HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik profil responden pada penelitian ini dapat diketahui dari distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, jenjang studi, tempat tinggal, biaya sewa dan uang saku. Umur responden Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia 17 hingga 19 tahun mendominasi responden diikuti oleh kelompok umur 20 hingga 22 tahun. Rerata umur responden yakni 21,02 tahun. Tabel 1. Karakteristik Umur Responden Kelompok umur Jumlah orang (n) Persentase (%) Rerata ± SD Umur Umur Umur Umur Umur ,19 33,33 27,78 1,85 1,85 21,02 ± 2,577 Dalam kerangka psikologi perkembangan, usia mahasiswa merupakan fase peralihan antara fase remaja akhir menuju dewasa awal. Menurut Pudjiwati (1998) pada umumnya, mahasiswa berusia antara tahun. Menurut Yusuf (2012) perkembangan ini ialah sebagai puncak pemantapan pendirian hidup. Jenis kelamin responden Berdasarkan komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 2, mahasiswa pria sebanyak 24,7% dan wanita sebanyak 75,3%. 24

2 Tabel 2.Karakteristik Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin Jumlah orang (n) Persentase (%) 24,7 75,3 Jumlah perbandingan antara pria dan wanita tidak sama dalam penelitian ini. Dalam penelitian, jenis kelamin sering menjadi perbandingan dalam memperoleh suatu perbedaan pada suatu masalah tertentu antar individu karena sifat biologisnya. Jenjang studi responden Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 3, sebanyak 76,5% responden sedang menempuh jenjang studi sarjana dan sebanyak 23,5% responden sedang menempuh jenjang studi pascasarjana. Mayoritas jumlah dalam penelitian ini diisi oleh sarjana. yakni S-1 sedangkan pascasarjana yakni S-2 dan S-3. Tabel 3. Karakteristik Jenjang Studi Responden Jenjang studi Jumlah orang (n) Persentase (%) 76,5 23,5 Menurut Sisdiknas (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 25

3 Tempat tinggal Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 4, dibedakan menjadi dua kelompok tempat tinggal mahasiswa yakni secara mandiri dan rumah keluarga. Sebanyak 76,0% responden memilih tinggal secara mandiri dan 24,0% responden memilih tinggal di rumah keluarga. Tabel 4. Karakteristik Tempat Tinggal Responden Tempat tinggal Jumlah orang (n) Persentase (%) Rumah 76,0 24,0 Tempat tinggal secara mandiri terdiri dari mahasiswa yang tinggal di asrama, kos, dan rumah kontrak. Kegiatan ini mengharuskan mengeluarkan biaya sewa tempat tinggal dibandingkan dengan dengan rumah keluarga.kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi sikap mahasiswa dalam berfikir dan mengambil suatu keputusan. Biaya sewa Tabel 5. Karakteristik Biaya Sewa Responden Biaya sewa per bulan Jumlah orang (n) Persentase (%) < Rp ,- Rp ,- Rp 0.000,- Rp 0.100,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- > Rp ,- Tidak ada ,23 33,33 25,31 9,88 3,09 2,47 24,69 26

4 Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 5, mayoritas biaya sewa tempat tinggal mahasiswa berkisar antara Rp ,00 hingga Rp0.000,00 per bulan. Harga biaya sewa tempat tinggal relatif tergantung lokasi dan fasilitas yang diberikan. Biaya sewa menjadi pertimbangan sendiri bagi mahasiswa dengan ekonomi tertentu. Hal tersebut sesuai dengan Budihardjo (1994) menyatakan bahwa semakin rendah penghasilan seseorang maka pertimbangan utama dalam memilih hunian tempat tinggal yaitu kedekatan dengan lokasi bekerja atau pusat pelayanan kota. Rendahnya penghasilan seseorang menjadi suatu pertimbangan dalam memilih tempat tinggal seperti jarak dengan tempat bekerja atau pusat pelayanan kota. Uang Saku Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 6, mayoritas mahasiswa memiliki uang saku berkisar Rp ,00 hingga Rp ,00 per bulan. Uang saku diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh individu. Tabel 6. Karakteristik Uang Saku Responden Uang saku per bulan Jumlah orang (n) Persentase (%) < Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- > Rp , ,43 20,99 33,33 16,67 12,35 1,23 27

5 Apabila ada kebutuhan lain dengan jumlah yang besar maka jatah uang saku yang diberikan pun menjadi naik. Dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya setiap mahasiswa memiliki perbedaan terhadap besarnya jumlah uang saku. Kecenderungan terhadap jumlah uang saku yang diterima berpengaruh terhadap konsumsi yang dilakukan. Apabila jumlah uang saku lebih banyak maka jumlah konsumsi lebih besar sedangkan apabila jumlah uang saku lebih sedikit maka jumlah konsumsi akan menyesuaikan dengan uang saku yang tersedia. Menurut Samuelson dan William (2001) konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barangbarang dan jasa guna mendapatkan kepuasan atau pun memenuhi kebutuhannya. Alasan konsumsi susu Tabel 7. Alasan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Alasan Konsumsi Jumlah orang (n) Persentase (%) Kalsium Harga Rasa Tersedia di toko Tren Alasan lain Tidak ada ,50 11,67,83 12,50 2,91 6,66 2,91 Jumlah Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 7, mayoritas responden memilih alasan rasa dalam mengkonsumsi susu yakni sebanyak,83% sedangkan urutan selanjutnya adalah alasan kalsium sebanyak 22,50%. Responden diberikan pilihan alasan lebih dari satu 28

6 sehingga satu responden memiliki kemungkinan memilih lebih dari satu pilihan alasan. Alasan dalam konsumsi merupakan salah satu faktor dalam pembelian atau konsumsi susu dan rasa merupakan alasan terbesar pada mahasiswa. Persepsi terhadap susu menghasilkan alasan yang berbeda-beda. Menurut Winarno (2002) tiga komponen yang membentuk citarasa bahan pangan yakni bau, rasa dan rangsangan dari mulut. Secara umum menurut Winarno (1993) bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam rasa tetapi merupakan gabungan berbagai macam rasa secara terpadu, sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh sedangkan rasa susu yang spesifik karena merupakan kombinasi bersama antara laktosa dengan garam Tempat pembelian Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 8, aktivitas pembelian paling banyak yakni berada di minimarket. Responden memiliki pilihan tempat pembelian lebih dari satu sehingga satu responden memiliki kemungkinan membeli lebih dari satu tempat. Tabel 8. Karakteristik Tempat Pembelian Responden Tempat Pembelian Jumlah orang (n) Persentase (%) Toko kelontong / warung Minimarket Swalayan/Supermarket Lainnya ,87 42,97 35,34 4,82 Jumlah

7 Minimarket pada masa sekarang jumlahnya banyak dengan akses yang mudah. Selain itu, produk yang ditawarkan di minimarket memiliki banyak variasi dan memiliki kualitas yang sama dengan pasar modern lain seperti supermarket. Jenis produk susu yang dijual di tempat pembelian sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi terhadap susu dan produk olahan susu. Umumnya, produk yang dijual di minimarket merupakan produk yang tahan lama dengan pengemasan khusus. Menurut Kotler (2000) pasar modern seperti minimarket merupak gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern.luas ruang minimarket adalah antara 50 m 2 sampai 200 m 2. Konsumsi susu di kafe Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 9, mayoritas memiliki jawaban jarang dalam berkunjung ke kafe. Kafe dan mahasiswa tidak bisa dipisahkan karena merupakan salah satu tempat terbaik dalam melepas penat setelah menghadapi aktivitas kampus yang padat. Tabel 9. Karakteristik Konsumsi Susu di Kafe pada Responden Konsumsi susu di kafe Jumlah orang (n) Persentase (%) Sering Jarang Sekali Tidak pernah ,17 67,90 12,35 13,58 Selain itu pula dipengaruhi oleh faktor gaya hidup dan uang saku dalam hal ini. Eksistensi anak muda dalam hal ini adalah seorang 30

8 mahasiswa sangat berbeda dengan remaja atau orang dewasa. Kebiasaan nongkrong di kafe merupakan salah satu cara dalam beraktualisasi diri dalam tingkat kehidupan mahasiswa. Menurut Utami (2010) dalam hasil penelitian menyatakan bahwa kebiasaan nongkrong di coffee shop merupakan cara untuk bereksistensi, namun tidak semua yang mengunjungi coffee shop tersebut menganggap hal tersebut sebagai gaya hidup karena tidak setiap hari mereka kesana dan mahasiswa sebagai pengunjungnya sebagian besar hanya mendapat uang bulanan sebesar satu juta atau lebih. Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu. Frekuensi konsumsi susu pasteurisasi Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 10, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi susu pasturisasi hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase 46,30%. Tabel 10. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu Pasteurisasi Susu Pasteurisasi Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,78 46,30 20,37 5,56 0 Biasanya susu pasteurisasi dijual dengan penambahan pewarna dan perasa makanan selain dijual dengan warna aslinya juga. 31

9 Frekuensi konsumsi susu UHT Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 11, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi susu UHT hanya satu hingga enam kali dalam seminggu dengan persentase 31,48%. Tabel 11. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu UHT Susu UHT Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,52 29,63 31,48 19,75 0,62 Susu UHT mudah ditemui dan tersedia jumlahnya di tempat pembelian seperti warung kelontong, minimarket, supermarket atau swalayan dan sebagainya. Susu UHT memiliki daya ketertarikan tersendiri misalnya pada kemasannya yang praktis. Frekuensi konsumsi es krim Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 12, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi es krim hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase 50%. Tabel 12. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Es Krim Es krim Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,67 50,00 27,16 4,32 1,85 32

10 Es krim merupakan salah satu yang paling banyak diketahui oleh konsumen. Meskipun demikian, namun konsumsi es krim masih rendah.hal ini karena mahasiswa memiliki persepsi yang buruk terhadap es krim misalnya dalam hal faktor kesehatan. Frekuensi konsumsi susu low fat Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 13, mayoritas responden mahasiswa tidak pernah mengkonsumsi susu low fat dengan persentase jumlah 45,68. Tabel 13. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu Low fat Susu Low fat Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,68 35,19 15,43 3,70 0 Susu low fat banyak orang tidak mengetahui tentang susu tersebut. Konsumsi low fat hanya dilakukan oleh konsumen tertentu dengan pertimbangan tertentu misalnya seperti gaya hidup. Frekuensi konsumsi yoghurt Tabel 14. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Yoghurt Yoghurt Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,66 45,06 13,58 3,

11 Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 14, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi yoghurt hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase jumlah 45,06%. Tren yoghurt mulai dikenal semenjak banyak dikenalkan dalam iklan media masa dengan jumlah ketersedian yang banyak di minimarket dan harganya pun terjangkau.namun, konsumsinya masih rendah karena rasa yang diberikan yoghurt masih sedikit kurang diterima oleh masyarakat. Frekuensi konsumsi keju Tabel 15. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Keju Keju Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,33 47,53 16,67 2,47 0 Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 15, responden mahasiswa hanya mengkonsumsi keju sebanyak satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase jumlah 47,53%. Konsumsi keju rata-rata bukan dikonsumsi secara langsung tetapi biasanya diberikan sebagai tambahan dalam suatu makanan tertentu. Frekuensi konsumsi produk susu lainnya Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 13, mayoritas responden mahasiswa tidak pernah mengkonsumsi produk susu lainnya dengan persentase jumlah 70,99%. 34

12 Tabel 16. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Produk Susu Lainnya Produk Lainnya Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari ,99 22,22 4,94 1,85 0 Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan jenis olahan susu di pasaran yang sedikit dan daya pengetahuan konsumen mahasiswa yang kurang dalam memahami produk merupakan hasil dari olahan susu atau bukan. Konsumsi Produk Olahannya Berdasarkan Jenis Kelamin, Tempat Tinggal Dan Jenjang Studi Jenis kelamin Berdasarkan pada Tabel 17, menggambarkan perbedaan jenis kelamin dalam frekuensi konsumsi poduk olahan susu. Terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara konsumsi dengan jenis kelamin yakni dalam konsumsi produk yoghurt, susu UHT, susu low fat, es krim dan keju. Data menunjukkan bahwa mahasiswa wanita secara signifikan lebih banyak mengkonsumsi yoghurt, susu UHT, susu low fat, es krim dan keju dibandingkan dengan mahasiswa pria dengan masingmasing p-value (p=0,004, p=0,001, p=0,031, p=0,000 dan p=0,028). 35

13 Tabel 17. Perbedaan frekuensi konsumsi terhadap jenis kelamin Produk Olahan Jenis Jumlah Rerata ± SD p-value Susu Kelamin orang (n) Susu Pasteurisasi 1,92±0,656 0,324 2,07±0,874 Yoghurt 1,55±0,677 0,004* 1,96±0,807 Susu UHT 2,08±0,888 0,001* 2,69±1,005 Susu Low fat 1,52±0,679 0,031* 1,85±0,869 Es krim 1,80±0,823 0,000* 2,37±0,815 Keju 1,65±0,736 0,028* 1,96±0,776 Produk Lainnya 1,±0,672 0,684 1,35±0,629 *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 Hal tersebut tidak sesuai dengan Mahon dan Haas (2013) menyatakan bahwa mahasiswa pria memiliki konsumsi susu dan produk olahan susu lebih dibanding konsumsi mahasiswa wanita. Sebanyak lebih dari 75 persen pria mengkonsumsi kurang dari jumlah yang disarankan sedangkan pada wanita sebanyak lebih dari 90 persen menkonsumsi kurang dari jumlah susu dan produk olahannya yang disarankan. Menurut The United State Departement of Agriculture (USDA) Jumlah susu yang disarankan harus didasarkan pada usia setiap individu. Individu yang berusia 19 tahun keatas dianjurkan untuk mengkonsumsi tiga cangkir susu per hari. 36

14 Tempat tinggal Tabel 18. Perbedaan tempat tinggal terhadap konsumsi produk olahan susu Susu dan Produk Tempat Jumlah Rerata ± SD p-value Olahan Susu Tinggal (n) Susu Pasteurisasi 2,03 ±0,849 0,902 2,05 ±0,759 Yoghurt 2,54±1,018 0,864 2,51±0,997 Susu UHT 1,83±0,856 0,119 1,59±0,751 Susu Low fat 1,89±0,832 0,425 1,77±0,667 Es krim 2,27±0,860 0,291 2,10±0,821 Keju 1,83±0,776 0,119 2,05±0,759 Produk Lainnya 1,±0,659 0,527 1,31±0,569 *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 Berdasarkan pada Tabel 18, menggambarkan perbedaan tempat tinggal dengan frekuensi konsumsi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tempat tinggal dengan frekuensi konsumsi. Variasi tempat tinggal mahasiswa terdiri dari tinggal secara mandiri seperti menyewa kos, mengontrak rumah atau tinggal di asrama dibedakan berdasarkan pertimbangan harga biaya sewa, faktor kekeluargaan, privasi, keamananan dan sebagainya. Misalnya, perbedaan antara kos dengan asrama biasanya terletak pada faktor kekeluargaan seperti berasal dari daerah yang sama, pertimbangan harga sewa dan keamanan. Individu yang memilih kos lebih perhatian terhadap privasi dan kebebasan dibandingkan dengan individu yang memilih asrama. Dalam hal ini, perbedaan tempat tinggal dikelompokkan 37

15 menjadi tiga yakni individu yang tinggal dengan keluarga, individu yang memilih kos atau mengontrak dan individu yang memilih tinggal di asrama. Pertimbangan dalam membeli biasanya terletak dalam ketersedian uang saku yang cukup sedangkan dalam hal ini baik secara mandiri maupun tinggal bersama keluarga tidak ada perbedaan. Kemungkinan karena minat dalam konsumsi susu yang masih rendah, pertimbangan uang saku dan alternatif produk selain. Jenjang studi Tabel 19. Perbedaan jenjang studi terhadap konsumsi Susu dan Produk Jenjang Jumlah Rerata ± SD p-value Olahan Susu Studi orang (n) Susu Pasteurisasi 2,02±0,811 0,722 2,08±0,882 Yoghurt 1,84±0,780 0,578 1,92±0,850 Susu UHT 2,52±0,992 0,771 2,58±1,081 Susu Low fat 1,76±0,849 0,711 1,82±0,801 Es krim 2,21±0,8 0,615 Pasca 2,29±0,898 Keju 1,86±0,779 0,558 1,95±0,769 Produk Lainnya 1,37±0,618 0,808 Pasca 1,34±0,708 *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 Berdasarkan pada Tabel 19, menggambarkan perbedaan antara konsumsi dengan jenjang studi. Tidak terdapat perbedaan antara jenjang studi dengan konsumsi. Beberapa hambatan mahasiswa sarjana dan pascasarjana dalam mengkonsumsi yakni masih rendahnya pengetahuan

16 terhadap pentingnya konsumsi susu, kurangnya kesadaran dalam menjaga kesehatan jangka panjang dan banyak alternatif produk selain. Dalam lingkup yang lebih luas konsumsi susu masih kurang diperkenalkan sehingga konsumen lebih memilih produk lain dibandingkan dengan susu. Persepsi Terhadap Produk Olahan Susu Jenis kelamin Tabel 20. Perbedaan jenis kelamin terhadap persepsi No. Persepsi Jenis Kelamin 1. Saya tidak suka rasa produk olahan susu 2. Saya alergi terhadap produk olahan susu 3. Saya lebih perhatian terhadap kadar lemak dalam 4. Saya lebih perhatian terhadap kolesterol dalam 5. Saya lebih perhatian terhadap gula dalam produk olahan susu 6. Saya lebih perhatian terhadap kalori dalam produk olahan susu 7. Harga susu mahal 8. Saya lebih perhatian terhadap kalsium dalam 9. Saya punya masalah terhadap lambung saya atau menderita lactose intolerance 10. Produk olahan susu mencegah tekanan darah tinggi 11. Susu cepat basi Jumlah orang (n) Rerata ± SD 2,98±1,025 3,28±1,137 2,32± 0,888 2,05± 0,969 2,95± 0,597 3,05±0,986 2,85± 0,864 3,23±0,934 3,08±0,797 3,29±0,949 3,28±0,679 3,35±0,862 3,12±1,137 2,84± 0,885 3,±0,774 3,52±0,920 2,48±1,086 2,13±0,962 3,05±0,749 2,98±0,808 2,75±1,149 2,88±1,1 p-value 0,136 0,113 0,549 0,025* 0,205 0,605 0,098 0,3 0,059 0,607 0,542

17 No. Persepsi Jenis Kelamin 12. Susu sulit dijangkau 13. Mengkonsumsi susu bermasalah dengan aturan adat atau suku 14. Saya akan memilih minuman selain susu saat saya makan di luar rumah 15. Saya lebih perhatian terhadap kesehatan tulang 16. Susu sebagai penunjang dalam berolah raga 17. Produk olahan susu mencegah diabetes 18. Produk olahan susu mencegah obesitas 19. Saya menghindari produk olahan susu karena diet vegetarian 20. Saya memiliki pandangan negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu (kontaminasi misalnya) 21. Saya percaya penggunaan teknologi dalam produksi *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 Jumlah orang (n) Rerata ± SD 2,48±0,877 2,18±0,882 2,25±0,899 2,02±0,945 3,02±0,974 2,90±1,071 3,35±1,001 3,68±0,742 3,30±0,853 3,62±0,827 3,20±0,823 3,09±0,771 2,82±0,813 3,01±0,766 2,35±1,099 2,23±0,943 2,55±0,932 2,53±0,855 3,58±0,712 3,71±0,649 p-value 0,068 0,172 0,519 0,027* 0,035* 0,443 0,198 0,502 0,914 0,256 Berdasarkan pada Tabel 20, menggambarkan perbedaan jenis kelamin terhadap persepsi Terdapat tiga perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap persepsi produk olahan susu. Persepsi yang memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok yang perhatian dalam kandungan kolesterol, kelompok yang perhatian dalam kesehatan tulang dan kelompok susu sebagai penunjang dalam olahraga. Data menunjukkan bahwa mahasiswa wanita secara signifikan lebih peduli terhadap kandungan kolesterol pada susu dan dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,025). Mahasiswa wanita secara signifikan lebih peduli terhadap

18 kesehatan tulang dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,027) dan mahasiswa wanita secara signifikan lebih percaya sebagai penunjang dalam olah raga dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,035). Mahasiswa wanita lebih peduli terhadap kandungan kolesterol, kesehatan tulang dan sebagai penunjang dalam olah raga pada produk olahan susu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahon and Haas (2013) menemukan bahwa persepsi mahasiswa wanita terhadap kandungan kolesterol lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pria. Tempat tinggal Tabel 21. Perbedaan tempat tinggal terhadap persepsi produk olahan susu No Persepsi Tempat Tinggal 1. Saya tidak suka rasa produk olahan susu 2. Saya alergi terhadap produk olahan susu 3. Saya lebih perhatian terhadap kadar lemak dalam 4. Saya lebih perhatian terhadap kolesterol dalam 5. Saya lebih perhatian terhadap gula dalam produk olahan susu 6. Saya lebih perhatian terhadap kalori dalam 7. Harga susu mahal 8. Saya lebih perhatian terhadap kalsium dalam 9. Saya punya masalah terhadap lambung saya atau menderita lactose intolerance N Rerata ± SD 3,30± 1,108 2,90± 1,095 2,11± 0,965 2,15± 0,933 3,03± 0,877 3,00± 1,000 3,22± 0,910 2,87± 0,952 3,24±0,872 3,21± 1,056 2,93± 0,964 2,82± 0,942 3,45 ±0,916 3,59±0,785 2,16 ± 1,011 2, ± 0,963 2,97 ± 0,829 3,08 ± 0,664 p-value 0,049* 0,785 0,846 0,041* 0,819 0,263 0,517 0,3 0, Produk olahan susu 2,85 ± 1,157 0,454 41

19 mencegah tekanan darah 2,82 ± 1,097 tinggi 11. Susu cepat basi 2,24 ± 0,897 2,31 ± 0, Susu sulit dijangkau 2,06 ± 0,926 2,13 ± 0, Mengkonsumsi susu 2,96 ± 1,043 bermasalah Dengan aturan 2,85 ± 1,065 adat atau suku 14. Saya akan memilih minuman selain susu saat saya makan di luar rumah 15. Saya lebih perhatian terhadap Kesehatan tulang 16. Susu sebagai penunjang dalam berolah raga 17. Produk olahan susu mencegah diabetes 18. Produk olahan susu mencegah obesitas 19. Saya menghindari produk olahan susu karena diet vegetarian 20. Saya memiliki pandangan negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu(kontaminasi misalnya) 21. Saya percaya penggunaan teknologi dalam produksi *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value <0,05 3,64 ± 0,811 3,46 ±0,854 3,54 ± 0,842 3,54 ± 0,854 3,14 ± 0,761 3,05 ± 0,857 2,98 ± 0,773 2,92 ± 0,807 2,33 ± 0,981 2,03 ±0,959 2,55±0,912 2,21±0,988 2,54±0,871 2,54±0,884 3,67±0,636 3,72±0,759 0,875 0,660 0,680 0,558 0,233 0,968 0,548 0,715 0,088 0,991 0,676 Berdasarkan pada Tabel 21, menggambarkan perbedaan tempat tinggal terhadap persepsi. Penelitian ini menghasilkan perbedaan yang signifikan antara tempat tinggal terhadap persepsi produk olahan susu baik mahasiswa yang tinggal secara mandiri di asrama, kos atau mengontrak dan tinggal bersama keluarga. Perbedaan persepsi terhadap rasa dan kandungan kolesterol pada masing-masing mahasiswa yang tinggal bersama keluarga dan hidup secara mandiri. Rasa menjadi prioritas mahasiswa dalam mengambil keputusan pembelian susu selain kalsium. Mahasiswa yang hidup secara mandiri lebih mempertimbangkan 42

20 ulang terhadap sesuatu yang dibeli misalnya selektif terhadap pemilihan suatu produk. Pertimbangan ini muncul karena adanya uang saku yang dimiliki terbatas. Kehidupan secara mandiri mengharuskan seorang individu mempertimbangkan banyak hal terhadap apa yang dilakukan dan akan yang dilakukan. Seperti urusan dalam hal konsumsi, mahasiswa harus bisa mengatur diri mereka sendiri dalam urusan kesehatan seperti menjaga jumlah keseimbangan asupan nutrisi. Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang hidup dengan keluarga dimana orang tua berperan penuh dalam memenuhi kecukupan nutrisi untuk semua anggota keluarganya sehingga mahasiswa yang hidup dengan keluarga tidak perlu untuk berfikir jauh terhadap apa yang dikonsumsinya. Jenjang Studi Tabel 22. Perbedaan jenjang studi terhadap persepsi No Persepsi Jenjang Studi 1. Saya tidak suka rasa 2. Saya alergi terhadap 3. Saya lebih perhatian terhadap kadar lemak dalam produk olahan susu 4. Saya lebih perhatian terhadap kolesterol dalam 5. Saya lebih perhatian terhadap gula dalam 6. Saya lebih perhatian terhadap kalori dalam Jumlah orang (n) Rerata ± SD 3,17±1,1 3,32±1,042 2,14±0,9 2,05±1,012 3,00±0,855 3,11±1,060 3,06±0,931 3,±0,887 3,16±0,896 3,47±0,951 3,30±0,826 3,45±0,795 p-value 0,481 0,635 0,532 0,049* 0,066 0, Harga susu mahal 2,86±0,974 0,287 43

21 No Persepsi Jenjang Studi Jumlah orang (n) Rerata ± SD 3,05±0, Saya lebih perhatian 3,43±0,885 terhadap kalsium dalam 3,66±0, Saya punya masalah terhadap lambung saya atau menderita lactose intolerance 10. Produk olahan susu mencegah tekanan darah tinggi 11. Susu cepat basi 12. Susu sulit dijangkau 13. Mengkonsumsi susu bermasalah dengan aturan adat atau suku 14. Saya akan memilih minuman selain susu saat saya makan di luar rumah 15. Saya lebih perhatian terhadap kesehatan tulang 16. Susu sebagai penunjang dalam berolah raga 17. Produk olahan susu mencegah diabetes 18. Produk olahan susu mencegah obesitas 19. Saya menghindari produk olahan susu karena diet vegetarian 20. Saya memiliki pandangan negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu (kontaminasi misalnya) 21. Saya percaya penggunaan teknologi dalam produksi produk olahan susu *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 2,21±0,973 2,24±1,101 3,01±0,791 2,95±0,804 2,79±1,157 3,03±1,078 2,22±0,916 2,37±0,786 2,11±0,9 1,95±0,928 2,92±1,025 2,97±1,127 3,52±0,831 3,84±0,754 3,49±0,879 3,71±0,694 3,10±0,774 3,16±0,823 3,02±0,732 2,79±0,905 2,30±1,020 2,13±0,844 2,54±0,859 2,53±0,922 3,63±0,692 3,84±0,547 p-value 0,161 0,884 0,681 0,265 0,361 0,342 0,780 0,037* 0,162 0,716 0,117 0,361 0,931 0,084 Berdasarkan pada Tabel 22, menggambarkan perbedaan jenjang studi terhadap persepsi. Terdapat dua perbedaan yang signifikan antara kelompok yang lebih perhatian terhadap kolesterol 44

22 dalam susu dan dan kelompok yeng perhatian dalam kesehatan tulang. Mahasiswa yang menempuh jenjang pascasarjana secara signifikan lebih perhatian terhadap kolesterol dalam susu dan dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh sarjana (p=0,049). Mahasiswa yang menempuh pascasarjana secara signifikan lebih peduli dalam kesehatan tulang dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh sarjana (p=0,037). Alasan mengapa mahasiswa pascasarjana lebih perhatian terhadap kolesterol dan kesehatan tulang dibandingkan mahasiswa sarjana yakni seperti kesadaran terhadap pentingnya konsumsi. 45

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan gaya hidup masyarakat pada saat ini tak terkecuali masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kesehatan maka banyak produk kesehatan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, jika

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, jika BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1. Deskripsi Konsep Bisnis Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, jika dibandingkan dengan tingkat inflasi yang terjadi. Ekonomi Indonesia triwulan II-

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Beras Secara garis besar jenis beras yang ada dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu beras pera dan beras pulen. Beras pulen umumnya dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prioritas sasaran program gizi adalah pada kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. (Sediaoetomo,1999). Kelompok remaja

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( ) Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( 08307144033 ) PROGRAM STUDI KIMIA JURDIK KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. Menurut hasil penelitian Health Education Authority 2012, usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber nutrisi lengkap dan mengandung gizi tinggi. Kandungan kalsium susu sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari PENGANTAR Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari tahun 2000 2013. Peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat dilihat pada Gambar 1, yang menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco Istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai natare, yang berarti terapung-apung. Nata dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang modern ini, pembangunan dan perkembangan perekonomian terkhususnya di bidang industri dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan variasi pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menyatakan bahwa obesitas merupakan masalah global yang perlu ditanggulangi (www.gizikesehatan.ugm.ac.id).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada awal berdiri tahun 1998, anggota IVS berjumlah orang. Hingga tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada awal berdiri tahun 1998, anggota IVS berjumlah orang. Hingga tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kepedulian terhadap kesehatan mengalami peningkatan. Kesehatan tubuh menjadi topik yang semakin mendapat perhatian, tidak hanya oleh orang usia lanjut,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masyarakat yang mengkonsumsi susu kambing masih sangat rendah, hanya sebagian kecil orang-orang yang tahu tentang banyaknya manfaat dari susu kambing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin bervariasinya jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat serta pola makan dan pola hidup yang semakin kurang sehat, membawa berbagai dampak dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast BAB I PENDAHULUAN A. LARAR BELAKANG Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast foods) yang mengandung tinggi kalori,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah berusia 40 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yang (2008), produk merupakan apapun yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan menjadi dua tipe,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi yang cukup memiliki peran yang penting selama usia sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang maksimal.

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dewasa ini, terbukti membawa dampak negatif dalam hal kesehatan. Orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :..

Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :.. Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :.. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Terima kasih atas partisipasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Secara administratif PT Ultrajaya Milk Industry berlokasi di Jalan Raya Cimareme 131, Kecamatan Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU Mentega dan Es Krim Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani Nutrisi Berbasis Tumbuhan Pola makan sehat tanpa produk hewani 1 PERKENALAN LATAR BELAKANG Semakin banyak orang yang memilih untuk mengurangi pemakaian produk- produk hewani dengan alasan yang beragam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesukaan mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan dapat menyebabkan karies gigi, dan sama halnya dengan konsumsi kalori berlebih memengaruhi perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh : Gita Ayu Mayacita P17320112028 2- C POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan alami yang mempunyai nutrisi sangat lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini menuntut perusahaan agar dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat membuat siapapun cenderung menyukai hal-hal yang serba praktis dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. cepat membuat siapapun cenderung menyukai hal-hal yang serba praktis dan efisien. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini waktu semakin menjadi sesuatu yang semakin berharga bagi sebagian besar orang. Era globalisasi yang menuntut segala sesuatu bergerak lebih cepat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI SUSU PADA SISWA-SISWI SMPN 181 JAKARTA PUSAT TAHUN 2013 Assallamualaikum Wr. Wb Perkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kehidupan manusia ke dalam gerbang modernisasi yang membawa dampak pada perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, sehingga mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan siap saji merupakan alternatif para pilihan makanan untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan siap saji merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan makanan yang tidak sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia selalu membutuhkan minum untuk mempercepat proses metabolisme dalam tubuh dan agar terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh, hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola diet di negara maju dan berkembang (The State of Food and

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola diet di negara maju dan berkembang (The State of Food and 1 BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pertumbuhan pendapatan, perubahan harga relatif dan urbanisasi telah mengubah pola diet di negara maju dan berkembang (The State of Food and Agriculture, 2007). Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, maka kehadiran makanan siap saji semakin memanjakan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pola konsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang dihasilkan selama periode laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan sistem kekebalan bagi anak yang baru dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia 0-5 tahun mengalami tubuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. usia 0-5 tahun mengalami tubuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang tua akan mendambakan anak yang sehat dan tumbuh dengan normal. Anak akan tumbuh optimal dan sehat menjadi seseorang yang dewasa bila semua asupan gizinya terpenuhi.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas. 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula halnya dengan Indonesia. Perkembangan dan peranan industri jasa yang makin besar didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 6 Kesimpulan dan Saran BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih produk ice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan hidup manusia tidak lepas dari dua kebutuhan utama, yaitu kebutuhan primer atau pokok dan kebutuhan sekunder atau penunjang. Makanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu olahan susu hasil fermentasi. Susu yang dipanaskan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri lain, kemudian ditambahkan dengan starter Lactobacillus

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Warung Jamu Ginggang Deskripsi mengenai profil konsumen Warung Jamu Ginggang merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya pemakaian terhadap susu formula memang menjadikan kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat berpengaruh terhadap konstruksi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003 UJANG SUMARWAN IDQAN FAHMI.

RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003 UJANG SUMARWAN IDQAN FAHMI. RINGKASAN EKSEKUTIF SITI MAESAROH, 2003. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pemilihan Susu Formula di Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Jatinegara. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan IDQAN FAHMI. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Makan merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Dari makanan yang dimakan dihasilkan energi untuk metabolisme dan beraktivitas. Dalam kehiduan sehari-hari

Lebih terperinci