A. Sistem Klaim Pelayanan Pasien BPJS rawat jalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Sistem Klaim Pelayanan Pasien BPJS rawat jalan"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil magang selama 1 (satu) bulan terhitung tanggal 25 Januari 2016 sampai dengan 25 Februari 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, maka dibawah ini penulis akan membahas dan menjabarkan data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem dan prosedur klaim pelayanan pasien Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selama 1 (satu) bulan melakukan magang di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pengamat ditempatkan pada bidang Pengelolaan pendapatan yang mempunyai tugas dan fungsi menyelia penyelenggaraan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan. Salah satu ekstensifikasi yang dilakukan bidang pengelolaan pendapatan adalah bekerjasama dengan BPJS kesehatan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sistem pembayaran atas kerjasama yang dilakukan keduanya yakni rumah sakit mengajukan klaim atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat kepada BPJS kesehatan sebelum tanggal 15 (lima belas) setiap bulannya. Dalam menjalankan fungsi tersebut terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) pengajuan klaim pelayanan kepada BPJS kesehatan yang digunakan sebagai landasan kegiatan pengajuan klaim. Berikut adalah penjabaran data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem dan prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. hal tersebut antara lain : A. Sistem Klaim Pelayanan Pasien BPJS rawat jalan Pada sebuah organisasi terdapat beberapa fungsi (pemasaran, keuangan, SDM, produk dan lainnya), dimana masing-masing mempunyai aktivitas dan deskripsi pekerjaan yang berbeda satu sama lain. Pemanduan fungsi tersebut memerlukan perencanaan organisasi sebagai sebuah sistem. Karenanya untuk mempermudah pembahasan maka pada bab ini penulis akan membahas mengenai 55

2 56 sistem klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sistem pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tujuan dari sistem pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, mendorong layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidak memberikan reward terhadap provider yang melakukan over treatment, under treatment maupun melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim. Dengan sistem pembiayaan yang tepat diharapkan tujuan diatas bisa tercapai. Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakan yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran prospektif. Metode pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasarkan pada setiap aktivitas layanan yang diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya yang harus dibayarkan. Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Sistem pembayaran yang diterapkan BPJS Kesehatan adalah sistem pembayaran prospektif. Sistem pembiayaan prospektif menjadi pilihan karena : 1. Dapat mengendalikan biaya kesehatan 2. Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar 3. Membatas pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atau under use 4. Mempermudah administrasi klaim 5. Mendorong provider untuk melakukan cost containment. Di Indonesia, metode pembayaran prospektif dikenal dengan Casemix (case based payment). Pengertian sistem casemix menurut wawancara dengan bu Yuni, kepala seksi penatausahaan pendapatan (25 Mei 2016) adalah sebagai berikut. Di Indonesia sistem casemix dikenal dengan sistem INA CBG s (Indonesia Case Based Groups) dan sudah diterapkan sejak Tahun 2008 sebagai metode pembayaran pada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

3 57 Menurut Permenkes No. 27 tahun 2014, Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang sama dan biaya perawatan yang sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouping. Sistem casemix ini merupakan sistem yang dipakai BPJS kesehatan untuk metode pembayaran klaim pada faskes lanjutan. Sistem casemix (INS CBG s) pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group) kemudian pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari sistem INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi sistem INA-CBG (Indonesia Case Based Group). Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG Tahun 2008, tarif INA-CBG Tahun 2013 dan tarif INA-CBG Tahun Tarif INA-CBG mempunyai kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok rawat jalan, dengan sistem koding ICD- 10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan. Pengelompokan kode diagnosis dan prosedur dilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU Grouper). UNU-Grouper adalah Grouper casemix yang dikembangkan oleh United Nations University (UNU). RSUD Dr. Moewardi merupakan salah satu fasilitas kesehatan lanjutan tipe A yang menggunakan sistem INA CBG s. Struktur kode INA CBG s terdiri dari 4 digit. Contoh kode INA CBG s adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Struktur kode INA CBG s No Tipe layanan Kode INA CBG s Deskripsi Kode INA CBG s 1 Rawat Jalan L Prosedur kecil lain-lain pada Sumber : bagian pengelolaan pendapatan RSUD Dr. Moewardi Struktur Kode INA-CBGs terdiri atas : 1) Digit ke-1 merupakan Case-Mix Main Groups (CMGs) a) Adalah klasifikasi tahap pertama b) Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) payudara

4 58 c) Berhubungan dengan sistem organ tubuh d) Pemberian Label Huruf disesuaikan dengan yang ada pada ICD 10 untuk setiap sistem organ e) Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2 Ambulatory CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 Special CMGs dan 1 Error CMGs) f) Total CBGs sampai saat ini sebanyak g) 31 CMGs yang ada dalam INA-CBGs terdiri dari : Tabel 4.2 Case Main Group (CMG) No Case-Mix Main Groups (CMG) CMG Codes 1 Central nervous system Groups G 2 Eye and Adnexa Groups H 3 Ear, nose, mouth & throat Groups U 4 Respiratory system Groups J 5 Cardiovascular system Groups I 6 Digestive system Groups K 7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B 8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M 9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L 10 Endocrine system, nutrion & metabolism Groups E 11 Nephro urinary system Groups N 12 Male reproductive system Groups V 13 Female reproductive system Groups W 14 Deleiveries Groups O 15 Newborns & neonates Groups P 16 Haemopoeitic & immune system Groups D 17 Myeloproliferative system & neoplasma Groups C 18 Infectious & parasitic diseases Groups A 19 Mental health and behavioral Groups F 20 Substance abuse & dependence Groups T

5 59 21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups S 22 Factors influencing health status & other contacts with Z health services Groups 23 Ambulatory Groups-Episodic Q 24 Ambulatory Groups-Package QP 25 Sub-Acute Groups SA 26 Special Procedures YY 27 Special Drugs DD 28 Special Investigations I II 29 Special Investigations II IJ 30 Special Prosthesis RR 31 Chronic Groups CD 32 Error CMG s X Sumber : Permenkes No. 27 tahun ) Digit ke-2 merupakan Case-Based Groups (CBGs) Sub-group kedua yang menunjukkan tipe kasus (1-9). Berikut ini adalah table case based groups (tipe kasus). Tabel 4.3 Case Based Groups/ tipe kasus No Tipe Kasus Group 1 Prosedur Rawat Inap Group-1 2 Prosedur besar Rawat Jalan Group-2 3 Prosedur signifikan Rawat Jalan Group-3 4 Rawat Inap bukan prosedur Group-4 5 Rawat Jalan bukan prosedur Group-5 6 Rawat inap kebidanan Group-6 7 Rawat jalan kebidanan Group-7 8 Rawat inap Neonatal Group-8 9 Rawat Inap Neonatal Group-9 10 Error Group-0 Sumber : Permenkes No. 27 tahun 2014

6 60 3) Digit ke-3 merupakan Kode CBGs Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan numerik mulai dari 01 sampai dengan 99. 4) Digit ke-4 merupakan Severity Level Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi menjadi : a) 0 Untuk Rawat jalan b) I - Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi maupun komorbiditi) c) II - Sedang Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan mild komplikasi dan komorbiditi) d) III - Berat Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major komplikasi dan komorbiditi) Tarif INA-CBGs merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non-medis. Tarif INA-CBGs yang digunakan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 Januari 2014 diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, dengan beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Pengelompokan Tarif 7 kluster rumah sakit, yaitu : a. Tarif Rumah Sakit Kelas A b. Tarif Rumah Sakit Kelas B c. Tarif Rumah Sakit Kelas B Pendidikan d. Tarif Rumah Sakit Kelas C e. Tarif Rumah Sakit Kelas D f. Tarif Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasional g. Tarif Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional Pengelompokan tarif berdasarkan penyesuaian setelah melihat besaran Hospital Base Rate (HBR) sakit yang didapatkan dari perhitungan total biaya

7 61 pengeluaran rumah sakit. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari satu rumah sakit, maka digunakan Mean Base Rate. 2. Regionalisasi, tarif terbagi atas 5 Regional yang didasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dan telah disepakati bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan. Regionalisasi dalam tarif INA-CBGs dimaksudkan untuk mengakomodir perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. No Tabel 4.4 Daftar Regionalisasi Tarif INA CBG s REGIONALISASI I II III IV V Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Y Jawa Timur Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Lampung Bali NTB Sumber : Permenkes No. 27 tahun 2014 NAD Sumatera Utara Jambi Bengkulu Kepulauan Riau Kal. Barat Sulawesi Utara Sul. Tengah Sul. Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Sul. Selatan Kal. Selatan Kal.Tenga h Bangka Belitung NTT Kalimantan Timur Kalimantan Utara Maluku Maluku Utara Papua Papua barat 3. Terdapat pembayaran tambahan (Top Up) dalam sistem INA-CBGs versi 4.0 untuk kasus kasus tertentu yang masuk dalam special casemix main group (CMG), meliputi : a. Special Prosedure b. Special Drugs

8 62 c. Special Investigation d. Special Prosthesis e. Special Groups Subacute dan Kronis Top up pada special CMG tidak diberikan untuk seluruh kasus atau kondisi, tetapi hanya diberikan pada kasus dan kondisi tertentu. Khususnya pada beberapa kasus atau kondisi dimana rasio antara tarif INA-CBGs yang sudah dibuat berbeda cukup besar dengan tarif RS. Sistem INA CBG s digunakan oleh rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) lanjutan untuk mengajukan klaim pelayanan kepada BPJS kesehatan. Sistem INA CBG s digunakan oleh RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk membuat prosedur klaim pelayanan yang terdiri dari klaim pelayanan rawat jalan, klaim pelayanan rawat inap, klaim pelayanan gawat darurat, klaim alat kesehatan, klaim ambulans, klaim Continuous Ambulatory Peritonial Dialisis (CAPD) pada pasien gagal ginjal. Pada pembahasan ini, sesuai dengan pekerjaan yang penulis lakukan selama magang maka penulis dibawah ini akan membatasi pembahasan pada prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan. B. Prosedur Klaim Pelayanan Pasien BPJS Rawat Jalan Dalam berbagai aktivitas, manusia sering kali dihadapkan dengan berbagai macam prosedur ataupun tata laksana pelaksanaan/penggunaan. Tak terkecuali dalam pengajuan klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan yang dimulai dari proses input data pribadi pasien, pengolahan data klaim pasien BPJS rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pengkodingan data pasien BPJS rawat jalan, sampai dengan pengajuan klaim pasien BPJS rawar jalan dari RSUD Dr. Moewardi kepada BPJS Kesehatan. Dengan adanya prosedur maka aktivitas tata pelaksanaan suatu pekerjaan menjadi lebih tertata karena ada standar baku yang menjadi pendoman atau acuannya. Adapun prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan dapat dilihat dalam bagan 4.1 berikut ini.

9 63 Bagan 4.1 ALUR KLAIM PASIEN PESERTA BPJS RAWAT JALAN Pelayanan Pengolahan Data Klaim Coder BPJS Mulai Identitas peserta BPJS Surat rujukan Verifikasi 1. Kelengkapan berkas 2. Kesesuaian LBP & billing Dx ICD X PX ICD IX CM GROUPING Pengeceka n status pasien Pes erta eligi bel VALID Loket pendaftran Urutkan pertanggal PURIFIKASI peserta ya tidak revisi VERIFIKASI - SEP - LBP - Rekam data - Rekap/bulan Tak sesuai sesuai - SEP TT pasien/kel - LBP TT DPJP (tulis Dx &Px FPK Klaim BPJS Karu memastikan berkas sudah sesuai Sumber : Bagian Pengelolaan Pendapatan RSUD Dr. Moewardi Surakarta

10 64 Berikut ini penjelasan dari masing masing tahapan dalam sistem dan prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan yang disertai dengan bagan arus sehingga dapat menunjukkan urutan proses dengan melihat nomor dalam simbol penghubung. 1. Pelayanan pasien BPJS rawat jalan a. Pasien datang Adapun penulis mencoba menjelaskan alur pendaftaran pasien rawat jalan yang datang ke RSUD Dr. Moewardi. Dalam proses kedatangan pasien rawat jalan yang datang ke RSUD Dr. Moewardi akan dikelompokkan dalam beberapa kategori. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit, pasien dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Pasien yang dapat menungu Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan adalah : a) Jam buka pelayanan adalah pukul WIB setiap harinya, kecuali hari jumat pukul WIB. b) Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak boleh lebih dari 60 menit. c) kepuasaan pasien rawat jalan lebih dari 90 %. 2) Pasien yang segera ditolong (gawat) Pasien yang ketika datang terlihat pucat, lemas dan dirasa tidak bisa menunggu maka oleh petugas, pasien tersebut akan diberikan gelang berwarna kuning pada pergelangan tangan kanannya. Gelang kuning pada tangan kanan artinya pasien tersebut beresiko jatuh sehingga pasien dengan gelang kuning dalam pelayanan rawat jalan akan didahulukan atau tidak perlu menunggu. Menurut jenis kedatangannya pasien dibedakan menjadi 3 diantaranya : 1) Pasien baru Adalah pasien yang baru pertama kali datang kerumah sakit untuk berobat. Pasien baru diterima ditempat registrasi pasien (bagian

11 65 pendaftaran) dan akan ditanyai oleh petugas guna mendapatkan data identitas pasien dengan mengisi Kartu Indek Utama Pasien (KIUP). Sekaligus mendapatkan kartu berobat yang sudah diberi nomor yang akan digunakan sebagai kartu pengenal yang harus dibawa pada setiap kunjungan atau berobat ulang ke RSUD Dr. Moewardi. Pengisian Kartu Indek Utama Pasien meliputi : a) Nama b) Tempat, tanggal lahir c) Agama d) Alamat e) Jenis kelamin f) Pendidikan g) Pekerjaan h) No telepon 2) Pasien lama Adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan berobat. Pasien lama yang datang ke bagian pendaftaran pasien RSUD Dr. Moewardi tidak perlu menulis KIUP lagi karena sudah mempunyai kartu berobat yang sudah diberi nomor. 3) Self registration/registrasi mandiri (poliklinik Cendana) Pasien self registration sebelumnya sudah melakukan registrasi secara online pada laman atau whatsapp ke no , telp : (0271) , fax : (0271) Pada pasien self registration pasien dapat memilih dokter yang diinginkan serta dapat mengetahui nomor urutnya. b. Loket Pendaftaran Pasien rawat jalan yang sudah mengantri satu persatu akan dipanggil oleh petugas registrasi untuk diperiksa kelengkapan dokumennya. Dokumen yang perlu dibawa oleh pasien BPJS rawat jalan ketika akan berobat di RSUD Dr. Moewardi yaitu :

12 66 1) Identitas peserta BPJS Pasien dinyatakan sudah menjadi peserta BPJS atau belum dapat dilihat dari kepemilikan kartu BPJS. Apabila pasien sudah memiliki kartu BPJS maka pasien tersebut merupakan peserta BPJS. Berikut adalah contoh kartu pasien peserta BPJS. Gambar 4.1 Kartu Peserta BPJS Kesehatan Sumber : Keterangan : 1) No kartu Pada contoh kartu peserta BPJS diatas, no kartunya adalah ) Nama pasien Nama pasien menunjukkan identitas pasien. 3) Nomor Induk Kepersertaan (NIK) Nomor Induk Kepersertaan (NIK) menunjukkan bahwa pasien tersebut merupakan peserta BPJS dengan urutan no sekian se Indonesia. 4) Faskes Tingkat I Fasilitas kesehatan Tingkat I merupakan fasilitas pelayanan pertama yang paling dekat dengan pasien. Fasilitas tingkat

13 67 pertama biasanya puskesmas, klinik kecil, dokter praktek dirumah. 2) Surat Rujukan BPJS menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, dimulai dari faskes tingkat I sampai faskes tingkat III. Seperti hasil wawancara dengan bu Yuni selaku kepala seksi penatausahaan pendapatan (Jum at, 26 Februari 2016) sebagai berikut. BPJS menerapkan sistem pelayanan berjenjang agar rumah sakit besar seperti RSDM pasien tidak mbludak. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A jadi untuk bisa berobat ke Moewardi, pasien harus mendapat rujukan terlebih dahulu dari faskes tipe D, C, B baru A dan itu harus urut. Oleh karena itu, pasien BPJS yang ingin berobat ke RSDM harus membawa surat rujukan dari fasilitas kesehatan tipe B. 3) Gawat darurat (tanpa rujukan) Sistem pelayanan berjenjang yang diterapkan BPJS kesehatan tidak berlaku bagi pasien gawat darurat. Pasien gawat darurat boleh langsung ke fasilitas kesehatan tipe A apabila sakitnya memang cukup parah. Semua dokumen yang disiapkan pasien nantinya oleh petugas pendaftaran akan diperiksa terutama pemeriksaan pada eligibilitas peserta BPJS dan surat rujukan pasien. Petugas pendaftaran bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan keabsahan kartu dan surat rujukan serta melakukan input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP. Dalam pemeriksaan peserta BPJS terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Peserta BPJS eligibel Peserta BPJS eligibel maksudnya peserta BPJS tersebut tidak mempunyai masalah dalam keabsahan peserta. Peserta BPJS yang sudah eligibel oleh petugas akan diberikan lembar SEP dan LBP (lembar bukti pelayanan) untuk dibawa menuju poli yang diinginkan.

14 68 2) Peserta BPJS belum eligibel Bagi pasien peserta BPJS yang belum eligibel oleh petugas akan diarahkan menuju BPJS center yang ada di RSUD Dr. Moewardi. peserta yang belum eligibel tersebut oleh petugas akan dicek penyebab peserta belum eligibel, biasanya pasien peserta BPJS belum eligibel dikarenakan adanya tunggakan dalam pembayaran iuran BPJS. Apabila peserta yang belum eligibel membayar tunggakan iuran BPJS-nya ditambah denda. Maka pasien peserta BPJS tersebut selanjutkan baru bisa mendapatkan SEP dan LBP dari petugas pendaftaran. c. Poli/pelayanan yang dituju Pasien yang telah mendapat SEP dan LBP diarahkan menuju poli yang diinginkan. Pada poli yang dituju, pasien akan mengantri untuk dipanggil guna pemeriksaan. Prosedur pemanggilan pasien di RSUD Dr. Moewardi adalah petugas diharuskan menyebutkan nama lengkap, umur, alamat. Seperti wawancara dengan mbak Shinta selaku pengolah data klaim bagian pelayanan sebagai berikut. Dalam prosedur memanggil pasien, petugas tidak boleh hanya menyebutkan nama saja tetapi harus menyebutkan nama lengkap, umur dan alamat pasien. hal itu dilakukan karena ada beberapa kasus, pasien memiliki nama yang sama mendapatkan pemeriksaan yang tidak sesuai dengan diagnosanya dan hal itu berbahaya. (Senin, 23 Mei 2016) Ketika pasien telah menjalani pengobatan yang dituju, maka pada lembar SEP harus terdapat tanda tangan pasien/keluarga. Sedangkan pada lembar LBP harus ada tanda tangan Dewan Penanggung Jawab Pasien (DPJP)/dokter. Dokter yang menjadi penangungg jawab pasien juga harus menulis diagnose (Dx) dan Prosedur (Px). Namun dalam pengamatan, dokter sering lupa dalam memberikan tanda tangan, Dx dan Px dalam lembar LBP pasien. Pasien yang telah menjalani pengobatan di poli yang dituju selanjutnya akan diarahkan menuju apotik (apabila pasien tersebut dalam

15 69 pemeriksaannya memerlukan obat). Pasien peserta BPJS tidak perlu ke kassa karena semua pemeriksaan dan obat akan di klaimkan oleh rumah sakit kepada BPJS kesehatan. d. Apotik Di apotik pasien menyerahkan lembar obat yang di dapat dari poli kepada petugas apotik. Selanjutnya petugas apotik akan menyiapkan dan menyerahkan obat tersebut kepada pasien. e. Pasien pulang f. Kepala ruang memeriksa berkas Setelah pasien rawat jalan pulang, kepala ruang setiap poli kemudian memeriksa dan memastikan bahwa daftar pasien yang masuk/berobat dengan berkas, serta billing sudah sesuai. Bagan 4.1 Alur Pelayanan Faskes Rawat Jalan Pasien Datang Loket Pendaftaran Poliklinik yang dituju Apotik Pasien Pulang Sumber : Diolah berdasarkan hasil pengamatan 2. Mengolah data berkas pasien BPJS rawat jalan Berkas pasien BPJS rawat jalan yang sudah diperiksa oleh kepala ruang kemudian dilakukan pengolahan data oleh petugas pengolahan data pendapatan. Dalam pengolahan data berkas pasien BPJS rawat jalan akan dilakukan verifikasi yang meliputi : a) Kelengkapan berkas Untuk dapat mengajukan klaim kepada BPJS kesehatan, petugas pengolahan data harus memeriksa kelengkapan berkas dari pasien peserta BPJS rawat jalan. Berkas tersebut diantaranya :

16 70 1) Surat Eligibiltas Pasien (SEP) 2) Lembar Bukti Pelayanan (LBP) 3) Surat Kontrol (jika pasien kontrol setiap bulan) Kendala yang sering ditemui dalam verifikasi kelengkapan berkas yakni sering adanya dokter yang lupa menandatangani LBP. Selain itu petugas pengolahan data juga sering menemui adanya SEP yang salah tulis oleh petugas pendaftaran sehingga membuat ada 2 SEP dengan nama yang berbeda. Jika hal itu terjadi, maka oleh petugas pengolahan data berkas yang bermasalah tersebut akan dilakukan revisi atau perbaikan dengan mencocokkannya dengan data yang ada di komputer. b) Kesesuaian LBP dan billing Jika berkas sudah lengkap, selanjutnya petugas pengolah data akan mengecek kesesuaian LBP dengan billing. Hal itu dilakukan agar berkas yang masuk dengan data yang ada di komputer sama. Apabila verifikasi berkas sudh lengkap serta LBP dan data billing di computer sudah sesuai maka berkas tersebut dianggap sudah valid. Selanjutnya berkas akan dikirim ke petugas coder untuk dilakukan pengkodingan Dx dan Px. 3. Koding diagnosa (Dx) dan Prosedur (Px) pasien rawat jalan Koding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kode prosedur sesuai dengan ICD-9-CM. Koding sangat menentukan dalam sistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biaya yang dibayarkan ke Rumah Sakit. Unsur pembentuk koding terdiri dari tiga komponen yakni : a. Diagnosa Utama Diagnose utama membentuk Case Main Groups (CBG). Dalam diagnosa utama jika terdapat lebih dari satu diagnosis maka dipilih diagnosis yang paling banyak menggunkan resouces (SDM, bahan habis pakai, peralatan medic, tes pemeriksaan dan lain-lain). b. Diagnosa Sekunder

17 71 Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari diagnosis utama (komplikasi + Ko-morbiditi). Komplikasi adalah diagnosis yang muncul setalah pasien berada di rumah sakit. Sedangkan Ko-Morbiditi adalah diagnosis lain yang ada sebelum masuk rumah sakit. c. Tindakan/ Prosedur (ICD-9) Semua prosedur dikoding baik itu prosedur yang dilakukan didalam kamar operasi, non operasi seperti CT Scan, MRI, USG maupun prosedur yang melibatkan staf ahlu dan menggunakan alat canggih. Untuk bisa melakukan koding, RSUD Dr. Moewardi harus terlebih dahulu mempunyai sistem aplikasi INA CBG s. Aplikasi INA-CBGs merupakan salah satu perangkat entri data pasien yang digunakan untuk melakukan grouping tarif berdasarkan data yang berasal dari resume medis. Aplikasi INA-CBGs sudah terinstall dirumah sakit yang melayani peserta JKN, yang digunakan untuk JKN adalah INA-CBGs 4.0. Untuk menggunakan aplikasi INA-CBGs, rumah sakit sudah harus memiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi software INA- CBGs setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. Proses entri data pasien ke dalam aplikasi INA-CBGs dilakukan setelah pasien selesai mendapat pelayanan di rumah sakit (setelah pasien pulang dari rumah sakit), data yang diperlukan berasal dari resume medis, sesuai dengan alur bagan sebagai berikut : Bagan 4.4 Alur entry data software INA CBG s 4.0 Sumber : Permenkes No. 27 tahun 2014

18 72 Proses coder dilakukan oleh petugas adminitrasi klaim rumah sakit dengan mengacu pada hasil resume medis pemeriksaan pasien, selain itu perlu diperhatikan juga kelengkapan data administratif untuk tujuan keabsahan klaim. Proses coding menjadi grouping INA CBG s adalah sebagai berikut. a. Petugas coder/ klaim rumah sakit memasukkan variable data sosial yang diperlukan untuk proses grouping pada aplikasi INA CBG s 4.0 Gambar 4.2 Variabel Data Sosial Pasien Sumber : RSUD Dr. Moewardi Pada gambar di atas nama rumah sakit adalah RSUD Dr. Moewardi, kode rumah sakit yakni 1124R, kelas rumah sakit adalah A. Gambar 4.3 Variabel Tarif Rumah Sakit Sumber : RSUD Dr. Moewardi

19 73 b. Setelah memasukkan variable data sosial dan tarif rumah sakit pasien, petugas koding kemudian memasukkan kode Diagnosis dengan ICD 10 dan prosedur dengan ICD 9 CM yang dikoding dari resume medis pasien. Dalam melakukan coding, petugas klaim rumah sakit sering mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan dokter ketika menuliskan Dx dan Px pada lembar LBP tulisannya sulit dibaca. Apalagi RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan jadi tiap bulannya residen atau dokter yang bertugas sering berganti-ganti. Selain itu diagnosa yang kurang spesifik membuat aplikasi INA CBG s 4.0 tidak mau memuat diagnosa. c. Setelah data Diagnosis dan Prosedur dimasukkan, maka petugas coding diharuskan menekan tombol REFRESH kemudian dilakukan pengecekan ada atau tidak special CMG pada kasus tersebut, lalu klik tombol Simpan. d. Setelah disimpan maka akan terlihat hasil grouping INA CBG s. Seperti yang terlihat dibawah ini. Gambar 4.4 Hasil Grouping menggunakan Software INA CBG s Sumber : RSUD Dr. Moewardi

20 74 Walaupun sistem INA CBG s sudah dibuat sedemikian rupa namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala yang mengganggu dalam proses coding. Kendala tersebut bukan berasal dari sistem INA CBG s melainkan disebabkan oleh kesalahan dari civitas hospitalia RSUD Dr. Moeawardi sendiri. Selain masalah tulisan dokter yang sulit dibaca, diagnosa yang kurang spesifik, masalah kurangnya tenaga coding dan komputer juga menjadi kendala. RSUD Dr. Moewardi dalam pelaksanaan coding baru memiliki 5 petugas coder/klaim rumah sakit dan 5 komputer yang sudah terintegrasi aplikasi INA CBG s. Seperti wawancara dengan bu Yuni selaku kepala seksi penatausahaan pendapatan (25 Februari 2016) sebagai berikut. Kendala dalam proses klaim BPJS yakni residen yang berganti-ganti, keterbatasan sarana komputer, di RSUD Dr. Moewardi ini cuma ada 5 komputer untuk pengkodingan selain itu ketidaklengkapan berkas dan sistem yang belum terintegrasi juga menjadi penghambat klaim BPJS. Padahal untuk pasien BPJS rawat jalan setiap harinya berkas yang masuk kurang lebih 1000 berkas. Hal itulah yang menyebabkan proses pengkodingan menjadi lama dan petugas coder kurang teliti di dalam memasukkan variable data sosial maupun tarif pasien dikarena diburu-buru waktu. 4. Verifikasi klaim pelayanan rumah sakit oleh BPJS Kesehatan a. Purifikasi Setelah dilakukan pengkodingan diagnosa (Dx) dan prosedur (Px) dengan hasilnya Grouping INA CBG s pasien BPJS rawat jalan. Selanjutnya berkas klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan diserahkan kepada BPJS center yang ada di RSUD Dr. Moewardi untuk dilakukan purifikasi pada bagian lembar SEP-nya. Purifikasi adalah mencocokkan SEP dengan txt. Tujuan dilakukan purifikasi adalah BPJS ingin memastikan bahwa SEP pasien rawat jalan tersebut sudah sesuai. b. Verifikasi Apabila SEP dengan txt sudah cocok atau sesuai dengan data petugas BPJS maka langkah selanjutnya adalah verifikasi. Berkas klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan yang terdiri dari : 1) Laporan Individual pasien

21 75 2) SEP dan LBP (4 rangkap) 3) Surat control/ surat masih dalam perawatan 4) Rincian biaya sementara poliklinik pasien rawat jalan. Berkas berkas tersebut oleh petugas BPJS akan dicocokkan dengan purifikasi. Hal itu dilakukan dengan tujuan bahwa berkas yang diberikan rumah sakit dengan data yang ada pada petugas BPJS sudah sesuai. Namun apabila ada berkas yang dalam proses verifikasi belum sesuai maka oleh petugas BPJS berkas tersebut akan dikembalikan kepada bagian pengolahan data untuk dilakukan revisi. c. Rekam Data Apabila berkas telah selesai direvisi. Langkah selanjutnya adalah rekam data. Rekam data adalah proses mencocokkan data yang ada diberkas dengan yang ada di komputer. Gambar 4.5 Rekam Data Berkas Pasien BPJS Rawat Jalan Sumber : Bagian Pengelolaan Pendapatan RSUD Dr. Moewardi Surakarta

22 76 d. Rekap per bulan Setelah direkam data. Langkah selanjutnya petugas pengolahan data membuat rekapan per bulan jumlah atau rincian biaya yang akan di klaim kan kepada BPJS kesehatan. Selanjutnya rekapan tersebut di tulis dalam Form Pengajuan Klaim. Dalam Form Pengajuan Klaim (FPK) biaya pelayanan diajukan secara kolektif sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Gambar 4.6 Formulir Pengajuan Klaim (FPK) Sumber : e. Pengajuan klaim kepada BPJS Dalam klaim yang diajukan kepada BPJS kesehatan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan dibayar dengan paket INA CBGs tanpa pengenaan iur biaya kepada peserta. Klaim diajukan secara kolektif

23 77 oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan aplikasi INA CBGs Kementerian Kesehatan yang berlaku. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/ Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan kelengkapan administrasi umum dan kelengkapan lain sebagai berikut: 1) Rekapitulasi pelayanan 2) Berkas pendukung masing-masing pasien, yang terdiri dari: a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP) b) Resume medis/laporan status pasien/ keterangan diagnosa dari dokter yang merawat bila diperlukan 3) Bukti pelayanan lainnya, misal: a) Protokol terapi dan regimen (jadual pemberian obat) pemberian obat khusus b) Perincian tagihan Rumah Sakit (manual atau automatic billing) c) Berkas pendukung lain yang diperlukan. Setelah memenuhi semua berkas tersebut, selanjutnya Formulir Pengajuan Klaim (FPK) dikirim kepada BPJS kesehatan kota yang berada di Purwosari dengan terlebih dahulu ditanda tangani Direktur RSUD Dr. Moewardi dan petugas BPJS yang memverifikasi. Untuk berkas revisi dapat terus disusulkan kepada BPJS kesehatan karena masa valid berkas klaim adalah 2 (dua) tahun. Pengajuan klaim kepada BPJS kesehatan kota dilakukan setiap tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya. Untuk pembayaran klaim dari BPJS kepada rumah sakit dilakukan setelah 15 hari kerja terhitung mulai tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.

24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah dilaporkan pada bab 4 yang diberi judul Sistem dan Prosedur Klaim Pelayanan Pasien BPJS Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, penulis menarik kesimpulan bahwa sistem dan prosedur klaim di RSUD Dr. Moewardi pada dasarnya telah dibuat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) walaupun dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa hambatan yang hambatan tersebut kebanyakan disebabkan karena kesalahan civitas hospitalia sendiri. Berikut adalah kesimpulan dari hasil laporan bab IV. 1. Sistem casemix atau sistem INA CBG s adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang sama dan biaya perawatan yang sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouping. 2. Tarif INACBG s ditentukan berdasarkan kelas rumah sakit, regionalisasi rumah sakit dan adanya pembayaran tambahan (Top up) jika terdapat special Drugs, Prosedures, Investigation dan lain-lain. 3. Tarif INA CBG s digunakan untuk menentukan jumlah rincian biaya pelayanan, yang mana jumlah rincian tersebut digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim kepada BPJS kesehatan kota secara kolektif. 4. Tarif INA CBG s digunakan untuk mengajukan klaim pelayanan rawat inap, rawat jalan, alat kesehatan, ambulans, gagal ginjal. 5. Adapun prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan terbagi menjadi 4 yakni : a. Pelayanan Untuk dapat berobat menggunakan BPJS, pasien peserta BPJS rawat jalan harus memenuhi dokumen yang terdiri dari identitas pasien BPJS dan surat rujukan. Masalah yang sering terjadi dalam proses pelayanan adalah petugas kurang teliti di dalam mengetikkan nomor SEP sehingga sering 78

25 79 ditemui pasien dengan nomor SEP yang sama tetapi namanya berbeda. Solusi dari permasalahan tersebut adalah petugas dihimbau untuk teliti dalam memasukkan nomor SEP pasien. b. Pengolahan data Berkas dari pasien diperiksa kelengkapan berkasnya serta diperiksa kesesuaian LBP dengan billing. Apabila sudah lengkap dan sesuai berkas tersebut akan di coding, namun apabila masih tersdapat kesalahan berkas tersebut direvisi kembali. c. Coding Coding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kode prosedur sesuai dengan ICD-9-CM. Koding sangat menentukan dalam sistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biaya yang dibayarkan ke Rumah Sakit. masalah yang sering ditemui dalam coding adalah petugas dan computer yang digunakan untuk mengkoding belum banyak hanya terdiri dari 5 petugas dan 5 komputer, hal itu menyebabkan proses pengkodingan menjadi lama dan petugas koding keteteran dalam mengkoding. Selain itu, diagnose yang tidak spesifik serta tulisan dokter yang sulit dibaca membuat petugas coding kesulitan dalam mengkoder Diagnosa (ICD-10) dan Tindakan/prosedur (ICD-9) pasien BPJS. d. BPJS Petugas BPJS dalam prosedur klaim pelayanan pasien BPJS bertugas dalam melakukan purikasi dan verifikasi. Kendala yang sering ditemui dalam proses verifikasi adalah masih adanya berkas yang tidak sesuai sehingga berkas tersebut harus dikembalikan kepada petugas pengolahan data klaim untuk dilakukan revisi. Adanya berkas yang perlu direvisi tersebut menyebabkan rumah sakit harus bekerja dua kali padahal pengajuan klaim harus dilakukan pada tanggal 10 setiap bulannya. Pembayaran klaim oleh BPJS dilakukan setelah 15 hari kerja dihitung mulai tanggal 10 setiap bulannya.

26 80 B. Saran Setelah mengetahui sistem dan prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi dan beberapa kekurangannya, penulis mencoba memberikan saran yang semoga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi RSUD Dr. Moewardi untuk kedepannya prosedur klaim pelayanan pasien BPJS rawat jalan menjadi lebih baik lagi. Saran tersebut yaitu : 1. Diharapkan bagian sarana dan prasarana RSUD Dr. Moewardi menambah jumlah komputer yang digunakan untuk mengkoding INA CBG s karena saat ini baru terdapat 5 komputer yang digunakan untuk mengkoding sedangkan berkas yang harus dikoding khususnya pelayanan rawat jalan kurang lebih 1000 berkas. 2. Ketika pengamatan di bagian pengelolaan pendapatan penulis lihat adanya penumpukan berkas pasien rawat jalan proses rekam data karenanya penulis menyarankan akan adanya penambahan sumber daya manusia pada bagian tersebut agar masalah penumpukan berkas tidak sering terjadi setiap bulannya. 3. Sebaiknya ada himbauan kepada dokter-dokter untuk tidak lupa dalam menandatangani lembar LBP serta dalam menuliskan diagnose dan prosedur dan juga singkatan tulisannya harus bisa dibaca. Hal itu dilakukan agar petugas koder tidak kesulitan lagi di dalam mengkoder.

27 81 DAFTAR PUSTAKA Alen, Louis A Karya Management terj. J.M.A. Tuhuteru. Jakarta: PT Pembangunan. Amy, A Ensiklopedia Nasional Indonesia: Jilid I. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. Baridwan Zaky Sistem Akuntansi, Penyusunan Prosedur dan Metode. Yogyakarta: BPFE. Herdiansyah, Haris Wawancara, Observasi dan Focus Groups (sebagai instrument penggalian data kualitatif). Jakarta: Rajawali pers. Koontz, Harold dan Cyrill O Donnell Principles of Management, An Analysis of Managerial Functions. New York: Mc Graw Hill Book Coy Inc. Maulana, Agus Manajemen Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara. Maryati, MC Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Moekijat Administrasi Perkantoran. Bandung: Mandar Maju. Moekijat Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju. Moenir, A.S Tatalaksana (Menejemen) Perkantoran dan Penerapannya. Jakarta: Pradnya Paramitha. Sukoco, Badri Munir Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga : Surabaya. Syafei, Inu Kencana Ilmu Administrasi Publik. Rineka Cipta: Jakarta.

28 82 Syafei, Inu Kencana, dkk Ilmu Administrasi Publik. Rineka Cipta: Jakarta. Tim Penyusun Pusat Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): edisi 3 cetakan 4. Jakarta: Balai Pustaka. Wursanto, Ig Kearsipan 1. Kanisius : Yogyakarta. INTERNET Panduan praktis administrasi klaim fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan. Diakses pada hari Kamis, 14 April 2016 pukul 11:00 WIB. Panduan Praktis Pelayanan BPJS Kesehatan. diakses pada hari Kamis. 14 April 2016 pukul 11:00 WIB. diakses pada tanggal 30 April 2016 pukul 13:00. www. Protespublik.com. diakses pada tanggal 30 April 2016 pukul 13:00. REGULASI Kemenkes Republik Indonesia No.983/MenKes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum Peraturan BPJS Kesehtan No. 1 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang Sistem INA CBG s Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

29 83 UUD RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) UUD RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Farmakoekonomi 2.1.1 Definisi Farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah suatu ilmu yang digunakan utuk menganalisis biaya terapi obat pada sistem pelayanan kesehatan, di dalam farmakoekonomi

Lebih terperinci

Tim National Casemix Center Kementerian Kesehatan RI 2013

Tim National Casemix Center Kementerian Kesehatan RI 2013 Tim National Casemix Center Kementerian Kesehatan RI 2013 KONSEP PEMBAYARAN PROSPEKTIF : SISTEM CASEMIX METODE PEMBAYARAN RUMAH SAKIT Retrospective Payment Payment are made or agreed upon after provision

Lebih terperinci

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dr. Moch Bachtiar Budianto,Sp.B (K) Onk RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG PEMBAHASAN REGULASI ALUR PELAYANAN PERMASALAHAN REGULASI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS

MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Kesehatan Dosen pengampu : dr. Intan Zainafree, MH.Kes Disusun Oleh: 1. Ayu Aulia Septiani (6411411090) 2. Oktaviyani

Lebih terperinci

Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017

Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017 Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017 METODA PEMBAYARAN Retrospective Payment: Payment are made or agreed upon

Lebih terperinci

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016 ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016 Firsa Olivia Susan*), Septo Pawelas Arso**), Putri Asmita Wigati**) *) Mahasiswa Bagian Peminatan Administrasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN KEGAWATDARURATAN DAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang begitu pesat menuntut perubahan pola pikir bangsa - bangsa di dunia termasuk Indonesia dari pola pikir tradisional menjadi pola pikir

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam pembiayaan kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan pelayanan kesehatan atau lebih tepatnya disebut pendanaan ppelayanan kesehatan, merupakan suatu cara dalam memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan medisnya.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN BULAN JANUARI MARET 2014

GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN BULAN JANUARI MARET 2014 GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN BULAN JANUARI MARET 2014 Dina Febriana 1, Purnawan Junadi 2 1. Program Studi Manajemen Rumah Sakit,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat yang didirikan untuk menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis, dan perawatan lanjutan untuk diagnosis dan perawatan tenaga medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KESIAPAN JAJARAN KESEHATAN MENGHADAPI SJSN

KESIAPAN JAJARAN KESEHATAN MENGHADAPI SJSN IAKMI: Kupang, 5 September 2013 KESIAPAN JAJARAN KESEHATAN MENGHADAPI SJSN BUDI SAMPURNA 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN MENTERI KESEHATAN 1. Progress Persiapan Pelaksanaan JKN 2. Kesiapan Faskes dan Sistem Rujukan

Lebih terperinci

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan 14 02 panduan praktis administrasi klaim faskes BPJS Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERAPAN INA-CBG DALAM PENYELENGGARAAN JKN

KEBIJAKAN PENERAPAN INA-CBG DALAM PENYELENGGARAAN JKN KEMENKES KEBIJAKAN PENERAPAN INA-CBG DALAM PENYELENGGARAAN JKN PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN KESEHATAN Medan, 7 Desember 2016 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL METODA PEMBAYARAN PROVIDER Retrospective Payment:

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 2016 TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL Oleh : Linda Handayuni Dosen Prodi D-3 RMIK

Lebih terperinci

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200 No.1217, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS Kesehatan. Pengelolaan Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi dalam pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah merupakan hak yang fundamental bagi setiap penduduk, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

Lebih terperinci

Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan

Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan panduan praktis Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan Kantor Pusat Jl. Letjen Suprapto Cempaka Putih, PO. Box 1391 / JKT, Jakarta 10510 Indonesia Telp. +62 21 421 2938 (hunting), 424 6063, Fax. +62

Lebih terperinci

Optimalisasi Pembayaran Prospektif Dalam JKN. Donald Pardede

Optimalisasi Pembayaran Prospektif Dalam JKN. Donald Pardede Optimalisasi Pembayaran Prospektif Dalam JKN Donald Pardede PDMMI Jakarta, 26 Februari 2016 Metode Pembayaran RS Pembayaran retrospektif Pembayaran yang ditetapkan setelah pelayanan diberikan Fee-for-service

Lebih terperinci

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS

Lebih terperinci

PERAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN BPJS KESEHATAN DALAM PERCEPATAN VERIFIKASI. Andi Afdal Abdullah Kepala Grup MPKR

PERAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN BPJS KESEHATAN DALAM PERCEPATAN VERIFIKASI. Andi Afdal Abdullah Kepala Grup MPKR PERAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN BPJS KESEHATAN DALAM PERCEPATAN VERIFIKASI Andi Afdal Abdullah Kepala Grup MPKR 1 MANAJEMEN KLAIM BPJS KESEHATAN KONTRAK KERJA SAMA ANTARA BPJS KESEHATAN DENGAN FKRTL TATA

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis. Verifikasi Klaim

Petunjuk Teknis. Verifikasi Klaim Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim Direktorat Pelayanan 2014 Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

ALUR KERJA BPJS Kesehatan Center

ALUR KERJA BPJS Kesehatan Center ALUR KERJA BPJS Kesehatan Center 21032014 Copyright 2014. All rights reserved. Document Control Author DEPARTEMEN MANAJEMEN SISTEM Contributors GRUP MANAJEMEN PERUBAHAN File Name ALUR KERJA BPJS KESEHATAN

Lebih terperinci

09/03/2016 KODING. ICD-10 : International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Rev

09/03/2016 KODING. ICD-10 : International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Rev POKOK BAHAN PEMBAHASAN SEMINAR NASIONAL RMIK APIKES CITRA MEDIKA SOLO 9 MARET 2016 1. Tujuan Koding ICD 2. Mengapa Perlu Akurasi Koding Case-Mix 3. Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Memperbaiki Koding 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI Rizky Astri Kharisma 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENENTUAN BESARAN BIAYA CBG. dr Kalsum Komaryani, MPPM Tim Teknis Ina-CBG Kementerian Kesehatan RI

KEBIJAKAN PENENTUAN BESARAN BIAYA CBG. dr Kalsum Komaryani, MPPM Tim Teknis Ina-CBG Kementerian Kesehatan RI KEBIJAKAN PENENTUAN BESARAN BIAYA CBG dr Kalsum Komaryani, MPPM Tim Teknis Ina-CBG Kementerian Kesehatan RI SISTEMATIKA PENYAJIAN 1. PENDAHULUAN 2. METODE PEMBAYARAN INA-CBG 3. PEMBENTUKAN TARIF INA-CBG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama dari rumah sakit adalah memberikan perawatan dan pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat inap maupun pasien rawat darurat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

Panduan Praktis. Teknis Verifikasi Klaim

Panduan Praktis. Teknis Verifikasi Klaim Panduan Praktis Teknis Verifikasi Klaim Direktorat Pelayanan 2014 Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA BPJS KESEHATAN Madiun, 11 Maret 2014 KARTU YANG BERLAKU 1. Kartu Askes eksisting ( eks Askes Sosial ) 2. Kartu JPK Jamsostek ( eks Jamsostek ) 3. Kartu Jamkesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Lampiran I Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo DIREKTUR SATUAN PENGAWAS INTERNAL KOMITE WAKIL DIREKTUR KEUANGAN DAN UMUM WAKIL DIREKTUR PELAYANAN BAGIAN UMUM & PEMASARAN BAGIAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia (Sugihartono, et al. 2007). Sementara menurut Walgito (2004), persepsi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROBLEM SOLVING KLAIM BPJS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Oleh: dr. Merita Arini, MMR PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan, pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS

Lebih terperinci

SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 8 no.2 Februari 2016 MODEL BESAR KLAIM (SEVERITY) YANG DIAJUKAN RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN

SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 8 no.2 Februari 2016 MODEL BESAR KLAIM (SEVERITY) YANG DIAJUKAN RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN MODEL BESAR KLAIM (SEVERITY) YANG DIAJUKAN RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN Eva Binsasi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Timor evabinsasi@yahoo.com ABSTRACT Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Lebih terperinci

Justinus duma, SFt, Physio

Justinus duma, SFt, Physio Justinus duma, SFt, Physio Kepmenkes RI No.778/Menkes/SK/VIII/2008 tentang : Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan Bab.I bagian C (1) Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang perizinan rumah sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan membawa konsekuensi bagi rumah sakit untuk meningkatkan Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) A. Pelaksanaan Kuliah Kerja Media Selama melakukan kegiatan Kuliah Kerja Media ( KKM ) penulis ditempatkan dibawah Sub Bagian Hukum dan Humas, dan dikerucutkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Perusahaan. Sejarah dari asuransi kesehatan adalah mulai tahun 1968

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Perusahaan. Sejarah dari asuransi kesehatan adalah mulai tahun 1968 digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Perusahaan Sejarah dari asuransi kesehatan adalah mulai tahun 1968 Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat 12 02 panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam Medis menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan

Lebih terperinci

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan LAMPIRAN Lampiran I 98 Panduan Wawancara Nama Umur Jabatan Pendidikan Lama bekerja :. :. :. :. :. NO Uraian Jawaban /Penjelasan 1 2 Apakah saudara mengetahui adanya Standar Operasional Prosedur Rekam Medis/Koding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Sistem Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sistem tersebut perlu dirangkai dengan berbagai unsur atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 dijelaskan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN. dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN. dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Latar Belakang PT Askes menjadi BPJS Kesehatan: UU No. 24 BPJS tahun 2011, pasal 12 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawar inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Rumah Sakit. Ken Saras dibangun pada tahun 2007 dengan ijin. Bupati Semarang nomor 648/049761/2009. Terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Rumah Sakit. Ken Saras dibangun pada tahun 2007 dengan ijin. Bupati Semarang nomor 648/049761/2009. Terletak di Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT KEN SARAS Rumah Sakit. Ken Saras dibangun pada tahun 2007 dengan ijin Bupati Semarang nomor 648/049761/2009. Terletak di Kecamatan Bergas, Ungaran,

Lebih terperinci

Catatan : - Untuk mengikuti pelatihan ini dengan baik disarankan peserta membawa laptop

Catatan : - Untuk mengikuti pelatihan ini dengan baik disarankan peserta membawa laptop TERM OF REFERENCE (TOR) PELATIHAN TEKNIS E-KLAIM 5.2 DAN INTEGRASI DENGAN SIMRS DAN SISTEM VCLAIM SERTA PENGUASAAN KODIFIKASI ICD10 DAN ICD9-CM DALAM PROGRAM JKN A. LATAR BELAKANG Implementasi Jaminan

Lebih terperinci

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMKESMAS DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMKESMAS DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TINJAUAN ALUR PROSEDUR PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMKESMAS DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Indrayani Eka Agustina 1, Antik Puji Hastuti 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 KESEIMBANGAN KEPENTINGAN : Pemerintah: Derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN FUNGSI KODER DALAM MEMPERCEPAT CLAIM

MENGOPTIMALKAN FUNGSI KODER DALAM MEMPERCEPAT CLAIM MENGOPTIMALKAN FUNGSI KODER DALAM MEMPERCEPAT CLAIM FAJARUDDIN SIHOMBING Komp Jaminan Kesehatan IRSJAM HP / WA : 081388037828 EMAIL : fajaruddinsihombing@yahoo.com 9/28/2017 IRSJAM 1 Hadapilah perubahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MADIUN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PEMERINTAH KOTA MADIUN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMERINTAH KOTA MADIUN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jln. Campursari Nomor 12B Sogaten Madiun, Kode Pos : 63124 Jawa Timur Telepon (0351) 481314 Fax (0351) 481314 Website http://www.rsud.madiunkota.go.id Lampiran

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan UU 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimulai pada tanggal 1 Januari 2014. Jaminan

Lebih terperinci

Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul, Jakarta. Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta

Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul, Jakarta. Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN BPJS DAN NON BPJS TERHADAP PENAGIHAN BIAYA DI RSUD KABUPATEN KARIMUN KEPULAUAN RIAU Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN KLAIM RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN KLAIM RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016 ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN KLAIM RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016 Tiara Prastika Sari*), Supriyono Asfawi**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN MANAJEMEN ORGANISASI SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIT KERJA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH PONOROGO Khasyyati Setya Wardani (STIkes Buana Husada Ponorogo) Rumpiati (STIkes Buana Husada Ponorogo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL:

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: Pengawasan dan Potensi Fraud Seminar Implementasi JKN dan Mekanisme Pengawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional Jogjakarta, 15 Maret 2014 Dewan Jaminan Sosial Nasional 1 BPJS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN 6.1. Kesimpulan Penelitian Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara rinci berikut ini : 1. Kendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Mewujudkan komitmen global seluruh dunia direkomendasikan untuk membangun

Lebih terperinci

BRIDGING SIMRS GOS. Generic DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENKES RI

BRIDGING SIMRS GOS. Generic DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENKES RI BRIDGING SIMRS GOS Generic DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENKES RI Bridging SIMRS GOS dalam JKN 1. Bridging SIMRS GOS dengan SEP 2. Bridging SIMRS GOS dengan INACBG Generic 1. Bridging SIMRS GOS - SEP

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Persyaratan Klaim BPJS Pasien Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Persyaratan Klaim BPJS Pasien Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Jkesvo (Jurnal Kesehatan Vokasional) Vol. 1 No 1 Oktober 2016 ISSN (Print) 2541-0644 Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Persyaratan Klaim BPJS

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT PENYUSUN : INDAH WIYANTI 201431350 UNIVERSITAS ESAUNGGUL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Buatlah prosedur pelayanan administrasi disertai langkah-demi langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) RSUD DR ADNAAN WD KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014

GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) RSUD DR ADNAAN WD KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 GAMBARAN PENGELOLAAN KLAIM RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) RSUD DR ADNAAN WD KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 Sucihati Syamarta 1, Wiku Bakti Bawono Adisasmito 2 1. Sarjana Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci