(P,) relatif lebih tinggi daripada PA. adanya manfaat yang diperoleh melalui perdagangan intemasional, yaitu suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(P,) relatif lebih tinggi daripada PA. adanya manfaat yang diperoleh melalui perdagangan intemasional, yaitu suatu"

Transkripsi

1 3.1 Teori Perdagangan Intemasional Sejak diperkenalkan oleh David Ricardo pada abad ke-19, teori ekonomi intemasional semakin menjadi perhatian para ekonom maupun para pelaku usaha. Pengetahuan yang paling penting dalam ekonomi intemasional adalah adanya manfaat yang diperoleh melalui perdagangan intemasional, yaitu suatu negara menjual barang dan jasa kepada negara lainnya karena adanya mutual benefif. Terdapat dua alasan dalam perdagangan intemasional, yaitu adanya keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara dan adanya alasan karena skala ekonomis (Krugrnan and Obstfeld, A988). Perdagangan antar negara terjadi karena adanya perbedaan harga barang di berbagai negara. Perbedaan harga tersebut akan menentukan keputusan suatu negara untuk menjual barang ke negara lain jika harga di negara tersebut lebih rendah, atau membeli jika harga di negara tersebut lebih tinggi. Salah satu atau kedua negara yang terlibat akan memperoteh manfaat dari perdagangan tersebut. Secara grafis, tejadinya perdagangan antara dua negara dapat dijelaskan sebagaimana pada Gambar 1. Diasumsikan hanya ada dua negara, yaitu negara A dan negara B (atau gabungan dari negara-negara lainnya, ROW), satu komoditi yang diperdagangkan, dan pasar dalam keadaan persaingan sempurna. Gambar 1 a mempertihatkan situasi perrnintaan dan penawaran di negara A. Negara A memiliki keunggulan komparatif, misalkan dalam ha1 penggunaan sumber daya maupun bahan baku, sehingga harga domestik di negara ini (PA) rendah. Situasi pasar di negara B ditunjukkan oleh Gambar 1 c, dimana harga domestik (P,) relatif lebih tinggi daripada PA.

2 Negara A Pasar Dunia Negara B 9c qp Q* (a) (b) Sumber: Luther Tweeten ) Gambar 1. Perdagangan Antar Dua Negara Perbedaan harga di kedua negara itu mendorong A untuk mengekspor barangnya ke 8, sebaliknya 8 mengimpor barang dari A. Kurva penawaran ekspor A (ES) diperlihatkan pada Gambar 1 b yang diturunkan dari Garnbar 1 a. Kurva penawaran ekspor mempunyai slope positif yang dimulai dari tingkat harga domestik PA. Kurva permintaan impor oleh B (ED) diturunkan dari Gambar Ic. Kurva permintaan impor B mempunyai slope negatif yang dimulai dari tingkat harga PB. Kedua kurva ES dan ED menentukan tingkat harga dunia yang terjadi yaitu Pw. Pada harga dunia Pw, di negara A terjadi kelebihan penawaran sebesar qp-qc, sedangkan di B terjadi kelebihan permintaan sebesar Qc-Qp. Keadaan ini menyebabkan adanya transfer produk dari negara A ke negara B sejumlah qp-qc = Qc-Qp = Qe. Secara teoritis, sistern perdagangan bebas antar negara dapat memberikan manfaat yang maksimal. Namun dalam kenyataannya, banyak terjadi distorsi pasar karena intervensi pernerintah. lntervensi pemerintah

3 antara lain berupa pernberlakuan tarif impor, pajak ekspor, pembatasan nilai atau volume impor, pemberian subsidi dan berbagai kebijakan perdagangan lain; yang bertujuan melindungi produsen lokal maupun dalam rangka menjaga ketersediaan suplai domestik. Dampak pernbertakuan kebijakan perdagangan internasionat diuraikan sebagai berikut Dampak Pembedakuan Pajak Ekspor Untuk mengetahui dampak pemberlakuan pajak ekspor, digunakan asumsi sebagai berikut. Oimisalkan datam sistern perdagangan, hanya ada dua negara yaitu negara A sebagai eksportir dan negara 6 (atau gabungan negaranegara lainnya, ROW) sebagai importir; pajak ekspor yang diberlakukan benrpa pajak spesifik, yaitu pemberlakuan pajak per unit produk yang diekspor; negara eksportir merupakan negara besar dalam perdagangan dimana perubahan jurnlah ekspor oleh negara tersebut dapat mernpengaruhi harga dunia. Dampak pemberlakuan pajak ekspor dijelaskan melalui Gambar 2 berikut. Negara A (pengekspar) Pasar Dunia Negara 8 (pengirnpor) qcqc' qp' q~ Qe' Qe Qp Qd Qc' Qc (a) Ibl (c) Gambar 2. Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor

4 Pemberla kuan pajak ekspor spesifik akan menggeser kurva penawaran ekspor ES paralel ke atas sebesar t menjadi ES'. Bagi negara besar, slope kurva permintaan impor yang dihadapi adalah negatif, maka penurunan jumlah penawaran ekspor pada harga tertentu akan meningkatkan harga dunia menjadi W. Dengan adanya pajak ekspor, harga yang diterima produsen domestik di negara A sebesar Pd-t. Pada harga ini konsumsi dornestik naik menjadi qc' dan produksi domestik turun menjadi qp', terjadi kelebihan penawaran sebesar qp'-qc'. Sebaliknya, di negara pengimpor, perubahan harga dunia menjadi PW menyebabkan pruduksi meningkat menjadi Qp' tetapi konsurnsi turun menjadi Qc', sehingga tejadi kelebihan permintaan sebesar Qc'-Qp'. Kelebihan permintaan pada negara B tersebut sama besamya dengan kelebihan penawaran pada negara A, yang juga sama besamya denqan jumlah keseimbangan pasar dunia yang baru (Qe'). Dapat disimpulkan, pem berlakuan pajak ekspor bagi suatu negara besar akan menyebabkan penunrnan harga produk, penunrnan produksi domestik, peningkatan konsumsi domestik, dan penurunan volume ekspor. Sebaliknya, di negara pengimpor terjadi kenaikan harga yang mendorong kenaikan produksi dan penumnan konsumsi, serta penurunan volume impor. Untuk negara- negara kecil, pemberlakuan pajak ekspor akan menyebabkan harga yang diterima produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar pajak yang diberiakukan. Dampak kesejahteraan dari pemberlakuan pajak ekspor diuraikan pada Tabel 1. Dapat diketahui bahwa dampak pemberlakuan pajak ekspor terhadap kesejahteraan nasional negara yang bersangkutan sangat ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran. Pajak yang optimal terjadi bilamana luas bidang (f-c-e) maksimum.

5 Tabel 1. Analisis Welfare terhadap Pemberlakuan Pajak Ekspor I Perubahan 1 A (PeflgeksPor) B (pengimpor) I I [ Konsumen surplus I a+b -( ) 1 I Penerirnaan pemerintah 1 d+f ( Kesejahtsraan nasional benih I - c - e + f Kesejahteraan dunia bersih -c-e-2-4 Pada tingkat pajak tertentu, kesejahteraan nasional bersih akan negatif, yaitu jika luas bidang (c+e) lebih besar dari bidang f. Sedangkan, di negara pengimpor terjadi penunrnan kesejahteraan nasional sebesar bidang (2+3+4). Secara umurn, dampak dari pemberlakuan pajak ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia Dampak Pemberlakuan Tarif lmpor Tarif merupakan pajak yang dikenakan bila suatu barang diimpor. Terdapat beberapa jenis tarif impor, antara lain tarif spesifik dan tarif ad %lorem. Tarif spesifik merupakan pajak yang besamya tetap untuk setiap unit barang yang diimpor (misalkan Rp 700 per kilogram gula). Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan sebagai suatu bagian dari nilai barang yang diimpor (misalkan 20% dari nilai barang yang diimpor). Tarif merupakan bentuk tertua dari kebijakan perdagangan dan secara tradisional digunakan sebagai sumber pendapatan pemerintah. Tarif juga sering digunakan untuk memproteksi semor domestik (Krugman and Obstfeld, 1988; Levy, 1991 ). Dampak pemberlakuan tarif irnpor dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 3. Oalam hal ini diasumsikan hanya terdapat dua negara, yaitu negara A sebagai negara importir dan negara B (atau gabungan negara-negara lainnya, ROW) sebagai negara eksportir; negara A merupakan

6 negara importir besar sehingga perubahan dalam jurnlah irnpor akan rnempengaruhi harga dunia; tarif impor yang diberlakukan berupa tarif spesifik. Negara A (pengimpor) Pasar Dunia Negara B (pengekspor) Gambar 3. Oampak Pemberlakuan tarif lmpor Pemberlakuan tarif impor menyebabkan biaya impor meningkat, sehingga kurva ED bergeser ke bawah secara paralel sebesar tarif yang berlaku (t), menjadi ED'. Pergeseran kurva ED ini mengakibatkan harga dunia turlrn menjadi PM, sehingga harga yang dibayar konsumen di negara A menjadi Pw'+t. Pada kondisi ini jumlah barang yang diimpor turun menjadi sebesar (qcl-qp'). Sebaliknya, di negara B harga dunia sebesar W menyebabkan kelebihan penawaran turun menjadi Qpl-Qc', yang sama besamya dengan qca-qp'. Pemberlakuan tarif impor menyebabkan di negara pengimpor terjadi peningkatan harga produk, penurunan jumlah konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor, dan adanya peningkatan penerimaan pemerintah yang berasal dari tarif impor. Sedangkan di negara pengekspor, terjadi penumnan harga yang menyebabkan volume ekspor menutun. Dengan menggunakan analisis welfare, dapat diketahui siapa saja yang memperoleh

7 manfaat atau kerugian dengan diberlakukannya tarif impor, sebagaimana dalam Tabel 2. Tabel 2. Analisis Welfare terhadap Pemberla kuan Tarif lmpor Perubahan Konsumen surplus Produsen surplus Peoerimaan pemerintah Kesejahteraan nasional bersih Kesejahteraan dunia bersih A (pengimpor) 8 (pengekspor) -(a+b+c+d) 1 +2 a -(1 +2*3+4+5) c+e e - b - d d-3-5 Secara umum, analsis di atas menunjukkan bahwa dampak pembedakuan tarif impor akan menurunkan kesejahteraan dunia sebesar (b+d+3+5). Di negara pengeskpor, tejadi penurunan kesejahteraan sebesar (3+4+5), sedangkan di negara pengimpor dampaknya masih ditentukan oleh elastisitas penawaran ekspor (ES). Jika kurva ES semakin elastis berarti bidang (b+d) akan semakin lebih besar dari bidang e, sehinqga secara umum dengan adanya tarif impor negara pengimpor sesungguhnya akan semakin dirugikan. Dalam kasus dimana negara pengimpor merupakan negara kecil yang fidak dapat mempengaruhi perdagangan dunia, kurva ES berbentuk elastis sempuma. Harga domestik setelah diberlakukan tarif menjadi Pw+t, sedangkan harga dunia tetap Pw. Bagi negara pengekspor tidak tejadi pembahan kesejahteraan nasional, tetapi bagi negara pengimpor terjadi penurunan kesejahteraan nasional sebesar (b+d). Dari analisis ini dapat dikebhui pula bahwa kerugian negara pengimpor sebagai negara kecil lebih besar daripada negara besar.

8 3.1.3 Dampak Perubahan Nilai Tukar Sistem nilai tukar (kurs) mata uang pada dasamya dapat dibagi dalam dua sistem, yaitu nilai tukar tetap dan nilai tukar fleksibel. Dalam sistem nilai tukar tetap, pemerintah menetapkan nilai mata uangnya secara tetap terhadap suatu mata uang asing, sedangkan pada sistem nilai tukar fleksibel pemerintah menyera hkan nilai mata uangnya pada mekanisme pasar. Pada sistem nilai tukar fleksibel, meskipun nilai mata uang diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi dalam pelaksanaannya negara melakukan intervensi dengan menggunakan cadangan devisa yang dimiliki untuk menjaga agar nilai mata uangnya tidak naik (apresiasi) tetlalu tinggi atau tururi (depresiasi) tertalu jauh. Apresiasi yang terlatu tinggi akan mengakibatkan harga produk ekspor terlaiu mahal bagi luar negeri, yang dapat &era kibat turunnya volume ekspor dan produksi, yang dapat mendorong terjadinya pengangguran. Sebaliknya, depresiasi yang terlalu besar akan rnenyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih tinggilmahal, yang dapat berakibat terjadinya defisit neraca pembayaran. Apabila suatu pemerintah tunrt campur dalam mempengamhi permintaan dan penawaran mata uangnya di pasar uang, berarti pemerintah itu menerapkan sistem kurs mengambang terkendali (managed #oat system). Sistem ini banyak digunakan negara di dunia, termasuk Indonesia. Gambar 4 menunjukkan bagaimana devaluasi/depresiasi berdampak pada ekonomi. Dalam kondisi awal, titik keseimbangan jangka pendek antara nilai tukar El dan output YI, adalah titik 1, yang rnerupakan titik potong antara kurva D dan kurva A. Kurva D adalah garis sepanjang mana pasar output berada dalam keseimbangan, sedangkan kurva A adalah garis sepanjang mana pasar aset berada dalam keseimbangan.

9 I j Output, Y Y, y2 Catatan: diadopsi dari Paul Krugman dan Maurice Obstfeld (1988) Gambar 4. Oampak Penunrnan Nilai Tukar Mata uang Penurunan nilai tukar (depresiasi) mata uang suatu negara dari El ke EP1 membuat harga barang-barang domestik menjadi relatif lebih murah daripada harga barang asing, sehingga output bergerak ke tingkat yang lebih tinggi, dari Y1 ke Y2, ditunjukkan oleh titik 2 pada kurva pasar-output 0. Bagi produk ekspor, penurunan nilai tukar membuat harga produk negara tersebut dalam mata uang asing menjadi lebih rendah, sehingga permintaan ekspor meningkat. Titik 2 tidak berada pada keseimbangan pasar pada kurva pasar-aset A, sehingga pada awalnya terjadi ekses permintaan uang karena meningkatnya transaksi yang disebabkan meningkatnya output. Ekses permintaan ini akan mendorong tingkat bunga di atas tingkat bunga dunia jika bank sentral tidak carnpur tangan pada pasar uang. Untuk menjaga nilai tukar pada tingkat yang baru El, bank sentral haws membeli foreign asset dan memperluas penawaran uang sampai kurva pasar-aset mencapai titik 2 dan menjadi A'. Depresiasi karenanya menyebabkan peningkatan output, namun juga perluasan penawaran uang.

10 3.2 Analisis Daya Saing Berbagai metode dapat dipergunakan dalam analisis daya saing, antara la in Revealed Cornpanfive Advantage (RCA), Revealed Trade Advantage (RTA), dan Acceleration Ratio (AR). Dalam penelitian ini, hanya akan digunakan indeks RCA untuk mengetahui posisi daya saing komoditi ekspor agroindustri Indonesia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa komoditi ekspor agroindustri yang diamati dalam penelitian ini merupakan komoditi unggulan ekspor, nilai impomya relatif kecil, sehingga tida k diamati. Sementara metode RTA maupun AR rnemerlukan data, baik ekspor maupun impor dari suatu komoditi, sehingga tidak sesuai untuk diguna kan dalam penelitian ini. I ndeks Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah suatu indeks yang umum digunakan untuk menunjukkan posisi relatif keunggulan komparatif suatu produk ekspor terhadap kinerja ekspor menyeluruh (Balassa, 4 965; Lall, 1995). indeks RCA didefinisikan sebagai rasio pangsa pasar produk tertentu suatu negara terhadap pangsa pasar dunia dari produk yang sama. Indeks RCA dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut: di mana: (Xe I TX) RCA = (1 1 (XWe I TXW) Xe TX XWe TXW = nilai ekspor komoditi e suatu negara = total ekspor negara yang bersangkutan = ekspor dunia komoditi e = total ekspor dunia. lndeks RCA dengan nilai di bawah satu menunjukkan relatjf disadvantage dalam mengekspor produk itu, sedangkan di atas satu menunju kkan relafif advantage.

11 RCA dapat dirinci lagi dafam empat jenis. Emerging comparative advantage, mengindikasikan bahwa produk selama kurun waktu tersebut merniliki peningkatan RCA dari di bawah satu menjadi lebih dari satu. Continujng comparative advantage adala h kelompok prod uk yang mempertahankan RCA yang tinggi (di atas satu), menunjukkan bahwa pola keunggulan komparatifnya tidak terlalu dinamis. Continuing comparative disadvantage mengindikasikan produk yang merniliki RCA di bawah satu. Jenis terakhir, declining comparative advantage menunjukkan produk yang RCA-nya turun dari di atas satu menjadi di bawah satu. Negara yang memiliki RCA dalam kelompok low skill exporfs lebih tinggi daripada high skill exports, dan masing-masing RCA high skill exports lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa negara tersebut tidak rnemiliki keunggulan relatif dalam mengekspor produk yang skill intensif. Meskipun RCA ini merupakan parameter yang sering dipakai untuk melihat perturnbuhan daya saing suatu produk, namun harus disadari bahwa hasil analisis RCA sering berbeda dengan kesan yang diberikan oleh nilai ekspor maupun oleh rata-rata pertumbuhannya (Lall and Rao, 1995). Disarnping itu, walaupun keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang berguna, namun sifatnya statis yaitu menunjukkan keunggulan ekspor suatu negara pada suatu waktu tertentu, tidak selamanya. Oleh karenanya, untuk mempertahankan keunggulan komparatif harus dipertahankan faktorfaktor yang rnendukungnya. faktor-faktor tersebut, menurut Ray (1998) adalah (1) teknologi; (2) faktor endowment, misalnya sumber daya alam dan popuiasi; (3) preferensi; dan (4) skala ekonomis. Posisi suatu negara atas faktor-faktor tersebut dapat saja berubah.

12 ,..a-n. rv. Y~,VI ~v,##&u& b # b b ~ u l laqtu# # IQJ 3adl UUdll IllellYWdll kepada tatanan global menuju perekonomian tanpa batas-batas negara. Hambatan perdagangan, baik yang berupa hambatan brif maupun non-tarif (teknis), rnulai berangsur-angsur dikurangi/dihilangkan. Kecendenrngan perdagangan intemasional ini tentunya mempunyai dampak bagi perekonomian suatu negara. Mengikuti globalisasi berarti membuka peluang bagi masuknya produk asing ke pasar domestik meskipun berarti juga memperluas kesempatan untuk masuk ke pasar luar negeri atau memperluas pangsa pasar. Tidak mengikuti globalisasi akan rnengakibatkan kesulitan bagi suatu negara untuk memperoleh bahan baku atau barang yang dipedukan dari luar negeri. Oleh karena risiko tidak mengikuti globalisasi lebitr besar dan'pada mengikuti globalisasi maka negara-negara di dunia cendenrng untuk masuk ke dalam sistem perdagangan global abu regional. Teori Heckscher-Qhlin rnenyebutkan bahwa perdagangan internasional akan menguntungkan kedua belah pihak karena masing-masing pihak dapat rnemanfaatkan perbedaan faktor produksi yang tersedia di negara-negata yang berbeda (Krugman and Obstfled, 1988; Bhagwati, 7993). Namun, dampak perdagangan bebas pada perekonomian suatu negara tidaklah sama. Menurut Holst dan Melo (1991, dalam Widjaja, 2000), Korea Selatan mampu meningkatkan pertumbuhan PNB-nya setelah memberlakukan liberalisasi perdagangan. Di pihak lain, dengan liberalisasi negara-negara Afrika mengalami defisit anggaran pemetintah yang semakin besar, yang disebabkan karena meningkatnya nilai impor yang tidak sebanding dengan peningkatan nilai ekspor (Devaragan, 1990).

13 disebabkan tidak adanya perencanaan untuk mengintegrasikan pasar produk agro-olahan, bahan baku produksi pertanian, dan pabrik pengolahan. Anderson dan Tyers (1990) mengevaluasi dampak liberalisasi perdagangan sektor pertanian dengan metode GLS (genemi least square), menunjukkan bahwa apabila terjadi liberalisasi pada sektor pertanian, khususnya pangan, maka negara-negara maju akan memperuleh manfaat lebih banya k dibandingkan negara-negara berkem bang. Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh Bumiaux (1990) dan Soudlet (1990, dalam Hanani, 2000). Azis (1990, dalarn Widjaja, 2000) mengembangkan suatu mdel ekonornetrika yang dikaitkan dengan ASEAN LINK (LINK = the international linkage of national economk models) untuk menjelaskan perekonomian Indonesia. Model yang dikembangkan menganalisis pengaruh perdagangan eksternal dengan mendisagregasi beberapa negara rnitra dagang Indonesia yang potensial (ASEAN, Jepang, Amerika, Empa, dan resf of the world). Skenario eksternal yang digunakan dalam simulasi kebijakan adalah perubahan apresiasi yen terhadap dollar, peningkatan maupun penurunan ekspor dan impor terhadap negara-negara mitra dagang di luar ASEAN, peningkatan perdagangan intra ASEAN, peningkatan FDI, dan pengurangan tarif impor. Meskipun mampu menangkap perubahan situasi perdagangan eksternal, namun pembagian produknya hanya terbatas atas barang manufaktur, barang primer, dan migas. Dampak liberalisasi perdagangan pada sektor pertanian negara berkembang yang diteliti oleh Moreddu (1990) dan Krissoff (1990) menunjukkan bahwa pendapatan ekspor pada sektor pertanian negara-negara berkembang akan rneningkat apabila liberalisasi dilakukan secara unilateral

14 {sepihak) oleh negara berkembang, dan akan turun jika dilakukan bersama negara maju (multilateral). Pertumbuhan ekspor Indonesia dikaitkan dengan kebijakan perdagangan yang dilakukan pemerintah Indonesia, selama periode 1985 sampai 1993, dianalisis oleh Dasgupta (1995), dengan menggunakan suatu model persamaan simultan. Analisis dilakukan dari sisi permintaan (nilai tukar dan pendapatan dunia) maupun sisi penawaran (investasi, harga domestik, infrastnrktur dan kebijakan perdagangan). Di sisi permintaan, hasil analisis menunjukkan elastisitas harga permintaan yang relatif tinggi. Hal ini menunjukkan ba hwa Indonesia dapat meneruskan pengembangan ekspor secara substantial tanpa menemui hambatan permintaan. Elastisitas pendapatan permintaan dunia juga tinggi, mengindikasikan ba hwa pengembangan ekspor lndonesia sudah benar. Oi sisi penawaran, hasil analisis menunjukkan adanya beberapa faktor yang sangat berperan. Elastisitas harga penawaran temyab rendah, sementara deregulasi perdagangan dan investasi memiliki peran yang lebih besar. lnvestasi yang lebih besar cenderung meningkatkan respon ekspor. Pertumbuhan pemintaan domestik memiliki efek negatif terhadap ekspor. Devaluasi yang besar rnendorong e kspor secara signifi kan tetapi dampakny a temyata sangat pendek. Simulasi atas variabel kebijakan menyarankan bahwa pengurangan harnbatan perdagangan adatah lebih penting dan mernpunyai efek yang lebih lama terhadap pertumbuhan ekspor. Ratnawati (1996) meneliti dampak kebijakan tarif impor dan pajak ekspor terhadap kinerja perekonomian sektor pertanian dan distribusi pendapatan di Indonesia, menggunakan pendekatan Model Keseimbangan Umum (computable general equilibrium, CGE). Hasil simulasi kebijakan dalam

15 penelitian Ratnawati memperlihatkan bahwa penurunan tarif impor dan pajak ekspor secara nyata, menyebabkan tejadinya trade off antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penurunan distribusi pendapatan serta stabilitas ekonomi. Penurunan tarif impor meningkatkan kinerja perekonornian Indonesia, yang ditunjukkan oleh kenaikan PDB riil, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih murah mampu mendorong kenaikan produksi barang-barang domestik meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami penurunan. Penurunan pajak ekspor meningkatkan PDB riil dan menurunkan nilai tukar rupiah. Pada sektor agroindutri, penurunan tarif impor menyebabkan kenaikan ekspor yang lebih besar daripada impor, sehingga terjadi surplus perdagangan. lmplikasi kebijakan yang dapat dimmuskan adalah kemungkinan menetapkan agroindustri sebagai sektor andalan karena kemampuannya rnempertahankan surplus neraca perdagangan nonmigas maupun kemampuannya dalam memanfaatkan sumberdaya domestik. Saragih (1996) me-agamati bahwa pertumbuhan impor agroindustri yang positip, yaitu dari 26.4% pada tahun 1971 menjadi 31.6% pada tahun 1995, meskipun neraca perdagangan masih positip, perlu mendapat perhatian karena selama 10 tahun terjadi peningkatan yang cukup besar. Peningkatan pangsa impor ini perlu diwaspadai faktor-faktor penyebabnya, terutama dalam menghadapi era globalisasi. Widjaja (2000), dalam penelitiannya tentang dampak liberalisasi perdagangan terhadap kinerja ekonomi Indonesia, menyimpuikan bahwa liberalisasi perdagangan berdampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia, lebih khusus terhadap kineja perdagangan. Eliminasi tarif secara sekaligus memberikan hasil lebih baik daripada secara gradual. Sedangkan

16 kebijakan devaluasi nilai tukar rupiah dianggap tidak cukup ampuh untuk rneningkatkan kine ja perdagangan Indonesia. Hanani (2000) juga meneliti kineja perekonomian lndonesia pada era liberalisasi perdagangan, menyimpulkan bahwa perilaku perdagangan komoditi dominan (beberapa diantaranya mempakan komoditi agroindustri) secara umum dicirikan dengan negara tujuan ekspor maupun asal impur yang tidak saling bersubstitusi; elastisitas harga ekspor maupun impor umumnya inelastis; dan perubahan ekspor maupun impor elastis terhadap penrbahan produksi dan konsumsi domestik khususnya dalam jangka panjang. Perilaku harga komoditi yang diteliti umumnya mernpunyai hubungan positif dan nyata dengan harga dunia, serta berhubungan positip dengan nilai tukar mata uang meskipun responnya rendah. Hasil penelitian Alamsyah (1 999) tentang dampak liberalisasi perdagangan terhadap keragaan industri kelapa sawit lndonesia dan perdagangan minyak sawit dunia menyimpulkan bahwa penumnan pajak ekspor akan mem beri kan dampa k positif bagi Indonesia, yaitu te jadinya I peningkatan ekspor dan pangsa pasar Indonesia. Ekspor minyak inti sawit lndonesia lebih responsif terhadap perubahan harga ekspor dan nilai tukar dibandingkan Malaysia, menunjukkan bahwa setiap peluang ekspor yang terjadi akibat kenaikan harga ekspor dan nilai tukar akan direspon lndonesia le bi h besar daripada Malaysia. Selain itu, Alamsyah juga menyimpulkan bahwa liberalisasi perdagangan yang dilaksanakan oleh semua negara termasuk Indonesia, akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi industri kelapa sawit Indonesia. Ekspor minyak sawit kasar lndonesia naik dengan peningkatan rata- rata yang jauh lebih besar dari negara eksportir lainnya. Namun, jika liberalisasi

17 perdagangan hanya dila ku kan sepiha k oleh negara-negara eksportir pesaing Indonesia, berdampak pada penurunan ekspor mtnyak sawit kasar Indonesia karena turunnya harga ekspor dunia yang disebabkan kenaikan ekspor negara- negara pesaing Indonesia. Abidin (20001, yang meneliti tentang dampak liberalisasi perdagangan terhadap keragaan industri gula lndonesia menyatakan bahwa penerapan liberalisasi secara penuh ternyata melemahkan keragaan industri gula Indonesia, menurunkan ekspor dunia dan menaikkan harga gula dunia. Negara-negara importir pada umumnya kurang memperhitungkan harga impor dibanding dengan kuatnya tarikan permintaan gula untuk konsumsinya. Di samping itu, sebagian negara pengimpor mempertimbangkan nilai tukar mata uangnya. lndonesia tergolong importir yang mengimpor bukan hanya karena harga dan perubahan nilai tukar melainkan lebih karena tekanan pemenuhan permintaan domestik. Penelitian-penelitian di atas telah rnemberikan wawasan yang sangat berharga terhadap pengaru h liberalisasi perdagangan, terutama dalam sektor ', agroindustri. Masih diperlukan banyak penelitian lanjutan untu k mem berikan gambaran yang lengkap tentang penganrh perubahan internal maupun eksternal dalam rangka memili h kebijakan perdagangan luar negeri dalam meng hadapi era perdagangan bebas

8. KESlMPUlAN DAN SARAN

8. KESlMPUlAN DAN SARAN 8. KESlMPUlAN DAN SARAN 8.f Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesirnpulan sebagai berikut. 1. Secara umum model yang dikembangkan dalam penelitian ini cukup baik dan mampu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri

1. PENDAHULUAN. usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri 1. PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Perturnbuhan perekonomian Indonesia sampai pertengahan tahun 1990an menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Hal ini ditandai dengan perturnbuhan produk domestik bruto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA Tujuan dari simulasi model adalah untuk mengilustrasikan model ECM yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkeinginan

Lebih terperinci

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai

Lebih terperinci

ditunjukkan oleh kenaikan RGDP, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih murah mampu mendorong kenaikan produksi barang-barang

ditunjukkan oleh kenaikan RGDP, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih murah mampu mendorong kenaikan produksi barang-barang VII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl 7.1. Keslmpulan 1. Penurunan tarif impor meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh kenaikan RGDP, disebabkan karena biaya produksi yang relatif lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian terbuka dalam arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka inilah yang membawa suatu

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin

Lebih terperinci