BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE"

Transkripsi

1 BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah mor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu : 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah, perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2. 42

2 Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat ,14 ha (50,23%) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai ,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai ,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa yang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU. Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara 43

3 umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua satuan wilayah sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Kemudian sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin. Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat dan Tengah. Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun 2005 adalah seluas 169,68 Ha), atau sekitar 0,84 % luas Kota Depok. Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai jiwa, terdiri atas laki-laki jiwa (50,66%) dan perempuan jiwa (49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km 2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. 5.2 Karakteristik Karakteristik responden diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan per bulan dan status marital. Dengan dibuatnya kelompok-kelompok maka akan mempermudah dalam melihat hasil analisis yang telah dilakukan. Berikut ini adalah beberapa tabel dan penjelasan yang akan menggambarkan karakteristik umum responden terhadap kopi instan berdasarkan klasifikasi tersebut. 44

4 5.2.1 Merek Seluruh responden diajukan pertanyaan apakah mereka pernah mengkonsumsi kopi instan. Hasilnya 100 persen menyatakan bahwa mereka pernah mengkonsumsi kopi instan. Kemudian responden diwawancarai mengenai merek kopi instan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden berturut-turut adalah kopi instan Nescafe, Indocafe, Torabika, Kapal Api, ABC, Good Day dan Kopiko Brown Coffee. Sebaran responden yang sering mengkonsumsi kopi instan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Berdasarkan Merek Kopi Instan Total Merek 1 Nescafe 4 13, , ,66 2 Indocafe 5 16, , ,34 3 Torabika 4 13, , ,00 4 Kapal Api 4 13, , ,66 5 ABC 4 13, , ,00 6 Good Day 4 13, , ,00 7 Kopiko Brown 5 16, , ,34 Coffee Hasil dari 60 responden yang terbagi menjadi dua tempat, yaitu Superindo Depok dan Pujasari Depok menyatakan pernah mengkonsumsi kopi instan. Kopi instan Kopiko Brown Coffee dan Indocafe termasuk kedalam pilihan yang cukup banyak dikonsumsi oleh konsumen. Produk Kopi instan Kopiko Brown Coffee merupakan produk baru, tetapi sudah bisa memposisikan produk tersebut sama dengan produk yang sudah cukup lama dikenal konsumen. Dengan demikian bahwa produk Kopi instan dikenal oleh konsumen. 45

5 5.2.2 Usia Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Berdasarkan Usia Total Usia , , , , , , , , , , , ,00 5 > ,00 1 3,33 4 6,67 Usia responden dari dua tempat yang dijadikan tempat penelitian yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan adalah usia tahun dan tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selera konsumen terhadap kopi instan Kopiko Brown Coffee pada usia tahun dan cukup tinggi. Dengan demikian bahwa produk Kopi instan Kopiko Brown Coffee juga cukup diminati Jenis Kelamin dianalisis melalui jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Jenis kelamin seseorang dapat menggambarkan karakter dan kebiasaan yang berbedabeda. Sebaran yang akan menggambarkan jumlah dan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Berdasarkan Jenis Kelamin Total Jenis Kelamin 1 Laki-laki 20 66, , ,00 2 Wanita 10 33, , ,00 Total responden berdasarkan jenis kelamin yang mendominasi adalah lakilaki sebanyak 70 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 30 persen merupakan 46

6 responden wanita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki tetap mendominasi dalam menentukan pemilihan merek kopi instan Pendidikan Terakhir Karakteristik juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilainilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya akan suatu masalah. Pengetahuan konsumen akan produk kopi instan dan kesadaran konsumen akan pentingnya hidup sehat akan terkait dengan pendidikan yang didapat. Sebaran yang menggambarkan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Tingkat Total Pendidikan Terakhir 1 SMU 4 13, , ,00 2 Diploma 8 26, , ,33 3 Sarjana 10 33, , ,67 4 S2 3 10,00 2 6,67 5 8,33 5 Karyawan 5 16, , ,67 6 Lainnya dengan tingkat pendidikan Sarjana dan Diploma yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan sebanyak 31,67 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kopi instan paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa Pekerjaan Karakteristik responden juga dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini dikarenakan dapat menggambarkan perbedaan tingkat kebutuhan serta selera responden terhadap suatu produk. Pekerjaan seseorang juga dapat menunjukkan tingkat pengetahuan mereka terhadap suatu produk. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7. 47

7 Tabel 7. Sebaran Berdasarkan Jenis Pekerjaan Total Jenis Pekerjaan 1 Pelajar 4 13, , ,00 2 PNS 3 10,00 2 6,67 5 8,33 3 Karyawan 5 16, , ,67 4 Mahasiswa 18 60, , ,00 5 Lain-lain yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan dilihat dari pekerjaan adalah mahasiswa dan karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kopi instan dikonsumsi oleh responden dari berbagai jenis pekerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan rata-rata yang diterima responden dalam satu bulan. Tingkat pendapatan yang diperoleh responden akan mempengaruhi jumlah konsumsi yang juga akan berdampak pada pembelian yang dilakukan. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatannya dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Berdasarkan Tingkat pendapatan perbulan Total Pendapatan 1 < Rp 1 juta 17 56, , ,33 2 Rp 1 juta- Rp 2 juta 5 16, , ,00 3 Rp 2 juta- Rp 3 juta 3 10, , ,67 4 > Rp 3 juta 5 16, , ,00 Kemapanan tingkat ekonomi cenderung membuat konsumen untuk memilih produk yang diinginkan. Dalam hal ini responden yang berpendapatan kurang dari Rp 1 juta cenderung mengkonsumsi Kopi Instan. karena harganya cukup terjangkau Status Pernikahan Status pernikahan responden dapat pula menggambarkan karakteristik dari responden kopi instan. Status pernikahan dibagi menjadi dua yaitu belum menikah 48

8 dan status yang sudah menikah. Status pernikahan dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap suatu produk. Sebaran responden berdasarkan status marital dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Berdasarkan Status Pernikahan Total Status 1 Menikah 17 56, , ,00 2 Belum Menikah 13 43, , ,00 Total responden yang berada didua tempat adalah sebanyak 33 orang sudah menikah. Secara keseluruhan konsumen potensial adalah berstatus menikah. 5.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk maupun jasa. Proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee diawali ketika konsumen merasakan dan mengenali adanya kebutuhan akan produk tersebut. Kesadaran akan kebutuhan yang harus dipenuhi membuat responden mencari produk yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Secara rinci responden menentukan keputusan pembelian melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian Pengenalan Kebutuhan Proses keputusan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee oleh responden dimulai ketika responden merasakan dan mengenali adanya kebutuhan akan produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Tahapan pengenalan kebutuhan dapat dimulai dari mendeteksi motivasi atau alasan responden melakukan pembelian produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Motivasi setiap orang untuk mengkonsumsi suatu produk tentunya berbeda-beda. Pada penelitian ini motivasi responden dalam membeli Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel

9 Tabel 10. Motivasi Untuk Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Motivasi Konsumsi 1 Manfaat yang 9 30, , ,33 diperoleh 2 Harga yang 7 23, , ,33 terjangkau 3 Terpengaruh 8 26, , ,00 iklan 4 Ingin mencoba 6 20, , ,33 Dapat diketahui bahwa motivasi atau alasan utama responden mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sadar akan pentingnya manfaat dari mengkonsumsi seperti menghilangkan rasa kantuk dan harga yang cukup terjangkau yaitu Rp.1.000,-/ sachet. Setelah mengenali kebutuhannya, responden akan memiliki tingkat kepentingan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Tingkat kepentingan responden terhadap suatu produk tentunya akan berbeda-beda. Untuk mengetahui seberapa penting kopi instan Kopiko Brown Coffee untuk dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Kepentingan Dalam Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tingkat Kepentingan 1 Sangat Penting 7 23, , ,33 2 Penting 12 40, , ,33 3 Tidak Penting 6 20, , ,00 4 Sangat Tidak 5 16, , ,67 Penting Jumlah responden yang menyatakan penting dalam mengkonsumsi kopiko instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar 38,33 persen. Konsumen mulai termotivasi dari kandungan yang terdapat dalam kopi instan Kopiko Brown Coffee. Untuk mengenali kebutuhannya, responden mencari manfaat yang dapat diperoleh dari suatu produk dengan harga yang terjangkau. Manfaat yang dicari responden dapat dilihat pada Tabel

10 Tabel 12. Tingkat Kepentingan Dalam Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Manfaat 1 Menjaga 13 43, , ,67 kesehatan 2 Pemenuhan Gizi 8 23, , ,33 3 Pencegahan 9 23, , ,00 penyakit Manfaat yang dicari responden berdasarkan hasil wawancara adalah pemenuhan gizi, menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit. Jumlah responden yang menyatakan penting dalam mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar 41,67 persen. Konsumen mulai termotivasi dari kandungan yang terdapat dalam kopi instan Kopiko Brown Coffee Pencarian Informasi Dengan adanya motivasi atau alasan serta manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee, sehingga kebutuhan akan kopi instan Kopiko Brown Coffee pun terkendali. Setelah melalui tahap pengenalan kebutuhan ini, kemudian responden akan melakukan pencarian informasi mengenai kandungan gizi dari kopi instan Kopiko Brown Coffee yang ingin responden beli. Pencarian informasi dapat dilakukan responden melalui dua cara, yaitu pencarian internal (pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan) maupun pencarian eksternal (memperoleh informasi dari lingkungan). Pencarian internal biasanya dilakukan oleh responden yang sebelumnya pernah membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee, dimana responden sangat mengandalkan pengetahuan yang sudah ada. Tingkat kepuasan dengan pembelian sebelumnya juga akan menentukan pengandalan responden pada pencarian internal. Bagi responden yang baru pertama kali membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee tentu saja tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pembelian. tersebut tentu akan melakukan pencarian eksternal. 51

11 yang memiliki pencarian internal juga dimungkinkan akan melakukan pencarian eksternal. Hal ini mungkin disebabkan pengetahuan responden yang tidak memadai untuk kategori produk dicirikan dengan waktu antar pembelian yang lama (lamanya waktu diantara pembelian yang satu dengan pembelian berikutnya). Selama adanya renggang waktu tersebut, mungkin terdapat perubahan produk yang signifikan dalam hal harga, produk baru yang sejenis dan toko. kopi instan Kopiko Brown Coffee menyatakan bahwa awal mereka mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee berasal dari pencarian eksternal. Pencarian informasi tersebut mereka dapatkan dari berbagai sumber seperti yang digambarkan pada Tabel 13. Tabel 13. Sumber Informasi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Sumber Informasi 1 Teman 8 26, , ,00 2 Keluarga 7 23, , ,00 3 Media Televisi 9 30, , ,00 4 Penjual 6 20, , ,00 Berdasarkan sumber informasi, dapat disimpulkan bahwa sumber informasi yang diperoleh responden paling banyak melalui media televisi sebanyak 30 persen. Melalui media televisi inilah responden memperoleh informasi yang membahas mengenai kopi instan Kopiko Brown Coffee. Media televisi dianggap paling efektif dalam mempublikasikan produk kopi instan Kopiko Brown Coffee karena cukup praktis dan terpercaya. Pada media televisi sudah banyak dibahas oleh para ahli mengenai manfaat dari kopi. Selain itu keluarga dijadikan media informasi selanjutnya. Keluarga dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap pola konsumsi seseorang Evaluasi Alternatif akan melakukan evaluasi alternatif, apabila ia telah memiliki informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan 52

12 dibeli. Pada tahap ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang dirasakan paling bermanfaat dan untuk memecahkan masalahnya. Kriteria ini dijadikan sebagai pertimbangan awal responden dalam memilih dan membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Tabel 14. Fokus Terhadap Informasi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Atribut 1 Rasa 2 6, ,00 5 8,33 2 Harga 2 6,67 1 3,33 3 5,00 3 Aroma 2 6,67 2 6,67 4 6,67 4 Halal 4 13, , ,33 5 Gizi 4 13, , ,33 6 Lokasi 3 10, , ,67 7 Kemasan 3 10, , ,00 8 Produk 3 10, , ,00 9 Kualitas 4 13,33 2 6, ,00 10 Promosi 3 10, , ,67 Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa responden menyatakan halal sebagai pertimbangan utama pada saat akan membeli kopi instan Kopiko Brown Coffee Keputusan Pembelian Tujuan akhir dari tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif adalah untuk melakukan pembelian. Pada tahap evaluasi alternatif konsumen menyusun daftar pilihan yang diikuti adanya kemungkinan konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang disukai. Pada proses pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai waktu dan tempat pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee. Proses pembelian dapat dilakukan melalui berbagai media. Berikut adalah beberapa tempat yang dijadikan media pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel

13 Tabel 15. Sebaran Berdasarkan Tempat Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tempat Pembelian 1 Supermarket 11 36, , ,33 2 Pasar 3 10, , ,67 Tradisional 3 Warung/Toko 7 23, , ,67 Kecil 4 Agen/Toko 9 30, , ,33 Besar Sebagian besar responden memilih supermarket sebagai tempat membeli kopi instan Kopiko Brown Coffee yaitu sebesar 38,33 persen dan agen toko besar. Alasan tersebut karena lebih praktis dan menginginkan kemudahan dalam mendapatkan kopi instan Kopiko Brown Coffee melalui supermarket yang berada disekitar rumah konsumen. memiliki keputusan yang berbeda dalam hal cara memutuskan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee. Keputusan tersebut bisa dilakukan dengan cara yang mendadak, terencana maupun tergantung situasi itu. Adanya perbedaan tersebut akan menggambarkan kebiasaan yang dilakukan oleh masingmasing responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Cara Melakukan Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tempat Pembelian 1 Terencana 13 43, , ,67 2 Mendadak 7 23, , ,00 Tergantung 10 33, , ,67 3 situasi Sebanyak 41,67 persen responden merencanakan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee, sehingga persediaan dirumah harus terjaga. Selain itu, responden melakukan pembelian pada saat itu juga apabila responden tersebut mempunyai keinginan meminum kopi instan Kopiko Brown Coffee. 54

14 Tabel 17. Waktu Konsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Waktu Konsumsi 1 Pagi 9 30, , ,67 2 Siang 3 10,00 2 6, ,00 3 Sore 8 26, , ,67 4 Malam 5 16, , ,00 5 Tidak Tentu 5 16, , ,00 Berdasarkan Tabel 17 sebanyak 41,67 persen responden mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee Lebih dari satu kali selama satu hari. Selain itu juga bahwa kopi instan Kopiko Brown Coffee baik dimimun kapan saja. Pengaruh pribadi memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya jika ada keterlibatan yang tinggi dan resiko yang dirasakan suatu objek. Untuk mengetahui pengaruh pribadi terhadap pilihan konsumen, responden diajukan pertanyaan mengenai pengaruh pembelian kopi instan. Sebaran responden berdasarkan pengaruh pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Berdasarkan Pengaruh Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tingkat Pengaruh 1 Diri sendiri 5 16, , ,33 2 Teman 6 20, , ,67 3 Keluarga 9 30, , ,33 4 Penjual 5 16, , ,33 5 Iklan 5 16, , ,33 Pengaruh keluarga menjadi motivasi dalam pembelian suatu produk, yaitu kopi instan Kopiko Brown Coffee sebesar 28,33 persen. Dapat diketahui bahwa peran keluarga sangat mempengaruhi responden dalam memilih suatu produk yang akan dikonsumsi. Selain itu juga teman dapat memberikan pengaruh untuk membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. 55

15 Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Untuk Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee per bulan. Rata-rata Total Pengeluaran (Rp) 1 < , , , , , , , , ,33 4 > , , ,00 Rata-rata pengeluaran per bulan dalam pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar Rp Rp , dengan persentase sebesar 41, 67 persen menunjukan minat konsumen yang tinggi untuk pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee Evaluasi Pasca Pembelian Proses keputusan responden tidak berhenti ketika pembelian selesai dilakukan. akan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh penyedia produk atau jasa. akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh dari pembelian produk cukup memuaskan apa tidak dan apakah sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Hasil dari tahap ini adalah kepuasan konsumen atau ketidakpuasan. Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan yang ditunjukkan responden adalah penilaian kepuasan terhadap keseluruhan atribut yang dimiliki oleh produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Keyakinan dan sikap pada tahap ini mempengaruhi niat pembelian selanjutnya dimasa mendatang. Tabel 20.Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Perasaan 1 Puas 19 63, , ,67 2 Biasa aja 11 36, , ,33 3 Tidak puas Berdasarkan Tabel 20, dapat diambil kesimpulan bahwa responden puas terhadap kopi instan Kopiko Brown Coffee dengan persentase sebanyak 61,67 56

16 persen, dan menunjukkan perbedaaan yang signifikan. Sebaran responden berdasarkan niat mengkonsumsi kopi instan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Niat Konsumen Terhadap Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Mengganti Total dengan Kopi Instan Lain (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) 1 Ya 5 16, , ,00 2 Tidak 25 83, , ,00 Dapat diketahui bahwa 85 persen konsumen masih loyal terhadap produk Tersebut, walaupun masih tergolong baru, kopi instan Kopiko Brown Coffee sudah punya pasar yang cukup potensial. 57

KUESIONER ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK

KUESIONER ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK 77 Lampiran 1. KUESIONER Kuesioner ini merupakan salah cara pengumpulan data dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI INSTAN KOPIKO BROWN COFFEE DI KOTA DEPOK

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Sekilas tentang Kota Depok 4.1.1 Dinamika Sejarah Lokal Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas perkebunan merupakan andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia, yang dapat dilihat dari kontribusi subsektor perkebunan pada tahun 2013 mencapai

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

TAHUN 2006 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

TAHUN 2006 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN TAHUN 2006 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA DEPOK TAHUN 2006-2011 Diperbanyak Oleh Bagian Hukum Setda Kota

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan yang pesat dalam Wilayah Propinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

Indeks: PEMERINTAH DAERAH. Propinsi/Daerah Tingkat I. Jawa Barat. Kabupaten/Daerah Tingkat II. Bogor. Kota Administratif. Depok. Pembentukan.

Indeks: PEMERINTAH DAERAH. Propinsi/Daerah Tingkat I. Jawa Barat. Kabupaten/Daerah Tingkat II. Bogor. Kota Administratif. Depok. Pembentukan. Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43 TAHUN 1981 (43/1981) Tanggal: 24 NOPEMBER 1981 (JAKARTA) Sumber: LN 1981/62 Tentang: PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK Indeks:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Gambaran Umum Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 97 perumahan mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion. VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION 6. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, alamat,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Konsumsi. Pertumbuhan (%) Konsumsi Per Kapita (Gram) Jumlah Populasi. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Konsumsi. Pertumbuhan (%) Konsumsi Per Kapita (Gram) Jumlah Populasi. Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kopi olahan di Indonesia secara keseluruhan selama setengah dasawarsa terakhir mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan lebih kurang 5,12 persen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) Nama : Bianda Tristantiana NPM : 11212450 Jurusan : Manajemen (S1) Pembimbing

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan dan kondisi eksiting Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Bekasi, Kota Bekasi. 3.1 Gambaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH(UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI DEPOK

KONTRIBUSI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH(UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI DEPOK JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL, NO., DESEMBER 011 : 19-16 19 KONTRIBUSI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH(UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI DEPOK Sudarno Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Banyumas 1. Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, sejak pohon kopi dibudidayakan mulai banyak masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, sejak pohon kopi dibudidayakan mulai banyak masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sejak pohon kopi dibudidayakan mulai banyak masyarakat Indonesia yang meminum kopi. Seiring dengan berjalannya waktu, peminum kopi di Indonesia semakin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian.

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian. No. Responden : Tgl :. Kueisoner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Moci Kaswari Lampion Kota Sukabumi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta 30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Pembobotan Proses Pengenalan Kebutuhan. 1. Tingkat kepentingan mengkonsumsi minuman sari buah Sangat rendah

Lampiran 1. Tabel Pembobotan Proses Pengenalan Kebutuhan. 1. Tingkat kepentingan mengkonsumsi minuman sari buah Sangat rendah 74 Lampiran 1. Tabel Pembobotan Proses Pengenalan Kebutuhan 1. Tingkat kepentingan mengkonsumsi minuman sari buah Sangat rendah rendah Cukup tinggi tinggi Sangat tinggi 2. Tingkat keinginan mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN.

RINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN. RINGKASAN EKSEKUTIF SARLAN SIANTURI, 2004. Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN. Membangun ekuitas merek dalam pemasaran produk atau jasa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 0 BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum KPH Cepu 4.1.1 Letak Geografi dan Luas Kawasan Berdasarkan peta geografis, KPH Cepu terletak antara 111 16 111 38 Bujur Timur dan 06 528 07 248

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini memunculkan peluang bagi perusahaan untuk memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini memunculkan peluang bagi perusahaan untuk memproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 34 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi hutan kota yang akan dibangun terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dengan luas 5400 m 2. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluatif, analitis dan selalu mempertimbangkan semua informasi atas

BAB I PENDAHULUAN. evaluatif, analitis dan selalu mempertimbangkan semua informasi atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dinamika kehidupan masyarakat telah banyak mengalami kemajuan yang cukup pesat didukung oleh kemajuan dan perubahan atau dinamika dari masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Mangun Jaya Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak kurang lebih 20 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dan inovatif dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dan inovatif dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN VI KARAKTERISTIK RESPONDEN Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara pada 94 orang responden. Jumlah responden tersebut ditentukan dengan metode slovin yang didasarkan pada

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan metode kuantitatif dalam penelitian ini sesuai dengan penggunaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci