIBANDINGKAN HASIL PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI NODUL TIROID KESESUAIAN SISTEM TIRADS DIBANDINGKAN HASIL PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI NODUL TIROID THESIS RADITYA UTOMO 0906647791 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I RADIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbesar penyebab kematian antara lain kanker paru, payudara, kolorektal, prostat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbesar penyebab kematian antara lain kanker paru, payudara, kolorektal, prostat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Lima jenis kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan dengan tingginya insiden goiter. Goiter merupakan faktor predisposisi karsinoma tiroid

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK KARAKTERISTIK KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

NILAI DIAGNOSTIK KARAKTERISTIK KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA NILAI DIAGNOSTIK KARAKTERISTIK KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROD LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROD LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH UJI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROD LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan

Lebih terperinci

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H.

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H. KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS OLEH : JULIANA LINA No.Reg. : 15.437 Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan sebagai massa yang teraba pada payudara. Penyakit pada payudara biasanya ditunjukkan dengan adanya massa pada payudara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karsinoma tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid dan merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan. Di Indonesia insiden karsinoma tiroid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR SINGKATAN... INTISARI.. i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID 2.1 Anatomi Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA USIA ANTARA 50-59 TAHUN DENGAN USIA DIATAS 60 TAHUN PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI DI RS. PKU (PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT) MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2009-2012 I Gusti Ayu M Prita Dewi 1, Putu Anda Tusta Adiputra 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia. Berbeda dengan negara maju dengan insiden kanker payudara yang stagnan atau malah semakin menurun

Lebih terperinci

Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU / RSHAM

Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU / RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU / RSHAM STRUMA PADA ANAK 2 Kelenjar tiroid yang membesar dapat memperlihatkan fungsi: Eutiroidisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) PADA NODUL TIROID DI RSUD SOEDARSO PADA PERIODE TAHUN

NASKAH PUBLIKASI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) PADA NODUL TIROID DI RSUD SOEDARSO PADA PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) PADA NODUL TIROID DI RSUD SOEDARSO PADA PERIODE TAHUN 2006-2013 VANI KARTIKASARI I11109029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, perilaku, akses pelayanan kesehatan dan kependudukan (Efendi & Makhfudi,2010).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah disibukkan dengan penyakit kanker payudara yang saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN TESIS

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN TESIS KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012 TESIS POLTAK POIDA BERLIANA GURNING NIM. 087108014 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit heterogen yang serius yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). Risiko kematian penderita

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung ARTIKEL PENELITIAN Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung HARI SOEKERSI, ERNY RAFIQAH Departemen/SMF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PROFIL PENDERITA TUMOR PAYUDARA YANG DILAKUKAN TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI LABORATORIUM SENTRA DIAGNOSTIK PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JANUARI 2009 MEI 2011

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibroadenoma mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat kenyal

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK301 Blok : NEOPLASMA (Blok 9) Bobot : 4 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4)

Lebih terperinci

Sifat-sifat fisik ultrasound

Sifat-sifat fisik ultrasound Sifat-sifat fisik ultrasound Frekuensi yg sangat tinggi (2-13 MHz atau lebih) Panjang gelombang pendek (< 1mm) Memerlukan medium untuk berpindah dimana cairan merupakan medium terbaik untuk penghantaran

Lebih terperinci

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

Secondary Brain Tumor

Secondary Brain Tumor Secondary Brain Tumor Dr. Nurhayana Lubis Dr. Widi Widowati Dr. Semuel Wagio Dr. Teguh AR, SpS (K) Neuro-Onkologi Dept. Neurologi Mei 2006 Pendahuluan Lokasi yang berbeda dari otak mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).

Lebih terperinci

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms Levi Aulia Rachman 1410.2210.27.115 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular utama yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI

PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI Oleh: dr. Afiyah PPDS Ilmu Penyakit Dalam Juli 2011 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

" The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings "

 The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings ABSTRACT " The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings " Puji Sulastri, Bambang Hariwiyanto, Sagung Rai Indrasari Departement of Otorhinolaryngology

Lebih terperinci