ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA BERBAGAI SPESIES UNGGAS SECARA SEROLOGIS DAN MOLEKULER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA BERBAGAI SPESIES UNGGAS SECARA SEROLOGIS DAN MOLEKULER"

Transkripsi

1 P-ISSN : X; E-ISSN : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA BERBAGAI SPESIES UNGGAS SECARA SEROLOGIS DAN MOLEKULER Isolation and Identification of Avian Influenza in Different Species of Poultry by Means of Serological and Molecular Methods Teuku Zahrial Helmi 1, Charles Rangga Tabbu 2, Wayan Tunas Artama 3, Aris Haryanto 3, dan Muhammad Isa 1 1 Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2 Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3 Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta zahrialbiochemistryfkhusk@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi virus avian influenza (AI) melalui pemeriksaan serologis dan molekuler pada unggas yang diduga terinfeksi virus AI di Provinsi Aceh. Dalam penelitian ini digunakan 37 sampel berupa swab trakea, kloaka, dan organ dari berbagai unggas yang berasal dari beberapa kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Sampel dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam media transpor dan disimpan pada kondisi 4 C sebelum dikirim ke laboratorium. Sampel diinokulasi pada telur ayam bertunas yang bebas patogen spesifik, umur 9-11 hari, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan serologis dan pemeriksaan secara molekuler. Dari 37 sampel yang diinfeksikan pada telur ayam bertunas, kemudian dilanjutkan dengan uji hemaglutinin agglutination/hemaglutinin inhibition diperoleh tujuh sampel yang positif virus AI. Dari tujuh sampel positif kemudian dilanjutkan dengan amplifikasi gen matriks dan gen heamaglutinin. Setelah dilakukan elektroforesis pada gel agarosa 2%, diperoleh hasil berupa pita deoxyribonucleic acid (DNA) pada satu posisi yang sama untuk semua isolat uji yaitu pada posisi 276 bp untuk gen matriks dan untuk gen hemaglutinin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa virus yang menyebabkan kematian berbagai jenis unggas di Provinsi Aceh selama ini adalah akibat dari infeksi virus avian influenza A subtipe H5. Kata kunci: H5N1, hemaglutinin, matriks, serologis, virus AI ABSTRACT The purpose of this research was to identify avian influenza (AI) virus using serological and molecular methods on poultry which suspected as AI infected in Aceh province. This study used 37 samples of tracheal and cloacal swabs and organs from various species of poultry that were collected from several districts/cities in Aceh. Samples were collected and put into transport media and stored at 4 C before sending to the laboratory. Samples were inoculated in specific pathogen-free of embryonated chicken egg with the age of 9-11 days for further serological and molecular examination. From 37 samples which infected to embryonated chicken egg then followed by hemagglutinin agglutination test/hemagglutinin inhibition revealed that 7 samples were positively infected with AI virus. The amplification result of specific matrix gene primer was followed by electrophoresis on 2% agarose gel which were obtained in the form of a deoxyribonucleic acid (DNA) band at 276 bp for matrix gene and bp for H5 gene for all isolates test. In conclusion, the virus which caused the death of various types of poultry in Aceh province is avian influenza A virus subtype H5. Key words: avian influenza virus, H5N1, serologic, matrix, heamaglutinin PENDAHULUAN Virus avian influenza (AI) terbagi atas tiga tipe, yaitu tipe A, B, dan C, berdasarkan atas perbedaan antigen pada protein inti (nucleoprotein) dan protein matriks. Virus influenza A dapat menginfeksi berbagai spesies unggas, mamalia, dan manusia, dan merupakan patogen utama yang berperan dalam pandemi influenza di seluruh dunia. Virus influenza A dikelompokkan berdasarkan pada dua antigen permukaan virus, yaitu protein hemaglutinin (HA) dan protein neuraminidase (NA), yang sampai saat ini telah ditemukan 18 HA (H1-H1) dan 11 NA (N1-N11) (Tong et al., 2012; Tong et al., 2013). Hospes alami dari virus influenza A adalah burung liar dan unggas air. Pada hospes tersebut, virus ini berada dalam keadaan seimbang dan tidak menimbulkan penyakit. Berdasarkan tingkat infeksi virus AI, maka virus tersebut dapat dikelompokkan atas dua tingkatan infeksi yaitu highly pathogenic avian influenza (HPAI) dan low pathogenic avian influenza (LPAI). Tingkatan infeksi HPAI merupakan infeksi yang sangat patogen yang dapat menyebabkan angka kematian sampai 100% (Keawcharoen et al., 2011). Faktor yang sangat memengaruhi kasus infeksi virus AI yang terus terjadi di Indonesia adalah akibat dari penanganan virus AI yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pola distribusi unggas di pasar-pasar yang tidak terkontrol, rendahnya biosekuriti pada perternakan unggas, terutama pada Sektor 3 dan 4, penyebaran virus AI yang berasal dari unggas air liar, dan juga masih lemahnya strategi vaksinasi (Tabbu, 2000). Identifikasi dan karakterisasi virus AI dapat dilakukan dengan beberapa cara, baik secara konvensional maupun dengan metode diagnosis secara molekuler. Penggunaan mikroskop elektron, kultur jaringan, isolasi virus pada telur ayam bertunas yang specific pathogen free (SPF) dan pemeriksaan secara serologis sudah umum dilakukan (Alexander, 2008). Menurut Smith dan Donis (2012), metode isolasi virus pada telur ayam bertunas yang SPF merupakan standar emas (gold standard) untuk diagnosis virus AI. Namun 86

2 Jurnal Kedokteran Hewan Teuku Zahrial Helmi, dkk demikian, metode ini belum dapat menjawab secara keseluruhan mengenai sifat-sifat biologis virus AI sehingga hasil isolasi virus AI pada telur ayam bertunas masih harus dilanjutkan dengan uji serologis, yaitu uji hemaglutination (HA) dan hemaglutination inhibition (HI), yang dilanjutkan sampai pada tahap uji molekuler. Pemeriksaan virus AI dengan metode HA/HI merupakan metode diagnostik yang rutin dilakukan di laboratorium diagnostik untuk mendeteksi dan menentukan tipe dan subtipe virus infuenza. Namun demikian, penggunaan teknik molekular secara langsung untuk mendeteksi virus dalam cairan alantois yang telah diinfeksi membuat identifikasi dan karakterisasi genetik virus influenza A, termasuk AI menjadi lebih cepat, tepat dan akurat. MATERI DAN METODE Koleksi Sampel Sampel penelitian berupa swab trakea, kloaka, dan organ, yang dikoleksi dari berbagai jenis unggas, yaitu dari daerah yang dilaporkan pernah mewabah virus AI pada unggas. Sampel dikoleksi dari tujuh kabupaten di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Besar. Isolasi Virus Hasil swab dibawa ke laboratorium, kemudian dibuat suspensi dengan menambahkan larutan phosphate buffered saline (PBS), ph 7,0-7,4, dan antibiotik. Suspensi diinkubasikan pada temperatur ruangan selama 1-2 jam, yang selanjutnya diinokulasikan pada telur ayam berembrio SPF atau specific antibody negative (SAN) umur 9-11 hari dan telur diinkubasikan pada suhu 37 C. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam sampai hari ke-4. Pada hari ke-4 semua telur dikeluarkan dari inkubator dan disimpan pada suhu 4 C, kemudian virus dipanen dengan cara mengambil cairan korioalantoisnya (WHO, 2005; OIE, 2014). Uji Serologis Uji serologis dilakukan melalui uji (HA) dan (HI). Uji HA dilakukan secara mikroteknik menggunakan mikroplat bentuk V. Antigen yang berasal dari cairan alantois telur ayam bertunas (TAB) diencerkan dengan PBS pada kelipatan ganda, yakni 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, dan seterusnya sampai 1/1024. Berikutnya ditambahkan suspensi eritrosit ayam 0,5% pada setiap sumuran dan diinkubasi selama 40 menit. Setelah diketahui titer antigen, selanjutnya dibuat antigen 4 HA unit untuk digunakan pada uji HI (OIE, 2014). Uji HI juga dilakukan secara mikroteknik menggunakan mikroplat bentuk V. Antibodi anti-h5n1 diencerkan dengan PBS pada kelipatan 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, dan seterusnya sampai 1/1024. Berikutnya pada setiap sumuran ditambah dengan antigen AI 4 HA unit dan diinkubasi selama 15 menit. Setelah berlalu ditambahkan suspensi eritrosit ayam 0,5% pada setiap sumuran dan diinkubasi selama 30 menit. Adanya hambatan aglutinasi menunjukkan adanya virus AI subtipe H5 (OIE, 2014). Desain Primer Untuk amplifikasi gen matrix (M) menggunakan primer yang direkomendasikan oleh Payungporn et al. (2004), dan primer H5 didesain menggunakan informasi genetik virus H5N1 asal Huangdong tahun 2008 (accession: HQ ) yang diperoleh dari National Center of Biotechnology Information (NCBI). Primer didesain menggunakan software primer3 version online ( Ekstraksi RNA Virus Ekstraksi ribonucleic acid (RNA) virus yang berasal dari cairan korioalantois dilakukan menggunakan PurelinkTM micro-to-midi Total RNA Purification System dari Invitrogen, mengikuti prosedur standar yang direkomendasikan perusahaan. Ekstrak RNA selanjutnya digunakan sebagai template untuk revese transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) dan disimpan pada suhu -20 C sampai digunakan. Amplifikasi Gen M dan H5 dengan Metode RT-PCR Setelah diperoleh template dari proses isolasi RNA virus, maka semua isolat uji diamplifikasi terhadap gen matriks (M) dan gen heamaglutinin (HA) dengan metode RT-PCR. Sebelum dilakukan amplifikasi, dipersiapkan master mix dengan volume 22,5 μl untuk satu sampel. Sebanyak 1x buffer mix reaction dengan volume 12,5 μl dimasukkan ke dalam tube, kemudian ditambahkan dengan 0,5 μl primer forward dan 0,5 primer dengan konsentrasi 10 pmol/μl, lalu ditambahkan dengan 8 μl dh2o dan 1 μl enzim Taq SuperscriptTM III Polimerase. Campuran master mix ditambahkan dengan 2,5 μl RNA template sehingga volume total reaksi untuk satu sampel adalah 25 μl. Campuran reaksi PCR yang terdiri atas master mix dan template siap untuk diamplifikasi. Proses sintesis cdna dilakukan dengan proses reverse transcription pada suhu 48 C selama 45 menit sebanyak satu siklus dan initial denaturation pada suhu 94 C selama 5 menit, sebanyak satu siklus. Kemudian proses dilanjutkan pada PCR amplifikasi sebanyak 40 siklus dengan suhu masing-masing denaturasi 94 C selama 30 detik, annealing 47 C selama 60 detik, ekstensi 68 C selama 30 detik, dan final ekstensi pada suhu 68 C selama 10 menit. Hasil RT-PCR kemudian di simpan pada suhu -20 C atau dapat langsung dielektroforesis. Analisis Produk Hasil PCR dengan Elektroforesis Produk amplifikasi PCR dianalisis dengan elektroforesis pada gel agarosa 1% dan ditambahkan Sybr safe 1,5 μl (10 mg/ml). Kemudian semua sumuran gel agarose diisi dengan sampel, marker, dan kontrol positif, dan dilakukan running elektroforesis pada tegangan 135 volt selama 45 menit. Hasil elektroforesis dibaca pada trans-illuminator viewer. Analisis Data Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. 87

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel swab dan organ pada berbagai jenis unggas yang diduga terinfeksi virus AI pada tujuh kabupaten/kota di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 1. Isolasi virus dilakukan pada TAB SPF umur 9-11 hari dan diinkubasi selama 4 hari pada suhu 37 C. Selanjutnya diambil cairan korioalantois secara aseptis dan diuji aglutinasi cepat pada plat kaca menggunakan sel darah merah (SDM)/eritrosit ayam 10%. Dari 37 sampel yang diisolasi dan diuji aglutinasi cepat ditemukan sebanyak tujuh sampel yang positif mengaglutinasi sel darah merah. Berdasarkan hasil uji aglutinasi cepat ini dapat diketahui keberadaan virus dalam cairan korioalantois. Menurut Stevens et al. (2006) protein HA yang terdapat pada virus influenza akan melekat pada reseptor eritrosit pada berbagai jenis unggas dan mamalia, sehingga aktivitas ini digunakan sebagai dasar dalam mendeteksi keberadaan virus AI dalam cairan korioalantois. Selanjutnya dilakukan uji konfirmasi untuk menentukan nilai titernya, yaitu dengan menggunakan pengenceran dua kali pada plat dan dengan penambahan sel darah merah ayam 1% dengan volume yang sama pada semua sampel yang diuji (OIE, 2014) seperti yang disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan uji HA/HI dengan menggunakan antigen spesifik virus AI dan ND, maka dapat dipastikan bahwa ke-7 sampel tersebut positif virus AI. Adanya aglutinasi pada uji HA dan hambatan aglutinasi pada uji HI memperlihatkan reaksi spesifik antara virus AI dengan antibodi anti-h5n1. Jumlah (titer) virus yang tinggi ditandai dengan semakin cepat dan kuat terjadi reaksi aglutinasi. Sementara itu, adanya garis presipitasi pada uji immune diffusion (ID) menunjukkan karakter yang kuat dari virus AI. Hubungan antigenik antar virus AI diperlihatkan dengan garis presipitasi yang berkesinambungan (OIE, 2014). Menurut panduan dari OIE (2014), uji HI memiliki sensitivitas tinggi karena dapat mendeteksi antigen HA virus AI subtipe H5 secara spesifik. Uji HI lebih spesifik dalam mendeteksi antigen HA yang dimiliki oleh subtipe H5, tetapi sulit membedakan virus AI yang berhasil diisolasi berasal dari subtipe H5N1, H5N2, atau H5N9. Jika hanya didasarkan pada uji HI, amat sulit untuk menentukan jenis subtipe. Oleh karena itu, konfirmasi diagnostik dengan RT-PCR atau pengurutan genetik menjadi syarat mutlak untuk mengarakterisasi subtipe H5N1 (Krafft et al., 2005). Hasil inokulasi dan uji HA/HI yang positif kemudian dilanjutkan dengan screening untuk menentukan tipe dari virus AI dengan cara melakukan amplifikasi terhadap gen matriks. Amplifikasi ini dilakukan dengan metode single step RT-PCR dan menggunakan satu pasang primer yang spesifik terhadap virus influenza A, yaitu reverse dan forward. Primer yang digunakan seperti yang direkomendasikan oleh Payungporn et al. (2004), dengan produk amplifikasi sebesar 276 bp, yang spesifik gen matrix (M). Hasil amplifikasi gen matriks kemudian dilakukan elektroforesis pada agarose gel 2% dan diperoleh hasil berupa pita deoxyribonucleic acid (DNA) pada satu posisi yang sama untuk semua isolat uji, yaitu pada posisi 276 bp seperti yang disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan hasil elektroforesis pada Gambar 1, maka dapat diketahui bahwa proses RT-PCR yang dilakukan berlangsung dengan baik tanpa adanya kontaminasi. Hasil ini spesifik untuk menunjukkan virus AI tipe A, tetapi kurang spesifik untuk penentu subtipe H5N1. Gen M dengan panjang 1027 bp yang mempunyai daerah yang relatif conserved dibanding gen HA. Gen M dapat dilacak dengan menggunakan beberapa jenis primer M (Horimoto dan Kawaoka, 2001). Hal penelitian ini sesuai dengan laporan Helmi Tabel 1. Sampel swab dan organ pada berbagai jenis unggas yang diduga terinfeksi virus AI di Provinsi Aceh No Asal sampel (Kab/Kota) Jenis unggas dan jumlah sampel Ayam Itik Puyuh Jumlah sampel 1 Aceh Timur Aceh Tamiang Aceh Utara Bireuen Aceh Besar Aceh Tengah Bener Meriah Jumlah Tabel 2. Hasil uji hemaglutination (HA) dan hemaglutination inhibition (HI), dan revese transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) gen matriks (M) No Asal isolat virus Hasil uji HA HI serum anti AI HI serum Hasil RT-PCR gen Hasil RT-PCR gen anti ND M H5 1. Ayam petelur Aceh Besar Puyuh Aceh Utara Puyuh Aceh Utara Puyuh Aceh Utara Puyuh Bireuen Puyuh Bireuen Puyuh Bireuen

4 Jurnal Kedokteran Hewan Teuku Zahrial Helmi, dkk (2014), screening sampel virus AI yang pernah mewabah di Provinsi Aceh tahun 2006 sampai 2008 yang dilakukan dengan primer matriks 276 bp akan memunculkan pita DNA hanya pada kelompok virus AI tipe A. Protein matriks virus AI terdiri atas dua, yaitu protein matriks M1 dan M2, dengan open reading frame (ORF) dimulai pada nukleotida ke-26 sampai nukleotida ke-781 yang menyandi protein M1, sedangkan pada nukleotida ke-26 sampai ke-51 dan ke- 740 sampai ke menyandi protein M2. Protein M1 dan M2 mempunyai peran dalam penyusunan virion AI. Protein M1 tidak hanya sebagai komponen struktural virus, tetapi juga berperan pada awal infeksi dalam pemisahan protein M1 dan RNP untuk masuk ke dalam sitoplasma sel tropisme. Di lain pihak, protein M2 bersama dengan protein HA dan NA menyusun struktur amplop virus dan berperan sebagai saluran ion (Reid et al., 2002). Semua sampel positif gen matriks, kemudian dilanjutkan dengan amplifikasi terhadap gen hemaglutinin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua sampel termasuk kedalam subtipe H5 yang ditandai dengan munculnya pita DNA pada posisi bp. Hasil pengujian dengan primer H5 disajikan pada Gambar 2. Pada tulisan ini, primer spesifik yang digunakan untuk mengamplifikasi gen H5 merupakan primer yang dirancang sendiri dengan software primer3 version online ( Primer didesain menggunakan urutan yang telah diketahui yang diperoleh dari database di NCBI. Sensitivitas dan spesifisitas reaksi RT-PCR sangat ditentukan oleh urutan oligonukleotida primer yang digunakan. Berdasarkan hasil yang disajikan pada Gambar 2, terlihat bahwa sampel hasil penelitian seperti pada sampel (C) yaitu virus berasal dari ayam petelur pita DNA yang muncul sangat tipis, sedangkan pada sampel lain yang berasal dari puyuh, pita yang muncul sangat tebal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena primer yang digunakan kurang spesifik terhadap virus AI yang berasal dari ayam. Reaksi demikian menunjukkan kemungkinan telah terjadinya mutasi gen HA dari virus AI yang berasal dari ayam. Mutasi pada virus AI dapat terjadi melalui antigenic drift (point mutation) akibat tekanan imunologis dan usaha virus untuk menghindar dari sistem imun tubuh inang. Pada kondisi lain, mutasi terjadi melalui antigenic shift akibat penataan genetik dari beberapa subtipe (genetic reassortment), yang mengarah pada timbulnya evolusi virus (Chen et al., 2004) sehingga sangat perlu dilakukan pembuktian lanjutan terhadap gen neuraminidase (NA) Gambar 1. Hasil elektroforesis produk RT-PCR fragmen gen matriks (M) pada 7 sampel penelitian yang diuji (Marker: 100 bp) K(+)= Kontrol positif; K(-)= Kontrol Negatif; lajur A, B, C, E, F, G= Virus asal Puyuh; D= Virus asal ayam petelur Gambar 2. Hasil elektroforesis produk RT-PCR fragmen gen matriks (M) pada 7 sampel penelitian yang diuji. (Marker: 100 bp) K(+)= Kontrol positif; K(-)= Kontrol negatif; lajur A, B, D, E, F, G= Virus asal puyuh; C= Virus asal ayam petelur 89

5 atau melalui pengurutan pada gen HA untuk mengetahui adanya mutasi pada basa nukleotida dan asam amino. Konfirmasi yang paling tepat untuk menentukan subtipe virus AI adalah melalui penggunaan primer yang tepat, baik primer H5 untuk amplifikasi gen HA maupun primer N1 untuk amplifikasi gen NA, atau dengan melakukan pengurutan untuk mengetahui urutan nukleotida pada kedua gen yang menyandi subtipe tersebut (Gutiérrez et al., 2009; OIE, 2014). KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi virus AI dapat dilakukan dengan metode konvensional yaitu melalui uji HA/HI dan juga secara molekuler yaitu melalui amplifikasi gen dengan metode RT-PCR. Pada pemeriksaan dengan metode RT-PCR, pemilihan atau desain primer yang tepat sangat diperlukan. Melalui penelitian ini dapat dibuktikan bahwa virus yang menyebabkan kematian berbagai jenis unggas (ayam, itik, dan puyuh) di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh selama ini adalah akibat dari infeksi virus AI tipe A dan subtipe H5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Veteriner Wates di Yogyakarta, Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada yang telah menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah mendanai proyek penelitian ini melalui dana Hibah Penelitian Disertasi Doktor Tahun Anggaran 2014 dengan No. 076/UN11.2/PL/SP3/2014. DAFTAR PUSTAKA Alexander, D.J. and I. Capua Avian influenza in poultry. World's Poultry Sci. J. 64(4): Chen, H., G. Deng, Z. Li, G. Tian, Y. Li, P. Jiao, and K. Yu The evolution of H5N1 influenza viruses in ducks in southern China. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 101(28): Gutiérrez, R.A., M.J. Naughtin, S.V. Horm, S. San, and P. Buchy A (H5N1) virus evolution in South East Asia. Viruses. 1(3): Helmi, T.Z Penentuan subtipe virus avian influenza dengan metode single step multiplex reverse transcriptase- polymerase chain reaction (RT-PCR) isolat asal Provinsi Aceh. J. Ked. Hewan. 8(1): Horimoto, T. and Y. Kawaoka Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin. Microbiol. Rev. 14: Keawcharoen, J., J.V.D. Broek, A. Bouma, T. Tiensin, A.D.M.E. Osterhaus, and H. Heesterbeek Wild birds and increased transmission of highly pathogenic avian influenza (H5N1) among poultry, Thailand. Emerging Infectious Diseases. 17(6): Krafft, A.E., K.L. Russell, A.W. Hawksworth, S. McCall, M. Irvine, L.T. Daum, and J.L. Taubenberger Evaluation of PCR testing of ethanol-fixed nasal swab specimens as an augmented surveillance strategy for influenza virus and adenovirus identification. J. Clin. Microbiol. 4: OIE Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animal. World Organisation for Animal Health. Payungporn, S., P. Phakdeewirot, S. Chutinimitkul. A. Theamboonlers, J. Keawcharoen, K. Oraveerakul, A. Amonsin, and Y. Poovorawan Singlestep multiplex reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) for influenza A virus subtype H5N1 detection. Viral Immunol. 17: Reid, A.H., G.F. Thomas, A.J. Thomas, M. Sherman, and K.T. Jeffery Characterization of the 1918 Spanish influenza virus matrix gena segment. J. Virol. 76(21): Smith, G.J. and R.O. Donis Continued evolution of highly pathogenic avian influenza A (H5N1): Updated nomenclature. Influenza and Other Respiratory Viruses. 6(1):1-5. Stevens, J., O. Blixt, T.M. Tumpey, J.K. Taubenberger, J.C. Paulson, and I.A. Wilson Structure and receptor specificity of the hemagglutinin from an H5N1 influenza virus. Science. 312(5772): Tabbu, C.R Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal, dan Viral. Jilid 1. Penerbit Kanisius, Yoyakarta. Tong, S., X. Zhu,Y. Li, M. Shi, Z. Jing, M. Bourgeois, Y. Hua, X. Chen, R. Sergio, J. Gomes, L.M. Chen, A. Johnson, Y. Tao, C. Drefus, W. Yu, R.M. Bride, P.J. Carney, A.T. Gilbert, J. Chang, Z. Guo, C.T. Davis, J.C. Paulson, J. Steven, C.E. Rupprecht, E.C. Holmes, I.A. Wilson, and R.O. Donis New world bats harbor diverse influenza a viruses. PloS Pathog. 9(10):e Tong, S., Y. Li, P. Rivailler, C. Conrardy, D.A. Castillo, L.M. Chen, S. Recuenco, J.A. Ellison, C.T. Davis, I.A. York, A.s. Turmelle, D. Moran, S. Rogers, M. Shi, Y. Tao, M.R. Weil, K. Tang, L.A. Rowe, S. Sammons, X. Xu, M. Frace, K.A. Lindblade, N.J. Cox, L.J. Anderson, C.E. Rupprecht, and R.O. Donis A distinct lineage of influenza A virus from bats. Proceedings of the National Academy of Sciences. 109(11): WHO Evolution of H5N1 avian influenza viruses in Asia. Emerging Infectious Diseases. 11(10):

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. OLEH: FITRIA ARDHIANI, ROFIQUL A LA, FIFIN KURNIA SARI, RETNO OKTORINA LABORATOIUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan April 2014. Sampel diambil dari itik dan ayam dari tempat penampungan unggas, pasar unggas dan peternakan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

DIAGNOSIS CEPAT VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H5 DARI SPESIMEN LAPANGAN DENGAN METODE ONESTEP SIMPLEX RT-PCR

DIAGNOSIS CEPAT VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H5 DARI SPESIMEN LAPANGAN DENGAN METODE ONESTEP SIMPLEX RT-PCR DIAGNOSIS CEPAT VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H5 DARI SPESIMEN LAPANGAN DENGAN METODE ONESTEP SIMPLEX RT-PCR Rapid Diagnosis of Avian influenza Virus Type A Subtype H5 From Field Specimen by Onestep

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Dalam pengambilan sampel, bahan dan alat yang diperlukan yaitu media transport berupa Brain Heart Infusion (BHI) dalam tabung berukuran 2 ml, sampel usap steril,

Lebih terperinci

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI (Detection of Avian H5 Influenza Virus in Some Birds in Jakarta and Sukabumi) N.L.P. INDI DHARMAYANTI dan RISA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA DOC YANG DILALULINTASKAN MELALUI BANDARA SOEKARNO HATTA MUJIATUN

DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA DOC YANG DILALULINTASKAN MELALUI BANDARA SOEKARNO HATTA MUJIATUN DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA DOC YANG DILALULINTASKAN MELALUI BANDARA SOEKARNO HATTA MUJIATUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Biosaintifika 4 (2) (2012) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 4 (2) (2012) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 4 (2) (2012) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Isolasi dan Identifikasi Virus Avian Influenza Subtipe H5N1 Di Peternakan Tradisional

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journalunnesacid/nju/indexphp/biosaintifika Isolasi dan Identifikasi Virus Avian Influenza Subtipe pada Unggas di

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUB TIPE H3 BERDASARKAN GEN PENYANDI PROTEIN HA MENGGUNAKAN NEXT GENERATION SEQUENCER

IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUB TIPE H3 BERDASARKAN GEN PENYANDI PROTEIN HA MENGGUNAKAN NEXT GENERATION SEQUENCER IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUB TIPE H3 BERDASARKAN GEN PENYANDI PROTEIN HA MENGGUNAKAN NEXT GENERATION SEQUENCER PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS Oleh: ADHITYA YOPPY RO CANDRA NIM. 061314253007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

DIAGNOSIS VIRUS PENYAKIT JEMBRANA (VPJ) BERBASIS ASAM NUKLEAT

DIAGNOSIS VIRUS PENYAKIT JEMBRANA (VPJ) BERBASIS ASAM NUKLEAT Prosiding Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) ke-13 Palembang, 23-26 November 2014 DIAGNOSIS VIRUS PENYAKIT JEMBRANA (VPJ) BERBASIS ASAM NUKLEAT *Asmarani Kusumawati 1,2, Atik Ratnawati 1, Ida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. VIRUS INFLUENZA Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel virus influenza memiliki struktur bulat dengan diameter sekitar 100 nm. Perbedaan antigen

Lebih terperinci

Elisa, PCR dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik. Medan

Elisa, PCR dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik. Medan Prinsip pemeriksaan metode Elisa, PCR dan Elektroforese Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik Fakultas kedokteran kt USU/UISU Medan Prinsip pemeriksaan Imunologis Umumnya berdasarkan pada interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

Diagnosis Molekuler Virus Flu Burung-A Subtipe H5 Berdasarkan Amplifikasi Gen M dan H5 dengan Metode Onestep Simplex RT-PCR

Diagnosis Molekuler Virus Flu Burung-A Subtipe H5 Berdasarkan Amplifikasi Gen M dan H5 dengan Metode Onestep Simplex RT-PCR Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 92-101 ISSN : 1411-8327 Diagnosis Molekuler Virus Flu Burung-A Subtipe H5 Berdasarkan Amplifikasi Gen M dan H5 dengan Metode Onestep Simplex RT-PCR (MOLECULAR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3.

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3. SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3. 1 Mahasiswa FKH Unud, 2 Lab Penyakit Dalam Veteriner, 3 Lab Patologi Klinik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ASAL PROVINSI ACEH

ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ASAL PROVINSI ACEH Jurnal Kedokteran Hewan Vol. No., Maret ISSN : -X ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE HN ASAL PROVINSI ACEH Phylogenetic Study of Avian Influenza Virus Subtype HN Isolate from Aceh

Lebih terperinci

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1 INDRIANI et al.: Deteksi respon antibodi dengan uji hemaglutinasi inhibisi dan titer proteksi terhadap virus avian influenza subtipe H5N1 Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB

Lebih terperinci

OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI. YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D.

OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI. YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D. OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D. Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Gunungsindur,

Lebih terperinci

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition) UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition) SYAEFURROSAD, NENENG A, DAN NM ISRIYANTHI Balai Besar Pengujian Mutu dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1)

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1) Kemampuan Netralisasi Antibodi Spesifik Avian Influenza H5 (A.H. Angi et al.) KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1) (Neutralization Ability

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS ABSTRAK' AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS Di dalam materi genetik Bacillus sp. strain diketahui - - ' terdapat gen Penisilin V Asilase. Hal ini terbukti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

DETEKSI FRAGMEN GEN NA

DETEKSI FRAGMEN GEN NA DETEKSI FRAGMEN GEN NA PENGKODE NEURAMINIDASE VIRUS AVIAN INFLUENZA A SUBTIPE H5N1 DENGAN TEKNIK REVERSE TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) SYLVIA SANCE MARANTINA 0304040745 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun

Lebih terperinci

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta Sains Peternakan Vol. 11 (2), September 2013: 79-83 ISSN 1693-8828 Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta W. Suwito 1, Supriadi 1, E.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI ABSTRAK ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI Anton Mulyono., 2003 ; Pembimbing I: Johan Lucianus, dr, M.Si. Pembimbing II:

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kasus rabies sangat ditakuti dikalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA (AI)

KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA (AI) KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN INFLUENZA (AI) DYAH AYU HEWAJULI dan N.L.P.I. DHARMAYANTI Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114 (Makalah diterima 8 Desember

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA KUCING JALANAN (felis silvestris catus) DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH KOTA BOGOR

DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA KUCING JALANAN (felis silvestris catus) DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH KOTA BOGOR DETEKSI KEBERADAAN VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA KUCING JALANAN (felis silvestris catus) DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH KOTA BOGOR HENDRIK TAUFIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 293-302 ISSN : 1411-8327 Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun 2008-2009 (CIRCULATION OF

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan mulai bulan Juni 2008 sampai Januari 2009. Pengambilan sampel DOC dilakukan di gudang keberangkatan domestik dan kedatangan international

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER (Amplification of Cytochrome Oxidase Subunit I (COI) Gene from Shark Fin Samples

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 Hadi Sumitro Jioe, 2008. Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza H5N1 Morfologi Virus Avian Influenza H5N1 merupakan salah satu penyebab penyakit unggas yang bersifat zoonosis. Virus ini menyebabkan penyakit flu pada unggas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C 16 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza A, B dan C Virus influenza merupakan virus RNA memiliki amplop (envelope) yang termasuk anggota dari famili Orthomyxoviridae. Genomnya terdiri dari negative single strand

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUBTIPE, PATOGENITAS, DAN FILOGENETIK VIRUS AVIAN INFLUENZA ISOLAT SUSSI WIDI KURNIASIH

IDENTIFIKASI SUBTIPE, PATOGENITAS, DAN FILOGENETIK VIRUS AVIAN INFLUENZA ISOLAT SUSSI WIDI KURNIASIH IDENTIFIKASI SUBTIPE, PATOGENITAS, DAN FILOGENETIK VIRUS AVIAN INFLUENZA ISOLAT 2012 2013 SUSSI WIDI KURNIASIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA UNGGAS AIR DI PROPINSI LAMPUNG DENGAN UJI HAEMAGGLUTINATION INHIBITION

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA UNGGAS AIR DI PROPINSI LAMPUNG DENGAN UJI HAEMAGGLUTINATION INHIBITION 1 DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA UNGGAS AIR DI PROPINSI LAMPUNG DENGAN UJI HAEMAGGLUTINATION INHIBITION (HI) DAN REVERSE TRANSCRIPTASE-POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) DWI DESMIYENI PUTRI

Lebih terperinci