REKAYASA RANCANG BANGUN LAMINAS1 LENGKUNGAN BAMBU. Oleh NOERMALICHA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Transkripsi

1 REKAYASA RANCANG BANGUN LAMINAS1 LENGKUNGAN BAMBU Oleh NOERMALICHA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001

2 REKAYASA RANCANG BANGUN LAMINAS1 LENGKUNGAN BAMBU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor PROGRAM PASCASARJANA INSTITWT PERTANIAN BOGOR 2001

3 ,\ 'i- i's; Judul Tesis '!, ', i t;? '1 Nama Mahasiswa : NOERMALICHA '4 Nomor Pokok : f : : REICAYASA RANCANG BANGUN LAMINAS1 a ;,: LENGKUNGAN BAMBU '1., ' ' Menyetujui: 1. Komisi Pembimbing Prof. Ir. H. M. Surjono Sorjokusumo, MSF. PhD. Ketua pembimbing Ir. H. Emirhadi Suganda, MSc Anggota.:....!. 2. Ketua Program Studi... ;.." 't '.. b. <..,. \. '., < *. :. Prof.Dr.Ir.Dodi Nandika, MS. i.*, Tanggal lulus: 1 Juni 2001

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51 Gambm Proses peuyiapan bahan uutuk contoh uji, (A)= bambu betung di lapangan, (B)= bambu tali di lapangan, (C)= pemotongan bagian tengah bambu pemotongan bagian tengah bambu tali, (E)= pemotongao sepanjang satu metem di laboratorium, (F)= pembuatm bilah, (G)= pengeringudamm di laboratorium.

52 Pengujian sifat dasar dilakukan dengan jalan setiap buluh diwakili oleh tiga batang bilah. Spesimen untuk keteguhan tekan dibuat dengan ukuran 1 cm lebar, 3 cm tinggi, dan ketebalan sesuai dengan tebal bilah, masing-masing dengan buku dan tanpa buku. Spesimen untuk keteguhan tarik dibuat dengan ukuran 1 cm lebar, 20 cm panjang, clan 0.1 cm diameter pinggang; masing-masing dengan buku dan tanpa buku. Untuk keperluan bending contoh uji dibuat dengan ukuran 2 cm lebar, 25 cm panjang, dengan ketebalan bilah; masing-masing dengan clan tanpa buku. Seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar Spesimen sifat dasar lentur, tekan, dau tarik (dengan buku dau tanpa buku). Selanjutnya sisa bilah dibuat segi empat dengan menggunakan alat single planer, setelah mencapai kadar air 10-11% bilah dilaminasi dengan menggunakan perekat PVAc (spesifikasi untuk industri) bentuk lums dan lengkung (radius kelengkungan 28 cm), dengan buku dan tanpa buku. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat "wood universal tester" untuk contoh kecil bebas cacat Proses Pembuatan contoh uji dan pengujian seperti pada Gambar berikut:

53 Gambar Spesimen laminasi lurus dau lengkung: dengan buku dan tanpa buku, (A)= pelabm pexekat, (B)= pengempaau laminasi lm, (C)= pengempaan laminasi lengkung (D)= pengkondisian selama dua minggu, (E)= pengujian laminasi lurus, (F)= pengujian laminasi lengkungan.

54 3.4 Hasil dan Pembahasan Sebagai pendahuluan, perlu dijelaskan disini bahwa secara anatomi bambu betung dan tali mempunyai perbedaan mendasar, foto berikut akan memberikan gambaran kerapatan ikatan vaskuler serta bentuk ikatan vaskulernya; diharapkan penjelasan ini dapat membantu menguak perbedaan yang terjadi akibat berbedaan spesies. Gambar 3.4 Perbandingan &mi bambu betung dau tali (bagian tengah), (A)= bambu betung perbesaran 2 x bambu tali perbesaran 2 x 2.5, (C)= struktur ikatan vaskuler bambu strukhx ikatan vaskuler bambu tali Sifat Dasar Sebelum membahas laminasi, akan lebih baik apabila sifat dasar bambu dibahas terlebih dahulu karena keganjilan yang akan tejadi pada pelaminasian dapat diduga mendekati kebem. Di sini sifat mekanis bambu tali dan betung

55

56 spesimen bambu tali mempunyai kecenderungan tekuk seperti pada gambar berikut: Gambar Perbaadingau hasil pengujiaa bambu betung dau bambu tali, (A)= bambu betung, (B)= bambu tali Keteguhan Tarik Hasil uji tarik bambu betung menunjukkan bahwa bambu betung mempunyai keteguhan tarik lebih tinggi jika tidak terdapat buku ditengahnya; seperti tampak pada Tabel Tabel tersebut juga membuktikan bahwa kehadiran buku sangat menurunkan nilai keteguhan tarik; pendapat ini didukung oleh Nugroho (2000). Tabel Keteguhaa tarik bambu betung daa bambu tali Spesies E (~lmm') KA (%) C.V D. asper berbuku taupa I

57

58 Menarik untuk disimak adalah hasil penelitian Nuriyatin; dimana dinyatakan bahwa kekakuan meningkat dari pangkal ke pucuk. Padahal secara anatomi, kerapatan ikatan vaskuler meningkat dari pangkal ke pucuk sehingga dapat disimpulkan bahwa kekakuan dipengaruhi oleh ikatan vaskuler; lebih spesifik lagi menurut Janssen dipengaruhi oleh sklerenkim. Dengan demikian, menurut hemat penulis terjadi inkonsistensi pernyataan jika kekakuan bambu betung lebih tinggi dari bambu tali. Selanjutnya adalah hasil uji keteguhan patah (MOR); bambu betung mempunyai keteguhan patah (MOR) lebih tinggi dari bambu tali dan kehadiran buku dapat menurunkan keteguhan patah sampai 50% pada bambu tali, sepd pada Tabel berikut: (A)= Bambu bambu betung Hasil tersebut sesuai dengan laporan Idris et. a1 (1994) seperti pada Tabel Hal yang sangat menarik clan perlu menjadi kajian adalah rentang perbedaan antara kehadiran buku dan tanpa buku pada bambu betung tidak terlalu jauh dibandingkan dengan rentang yang te jadi pada bambu tali. Fenomena ini

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70 D Gambar Implementasi konsep penyebarau berkas cahaya menjadi bent& dasar, (A)= Konsep beat& penyebarau bdas sinar, (B)= Tampak stas stmktur, (C)= Denah T* Tampak Bentuk berkas cahaya dimana sumber cahayanya dihalangi oleh armatur diimlpementasikan dalam tampak dan potongan yang menyerupai ha1 tersebut.

71 Gambar Irnplementasi konsep penyebaran balcas cahaya yaug terhalang oleh matur, (A)= Penyebaran sinar k m terhalang mmatur, (B)= Bentuk tampak, (C)= Bentuk struktur. Gambar Tampak depaa

72 Potongan Pemanfaatan sifat dapatnya berkas cahaya dipantulkan tampak pada gambar potongan berikut.

73 SECTION B Gambar Implementasi konsep pemantulan berkas cahaya, (A)= Pemantulan berkas sinar oleh cermin, (B)= pemasaugau cennin dengan skala bem untuk Gambar Detail cennin.

74 u Gambar Detail pa,- liilupy Struktur dan Konstruksi Sebagai pelengkap dari konsep-konsep tersebut dlatas adalah detail struktur dan konstruksi sambungan. Gambar Sistem sambunga (A)= finger scrnfjoint, (C)= finger joint, (D)= bud joint.

75 Gamba Analog Stmktw Gading-gading, elemen std&mya bentpa balok utuh (solid) dan balok rangka, komponen struktumya berupa segitiga batang dan vierendel, (A)= elemen struktur balok lengkung balok lengkung rangka, (C)= hnnpuan sendi.

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89 LAMPIRAN 12: Uji Lanjut Pengujian MOR (kg/cm2) Lamioasi Bambu Betung Duncan's MuKile Range Test for variable: MOR Alpha= O,& df= 23 MS = Harmonic Mean of cell sites= Number of Means 2 Critical Range Means with the same letter are not significantly diirent. Duncan Grouping Mean N BENTUK A Lunrs B Lengkung Duncan Grouping Mean N BUKU A Tanpa B Dengan Alpha= 0.05 df= 23 MSE= Harmonic Mean of cell sizes= Number of Means 2 3 Critiil Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N TEBAL Alpha= 0.05 df= 23 MSE= Hamnic Mean of cell sizes= 2.88 NumberofMeans Critical Range Means with the same letter are not significantly diirent. Duncan Grouping Mean N Bentuk*Buku*Tebal A B A B A C B A C B D A C B D E C F D E C F D E F E F E F F Lurus'TanpaV LurusTanpa3 teng kungtanpay LunrsTanpa'2.5 CengkungTanpa'2.5 Lurus'DenganY Lurus*Oengan"3 Lengkung"Dengan'2.5 LengkungTanpa3 LengkungPengan3 Lurus'Dengan7.5 Lengkung WenganY

90 Lampiran 13: Pengujian MOE (kg/cm2) Laminasi Bambu Tali Class Levels Values General Linear Models Procedure Class Level Information BENTUK 2 Cengkung Lurus BUKU 2 Dengan Tanpa TEBAL Number of observations in data set = 36 NOTE: Due to missing values, only 33 observations can be used in this analysis. Dependent Variable: MOE Tali Source OF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE MOE Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F BENTUK BUKU BENTUK'BUKU TEBAL BENTUKITEBAL BUKU'TEBAL BENTUK'BUKUITEBAL Source DF Type 111 SS Mean Square F Value Pr > F BENTUK BUKU BEMUK*BUKU TEBAL BENTUKTEBAL BUKUTEBAL BENTUK*BUKU'TEBAL BENTUK N Mean Lengkung LUNS 16, : BUKU N Mean SD Dengan Tanpa TEBAL N Mean SD

91 LAMPIRAN 14: Uji Lanjut Pengujian MOE (kg/cm2) Laminasi Bambu Tali Duncan's Mu#lple Range Test for variable: MOE Alpha= 0.05 df= 21 ME= Harmonic Mean of ce# sizes= Number of Means 2 Critical Range 8264 Means with the same letter are not signifmtly d iit. Duncan Grouping Mean N BENTUK A Lwus B Lengkung Duncan Grouping Mean N BUKU A Tanpa A Dengan Alpha= 0.05 df= 21 MSE= E8 Harmonic Mean of cell sizes= Number of Means 2 3 Critical Range Duncan Grouping Mean N TEBAL Alpha= 0.05 df= 21 MSE= E8 Harmonic Mean of cell shes= Duncan Grouping Mean N Bentuk*Buku*Tebal

92 LAMPIRAN 15: Pengujian MOR fkg/cm2) Laminasi Bambu Tali General Linear Models Procedure Ckss Level (nfonnation Class Levels Values BENTUK 2 lengkung Lunrs WKU 2 Oengan Tanpa TEBAL Number of observations in data set = 36 NOTE: Due to missing values, only 34 observations can be used in this analysis. Dependent Variable: MOR Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE MOR Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value BENTUK BUKU BENTUK'BUKU TEBAL BENTUK'TEBAL BUKUITEBAL BENTUK'BUKU'TEBAL Source DF Type I11 SS Mean Square F Value BENTUK BUKU BENTUK'BUKU TEBAL BENTUKIEBAL BUKUTEBAL BENTUK'BUKU'TEBAL BENTUK N Mean SD Lengkung Lurus BUKU N Mean SD Dengan Tanpa TEBAL N Mean SD

93 LAMPIRAN 16: Uji Lanjut Peagujian MOR [;lcm2) Laminasi Bambu Tali Duncan's Multii Range Test for variable: MOR Alpha= 0.05 df= 22 MSE= Harmonic Mean of cell sizes= Number of Means 2 Critical Range Means with the same letter are not signifmntly d iint. Duncan Grouping Mean N BENTUK A Lurus B Lengkung Duncan Grouping Mean N BUKU A Tanpa B Oengan Alpha= 0.05 df= 22 MSE= Harmonic Mean of cell sues= Number of Means 2 3 Critical Range Duncan Grouping Mean N TEBAL Alpha= 0.05 df= 22 MSE= Harmonic Mean of ceh sues= NumberofMeans Critical Range Duncan Grouping Mean N Bentuk*Buku*Tebal A A B A B A C B D A C B D A C B D E C D E C D E C D E E E