Republik Perancis (selanjutnya disebut "Para Pihak"): Mengingat Persetujuan rnengenai Kebudayaan dan

Transkripsi

1 ... '. P E N G A T U R A N ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS TENT ANG KERJ ASAMA DI BIDANG RISET DAN TEKNOLOGI KELAUTAN SERTA _INDUSTRI MARITIM. Pernerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Perancis (selanjutnya disebut "Para Pihak"): I l,i ((, Mengingat Persetujuan rnengenai Kebudayaan dan Kerjasama Teknik antara Pernerintah Republik Indonesia dan Pernerintah Republik Perancis yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 20 September 1969; Mengingat Pasal 2 Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republi~ Perancis tentang kerjasama di bidang-bidang Riset Ilmiah dan Pengernbangan. Teknologi, yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 8 Mei 1979;,.. I ' Mengingat pula perlunya mengganti dengan Pengaturan baru, Pengaturan antara Pernerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republ ik Perancis t en tang Kerjasama di Bidang Kelautan yang ditandatangani di Jakart a pada tanggal 13 Oktober 1980 yang tel ah diperpanjang rnasa berlakunya dari tanggal 13 Oktober 1985 sampai d e ngan tanggal 13 Oktober 1986; ' ' 1

2 Memperhatikan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang telah ditandatangani di Montego Bay, Jama i c a, 10 Desember 1982; Berkeinginan untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara di bidang riset dan teknologi kelautan serta industri maritim; Telah menyetujui sebagai berikut Pasal 1 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Re publik Perancis akan meningkatkan kerjasama di bidang riset clan teknologi kelautan serta industri maritim me lajui Jembaga-lembaga nasional masing-masing n e gara, d i Indonesi a di bawah koordinasi Menteri Negara Riset dan Teknologi / Ketua Badan Pe ngkajian dan Pen er a pan Teknol o g i dan di Perancis di bawah koordinasi Me n t eri Hi set dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian PP.ri_ndustrian.... Pasal 2 1 Suatu Ko m it~ Bersama, yang terdiri dari wakil-wakil Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua Sadan., Pen gkajian dan Penef apan Teknologi dan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Perindustrian 2

3 dan pejabat-pejabat dari Lernbaga-lembaga Pemerintah yang berkepentingan dari Para Pihak, akan dibentuk; 2. Komite Bersama ini akan meneliti pelaksanaan kerjasama, membuat program kerja tahunan yang akan diaj ukan kepada Para Pihak untuk disetujui dan merundingkan hal-hal lain yang berhubungan dengan perkembangan kerjasama Pengaturan ini; 3. Komjte Bersama akan bertemu secara bergantian di Indonesia dan di Perancis sekali dalam setahun. Komjte Bersama bertanggungjawab atas pelaksanaan program tersebut pada ayat 2; 4. Seseorang atau suatu Lembaga, pada tingkat nasional, akan diangkat secara tertulis oleh masing-masing Pihak untuk pelaksanaan setiap program kerja khusus. Komi te Bersama dapat menunjuk bila diperlukan, k e lompok-kelompok kerja khusus untuk melaksanakan program kerja khusus; 5. Konli te Bersarna melaporkan pada Komisi Bersama yang dibentuk berdasarkan Persetujuan Kebudayaan clan Ker j asama Teknik tertanggal 20 September 1969 dan me mbantu memperlancar ~erjasama ekonomi dengan me ngkaji atau mengusulkan langkah-langkah yang diperlukan. 3

4 Pasal 3 1. Para Pihak menyetujui untuk menciptakan dan memperkuat kerjasama untuk peningkatan kemampuan dalam bidang riset dan teknologi dalam bidang-b i dang s e bagai berikut a. Perikanan. b. Geologi dan Geofisika. G Energi Laut. d. Ekologi pantai (biologi, fisika, kimia). e. Rekayasa kelautan. 2. Dalam rangka kerjasama bidang-bidang tersebut dalam ayat 1 Pasal ini Para Pihak bersepakat mendukung kerjasama antara Badan Usaha Milik Negara dan Swasta Para Pihak dengan mengutamakan kegiatan sebagai berikut : a. Budidaya laut. b. Penangkapan dan pengolahan ikan. c. d. e. Teknologi bawah air. Pelayanan jasa-jasa industri lepas pantai. Teknologi Perkapalan. f. Penyelamatan Kapal karam, arkeologi. kecuali benda-benda 4

5 Pasal 4 Berdasarkan Pasal 2 Pengaturan ini, Para Pihak bersepakat untuk : a. Sal in.g menukar informas i. b. Mengadakan pertemuan-perternu~n dan pertukaran tenaga ilmiah dan teknisi. c. Me nunjuk tenaga-tenaga ahli dan teknisi dari salah satu Pihak untuk bekerja dalam instalasi pihak lain sebagai pelaksanaan Pen gaturan ini. d. Mengadakan bentuk kerjasama yang lain atas persetujuan bersama. Pasal 5 1. Ri set ilrniah kelautan di dalarn laut teritorial a t au d j perairan kepulauan dari suatu Pihak harus d i lakukan dengan ijin dari Pihak tersebut. 2. Contoh-contoh dan data-data yang diperoleh sel ama rise t ilmiah sebagaimana disebutkan dalam a y a t 1 Pas a l ini adalah milik Pihak yang dari laut t eri t orial dan perairan kepulauannya contoh-contoh d a n data dipe role h. Contoh-contoh dan data tersebut ha rus ter sedia bagi Pihak lainnya. 5

6 3. Pengalihan pada Pihak Ketiga atas data yang diperoleh selama riset ilmiah sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini harus mendapat ijin Pihak yang dari laut teritorial dan perairan kepulauannya data t e rsebut diperoleh. 4. Riset ilmiah kelautan di zona ekonomi eksklusif atau di landas kontinen dari suatu Pihak harus dilakukan d e ng an ij i n Pihak tersebut. Dalam hal proyek riset ijm]ah kelautan akan mempunyai, menurut Pihak yang me laksanakan yurisdiksinya di zona ekonomi eksklusif a t a u landas kontinen, hubungan langsung untuk e kspl orasi dan eksploitasi dari sumber-sumber alam, Pihak tersebut boleh tidak memberikan p e rsetujuannya untuk melakukan proyek riset ilmiah kelaut an tersebut. 5. Contoh- contoh dan data yang diperoleh selama riset i l miah sebagaimana disebutkan dalam ayat 4 Pasal i ni adalah milik kedua belah Pihak. Pihak yang melakukan riset ilmiah wajib memberikari kepada pihak yang d i zona e konomi eksklusif atau landas kontinennya riset ilmiah tersebut dilakukan, akses terhadap contohcon t oh dan data yang diperoleh maupun memberikan Piha k tersebut data yang dapat direproduksi dan contoh-c ontoh yang dapat diuraikan t anpa me mp e ngaruhi nilai ilmiahnya. 6

7 6. Contoh-c ontoh dan data yang diperoleh dari zona e k o nomi eksklusif atau di Landas kontinen yang me r11pakan contoh unik harus diserahkan pada Pihak yang memberikan persetujuan atas riset ilmiah. Hak akses dari Pihak yang melakukan riset ilmiah pada contoh-contoh dan data tersebut harus dijamin. 7. Transfer pada Pihak Ketiga oleh salah satu Pihak atas data yang diperoleh selama riset ilmiah sebagaimana disebutkan pada ayat 4 Pasal ini harus mendapat ijin dari Pihak lainnya. Pasal 6 1. Setiap penemuan ilmiah atau penemuan teknologi yang dihasilkan secara bersama dari data yang diperoleh dalam kerjasama tersebut menjadi milik Para Pihak. 2. Pemanfaatan hasil-hasil penemuan ilmiah yang diperoleh dari data kerjasama ini oleh pihak Perancis di wilayah yurisdiksi Indonesia dapat dilakukan hanya dengan persetujuan Pemerintah Indonesia, yaitu Lembaga- lembaga yang bersangkutan sebagaimana disebutkan pada Pasal 2 ayat Pemanfaatan hasil- hasil penemuan ilmiah yang d i peroleh dari data kerjasama ini oleh pihak [ndonesia di wilayah yurisdiksi Perancis, dapat dilakukan hanya denga n persetujuan Lembaga-lembaga yang terlibat sebagaimana di~ebu t kan pada Pasal 2 ayat 4. 7

8 4. Para Pihak dapat rnendaftarkan hasil pen emu an teknologi bersarna tersebut atas persetujuan bersarna sebagai paten bersarna. Pasal 7 1. Sernua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Pengaturan ini di salah satu negara Pjhak t unduk kepada Peraturan dan perundang-undangan negara tersebut. 2. Setiap Pihak berjanji untuk membantu mendapatkan perijinan yang diperlukan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara. Pasal 8 1. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan masingmasing negara, setiap Pihak rnemberikan pembebasan pajak impor bagi. bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan program. 2. Pada saat selesainya suatu program, seluruh a t a u.. sebagian dari peralatan dan perlengkapan yang berasal dari pihak Perancis dan digunakan di Indonesia akan di reekspor, kecuali jika peralatan tersebut diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. 8

9 Pasal 9 Perbedaan pendapat dalam penafsiran a tau pelaksanaan Pengaturan ini diselesaikan secara bersahabat melalui musyawarah atau perundingan antara Para Pihak. Pasal 10 Pengaturan in1 dapat diamendir atas persetujuan bersama. Pasal Pengaturan ini mulai berlaku pad a tang gal penandatanganan dan tetap berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tah1..m. Atas kesepakatan bersama Pengaturan ini dapat diperpanjang untuk suatu jangka waktu yang saling disetujui. 2. Pengaturan ini berhenti berlaku bila salah satu Pihak memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lain mengenai keinginannya itu, 6 (enam) bulan sebelumnya. Pemberhentian berlakunya Pengaturan ini tidak me mp e ngaruhi masa berlakunya proyek-proyek yang sedang dalam pelaksanaan. 3. Dengan berlakunya Pengaturan ini, Pengaturan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah 9

10 Republik P~ran c is tentang Kerjasama di Bi dang Kelautan tertanggal 13 Oktober 1980 dan yang telah diperpanjang masa berlakunya sampai dengan tanggal 13 Oktober 1986, tidak berlaku lagi. SEllAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, yang dikuasakan Pemerintah masing-masing, menandatangani Pengaturan ini. DIBUAT d i Jakarta pada hari "'.1~ 6~ bulan c:ju4 tahun seribu sembilan ratus delapan puluh delapan, dalam rangkap 2 (dua) dalam bahasa Indonesia dan bahasa Perancis. Kedua naskah ini mempunyai kekuatan hukum yang sama. UNTUK PEMERINTAH U TUK PEMERINTAH REPUBLIK I NDONESIA REPUBLIK PERANCIS Signed Signed MUDHAHAM TAUFICK ZEN LOIC HENNE KINN E 10

11 ARRANGDENT ENT RE LE GOUVERNDENT DE LA REPl.8LIQtE 'Itl>OtESIEM: ET LE GOUVERNDENT DE LA REPlD...IQtE FRANCAISE RELATIF A LA COOPERATION DANS LES DOHAINES DE LA RECIERCIE ET DE LA TECtH>L.OGIE OCEANOLOGIQtES ET DE L'Itl>USTRIE MARITitE Le Gouvernement de la Republique Indonesienne et le Gouvernement de la Republique Fran<;aise (ci-apres denommes "Les Deux Parties"). Vu l'accord de Cooperation Culturelle et Technique entre le Gouvernement Indonesien et le Gouvernement Fran<;ais signe a Jakarta le 20 Septembre 1969; Se referant a!'article 2 de l'accord de Cooperation dans les domaines de la recherche scientifique et du developpement technologique entre.le Gouvernement de la Republique Indonesienne et le Gouvernement de la Republique Fran<;aise, signe a Jakarta le 8 mai 1979; Rappelant en outre la necessite de remplacer!'arrangement entre le Gouvernement de la Republique Indonesienne et le Gouvernement de la Republique Fran<;aise dans le domaine de l'oceanologie signe le 13 octobre 1980 et reconduit le 13 octobre 1985 jusq~'au 13 octobre 1986; Prenant en consideration la Convention des Nations Unies le Droit de la Mer signee a Montego Bay, Jamaique le 10 decembre 1982; sur Desireux de promouvoir la cooperation entre les deux nements dans les domaines de la recherche et de la technologie logiques et de l'industrie maritime; gouver-, oceano- Sont convenus de ce qui suit 2 I...

12 - page 2 - ARTICLE I Le Gouvernement de la Republique Indonesienne et le Gouvernement de la Republique Fran9aise f avorisent la cooperation dans les domaines de la recherche et de la technologie oceanologiques et de l' industrie ma.ritime par l '~ntermediaire de leurs institutions nationales, a savoir respectivement : en Indonesie, sous la coordination du Ministre d'etat pour la Recherche et la Technologie, President de l'agence pour!'evaluation et!'application de la Technologie et en France, sous la coordination du Ministre charge de la Recherche et du Ministre charge de l'industrie. ARTICLE II est institue un Comite Mixte constitue, pour l'lndonesie de representants du Ministre d'etat pour la Recherche et la Technologie, President de l'agence pour!'evaluation et!'application de la Technologie, et pour la France de representants du Ministre charge de la Recherche et du Ministre charge de l'lndustrie, et de representants des organismes publics interesses des deux Parties. 2. Le Comite Mixte examine l'etat d'avancement de la cooperation, elabore les programmes de travail annuels qui sont soumis a!'approbation des deux Parties et discute de toute autre question relative au developpement de la cooperation dans le cadre du present Arrangement. 3. Le Comite Mixte se reunit une fois par an, alternativement en Indonesie et en France. 11 est responsable de la mise en oeuvre des programmes prevus au paragraphe /...

13 - page 3-4. Chaque Partie designe, par ecrit, une personne OU une institution au niveau national chargee de la mise en oeuvre de chaque programme particulier. le Comite Mixte, si necessaire, peut constituer des groupes de travail specialises pour la mise en oeuvre de programmes specifiques. 5. le Comite Mixte fait rapport a la Commission Mixte prevue par!'accord de Cooperation Culturelle et Technique du 20 septembre 1969 et facilite la cooperation economique en examinant ou en proposant les actions appropriees. ARTICLE III 1. Les deux Parties sont convenues d'etablir et de renforcer leur cooperation afin d'accroltre leur capacite en matiere de recherche et de technologie dans les domaines suivants : a. peche; b. geologie et geophysique; c. energie marine; d. ecologie cotiere (biologie, physique, chimie); e. ingenierie marine. 2. Dans le cadre de la cooperation dans les domaines definis au paragraphe 1, les deux Parties sont convenues d'encourager la coopera-, tion entre les entreprises publiques ou privees des deux Parties, dans l'ordre suivant de priorite : a. mariculture; b. peche et traitement des produits de la peche; c. industrie sous-marine; d. services a l'industrie en mer; e. technologie de la construction navale; f. sauvetage des epaves, a!'exclusion du domaine archeologique.... 4/...

14 - page 4 - ARTICLE IV Parties conviennent : Conformement a!'article II du present Arrange~ent, les deux f a. d'echanger des informations; b. d'organiser des reunions et des echanges de scientifiques et de techniciens; c. de designer des experts et des techniciens de l'une ou l'autre Partie qui seront affectes dans les installations de l'autre Partie en vue de la mise en oeuvre du present Arrangement; d. d'entreprendre d'autres formes de cooperation dont elles conviendront. ARTICLE V 1. La recherche scientifique marine dans la mer territoriale ou dans les eaux archipelagiques d'une Partie doit etre menee avec le consentement expresse de cette Partie., 2. Les echantillons et donnees recueillis au cours de la recherche scientifique definie au paragraphe 1 du present Article sont la propriete de la Partie dans la mer territoriale ou les eaux archipelagiques de laquelle ils ont ete recueillis. Les donnees et echantillons doivent etre mis a la disposition de l'autre Partie. sent Article doit etre soumise au consentement expresse de la tie dans la mer territoriale ou les eaux archipelagiques de quelle elles ont ete recueillies. 3. La communication a une tierce Partie des donnees recueillies au, cours de la recherche scientifique definie au paragraphe l du pre- Par la-.. 5 I...

15 - page 5 - ' 4. La recherche scientifique marine dans la zone economique exclusive OU sur le plateau continental d'une Partie doit etre menee avec le consentement de cette Partie. Dans le cas ou un projet de recherche scientifique aurait, de l'avis de la Partie qui exerce la juridiction dans la zone economique exclusive ou sur le plateau continental, une incidence directe sur!'exploration et!'exploitation des ressources naturelles, cette Partie peut retirer son consentement a la conduite d'un tel projet de recherche scientifique marine. 5. Les echantillons et donnees recueillis au cours de la recherche scientifique definie au paragraphe 4 du present Article sont la propriete des deux Parties. La Partie qui conduit la recherche s'engage a donner, a la Partie dahs la zone economique exclusive ou sur le plateau continental de laquelle la recherche scientif ique a ete menee, acces aux echantillons et donnees recueillis ainsi qu'a lui fournir des donnees pouvant etre reproduites et des echantillons pouvant etre fractionnes sans que cela nuise a leur valeur scientifique. 6. Les echantillons et donnees recueillis dans la zone economique exclusive ou sur le plateau continental et qui constituent des exemplaires uniques sont conf ies a la Partie qui consent a la recherche scientifique. Un droit d'acces a ces echantillons et a ces donnees est garanti a la Partie qui conduit la recherche scientifique. 7. La communication par une Partie a une tierce Partie des donnees recueillies au cours de la recherche scientifique definie au paragraphe 4 du present Article est subordonnee a!'accord prealable de l'autre Partie.. 6/...

16 - page 6 - ARTICLE VI 1. Toute decouverte ou invention scientifique obtenue conjointement sur la base de donnees reunies dans le cadre de cette cooperation est la propriete des deux Parties. I 2. L'utilisation des resultats d'une decouverte scientifique provenant de donnees reunies dans le cadre de cette cooperation par la Partie fran~aise dans les espaces maritimes sous juridiction de l'indo-. nesie ne peut avoir lieu qu'avec le consentement des organismes interesses, designes a!'article II, paragraphe L'utilisation des resultats d'une decouverte scientifique provenant de donnees reunies dans le cadre de cette cooperation par la Partie indonesienne dans l'espace maritime sous juridiction de la France ne peut avoir lieu qu'avec le consentement des organismes interesses, designes a!'article II paragraphe Par consentement mutuel, les deux Parties peuvent deposer un brevet conjoint sur toute invention faite en commun. ARTICLE VII 1. Toute activite me~e dans le cadre du present Arrangement par l'une OU l'autre des Parties est soumise aux lois et reglements de la Partie dans les eaux de laquelle l'activite a lieu 2. Chaque Partie convient de faciliter l'obtention des autorisations necessaires demandees par l'autre Partie, dans le respect de ses lois et reglements en vigueur.. 7 I...

17 - page 7 - ARTICLE VIII 1. Chaque Partie, conformement a ses lois et reglements nationaux, autorise!'importation en franchise de droits et taxes des materiels et equipements necessaires a la mise en oeuvre des programmes. 2. Apres l'achevement d'un programme, tout OU partie des equipements et materiels de provenance fran~aise utilises en Indonesie sera reexporte, a mains que ces equipements et materiels ne soient remis gracieusement au Gouvernement Indonesien. ARTICLE IX Tout differend intervenant a propos de!'interpretation OU de!'application du present Arrangement sera regle a!'amiable par voie de consultations OU negociations entre les deux Parties. ARTICLE X Le present Arrangement peut etre modifie d'un COlllllUn accord. I ARTICLE XI 1. Le present Arrangement entre en vigueur a la date de sa signature et demeure valable durant une periode de 3 (trois) ans. Par consentement mutuel, le present Arrangement pourra etre reconduit pour une duree a determiner d'un COITlllUn accord;... 8/...

18 - page 8-2. Le present Arrangement peut etre denonce par l'une OU l'autre des Parties avec un preavis ecrit de 6 (six) mois. Cette denonciation ne pourra affecter la realisation des projets en cours, jusqu'a leur achevement., 3. Le present Arrangement met fin a!'arrangement entre le Gouvernement de la Republique Indonesienne et le Gouvernement de la Republique Frangaise dans le domaine de l'oceanologie signe a JAKARTA le 13 octobre 1980 et proroge le 13 octobre 1985 jusqu'au 13 octobre En foi de quoi les soussignes, dgment autorises par leur Gouvernement respectif ont signe le present Arrangement. Fait a Jakarta le treize juillet mil neuf cent quatre huit en deux exemplaires originaux, chacun en langues frangaise, les deux textes faisant egalement fol. vingt et l Pour le Gouvernement de la Republique Indonesienne Pour le Gouvernement de la Republique Frangaise I Signed Signed Mudhaham Taufick ZEN Loic HENNEKINNE