BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yaitu SD Negeri dan SD Negeri Pemilihan lokasi ini dipilih secara purposive sampling dengan alasan : 1. Banyak penjaja makanan dan warung penjualan makanan yang menjual makanan dengan warna- warna yang mencolok, terang dan dengan rasa yang sangat manis secara bebas di lingkungan sekolah tersebut dibandingkan sekolah-sekolah lain. 2. Tidak ada peraturan tegas dari pihak sekolah yang melarang murid-murid untuk tidak jajan sembarangan, dapat dilihat dari bebasnya murid keluar dari pekarangan sekolah untuk membeli makanan atau minuman bahkan guru juga sering mengonsumsi makanan jajanan yang berada dilingkungan sekolah. 3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku guru sekolah dasar terhadap makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan November sampai bulan Desember Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar pada sekolah dasar yang ada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang berjumlah : 1. SD Negeri : 34 orang 2. SD Negeri : 21 orang Sampel Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling, populasi yang berjumlah 55 orang diambil seluruhnya Pengumpulan Data Data Primer Data primer adalah karakteristik guru yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja serta sumber informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan, sikap dan tindakan juga diperoleh melalui kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang telah disusun kepada responden Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada arsip sekolah dasar yaitu berupa data jumlah guru sekolah dasar, serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian seperti gambaran umum mengenai SD Negeri dan SD Negeri Medan

3 3.5. Defenisi Operasional 1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir. 2. Jenis kelamin adalah gender yang membedakan responden. 3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan oleh responden. 4. Masa kerja adalah lamanya responden bekerja. 5. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang sering ditambahkan pedagang makanan ke dalam makanan yang akan dijual dengan tujuan untuk memperbaiki warna atau cita rasa makanan, namun jika dipakai secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan. 6. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk mengetahui informasi tentang bahaya penggunaan bahan tambahan pangan dalam makanan. 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui guru tentang kandungan zat-zat yang berbahaya pada bahan tambahan pangan yang ada di dalam makanan. 8. Sikap adalah reaksi atau respon guru terkait penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya pada makanan. 9. Tindakan adalah segala bentuk yang dilakukan guru dalam mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan hal-hal yang dilakukan guru terhadap murid yang mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dilingkungan sekolah.

4 3.6. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada. Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori (baik, sedang dan kurang) yang berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden. Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain adalah : c. Nilai baik, apabila total skor yang diperoleh responden >75%. d. Nilai sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 40-75%. e. Nilai kurang, apabila total skor yang diperoleh responden <40%. 1. Pengetahuan Pengetahuan mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dengan total skor tertinggi adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 18 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 11 dari seluruh pertanyaan yang ada.

5 2. Sikap Sikap dapat diukur dengan pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pernyataan10 yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif, dimana pernyataan yang benar diacak dan diberi nilai 2. Skor tertinggi adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat sikap baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 15 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat sikap sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 9-15 dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat sikap kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 9 dari seluruh pertanyaan yang ada. 3. Tindakan Tindakan dapat diukur dalam pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 6 yang diajukan, dengan skor tertinggi adalah 12, dimana jawaban yang benar di acak dan diberi nilai 2. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat tindakan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 9 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat tindakan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 5-9 dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat tindakan kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.

6 3.7. Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan Data 1. Editing Data yang telah terkumpul dikoreksi dilapangan sehingga data dapat langsung dilengkapi dan disempurnakan. Editing dilakukan atas kelengkapan pengisian kuesioner dan kejelasan jawaban, dengan tujuan agar data dapat diperoleh dengan baik dan menghasilkan informasi yang benar sehingga nantinya dapat menggambarkan masalah yang diteliti. 2. Coding Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan. 3. Entry Entri adalah kegiatan memasukkan data ke dalam program komputer untuk dilakukan analisis data dengan program SPSS. 4. Tabulating Tabulating dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan masingmasing variabel dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi Analisa Data Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

7 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Negeri No Medan merupakan sekolah negeri yang terletak di Jl. Mangaan I Gg. Amal I Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. SD Negeri No Medan memiliki jumlah murid sebanyak 717 orang yang terdiri dari 372 orang laki-laki dan 345 orang perempuan. Saat ini SD Negeri No Medan memiliki 21 orang guru dan 1 orang pegawai Tata Usaha. Semua siswa memiliki jadwal sekolah pagi hari. Di sekolah ini terdapat 1 buah kantin yang menjual permen, roti, biskuit, minuman, mie-mie yang ditambahkan kerupuk dengan warna merah mencolok, gorengan seperti tahu dan bakwan yang ditambahkan saos pabrikan dengan warna merah mencolok dan makanan dalam kemasan. Selain itu, terdapat juga beberapa pedagang yang berjualan di luar pagar sekolah, antara lain penjual bakso dengan saos yang berwarna merah mencolok, minuman berwarna-warni, bakso goreng, ayam goreng kentucky, minuman sachet, snack dalam kemasan, bakso bakar, dan mie goreng. SD Negeri No Medan merupakan sekolah negeri yang terletak di Jl. Mangaan IV Pasar II Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. SD Medan memiliki jumlah murid sebanyak 1149 orang yang terdiri dari 604 orang laki-laki dan 545 orang perempuan. Saat ini SD Negeri No Medan memiliki 34 orang guru dan 1 orang pegawai Tata Usaha. Siswa memiliki jadwal sekolah pada pagi hari dan siang hari. Di sekolah ini terdapat 2 buah kantin yang menjual makanan jajanan.

8 Di sekolah ini juga terdapat juga beberapa pedagang yang berjualan di luar pagar sekolah yang menjual makanan-makanan yang dijual seperti di SD Negeri Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pedidikan dan masa kerja. Pengkategorian karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja). No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%) 1. Umur : tahun 17 30, tahun 4 7, tahun 26 47, tahun 8 14,5 Total Jenis Kelamin : - Laki-laki 16 29,1 - Perempuan 39 70,9 Total Pendidikan : - SMA/SPG/Sederajat 17 30,9 - Diploma 9 16,4 - Sarjana 29 52,7 Total Masa Kerja : - < 10 tahun 20 36, tahun 10 18,2 - > 20 tahun 25 45,5 Total Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak berada pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 26 orang (47,3%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 4 orang (7,3%).

9 Responden pada kedua sekolah dasar ini paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) sementara responden laki-laki hanyak sebanyak 16 orang (29,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah Sarjana yaitu sebanyak 29 orang (52,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah Diploma sebanyak 9 orang (16,4%). Dalam hal masa kerja, sebanyak 25 orang (45,5%) responden memiliki masa kerja >20 tahun dan paling sedikit memiliki masa kerja tahun yaitu 10 orang (18,2%) Sumber Informasi tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Pertanyaan tentang sumber informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan meliputi dari mana saja responden mendapat sumber informasi tentang bahan tambahan pangan dan bagaimana tanggapan responden terhadap informasi yang diterima. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Sumber Informasi Jumlah Persentase (%) Media Cetak Media Elektronik Petugas Kesehatan Keluarga/ kerabat ,5 92,7 21,8 41,8 Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa sumber informasi yang diperoleh guru SD terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan paling banyak berasal dari media elektronik yaitu sebanyak 51 orang (92,7%) dan hanya 12 orang (41,4%) mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Berdasarkan sumber

10 informasi yang diperoleh, responden menyatakan yakin dan percaya terhadap sumber informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan Pengetahuan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka pengetahuan dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni pengetahuan baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Baik Sedang Kurang ,3 12,7 0 Total Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), sedangkan sebagian responden lagi, yaitu sebanyak 7 orang (12,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Pengetahuan responden yang diukur meliputi pengertian BTP, tujuan penggunaan BTP, Jenis-jenis BTP yang digunakan, persyaratan penggunaan BTP, efek/ dampak pengunaan BTP terhadap kesehatan dan ciri-ciri makanan yang menggunakan BTP. Gambaran pengetahuan responden dapat dilihat dari tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Pengetahuan N % 1 Pengertian bahan tambahan pangan : a. Bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan 40 72,2

11 dengan jumlah dan ukuran tertentu yang berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan. (2) b. Bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan agar makanan lebih tahan lama. (1) c. Tidak tahu. (0) 2 3,6 2 Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan : a. Membuat makanan menjadi lebih menarik. (1) b. Meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. (2) c. Tidak tahu. (0) ,6 40,0 54,5 5,5 3 Jenis-jenis bahan tambahan pangan : a. Bahan pengawet makanan. (1) b. Pewarna bahan pangan, bahan pemanis makanan, penyedap rasa dan aroma makanan, antikempal pada makanan, antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, pemutih makanan. (2) c. Tidak tahu. (0) ,3 89,1 3,6 4 Syarat penggunaan bahan tambahan pangan : a. Tidak mahal harganya. (1) b. Tidak membahayakan kesehatan konsumen. (2) c. Tidak tahu. (0) ,3 69,1 3,6 5 Alasan Rhodamin B tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan : a. Karena Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. (2) b. Karena Rhodamine B tidak baik ditambahkan kedalam makanan. (1) c. Tidak tahu. (0) ,5 23,6 1,8 6 Bahan tambahan pangan dilarang : a. Karena dapat menyebabkan ketergantungan bagi yang mengonsumsi. (1) 5 9,1 b. Karena membahayakan kesehatan bahkan dapat 50 89,1 menyebabkan penyakit kanker. (2) c. Tidak tahu. (0) Penggunaan bahan tambahan itu baik atau tidak :

12 a. Baik, apabila penggunaannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (2) b. Tidak baik, karena dapat membahayakan bagi kesehatan. (1) c. Tidak tahu. (0) ,8 54,5 3,6 8 Alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual : a. Karena formalin, boraks, dan rhodamin b sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker. (2) b. Karena dapat menyebabkan sakit perut. (1) c. Tidak tahu. (0) 9 Ciri-ciri makanan yang mengandung pengawet : a. Makanan tidak tahan lama. (1) b. Makanan dapat bertahan lama. (2) c. Tidak tahu. (0) ,8 18, ,5 89,1 5,5 10 Ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pewarna : a. Warna makanan sangat mencolok dan terlihat sangat menarik. (2) b. Warna makanan terlihat menarik. (1) c. Tidak tahu. (0) ,6 16, Dampak BTP terhadap kesehatan : a. Seketika setelah mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tersebut. (1) b. 10 sampai 20 tahun kemudian. (2) c. Tidak tahu. (0) ,4 72,7 6 10,9 12 Bahaya dari penambahan formalin ke dalam makanan bagi kesehatan : a. Bila dikonsumsi dalam waktu menahun dapat mengakibatkan kanker. (2) b. Bila dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan mual, muntah dan diare. (1) c. Tidak tahu. (0) 4 7, ,7 Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui pengertian bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja

13 ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu yang berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan yaitu sebanyak 40 orang (72,2%), dan ada sebanyak 13 orang (26,3%) yang menjawab bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan agar makanan lebih tahan lama, sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu pengertian bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Mengenai tujuan penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian responden menjawab bahwa tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden menjawab tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk membuat makanan menjadi lebih menarik yaitu sebanyak 22 orang (40%), dan sebagian kecil responden tidak tahu tujuan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Berdasarkan tabel 4.4. juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa jenis-jenis bahan tambahan pangan adalah pewarna bahan pangan, bahan pemanis makanan, penyedap rasa dan aroma makanan, antikempal pada makanan, antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, pemutih makanan yaitu sebanyak 49 orang (89,1%), sedangkan sebagian responden menjawab bahwa jenis bahan tambahan pangan adalah Bahan pengawet makanan yaitu sebanyak 4 orang (7,3%), dan sebagian kecil tidak tahu jenis-jenis bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%).

14 Mengenai syarat-syarat penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian besar responden mengetahui persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan adalah tidak membahayakan kesehatan konsumen yaitu sebanyak 38 orang (69,1%), sebagian menjawab bahwa persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan adalah tidak mahal harganya yaitu sebanyak 15 orang (27,3%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Sebagian besar responden mengetahui bahwa Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas yaitu sebanyak 41 orang (74,5%), sebagian responden menjawab bahwa Rhodamine B tidak baik ditambahkan kedalam makanan yaitu sebanyak 13 orang (23,6%), dan 1 orang responden (1,8%) tidak mengetahui kenapa Rhodamin B tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan. Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahan tambahan dilarang karena karena membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan penyakit kanker yaitu sebanyak 50 orang (89,1%), sebagian responden lagi menjawab bahwa bahan tambahan pangan dilarang karena karena dapat menyebabkan ketergantungan bagi yang mengonsumsi yaitu sebanyak 5 orang (9,1%). Mengenai baik atau tidaknya penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian responden menjawab bahwa penggunaan bahan tambahan pangan tidak baik, karena dapat membahayakan bagi kesehatan yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden mengetahui bahwa bahan tambahan pangan baik digunakan

15 apabila penggunaannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 23 orang (41,8%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui apakah semua jenis bahan tambahan pangan baik atau tidak penggunaannya didalam makanan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual karena karena formalin, boraks, dan rhodamin b sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker yaitu sebanyak 45 orang (81,8%), sedangkan sebagian kecil menjawab bahwa alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual karena dapat menyebabkan sakit perut yaitu sebanyak 10 orang (18,2%). Sebagian responden mengetahui bahwa ciri-ciri bahan makanan yang mengandung bahan pengawet adalah makanan dapat bertahan lama yaitu sebanyak 49 orang (89,1%), sebagian responden menjawab ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pengawet adalah makanan tidak tahan lama yaitu sebanyak 3 orang (5,5%), sedangkan sebanyak 3 orang responden (5,5%) tidak mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung pengawet. Mengenai ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pewarna, sebagian besar responden mengetahui bahwa ciri makanan yang mengandung bahan pewarna adalah warna makanan sangat mencolok dan terlihat sangat menarik yaitu sebanyak 46 orang (83,6%), sedangkan sebagian responden lagi menjawab bahwa ciri makanan yang

16 mengandung bahan pewarna adalah warna makanan terlihat menarik yaitu sebanyak 9 orang (16,4%). Sebagian besar responden mengetahui dampak mengonsumsi bahan tambahan pangan terhadap kesehatan akan terlihat 10 sampai 20 tahun kemudian yaitu sebanyak 40 orang (72,7%), sedangkan sebagian responden menjawab bahwa dampak mengonsumsi bahan tambahan pangan akan terlihat seketika setelah mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tersebut yaitu sebanyak 9 orang (16,4%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui kapan dampak mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan akan terlihat, yaitu sebanyak 6 orang (10,9%). Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahaya formalin bila dikonsumsi dalam waktu menahun dapat mengakibatkan kanker yaitu sebanyak 51 orang (92,7%), sedangkan sebagian responden (7,3%) menjawab bila dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan mual Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka sikap dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni sikap baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.5.

17 Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Sikap Jumlah Persentase (%) Baik Sedang Kurang ,6 43,6 1,8 Total Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat sikap yang baik yaitu sebanyak 30 orang (54,6%), sebanyak 24 orang (43,6%) responden memiliki tingkat sikap yang sedang, dan hanya 1 orang (1,8%) responden yang memiliki tingkat sikap yang kurang. Sikap responden merupakan respon tertutup responden terhadap penggunaan bahan tambahan pangan di dalam makanan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No Setuju Tidak Jumlah Sikap Setuju n % N % N % 1 Makanan yang diberi pemanis dan 1 1, , ,0 pewarna makanan secara berlebihan aman untuk dikonsumsi 2 Makanan yang diberi penyedap 32 58, , ,0 rasa dan aroma makanan terasa lebih enak. 3 Pedagang yang menjual makanan tidak menggunakan bahan pemanis, pewarnan, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan mereka. 4 Penjual makanan menambahkan formalin ke dalam makanannya 30 54, , , , , ,0

18 agar makanan lebih tahan lama. 5 Makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran. 6 Makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik. 7 Bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak. 8 Mie basah boleh diberi bahan pengawet agar mie bisa tahan lama. 9 Boraks tidak boleh digunakan untuk mengenyalkan bakso. 10 Pedagang makanan menambahkan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar. 3 5, , , , , ,0 9 16, , ,0 9 16, , , ,6 9 16, , , , ,0 Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 54 orang (98,2%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa makanan yang diberi pemanis dan pewarna makanan secara berlebihan aman untuk dikonsumsi. Responden menyatakan setuju bahwa makanan yang diberi penyedap rasa dan aroma makanan terasa lebih enak yaitu sebanyak 32 orang (58,2%). Sebanyak 30 orang responden (54,5%) menyatakan setuju jika pedagang yang menjual makanan tidak menggunakan bahan pemanis, pewarnan, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan mereka. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) menyatakan tidak setuju jika penjual makanan menambahkan formalin ke dalam makanannya agar makanan lebih tahan lama. Sebagian besar

19 responden juga menyatakan tidak setuju dengan makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran yaitu sebanyak 52 orang (94,5%). Responden juga menyatakan setuju makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik sebanyak 36 orang (65,5%). Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (83,6%) menyatakan tidak setuju jika bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak dan 46 orang (83,6%) juga menyatakan tidak setuju jika mie basah boleh diberi bahan pengawet agar mie bisa bertahan lama. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (83,6%) setuju boraks tidak boleh digunakan untuk mengenyalkan bakso. Sebanyak 42 orang responden (76,4%) meyatakan tidak setuju jika pedagang makanan menambahkan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka tindakan dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni tindakan baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Tindakan Jumlah Persentase (%) Baik Sedang Kurang ,7 87,3 0 Total

20 Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat tindakan sedang yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), dan sebagian lagi memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 7 orang (12,7%). Tabel 4.8. Distribusi Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. Tindakan n % 1 Sering membeli makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah : a. Ya (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) ,1 85,5 5,5 2 Suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok : a. Setiap hari (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) ,8 38,2 3 Yang dilakukan ketika melihat siswa-siswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah: a. Selalu melarang (2) b. Kadang-kadang melarang (1) c. Cuek saja (0) ,3 72,7 0 4 Sering mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok: a. Sering (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) ,4 54,5 29,1 5 Jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya, apakah masih mau membelinya: a. Ya (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak (2) ,8 40,0 58,2 6 Sering membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya: a. Ya (0) 1 1,8

21 b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) 21 38, ,0 Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden kadangkadang membeli makanan yang dijual dilingkungan sekolah yaitu sebanyak 47 orang (85,5%), sedangkan sebagian responden sering membeli makanan jajanan yang dijual dilingkungan sekolah yaitu sebanyak 5 orang (9,1%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 3 orang (5,5%) tidak pernah membeli jajanan yang dijual dilingkungan sekolah. Sementara itu, diketahui sebagian besar responden kadang-kadang suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok yaitu sebanyak 34 orang (61,8%), sedangkam sebagian responden lagi yaitu sebanyak 21 orang (38,3%) tidak pernah mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 orang (72,7%) kadang-kadang melarang ketika melihat siswa-siswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah, sedangkan sebanyak 15 orang (27,3%) selalu melarang ketika melihat siswasiswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah. Berdasarkan keseringan mengonsumsi bakso, sebagian besar responden kadang-kadang mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden tidak pernah mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok

22 yaitu sebanyak 16 orang (29,1%), dan sebagian kecil yaitu sebanyak 9 orang (16,4%) sering mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok. Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya yaitu sebanyak 32 orang (58,2%), sedangkan sebagian responden kadang-kadang masih mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya yaitu sebanyak 22 orang (40,0%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (1,8) mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya. Dari keseringan membeli makanan di pinggir jalan, sebagian besar responden tidak pernah membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya yaitu sebanyak 33 orang (60,0%), sedangkan sebagian responden kadang-kadang membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya yaitu sebanyak 21 orang (38,2%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (1,8%) sering membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Tabulasi silang antara pengetahuan responden dengan tindakan responden tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat dilihat pada tabel 4.9.

23 Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Tindakan No. Pengetahuan Baik Sedang Kurang Total n % n % n % n % 1. Baik 7 14, , Sedang Kurang Total 7 12, , Berdasarkan tabel 4.9. diatas menunjukkan bahwa dari 48 (100%) orang responden yang memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik, sebanyak 7 orang (14,6%) responden memiliki tindakan baik dan sebanyak 41 orang (85,4%) memiliki tindakan sedang. Sedangkan dari 7 (100%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, 7 orang (100%) responden memiliki tindakan baik Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Tabulasi silang antara sikap responden dengan tindakan responden tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat dilihat pada tabel Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Tindakan No. Sikap Baik Sedang Kurang Total n % n % n % n % 1. Baik Sedang 1 4, , Kurang Total 7 12, ,

24 Dilihat dari sikap, menunjukkan bahwa dari 30 (100%) responden dengan sikap baik, sebanyak 6 orang (20%) responden memiliki tindakan baik, dan 24 orang (80%) responden memiliki tindakan sedang. Sementara dari 24 (100%) responden dengan sikap pada kategori sedang, sebanyak 1 orang (4,2%) responden memiliki tindakan baik dan 23 orang (95,8%) memiliki tindakan sedang. Dan ada 1 (100%) responden yang memiliki sikap pada kategori kurang dengan tindakan sedang.

25 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan guru terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan sudah tergolong baik dimana hasil pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuan responden tersebut sebagian besar berada pada kategori penilaian yang baik yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), sedangkan guru pada kategori kurang tidak ada. Hasil pengukuran terhadap pengetahuan menunjukkan bahwa secara umum guru sebanyak 45 orang (81,8%) mengetahui bahwa yang menjadi alasan para pedagang menggunakan bahan tambahan pangan pada makanan yang dijualnya adalah karena harganya relatif murah dan dapat memberikan tampilan yang menarik. Pada umumnya penjual makanan yang berada di lingkungan sekolah tidak memperhatikan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam makanan, mereka berorientasi keuntungan, dengan memberikan produk makanan dan minuman dengan

26 pewarna tekstil agar makanan dan minuman kelihatan mencolok dan dapat menarik minat pembeli. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada guru yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Para guru menjawab pertanyaan dengan baik terutama dalam menjawab tentang pengertian bahan tambahan pangan, tujuan penggunaan bahan tambahan serta syarat penggunaan bahan pangan serta dampak penggunaan bahan pangan secara berlebihan terhadap kesehatan. Hal tersebut karena sudah banyaknya informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang mereka terima dari media elektronik, media cetak, petugas kesehatan bahkan dari kerabat. Sebagian besar guru yaitu sebanyak 51 orang (92,7%) pernah mendengar informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dari media elektronik yaitu televisi. Siaran televisi pada umumnya bersifat informatif, edukatif dan hiburan. Dengan televisi masyarakat dapat mengetahui perkembangan informasi di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa, selain televisi sumber informasi yang tidak kalah penting adalah media massa seperti surat kabar, majalah dan buku. Hasil penelitian Sitorus (2008), juga menyatakan bahwa sumber informasi siswa sekolah dasar tentang makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan makanan pada umunya berasal dari televisi. Demikian pula dengan hasil penelitian Daniaty (2009), yang menemukan sebanyak 80,49 siswa SMP dan SMA mendengar informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan pangan dari televisi. Guru yang paling sedikit menjawab pertanyaan dengan benar adalah mengenai penggunaan bahan tambahan pangan itu baik atau tidak yaitu sebanyak 30

27 orang (54,5%). Menurut cahyadi (2008), penggunaan bahan tambahan pangan dalam proses produksi pangan perlu diwasapadai bersama, baik oleh responden maupun konsumen. Penggunaan bahan tambahan pangan diperbolehkan, karena bahan tambahan pangan sedianya digunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Namun, penggunaan bahan pangan ini tidak boleh melebihi batas maksimum yang diizinkan dari bahan tambahan pangan yang sudah diatur penggunaannya oleh Badan POM. Menurut Notoatmojo (2003), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan sesuatu hal diharapkan akan mempunyai sikap yang baik juga Sikap Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Sikap merupakan suatu pandangan tetapi dalam hal ini masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut (Purwanto, 1998). Berdasarkan hasil penelitian, sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan juga tergolong baik, dimana hasil pengukuran yang dilakukan terhadap sikap guru pada umumnya, yaitu sebanyak 30 orang (54,5%)

28 adalah baik. Dari 10 pertanyaan mengenai sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan secara umum guru memiliki sikap yang baik, dimana salah satunya yaitu sebanyak 52 orang guru (94,5) menyatakan tidak setuju bahwa makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Eddy (2005) yang menyatakan bahwa setelah digemparkan dengan penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan, banyak masyarakat yang mulai ragu-ragu menyantap makanan seperti tahu, mie basah, ayam dan bakso. Menurut penelitian Tarigan (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 sampel sayur yang diperiksa, terdapat 22 sayur yang mengandung boraks. Pemeriksaan secara kuatitatif diperoleh pada sayur daun singkong kadar terendah sebesar 1,731 gr/kg dan tertinggi 3, 709 gr/kg. Berdasarkan penelitian Nasution (2009), menunjukkan bahwa 62,5% lontong yang dijual di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan mengandung boraks. Secara fisik ciri-ciri lontong yang mengandung boraks dapat diketahui dengan melihat bentuk lontong yang padat dan kenyal, warnanya bersih, serta tahan disimpan lebih dari 5 hari. Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/1999 boraks dilarang digunakan dalam makanan. Boraks biasanya digunakan dalam industri gelas, pelicin, porselin, alat pembersih, dan antiseptik. Namun akhir-akhir ini produsen makanan sering menggunakan boraks sebagai bahan pengawet, khususnya pada bakso, kerupuk, pempek, pisang molen, pangsit, tahu, dan bakmi. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan, lemahnya pengawasan dari lembaga pemerintah dan alasan ekonomi (Saparinto dkk, 2006).

29 Dalam hal penggunaan bahan pemanis, pewarna, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan, sebagian besar guru yaitu sebanyak 36 orang (65,5%) menyatakan setuju dengan pernyataan, bahwa makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik dan sebanyak 46 orang (83,6%) guru menyatakan tidak setuju apabila bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan guru yang baik dapat membentuk sikap yang baik pula dalam hal ini mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan. Bahan pengawet, pemanis, pewarna, atau penyedap rasa merupakan bahan tambahan pangan yang ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan agar makanan menjadi lebih enak dan menarik tetapi penggunaannya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/ Tindakan Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik), sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tindakan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tergolong dalam kategori sedang, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap

30 tindakan guru, dimana sebagian besar yaitu sebanyak 48 orang guru (87,3%) memiliki tindakan pada kategori sedang. Seseorang bisa berperilaku negatif meskipun pengetahuan dan sikapnya positif, pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dari 48 guru (100%) yang memiliki pengetahuan baik terdapat 41 orang guru (85,4%) dengan tindakan dalam kategori sedang. Tindakan dalam kategori sedang ini kemungkinan disebabkan karena makanan yang dijual di lingkungan sekolah maupun dipasaran banyak menggunakan bahan tambahan pangan seperti pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan pewarna buatan, bahkan tidak jarang ada juga yang menggunakan boraks dan formalin dengan tujuan makanan akan memiliki tampilan yang menarik, baik dari segi bentuk, rasa dan warna sehingga semakin menarik untuk dikonsumsi. Hal tersebut dapat terbukti dari hasil penelitian bahwa sebanyak 34 orang responden (61,8%) suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok dan sebanyak 30 orang guru (54,5%) suka mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok. Kerupuk dengan warna merah mencolok dikhawatirkan menggunakan bahan pewarna tekstil Rhodamin b, dimana Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas, namun zat warna yang berbahaya ini sering disalahgunakan mewarnai berbagai makanan dan minuman. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Saparinto dkk,2006).

31 Penggunaan pewarna pada jajanan juga ditemukan pada penelitian Purba (2009) terhadap zat pewarna pada jajanan minuman sirup yang dijual di sekolah dasar kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam, ditemukan bahwa dari 20 sampel yang diperiksa, 18 sampel menggunakan zat pewarna yang diizinkan yaitu Sunset Yellow, Tartrazine, dan Ponceau 4R, dimana kadar zat pewarna yang terdapat pada 18 sampel tersebut masih dalam batasan normal dibandingkan dengan standar yang diperbolehkan, dan 2 sampel menggunakan zat pewarna yang tidak diizinkan yaitu zat pewarna ponceau 3R. Menurut Notoatmojo (2003) secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan mempunyai hubungan yang sistematis. Artinya status pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu terwujud dalam tindakan yang baik pula.

32 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Pengetahuan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada dalam kategori baik yaitu sebesar 87,3%. 2. Sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada pada kategori baik yaitu sebesar 54,5%. 3. Tindakan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada pada kategori sedang yaitu sebesar 87,3%. 4. Umur guru yang paling banyak berada pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 47,3% dimana guru perempuan lebih banyak daripada guru laki-laki. Tingkat pendidikan akhir guru paling banyak adalah sarjana yaitu sebesar 52,7% dan guru yang paling banyak adalah dengan masa kerja >20 tahun yaitu sebesar 45,5%. 5. Sumber informasi yang diperoleh guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan sebagian besar melalui media elektronik yaitu televisi sebesar 92,7% Saran 1. Diharapkan kepada guru agar memberi contoh yang baik kepada anak didiknya dalam memilih makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi terutama makanan yang mengandung bahan tambahan pangan, misalnya tidak menambahkan kerupuk dengan warna-warna merah mencolok ke dalam makanan yang mereka konsumsi.

33 2. Pihak sekolah terutama guru sebagai pendidik agar lebih meningkatkan kinerjanya dan menambah wawasannya dengan banyak melihat, mendengar dan membaca banyak hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan terutama tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan (BTP) sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya.

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN MEDAN DELITAHUN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Variabel independen Variabel Dependen Perilaku siswa-siswi Pengetahuan Sikap Tindakan Makanan dan Minuman yang mengandung Bahan Tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan bahan dasar makanan harus mengandung zat gizi untuk memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11) METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di empat sekolah dasar dengan karakteristik mutu

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, merupakan bab dimana memberikan suatu gambaran umum mengapa topik atau judul tersebut diambil dan disajikan dalam karya ilmiah bagian pendahuan menguraikan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang di konsumsi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk mie merupakan salah satu makanan ringan yang paling banyak diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah saat dimakan, maka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Umur dan Jenis Kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 62 orang, terdiri dari siswa laki-laki yaitu 34 orang dan siswa perempuan yaitu 28 orang. Umur siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anak usia Sekolah Dasar merupakan kelompok usia yang mempunyai aktivitas yang cukup tinggi, baik dalam keadaan belajar maupun di saat istirahat. Untuk mendapatkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan atau juga dikenal sebagai street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, dipasar, tempat pemukiman serta lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus masyarakatlah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasa dan pembau. Dunia visual menggunakan indra penglihatan yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar gemar sekali jajan dan pada umumnya anak sekolah sudah dapat menentukan makanan apa yang mereka sukai dan mana yang tidak. Bahkan tidak jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan masyarakat harus dilindungi dari pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Pemerintah, industri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA TERASI BERDASARKAN PENGETAHUAN & SIKAP PRODUSEN TERASI DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

PENGGUNAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA TERASI BERDASARKAN PENGETAHUAN & SIKAP PRODUSEN TERASI DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG Penggunaan Zat Warna Pada Terasi PENGGUNAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA TERASI BERDASARKAN PENGETAHUAN & SIKAP PRODUSEN TERASI DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG Rahayu Astuti 1, Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo,

Lebih terperinci

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima 1 bahan tambahan perlu diatur, baik jenis maupun jumlahnya yang digunakan pada pengolahan makanan. Hanya bahan yang telah diuji keamanannya yang diizinkan untuk digunakan, dan mutunya harus memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga dalam hidup. Seseorang rela melakukan apapun demi menjaga kesehatan tubuhnya. Salah satunya dengan mengkomsumsi makanan

Lebih terperinci

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada setiap orang sejak dari dalam kandungan. Seseorang akan terus menerus tumbuh dan berkembang sesuai dengan berjalannya waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap produksi yang beredar dipasaran. Untuk menjamin keamanan pangan olahan, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA 3 BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan untuk mendukung kampanye STOP Makan Sembarangan ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 1. Literatur Pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian makanan merupakan hal yang paling penting, bahkan lebih penting daripada rasa makanan. Penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.

Lebih terperinci

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *)

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA Oleh Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) *) Alumni program sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran : Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN ANAK YANG MENGANDUNG PEMANIS SINTETIS PADA TK AL UMMI DI DESA CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

Sukmanandya*, Pandeirot** Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK

Sukmanandya*, Pandeirot** Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA SEKOLAH TENTANG BAHAYA MENGKONSUMSI JAJANAN PINGGIR JALAN DI SD BANJARSUGIHAN 3 KECAMATAN TANDES KELURAHAN BANJARSUGIHAN SURABAYA Sukmanandya*, Pandeirot** Akademi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Taryadi (2007), jajanan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan atau street foods adalah jenis makanan yang dijual kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis. Jenis

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar.

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar. IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI DAN PEWARNA BUATAN PADA MAKANAN JAJANAN NASI KUNING DILINGKUNGAN SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Iwan Setiawan Walangadi Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia memerlukan makanan seimbang yaitu karbohidrat, protein, nabati, vitamin dan mineral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan rumit. Namun, makanan tradisional kini dalam proses kembali ke tradisi. Dengan kemajuan budaya global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut WHO yang dimaksudkan makanan adalah semua benda yang termasuk dalam diet manusia sama ada dalam bentuk asal atau sudah diolah. Makanan yang dikonsumsi hendaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak dan jajanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Anak-anak pada umumnya akan membeli aneka jajan terutama saat mereka sedang istirahat di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup manusia akan meningkat jika kualitas pangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa kriteria yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan mutu, keamanan, dan daya tarik bahan pangan umumnya bergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologisnya. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia. Hal ini karena kasus tersebut banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan merupakan kebutuhan pokok didalam kehidupan makhluk hidup. Karena dengan adanya makanan makhluk hidup dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry telah semakin maju, tak terkecuali yang dijajakan di sekolah-sekolah, hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan sebuah bangsa dalam memajukan pembangunan di segala bidang adalah salah satu wujud dari tercapainya bangsa yang maju dan mandiri. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan proses perubahan perilaku, sikap, ataupun fisik dari masa anak ke masa dewasa (Depkes, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar (SD), anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan

Lebih terperinci

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan,

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN UANG SAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP FREKUENSI KONSUMSI BAKSO TUSUK MENGANDUNG BORAKS DI SD N PANGGANG

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN UANG SAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP FREKUENSI KONSUMSI BAKSO TUSUK MENGANDUNG BORAKS DI SD N PANGGANG HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN UANG SAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP FREKUENSI KONSUMSI BAKSO TUSUK MENGANDUNG BORAKS DI SD N PANGGANG Alberta Tri Prasetyowati Akademi Analis Kesehatan Manggala Yogyakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan makanan sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitasnya. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK Rama Aristiyo,, Nurul Amaliyah dan Salbiah Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan desian Cross Sectional yang bertujuan mengukur variabel bebas (independen) yaitu umur, jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan endosperm (makanan cadangan yang terdapat di dalam biji tumbuhan) biji buah aren yang masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rhodamine B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalah gunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai negara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

I. Data Umum 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama berjualan : 5. Tingkat pendidikan : a. SD b. SLTP c. SMA d.

I. Data Umum 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama berjualan : 5. Tingkat pendidikan : a. SD b. SLTP c. SMA d. FORMULIR KUESIONER UNTUK PENJUAL TAHU MENGENAI PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) PADA TAHU YANG TIDAK HABIS TERJUAL (BERSISA) DI PASAR LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2016 I. Data Umum 1. Nama : 2. Umur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang 29 4.1 Gambaran Umum BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang menyediakan pendidikan mulai dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia : 3. Pendidikan :

Lampiran 1. A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia : 3. Pendidikan : Lampiran 1 KUESINER PENELITIAN Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Tentang Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan dengan jajanan sekolah dikarenakan

Lebih terperinci

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi bahan tambahan pangan yang berjenis

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi bahan tambahan pangan yang berjenis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs : SMP Negeri 5 Sleman Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / Genap Tahun Pelajaran : 2011 / 2012 Pokok Bahasan : Bahan Tambahan Pangan Alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Aktivitas penyelenggaraan kehidupan ada yang bermotif ekonomi dan ada yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit oriented atau motif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu alasan tingginya

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT) 83 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN GIZI SEBAGAI FAKTOR DOMINAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Zat Aditif Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Makanan yang Dijual di Pasaran Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Analisis Zat Aditif Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Makanan yang Dijual di Pasaran Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Analisis Zat Aditif Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Makanan yang Dijual di Pasaran Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Edi Hernawan, Vita Meylani, Popo Musthofa Kamil Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF BAHAN TAMBAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

STUDI DESKRIPTIF BAHAN TAMBAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG 85 STUDI DESKRIPTIF BAHAN TAMBAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Linda Riski Sefrina, Widya Hary Cahyati, Intan Zainafree *email korespondensi :

Lebih terperinci