BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN.. Proses Pengambilan Data Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great Corolla tipe A-FE tahun 99 ini, meliputi beberapa tahapan yakni pengambilan data sebelum dilakukan overhaul, pengambilan data ketika mesin sebelum dibongkar, ketika overhaul dan pengambilan data setelah overhaul. Semua ukuran standar diperoleh dari sumber berupa buku dengan judul Toyota A-FE, A-GE Engine Repair Manual diterbitkan pada tahun 989 oleh Toyota Motor Corporation. Menurut pengelompokan pengambilan data tersebut dijelaskan seperti berikut:... Pengambilan data sebelum dan sesudah dilakukan overhaul Pengukuran yang dapat dilakukan sebelum dan sesudah proses overhaul. Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut:. Hasil pengukuran tekanan kompresi Didapatkan hasil pengukuran tekanan kompresi sebelum dan sesudah dilakukan overhaul sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran tekanan komperesi sebelum penyetelan. Hasil Kompresi 00 Psi / Bar 00 Psi / Bar Standar Kompresi 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 7

2 7 Lanjutan Tabel.. 00 Psi / Bar 0 Psi /,5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar Tabel.. Hasil pengukuran tekanan komperesi setelah penyetelan Hasil Kompresi 0 Psi /,5 Bar 0 Psi /,5 Bar 0 Psi /,5 Bar 0 Psi /,5 Bar Standar Kompresi 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar 0 Psi 0 Psi / 9,5 5 Bar Dari hasil pengukuran tekanan kompresi diatas dapat disimpulkan bahwa tekanan kompresi sesuai dengan standar Toyota. Proses overhaul engine dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Hasil dari data yang diambil ketika sebelum dilakukan overhaul engine dan data yang diambil ketika engine sudah dirakit mendapatkan perbedaan nilai yaitu terdapat peningkatan tekanan kompresi pada silinder, dan yaitu dengan tekanan kompresi awal sebesar 00 Psi/,0 Bar menjadi 0 Psi/,5 Bar.. Hasil pengukuran celah katup. Berdasarkan pengambilan data pengukuran didapatkan nilai celah katup sebelum dan sesudah dilakukan penyetelan sebagai berikut:

3 7 Tabel.. Hasil pengukuran celah katup intake sebelum penyetelan. Celah Katup Susunan Intake/Hisap Katup (mm) A 0.5 B 0,5 A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 Standar Celah 0,5mm 0,5mm Katup Intake Tabel.. Hasil pengukuran celah katup intake setelah penyetelan. Celah Katup Susunan Intake/Hisap Katup (mm) A 0.5 B 0,5 A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 Standar Celah 0,5mm 0,5mm Katup Intake Tabel.5. Hasil pengukuran celah katup exhaust sebelum penyetelan. Celah Katup Susunan Exhaust / Katup Buang (mm) A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 A 0,5 B 0,5

4 75 Lanjutan Tabel.5. A 0,0 B 0,0 Standar Celah 0,0mm 0,5mm Katup Exhaust Tabel.6. Hasil pengukuran celah katup exhaust setelah penyetelan. Celah Katup Susunan Exhaust / Katup Buang (mm) A 0,0 B 0,0 A 0,0 B 0,0 A 0,5 B 0,5 A 0,0 B 0,0 Standar Celah 0,0mm 0,5mm Katup Exhaust Dari hasil pengukuran celah katup diatas dapat disimpulkan bahwa celah katup sesuai dengan standar Toyota. Dari hasil pengukuran sebelum dilakukan penyetelan dan setelah engine dirakit menunjukkan nilai yang sama. Berdasarkan hasil pemeriksaan keempat tabel pengukuran celah katup tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa celah katup sesuai dengan standar Toyota dan dalam keadaan baik, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian shim katup.

5 76. Hasil pengukuran thrust clearance camshaft Berdasarkan pengambilan data pengukuran didapatkan nilai dari thrust clearance camshaft sebagai berikut: Tabel.7. Hasil pengukuran thrust clearance camshaft Camshaft thrust clearance (mm) Hasil Standar Maksimum Intake 0,05 0,00 0,085 0, Exhaust 0,055 0,05 0,090 0, Apabila thrust clearance camshaft diatas batas maksimum maka camshaft harus diganti baru. Dari hasil pengukuran dan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa thrust clearance camshaft dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar Toyota, maka camshaft tersebut tidak perlu diganti dengan yang baru.. Hasil pengukuran diameter batang katup Berdasarkan pengambilan data pengukuran didapatkan nilai dari diameter batang katup sebagai berikut: Tabel.8. Hasil pengukuran diameter batang katup intake posisi atau atas. Diameter batang katup masuk (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 5,970 B 5,98 5,98 A 5,98 5,98 5,985 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 B 5,98 5,98

6 77 Tabel.9. Hasil pengukuran diameter batang katup intake posisi atau tengah. Diameter batang katup masuk (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 5,970 B 5,98 5,98 A 5,98 5,98 5,985 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 B 5,98 5,98 Tabel.0. Hasil pengukuran diameter batang katup intake posisi atau bawah. Diameter batang katup masuk (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 5,970 B 5,98 5,98 A 5,98 5,98 5,985 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 B 5,98 5,98 Apabila hasil pengukuran diameter batang katup yang tidak sesuai dengan standar maka harus dilakukan penggantian katup. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa diameter seluruh batang katup hisap dalam kondisi yang baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian katup.

7 78 Tabel.. Hasil pengukuran diameter batang katup exhaust posisi atau atas Diameter batang katup buang (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 5,960 B 5,97 5,97 A 5,98 5,98 5,980 B 5,98 5,98 A 5,98 5,97 B 5,97 5,96 Tabel.. Hasil pengukuran diameter batang katup exhaust posisi atau tengah Diameter batang katup buang (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 A 5,97 5,97 5,960 B 5,97 5,97 A 5,98 5,98 5,980 B 5,98 5,98 A 5,98 5,98 B 5,97 5,97 Tabel.. Hasil pengukuran diameter batang katup exhaust posisi atau bawah Diameter batang katup buang (mm) Sumbu X Sumbu Y Standar A 5,98 5,98 5,960 B 5,98 5,98 5,980

8 79 Lanjutan Tabel.. A 5,97 5,98 B 5,98 5,98 5,960 A 5,98 5,98 B 5,98 5,98 5,980 A 5,98 5,98 B 5,97 5,97 Apabila hasil pengukuran diameter batang katup yang tidak sesuai dengan standar maka harus dilakukan penggantian katup. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa diameter seluruh batang katup buang dalam kondisi yang baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian katup. 5. Hasil pengukuran tinggi keseluruhan batang katup Berdasarkan pengambilan data dari pengukuran didapatkan nilai dari tinggi keseluruhan batang katup sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran tinggi keseluruhan batang katup intake Katup Tinggi katup masuk Hasil ukur Standar A 87,50 B 87,50 A 87,50 B 87,50 87,50 A 87,50 B 87,50 A 87,50 B 87,50 Standar minimum intake 86,95

9 80 Tabel.5. Hasil pengukuran tinggi keseluruhan batang katup exhaust Katup Tinggi katup buang Hasil ukur Standar A 87,80 B 87,80 A 87,80 B 87,80 87,80 A 87,80 B 87,80 A 87,80 B 87,80 Standar minimum exhaust 87,65 Apabila hasil pengukuran tinggi keseluruhan batang katup diatas standar maka harus digerinda hingga sesuai dengan standar, sedangkan tinggi keseluruhan batang katup dibawah batas standar minimum maka batang katup harus diganti dengan yang baru. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tinggi keseluruhan batang katup dalam kondisi yang baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian katup. 6. Hasil pengukuran tebal margin atau tepi katup Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari tebal margin katup sebagai berikut: Tabel.6. Hasil pengukuran tebal margin batang katup intake Tebal margin intake (mm) Katup Hasil ukur Standar A, B,0,0

10 8 Lanjutan Tabel.6. A,0 B, A,0 - B,0,0 A,0 B,0 Tabel.7. Hasil pengukuran tebal margin batang katup exhaust Katup Tebal margin exhaust (mm) Hasil ukur Standar A,00 B,00 A, B,00 - A,00,0 B,00 A,00 B,00 Apabila hasil pengukuran tebal margin katup diatas tidak sesuai sengan standar, maka katup tersebut harus diganti. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tebal margin katup dalam kondisi yang baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian katup. 7. Hasil pengukuran lebar jurnal katup Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari lebar jurnal katup sebagai berikut:

11 8 Katup Tabel.8. Hasil pengukuran lebar jurnal katup intake Lebar jurnal katup intake diasah (mm) Sebelum keterangan Sesudah A 0,90 Bocor,0 B 0,90 Bocor,0 A,00 Bocor,0 B 0,90 Bocor,05 A,00 Bocor,0 B 0,80 Bocor,05 A,00 Bocor,05 B,00 Bocor,0 Standar jurnal katup,00,0 Katup Tabel.9. Hasil pengukuran lebar jurnal katup exhaust Lebar jurnal katup exhaust diasah (mm) Sebelum Sesudah A,0,0 B,0,0 A,5,5 B,5,5 A,00,05 B,05,0 A,0,5 B,0,5 Standar jurnal katup,00,0 Apabila hasil pengukuran katup tersebut berada dibawah standar minimum maka katup harus diasah. Apabila ketika dilakukan pengujian kebocoran menggunakan media cairan, cairan merembes ke ruang bakar maka jurnal katup kurang rapat atau kotor maka jurnal katup harus diasah. Setelah dilakukan pengasahan atau scoursing jurnal katup, kondisi katup diuji menggunakan media cairan tidak merembes ke ruang bakar. Maka

12 8 dapat diambil kesimpulan jurnal katup dalam kondisi rapat dan dalam keadaan baik. 8. Hasil pengukuran panjang pegas katup Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari panjang pegas katup sebagai berikut: Tabel.0. Hasil pengukuran panjang pegas katup intake. Panjang Pegas (mm) Hasil ukur Standar A 8,57 B 8,57 A 8,57 B 8,57 8,57 A 8,57 B 8,57 A 8,57 B 8,57 Tabel.. Hasil pengukuran panjang pegas katup exhaust Panjang Pegas (mm) Hasil ukur Standar A 8,57 B 8,57 A 8,57 B 8,57 8,57 A 8,57 B 8,57 A 8,57 B 8,57 Apabila hasil pengukuran panjang pegas katup diatas berada dibawah nilai standar, maka pegas katup tersebut harus diganti. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa panjang pegas katup

13 8 dalam kondisi yang baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian pegas katup. 9. Hasil pengukuran tebal shim Berdasarkan pengambilan data dari pengukuran didapatkan nilai dari tebal shim katup sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran tebal shim katup intake/hisap. Tebal Shim Susunan Intake / Hisap Shim (mm) Visual A,9 B,95 A,9 B,9 A,97 B,9 A,97 B,96 Tabel.. Hasil pengukuran tebal shim katup exhaust/buang Tebal Shim Susunan Exhaust Shim /Keluar (mm) Visual A,9 B,96 A,90 B,97 A,99 B,99 A,99 B,97 Ketebalan shim diganti apabila celah katup tidak sesuai dengan standar Toyota, dan penggantian shim dilakukan ketika engine sudah dirakit.

14 85 Penggantian shim dilakukan tidak secara menyeluruh, melainkan pada shim yang tidak sesuai dengan standar atau shim sudah tidak layak untuk digunakan. Penggantian shim dilakukan ketika shim sudah terdapat banyak goresan atau tidak utuh. Berdasarkan pemeriksaan visual diatas dapat disimpulkan bahwa shim masih dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan. 0. Hasil pengukuran tinggi camlobe camshaft Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari tinggi nok camshaft sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran tinggi camlobe intake camshaft. Tinggi camlobe intake (mm) Kondisi Hasil ukur Standar Minimum visual A,9 Bersih B,95 Bersih A,95 Bersih,9 B,95 Bersih -,50 A,9 Bersih,0 B,9 Bersih A,9 Bersih B,9 Bersih Tabel.5. Hasil pengukuran tinggi camlobe exhaust camshaft. Tinggi camlobe exhaust (mm) Kondisi Hasil ukur Standar Minimum visual A,97 Bersih B,97 Bersih A,97 Bersih,96 B,97 Bersih -,55 A,97 Bersih,06 B,97 Bersih A,97 Bersih B,97 Bersih

15 86 Apabila hasil dari pengukuran mendapatkan nilai dibawah nilai minimum maka camshaft harus diganti dengan yang baru dan apabila nilai dari pengukuran diatas standar maka harus digerinda dan diperbaiki. Hasil dari pengukuran tinggi camlobe masih sesuai dengan standar Toyota dan permukaan camlobe tidak terdapat goresan. Maka dapat disimpulkan bahwa camlobe pada kedua camshaft dalam kondisi baik dan tidak perlu diperbaiki ataupun diganti.. Hasil pengukuran diameter dan goresan pada camshaft Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari diameter dan kondisi permukaan gesek jurnal dan cap camshaft sebagai berikut: Tabel.6. Hasil pengukuran diameter dan goresan pada jurnal intake camshaft No Diameter Jurnal (mm) Goresan Diameter Standar Jurnal Cap,95 Bersih Bersih,96,99 Bersih Bersih,96 Bersih Bersih,96,965 Bersih Bersih 5,96 Bersih Bersih Tabel.7. Hasil pengukuran diameter dan goresan pada jurnal exhaust camshaft No Diameter Jurnal (mm) Goresan Diameter Standar Jurnal Cap,99-,95 Bersih Bersih,965,96,99 Bersih Bersih,96,965 Bersih Bersih

16 87 Lanjutan Tabel.7.,95,99 Bersih Bersih 5,96,965 Bersih Bersih Apabila diameter jurnal dibawah standar maka camshaft harus diganti baru. Pada bagian jurnal dan cap bantalan harus terbebas dari goresan karena goresan menandakan adanya gesekan yang tidak merata pada jurnal maupun cap bantalan pada camshaft. Dari hasil pengukuran dan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa jurnal dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar Toyota, begitu juga dengan cap bantalan dan jurnal camshaft masih dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan standar Toyota maka komponen tersebut tidak perlu diganti dengan yang baru.. Hasil pengukuran keovalan jurnal camshaft Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari keovalan jurnal camshaft sebagai berikut: Tabel.8. Hasil pengukuran keovalan jurnal camshaft Camshaft Pengukuran Keovalan ( mm ) Hasil Maksimum Intake 0,005 0,0 Exhaust 0,005 0,0 Apabila keovalan jurnal camshaft diatas batas maksimum maka camshaft harus diganti baru. Dari hasil pengukuran dan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa keovalan jurnal dalam kondisi baik dan sesuai

17 88 dengan standar Toyota, maka camshaft tersebut tidak perlu diganti dengan yang baru.. Hasil pengukuran thurst clearance cap connecting rod Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari thurst clearance cap connecting rod sebagai berikut: Tabel.9. Hasil pengukuran thurst clearance cap connecting rod Pengukuran thurst clearance No connecting rod ( mm ) Hasil Standar Maksimum 0,0 0,5-0,5 0,0 0,0 0,5-0,5 0,0 0, 0,5-0,5 0,0 0,0 0,5-0,5 0,0 Apabila thurst clearance cap connecting rod diatas batas maksimum maka connecting rod harus diganti dengan yang baru. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa thurst clearance cap connecting rod dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar Toyota, maka cap dan connecting rod tersebut tidak perlu diganti dengan yang baru.. Hasil pengukuran thurst clearance crankshaft Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari thurst clearance crankshaft sebagai berikut:

18 89 Tabel.0. Hasil pengukuran thurst clearance crankshaft No Pengukuran thurst clearance ( mm ) Hasil Standar Maksimum 0,08 0,00-0,0 0,0 Apabila thurst clearance crankshaft diatas batas maksimum maka thrust washer harus diganti dengan yang lebih tebal. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa thurst clearance crankshaft dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar Toyota, maka thrust washer tersebut tidak perlu diganti dengan yang baru. 5. Hasil pengukuran kerataan permukaan kepala silinder dan blok silinder Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari kerataan permukaan kepala silinder dan blok silinder sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran kerataan permukaan blok silinder. Sudut Hasil Pengukuran Celah (mm) A B Vertikal 0,00 0,00 Horizontal 0,00 0,00 Diagonal 0,05 0,05 Standar celah kerataan blok silinder 0.05 mm Tabel.. Hasil pengukuran kerataan permukaan kepala silinder. Hasil Pengukuran Sudut Celah (mm) A B Vertikal 0,00 0,00

19 90 Lanjutan Tabel.. Horizontal 0,00 0,00 Diagonal 0,00 0,00 Standar celah kepala silinder 0.05 mm Tabel.. Hasil pengukuran kerataan intake manifold. Sudut Hasil (mm) A B Standar Maksimum Pemariksaan Visual Diagonal 0,00 0,00 0,0 mm Bersih Tabel.. Hasil pengukuran kerataan kepala silinder sisi intake manifold. Sudut Hasil (mm) A B Standar Maksimum Pemariksaan Visual Diagonal 0,00 0,00 0,0 mm Bersih Tabel.5. Hasil pengukuran kerataan exhaust manifold. Sudut Hasil (mm) A B Standar Maksimum Pemariksaan Visual Diagonal 0,00 0,00 0,0 mm Bersih Tabel.6. Hasil pengukuran kerataan kepala silinder sisi exhaust manifold. Sudut Hasil (mm) A B Standar Maksimum Pemariksaan Visual Diagonal 0,00 0,00 0,0 mm Bersih Apabila kerataan pada permukaan objek yang diukur melebihi standar maksimum maka permukaan objek tersebut harus diperbaiki atau diratakan

20 9 ulang. Dari hasil pengukuran dan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa semua permukaan yang diteliti dalam keadaan baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu perbaikan pada permukaan tersebut. 6. Hasil pengukuran diameter silinder Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari diameter silinder sebagai berikut: Tabel.7. Hasil pengukuran diameter silinder. Diameter (mm) X Y Standar Maksimum A 8,06 8,05 8, B 8,07 8,06 8, C 8,07 8,06 8, A 8,07 8,06 8, B 8,06 8,06 8, C 8,06 8,06 8, A 8,06 8,06 8, B 8,06 8,07 8, C 8,06 8,07 8, A 8,07 8,06 8, B 8,07 8,06 8, C 8,07 8,06 8, Apabila celah ring antara ring piston dengan piston melebihi standar maka ring dan/atau piston harus diganti yang baru. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa celah alur ring piston dalam keadaan baik

21 9 dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu penggantian dengan yang baru. 7. Hasil pengukuran diameter piston Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari diameter piston sebagai berikut: Tabel.8. Hasil pengukuran diameter piston Diameter Piston (mm) X Y 80, , , , Apabila celah ring antara ring piston dengan piston melebihi standar maka ring dan atau piston harus diganti yang baru. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa celah alur ring piston dalam keadaan baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu penggantian dengan yang baru. 8. Hasil pengukuran celah alur ring piston Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari celah alur ring piston sebagai berikut: Tabel.9. Hasil pengukuran celah alur ring piston. Piston Celah Alur Ring (mm) Standar Standar

22 9 Lanjutan Tabel.9. 0,05 0,05 0,085 0,05 0,00 0,070 0,05 0,05 0,085 0,05 0,00 0,070 0,05 0,05 0,085 0,05 0,00 0,070 0,05 0,05 0,085 0,05 0,00 0,070 Apabila celah ring antara ring piston dengan piston melebihi standar maka ring dan/atau piston harus diganti yang baru. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa celah alur ring piston dalam keadaan baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu penggantian dengan yang baru. 9. Hasil pengukuran gap ring piston Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari gap piston ring sebagai berikut: Tabel.0. Hasil pengukuran gap ring piston. Piston Gap Ring Piston (mm) Oil side rail 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Gap Standar 0,5 0,5 0,5 0,60 0,0 0,50 Gap Maksimum,05,0,0 Apabila gap ring piston melebihi standar maksimum maka ring harus diganti yang baru. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa

23 9 gap ring piston dalam keadaan baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu penggantian ring piston baru. 0. Hasil pengukuran diameter jurnal utama dan crank pin Berdasarkan pengambilan data pengukuran nilai dari diameter jurnal utama dan crank pin sebagai berikut: Tabel.. Hasil pengukuran diameter jurnal utama. Jurnal Diameter Jurnal Utama (mm) Keovalan (mm) X Y Standar Hasil Maksimum 7,98 7,99 7,98 8,00 0,0 0,0 7,99 7,99 7,98 8,00 0,00 0,0 7,98 7,98 7,98 8,00 0,00 0,0 8,00 7,99 7,98 8,00 0,0 0,0 5 7,98 7,99 7,98 8,00 0,0 0,0 Tabel.. Hasil pengukuran diameter crankpin. Diameter Crankpin (mm) Keovalan (mm) X Y Standar Hasil Maksimum 0,00 0,00 0,00 0,0 9,98 0,00 0,00 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 Apabila keovalan lebih besar dari nilai maksimum gantilah crankshaft atau dengan alternatif menggerida dan menghaluskan jurnal utama dan/atau crankpin. Setelah digerinda, gantilah bantalan sesuai dengan ukuran penggerindaan. Batas penggerindaan dan penghalusan jurnal utama dan/atau

24 95 crankpin untuk ukuran bantalan (U/S 0,5) yaitu pada jurnal utama sebesar 7,75 7,755mm dan pada crankpin sebesar 9,75 9,755mm. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa diameter jurnal utama dan diameter crankpin dalam keadaan baik dan masih sesuai dengan standar Toyota, maka tidak perlu penggantian ataupun penyetelan.. Komponen Fast Moving Komponen Fast Moving adalah komponen yang harus diganti secara berkala berdasarkan dengan hitungan usia pakai dan/atau jarak tempuh. Komponen dengan usia pakai yang ditentukan merupakan batas waktu paling lama komponen tersebut untuk beroperasi dengan pemakaian wajar kecuali terdapat kerusakan lebih. Komponen diganti mulai dari jarak tempuh kendaraan km, dan kelipatan. Sedangkan untuk engine stand penggantian berkala dilakukan setiap pergantian semester untuk mewakili km dengan ketentuan tidak terjadi kerusakan yang lebih awal kecuali baterai. Baterai memiliki usia tahun dengan pemakaian normal dan perawatan rutin (baterai basah). Komponen yang harus diganti ketika tuneup engine adalah: Tabel.. Komponen Fast Moving No Komponen Fast Moving Usia Pakai Oli Mesin km Filter Oli km Busi km Filter bensin km 5 Filter udara km 6 v-belt alternator km 7 v-belt ac km

25 96 Lanjutan Tabel.. 8 v-belt timing km 9 Baterai km / tahun 0 Air Radiator km.. Proses penghitungan hasil kerja Dalam proses penghitungan hasil akhir data pada media Engine Stand Toyota Great Corolla tipe A-FE tahun 99 ini, yaitu dengan menghitung adanya perbedaan antara konsumsi bahan bakar sebelum diakukan overhaul pada engine dan setelah dilakukan overhaul pada engine. Perhitungan perbedaan konsumsi bahan bakar dengan acuan volume yang digunakan objek kerja mampu untuk mengoperasikan engine dalam waktu tertentu. Sehingga bahan bakar yang digunakan dengan jenis dan volume yang sama akan didapat perbedaan antara kedua kondisi engine yang berbeda. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar dengan jenis premium atau bensin, dan volume premium yang digunakan untuk sekali pengujian yaitu 000 cc atau liter. Adapun penghitungan dalam pengambilan data sebagai berikut:. Hasil penghitungan waktu yang didapatkan Hasil penghitungan waktu yang diperlukan engine untuk menghabiskan bahan bakar (premium) sebesar 000 cc atau liter dengan putaran idle atau stasioner 800 RPM (Rotation Per Minutes) sebagai berikut:

26 97 Tabel.. Hasil perhitungan hemat konsumsi bahan bakar Waktu pengujian Volume bahan bakar Lama engine untuk pengujian beroperasi Sebelum overhoul 000 cc 6 menit 07 detik Setelah overhaul 000 cc 7 menit detik Selisih waktu 000 cc menit 6 detik. Persentase hemat bahan bakar Penghematan bahan bakar dijadikan persentasi perbandingan penggunaan dengan beban yang sama dan jumlah bahan bakar yang sama dihitung dengan cara sebagai berikut: a. Diasumsikan, Dengan sama perhitungan angkat pada detik dianggap angka dibelakang koma (,) dan angka dibelakang koma ditulis dengan angka puluhan. Waktu untuk menghabiskan 000 cc dengan putaran idle yaitu 800 RPM sebelum overhoul yakni 6 menit 07 detik sebagai (00%) dan waktu untuk menghabiskan 000 cc dengan putaran yang sama setelah dilakukan overhaul engine yakni 7 menit detik sebagai (00%) Dengan Rumus ( ) ( ) b. Perhitungan Hemat konsumsi bahan bakar sebagai berikut:

27 98 ( ) ( ) ( ) Setelah dihitung, nilai persentase dari hemat bahan bakar yang didapat dari proses overhaul engine pada objek pengambilan data yakni 9,75% lebih hemat bahan bakar dan lebih ekonomis dari segi harga yang dibutuhkan untuk beroperasi.

TUGAS AKHIR ANALISIS OVERHAUL PENGUKURAN SERTA TROUBLESHOOTING TOYOTA GREAT COROLLA SERI 4A-FE TAHUN 1993

TUGAS AKHIR ANALISIS OVERHAUL PENGUKURAN SERTA TROUBLESHOOTING TOYOTA GREAT COROLLA SERI 4A-FE TAHUN 1993 TUGAS AKHIR ANALISIS OVERHAUL PENGUKURAN SERTA TROUBLESHOOTING TOYOTA GREAT COROLLA SERI 4A-FE TAHUN 1993 Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik Otomotif & Manufaktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. overhoul pada engine Toyota Great Corolla 4A-FE tahun 1993 dikerjakan di

BAB III METODE PENELITIAN. overhoul pada engine Toyota Great Corolla 4A-FE tahun 1993 dikerjakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Penelitian Proses pengambilan data penelitian dan segala kegiatan atau proses overhoul pada engine Toyota Great Corolla 4A-FE tahun 1993 dikerjakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM).

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/9&0 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:. Melepas dan memasang semua komponen mesin dengan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang sangat berpengaruh dalam jalannya suatu mesin.

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS BAB III ANALISIS KASUS A) Tujuan Pemecahan Masalah 1. Untuk mengetahui ketirusan permukaan crankshaft. 2. Untuk mengetahui kebengkokan permukaan crankshaft. 3. Untuk mengetahui apakah bantalannya masih

Lebih terperinci

BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN

BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN 4.1. Data Sebelum Dilakukan Overhoul. Sebelum melakukan proses overhoul atau pembongkaran mesin, terlebih dahulu melakukan pengujian dan pengambilan data awal

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC 3.1 Pengertian Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang sangat berpengaruh dalam jalannya suatu mesin.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan spesifikasi yamaha diperoleh hasil pengukuran dan indentifikasi

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Engine Stand ATV Toyoco G16ADP 160 CC Engine stand merupakan sebuah alat bantu stand engine yang digunakan untuk mengkondisikan mesin agar dapat diletakan pada pelat

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO410/05 Revisi: 03 Tgl: 22 Agustus 2016 Hal 1 dari 5 I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat: 1. Melepas dan memasang torak, batang torak, dan tutup bantalan batang

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO40/05 Revisi : 02 Tgl : 6 Februari 204 Hal dari 5 I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang torak, batang torak, dan tutup bantalan batang

Lebih terperinci

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder JOB SHEET (LEMBAR KERJA) Sekolah : SMKN 1 Sintang Program Keahlian : Teknik Sepeda Motor Mata Diklat : (Produktif) Melaksanakan overhaul kepala silinder Kelas/Semester : XI/3 Alokasi Waktu : 20 x 45 Menit

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO0/06 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari 5 I. Kompetensi:. Melepas dan memasang poros nok dengan prosedur yang benar. Menentukan kondisi poros nok II. III. IV. Sub Kompetensi: Setelah selesai

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAHAN AJAR NO 2 Motor TANGGAL : KOMPETENSI Komponen Utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN

BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN Untuk mengetahui hubungannya perawatan rutin dengan kajian emisi kendaraan berdasarkan pada Standart uji SNI 09-2766-1992, maka pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun berkembang dengan cukup baik. Terbukti dari banyaknya produsen otomotif mancanegara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus tahun 2017. 2. Tempat pelaksanaan 1. Tugas

Lebih terperinci

PEMBUATAN ENGINE STAND

PEMBUATAN ENGINE STAND PEMBUATAN ENGINE STAND TOYOTA KIJANG SERI 5K SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTIK TEKNOLOGI MOTOR BENSIN (PERBAIKAN ENGINE TOYOTA KIJANG SERI 5K UNTUK SMK MUHAMMADIYAH CANGKRINGAN) PROYEK AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

MEMELIHARA/SERVIS ENGINE DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

MEMELIHARA/SERVIS ENGINE DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA MEMELIHARA/SERVIS ENGINE DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA KD 1 : MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN UTAMA ENGINE URAIAN Suatu kendaraan memerlukan adanya tenaga luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat

Lebih terperinci

Oleh sebab itu pembuatan silinder diperlukan ketelitian yang tinggi.

Oleh sebab itu pembuatan silinder diperlukan ketelitian yang tinggi. Blok Silinder Blok silinder merupakan inti daripada mesin yang terbuat dari besi tuang. Belakangan ini ada beberapa blok silinder yang dibuat dari paduan aluminium. Seperti kita ketahui, bahwa aluminium

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Motor Bakar Seperti kita ketahui roda-roda suatu kendaraan memerlukan adanya tenaga luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi keadaan, jalan, udara,

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4 langkah 100 cc, dengan merk

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Engine Honda Beat PGM-FI Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder head (mekanisme katup) : Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat memeriksa dan menyetel celah katup. A. Obyek, Alat dan Bahan a) Obyek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Untuk mengetahui pengaruh pemakaian camshaft standar dan camshaft modifikasi terhadap konsumsi bahan bakar perlu melakukan pengujian mesin.. Oleh

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin bensin 4-langkah, alat ukur yang digunakan, bahan utama dan bahan tambahan..

Lebih terperinci

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot) Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif Waktu : 2 x 50 Menit Teknologi Sepeda Motor Judul :Melepas, Memeriksa, & Memasang Piston Sepeda Motor Karisma A. Tujuan 1) Mahasiswa mampu melepas silinder dan torak

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER Petunjuk Lembar Kerja Siswa Ikuti prosedur Tune Up seperti pada video yang anda saksikan Tayangan dan petunjuk di video adalah terbatas, tetapi prosedur

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR OVERHAUL ENGINE TRAINER TOYOTA KIJANG 5K

LAPORAN TUGAS AKHIR OVERHAUL ENGINE TRAINER TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN TUGAS AKHIR OVERHAUL ENGINE TRAINER TOYOTA KIJANG 5K Disusun oleh : ANTIK SUJARWO NIM : 11/314920/NT/14762 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015 i ii iii

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki BAB IV DATA HASIL 4.1 Data Komponen Awal Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : 4.1.1 Tutup Radiator Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki spesifikasi pembukaan katup dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya animo masyarakat terhadap pengunaan sepeda motor membuat produsen sepeda motor berlomba untuk memproduksi sepeda motor tipe terbaru dengan teknologi terbaru

Lebih terperinci

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up)

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up) SMK MA ARIF SALAM KABUPATEN MAGELANG JOBSHEET (LEMBAR KERJA) KODE : /PMO/VIII/12 Mata Pelajaran : Motor Otomotif (PMO) Guru : Edi Purwanto Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya (Engine Tune

Lebih terperinci

Engine Tune Up Engine Conventional

Engine Tune Up Engine Conventional Kualifikasi Tipe Mobil Spesifik Engine Tune Up Nama No. Reg TUK Tanggal Lembar : Peserta Engine Tune Up Engine Conventional OTO.KR-01-001.01 Pelaksanaan pemeliharaan/service komponen OTO.KR-01-009.01 Pembacaan

Lebih terperinci

PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL. A. Tujuan:

PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL. A. Tujuan: PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL A. Tujuan: - mahasiswa dapat memahami komponen komponen pada mesin diesel yang harus di tun e up - mahasiswa dapat memahami fungsi dan cara kerja komponen komponen mesin

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi 2008.43.0022 FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Pengertian Mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : NAMA : TAUFIK ARIZAL

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL MODUL PELATIHAN ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL Oleh: Sriyono 132206843 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007 Servis Rutin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI Ireng Sigit A ) Abstrak Dewasa ini semua kendaraan yang beroperasi diharapkan harus mengacu pada standar Euro 2000 dan hemat bahan bakar. Penelitian

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki

Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON MODEL KONTUR RADIUS GELOMBANG SINUS TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki Abstrak Secara garis besar motor bensin tersusun oleh beberapa

Lebih terperinci

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder JOB SHEET DASAR TEKNOLOGI A. TUJUAN : Setelah menyelesaikan praktek ini diharapkan siswa dapat : 1. Dapat menjelaskan prosedur tune up 2. Dapat melakukan prosedur tune up dengan benar 3. Dapat melakukan

Lebih terperinci

SILINDER HEAD MOTOR DIESEL

SILINDER HEAD MOTOR DIESEL SILINDER HEAD MOTOR DIESEL Oleh : Mahfud Ibadi NIM. 5201405015 Edy Setiawan NIM. 5201405031 Ali Muhtar NIM. 5201405514 Fery Dwi Harmoko NIM. 5201405541 Tujuan praktikum Mahasiswa dapat membongkar Mahasiswa

Lebih terperinci

contoh makalah teknik mesin

contoh makalah teknik mesin contoh makalah teknik mesin KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM MEKANISME KATUP PADA TOYOTA KIJANG 5K

ANALISIS SISTEM MEKANISME KATUP PADA TOYOTA KIJANG 5K ANALISIS SISTEM MEKANISME KATUP PADA TOYOTA KIJANG 5K TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Diploma III Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: Nama : Fajar Dwi Prasetya Nim : 5250306009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berkaitan dengan judul yang diambil. Berikut beberapa referensi yang berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berkaitan dengan judul yang diambil. Berikut beberapa referensi yang berkaitan 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Observasi terhadap mekanisme katup, sistem kerja mesin 4 langkah, analisis pengaruh modifikasi chamsaft dan mencari referensi dari beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC Irwan 1), Agus Suyatno 2), Naif Fuhaid 3) ABSTRAK Pada saat ini motor bakar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

Variabel terikat Variabel kontrol Pengumpulan Data Peralatan Bahan Penelitian

Variabel terikat Variabel kontrol Pengumpulan Data Peralatan Bahan Penelitian DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 4 BAB I PENDAHULUAN... 5 1.1 Latar Belakang... 5 1.2 Rumusan masalah... 6 1.3 Pembatasan Masalah... 7 1.4 Tujuan Penelitian... 7 1.5 Manfaat

Lebih terperinci

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mesin Dan Transmisi Vespa P150X Engine stand merupakan sebuah alat bantu stand engine yang digunakan untuk mengkondisikan mesin agar dapat diletakan pada besi plat yang

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi durasi standard camshaft dan after market camshaft, lift standard camshaft dan after market

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE A. Overhaul Sistem Pelumasan Overhaul yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan sampai dengan penganalisaan perlu tidaknya suatu komponen engine dilakukan penggantian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal 3.1 Diagram Alir (Flow Chart) BAB III METODE PENELITIAN Mulai Observasi & Studi Literatur Identifikasi Sistem Mekanisme Katup Pengujian Dynotest awal Proses Modifikasi Camshaft Pengujian Dynotest Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui Perbandingan Pemakaian 9 Power Dengan Kondisi Standar Pada Motor 4 langkah Honda Supra X 125 cc perlu melakukan suatu percobaan. Akan tetapi penguji menggunakan

Lebih terperinci

Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil.

Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil. Tune-up merupakan servis yang paling sering dilakukan dibandingkan dengan jenis servis mobil yang lain, seperti overhaul, spooring- balancing, dan kenteng magic (ketok magic). Tune-up merupakan servis

Lebih terperinci

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN TUNE UP MOTOR BENSIN 1 Membersihkan Saringan Udara Ganti bila sudah kotor belebihan Semprot dengan udara tekan dari arah berlawanan dengan arah aliran udara masuk 2 Periksa Oli Mesin Periksa : Jumlah Oli

Lebih terperinci

Letak sensor EFI pada toyota Avanza dan Daihatsu Xenia tak sensor pada Avanza/ Xenia tak Sensor dan Injektor Mesin Avanza/xenia

Letak sensor EFI pada toyota Avanza dan Daihatsu Xenia tak sensor pada Avanza/ Xenia tak Sensor dan Injektor Mesin Avanza/xenia Letak sensor EFI pada toyota Avanza dan Daihatsu Xenia Letak sensor pada Avanza/ Xenia 1. Vacuum switching Valve (EVAP) 2. Sensor Tekanan Absolut Manifold 3. Pompa nahan Bakar 4. Sensor oksigen (sensor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan

I. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan mobil maupun sepeda motor. Khusus pada modifikasi sepeda motor banyak dilakukan pada kalangan

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Literatur Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan pengujian motor bakar untuk mendapatkan perubahan data karakterisitk motor bakar tersebut terhadap perubahan profil camshaft. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENCARIAN SUDUT PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN KATUP PADA MEKANISME KATUP MESIN KIJANG 5K PROYEK AKHIR Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Diploma III Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANISME KATUP, TROUBLE SHOOTING DAN VARIASI CELAH KATUP MASUK TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ISUZU C190

ANALISIS MEKANISME KATUP, TROUBLE SHOOTING DAN VARIASI CELAH KATUP MASUK TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ISUZU C190 ANALISIS MEKANISME KATUP, TROUBLE SHOOTING DAN VARIASI CELAH KATUP MASUK TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ISUZU C190 TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Diploma III Untuk memperoleh

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Sepeda Motor Kode Soal : 1316 Alokasi Waktu

Lebih terperinci