8. KESlMPUlAN DAN SARAN
|
|
- Hendra Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8. KESlMPUlAN DAN SARAN 8.f Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesirnpulan sebagai berikut. 1. Secara umum model yang dikembangkan dalam penelitian ini cukup baik dan mampu menangkap fenornena ekonomi dari perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia. Semua variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam persamaan perilaku mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya dilihat dari teori ekonomi. Model yang dikembangkan juga mernenuhi kriteria statistika yang umum dipakai dalam peramalan. Dengan pertimbangan tujuan pengembangan model adalah untuk peramalan, dan model yang dibangun cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang, maka dapat disimpulkan 'bahwa model ekonometrika yang dibangun dalam penelitian ini cukup layak dan dapat digunakan untuk simulasi historis maupun simulasi peramalan. Dari hasil simulasi historis dapat disimpul kan bahwa kebijakan perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia pada periode telah dilaksanakan cukup memadai. Meski pun masi h terdapat peluang untuk meningkatkan kinerja perdagangan, yaitu melalui penunrnan pajak ekspor yang dapat rneningkatkan nilai ekspor untuk mendatangkan devisa yang lebih besar. Diduga bahwa kebijakan tersebut tidak diambil pemerintah mengingat manfaat trade off yang kurang menguntungkan antara peningkatan perdagangan dengan kerugian yang timbul, antara lain
2 193 berkurangnya pendapatan negara dari pajak ekspor, atau dalam rangka perlindungan produsenlpetani dalam negeri. Peluang lain yang sesungguhnya dapat dilakukan untu k meningkatkan kine ja sektor agroindustri, khususnya ekspor, adalah depresiasi nilai tukar mata uang rupiah, yang saat itu dianggap telah overvalued. Depresiasi rupiah mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor meskipun juga menyebabkan berkurangnya volume dan nilai impor komoditi agroindustri lainnya. Secara totalitas, depresiasi akan meningkatkan keseim bangan neraca perdagangan non-migas yang pada periode itu secara rata-rata masih defisit. Faktor eksternal makroekonomi menjadi salah satu ha1 yang hams dicermati. Penurunan pajak ekspor yang dilakukan oleh negara-negara pesaing mempunyai potensi menurunkan pangsa pasar lndonesia di dunia. Sebaliknya, apresiasi yang terjadi atas mata uang Jepang, berdampak positip pada kine rja perdagangan ekspor agroindustri Indonesia. Secara ringkas hasil simulasi historis dari masing-masing skenario dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Penurunan pajak ekspor sebesar 50% memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor Indonesia. Penurunan pajak ekspor menyebabkan volume dan nilai ekspor komoditi agroindustri meningkat, kecuali pada udang dan sepatu. Peningkatan nilai ekspor menyebabkan total nilai ekspor komoditi non-migas lndonesia meningkat dan selanjutnya meningkatkan neraca perdagangan non-migas Indonesia. b. Penurunan tarif impor pada umumnya menyebabkan volume impor komoditi agroindustri lndonesia mengalami kenaikan. Namun, dampak
3 194 yang berbeda tejadi pada komoditi beras dan pulp. Meskipun demikian, secara total volume dan nilai impor komoditi agroindustri lndonesia meningkat sehingga total nilai impor norrmigas mengalami peningkatan yang menyebabkan meningkatnya defisit neraca perdagangan komoditi non-migas. c. Depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap US0 sebesar 20% menyebabkan meningkatnya volume ekspor komoditi agroindustri, kecuali sepatu. Sedangkan untuk komoditi impor agroindustri, depresiasi rnemberikan dampak yang berbeda untuk beberapa komoditi. Penurunan volume impor te tjadi pada komoditi gandum, beras, gula, pulp, dan kulit tersamak, sementara pakan temak dan serat kapas tidak mengalami perubahan berarti. Secara total, depresiasi mata uang nrpiah terhadap US dolar memberikan penganrh meningkatnya nilai ekspor agroindustri lndonesia dan menurunkan nilai impor agroindustri, serta berdampak positif terhadap neraca perdagangan komoditi non-migas. d. Simulasi kebijakan penurunan pajak ekspor yang dilakukan secara bersama-sama dengan depresiasi rnata uang rupiah terhadap US dolar, yang saat itu dianggap overvalued, berdampak positip bagi kinerja perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia, khususnya untuk komoditikomoditi ekspor. Hasil yang diperoleh mempakan akumulasi dari dampak masing-masing kebijakan, yang secara umum positip bagi perturnbuhan kinerja perdagangan. e. Penurunan pajak ekspor oleh negara-negara eksportir pesaing Indonesia sebesar 50% pada umumnya memberikan dampak yang negatip bagi kinerja perdagangan komoditi agroindustri Indonesia, karena meningkatnya
4 daya saing negara lain. Komoditi udang, karet alam, minyak nabati, dan 195 kayu lapis mengalami penurunan share yang disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor negara-negara pesaing. Pada beberapa komoditi, penurunan pajak ekspor negara pesaing meningkatkan harga dunia komoditi yang bersangkutan, sehingga harga ekspor Indonesia terbawa naik, dan volume eksporpun meningkat. f. Apresiasi mata uang Jepang terhadap US0 sebesar 10% memberikan dampak meningkatnya volume maupun nilai ekspor komoditi-komoditi yang banyak diminati konsumen Jepang, yaitu udang, kopi, karet alam, kayu lapis, benang tekstil, dan pakaian. Secara agregat, dampak apresiasi Yen adala h meningkatnya total ekspor agroindustri Indonesia, yang berarti juga mening katny a ekspor non-migas serta neraca perdagangan non-migas Indonesia. Dat3 analisis keunggulan komparatif yang dilakukan dengan menggunakan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dapat disimpulkan bahwa komoditi ekspor agroindustri yang diamati memiliki keunggulan komparatif relatif yang tinggi. Beberapa komoditi seperti udang, kopi, karet atam, dan minyak nabati bah kan telah berta han sejak awal tahun 1970-an, disusul oleh kayu lapis, pakaian, benang, dan sepatu pada dekade berikutnya. Namun, komoditi pakaian telah mengalami penurunan indeks RCA yang cukup signifikan, dari posisi tertingginya sebesar 3.44 pada 1994 menjadi hanya sebesar 1.54 pada Berdasarkan hasil simulasi peramalan untuk periode tahun 2003 sampai dengan 201 5, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
5 1% a. Penumnan paja k ekspor komoditi agroindustri Indonesia sebesar 50% menyebabkan volume dan nilai riil ekspor semua komoditi agroindustri lndonesia meningkat, kecuali udang dan sepatu. Namun demikian, responnya terhadap penurunan pajak ekspor sangat tergantung kepada perilaku ekspor masing-masing komoditi. Ekspor kopi lndonesia memberikan respon yang paling besar terhadap penurunan pajak ekspor, disusul oleh ekspor minyak nabati, dan karet alam. Sementara, ekspor benang tekstil, kayu lapis, dan pakaian hanya memberikan respon kurang dad 1 % terhadap penunrnan pajak ekspor sebesar 50%. Peningkatan volume ekspor komoditi agroindustri juga diikuti oleh meningkatnya nilai eskpor riil dari sub-sektor ini sehingga memberikan kontribusi terhadap peningkatan neraca perdagangan sektor non-migas. Disamping itu, terdapat kecenderungan yang searah antara kenaikan volume ekspor dengan kenaikan pangsa ekspor pada setiap komoditi di pasar dunia. b. Penghapusan pajak ekspor secara 100% memberikan dampak yang serupa dengan pengurangan pajak ekspor sebesar 50% tetapi respon yang di berikan oleh masing-masing komoditi lebih besar. Peng hapusan pajak ekspor merupakan insentif yang tepat untuk memacu ekspor komoditi agroindustri, sehingga penerimaan devisa dari sektor non-migas dapat ditingkatkan, dan pada sisi lain dapat pula mendorong tumbuhnya agroindustri di dalam negeri. c. Penghapusan tarif impor oleh negara-negara ASEAN, sesuai dengan kesepakatan AFTA, berdampak pada tunrnnya nilai total ekspor maupun impor agroindustri, yang berpengaruh pada tunrnnya nilai total ekspor
6 maupun impor non-migas. Karena turunnya nilai ekspor lebih besar 197 daripada nilai impor, maka surplus neraca perdagangan non-migas menjadi berkurang. d. Penghapusan tarif impor yang tidak terbatas untuk ASEAN tapi juga diterapkan untuk irnpor yang berasal dari negara-negara APEC, kecuali untuk komoditi beras dan gula, berdampak positip pada surplus neraca perdagangan. Menyiratkan bahwa Indonesia tidak hams menunggu sampai tahun 2020 untuk menerapkan liberalisasi perdagangan di lingkungan APEC karena pada dasamya penghapusan tarif impor semakin dini semakin baik dari sisi neraca perdagangan. Dampak perdagangan regional APEC pada kine ja agroindustri yang diteliti juga menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan penghapusan tarif impor eksklusif pada negara-negara ASEAN. Hal ini menunjukkan adanya hubungan perdagangan yang agak berbeda antara Indonesia dengan mitra dagangnya di luar ASEAN dengan di ASEAN. e. Depresiasi rupiah terhadap US dolar sebesar 20Y0, secara umum akan semakin mendorong meningkatnya volume ekspor komoditi agroindustri Indonesia, di sisi lain volume impor agroindustri juga semakin turn. Manfaat depresiasi sangat tergantung dari asal material komoditi yang bersang kutan. Bagi komoditi yang memili ki impor content rendah, depresiasi nilai tukar rupiah akan menurunkan harga komoditi datam dolar sehingga volume ekspor meningkat. Hasil simulasi menunjukkan depresiasi rneningkatkan total nilai ekspor agroindustri secara signifikan se hingga menaikkan neraca perdagangan non-migas. Namun, kebijakan
7 depresiasi haws dilakukan secara hati-hati mengingat masih banya knya kandungan impor yang terdapat pada industri non-agro. f. Skenario penunrnan pajak ekspor oleh negara eksportir lain sebesar 50% memberikan dampak yang berbeda terhadap total volume ekspor masingmasing komoditi agroindustri Indonesia. Kayu lapis mempakan komoditi yang mernperoleh kenaikan volume ekspor cukup signifikan, sementara kopi dan pakaian mengalami penurunan volume ekspor yang cukup berarti. Secara umum, penurunan pajak ekspor sebesar 50% oleh negara eksportir lain tidak menguntungkan Indonesia, baik nilai total ekspor maupun impor agroindustri mengalami penurunan. Karena penurunan ekspor agroindustri lebih tinggi daripada penunrnan impor agroindustri maka neraca perdagangan agroindustri menjadi negatif, menyebabkan neraca perdagangan non-migas negatif pula. Disamping itu, sebagian besar komoditi ekspor agroindustri mengalami penurunan share ekspor. g. Hasil simulasi keunggulan kornparatif kornoditi agroindustri Indonesia menghasil kan kesimpulan sebagai berikut. Penghapusan pajak ekspor memberikan respon yang berbeda pada beberapa komoditi. Indeks RCA kopi, karet alam, dan kayu lapis mengalami kenaikan sedikit; indeks RCA rninyak nabati, benang tekstil, pakaian, dan sepatu relatif tetap; sedangkan indeks RCA udang mengalami penurunan sedikit. Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap US dolar sebesar 20% pada umumnya membuat indeks RCA naik secara signifikan, khususnya pada udang, kopi, karet alam, minyak nabati, dan benang tekstil. Satusatunya kornoditi yang tidak meningkat daya saingnya adalah sepatu, yang diduga karena kandungan impornya yang tinggi.
8 199 Penurunan pajak ekspor yang dilakukan oleh negara-negara eksportir lain (pesaing) sebesar 50% umumnya berdampak negati bagi indeks RCA Indonesia, khususnya untuk komoditi kopi dan benang tekstil; sedikit berpenganrh pada komoditi udang dan karet alam; namun relatif tidak berdampak pada komoditi minyak nabati, kayu lapis, pakaian, dan sepatu. Dari hasil analisis dapat diperkirakan bahwa penerapan kebijakan penghapusan pajak ekspor maupun depresiasi mata uang rupiah berdampak positip bagi peningkabn keunggulan komparatif beberapa komoditi ekspor agroindustri, yang diukur melalui indeks RCA. Sedangkan, penrbahan faktor eksternal seperti pengurangan pajak ekspor negaranegara pesaing berpotensi menurunkan daya saing relatif komoditi ekspor agroindustri Indonesia. 8.2 lmplikasi Kebijakan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarikan beberapa implikasi kebijakan sebagai berikut. I. Meningkatnya nilai total ekspor dan membaiknya neraca perdagangan komoditi non-rnigas akibat penurunan atau penghapusan pajak ekspor oleh Indonesia menunjukkan bahwa penurunan atau penghapusan pajak ekspor merupakan suatu kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan agroindustri di dalam negeri. 2. Penurunan tarif impor cenderung mengurangi biaya impor, sehingga meningkatkan neraca perdagangan Indonesia. Namun, pada sisi lain, peningkatan volume impor dapat pula menjadi ancaman bagi kelangsungan perkembangan industri domestik. Sehubungan dengan itu,
9 200 dalam menghadapi liberalisasi perdagangan upaya untuk mengembangkan agroindustri domestik perlu terus dilaksanakan agar dapat menghasilkan produk-produk substitusi impor yang dapat bersaing, khususnya di pasar domestik. Dampak kesepakatan AFTA, dengan asumsi semua bea masuk diterapkan no1 persen, berpenganrh negatip terhadap kinerja perdagangan non-migas meskipun kecil, yang disebabkan nilai total ekspor turun lebih besar daripada nilai total impor. Dalam rangka mengoptimalkan manfaat perdagangan bebas ASEAN berbagai ha1 pedu dipertimbangkan, antara lain peningkatan perluasan akses pasar dari yang sudah ada, peningkatan mutu produk termasu k kemasannya, serta peningkatan efisiensi biaya produksi. 4. Penghapusan tarif impor yang tidak terbatas untuk ASEAN tapi juga diterapkan untuk impor yang berasal dari negara-negara APEC, kecuali untuk komodit.! beras dan gula, berdampak positip pada nem perdagangan. Berdasarkan kenyataan di atas, penghapusan segera tanf impor tanpa hams menunggu sampai tahun 2020 akan sangat menguntungkan Indonesia. 5. Turunnya nilai total ekspor akibat penurunan pajak ekspor komoditi agroindustri oleh negara ekspottir lain menunjukkan adanya persaingan yang cukup tinggi yang harus diwaspadai agar komoditi Indonesia dapat selalu bersaing di pasar internasional. 6. Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah merupakan suatu altematif akhir dalam meningkatkan kineja dan daya saing perdagangan intemasional agroindustri Indonesia.
10 8.3 Saran untuk Penelitian Lanjutan Penelitian ini masih memiliki kekurangan, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat rnempelajan' lebih dalam dampak kebijakan perdagangan terhadap kineja sektor agroindustri Indonesia, dengan mengamati beberapa faktor lain yang belum dicakup dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Kesepakatan ke rjasama bilateral untuk beberapa komoditi tertentu, baik menyangkut tarif, kuota, ataupun restriksi non kepabeanan, dan 2. Suplai dan permintaan domestik.
Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri
1. PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Perturnbuhan perekonomian Indonesia sampai pertengahan tahun 1990an menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Hal ini ditandai dengan perturnbuhan produk domestik bruto
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE
BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam
219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang
Lebih terperinci2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih
VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciKeseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM
Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor
Lebih terperinci5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan
Lebih terperinciVII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA
VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA Tujuan dari simulasi model adalah untuk mengilustrasikan model ECM yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciVII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM
VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN
No. 06/02/15/Th. IV, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN NILAI EKSPOR PROVINSI JAMBI BULAN DESEMBER 2009 TURUN 6,39 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR NAIK 26,9 PERSEN Nilai ekspor
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
» Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal
Lebih terperinciditunjukkan oleh kenaikan RGDP, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih murah mampu mendorong kenaikan produksi barang-barang
VII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl 7.1. Keslmpulan 1. Penurunan tarif impor meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh kenaikan RGDP, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya
Lebih terperinci~nenggelobal, pembangunan ekonomi Indonesia pada dekade awal ~nileniu~n ketiga
1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perubahan tatanan perekonomian dunia yang semakin ~nenggelobal, pembangunan ekonomi Indonesia pada dekade awal ~nileniu~n ketiga diramalkan akan dihadapkan pada dua tantangan
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.
BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi
Lebih terperinciIX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan
IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN
BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN
VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenaitentang dampak kebijakan tarif dan kuota impor terhadap kinerjainerja industri tepung terigu Indonesia
Lebih terperinciPoppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN
203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004
No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
)()l,illi'lird-i-l sl & Al?5]lP ffiayg:'ri.jas Acc. Ciass "'?ao c PEREKONOMIAN INDONESIA VALUASI 1994 DAN PERKIRAAN 1995 oleh Gi n an dj ar KarI a s a s mit a Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 Kinerja Ekspor Nonmigas Triwulan I Mencapai Tingkat Tertinggi Memperkuat
Lebih terperinciNILAI EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI BULAN NOVEMBER 2009 MENGALAMI PENURUNAN
No. 02/01/15/Th. IV, 4 Januari 2010 NILAI EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI BULAN NOVEMBER 2009 MENGALAMI PENURUNAN Nilai ekspor November turun 43,33% dibanding bulan sebelumnya. Dari USD 94,29 juta pada bulan
Lebih terperinciRINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL
RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari sebuah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN
PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI
Lebih terperinci(P,) relatif lebih tinggi daripada PA. adanya manfaat yang diperoleh melalui perdagangan intemasional, yaitu suatu
3.1 Teori Perdagangan Intemasional Sejak diperkenalkan oleh David Ricardo pada abad ke-19, teori ekonomi intemasional semakin menjadi perhatian para ekonom maupun para pelaku usaha. Pengetahuan yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua negara menerapkan perekonomian terbuka yang mengarah kepada sistem perdagangan internasioal. Dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika pada tanggal 1 I September 2001, tampaknya akan mengubah tatanan ekonomi dan pasar global yang dalam
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015
No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014
No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan
Lebih terperinciANALISIS KOMPARASI DAYA SAING PRODUK EKSPOR PERTANIAN ANTAR NEGARA ASEAN DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS AFTA
ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING PRODUK EKSPOR PERTANIAN ANTAR NEGARA ASEAN DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS AFTA Prajogo U. Hadi dan Sudi Mardianto Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015
No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional bukan hal baru bagi Indonesia, perdangangan internasional menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN FAKTOR EKONOMI TERHADAP KESEJAHTERAAN
VII. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN FAKTOR EKONOMI TERHADAP KESEJAHTERAAN 7.1. Evaluasi Dampak Kebijabn Periode 29981999 Anaiisis perubahan kesejahteraan pada rentang waktu Tahun 1990-1999 (periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015
No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai
Lebih terperinciPerdagangan Indonesia
Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juli 2010 Ekspor & Impor Beberapa Produk
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Model Input-Output Ekonometrika Indonesia dan Aplikasinya Untuk Analisis Dampak Ekonomi dapat diperoleh beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan
95 BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Dengan masuknya China ke dalam ASEAN Free Trade Area akan meningkatkan pemasukan dari masing-masing negara anggota, karena pangsa pasar China yang begitu besar, dan begitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA
TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari
Lebih terperinciKinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan Sinyal Positif yang Berlanjut untuk Mencapai Target 2011
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki
Lebih terperinciEkspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan
Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu
Lebih terperinciEkspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil dikumpulkan melalui sektor pertekstilan
Lebih terperinciVI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu
VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL 6.1. Dampak Kebijakan Makroekonomi Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu penawaran uang, dan kebijakan fiskal, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1998 rasio ekspor terhadap
Lebih terperinciKebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
Lebih terperinciSILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2
SILABUS Matakuliah : Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas konsep, teori, kebijakan dan kajian empiris perdagangan pertanian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinci