V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT. Kraft Foods Inc. merupakan salah satu perusahaan global yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman yang berpusat di Northfield Illinoi, Amerika Serikat. PT Kraft Foods Inc. didirikan oleh James L. Kraft pada tahun Adapun semboyan perusahaan adalah Buat hari ini nikmat. PT. Kraft Foods Inc memiliki lebih dari 50 merek dengan pendapatan minimal $100 juta, dan terdapat sembilan merek yang merupakan penyumbang pendapatan terbesar yaitu : Kraft keju Oscar mayer daging 3. Philadelphia keju 4. Maxwell kopi rumah 5. Nabisco kue dengan merek Oreo 6. Kopi yakub 7. Milka cokelat 8. LU biskuit PT. Kraft Foods Inc. tumbuh dan berkembang dengan cara fokus dan bertahan memalui stategi perusahann seperti membangun high-performing organisasi, mengeksploitasi kemampuan penjual atau anak perusahaan yang berada diberbagai negara di dunia. Kegiatan operasi perusahaan lebih dari 70 negara seluruh dunia, dengan penjualan lebih dari 150 negara, serta terdiri dari 180 pabrik dan terdapat 11 riset pusat pengembangan. Nabisco merupakan salah satu perusahaan yang telah diakuisisi oleh PT Kraft Foods inc. Nabisco merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang makanan biskuit. PT. Nabisco berdiri pada tahun 1898 di Amerika Serikat. Nama Nabisco pertama muncul di produk biskuit wafer gula pada tahun 190 Kraft Inc berhasil mengakuisisi PT. Nabisco pada bulan Desember Pada saat ini, Nabisco Inc merupakaan salah satu perusahaan terkenal dengan berbagai merk produk biskuit berkualitas seperti Oreo dan Ritz. Kraft Inc merupakan salah satu perusahaan global yang memiliki cabang diberbagai negara diseluruh dunia seperti Australia, Indonesia, Italia, Jerman,

2 Meksiko, Timur Tengah, Hongkong, Malysia, dan lain sebagainya. Dengan pasar utama Australia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Meksiko, Indonesia, Philipina, Spanyol, Selandia Baru, Venezuela, dan lain sebagainya. PT. Kraft Foods Indonesia merupakan cabang perusahaan dari Kraft Inc. PT. Kraft Foods Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri Consumer Product atau FMCG dan jenis perusahaannya adalah Perseroan Terbatas (PT) yang berdasar pada perusahaan asing. PT. Kraft Foods Indonesia berlokasi di Graha Inti Fauzi Lt. 10 Jl. Buncit Raya No.22 Jakarta Selatan PT. Kraft Foods Indonesia memiliki semboyan Buat Hari ini Nikmat dan memiliki strategi perusahaan yang sama dengan Kraft Inc. yaitu membangun high- performing perusahaan. Pada awalnya PT. Kraft Foods Indonesia hanya memproduksi produk keju dengan merek keju Kraft, tetapi setelah perusahaan Kraft Inc mengakuisisi perusahaan Nabisco yang merupakan produsen produk makanan yang terkenal seperti Oreo, Ritz, dan Toblerone maka PT. Kraft Foods Indonesia pun selain memproduksi keju Kraft juga memproduksi produk Oreo, Ritz, dan Toblerone. Pada mulanya Oreo diperkenalkan oleh perusahaan Nabisco pada bulan Februari tahun 1912 dengan sasaran utama pasar di Inggris. Pada awalnya, biskuit Oreo berbentuk seperti gunung yang terdiri dari dua rasa, yaitu lemon dan krim. Desain yang baru diperkenalkan pada tahun Biskuit ini terdiri dari dua lapisan yang berwarna cokelat kehitaman dengan bagian tengahnya terdapat krim. Sejak diluncurkan di Indonesia pada tahun 1996, biskuit ini mendapat sambutan yang luar biasa, khususnya pada kaum anak-anak yang merupakan segmen utama dari produk ini. Pada tahun 2000 perusahaan Nabisco diakuisisi oleh Kraft Inc. sehingga produk Oreo menjadi diproduksi oleh PT. Kraft Foods. 5.2 Keadaan Umum Asrama TPB IPB Asrama mahasiswa TPB IPB terletak di dalam Kampus IPB Dramaga. Asrama terbagi menjadi dua lokasi, yaitu Asrama Mahasiswa Putra (ASTRA) dan Putri (ASTRI), yang dikelola oleh Badan Pengelola Pembinaan Akademik, Multibudaya dan Asrama (BPPA) TPB-IPB yang dipimpin oleh seorang Kepala Asrama.

3 Asrama Mahasiswa Putra TPB-IPB terdiri atas tiga buah gedung utama yang diberi nama Gedung C1, Gedung C2, dan Gedung C3, dengan disertai sebuah kantor tempat tinggal Manager Unit (MU). Setiap gedung asrama terdiri dari 112 kamar. Asrama Mahasiswa Putri TPB-IPB terdiri atas empat buah gedung utama yang bernama Gedung A1,Gedung A2, Gedung A3, dan RUSUNAWA (Rumah Susun Mahasiswa), ditambah sebuah gedung yang terdiri dari kantor (BPPA), tempat tinggal MU, dan wartel. Gedung A1 memiliki 135 kamar, Gedung A2 dan A3 masing-masing memiliki 131 kamar, dan RUSUNAWA memiliki 150 kamar. Setiap gedung asrama merupakan gedung yang memiliki dua lantai kecuali RUSUNAWA yang merupakan bangunan baru terdiri dari empat lantai. Setiap asrama dipimpin oleh seorang MU, enam orang Senior Residence (SR), beberapa petugas administrasi, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. Setiap lantai memiliki dua lorong (lorong kiri dan kanan), dan memiliki kurang lebih 56 kamar tidur, 32 kamar mandi, dan 16 WC. Di kiri dan kanan gedung pintu masuk setiap gedung disedikan rak sepatu dan sandal mahasiswa dan pengunjung. Tiap kamar berukuran 3,7 X 3,9 m 2 dan dihuni oleh empat orang mahasiswa yang berbeda daerah asalnya dan berbeda program studinya. Fasilitas yang terdapat di setiap kamar terdiri dari dua set tempat tidur bertingkat, satu lemari pakaian, dan dua meja belajar. Setiap gedung juga memiliki fasilitas penunjang antara lain dua buah saluran telepon, dua buah televisi, mushola, ruang diskusi, kamar mandi, serta saluran telepon umum (wartel) yang dikelola oleh pihak asrama dan kantin. 5.3 Karakteristik Umum Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 92 orang yang merupakan mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor. Karakterisrik responden yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan. Dari 92 responden yang diwawancarai sebagian besar merupakan perempuan yaitu sebesar 56 responden atau sebesar 61 persen dari total responden. Sedangkan laki-laki sebesar 36 responden atau sebesar 39 persen dari total responden (Tabel 12). Responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa

4 perempuan pada Tingkat Persiapan Bersama lebih banyak daripada mahasiswa laki-laki (Lampiran 1). Tabel 1 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Total Tabel 13 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian rentang usia mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) antara tahun. Rentang usia tersebut dapat dimengerti karena mahasiswa Tingkat Persipan Bersama tergolong remaja. Sebagian besar responden berusia 19 tahun, yaitu sebanyak 48 orang responden atau sebesar 52 persen dari total responden. Hal ini dikarenakan mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama merupakan mahasiswa tingkat pertama di Institut Pertanian Bogor (IPB). Sedangkan kelompok usia paling sedikit adalah 17 tahun, yaitu sebanyak satu orang responden atau sebesar 1 persen dari seluruh total responden. Tabel 13. Sebaran responden berdasarkan usia No. Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Total Salah satu faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sumberdaya konsumen. Setiap orang konsumen membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu waktu, uang, dan perhatian (penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan) (Umar, 2000). Dalam hal ini, mahasiswa sebagai konsumen juga memiliki ketiga sumberdaya tersebut dalam hal mengkonsumsi produk Oreo. Salah satu sumberdaya tersebut adalah uang yang dapat dinilai dari besarnya penerimaan yang diterima per bulan (uang saku). Dalam penelitian ini uang saku per bulan yang diterima oleh para responden berkisar antara Rp.

5 Rp sebagian besar responden memiliki uang saku sebesar Rp Rp ,-. Sedangkan responden yang memiliki uang saku diatas Rp ,- relatif lebih sedikit. Dari 92 responden, sebesar 67 responden atau sebesar 73 persen memiliki uang saku sebesar Rp Rp per bulan. Responden yang memiliki uang saku kurang dari Rp ,- adalah sebanyak 23 responden atau sebesar 25 persen, sedangkan responden yang memiliki uang saku diatas Rp ,- adalah sebanyak dua responden atau sebesar tiga persen (Tabel 14). Berdasarkan wawancara dengan responden, hampir seluruh responden menyatakan bahwa uang saku yang mereka terima adalah berasal dari orang tua. Tabel 14. Sebaran responden berdasarkan uang saku per bulan No. Uang saku per bulan (rupiah) Jumlah (orang) Persentase (%) 3. < > Total Perilaku Pembelian/Konsumsi Produk Oreo Kotler (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian seseorang adalah situasi tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebanyak 82 orang responden atau sebesar 89 persen responden melakukan pembelian produk Oreo dengan cara tidak direncanakan terlebih dahulu (Tabel 15). Sebagian besar responden membeli produk oreo dilakukan dengan cara tanpa direncanakan terlebih dahulu. Pembelian tanpa direncanakan banyak dilakukan oleh responden ketika melihat produk Oreo di supermarket, minimarket, warung, dan lain sebagainya. Responden merasa tertarik terhadap produk Oreo ketika melihat kemasannya yang cukup menarik sehingga mendorong responden membeli secara tanpa direncanakan produk Oreo. Hal ini berarti bahwa kemasan produk Oreo sudah cukup baik serta mampu menarik perhatian kosumen khususnya konsumen yang menjadi target pasar seperti remaja. Sedangkan sebanyak 10 responden atau sebesar 11 persen melakukan pembelian produk Oreo dengan cara terencana. Berdasarkan hasil wawancara

6 dengan responden, mereka melakukan pembelian secara terencana produk Oreo karena sebelumnya responden sudah mempunyai niat dari rumah atau asrama untuk membeli produk Oreo. Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan cara memutuskan pembelian produk Oreo. No. Cara memutuskan pembelian Jumlah (orang) Persentase (%) Terencana Tidak direncanakan Total Seluruh responden dalam penelitian ini merupakan konsumen produk Oreo. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian, dalam hal frekuensi mengkonsumsi produk Oreo per bulannya berkisar dari 1 20 kali per bulan. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa sebanyak 74 responden atau sebesar 80 persen mengkonsumsi produk Oreo kurang dari 5 kali dalam sebulan. Dan sebanyak 2 responden atau sebesar 2 persen mengkonsumsi produk oreo diatas 10 kali perbulannya. Responden yang frekuensi pembeliannya diatas lima kali perbulannya merupakan responden yang menyukai dan menggemari produk Oreo. Tabel 16. Sebaran responden berdasarkan frekuensi mengkonsumsi produk Oreo. No. Frekuensi pembelian per bulan Jumlah (orang) Persentase (%) 3. < > Total Berkaitan dengan frekuensi mengkonsumsi produk Oreo, waktu yang banyak dipilih responden untuk mengkonsumsi produk Oreo pada umumnya adalah pada waktu malam dan siang hari. Mereka yang biasanya mengkonsumsi produk Oreo pada malam dan siang hari menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi produk oreo sebagai makanan cemilan. Sebanyak 29 responden atau sebesar 31 persen mengkonsumsi produk Oreo pada malam hari dan sebanyak 25 responden atau sebesar 27 persen mengkonsumsi produk Oreo pada siang hari. Serta sebanyak 23 responden atau sebesar 25 persen mengkonsumsi produk Oreo pada sore hari dan sebanyak 10 responden mengkonsumsi pada pagi hari dan sisanya sebanyak 5 responden menjawab lainnya. Berdasarkan hasil

7 wawancara, responden yang menjawab lainnya merupakan responden yang mengkonsumsi produk Oreo dengan waktu tidak tentu (kapan saja). Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan waktu mengkonsumsi produk Oreo. No. Waktu mengkonsumsi produk oreo Jumlah (orang) Persentase (%) Pagi Siang Sore Malam Lainnya Total Keterangan : responden dapat memilih lebih dari satu. Produk Oreo terdiri dari berbagi jenis yaitu Oreo Sandwich Chocolate Creme, Oreo Sandwich Strawberry Creme, Oreo Sandwich Doublestuff, Oreo wafer stick, Oreo Wafer, dan Oreo Sandwich Vanilla. Sebagian responden memberikan jawaban lebih dari satu dalam mengkonsumsi jenis produk Oreo, hal ini dikarenakan responden tidak hanya mengkonsumsi produk Oreo dalam satu jenis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis produk Oreo yang paling banyak dikonsumsi responden adalah Oreo Sandwich Chocolate Creme yaitu sebesar 34 persen dari total responden sedangkan yang paling sedikit adalah Oreo Strawberry Creme yaitu sebesar 9 persen dari total responden (Tabel 18). Tabel 18. Sebaran responden berdasarkan jenis-jenis produk Oreo yang pernah dikonsumsi No. Jenis produk oreo Jumlah (orang) Persentase (%) Oreo Sandwich Chocolate Creme Oreo Sandwich Doublestuff Oreo Sandwich Strawberry Creme Oreo Wafer stick Oreo wafer Oreo Sandwich Vanilla Total Keterangan : Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban Dalam hal cara mendapatkan produk Oreo yang ingin dikonsumsi, responden memberikan jawaban lebih dari satu hal ini dikarenakan responden membeli produk Oreo tidak hanya pada satu tempat saja. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden umumnya membeli

8 produk oreo di Minimarket. Pada Tabel 19, sebanyak 74 responden menyatakan bahwa mereka membeli produk Oreo di minimarket. Hal ini dapat dimengerti karena terdapat beberapa minimarket disekitar lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor yang sering menjadi tempat berbelanja mahasiswa. Meskipun terdapat warung-warung kecil, umumnya mahasiswa lebih memilih berbelanja diminimarket-minimarket yang menyediakan barang-barang lebih lengkap. Sedangkan responden lainnya juga menyatakan membeli produk Oreo di supermarket dan warung-warung. Sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 6 responden memilh lainnya yaitu mereka mendapatkan produk Oreo dari teman atau sudah tersedia dirumah orang tua mereka. Tabel 19. Sebaran resonden berdasarkan tempat pembelian produk Oreo No. Tempat pembelian Jumlah (orang) Persentase (%) Supermarket Minimarket Warung Lainnya Total Keterangan : responden dapat memilih lebih dari satu. Kebutuhan konsumen untuk mengkonsumsi produk Oreo didasari alasan yang melatarbelakangi konsumen untuk melakukan pembelian produk Oreo tersebut. Tabel 20 menunjukkan bahwa alasan utama yang mendasari responden dalam mengkonsumsi produk Oreo adalah karena sifatnya sebagai makanan pengganti/cemilan. Sebanyak 65 responden atau sebesar 71 persen responden menyatakan mereka memilih produk Oreo karena dapat dijadikan penahan lapar sebelum jam makan tiba atau sebagai cemilan. Alasan lain yang juga banyak disebutkan responden, yaitu sebanyak 18 responden atau sebanyak 20 persen adalah produk Oreo memiliki kualitas tinggi. Alasan praktis dan harga yang cukup terjangkau juga menjadi faktor yang melatarbelakangi responden dalam mengkonsumsi produk Oreo yaitu sebesar 5 persen dan 4 persen dari total responden.

9 Tabel 20. Sebaran responden berdasarkan alasan dalam mengkonsumsi produk Oreo No. Alasan mengkonsumsi produk Oreo Jumlah (orang) Persentase (%) Kualitas Harga Praktis Sebagai makanan pengganti/cemilan Lainnya Total Sebuah produk merupakan kumpulan dari berbagai atribut yang menyusun produk tersebut. Atribut suatu produk merupakan hal-hal yang dapat dilihat, diraba, atau dirasakan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Dalam penelitian ini terdapat delapan atribut produk Oreo yang diilih yaitu rasa, harga, merek, kemasan, ukuran, kandungan gizi, promosi/iklan, dan ketersediaan. Responden diminta untuk meranking atribut-atribut tersebut dari atribut yang paling dipertimbangkan dalam mengkonsumsi produk Oreo hingga atribut yang paling tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumsi mereka terhadap produk Oreo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa merupakan atribut terpenting yang dipilih responden dalam mengkonsumsi produk Oreo. Pada Tabel 21, 40 responden memilih atribut rasa sebagai atribut yang paling penting atau dipertimbangkan dalam mengkonsumsi produk Oreo. Atribut promosi, merek, kandungan gizi menjadi pertimbangan selanjutnya dalam mengkonsumsi produk Oreo. Sedangkan atribut harga, kemasan, ukuran, dan ketersediaan menjadi atribut yang tidak terlalu dipertimbangkan oleh responden. Atribut harga tidak terlalu dipertimbangkan karena sebagian besar responden (80 persen) frekuensi pembeliannya jarang (kurang dari 5 kali perbulan) serta berdasarkan wawancara responden mendapatkan produk Oreo karena sudah tersedia di rumah.

10 Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan urutan prioritas atribut dalam mengkonsumsi produk Oreo No. Atribut Jumlah (orang) I II III IV V VI VII VIII Rasa Promosi Merek Kandungan gizi Harga Kemasan Ukuran Ketersediaan Total 92 Konsumen dapat melakukan pencarian informasi melalui dua cara, yaitu melalui pencarian internal (pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan) maupun pencarian eksternal (memperoleh informasi dari lingkungan) (Engel at al, 1994). Tabel 22 menunjukkan beberapa sumber informasi dari mana responden mengetahui informasi mengenai keberadaan produk Oreo. Sumber informasi ini sebagian besar berasal dari eksternal, karena dianggap responden itu lebih terpengaruh ketika mereka melihat langsung produk tersebut dan dirangsang melalui informasi harga dan kualitas yang ditawarkan. Sumber informasi ini pula yang menyebabkan responden melakukan pembelian produk Oreo. Sebagian besar responden memberikan jawaban yang lebih dari satu dalam proses pencarian informasi. Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi dalam mengetahui keberadaan suatu produk Oreo No. Sumber Informasi Jumlah (orang) Persentase (%) Iklan media elektronik Iklan media cetak Keluarga Teman Lainnya Total Keterangan : responden dapat memilih lebih dari satu jawaban Pengetahuan konsumen akan merek-merek suatu produk merupakan hal penting yang harus disadari oleh para produsen. Dalam hal ini promosi menjadi komponen penting dalam memasarkan produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan tabel diatas, media elektronik dalam hal ini adalah

11 televisi merupakan sumber informasi yang banyak dipilih responden dalam mengetahui informasi mengenai produk Oreo. Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa sebesar 54 persen responden menyatakan bahwa mereka mengetahui keberadaan informasi produk Oreo adalah dari iklan media elektronik yaitu televisi. Untuk media lainnya seperti iklan media cetak, keluarga, dan teman juga dipilih responden namun tidak sebanyak media elektronik. Serta terdapat satu responden yang menjawab lainnya, berdasarkan wawancara hal lainnya yang dimaksud adalah informasi yang terdapat dalam toko dimana informasi tersebut baru diketahui responden ketika terdapat suatu produk Oreo di toko/tempat responden berbelanja. Tugas pemasaran tidak berhenti begitu penjualan terjadi karena pembeli akan mengevaluasi apakah hasil pembelian yang mereka lakukan memuaskan atau tidak. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang, komunikasi lisan dan perilaku pembelian. Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas atas pembelian yang telah mereka lakukan, yaitu sebanyak 88 responden atau sebesar 96 persen dari total responden. Dari hal ini terlihat bahwa produk Oreo dapat memenuhi keinginan konsumennya. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, kepuasan responden tersebut bisa disebabkan beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dalam pembelian seperti rasanya yang enak dan kualitasnya. Dan sisanya yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 4 persen menyatakan tidak puas terhadap produk Oreo. Beberapa alasan ketidak puasan terhadap roduk Oreo adalah dapat meninggalkan noda hitam di gigi dan jika dikonsumsi secara sering dapat meningkatkan berat badan. Tabel 23. Sebaran responden berdasarkan tingkat kepuasan responden atas pembelian produk Oreo No. Tingkat kepuasan Jumlah (orang) Persentase (%) Ya Tidak Total

12 5.5 Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan Pengetahuan keamanan pangan adalah pengetahuan tentang peranan keamanan pangan yang terkandung dalam makanan dan minuman yang meliputi bahan tambahan pangan, proses pengolahan pangan, sampai produk pangan dikonsumsi oleh konsumen. Item pernyataan tentang pengetahuan keamanan pangan terdiri dari 10 pernyataan positif dengan menggunakan Skala Likert sangat tahu (5) sampai sangat tidak tahu (1). Skor rata-rata tingkat pengetahuan keamanan pangan untuk setiap pernyataan disajikan pada Tabel 24. Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa skor rata-rata jawaban responden pada setiap item pernyataan baik laki-laki maupun perempuan berkisar pada angka 3 (antara tahu dan tidak tahu) dan 4 (tahu). Skor rata-rata tertinggi responden terlihat pada pernyataan Boraks, formalin, rhodamin B, dan kuning metanil merupakan zat kimia yang dilarang penggunaannya dalam pangan yaitu sebesar 4,2 Hal ini disebabkan sebagian besar responden sudah sering mendengar mengenai zat-zat berbahaya dalam makanan. Pengetahuan mengenai zat-zat berbahaya dalam pangan diperoleh responden dari buku, berita televisi, media cetak, dan internet. Sedangkan skor rata-rata terendah terdapat pada pernyataan Bahan Tambahan Pangan merupakan senyawa yang ditambahkan ke dalam pangan dengan tujuan tertentu yaitu sebesar 3,39. Rendahnya skor rata-rata pengetahuan keamanan pangan pada pernyataan tersebut disebabkan responden jarang mendengar definisi mengenai bahan tambahan pangan, responden lebih mengetahui mengenai jenis-jenis bahan tambahan pangan (pernyataan ke-3) yang terlihat dengan skor rata-rata responden untuk pernyataan ke-3 sebesar 3,97. Hal ini dikarenakan contoh-contoh bahan tambahan pangan lebih sering responden dengar baik dari media elektronik seperti televisi maupun dari media cetak serta dari buku-buku.

13 Tabel 24. Skor rata-rata tingkat pengetahuan keamanan pangan responden untuk setiap jenis pertanyaan pengetahuan keamanan pangan No Pernyataan Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan pencemaran biologi, kimiawi, dan fisik yang dapat merugikan kesehatan. Bahan Tambahan Pangan merupakan senyawa yang ditambahkan ke dalam pangan dengan tujuan tertentu. Pewarna, pengawet, pemutih, antioksidan, pemanis bukan gula, anti gumpal dan pengatur keasaman merupakan contoh bahan tambahan pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan diperbolehkan asal dengan aturan tertentu. Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan dapat membahayakan dan tidak membahayakan kesehatan. Boraks, formalin, rhodamin B, dan kuning metanil merupakan zat kimia yang dilarang penggunaannya dalam pangan. Pastereulisasi, pemanasan, pengeringan dan pengawetan dapat mempengaruhi keamanan pangan. Produk industri rumah tangga dan produk-produk instan serta praktis keamanan pangannya tidak terjamin. Kasus keracunan makanan disebabkan adanya sejumlah bahan berbahaya dalam makanan. Melamin merupakan salah satu zat kimia berbahaya karena mengandung formalin jika digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Laki-laki (n=37) 3,95 3,27 3,84 3,81 3,70 4,16 3,38 3,49 3,86 3,73 Peremp uan (n=56) 3,95 3,48 4,05 3,89 3,75 4,25 3,52 3,46 4,07 3,82 Total (n=93) 3,95 3,39 3,97 3,86 3,73 4,21 3,46 3,47 3,98 3,78 Keterangan : skor antara 1-5 Jawaban tahu dan tidak tahu terhadap pernyataan pengetahuan keamanan pangan memperlihatkan tinggi rendahnya pengetahuan responden terhadap

14 pengetahuan keamanan pangan. Tingkat pengetahuan keamanan pangan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah (Walpole, 1999). Secara keseluruhan skor terendah pengetahuan keamanan pangan adalah 28 dan skor tertinggi adalah 46. Sedangkan skor rata-rata secara keseluruhan adalah sebesar Sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan yang berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 61 responden atau sebesar 66,30 persen (Tabel 25). Tabel 25. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan keamanan pangan Tingkat pengetahuan Laki-laki Perempuan Total keamanan pangan N % N % N % Tinggi (42-48) 3 8, , ,48 Sedang (35-41) 26 72, , ,30 Rendah (28-34) 7 19, , ,22 Total Tingkat pengetahuan keamanan pangan yang sedang menunjukkan bahwa responden cukup mengetahui mengenai keamanan pangan. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berada dalam kategori tingkat pengetahuan keamanan pangan yang tinggi berjumlah 17 responden (sebesar 18,48 persen) yang terdiri dari 14 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Tingkat pengetahuan keamanan pangan yang tinggi menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik terhadap keamanan pangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, responden yang memiliki tingkat pengetahuan pangan ketegori tinggi adalah responden yang sudah mendapat informasi mengenai keamanan pangan dari masa sekolah di SMA, responden yang suka membaca buku, majalah, maupun yang sering mencari informasi melalui internet. Sedangkan responden yang berada dalam kategori tingkat pengetahuan keamanan pangan yang rendah berjumlah 14 responden (sebesar 15,22 persen) yang terdiri dari 7 perempuan dan 7 laki-laki. Tingkat pengetahuan keamanan pangan yang rendah menunjukkan bahwa responden kurang memiliki banyak informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keamanan pangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tingkat pengetahuan

15 pangannya rendah, responden yang tingkat pengetahuan pangannya rendah disebabkan responden jarang mendengar dan mendapatkan informasi mengenai keamanan pangan, mereka biasanya hanya mendapat informasi tentang keamanan pangan secara sekilas dari acara televisi. 5.6 Tingkat Pengetahuan terhadap Produk Oreo Tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo menunjukkan tinggi rendahnya pengetahuan responden terhadap produk Oreo. Variabel tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo dalam penelitian ini meliputi jenis produk Oreo yang beredar di Indonesia, perusahaan yang memproduksi produk Oreo, perbedaan antara produk Oreo lokal dan luar negeri serta peredaran produk Oreo setelah adanya isu melamin. Item pernyataan tentang pengetahuan terhadap produk Oreo terdiri dari 6 pernyataan positif. Skor rata-rata tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo untuk setiap pernyataan disajikan pada Tabel 26. Sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan memilih jawaban 2 (tidak tahu) dan 3 (antara tahu dan tidak tahu ). Berdasarkan Tabel 26 skor rata-rata jawaban responden tertinggi terlihat pada pernyataan Produk Oreo dilarang peredarannya di pasaran yaitu sebesar 3,29. Hal ini menunjukkan responden memiliki pengetahuan yang ragu-ragu terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara responden yang menjawab antara tahu dan tidak tahu (ragu-ragu) pada pernyataan tersebut adalah responden yang masih merasa ragu karena mereka mengetahui bahwa produk Oreo merupakan salah satu produk diduga mengndung melamin sedangkan di televisi terdapat iklan yang menyatakan bahwa Oreo diperbolehkan peredarannya dipasaran. Sedangkan untuk responden yang menjawab tahu pada pernyataan tersebut, berdasarkan hasil wawancara responden tersebut mengetahui bahwa produk Oreo yang dilarang peredarannya merupakan produk Oreo buatan luar negeri (China). Skor rata-rata terendah terlihat pada pernyataan Produk Oreo impor diproduksi oleh PT. Nabisco yaitu sebesar 2,48. Hal ini menunjukkan bahwa responden ragu-ragu mengenai pernyataan tersebut. Rendahnya nilai pada pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap perusahaan yang memproduksi produk Oreo impor masih rendah. Berdasarkan

16 hasil wawancara responden pada umumnya tidak terlalu mengetahui mengenai keberadaan jenis produk Oreo yang beredar di Indonesia, mereka hanya mengetahui bahwa produk Oreo yang beredar di Indonesia merupakan produk yang diproduksi di dalam negeri oleh PT. Kraft Food Indonesia. Hal ini terlihat dari skor rata-rata responden yang lebih tinggi untuk pernyataan ke-2 ( Produk Oreo lokal diproduksi oleh PT.Kraft Food Indonesia) yaitu sebesar 3,17. Tabel 26. Skor rata-rata tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo untuk setiap jenis pernyataan No Laki-laki Perempuan Total Pernyataan Produk Oreo yang beredar di Indonesia terdiri dari produk Oreo buatan dalam negeri (lokal) dan buatan luar negeri (impor). Produk Oreo lokal diproduksi oleh PT. Kraft Indonesia. Produk Oreo impor diproduksi oleh PT. Nabisco. Produk Oreo lokal berkode MD. Produk Oreo impor berkode ML. Produk Oreo dilarang peredarannya dipasaran. Keterangan : Skor antara 1-5 (n=37) 3,12 3,06 2,34 2,37 2,29 3,07 (n=56) 2,9 3,23 2,57 2,86 2,71 3,43 (n=93) 3,03 3,17 2,48 2,67 2,56 3,29 Tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah (Walpole, 1999). Secara keseluruhan skor terendah pengetahuan terhadap produk Oreo adalah 6 dan skor tertinggi adalah 28. Tabel 26 menunjukkan sebagian besar responden (baik laki-laki dan perempuan) memiliki tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo pada kategori sedang yaitu sebanyak 65 responden atau sebesar 70,65 persen. Tingkat pengetahuan sedang mencerminkan bahwa responden cukup memahami dan memiliki pandangan yang tidak negatif terhadap produk Oreo. Dari Tabel 27 juga dapat diketahui bahwa sebanyak 15 responden (sebesar 7,62 persen) yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 3 orang laki-laki yang berada dalam kategori tingkat pengetahuan tinggi. Tingkat pengetahuan yang tinggi menunjukkan bahwa responden memiliki banyak informasi mengenai produk Oreo. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, responden yang tingkat pengetahuan terhadap produk Oreonya tinggi adalah responden yang

17 sering membaca surat kabar dan yang melakukan penelusuran melalui internet. Sedangkan sebanyak 12 responden (sebesar 13,04 persen) yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 5 orang laki-laki yang berada dalam kategri rendah. Tingkat pengetahuan yang rendah menunjukkan bahwa responden memiliki sedikit informasi mengenai produk Oreo, berdasarkan keterangan dari responden, responden hanya mendengar pemberitaan mengenai isu melamin hanya selintas dan tidak terlalu mendalam. Tabel 27. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo Tingkat pengetahuan terhadap Laki-laki Perempuan Total produk Oreo N % N % n % Tinggi (20,8-28) 3 8, , ,30 Sedang (13,4-20,7) 28 77, , ,65 Rendah (6-13,3) 5 13, , ,04 Total Analisis Persepsi Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Persepsi merupakan cara pandang seseorang melihat realitas di luar dirinya atau lingkungan yang telah ditentukan oleh stimulus. Dengan adanya stimulus maka konsumen akan memberikan perhatian sehingga dapat memiliki pemahaman (Mowen & Minor (2002) yang diacu dalam Sumarwan (2003). Dalam penelitian ini yang menjadi stimulus adalah adanya informasi baik dari media elektronik maupun media cetak mengenai pemberitaan produk Oreo yang diduga mengandung melamin. Besarnya skor pesepsi diukur dengan menggunakan Skala Likert dengan nilai antara 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skor rata-rata persepsi responden untuk setiap pernyataan persepsi disajikan pada Tabel 28.

18 Tabel 28. Sebaran responden berdasarkan skor rata-rata persepsi untuk setiap pernyataan No. Pernyataan Laki-laki Perempuan Total (n=37) (n=56) (n=93) 3. Oreo merupakan salah satu jenis biskuit susu. Produk Oreo merupakan salah satu produk pangan yang diduga tidak mengandung melamin. Produk oreo aman untuk dikonsumsi 3,86 3,46 3 3,80 3,50 2,85 3,82 2,52 3,09 4. Konsumsi produk Oreo tidak 5. membahayakan kesehatan tubuh. Produk Oreo menjadi biskuit yang 3,03 2,95 3,01 berkualitas setelah adanya isu 3,19 3 2,89 melamin. Keterangan : skor antara 1-5 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata jawaban responden tertinggi terdapat pada pernyataan Oreo merupakan salah satu jenis biskuit susu yaitu sebesar 3,8 Pernyataan tersebut adalah pernyataan positif, maka hal ini menunjukkan bahwa responden cukup setuju bahwa Oreo merupakan salah satu biskuit susu. Berdasarkan keterangan dari responden, responden yang memilih setuju didasarkan karena responden mengetahui produk Oreo sebagai biskuit susu dari rasa dan komposisi yang terdapat pada kemasan. Pada pernyataan ke-2 yaitu Produk Oreo merupakan salah satu produk pangan yang diduga tidak mengandung melamin skor rata-rata jawaban responden adalah sebesar 2,5 Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pandangan tidak setuju. Berdasarkan keterangan dari responden, hal tersebut dikarenakan responden tidak memiliki banyak informasi mengenai pemberitaan produk yang bermelamin. Persepsi yang sama juga ditunjukkan pada pernyataan ke-4 dan 5. Pada pernyataan ke-4 yaitu Konsumsi produk Oreo tidak membahayakan kesehatan tubuh skor rata-rata responden adalah 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpandangan antara setuju dan tidak setuju (ragu-ragu) terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan keterangan dari responden, hal ini dikarenakan sampai saat ini belum terdapat korban yang menderita akibat mengkonsumsi produk Oreo. Pada pernyataan ke-5 ( Produk Oreo menjadi produk yang

19 berkualitas setelah adanya isu melamin ), skor rata-rata jawaban responden adalah 2,89. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpandangan ragu-ragu terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan keteranga dari responden, responden berpandangan ragu dikarenakan sampai saat ini responden belum menemukan bukti nyata bahwa produk Oreo tidak berkualitas. Skor rata-rata responden terendah terdapat pada pernyataan Produk oreo aman untuk dikonsumsi yaitu sebesar 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa responden antara setuju dan tidak setuju bahwa produk Oreo aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan keterangan dari responden, responden mengetahui mengenai pemberitaan produk yang bermelamin dimana salah satunya dalah Oreo, tetapi responden menjadi ragu karena hanya produk Oreo buatan luar negeri saja (China) yang positif mengandung melamin sedangkan Oreo buatan dalam negeri bebas melamin. Selain itu, untuk saat ini produk Oreo masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan produk Oreo bergizi baik serta adanya iklan yang menggambarkan bahwa produk Oreo tidak mengandung melamin sehingga mereka menganggap bahwa produk Oreo aman untuk dikonsumsi. Jawaban setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan persepsi memperlihatkan baik tidaknya persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin digolongkan menjadi dua kategori yaitu persepsi baik dan persepsi buruk. Secara keseluruhan skor persepsi responden berkisar antara 11 sampai dengan 23 dengan rata-rata skor persepsi sebesar 15,33. Sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat persepsi yang berada dalam kategori buruk yaitu sebanyak 77 responden atau sebesar 83,69 persen. Tingkat persepsi yang buruk mencerminkan bahwa responden tidak cukup memahami dan memiliki pandangan yang negatif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Berdasarkan keterangan dari responden hal ini disebabkan responden kurang mengetahui kebenran pemberitaan isu melamin, mereka hanya mengetahui dan mendengar sekilas bahwa salah satu produk yang diduga mengandung melamin adalah Oreo. Dari Tabel 29 juga dapat diketahui bahwa responden yang memiliki persepsi yang baik berjumlah 15 orang responden atau sebesar 16,30 persen.

20 Tingkat persepsi yang baik berarti bahwa responden telah memahami dan mengetahui dengan baik mengenai isu melamin dan memiliki pandangan yang positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Pandangan positif terhadap produk Oreo dapat terbentuk akibat adanya pengetahuan yang dalam mengenai produk Oreo yang terkena isu melamin. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka memperoleh pengetahuan yang mendalam kerena sering membaca berita di surat kabar, penelusuran melalui internet, maupun informasi dari teman atau keluarga. Tabel 29. Sebaran responden berdasarkan tingkat persepsi Tingkat persepsi terhadap Laki-laki Perempuan Total produk Oreo setelah adanya isu melamin n % N % N % baik (18-23) 7 19, , ,31 buruk (11-17) 29 80, , ,69 Total Analisis Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan (Umar, 2000). Sikap akan menempatkan seseorang dalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhinya. Sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud tertentu. Daftar pernyataan tentang sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin terdiri atas 5 pernyataan yang dihitung dengan menggunakan skala Likert dengan rentang skala sangat setuju (5) sampai sangat tidak setuju (1). Tabel 30 menunjukkan skor rata-rata responden berdasarkan sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memberikan skor 2 (kurang setuju) hingga 4 (setuju).

21 Tabel 30. Sebaran responden berdasarkan skor rata-rata sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin No. Pernyataan Laki-laki (n=36) Saya tetap mengkonsumsi 2,59 produk Oreo sama seperti sebelum terkena isu malamin Saya tidak akan beralih 2,42 mengkonsumsi produk biskuit lain. 3. Saya mempercayai produk Oreo 3,11 sebagai produk berkualitas. 4. Saya mempercayai produk Oreo 3,03 aman dikonsumsi dan bebas melamin. 5. Saya mempercayai bahwa 3,25 produk Oreo diperbolehkan peredarannya di pasaran Perempuan (n=56) 3,04 2,66 3,32 3,09 3,34 Total (n=93) 2,80 2,56 3,24 3,06 3,30 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata jawaban responden laki-laki dan perempuan pada pernyataan ke-1 adalah 2,59 dan 3,04. Skor laki-laki yang lebih rendah menunjukkan bahwa responden laki-laki tidak setuju dengan pernyataan ke-1 hal ini berarti responden laki-laki bersikap untuk tidak mengkonsumsi produk Oreo sama seperti sebelum terkena isu melamin. Sedangkan responden perempuan dengan rata-rata skor 3,04 berarti responden perempuan bersikap ragu-ragu terhadap pernyataan ke- Perbedaan sikap anatar laki-laki dan perempuan dapat disebabkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan terhadap isu melamin dimanan responden perempuan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan responden laki-laki. Selain itu, skor rata-rata tertinggi terlihat pada pernyataan Saya mempercayai bahwa produk Oreo diperbolehkan peredarannya dipasaran yaitu sebesar 3,30. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap antara setuju dan tidak setuju (ragu-ragu) terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan keterangan dari responden sikap-ragu-ragu disebabkan karena responden mengetahui mengenai isu melamin tetapi sampai saat ini produk Oreo masih banyak beredar dipasaran serta terdapat iklan di televisi yang menunjukkan bahwa Oreo berkualitas baik. Selain itu responden juga memberikan keterangan bahwa produk Oreo yang dilaranng peredarannya

22 adalah produk Oreo yang buatan China sedangkan yang buatan dalam negeri diperbolehkan peredarannya. Sikap yang sama juga ditunjukkan responden terhadap pernyataan ke-3 dan ke-4. Pada pernyataan ke-3 responden memberikan skor rata-rata sebesar 3,24. Hal ini menunjukkan bahwa responden bersikap antara setuju dan tidak setuju (ragu-ragu) terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan keterangan dari responden, sikap ragu-ragu tersebut dikarenakan responden tidak mempunyai informasi yang mendalam mengenai kebenaran isu melamin. Keterangan lainnya adalah responden mengetahui bahwa produk Oreo mengandung melamin tetapi masih banyak beredar dipasaran serta hanya produk Oreo berkode ML saja yang kualitasnya tidak baik sedangkan produk Oreo berkode MD berkualitas baik (bebas melamin). Pada pernyataan ke-4, skor rata-rata jawaban responden adalah 3,06. Hal ini menunjukkan bahwa responden berikap antara setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden bersikap ragu-ragu dikarenakan responden tidak mengetahui kebenaran pemberitaan mengenai isu melamin secara mendalam,serta sampai saat ini produk Oreo masih beredar dipasaran. Selain itu, menurut responden tidak semua produk Oreo mengandung melamin hanya produk yang berkode ML saja yang mengandung melamin sedangkan yang berkode MD bebas mealmin. Skor rata-rata sikap terendah terdapat pada pernyataan Saya tidak akan beralih mengkonsumsi produk biskuit lain yaitu sebesar 2,56. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak setuju untuk tidak beralih mengkonsumsi produk biskuit lain. Rendahnya skor sikap pada pernyataan tersebut disebabkan karena responden bukan konsumen yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk Oreo. Sikap yang sama juga ditunjukkan responden terhadap pernyataan ke-1 yaitu dengan skor 2,80. Dimana responden bersikap tidak setuju bahwa responden tetap mengkonsumsi produk Oreo sama seperti sebelum terkena isu melamin. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka tidak mengkonsumsi produk Oreo sama seperti sebelum terkena isu melamin dikarenakan terdapat perasaan takut untuk mengkonsumsi karena adanya kandungan melamin.

23 Jawaban setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan sikap memperlihatkan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin digolongkan kedalam dua kategori yaitu positif dan negatif. Secara keseluruhan skor sikap responden berkisar antara 10 sampai dengan 22 dengan rata-rata skor sikap sebesar 16. Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin Tingkat sikap terhadap produk Laki-laki Perempuan Total Oreo setelah adanya isu melamin N % N % N % Positif (17-22) 9 25, , ,87 Negatif (10-16) 27 75, , ,13 Total Dari Tabel 31 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden baik lakilaki maupun perempuan memiliki tingkat sikap yang berada dalam kategori negatif yaitu sebanyak 59 orang responden atau sebesar 64,13 persen. Sikap negatif menunjukkan bahwa responden cukup terpengaruh oleh pemberitaan isu melamin, selain itu, responden juga memiliki kecenderungan untuk tidak mengkonsumsi produk Oreo seperti sebelum terkena isu melamin. Berdasarkan keterangan responden mereka bersikap negatif karena terpengaruh oleh isu tersebut serta adanya keragu-raguan dalam mengkonsumsi produk Oreo hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo sehingga responden tidak mengetahui kebenaran isu tersebut. Sedangkan sebanyak 33 responden atau sebesar 35,87 persen memiliki sikap positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Sikap positif menunjukkan bahwa responden cukup memahami produk Oreo yang terkena isu melamin dan responden memiliki sikap yang baik (positif) terhadap produk Oreo dimana mereka tetap bersikap cenderung sama seperti sebelum adanya isu melamin. Sikap positif juga menunjukkan bahwa responden mengganggap produk Oreo sebagai produk yang berkualitas, bebas dari zat berbahaya, serta memiliki kecenderungan untuk tetap mengkonsumsi produk Oreo. Berdasarkan keterangan responden, responden bersikap positif terhadap produk Oreo karena responden memiliki pengetahuan tentang produk Oreo yang cukup mendalam sehingga

24 responden mengetahui kebenaran berita isu melamin dimana yang positif mengandung melamin adalah produk Oreo buatan luar negeri sedangkan buatan dalam negeri bebas melamin.

ISTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ISTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN LAMPIRAN ISTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN REKAPITULASI JUMLAH MAHASISWA TPB Tahun Akademik 2008/2009 Semester Genap KEADAAN S/D TANGGAL 04/05/2009 Fakultas/Departemen Kode L P

Lebih terperinci

SKRIPSI JULAEHA H

SKRIPSI JULAEHA H ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) SKRIPSI JULAEHA H34050278 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK

KUESIONER ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK 77 Lampiran 1. KUESIONER Kuesioner ini merupakan salah cara pengumpulan data dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Subjek Penelitian 4.1.1 Sekolah Dasar Muhammadiyah 27 Jakarta SD Muhammadiyah 27 Jakarta berdiri pada tahun 1970 dan menempati areal seluas 2000 meter persegi, SD Muhammadiyah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis)

VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis) 63 VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN 7.1. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis) Analisis Important-Performance merupakan suatu cara untuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN MEDAN DELITAHUN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik profil responden pada penelitian ini dapat diketahui dari distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, jenjang studi, tempat tinggal,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR 6.1. Karakteristik Konsumen Minute Maid Pulpy Orange Karakteristik konsumen pada penelitian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Umum Konsumen BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Tahu Djadi Sari yang dibeli oleh konsumen bertujuan untuk dikonsumsi oleh keluarganya/rumah tangga. Hal ini dikarenakan tahu yang dijual oleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Jenis Kelamin Tahun

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Jenis Kelamin Tahun Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Jenis Kelamin Tahun 2005 2008 Tahun Laki-laki Perempuan Total Pertumbuhan (jiwa) (jiwa) (jiwa) (persen) 2005 424,819 406,752 831,571 1.32 2006 431,862

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :..

Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :.. Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :.. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Terima kasih atas partisipasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Beras Secara garis besar jenis beras yang ada dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu beras pera dan beras pulen. Beras pulen umumnya dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang pesat pada abad 26 ini menimbulkan persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang pesat pada abad 26 ini menimbulkan persaingan yang BAB 1 ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah erkembangan bisnis yang pesat pada abad 26 ini menimbulkan persaingan yang sangat kompetitif, dimana ditandai dengan munculnya berbagai produk yang menawarkan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) Nama : Bianda Tristantiana NPM : 11212450 Jurusan : Manajemen (S1) Pembimbing

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 (DAFTAR SEKOLAH SISWA-SISWI SEBAGAI RESPONDEN)

LAMPIRAN 1 (DAFTAR SEKOLAH SISWA-SISWI SEBAGAI RESPONDEN) LAMPIRAN LAMPIRAN 1 (DAFTAR SEKOLAH SISWA-SISWI SEBAGAI RESPONDEN) Siswa-siswi yang digunakan sebagai responden berasal dari beberapa sekolah antara lain : Tabel Daftar Sekolah Siswa-Siswi sebagai responden

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Beberapa toeri yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori kosumen dan perilaku kobsumen, persepsi, yang meliputi definisi persepsi, proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosss sectional study. Desain cross sectional study adalah salah satu caraa pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

REKOMENDASI ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMASARAN. pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan

REKOMENDASI ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMASARAN. pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan VII. REKOMENDASI ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMASARAN Hasil analisis perilaku konsumen berimplikasi terhadap strategi bauran pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dapat dilihat hasil perhitungan pada Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) yang dimiliki oleh pasar swalayan dengan merek Toserba Yogya memiliki persentase terbesar

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan 1.1. Uji Beda Berdasarkan Jenis kelamin Pemahaman. Persepsi. Perilaku. Produk teh lain.

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan 1.1. Uji Beda Berdasarkan Jenis kelamin Pemahaman. Persepsi. Perilaku. Produk teh lain. 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan 1.1. Uji Beda 1.2.1 Berdasarkan Jenis kelamin Pemahaman Test Statistics a Pemahaman Mann-Whitney U 8853.000 Wilcoxon W 21256.000 Z -.395 Asy mp. Sig. (2-tailed).693

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga. Waktu penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN ALAT-ALAT TULIS DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN ALAT-ALAT TULIS DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB) PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN ALAT-ALAT TULIS DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB) BIDANG KEGIATAN : PKM Artikel Ilmiah Diusulkan Oleh:

Lebih terperinci

VI PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

VI PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN VI PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Keputusan konsumen menurut Engel, dkk (1995) tidak muncul begitu saja melainkan melalui suatu proses yang terdiri dari lima tahapan, yaitu (1) pengenalan

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, jenis pekerjaan dan pendapatan dari masing- masing responden.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang dipentingkan konsumen dalam memilih toko swalayan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku konsumen yang melakukan aktivitas pembelian di DKI Jakarta khususnya. Aktivitas pembelian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis yang bergerak sangat cepat menimbulkan persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dan dituntut untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion. VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION 6. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, alamat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 36 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Subjek Penelitian 4.1.1 PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. berlokasi di Jl. Daan Mogot Km.12 No.9 Jakarta. Melalui anak perusahaannya, pada

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian adalah peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen Kopi Luwak Malabar. Penelitian ini dilakukan di PT. NuGa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Analisis positioning kacang mete di benak konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dimulai dengan melakukan uji

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tengah keluarga, Kecap manis ABC Mantap meluncurkan desain kemasan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tengah keluarga, Kecap manis ABC Mantap meluncurkan desain kemasan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karekteristik Produk a. Kecap Manis ABC Kecap adalah salah satu bahan makanan yang jadi kesukaan banyak orang di segala usia. Untuk mempertahankan eksistensi dan citarasanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian atau mengkonsumsi suatu barang. Karakteristik konsumen dapt dilihat beradasarkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Latar Belakang tahun

I PENDAHULUAN. Latar Belakang tahun 1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor consumer goods saat ini diramaikan oleh kemunculan produkproduk baru, khususnya pada kategori minuman penyegar. Di tahun 2003 muncul produk minuman kemasan yang memposisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat perusahaan harus bersaing untuk mendapatkan laba maksimal bagi

BAB I PENDAHULUAN. membuat perusahaan harus bersaing untuk mendapatkan laba maksimal bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produk-produk yang dipasarkan guna memenuhi kebutuhan konsumen.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner, kemudian melakukan pembahasan masalah-masalah yang ada baik dengan menggunakan statistik atau penafsiran,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam era globalisasi saat ini perkembangan teknologi dan industri

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam era globalisasi saat ini perkembangan teknologi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi saat ini perkembangan teknologi dan industri kian meningkat tiap tahunnya. Tidak menutup kemungkinan para produsen mengambil peluang

Lebih terperinci

KUESIONER PENDAHULUAN

KUESIONER PENDAHULUAN KUESIONER PENDAHULUAN Para responden yang terhormat, saya adalah mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. Saya sedang melakukan penelitian tentang TOSERBA yang berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin cepat dan persaingan hidup yang semakin keras, berdampak pada perubahan struktur sosial di masyarakat dan fungsi anggota keluarga. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Perilaku Konsumen Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa digunakan

Lebih terperinci

VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA

VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA Keputusan pembelian dalam mengkonsumsi barang atau jasa ditentukan oleh perilaku konsumen yang bersangkutan. Perilaku proses keputusan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) merupakan faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM yang berkualitas, faktor

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang 38 1.2. Foto Survey di SMA Nusaputera Semarang 39 1.3. Foto Survey di SMP Nusaputera Semarang 40 41 Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan. 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Tiga per lima (60%) dari 100 contoh berusia antara 21-30 tahun. Dua orang contoh berkategori usia lebih dari atau sama dengan 31 tahun (Tabel 3). Perbedaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. [28 Februari 2011] 1 Makanan dan Minuman

I. PENDAHULUAN.  [28 Februari 2011] 1 Makanan dan Minuman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan salah satu sub-sektor industri pengolahan non migas yang memberikan sumbangan paling besar pada Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Konsumen Dalam melakukan proses keputusan pembelian, karakteristrik konsumen sangat berpengaruh. Konsumen yang memiliki pengalaman terhadap suatu produk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE

BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE 29 BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE 4.1. Gambaran Umum Unit Usaha HONEY Madoe 4.1.1. Sejarah Unit Usaha HONEY Madoe Unit usaha HONEY Madoe mulai berdiri pada tahun 2006 dan untuk pertama kalinya memperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument

I. PENDAHULUAN. kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu keberhasilan dunia usaha adalah pemasaran. Pemasaran mengantisipasi dan mengukur pentingnya kebutuhan dan keinginan dari kelompok konsumen tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

VI. HASIL ANALISIS. 6.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Konsumen Kacang Garing Merek Garudafood

VI. HASIL ANALISIS. 6.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Konsumen Kacang Garing Merek Garudafood VI. HASIL ANALISIS 6.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Konsumen Kacang Garing Merek Garudafood Karakteristik konsumen dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, status pernikahan, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban dari suatu masyarakat ikut pula mendorong perkembangan dalam bidang perekonomian, salah satunya adalah bidang pemasaran. Untuk tetap mendapatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003 UJANG SUMARWAN IDQAN FAHMI.

RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003 UJANG SUMARWAN IDQAN FAHMI. RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pemilihan Susu Formula di Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Jatinegara. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan IDQAN FAHMI. Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas beras memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian dan menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Pengujian SPSS Uji Beda Variabel Kelas dan Jenis Kelamin Uji Kruskall-Wallis Variabel.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Pengujian SPSS Uji Beda Variabel Kelas dan Jenis Kelamin Uji Kruskall-Wallis Variabel. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengujian SPSS 1.1. Uji Beda Variabel Kelas dan Jenis Kelamin Test Statistics KELAS JK Chi- Square(a,b) 1.731 9.151 df 2 1 Asymp. Sig..421.002 2. a 0 cells (.0%) have expected

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT) 83 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN GIZI SEBAGAI FAKTOR DOMINAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Dengan pasar yang semakin mengglobal dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Minum teh sudah merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia semenjak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Minum teh sudah merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minum teh sudah merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia semenjak jaman dahulu kala, hal itu dikarenakan Negara Indonesia merupakan salah satu penghasil teh terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Secara administratif PT Ultrajaya Milk Industry berlokasi di Jalan Raya Cimareme 131, Kecamatan Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis waralaba telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Hal tersebut memberikan pengaruh besar bagi perekonomian negara dan terlebih lagi dengan semakin

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENCARIAN INFORMASI, PENILAIAN PELANGGAN DAN MEMORI IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN ADOPSI PRODUK BARU

SKRIPSI PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENCARIAN INFORMASI, PENILAIAN PELANGGAN DAN MEMORI IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN ADOPSI PRODUK BARU SKRIPSI PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENCARIAN INFORMASI, PENILAIAN PELANGGAN DAN MEMORI IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN ADOPSI PRODUK BARU (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan baru sehingga masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli barang-barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Lembaga Pertanian Sehat Lembaga Pertanian Sehat atau LPS merupakan suatu lembaga yang memiliki dasar pemikiran bahwa bagi Bangsa Indonesia, pertanian adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan barang-barang konsumsi (consumer goods). Bisnis ini menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB VII IMPLIKASI KEBIJAKAN STRATEGI PEMASARAN. tingkat kinerja atribut-atribut Dancow Batita maka dapat dihasilkan implikasi

BAB VII IMPLIKASI KEBIJAKAN STRATEGI PEMASARAN. tingkat kinerja atribut-atribut Dancow Batita maka dapat dihasilkan implikasi BAB VII IMPLIKASI KEBIJAKAN STRATEGI PEMASARAN Berdasarkan analisis terhadap karakteristik konsumen, analisis terhadap proses keputusan pembelian produk, analisis terhadap tingkat kepentingan dan tingkat

Lebih terperinci