BAB II MESIN DIESEL DETROIT INLINE Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MESIN DIESEL DETROIT INLINE Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion"

Transkripsi

1 BAB II MESIN DIESEL DETROIT INLINE 6-71 Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) yang menggunakan diesel sebagai bahan bakar dan dinyalakan oleh kompresi gas pada tekanan dan suhu yang tinggi. Mesin ini mempunyai tipe piston reciprocating. Dalam mesin diesel, udara dihisap dan di kompresi di dalam silinder kemudian setelah di kompresi disemburkan bahan bakar diesel ke dalam silinder dan terbakar oleh panas yang dikompresi. Ada 2 tipe mesin diesel yaitu mesin diesel 2 langkah dan 4 langkah. Mesin diesel Detroit Inline 6-71 merupakan mesin diesel dua langkah model inline (satu garis) yang mempunyai 6 silinder dan diproduksi oleh General Motor,Detroit Prinsip Kerja Mesin Diesel Mesin ini mempunyai 2 langkah torak/piston dalam 1 putaran. Mesin diesel bekerja dengan kompresi udara yang cukup tinggi sehingga pada mesin diesel perlu ditambahkan sejumlah udara yang lebih banyak, maka dibutuhkan blower pada intake manifold. Dalam proses pemasukan udara ke dalam silinder 7

2 8 dan keluarnya gas buangan dibantu oleh blower dan dilakukan dalam langkah kompresi (compression) dan kerja (power). Blower berfungsi untuk mendorong udara masuk kedalam silinder dan membantu mendorong keluar gasgas sisa pembakaran. Di dalam mesin terdapat dinding silinder yang berlubang di dua sisi (kanan & kiri) sebagai jalan masuknya udara. Prinsip kerjanya di bagi dalam 4 langkah yaitu (lihat gambar 2.1) : 1. Langkah Isap (Scavenging) Blower menghisap udara bersih masuk ke dalam silinder melalui lubanglubang jendela dinding silinder sisi kanan dan kiri, posisi ring torak/piston berada di bawah lubang-lubang tersebut dan katup buang (exhaust) terbuka. 2. Langkah kompresi (Compression) Katup buang tertutup dan torak/piston mendorong ke atas sehingga udara yang berada di dalam silinder di kompresi dan lubang-lubang jendela tertutup oleh torak. 3. Langkah kerja (Power) Sedikit sebelum piston mencapai Titik Mati Atas (TMA) udara yang di dalam silinder di kompresi tadi mencapai suhu yang tinggi, pada saat yang bersamaan disemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar oleh sebuah fuel injector yang membuat torak bergerak ke bawah. 4. Langkah buang (Exhaust) Pada saat ring torak berada di bawah lubang jendela silinder, gas sisa pembakaran di dorong keluar oleh udara bersih yang di gerakan oleh blower

3 9 melalui katup buang kemudian torak bergerak ke atas setelah mencapai Titik Mati Bawah (TMB). isap (scavenging) kompresi (compression) kerja (power) buang (exhaust) (sumber : Colin R. Ferguson, Internal Combustion Engines : 42) Gambar 2.1 Prinsip kerja Spesifikasi umum mesin detroit diesel adalah sebagai berikut : Tipe : 2 langkah Jumlah silinder : 6 Diameter : 4,25 in Panjang langkah : 5 in Rasio kompresi : 17 ; 1 Volume : 7 liter Tenaga : 165 HP Jumlah bearing utama : 7 Arah putaran : berlawanan jarum jam ( )

4 Komponen-komponen utama mesin Detroit diesel inline 6-71 Mesin detroit diesel inline 6-71 mempunyai komponen-komponen sebagai berikut : Blok Silinder (Cyclinder Block) Blok silinder terbuat dari besi cetak yang kedua ujung mesin mempunyai bentuk yang sama sehingga dapat di gunakan untuk flywheel housing atau pun susunan timing gear. Di dalam dinding ini terdapat lubang untuk silinder, udara, oli pelumas dan pendingin air. (sumber : Colin R. Ferguson, Internal Combustion Engines : 35) Gambar 2.2 Blok silinder Kepala Silinder (Cyclinder Head) Posisi kepala silinder berada di atas blok silinder, kepala silinder merupakan tempat katup buang, fuel injector, lubang pelumas oli dan pendingin air.

5 11 (sumber : Colin R. Ferguson, Internal Combustion Engines : 40) Gambar 2.3 Kepala silinder Poros Engkol (Crankshaft) Poros engkol (Crankshaft) merupakan baja yang di tempa dengan panas agar mempunyai kekuatan dan ketahan yang tinggi. Seluruh permukaan bearing dan connecting rod di lapisi baja yang halus dan harus balance (seimbang) secara statis dan dinamis. Di dalam poros engkol terdapat lubang pelumas oli untuk melumasi connecting rod, blok silinder dan poros engkol. (sumber : John B. Heywood, Internal Combustion Engine Fundamental : 13) Gambar 2.4 Poros engkol

6 Sistem Bahan Bakar (Fuel System) Komponen-komponen sistem bahan bakar adalah fuel injector, saringan, strainer, pompa, manifold (terdapat pada kepala silinder), jalur-jalur bahan bakar, tangki. Bahan bakar mengalir dari tangki bahan bakar ke strainer dan masuk ke dalam pompa. Setelah itu bahan bakar di pompa sehingga menghasilkan tekanan sehingga mendorong bahan bakar ke saringan dan masuk ke dalam manifold kemudian ke pipa-pipa dan masuk ke dalam injector. Kelebihan bahan bakar yang tidak terpakai kembali ke tangki. Sebuah katup satu arah (check valve) dipasang di bagian suplai antara tangki dan strainer agar bahan bakar tidak kembali lagi ke dalam tangki pada saat mesin mati karena bahan bakar dapat kembali ke tangki karena gravitasi. (sumber : R. Ferguson, Internal Combustion Engines : 47) Gambar 2.5 Sistem bahan bakar

7 Sistem Udara (Air System) Masuknya udara ke dalam ruang bakar dan keluarnya gas buang di lakukan oleh blower yang mendorong udara bersih ke dalam silinder dan katup buangan. Udara tersebut juga di gunakan untuk mendingginkan komponen mesinmesin yang terdapat di dalam. Untuk menyaring udara yang masuk digunakan tipe saringan dengan kasa kawat dan oli (oil bath filter). Saringan ini terdiri dari kasakasa kawat dan oli dimana udara masuk lubang filter dan melewati permukaan oli sehingga kotoran udara menempel pada oli kemudian udara melewati kasa-kasa kawat dan masuk ke dalam blower. (sumber : John B. Heywood, Internal Combustion Engine Fundamental : 238) Gambar 2.6 Sistem udara Sistem Pelumasan (Lubrication System) Pelumas oli digunakan untuk mengurangi gesekan-gesekan di dalam mesin sekaligus untuk mendinginkannya. Komponen-komponen yang digunakan adalah tangki, strainer, pompa, saringan, pendinggin (cooler), katup bypass, saringan,

8 14 katup pembatas tekanan. Oli pelumas di sirkulasi oleh pompa dengan tipe pompa gear. Oli di pompa ke saringan dan pendingin oli, kemudian masuk ke dalam lubang oli di blok silinder yang didistribusikan ke semua bearing dan kepala silinder. Kemudian oli terbuang ke dalam tempat oli dibawah mesin. Pada pompa terdapat katup pembatas tekanan yang berfungsi sebagai katup bypass oli dari lubang keluaran oli ke lubang masukan oli apabila tekanan oli pada saluransaluran oli melebihi 105 psi. Sebelum saringan oli terdapat juga katup bypass yang berfungsi sebagai tempat lewat oli langsung ke lubang-lubang blok silinder apabila saringan tersumbat. Pendingin oli juga mempunyai katup bypass yang berfungsi sebagai pengaman jalurnya oli apabila pendingin oli tersumbat. (sumber : John B. Heywood, Internal Combustion Engine Fundamental : 741) Gambar 2.7 Sistem pelumasan

9 Sistem Pendingin (Cooling System) Sistem pendingin mesin diesel mempunyai 3 tipe umum yaitu radiator dan kipas, heat exchanger, raw water pump atau keel cooling. Pada mesin ini menggunakan radiator dan kipas sebagai pendinggin serta menggunakan pompa air untuk mengsirkulasikan air pendingin. Pompa air yang digunakan bertipe sentrifugal. Pompa tersebut memompa air ke silinder blok untuk mendinginkan blok silinder kemudian mengalir ke kepala silinder melewati dinding katup buangan dan fuel injector lalu mengalir ke manifold air melewati thermostat dan masuk ke dalam radiator. Di dalam radiator, air pendingin didinginkan temperaturnya oleh hembusan angin dari kipas yang digerakkan oleh putaran sabuk (belt) yang diputar oleh poros engkol. Setelah itu air pendingin mengalir ke pendingin oli (oil cooler) untuk mendinginkan oli. Di dalam manifold air terdapat thermostat. Ketika mesin hidup dan berada pada temperatur dibawah pengoperasian maka thermostat tertutup dan air pendingin langsung mengalir dari manifold air ke pompa tanpa melewati radiator. Air pendingin terus bersirkulasi sehingga mesin mencapai temperatur yang cukup panas maka katup thermostat terbuka dan mengalir ke radiator. Air yang melewati radiator didinginkan oleh tiupan angin yang ditiup oleh kipas.

10 16 (sumber : Colin R. Ferguson, Internal Combustion Engines : 59) Gambar 2.8 Sistem pendingin Sistem Buangan (Exhaust system) Gas-gas sisa pembakaran keluar dari ruang pembakaran ketika katup buangan (exhaust valve) pada kepala silinder terbuka, kemudian gas tersebut mengalir ke manifold buangan (exhaust manifold) dan gas tersebut di saring oleh knalpot (muffler). (sumber : Detroit Diesel Inline-71 Service Manual : 60) Gambar 2.9 Manifold buangan (exhaust manifold)

11 Stater angin Mesin ini menggunakan sistem penghidup dengan menggunakan penggerak angin. Stater angin berputar karena adanya angin yang masuk ke dalam stator sehingga memutar flywheeel untuk memulai siklus pembakaran di dalam silinder. (sumber: Detroit Diesel Inline-71 Service Manual : 138) 2.10 Stater angin 1.3. Keuntungan dan Kerugian Mesin Diesel Mesin diesel mempunyai keuntungan sebagai berikut : a. Mempunyai ketahan yang baik karena kontruksinya yang besar agar dapat bertahan pada tekanan tinggi dalam pembakaran. b. Bahan bakar yang mudah di dapat dimana-mana. c. Efisiesi bahan bakar dalam pembakaran. Mesin diesel juga mempunyai kerugian antara lain : a. Sangat berat. b. Sulit dihidupkan dalam kondisi yang dingin.

12 Sistem perawatan Agar mesin mempunyai performa yang baik dan terhindar dari kerusakan serta kerugian yang tidak diinginkan, maka dilakukan suatu tindakan perawatan terhadap komponen-komponen mesin. Teknik perawatan dilakukan untuk menjaga, memelihara, mengembangkan dan memaksimalkan dari suatu mesin sehingga berdaya guna tinggi secara ekonomis. Teknik perawatan yang digunakan adalah sebagai berikut : Perawatan Rutin Perawatan rutin adalah kegiatan yang harus dilakukan setiap hari dan sifatnya terus menerus dan sistematis. Perawatan ini meliputi pemeriksaan kondisi oli mesin, level bahan bakar, air radiator dan kondisi penggerak V-belt. Pemeriksaan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah mesin digunakan Perawatan Periodik Perawatan periodik adalah kegiatan perawatan yang dilakukan pada jarak waktu tertentu dan harus dilakukan rutin dan sistematis pula. Perawatan dilakukan berdasarkan waktu kalender (180 hari) atau 250 jam kerja mesin. Perawatan periodik dalam PT Dowell Anadrill Schlumberger dikenal dengan sebutan Standart Equipment Maintenance II (STEM II) dimana waktu kalender (180 hari) atau jam kerja mesin (250 jam mesin) yang lebih terlebih dahulu tercapai. Tindakan yang diambil meliputi : Ganti oli mesin dan saringan Ganti saringan bahan bakar Ganti oli pembersih udara

13 19 Ganti penggerak V-belt Periksa kondisi semua selang (hose) dan koneksinya Periksa air radiator dan levelnya Periksa pompa air dan kebocorannya Periksa stater angin mesin Periksa kebersihan mesin Periksa kondisi pipa dan karat-karat yang terjadi Perawatan Pencegahan Perawatan pencegahan adalah kegiatan perawatan yang dilakukan sebelum mesin mengalami kerusakan sehingga perawatan mesin ini telah direncanakan sebelumnya. Perawatan ini dilakukan setelah melakukan STEM II dan menemukan kemungkinan kerusakan-kerusakan yang akan terjadi Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan adalah tindakan yang dilakukan setelah mesin mengalami kerusakan. Tindakan ini biasanya dilakukan apabila ada kerusakan berdasarkan laporan dari operator yang menggunakan mesin Overhaul Overhaul adalah tindakan perbaikan besar dalam rangka mengembalikan kondisi mesin yang mengalami kerusakan ke kondisi standartnya. Tindakan ini dilakukan berdasarkan performance mesin yang sudah kurang baik Permasalahan Mesin Diesel Sebelum terjadinya kerusakan, biasanya muncul gejala-gejala awal permasalahan yang terjadi seperti :

14 20 Asap yang berwarna hitam, putih dan biru Sulit dalam menghidupkan (hard starting) Oli mesin yang bertambah Tekanan oli mesin rendah Temperatur mesin tidak normal Kebocoran-kebocoran 2.6 FMEA FMEA sudah ada sejak dulu sebelum adanya dokumen-dokumennya seperti saat ini. Belajar dari setiap kegagalan sangatlah mahal dan memakan waktu sehingga digunakanlah FMEA sebagai metode yang lebih sistematis untuk mempelajari kegagalan. Dengan demikian FMEA dianggap lebih baik untuk pertama kali dalam melakukan beberapa eksperimen/percobaan. Seorang desainer/engineer akan mengantipasi temuan produknya dari suatu kegagalan dengan cara mencobanya terlebih dahulu sebelum dikembangkan dan dipasarkan. FMEA resmi diperkenalkan untuk penggunaan militer pada akhir tahun 1940 oleh Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Kemudian FMEA digunakan oleh kedirgantaraan yang dipakai untuk menganalisa teknologi roket sehingga menghindari kegagalan atau kesalahan, contohnya adalah Apollo Space Program dan digunakan pula pada industri makanan secara umum. Perusahaan Ford memperkenalkan FMEA untuk otomotif pada tahun 1970 untuk peraturan keselamatan dalam berkendaraan dan untuk meningkatkan produksi serta pengembangan desain. Meskipun pada awalnya dikembangkan

15 21 oleh militer, metode FMEA banyak digunakan dalam berbagai industri termasuk katering, plastik, software dan pelayanan kesehatan dimana semuanya diintegrasikan ke dalam Automotive Industry Action Group (AIAG). Kemajuan FMEA muncul dari dunia otomotif yang diintegrasikan ke dalam Advanced Product Quality Planning (APQP) sehingga mengharuskan adanya FMEA untuk semua desain dan proses suatu produk agar terhindar dari masalah-masalah seperti Toyota yang bekerja sama dengan Design Review Based on Failure Mode (DRBFM) Perkembangan FMEA Didalam FMEA, kegagalan diprioritaskan sesuai dengan tingkat dari dampak dan seberapa sering terjadinya kegagalan tersebut serta bagaimana mendeteksinya. FMEA juga mendokumentasikan pengetahuan dan tindakan dari setiap resiko kegagalan yang selanjutnya dapat diperbaiki. Hasil dari perkembangan FMEA adalah tindakan mengidentifikasi kegagalan yang mungkin terjadi dan memberikan skala prioritas dari setiap jenis kegagalan serta melakukan tindakan perbaikan yang akhirnya dapat mencegah terjadi kegagalan. Filosofi dasar dari FMEA adalah CEGAH SEBELUM TERJADI. FMEA sering di haruskan untuk memenuhi persyaratan keselamatan dan kualitas seperti standar ISO/TS (standar sistem manajemen mutu untuk industri otomotif), QS-9000, Six Sigma, FDA Good Manufacturing Practices (GMPs), Proses Manajemen Keselamatan Act (PSM).

16 Pengertian FMEA FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah. FMEA adalah suatu metode yang berfungsi untuk menunjukkan masalah (failure mode) yang mungkin timbul pada suatu produk/proses yang dapat menyebabkan produk/proses tersebut tidak mampu menghasilkan output yang diinginkan dan kemudian menetapkan tindakan penanggulangannya sebelum masalah itu terjadi. Dengan demikian masalah-masalah pada suatu produk yang mempengaruhi kualitas produk dapat dikurangi dan akhirnya dieliminasi. Setiap penyebab harus dipertimbangkan efeknya pada suatu produk/proses dan berdasarkan resiko yang terjadi maka diambil suatu tindakan untuk ditinjau kembali resikonya. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah proses tindakan pencegahan sebelum menerapkan perubahan baru dalam suatu produk/proses. Suatu mode kegagalan merupakan apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari suatu produk. Mode kegagalan berarti cara atau mode dimana suatu produk dapat gagal. Kegagalan adalah setiap kesalahan atau cacat terutama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada dasarnya dengan FMEA dapat diketahui 3 hal yaitu penyebab kegagalan yang berpotensi dari suatu produk selama siklus hidupnya, efek dari kegagalan tersebut dan tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi produk. Tujuan dari FMEA adalah tindakan untuk mencegah atau mengurangi tingkat keparahan atau kegagalan dimulai dengan prioritas yang tertinggi. FMEA dapat

17 23 membantu perancang/desainer untuk meningkatkan keselamatan dan kehandalan produk serta mengurangi waktu desain dan biaya Tipe FMEA Ada 2 jenis FMEA yaitu : DFMEA DFMEA (Design FMEA) adalah FMEA yang menganalisa kegagalan produk yang disebabkan oleh kekurangan desain sebelum dirilis ke pasar. FMEA ini bertujuan untuk menghindari kegagalan di masa depan dan biasanya dilakukan pada tiga tingkatan yaitu sistem, subsistem dan tingkat komponen PFMEA PFMEA (Process FMEA) adalah FMEA yang menganalisa jenis kegagalan proses produksi dan akibatnya yang disebabkan oleh kekurangan proses produksi atau perakitan. Idealnya FMEA dimulai pada tahap awal desain dan berlanjut ke proses pembuatan dan pemakaian produk tersebut. FMEA dapat digambarkan dalam suatu siklus sebagai berikut :

18 24 (sumber : Potential Failure and Effect Analysis Automotive Industry Action Group,AIAG : 120) Gambar 2.11 Siklus FMEA Siklus di atas dilakukan dalam beberapa langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan komponen dari sistem/alat yang akan dianalisis. 2. Mengindentifikasi potensial mode kegagalan dari proses yang diamati. Jenis mode kegagalan yang sering terjadi antara lain : retak (cracked) cacat (deformed) keboran (leaking) teroksidasi (oxidized) hubungan singkat elektrik (short circuit)

19 25 patah (fracrured) 3. Mengidentifikasikan akibat (potential effect) yang ditimbulkan potensial failure mode yang dapat berakibat menjadi kerusakan yang lebih parah jika tidak adanya tindakan yang sesegera mungkin untuk menaggulanginya. Jenis-jenis kerusakan akibat mode kegagalan yang sering terjadi antara lain : bising (noise) operasi yang tidak menentu (erratic operation) ketidakstabilan (unstable) kasar (rough) 4. Tentukan nilai keparahan (severity). 5. Mengidentifikasi penyebab (potential cause) dari mode kerusakan yang terjadi pada proses yang berlangsung. 6. Tentukan nilai kejadian (occurance). 7. Mengidentifikasi pengendalian proses detection dan prevention/current proses control. 8. Menetapkan nilai deteksi (detection). 9. Hitung nilai RPN yang menunjukkan keseriusan dari mode kegagalan. Semakin tinggi nilai RPN maka menunjukkan semakin bermasalah sehingga harus segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab kerusakan. 10. Tentukan action yang harus diambil. 11. Hitung nilai occurance, detection dan RPN yang baru.

20 Severity, Occurrance, Detection dan RPN Severity Severity (keparahan) merupakan suatu penilaian tingkat keseriusan suatu efek atau akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu hasil kerja mesin yang dianalisa/diperiksa. Severity merupakan tingkat bahaya atau kerugian yang timbul pada skala 1 sampai 10. Skala tinggi bila bahaya tinggi atau kerugian besar. Penentuan semua mode kegagalan berdasarkan persyaratan fungsi dan efeknya. Contoh mode kegagalan adalah hubungan pendek arus listrik, korosi, deformasi. Mode kegagalan suatu komponen dapat menyebabkan mode kegagalan pada komponen lain sehingga setiap mode kegagalan harus ditulis dalam istilah teknik dan efek dari setiap kegagalan perlu dipertimbangkan. Contoh efek kegagalan adalah penurunan kinerja, kebisingan dan kerugian. Setiap efek mempunyai nomor keparahan (severity) dari skala 1 (tidak berbahaya) sampai 10 (sangat berbahaya). Angka-angka ini membantu seorang enggineer/desainer untuk memprioritaskan mode kegagalan dan efeknya. Jika tingkat keparahan efeknya memiliki nomor 9 atau 10 maka untuk menghilangkan mode kegagalan dilakukan dengan mengganti desain sehingga dapat melindungi pengguna produk/proses. Contoh penilaian severity (tingkat bahaya) adalah sebagai berikut :

21 27 Tabel 2.1 Tabel severity Akibat Kriteria : Tingkat Bahaya Akibat Kegagalan Nilai Berbahaya tanpa ada tanda-tanda sebelumnya Berbahaya tetapi ada tanda-tanda sebelumnya Kegagalan mempengaruhi keselamatan pengoperasian atau melanggar peraturan pemerintah. Kegagalan terjadi tanpa peringatan. Dapat membahayakan operator tanpa peringatan. Kegagalan mempengaruhi keselamatan pengoperasian dan/atau melanggar peraturan pemerintah. Kegagalan terjadi dengan peringatan. Dapat membahayakan operator meskipun ada peringatan 10 9 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Kecil Sangat kecil Produk/mesin tidak dapat beroperasi dengan optimal karena ada gangguan mayor sehingga hasil kerja yang dihasilkan tidak memuaskan (kehilangan fungsi utama) Produk/mesin dapat beroperasi tetapi pada performa yang tidak maksimal karena adanya gangguan minor. Pelanggan sangat tidak puas. Produk/mesin dapat beroperasi, tetapi beberapa fungsi alat tidak dapat beroperasi. Pelanggan merasa tidak puas. Produk/mesin dapat beroperasi pada penurunan tingkat performa sehingga hasil kerja mesin tidak memuaskan. Mesin dapat beroperasi dengan baik namun masih ada terdapat kerusakan minor pada produk/mesin. Adanya kesalahan dalam penyetelan-penyetelan kecil. Mesin dapat beroperasi dengan baik namun masih ada terdapat kerusakan minor pada produk/mesin yang dapat di perbaiki. Adanya kesalahan dalam penyetelanpenyetelan kecil. Mesin dapat beroperasi walaupun terdapat gangguan yang kecil pada komponen. Tidak ada Tidak ada akibat 1 (sumber : American society for quality control / Automotive industry action group, Potential failure mode and effect analysis Reference manual )

22 Occurance Occurrance (kejadian) menunjukan seberapa banyak/sering kegagalan terjadi karena penyebab kerusakan. Score tinggi bila sering/banyak kejadian. Pada tahap ini perlu dilihat penyebab mode kegagalan dan berapa kali terjadinya. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat produk sejenis dan dokumentasi mode kegagalan sebelumnya. Kegagalan dapat disebabkan karena faktor desain yang lemah. Semua penyebab mode kegagalan harus diidentifikasi dan didokumenkan. Contoh penyebabnya adalah tegangan yang berlebihan atau kondisi operasi yang tidak benar. Mode kegagalan akan diberikan tingkat terjadinya dari 1 sampai 10. Contoh penilaian occurrance (tingkat kejadian) : Tabel 2.2 Tabel occurrance Peluang Kegagalan Sangat tinggi (Kegagalan selalu terjadi) Tinggi (Kegagalan sering terjadi) Sedang (Kegagalan jarang terjadi) Rendah (Kegagalan sangat jarang) Kemungkinan Kegagalan Prosentase Ppk Nilai 100 per 1000 produk 10% < per 1000 produk 5% per 1000 produk 2% per 1000 produk 1% per 1000 produk 0.5% per 1000 produk 0.2% per 1000 produk 0.1% per 1000 produk 0.05% per 1000 produk 0.01% Hampir tidak ada 0.01 per 1000 produk 0% (sumber : American society for quality control / Automotive industry action group, Potential failure mode and effect analysis Reference manual )

23 Detection Detection (deteksi) merupakan alat control yang digunakan untuk mendeteksi penyebab terjadinya kegagalan serta tindakan perbaikannya. Score tinggi bila kemampuan mendeteksi rendah. Ketika menentukan tindakan yang tepat terhadap mode kegagalan maka perlu di tes efisiensinya dan dipilih metode pemeriksaan yang tepat. Seorang enggineer/desainer harus tahu alat apa yang digunakan apabila mode kegagalan muncul atau mendeteksi kegagalan sejak dini sebelum kegagalan tersebut sampai kepada pelanggan sehingga kegagalan tersebut dapat diidentifikasi atau terdeteksi. Setiap mode kegagalan memiliki nilai deteksi yang diukur berdasarkan resiko kegagalan akan lolos terdeteksi. Nilai deteksi yang tinggi menunjukkan bahwa kemungkinan besar kegagalan akan muncul kembali. Contoh penilaian detection (deteksi) adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Tabel detection Deteksi Kriteria : Kecenderungan Kontrol Desain Peringkat Ketidakpastian mutlak Sangat jauh Jauh Sangat rendah Kontrol desain tidak dapat mendeteksi potensi penyebab kerusakan berikutnya atau tidak adanya kontrol desain Sangat jauh kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Sulit kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Sangat rendah kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya

24 30 Rendah Sedang Sangat rendah Tinggi Sangat tinggi Rendah kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Sedang kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Sangat sedang kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Tinggi kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Sangat tinggi kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya Hampir pasti Kontrol desain hampir pasti menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya (sumber : American society for quality control / Automotive industry action group, Potential failure mode and effect analysis Reference manual RPN Nilai RPN (Risk Potential Number) diperoleh dengan cara mengalikan nilai SOD (Severity, Occurrance, Detection). RPN tidak memegang peran penting dalam pengambilan tindakan terhadap mode kegagalan. Mode kegagalan yang memiliki RPN tertinggi harus diberikan prioritas tertinggi untuk tindakan perbaikannya. Ini berarti tidak selalu mode kegagalan dengan keparahan tertinggi yang harus ditangani terlebih dahulu, mungkin ada mode kegagalan yang tidak terlalu parah tapi sering terjadi dan kurang terdeteksi. Kapan pun suatu desain atau proses berubah maka FMEA pun harus diperbaharui.

25 APLIKASI dan MANFAAT FMEA Ada beberapa jenis FMEA yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Proses : menganalisa proses manufaktur dan perakitan. 2. Desain : menganalisa produk sebelum diproduksi. 3. Layanan : menganalisa proses jasa industri sebelum dipakai masyarakat. 4. Sistem : menganalisa fungsi sistem secara global. 5. Peralatan : menganalisa desain mesin dan peralatan sebelum membeli. 6. Konsep : menganalisa system atau subsistem dalam tahap konsep desain awal. 7. Software : menganalisa fungsi perangkat lunak/software. FMEA dipakai dalam beberapa aplikasi yaitu : 1. Digunakan untuk mengevaluasi desain produk dan proses. 2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan prosedur perawatan yang efektif. Contohnya : Reliability Centered Maintenance (RCM) analisis dan MSG-3 analisis untuk industri pesawat terbang. 3. Terintegrasi dengan kehandalan pertumbuhan kebijakan manajemen. 4. Terintegrasi dengan control perencanaan, DVP & R dan terkait APQP proses. Digunakan untuk mengevaluasi rencana modifikasi proses yang ada. 5. Digunakan untuk menyelidiki keandalan sistem yang ada.

26 32 6. Menyediakan lokasi sentral untuk informasi keandalan yang terkait dengan sistem. 7. Menyediakan basis pengetahuan bagi upaya pemecahan masalah di masa depan. 8. Menyediakan alat pembelajaran bagi engineer baru. 9. Memberikan masukan untuk analisis sistem lainnya seperti Reliability Block Diagram (RBD), Markov, Fault Tree. 10. Memberikan kontribusi terhadap identifikasi persyaratan untuk built-in alat uji. FMEA dapat digunakan untuk membantu desainer meningkatkan kualitas dan kehandalan desain sehingga memberikan beberapa manfaat antara lain: 1. Meningkatkan kualitas dan keandalan (reliability) suatu produk /proses. 2. Membantu desainer untuk mengindentifikasi dan menghilangkan mode kegagalan yang berbahaya. 3. Meminimalkan kerusakan pada produk dan penggunanya. 4. Waktu desain akan berkurang karena identifikasi tepat waktu dan koreksi. 5. Dapat digunakan untuk menyusun prosedur pemeliharaan dan interval yang tepat. 6. Meningkatkan kepuasaan pelanggan. 7. Meningkatkan keamanan. 8. Mengutamakan dalam memperbaiki kekurangan suatu produk.

27 33 9. Memberikan fokus untuk peningkatan pengujian dan pengembangan. 10. Meminimalkan perubahan dan biaya-biaya yang akan datang. 11. Meningkatkan citra perusahaan dan daya saing. 12. Pengembangan sistem mengurangi waktu dan biaya. 13. Katalisator untuk kerjasama dan pertukaran gagasan antara fungsi. 14. Mengurangi potensi masalah garansi Penggunaan FMEA Pada umumnya dalam tahap perancangan, seorang enggineers sudah melakukan pekerjaannya dengan benar dalam mengevaluasi fungsi dan bentuk suatu produk dan proses. Didalam merancang mereka tidak selalu baik dalam segi kualitas dan kehandalan. Seringkali enggineers menggunakan faktor keselamatan sebagai cara untuk memastikan bahwa desain bagus dan melindungi si pemakai terhadap kegagalan suatu produk atau proses. Dengan adanya FMEA maka dapat membantu enggineers menciptakan suatu produk yang handal dan berkualitas. Mereka menggunakan FMEA untuk : 1. Mengembangkan persyaratan produk atau proses yang meminimalkan kemungkinan kegagalan tersebut. 2. Mengevaluasi kebutuhan yang diperoleh dari pelanggan atau peserta lain dalam proses desain untuk memastikan bahwa kebutuhan tersebut tidak memperkenalkan potensi kegagalan.

28 34 3. Mengidentifikasi karakteristik desain yang terkontribusi terhadap kegagalan sehingga desain mereka keluar dari sistem atau setidaknya meminimalkan efek yang dihasilkan. 4. Mengembangkan metode dan prosedur untuk mengembangkan dan menguji produk/proses untuk memastikan bahwa kegagalan telah berhasil dieliminasi. 5. Pastikan bahwa setiap kegagalan yang bisa terjadi tidak akan melukai pelanggan Prosedur FMEA Proses untuk melakukan suatu FMEA sangatlah mudah dilakukan seperti dijelaskan dibawah ini : 1. Jelaskan produk/proses dan fungsinya. Pemahaman tentang suatu produk atau proses sangatlah penting agar memiliki kejelasan didalam proses analisa sehingga membantu insiyur dalam mengindetifikasi mode kegagalan. 2. Buat diagram blok dari produk atau proses yang dapat dikembangkan. Diagram ini menunjukan komponen-komponen utama dan langkah-langkah proses yang berhubungan dengan komponen lain. 3. Isi dan lengkapi tabel FMEA dibawah ini :

29 35 Failure Mode and Effect Analysis Process : Responsibility : Number : Product : Prepared by : Created : Core team : Key Date : Modified : Proses/ Deskripsi Produk/ Tujuan Potensi Kegagalan (Failure Mode) Potensi Efek Kegagalan (Failure Effect) Severity Potensi Penyebab Kegagalan (Potential Failure Cause) Occurrance Kontrol Pencegahan Deteksi (Current Control Detection) Detection RPN Aksi yang Disarankan (Reccommended Actions) Penanggung Jawab (Responsible) Target Date Tindakan yang Diambil (Actions Taken) Severity Occurrance Detection RPN (sumber : Potential Failure and Effect Analysis Automotive Industry Action Group,AIAG : 126)

30 36 4. Identifikasi mode kegagalan. Mode kegagalan didefinisikan apabila komponen, sistem, subsistem, proses berpotensi gagal sehingga tidak memenuhi tujuan desain. Contoh mode kegagalan adalah korosi, listrik korslet, cracking, deformasi, kelelahan. 5. Mode kegagalan atau potensi kegagalan pada salah satu komponen bisa menjadi penyebab mode kegagalan pada komponen lain. Setiap kegagalan harus tercantum dalam istilah-istilah teknik. Fungsi dari setiap komponen harus dicatat dalam mode kegagalan sehingga dapat diidentifikasi kemungkinan terjadinya kegagalan. Dapat juga dilakukan dengan melihat kegagalan pada produk lain yang sejenis. 6. Jelaskan potensi efek kegagalan sehingga dapat diidentifikasi oleh enggineers dan menentukan apa yang menjadi potensi efek dari mode kegagalan. Efek kegagalan merupakan hasil dari kegagalan terhadap suatu produk/proses yang dirasakan oleh pelanggan sehingga menjelaskan apa yang pelanggan lihat dan rasakan. Kita harus berpikir bahwa kita adalah pelanggan yang ada diluar sana. 7. Masukan nilai keparahan (severity) dari skala 1 (tidak berbahaya) sampai 10 (sangat berbahaya). 8. Identifikasi potensi penyebab kegagalan. Penyebab kegagalan dapat didefinisikan sebagai kekurangan desain sehingga menimbulkan kegagalan. Penyebab dari setiap mode kegagalan harus diidentifikasi dan didokumenkan. Penyebab harus dicantumkan ke dalam istilah teknik dan bukan gejalanya. Contoh penyebabnya antara lain kontaminasi, kondisi

31 37 operasi yang tidak sesuai, torsi yang tidak sesuai, beban dan tegangan yang berlebihan. 9. Masukan nilai peluang kejadian kegagalan dengan nilai skala 1 sampai 10 (dimana nilai 1 mewakili kejadian yang tidak mungkin dan 10 mewakili kejadian yang pasti terjadi). 10. Tentukan current control (bentuk pengendalian saat ini) yang akan digunakan untuk penanggulangan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara mendesain atau merencanakan suatu perubahan atau tindakan perbaikan menuju hasil kerja yang lebih baik, sehingga kegagalan pada mesin tidak lagi timbul atau setidak-tidaknya mengurangi angka kejadian terjadinya kerusakan. Ada tiga jenis dari bentuk pengendalian yang dapat dipertimbangkan yaitu : - Mencegah mekanisme penyebab atau sebab akibat kegagalan dari suatu kejadian kegagalan. - Menemukan penyebab mekanisme yang menimbulkan kerusakan dan ditindak lanjuti ketindakan perbaikan. - Menemukan sebab kegagalan. Seorang enggineers harus dapat mendeteksi kegagalan dengan melakukan pengujian, analisa dan pengawasan terhadap produk/proses yang sejenis sehingga ditemukan alat untuk mengontrol mode kegagalan. Alat yang nantinya di pakai harus di tentukan sehingga cocok untuk mengontrol mode

32 kegagalan. Setelah produk/proses menggunakan alat kontrol tersebut dan tidak ditemukan mode kegagalan maka FMEA harus diperbaharui. 11. Masukan nilai deteksi (detection). Deteksi adalah penilaian bahwa alat kontrol dapat mendeteksi penyebab mode kegagalan sebelum sampai kepada konsumen. 12. Periksa nilai RPN (Risk Priority Number). RPN adalah angka perkalian keparahan (severity), kejadian (occurrance), deteksi (detection). RPN digunakan untuk menentukan nomor prioritas mode kegagalan dalam pengambilan tindakan. 13. Tentukan aksi yang disarankan untuk potensi kegagalan yang memiliki nilai RPN paling tinggi. Tindakan ini mencakup inspeksi pengujian, prosedurprosedur kualitas, pemilihan komponen atau bahan yang berbeda, mengganti desain untuk mencegah mode kegagalan, pemantauan secara mekanisme, melaksanakan perawatan secara terencana. 14. Tentukan siapa yang bertanggung jawab dan tanggal target penyelesaiannya agar dapat diselesaikan. 15. Indikasikan aksi apa yang akan diambil setelah itu masukan nilai severity, occurrance dan detection yang baru, kemudian masukan nilai RPN yang baru. 16. Perbaharui FMEA sesuai perubahan desain dan proses sehingga pergantian perubahan dapat menjadi informasi baru yang diketahui. 38

33

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB II MESIN DIESEL ISUZU 6RB1

BAB II MESIN DIESEL ISUZU 6RB1 BAB II MESIN DIESEL ISUZU 6RB1 Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combution engine) yang menggunakan bahan bakar solar sebagai bahan bakarnya dan dinyalakan dengan bantuan kompresi

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan untuk mencapai suatu tujuan. Peralatan tersebut dapat berupa mesin yang bekerja sendiri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi 2008.43.0022 FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Pengertian Mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C adalah salah satu produk dari Mitsubishi Nichiyu Forklift CO., LTD. Forklift ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 3.1 Dasar Pompa oli Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi LAMPIRAN 66 Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP 01 Keterangan: 1. Palkah ikan 7. Kursi pemancing 2. Palkah alat tangkap 8. Drum air tawar 3. Ruang mesin 9. Kotak perbekalan 4. Tangki bahan bakar 10.

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAHAN AJAR NO 2 Motor TANGGAL : KOMPETENSI Komponen Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor Diesel adalah motor pembakaran dalam yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat, sebagai bahan bakar, dengan suatu prinsip bahan bakar tersebut

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Motor Bakar Seperti kita ketahui roda-roda suatu kendaraan memerlukan adanya tenaga luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi keadaan, jalan, udara,

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195 Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S95 Atmaja Kurniadi (083004) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Mesin Diesel Definisi mesin diesel menurut (Judiyuk, 2009), adalah sejenis mesin pembakaran dalam, lebih spesifik lagi, sebuah mesin pemicu kompresi,

Lebih terperinci

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DEFINISI PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover), yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki BAB IV DATA HASIL 4.1 Data Komponen Awal Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : 4.1.1 Tutup Radiator Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki spesifikasi pembukaan katup dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN 4.1 TUJUAN PERAWATAN WATER PUMP a) Menyediakan informasi pada pembaca dan penulis untuk mengenali gejala-gejala yang terjadi pada water pump apabila akan mengalami kerusakan.

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah FMEA (Falilure Mode and Effect Analysis) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada tahun 1960-an. FMEA mulai digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan spesifikasi yamaha diperoleh hasil pengukuran dan indentifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR

BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin penggerak yang banyak dipakai Dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran menjadi energi mekanik. Motor bakar merupakan

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET

BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET 4.1 Menjalankan Mesin Baru Persiapan yang perlu diperhatikan sebelum menjalankan GENSET baru ada beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Periksalah semua skrup dan baut;

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great BAB IV PEMBAHASAN.. Proses Pengambilan Data Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great Corolla tipe A-FE tahun 99 ini, meliputi beberapa tahapan yakni pengambilan data sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL. A. Tujuan:

PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL. A. Tujuan: PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL A. Tujuan: - mahasiswa dapat memahami komponen komponen pada mesin diesel yang harus di tun e up - mahasiswa dapat memahami fungsi dan cara kerja komponen komponen mesin

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Andi Saidah 1) 1) Jurusan Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung Podomoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi : 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Lingkup kerja praktek di PT.Kereta Api Indonesia (Persero) perawatan secara berkala lokomotif di dipo Tanah

Lebih terperinci

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin 2.1.1 Pengertian Motor Bakar Torak Bensin Motor bakar torak bensin merupakan salah satu jenis motor bakar yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Bensin

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) Ida Nursanti 1*, Dimas Wisnu AJi 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Kerja Mesin Diesel Mesin Mitsubishi 4D30-C yang merupakan mesin truk mengalami beberapa modifikasi agar dapat beroperasi maksimal ketika digunakan menjadi mesin kapal.

Lebih terperinci

SISTEM PENDINGINAN ENGINE

SISTEM PENDINGINAN ENGINE A. Sistem Pendingin Air SISTEM PENDINGINAN ENGINE Dalam sistem pendinginan air panas dari proses pembakaran dipindahkan dinding silinder dan ruang bakar melalui lobang air pendingin pada blok dan kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tugas akhir dengan judul Analisis Sistem Pendingin ini menggunakan refrensi dari Tugas Akhir yang ditulis oleh Ade Irfan S yang berjudul

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Engine Stand ATV Toyoco G16ADP 160 CC Engine stand merupakan sebuah alat bantu stand engine yang digunakan untuk mengkondisikan mesin agar dapat diletakan pada pelat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemeliharaan Adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci