BAB IV ISU DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ISU DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN"

Transkripsi

1 BAB IV ISU DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN A. Pembangunan Kependudukan Pada Wilayah Perbatasan Kebijakan pembangunan pada masa lampau yang lebih diarahkan pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi menyebabkan pembangunan penduduk pada wilayah perbatasan yang pada umumnya memiliki karateristik kepadatan penduduk yang relatif jarang menjadi termarjinalkan. Beberapa wilayah Provinsi misalnya seperti Kabupaten Natuna, Anambas merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan negara tentangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Kaboja. Selain berbatasan dengan wilayah negara lain, beberapa wilayah di Provinsi juga berbatasan dengan Provinsi tetangga, seperti Jambi, Riau dan Kalimantan Barat. Kondisi sosial ekonomi penduduk pada wilayah perbatasan baik secara langsung maupun tidak langsung akan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pada wilayah tetangganya. Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai halaman belakang membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Bergulirnya otonomi daerah yang memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah untuk mengelola daerahnya telah membawa secercah harapan bagi daerahdaerah perbatasan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dengan wilayah tetangganya. Laporan Akhir 4-1

2 Kinerja pembangunan manusia pada wilayah perbatasan di Provinsi dapat tercermin dari capaian indikator Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten yang terdapat pada wilayah perbatasan seperti Kabupaten Natuna, Kepulauan Anambas dan Lingga. Capaian indeks pembangunan manusia pada wilayah perbatasan pada umumnya masih dibawah capaian Provinsi (75,07 poin). Capaian indeks pembangunan manusia tahun 2010 pada Kabupaten Natuna sebesar 70,56 poin, Kepulauan Anambas sebesar 68,60 poin, dan Kabupaten Lingga sebesar 71,35 poin. Tabel 4.1 : Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Perbatasan di Provinsi Tahun 2010 Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata- Rata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Perkapita Disesuaikan IPM Natuna 68,31 96,47 7,17 616,41 70,56 Kepulauan Anambas 67,40 90,00 5,98 627,54 68,60 Lingga 70,16 91,64 7,23 626,64 71,35 Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2011 Dilihat dari aspek kesehatan yang diukur dari angka harapan hidup menunjukkan bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten Lingga relatif lebih baik (70,16 tahun) daripada penduduk wilayah perbatasan Provinsi pada Kabupaten Natuna (68,31 tahun), dan Kabupaten Kepulauan Anambas (67,40 tahun). Namun demikian dilihat dari aspek pendidikan angka buta huruf di Kabupaten Lingga lebih tinggi (8,36 persen) daripada Kabupaten Natuna (3,53 persen). Sedangkan dilihat dari pengeluaran perkapita, Kabupaten Kepulauan Anambas relatif lebih baik. Laporan Akhir 4-2

3 1. Kondisi Umum a. Kabupaten Natuna Geografis Secara geografis, Kabupaten Natuna terletak pada posisi Lintang Utara sampai dengan Lintang Utara dan Bujur Timur Bujur Timur. Kabupaten Natuna mempunyai luas ,37 Km 2. dimana sebagian besar terdiri dari perairan yakni seluas ,07 km 2 dan sisanya daratan yang berbentuk kepulauan seluas 2.001,3 km 2. Kabupaten Natuna secara administrasi berbatasan dengan : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Vietnam dan Kamboja; : Kepulauan Bintan; : Malaysia Timur dan Kalimantan Barat; : Kabupaten Kepulauan Anambas. Rentang kendali yang cukup jauh antar kecamatan menyulitkan upaya pemerataan pembangunan, pelayanan publik dan lambatnya proses pembangunan. Hal ini kemudian merupakan salah satu alasan pemekaran Kabupaten Natuna. Dengan pemekaran ini diharapkan pembangunan dapat dilakukan secara lebih fokus dan terarah sehingga pemerataan pembangunan dapat terwujud dan pada akhirnya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bagan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus. Laporan Akhir 4-3

4 Penduduk dan Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Natuna tahun 2006 berjumlah jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 meningkat menjadi jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun per tahun sebesar 2,99%. Dilhat menurut kecamatan, jumlah penduduk terbanyak terjadi di Kecamatan Bunguran Timur, hal ini adalah wajar karena Ranai adalah ibukota kabupaten yang merupakan pusat pemerintahan, perekonomian, sarana dan prasarana yang tersedia lebih lengkap jika dibandingkan kecamatan lainnya di wilayah Natuna. Sementara Kecamatan Pulau Laut adalah wilayah dengan jumlah penduduk terendah. Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio 1. Midai ,17 2. Bunguran Barat ,45 3. Bunguran Utara ,32 4. Pulau Laut ,27 5. Pulau Tiga ,58 6. Bunguran Timur ,75 7. Bunguran Timur Laut ,12 8. Bunguran Tengah ,62 9. Bunguran Selatan , Serasan , Subi , Serasan Timur ,21 Jumlah Total ,45 Sumber : BPS, Natuna Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-4

5 Sarana dan prasarana infrastruktur yang relatif terbatas menjadikan penduduk di Kabupaten Natuna mempunyai keterbatasan dalam mengakses pendidikan. Kondisi ini, menyebabkan sebagian besar penduduk (59,13 persen) dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu sekolah dasar kebawah. Kesempatan untuk mengakses pendidikan menengah kebawah antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif tidak menunjukkan perbedaan. Namun demikian, memasuki jenjang pendidikan Diploma IV/S1/S2/S3 menunjukkan bahwa penduduk lakilaki dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan lebih tinggi daripada penduduk perempuan. Kondisi ini diakibatkan untuk melanjutkan pendidikan tinggi harus melanjutkan ke daerah lainnya seperti Pekanbaru, Tanjungpinang, dan kota lainnya. Sementara paradigma keluarga dalam menyekolahkan anaknya masih berpandangan bahwa laki-laki lebih mendapat prioritas dibandingkan perempuan. Tabel 4.3 : Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2010 Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Tidak /Belum Pernah Sekolah Tidak /Belum Tamat SD Sekolah Dasar SMTP (Umum) SMTA (Umum dan Kejuruan) Diploma I/II Akademi/Diploma III Diploma IV/S1/S2/S Jumlah Total Sumber : BPS, Natuna Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-5

6 Penduduk merupakan faktor produksi yaitu sebagai tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat penduduk yang bersedia untuk bekerja, maka harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan perekonomian dalam menyediakan kesempatan kerja. Jika terjadi ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja maka dapat menimbulkan permasalahan penggangguran. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki (86,40 persen) lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan (43,79 persen). Hal ini dikarenakan perempuan pada umumnya menyandang peran ganda, yaitu selain aktif dalam kegiatan perekonomian mereka juga senantiasa berperan di dalam mengasuh anakanak mereka. Tabel 4.4 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki Perempuan Jumlah Perkotaan 86,28 47,11 67,35 Pedesaan 86,50 41,14 63,64 K+D 86,40 43,79 65,32 Sumber : BPS Kabupaten Natuna, Sakernas 2010 Dilihat menurut wilayah, TPAK di daerah perkotaan (67,35 persen) lebih tinggi dibandingkan di daerah pedesaan (63,64 persen). Berdasarkan jenis kelamin TPAK perempuan lebih tinggi di daerah perkotaan (47,11 persen) dibandingkan dengan TPAK perempuan pada wilayah pedesaan (41,14 persen). Hal yang sebaliknya terjadi pada laki-laki, di mana TPAK laki-laki di daerah perkotaan (86,28 persen) justru sedikit lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki di daerah pedesaan (86,5 persen). Laporan Akhir 4-6

7 Tenaga kerja merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk digolongkan kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja didasarkan pada ada tidaknya keinginan penduduk tersebut untuk bekerja. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Natuna pada tahun 2010 sebanyak orang dengan tenaga kerja laki-laki lebih banyak ( orang) daripada perempuan yaitu orang. Dari jumlah angkatan kerja sebanyak orang dengan status bekerja sebanyak orang dan orang dengan status mencari kerja. Jumlah pencari kerja perempuan lebih tinggi (2.805 orang) dibandingkan dengan pencari kerja laki-laki yaitu 989 orang. Sebagai wilayah yang terbuka, penawaran tenaga kerja bukan hanya berasal dari penduduk Kabupaten Natuna tapi juga berasal dari daerah lain. Tabel 4.5 : Jumlah Penduduk 15+ Yang Berkerja Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin. Keterangan Laki-Laki Perempuan Total Angkatan Kerja Bekerja Mencari Kerja Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumahtangga Lainnya 6-6 Jumlah Sumber : BPS, Natuna Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-7

8 Komposisi penyebaran jumlah pekerja di suatu wilayah menurut lapangan pekerjanya menunjukkan pada sisi mana kegiatan ekonomi wilayah tersebut tertumpu. Dari sebanyak orang yang bekerja di Kabupaten Natuna sebagian besar (40,96 persen) menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Selain sektor pertanian, lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa (29,10 persen) dan sektor perdagangan (13,62 persen). Sebagai daerah otonom, Kabupaten Natuna terus berbenah melakukan pembangunan di berbagai bidang diantaranya pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur. Pembangunan perkantoran, perumahan, jalan dan jembatan serta infrastruktur lainya telah menyediakan kesempatan kerja dan pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Tabel 4.6 : Penduduk Usia 15+ Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Lainnya Jumlah Sumber : BPS, Kabupaten Natuna Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-8

9 Sarana dan prasarana Infrastruktur Kabupaten Natuna dilayani oleh 3 (tiga) jenis transportasi, yaitu transportasi darat, udara dan laut. Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu daerah. Di Kabupaten Natuna pada tahun 2010 tercatat panjang jalan 796,60 km, dengan kondisi yang baik sepanjang 231,237 km, sedang 440,818 km, dan rusak 149,545 km. Jika data panjang jalan dirinci menurut jenis permukaan, maka diperoleh 215,055 km diaspal, 234,961 km jalan beton, dan 346,584 jalan tanah. Dalam membuka keterisolasian Kabupaten Natuna dengan daerah lain, sarana angkutan udara memiliki peranan yang sangat penting. Sampai akhir Tahun 2010 digunakan bandara milik Angkatan Udara yang dapat di singgahi oleh penerbangan komersial, yaitu Bandara Ranai di Ranai kecamatan Bunguran Timur. Armada penerbangan umum yang melayani rute Natuna-Batam (PP) adalah Wings air dengan jadwal penerbangan senin-kamis-sabtu dan Sriwijaya air (carter) dengan jadwal penerbangan selasa-jumat, rute Natuna-Pontianak (PP) adalah Trigana dengan jadwal penerbangan selasa-jumat, serta rute Natuna-Tanjung Pinang (PP) adalah sky aviation dengan jadwal penerbangan senin-jumat. Wilayah Kabupaten Natuna yang sebagian besar (98,84 persen) berupa lautan menempatkan angkutan laut menjadi sarana utama untuk perhubungan penduduknya. Sarana perhubungan angkutan laut misalnya KM Bukit Raya (milik PELNI), KM. Gunung Bintan, dan KM. Trigas, yang berlabuh di dermaga selat lampa yang menghubungakan antar kabupaten dan pulau sedangkan kapal motor kecil (pompong) sebagai transportasi penghubung antar kecamatan di Kabupaten Natuna. Laporan Akhir 4-9

10 Perekonomian Daerah Besarnya sumbangan sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian. Dilihat menurut sektor, sumbangan terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Natuna adalah sektor pertanian yaitu 68,79 persen dan peranannya cenderung turun, dimana pada tahun 2010 peranannya turun menjadi sebesar 60,70 persen. Penurunan peranan sektor pertanian disebabkan laju pertumbuhan sektor industri, perdagangan dan kontruksi tumbuh lebih cepat. Peranan sektor pertanian yang besar dan diikuti sektor perdagangan serta masih rendahnya (2,17 persen) peranan sektor industri pengolahan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar produksi hasil pertanian penduduk di Kabupaten Natuna langsung dijual ke pasar. Akibatnya nilai tambah yang diperoleh masyarakat relatif rendah. Tabel 4.7 : Distribusi Persentase PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha tahun (%) Lapangan Usaha * 2010** 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Minum Bangunan Perdagangan, Htl & Rest Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa Jasa PDRB ** Pemekaran Kab. Anmbas Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna, 2011 Laporan Akhir 4-10

11 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,04 persen, meningkat di tahun 2008 menjadi 6,05 persen, meningkat pada tahun 2009 menjadi 6,38 persen dan kembali turun pada tahun 2010 menjadi 6,25 persen, kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna lebih baik dari capaian Nasional yang pada tahun 2009 sebesar 6,2%. Pada tahun 2010 sektor yang tumbuh cepat adalah sektor konstruksi (22,91 persen), perdagangan (15,45 persen) dan pengangkutan (12,40 persen). Tabel 4.8 : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna Menurut Lapangan Usaha Tahun Lapangan Usaha * 2010** 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6,07 5,11 5,12 4,90 4,70 2. Pertambangan dan Penggalian 2,61 12,05 9,72 9,79 9,23 3. Industri Pengolahan 4,34 4,98 5,26 5,30 9,01 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,69 3,52 3,68 3,55 9,99 5. Konstruksi 5,52 16,69 20,79 22,02 22,91 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,70 7,18 7,40 9,11 15,45 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,46 9,08 9,19 9,77 12,40 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4,94 4,95 4,99 5,19 10,70 9. Jasa-jasa 6,03 8,54 5,23 5,43 8,28 Jumlah 5,62 6,04 6,05 6,38 6,25 * ) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna, 2010 Laporan Akhir 4-11

12 b. Kabupaten Kepulauan Anambas Geografis Secara geografis Kabupaten Kepulauan Anambas terletak antara LU dan antara BT. Secara teritorial, Kabupaten Kepulauan Anambas adalah merupakan salah satu Kabupaten yang berada pada posisi terdepan daripada wilayah Indonesia, dan khususnya Provinsi Kepulaun Riau. Batas-batas wilayah kabupaten Kepulauan Anambas meliputi : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Vietnam : Berbatasan dengan Kabupaten Bintan : Berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Malaysia : Berbatasan dengan Kabupaten Natuna. Kabupaten Kepulauaan Anambas terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan, yaitu : Tabel 4.9 : Jumlah Penduduk Kabupaten Anambas Dirinci Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, tahun 2012 No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total (Jiwa) Ratarata /Km2 1 Siantan 45, ,37 2 Palmatak 129, ,8 3 Siantan Timur 88, ,5 4 Siantan Selatan 115, ,5 5 Jemaja Timur 154, ,45 6 Jemaja 78, ,05 7 Siantan Tengah 22, ,26 J u m l a h 634, ,00 Sumber : BPS, Anambas Dalam Angka, Laporan Akhir 4-12

13 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa luas Kabupaten Kepulauan Anambas adalah 634,27 Km2, dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 berjumlah jiwa meliputi orang (52,05%) laki-laki dan orang (47,94%) penduduk perempuan, dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebesar 73 jiwa per km2. Dari 7 kecamatan yang ada di kabupaten Kepulaun Anambas, terluas adalah kecamatan Jemaja Timur, namun dengan jumlah penduduk paling sedikit, yakni sebanyak jiwa. Sementara kecamatan Siantan, dengan luas 45,35 km2 mempunyai penduduk terbesar, yakni sebanyak 13,259 jiwa, dengan ratarata 292,37 jiwa per km2 nya. Kependudukan Pada tabel 2, dari jumlah penduduk wajib KTP sebanyak orang, meliputi orang laki-laki dan orang perempuan, yang sudah melakukan perekaman e-ktp sebanyak orang (82,23%), terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Tingginya jumlah penduduk yang telah melakukan perekaman e-ktp tidak terlepas dari usaha pemerintah kabupatenkepulauan Anambas c.q. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang telah berhasil mendapatkan bantuan 1 unit kapal (speed boat) dengan bobot 80 pk dari pemerintah pusat, yang dipergunakan untuk mengunjungi daerah-daerah (pulau) yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan. Laporan Akhir 4-13

14 Tabel 4.10 : Jumlah Penduduk Kabupaten Anambas Wajib KTP dan yang Sudah Memilki KTP Tahun Sampai Dengan Agustus 2012 Wajib KTP KTP Tercetak No. Kecamatan Jumlah Lakilaki Perempuan Lakilaki Perempuan Jumlah 1 Siantan Palmatak Siantan Timur Siantan Selatan Jemaja Timur Jemaja Siantan Tengah J u m l a h Sumber : Disduk Capil Kabupaten Kepulauan Anambas, Laporan Penduduk SIAK Online, Bulan Agustus Berdasarkan tabel diatas, dari orang penduduk yang tersebar di 7 daerah kecamatan yang telah berhasil melakukan perekman e-ktp paling banyak adalah kecamatan Siantan dan kecamatan Palmatak, yakni sebanyak orang dan orang. Laporan Akhir 4-14

15 c. Kabupaten Lingga Geografis Kabupaten Lingga merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi. Kabupaten ini terbentuk pada tahun 2003, hasil pemekaran dari Kabupaten. Secara geografis, Kabupaten Lingga terletak antara LU LS, dan antara BT BT. Adapun batas-batas Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Kota Batam dan Laut Cina Selatan. - Sebelah selatan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala - Sebelah barat dengan Laut Indragiri Hilir - Sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Dilihat dari topografinya, sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit, sehingga secara umum daerahnya memiliki tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Dimana sekitar 76,92 persen adalah daerah dengan kemiringan lebih dari 15 persen. Jenis tanah di Kabupaten Lingga adalah podsolik merah kuning, litosol dan organosol. Lapisan tanahnya berstruktur remah dan gumpal. Jenis batuannya Pluton Asam yaitu sejenis granit, serta terdapat juga batuan endapan di seluruh pulau Lingga. Temperatur udara bervariasi, rata-rata minimumnya 26,2 0 C dan ratarata maksimumnya 28,2 0 C, Rata-rata kecepatan anginnya 3,0 knot. Ratarata tekanan udara mencapai 998,7 mb. Dan rata-rata kelembaban udaranya adalah 81,0 persen. Pada tahun 2011, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 400,6 mm, dan curah hujan terendahnya adalah 23,4 mm terjadi di bulan Februari. Jumlah hari hujan dalam satu tahun mencapai 196 hari. Laporan Akhir 4-15

16 Kependudukan dan Ketenagakerjaan Berdasarkan data penduduk yang dipublikasikan BPS, jumlah penduduk Kabupaten Lingga pada tahun 2000 sebanyak jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Lingga meningkat menjadi sebanyak jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Lingga tahun 2000 dan 2010 tersebut berarti rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya relatif rendah yaitu 0,82 persen. Dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk antara laki-laki (0,84 persen) dan perempuan (0,80 persen) relatif sama dengan sex ratio 105. Setiap terdapat 100 orang penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk laki-laki. Tabel 4.11 : Jumlah Penduduk Kabupaten Lingga Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Singkep Barat Singkep Lingga Lingga Utara Senayang Jumlah Sumber : BPS, Lingga Dalam Angka 2011 Perkembangan penduduk Kabupaten Lingga menurut wilayah terkonsentrasi di Kecamatan Singkep yaitu jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Lingga Utara sebanyak jiwa. Laporan Akhir 4-16

17 Penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Lingga pada umumnya (59,22 persen) memilih keputusan untuk bekerja dan selebihnya (40,78 persen) mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan (5,77 persen), mengurus rumah tangga (32,21 persen) dan lainnya (2,80 persen). Penduduk usia 15 tahun keatas di Kabupaten Lingga yang memutuskan untuk bekerja dapat dikelompokkan kedalam mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan. Penduduk 15 tahun keatas yang bekerja, sebagian besar (78,67 persen) merupakan penduduk lakilaki, sedangkan penduduk perempuan sebesar 29,31 persen. Rendahnya penduduk perempuan di Kabupaten Lingga yang memutuskan untuk bekerja dikarenakan sebagian besar (58,44 persen) penduduk perempuan yang berusia 15 tahun keatas di Kabupaten Lingga memutuskan untuk mengurus rumah tangga. Tabel 4.12 : Persentase Distribusi Penduduk 15+ Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin. Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah Angkatan Kerja 83,30 34,09 59,22 1 Bekerja 78,67 29,31 54,52 2 Mencari Kerja 4,63 4,78 4,70 Bukan Angkatan Kerja 16,70 65,91 40,78 1 Sekolah 5,78 5,76 5,77 2 Mengurus Rumahtangga 7,09 58,44 32,21 3 Lainnya 3,83 1,72 2,80 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS, Lingga Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-17

18 Peranan lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dalam membuka kesempatan kerja di Kabupaten Lingga memiliki peranan yang sangat penting. Sebagian besar (39,12 persen) penduduk Kabupaten Lingga bekerja pada sektor tersebut. Selain sektor pertanian, lapangan usaha yang banyak menyerap kesempatan kerja adalah jasa kemasyarakatan (24,58 persen). Penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran lebih besar (15,30 persen) daripada penyerapan tenaga kerja sektor industri yaitu 6,66 persen. Dahulu Kabupaten Lingga terkenal dengan penambangan timahnya namun kini tinggal kenangan, peranan saat ini dalam penyerapan tenaga kerja relatif kecil yaitu 3,41 persen. Tabel 4.13 : Persentase Distribusi Penduduk Usia 15+ Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 Keterangan Jumlah 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 39,12 2. Pertambangan dan Penggalian 3,41 3. Industri Pengolahan 6,66 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,15 5. Bangunan/Konstruksi 6,32 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,30 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,30 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,17 9. Jasa Kemasyarakatan 24,58 Total 100,00 Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka 2011 Laporan Akhir 4-18

19 Terkait dengan administrasi kependudukan di Kabupaten Lingga upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Lingga telah menetapkan sebanyak 233 orang sebagai Mitra Kependudukan yang berada tersebar di seluruh desa. 2. Tugas Mitra Kependudukan adalah untuk membantu Kades dan Lurah untuk mengurus adminduk-capil masyarakat. 3. Untuk pembinaan mengkoordinasikan kegiatan Adminduk-Capil, pemerintah daerah memprogramkan pertemuan rutin sekali 3 bulan dengan RT, RW, Kades/Lurah di masing-masing Kecamatan dengan Aparat Disdukcapil Kabupaten. Masalah yang sering muncul pada pertemuan tersebut adalah terkait dengan perebedaan nama penduduk antara di data Adminduk dengan nama aslinya, misalnya nama panggilang menjadi nama di Adminduk padahal yang bersangkutan memiliki nama asli, seperti "Buyung" sebagai nama panggilan, namun di KTP juga ditulis "BUYUNG" pada hal nama aslinya misalnya Safruddin. 4. RT dan RW diberikan honor setiap bulannya oleh Pemkab. 5. Tahapan kegiatan Adminduk yang pernah dilaksanakan adalah: 2007 Pendataan Penduduk 2008 Pencocokan dan Penelitian (Coklit) 2011 Finalisasi Coklit dengan menunjukkan dokumen yang sah. 6. Kurangnya kesadaran masyarakat dan perangkat RT/RW untuk melaporkan penduduk yang meninggal,sehingga penduduk di Lingga, jumlah penduduk yang terus bertambah. Laporan Akhir 4-19

20 Perekonomian daerah Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga selama periode tahun mengalami pertumbuhan yang meningkat meskipun tidak terlalu besar, namun masih tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2011, laju pertumbuhannya mencapai 6,64 persen. Kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya peranan setiap sektor ekonomi dalam penciptaan nilai tambah. Pada tahun 2011, tiga kontributor terbesar di Kabupaten Lingga adalah sektor pertanian (34,60 %), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,64 %) dan sektor angkutan dan komunikasi (10,46%). Jika dilihat dari tiga sektor produksi utamanya, kontribusi terbesar dalam penciptaan nilai tambah perekonomian Kabupaten Lingga pada tahun 2011, didominasi oleh sektor tersier (43,79 persen), diikuti oleh sektor primer (36,51 persen) dan sekunder (19,70 persen). Laporan Akhir 4-20

21 2. Isu dan Permasalahan Pembangunan Kependudukan Pada Wilayah Perbatasan Isu dan permasalah pembangunan kependudukan pada wilayah perbatasan di Provinsi adalah sebagai berikut : a. Terjadinya kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga Kehidupan penduduk di kawasan perbatasan yang miskin infrastruktur dan tidak memiliki aksesibilitas yang baik, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi di negara atau provinsi tetangga. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pada umumnya berkiblat ke wilayah negara tetangga atau provinsi tetangga misalnya penduduk di Kabupaten Natuna dan Anambas orientasi ekonomi lebih dipengaruhi negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Kamboja, dan dengan provinsi tetangga ke Kalimantan Barat. Orientasi ekonomi penduduk Kabupaten Lingga ke Provinsi Jambi. Hal ini disebabkan adanya infrastruktur yang lebih baik atau pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari wilayah tetangga. b. Sarana dan prasarana masih minim. Ketersediaan prasarana dan sarana, baik sarana dan prasarana wilayah maupun fasilitas sosial ekonomi masih jauh dari memadai. Jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun laut masih sangat terbatas, yang menyebabkan sulit berkembangnya kawasan perbatasan, karena tidak memiliki keterkaitan sosial maupun ekonomi dengan wilayah lain. Kondisi prasarana dan sarana komunikasi seperti pemancar atau transmisi radio dan televisi serta sarana telepon di kawasan perbatasan umumnya masih relatif minim. Terbatasnya sarana komunikasi dan informasi menyebabkan masyarakat perbatasan lebih mengetahui informasi tentang wilayah tetangga. Laporan Akhir 4-21

22 c. Tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera. Kemiskinan menjadi permasalahan yang terjadi di setiap kawasan perbatasan baik laut maupun darat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah keluarga prasejahtera di kawasan perbatasan serta kesenjangan sosial ekonomi dengan masyarakat di wilayah perbatasan negara tetangga. Hal ini disebabkan oleh akumulasi berbagai faktor, seperti rendahnya mutu sumberdaya manusia, minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktifitas masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan perbatasan. d. Terisolasinya kawasan perbatasan akibat rendahnya aksesibilitas menuju kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan masih mengalami kesulitan aksesibilitas baik darat, laut, maupun udara menuju pusat-pusat pertumbuhan. Sulitnya aksesibilitas memunculkan kecenderungan masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat di wilayah tetangga. Minimnya asksebilitas dari dan keluar kawasan perbatasan wilayah merupakan salah satu faktor yang turut mendorong orientasi masyarakat yang cenderung berkiblat pada aktivitas sosial ekonominya wilayah tetangga. Laporan Akhir 4-22

23 Secara umum, sebagai daerah kepulauan yang berada diposisi terdepan dari wilayah Negara Republik Indonesia yang sekaligus juga merupakan wilayah perbatasan dengan Negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Vietnam. Sebagai daerah yang terletak di perbatasan, kabupaten Kepulauan Anambas dan kabupaten Natuna merupakan daerah yang unik karena kedua daerah ini secara geografis berada pada posisi terdepan dan terdiri dari pulau-pulau yang letaknya antara satu pulau dengan pulau lainnya saling berjauhan. Sehingga akses untuk mencapai suatu pulau dari pulau lainnya sangat tergantung pada ketersediaan sarana transportasi laut (kapal) yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh alam/musim. Dimana pada musim-musim tertentu, seperti pada saat musim utara maka daerah yang terlertak di wilayah bagian utara (yang menghadap ke laut Cina Selatan) akses keluar pulau sangat terbatas, dan sebaliknya jika musim selatan maka pulau yang berada di wilayah bagian selatan yang akan mengalami hambatan (karena adanya gelombang laut yang tinggi). Hal ini bermakna bahwa jika musim utara, maka masyarakat yang bermukim dipulau-pulau yang terletak di bagian utara akan mengalami kendala dalam melakukan aktivitasnya. Sedang jika musim selatan, maka masyarakat yang bermukim dipulau-pulau yang terletak di wilayah bagian selatan yang mengalami hambatan dalam melakukan aktivitasnya (karena gelombang laut sangat besar). Laporan Akhir 4-23

24 e. Rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia Sebagai dampak dari minimnya sarana dan prasarana dibidang pendidikan dan kesehatan, kualitas SDM masyarakat di sebagian besar kawasan perbatasan masih rendah. Masyarakat belum memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana mestinya akibat jauhnya jarak dari permukiman dengan fasilitas yang ada. Optimalisasi potensi sumber daya alam dan pengembangan ekonomi di kawasan perbatasan akan sulit dilakukan. Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, serta kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menghambat pengembangan ekonomi kawasan perbatasan untuk dapat bersaing dengan wilayah negara tetangga. f. Pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam belum optimal Potensi sumberdaya alam yang berada kawasan perbatasan, baik di wilayah darat maupun laut cukup besar, namun sejauh ini upaya pengelolaannya belum dilakukan secara optimal. Potensi sumberdaya alam yang memungkinkan dikelola di sepanjang kawasan perbatasan, antara lain sumber daya kehutanan, pertambangan, perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Selain itu, devisa negara yang dapat digali dari kawasan perbatasan dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan antarnegara. Laporan Akhir 4-24

25 g. Terjadinya eksploitasi pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tak terkendali dan berkelanjutan. Di sebagian besar kawasan perbatasan, upaya pemanfaatan SDA dilakukan secara ilegal dan tak terkendali, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai dampak lingkungan seperti polusi asap lintas batas (hedge pollution), banjir, longsor, tenggelamnya pulau kecil, dan sebagainya pada umumnya disebabkan oleh kegiatan-kegiatan illegal, seperti penebangan liar di kawasan hutan dan pengerukan pasir di pulaupulau kecil yang tidak terkendali. Hal ini cukup sulit ditangani, karena keterbatasan pengawasan pemerintah di kawasan perbatasan dan belum ditegakkannya supremasi hukum secara adil dan tegas. h. Perhatian pemerintah (pusat maupun daerah) juga terkesan masih sangat kurang dan bahkan seolah - olah terabaikan jika diliht dari kecilnya anggaran pembangunan yang dialokasikan bagi daerahdaerah terdepan yang letaknya relatif jauh dan susah dijangkau. i. Terbatasnya akses penduduk pada pulau-pulau di Kabupaten Lingga yang berbatasan langsung dengan provinsi tentangga seperti Pulau Berhala dan Pulau Kajang. Pulau Berhala secara administrasi masuk kedalam wilayah Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga dengan jumlah penduduk sebanyak 668 jiwa (3 okt 2012). Infrastruktur pendidikan yang terdapat di pulau ini mulai dari SD, SMP, sampai dengan SMA. Laporan Akhir 4-25

26 Orientasi ekonomi penduduk Pulau Berhala lebih dominan ke provinsi Jambi. Aksesibilitas ke Pulau Berhala dapat ditempuh dengan kapal laut 3 kali seminggu (minggu, selasa, kamis) dengan waktu tempuh 2-3 jam (boat) dari pelabuhan Dabo Singkep-Berhala- Kampung Laut-Jambi. Sebelumnya dilayani oleh kapal barang KM Gunung Bintan dengan rute Kuala Tungkal (Jambi)-Belinyu (Babel)- Dabo Singkep-Senayang dengan jarak tempuh 10 jam. Pulau Pekajang, masuk wilayah kecamatan Lingga dengan jumlah penduduk 522 jiwa (3 okt 2012). Infrastruktur pendidikan yang terdapat di pulau ini mulai dari tingkat SD, SMP sampai dengan SMA. Orentasi ekonomi penduduknya lebih dominan ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Aksesibilitas Kepulau Pekajang tidak dapat ditempuh secara reguler karena tidak ada kapal penumpang reguler yang ada hanya kapal ikan dengan waktu tempuh lebih kurang 2 hari karena singgah-singgah di pulau-pulau yang lain. Jika ditempuh dengan speedboat sekitar 9 jam dari pelabuhan Daik. Permasalahan kedua pulau perbatasan tersebut : 1. Transportasi reguler tidak ada 2. Posisi jauh dari pusat pemerintahan dan merupakan pulau terluar dari Provinsi Kepri dan Kab. Lingga sehingga rawan pencaplokan olah provinsi tetangga (Jambi dan Kep. Babel). 3. Orientasi ekonomi dan sosial ke daerah terdekat, sehingga cukup besar potensi ekonomi yang bocor ke luar tanpa di awasi 4. Pembangunan infrastruktur yang terbatas dan upaya pengembangan potensi ekonomi yang tidak maksimal oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Lingga sehingga menyebabkan kesenjangan yang semakin lebar di daerah perbatasan. 5. Ketergantungan pada kondisi cuaca untuk mengakses daerah terbatasan sangat tinggi. Laporan Akhir 4-26

27 j. Masih terdapat Komunitas Adat Terpencil (KAT) /suku terasing (suku laut). Keberadaan suku laut pada umumnya terdapat di Kecamatan. Lingga (Desa Klumu, Desa Mentuda, Desa Penuba dan Desa Limbong). Bagi Komunitas Adat Terpencil yang telah direkam data kependudukannya pada umumnya yang telah menetap. Bagi KAT yang masih nomaden sulit dilakukan pendataan, dan pada umumnya mereka tidak memiliki identitas dan adminduk. k. Semakin meningkatnya migrasi keluar Permasalahan lain yang juga perlu mendapat perhatian pemerintah Indonesia terhadap daerah perbatasan adalah menyangkut bidang kependudukan, yakni semakin besarnya migrasi keluar, yang dilakukan oleh penduduk tempatan yang enggan untuk kembali dan menetap di daerah Kabupaen Anambas dan Kabupaten Natuna, terutama bagi mereka yang sudah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi dan sudah berhasil memperoleh pekerjan di perantauan (sebagai PNS di tingkat Provinsi Riau dan di Kota Pekanbaru serta di Batam dan Tanjung Pinang maupun di kota-kota lainnya di Indonesia) sementara di lain pihak banyak juga masyarakat dari daerah lain yang datang ke daerah ini untuk mencari kerja karena mnurut pengakuan mereka, di daerah ini lapangan kerja masih banyak terbuka terutama sebagai PNS di Pemerintah daerah Kabupaten Natuna dan Anambas. Laporan Akhir 4-27

28 B. Pembangunan Kependudukan Pada Wilayah Perkotaan Sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih memadai di wilayah perkotaan dan semakin mudahnya penduduk dalam mengakses pelayanan pendidikan, kesehatan dan kegiatan ekonomi menjadikan kehidupan penduduk perkotaan relatif lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Penduduk perkotaan di Provinsi dalam mengakses pelayanan kesehatan relatif lebih baik, kondisi ini tercermin dari angka harapan hidup penduduk perkotaan pada Kota Batam mencapai 70,81 tahun dan Kota Tanjung Pinang mencapai 69,62 tahun. Tabel 4.14 : Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Perkotaan di Provinsi Tahun 2010 Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata- Rata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Perkapita Disesuaikan IPM Kota Batam 70,81 98,94 10,77 650,60 77,8 Kota Tanjung Pinang 69,62 97,31 9,42 635,26 74,59 Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2011 Dari aspek pendidikan rata-rata penduduk perkotaan di Provinsi telah menyelesaikan program wajib belajar sembilan tahun. Hal ini tercermin dari rata-rata lama sekolah di Kota Batam 10,77 tahun dan Kota Tanjung Pinang 9,42 tahun. Selain itu, angka buta huruf relatif rendah yaitu pada Kota Batam 1,06 persen dan Kota Tanjung Pinang 2,69 persen. Tingkat kesejahteraan penduduk perkotaan yang tercermin dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan relatif lebih baik. Pada tahun 2010, tingkat daya beli penduduk Kota Batam sebesar Rp dan Kota Tanjung Pinang Rp Laporan Akhir 4-28

29 1. Kondisi Umum a. Kota Batam Geografis Kota Batam dan daerah lainnya yang terdapat di Provinsi merupakan bagian dari paparan kontinental yang merupakan penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari semenanjung Malaysia/Pulau Singapura di bagian utara sampai dengan pulau Moro, Kundur dan Karimun di bagian selatan. Adapun luas Kota Batam adalah ± km 2 (Disdukcapil, 2012 Secara geografis Kota Batam mempunyai posisi yang unik yang membedakannya dengan daerah lain di Indonesia yaitu posisi yang berada pada lintas perdagangan internasional Singapura dan Malaysia. Letak yang sangat strategis ini merupakan kekuatan penarik bagi Singapura untuk merelokasikan aktivitas industri di Kota Batam. Kondisi tersebut menyebabkan arus masuk penduduk ke Kota Batam tidak dapat dihindarkan. Akibatnya adalah Kota Batam menjadi salah satu daerah tujuan utama bagi tenaga kerja untuk dari kabupaten/ kota lain di Provinsi Kepri maupun dari Provinsi lainnya di Indonesia. Dengan letak yang sangat strategis, pada satu sisi memberikan dampak yang sangat berarti terhadap perekonomin kota Batam, akan tetapi pada sisi lain berbagai masalah mulai bermunculan terutama persoalan kependudukan. Salah satu pemicu munculnya masalahmasalah kependudukan di Kota Batam disebabkan sangat dinamisnya gerakan penduduk masuk dan keluar kota Batam sebagai akibat dari perkembangan industri. Beberapa permasalahan kependudukan yang dihadapi Kota Batam adalah seperti pemukiman kumuh, penduduk miskin dan pencatatan penduduk yang lemah. Laporan Akhir 4-29

30 Demografi Sebagai kota industry, sangatlah wajar jika penduduk kota Batam sangat heterogen. Berbagai etnis terdapat di Kota Batam, seperti etnis Melayu sebagai etnis tempatan, etnis Minang, Jawa, Batak, Bugis, Sunda, dan lain-lain. Keragaman etnis yang terjadi pada suatu daerah, pada satu sisi merupakan daya penggerak perekonomian yang timbul karena adanya persaingan, namun pada sisi lain akan sangat mudah terjadi gesekan-gesekan yang dapat memicu konflik yang disebabkan perbedaan adat dan kebiasaan. Tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Batam, tidak diiringi dengan sebaran penduduk yang merata. Hingga saat ini penduduk di Kota Batam terpusat di pulau Batam yang berpotensi menyebabkan terjadinya pertumbuhan kota tidak terkendali. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Batam sebesar jiwa, dengan nilai sex ratio sebesar 107, dengan kepadatan penduduk 641 jiwa per km, sedangkan pada tahun 2011 penduduk Kota Batam menjadi jiwa yang berarti terjadi peningkatan sebesar 7.68 % dari tahun Berikut akan disajikan tabel pertumbuhan penduduk Kota Batam tahun Tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Batam sangat berfluktuasi, dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun Tinggi pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 disebabkan perkembangan industry galangan kapal sehingga arus migrasi masuk semakin tinggi terutama pada tenaga kerja laki-laki. Pertambahan penduduk yang sangat berfluktuasi ini juga dapat dijadikan sebagai gambaran sangat dinamisnya mobilitas penduduk di Kota Batam. Laporan Akhir 4-30

31 Tabel 4.15 : Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Batam No Tahun Laki-Laki Perempuan Pertumbuhan , ,68 Sumber : RPJMD kota Batam, 2012 Disduk Capil Kota Batam, 2012 Pada tahun , jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki, namun pada tahun jumlah penduduk laki-laki lebih besar. Keadaan ini disebabkan karena pada awalnya industry yang berkembang di Kota Batam adalah industri elektronika yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja perempuan, sementara pada tahun-tahun terakhir industri galangan kapal lah yang semakin berkembang sehingga yang lebih dibutuhkan adalah tenaga kerja laki-laki.. Laporan Akhir 4-31

32 Keragaman etnis yang terdapat di Kota Batam pada satu sisi merupakan sumber kekuatan dalam pembangunan ekonomi, namun pada sisi lain keragaman etnis menimbulkan berbagai masalah. Gesekangesekan yang terjadi antar etnis, baik antar etnis pendatang maupun antara etnis tempatan dengan etnis pendatang kerap memicu persoalan di bidang ketenagakerjaan maupun kehidupan masyarakat. Sering sekali permasalah antar penduduk muncul disebabkan berbedanya budaya dan perilaku antara etnis. Keadaan ini tentu sebaiknya menjadi fokus perhatian Pemerintah Daerah agar tidak menggangu aktifitas ekonomi daerah. Daya tarik Kota Batam yang sangat besar menjadikan kota Batam menjadi kota yang terbuka, sehingga arus masuk dan keluar penduduk baik menjadi sangat tinggi. Ada kalanya Kota Batam di jadikan kota tujuan akhir bagi pencari kerja, namun tidak sedikit pencari kerja menjadikan Kota Batam sebagai kota persinggahan (transit) untuk selanjutnya menuju kota lain yang ada di seperti Kota Bintan yang memang pada tahun-tahun terakhir mengalami perkembangan yang sangat berarti serta menuju negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Akibat dari keadaan ini adalah sering sekali pencatatan peristiwa gerakan penduduk dari dan ke Kota Batam menjadi bias yang mengakibatkan data dan informasi kependudukan tidak akurat. Pada umumnya pendatang yang masuk Kota Batam adalah yang berusia produktif, karena tujuan adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Lebih jelasnya penduduk Kota batam menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Laporan Akhir 4-32

33 Tabel 4.16 : Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kota Batam tahun Kelompok umur Desember 2010 Desember 2011 Perempuan Jumlah Lakilaki Lakilaki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber : Disduk Capil Kota Batam, 2011 Laporan Akhir 4-33

34 Tabel diatas memperlihatkan bahwa terjadi pertambahan penduduk yang cukup signifikan pada usia produktif. Pada umumnya pada suatu daerah dimana penduduk pada usia produktif cukup besar, memberikan beberapa konsekuensi antara lain adalah pertama, menyangkut lapangan kerja yang harus tersedia. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengangguran yang akan muncul. Kedua, sebagai tenaga pendorong kegiatan ekonomi pada suatu daerah yang disebabkan tersedianya tenaga kerja. Aspek Sosial Ekonomi Perkembangan suatu daerah sangat di dukung oleh kondisi kualitas sumberdaya manusianya. Tingkat pendidikan merupakan indicator yang dapat menentukan kualitas penduduk pada suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata tingkat pendidikan penduduk pada suatu daerah maka akan semakin berkulaitaslah penduduk di daerah tersebut, dan semakin maju tingkat perekonomian pada daerah tersebut. Berikut akan di sajikan tingkat pendidikan penduduk Kota Batam. Tabel 4.17 : Jumlah Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan yang di tamatkan tahun 2011 Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase Tidak/ Belum Sekolah ,82 Belum tamat SD/Sederajat ,56 Tamat SD/sederajat ,37 Tamat SLTP/sederajat ,67 Tamat SLTA/sederajat ,68 Tamat diploma I/II ,55 Tamat Diploma III ,92 Tamat Diploma IV/Strata I, II, III ,44 Jumlah ,00 Sumber : Disduk Capil Kota Batam, 2011 Laporan Akhir 4-34

35 Memperhatikan tabel diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Kota Batam berpendidikan menengah ke bawah (94,1%)3), dan hanya sebesar 5,9% penduduk dengan pendidikan diploma tiga (D3) ke atas. Hal ini sesungguhnya bertolak belakang dengan keadaan yang seharusnya terjadi pada kota industry. Dengan kualifikasi penduduk seperti ini, sudah barang tentu akan menjadi problema bagi pengembangan kota Batam sebagai kota yang berbasis pada industry. Selain dari pada itu, dari informasi Disduk Capil Kota Batam diketahui semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah tingkat partisipasi sekolah. Pada jenjang pendidikan SLTP / sederajat tingkat partisipasi sekolah hanya 68,33% sedangkan SLTA / sederajat 69,63%. Keadaan ini menjelaskan bahwa kualitas sebagian penduduk Kota Batam masih rendah. Masih rendahnya kualitas penduduk Kota Batam inilah yang menjadi salah satu sebab masih rendahnya catatan peristiwa kependudukan di Kota Batam. Padahal salah satu hal yang menjadikan pencatatan penduduk yang sifatnyab dinamis menjadi baik sangat tergantung dari kualitas penduduknya. Selain dari pada itu, sebagian besar penduduk yang berusia produktif bekerja pada industry tidak mempunyai waktu luang iuntuk mencatatkan even kependudukan disebabkan jam kerja yang sangat ketat. Masih relative rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kota Batam dapat terjadi dikarenakan pada umumnya tenaga kerja yang dibutuhkan pada industry sebagian besar hanya sebagai buruh. Dengan posisi sebagai buruh maka pendidikan tidak menjadi hal yang penting. Sebagai kota industry, Batam membutuhkan banyak tenaga kerja. Kondisi ini dapat di lihat dari tabel berikut yang menjelaskan sebagian besar tenaga kerja (penduduk usia kerja) bekerja pada sektor industri. Laporan Akhir 4-35

36 Tabel 4.18 Jumlah tenaga kerja WNI dan WNA di Kota Batam menurut sektor ekonomi tahun 2010 Sektor Jumlah perusahaan WNI WNA Pria Wanita Pria Wanita Jumlah Persentase Pertanian Pertambangan Industry Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan dan hotel Pengangkutan dan komunikasi Keuangan Jasa-jasa Jumlah/Total Sumber : Disduk Capil Kota Batam, 2011 Laporan Akhir 4-36

37 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (57.98%) tenaga kerja bekerja pada sektor industry, dan pada umumnya adalah sebagai tenaga kasar dengan kualifikasi pendidikan menengah ke bawah. Dari catatan Kantor Dinas Kependudukan dan catatan sipil Kota Batam, diketahui bahwa rata-rata migran masuk kekota Batam pada tahun 2011 adal 874 orang per bulan. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yang mencapai orang perbulan. Tingginya angka migran masuk ke Kota Batam merupakan salah satu penyebab sulitnya dilakukan pendataan penduduk secara tepat, cepat dan akurat. Terlebih lagi entri point ke kota Batam cukup banyak. Keadaan ini semakin mempersulit pendataan penduduk. b. Kota Tanjung Pinang Geografis Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis berada pada sampai dengan 0059 Lintang Utara dan sampai dengan Bujur Timur. Batas-batas wilayah administrasi Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bintan dan Kota Batam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bintan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Batam - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bintan Wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 239,50 km2 dengan keadaan geologis sebagian berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai ke tepi laut. Pada umumnya daerah Kota Tanjungpinang beriklim tropis dengan rata-rata temperatur udara sekitar 26,7 derajat celsius dan kelembaban udara sekitar 85 persen dengan rata-rata curah hujan 13,2 mm per hari Laporan Akhir 4-37

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 81/11/21/Th. IX, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

UTARA Vietnam & Kamboja

UTARA Vietnam & Kamboja UTARA Vietnam & Kamboja BARAT Singapura & Malaysia, Prov. Riau TIMUR Malaysia dan Kalimantan Barat SELATAN Bangka Belitung & Jambi 2 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN

ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN Disampaikan Oleh: Drs. H. NAHARUDDIN, M.TP Kepala Bappeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2002 terdiri dari 2 Kota (Kota Batam dan Kota Tanjungpinang)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Jumlah pulau : 2.408 pulau Berpenghuni : 366 buah (15 %) Belum berpenghuni : 2.042buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan, namun sebaliknya penduduk yang besar tapi rendah kualitasnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota dan sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. 2.

1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. 2. Aula Kantor Gub Dompak, 28 Maret 2016 1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. 2. Meningkatkan daya saing ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD 2010-2015 Disampaikan Oleh Kepala Bappeda Provinsi Kepulauan Riau GAMBARAN UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI No.90/01/1/Th.IV, 5 Januari 009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROPINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN AGUSTUS 008 Pada Agustus 008, jumlah angkatan kerja mencapai 666.000

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM Bab ini berisikan gambaran fisik wilayah, gambaran sosial ekonomi, struktur industri yang terbentuk pada wilayah studi, serta gambaran sarana dan prasarana yang terdapat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN KEPULAUAN RIAU

PROFIL PEMBANGUNAN KEPULAUAN RIAU 1 PROFIL PEMBANGUNAN KEPULAUAN RIAU A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Kepulauan Riau terletak pada posisi 1º10' LS - 5º10' LU102º 50' - 109º 20' BT. Luas Gambar 1 wilayah Kepulauan Riau 252.601 km2.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci