BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU"

Transkripsi

1 BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU 6.1.Profil Kelompok SPP di Desa Winumuru Jejak Yang Tidak Ditemukan Cuaca mendung mengiringi perjalanan peneliti untuk menemui dua orang informan kunci setelah membuat janji hari kemaren. Sabtu 21 September 2013, di pagi itu ada sebuah harapan untuk mendapatkan data soal informasi yang berkembang simpang-siur tentang keberadaan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di desa ini. Informasi awal yang berkembang menunjukan bahwa ada 3 (tiga) kelompok SPP di Winumuru, namun hasil observasi yang peneliti lakukan hanya ada 2 (dua) kelompok SPP yang aktif melakukan kegiatannya. Berbekal informasi ini, peneliti kemudian menemui bapak Leri selaku Fasilitator Kecamatan (FK) dan bapak Tamu Ama Yiwa Marumata selaku Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK), keduanya bertempat tinggal di Kananggar. Keputusan peneliti untuk bertemu dengan kedua tokoh sentral PNPM Mandiri perdesaan di yang membawahi kegiatan di desa Winumuru dilatar belakangi oleh hasil wawancara dengan kepala desa Winumuru, bapak Mata Yiwa, tanggal 18 September Pada intinya kepala desa mengatakan bahwa: Di desa Wimunuru terdapat tiga kelompok SPP, yaitu: kelompok Paluanda Lama Hammu, kelompok Hahanung Pahamu, dan kelompok Tahamemu Hammu Duang.Yang menjadi ketua dari kelompok Paluanda Lama Hamu adalah Agustina Pekuwali, dengan bendahara Frederika Tamu Ina; dan kelompok Tahamemu Hamuduang dengan ketua Marta Konda Nguna, dan bendahara Hada Hudang. Untuk kelompok Hahanung Pahamu saya tidak tau nama ketua dan termasuk siapa anggota kelompoknya. 1 Pernyataan kepala desa Winumuru tersebut tentu menimbulkan pertanyaan bagaimana mungkin beliau tidak tahu-menahu soal kelompok SPP Hahanung Pahamahu? Beberapa pertanyaan lanjutan peneliti ajukan untuk memancing informasi lebih soal ini, namun beliau tetap mengatakan tidak tahu. Berbekal informasi ini muncul keinginan untuk mengkonfirmasikannya kepada Fasilitator Kecamatan dan ketua UPK di Kananggar. 1 Yang menarik adalah kepala desa mampu menyebutkan dengan tepat pengurus dan anggota dua kelompok lain, namun untuk kelompok Hahanung Pahamu beliau dengan tegas mengatakan tidak mengetahui pengurus dan anggota kelompok ini, aneh memang.

2 Wawancara dengan bapak Leri sebagai FK ternyata juga tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Beliau hanya menjelaskan tentang tahun berdirinya ketiga kelompok SPP tersebut, tanpa bisa menjelaskan lebih lanjut soal anggota-anggota kelompok ini. Pada intinya pak Leri mengatakan: Di Wimunuru ada tiga kelompok SPP, yaitu: kelompok Paluanda Lamahamu dibentuk 2011, sedangkan kelompok Tahamemu Hamuduang dan Hahanung Pahammu dibentuk tahun Hal yang sama juga disampai oleh ketua UPK bahwa terdapat tiga kelompok SPP di desa Winumuru, yaitu: kelompok Paluanda Lamahamu dibentuk 2011,sedangkan kelompok Tahamemu Hamuduang dan Hahanung Pahammu dibentuk tahun Namun kedua tokoh sentral PNPM ini juga tidak mampu menjelaskan pengurus dan anggota kelompok Hahanung Pahamu. Peneliti sudah mencoba untuk meminta dokumen atau proposal dari ketiga kelompok SPP tersebut, namun tidak diberikan oleh pak Leri juga bapak ketua UPK. Bapak ketua UPK yang dikejar dengan beberapa pertanyaan lepas oleh peneliti hanya mampu menjawab dan menjelaskan nama-nama anggota kedua kelompok lainnya, beliau mengatakan bahwa kedua kelompok yang beliau ketahui adalah: Kelompok Paluanda Lamahamu, adalah: Agustina Pekuwali (Ketua), Frederika Tamu Ina (Bendahara),Erna Maramba Meha (Anggota)Kuanga Naha (Anggota), Elisabeth Rambu Ipu (Anggota), Mardiana Yaku Nanga (Anggota), Danga Ata Dewa (Anggota), Arina Ata Hau (Anggota)Ngaji Kamunggul (Anggota), Anahamu Konga Naha (Anggota); sedangkan Kelompok Tahamemu Hamuduang adalah: Marta Konda Nguna (Ketua), Hada Hudang (Bendahara), Vina Kahi Timba (anggota), Rina Ata Hawu (anggota), Kristiani Tamu Apu (anggota), Ima Hana Yowa(anggota), Sarce Ana Mbabang (anggota), Mina Rambu Tamar (anggota), Erlika Rambu Mburu (anggota), Kahi Ana Awa (anggota). 3 Antara ada dan tiada! Mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan keberadaan kelompok SPP Hahanung Pahamu di desa Winumuru. Beberapa informan kunci dari kedua kelompok lainnya coba didekati untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan kelompok siluman ini namun hasilnya sama saja tidak ada yang mau menjawab. Kebingungan itu membuat peneliti untuk berhenti mencari tahu tentang kelompok Hahanung Pahamu, karena penelitian harus dilanjutkan. Walaupun demikian, satu pertanyaan yang tersisa soal ini adalah, mengapa dalam Laporan Pengembalian Pinjaman SPP, Program Pengembangan Kecamatan 2 Wawancara tanggal 21 September Wawancara tanggal 21 September 2013

3 (PPK) periode Agustus , nama kelompok yang muncul dalam laporan itu adalah Hahanung Pahamu dan Paluanda Lamahamu sedangkan kelompok TahamemuHamuduang malah tidak ada dalam laporan tersebut? Baik kepala desa, fasilotator kecamatan, maupun ketua UPK tidak mau meberikan komentar soal ini. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa sistem administrasi PNPM Mandiri Perdesaan khususnya SPP di desa Winumuru sangat memprihatinkan Kelompok Paluanda Lamahamu Seperti dijelaskan oleh Fasilitator Kecamatan, bahwa kelompok ini dibentuk pada tahun 2011, diketuai oleh Agustina Pekuwali, yang juga adalah isteri kepala desa Winumuru. Jumlah keseluruhan anggota kelompok ini adalah 10 (sepuluh) orang. Sebelum menjadi anggota kelompok SPP, berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagaian besar dari mereka adalah ibu rumah tangga yang belum memiliki usaha.keikutsertaan mereka dalam SPP adalah untuk mendapatkan dana dan berusaha membantu ekonomi keluarga. Hasil wawancara dengan para anggota kelompok Paluanda Lamahumu menunjukan bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan pinjaman dana SPP sebesar Rp , dengan demikian, maka asumsinya adalah alokasi dana pinjaman untuk kelompok ini adalah Rp Nama kelompok dan jenis usaha dapat dilihat pada tabel di bahwa ini: Tabel 6.1 Nama Anggota Kelompok Paluanda Lamahamu dan Jenis Usaha No Nama Anggota Jenis Usaha Sebelum SPP Sesudah SPP 1 Agustina Pekuwali IRT (punya kios) Jualan barang di kios 2 Ngaji Kamunggul Ibu Rumah Tangga Jualan di Pasar (IRT) Taradisional 3 Kuanga Naha IRT Beternak Babi (usaha suami) 4 Mardiana Yaku IRT Buka Kios 4 Lihat lampiran

4 Danga 5 Frederika Tamu Ina IRT Buka Kios 6 Erna Maramba IRT buka kios Meha 7 Ariana Ata Hawu IRT Beternak Babi 8 Anahamu Konga IRT Beternak Ayam Naha 9 Elisabeth Rambu IRT dan Jualan Sayur Buka kios Ipu 10 Danga Ata Dewa Jualan di Pasar Jualan Di pasar tradisional. Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan tabel di atas, jenis usaha yang sangat diminati oleh kelompok SPP adalah berjualan, baik dengan membuka kios di rumahnya maupun dengan berjualan di pasar tradisional. Hanya tiga orang anggota yang jenis usahanya berbeda (beternak ayam dan babi) dengan mayoritas anggota lainnya. Selain itu, anggota yang memiliki jenis usaha beternak ayam dan babi adalah usaha yang sudah ada, dimiliki atau dikelola suami mereka. Hasil pinjaman dana SPP kemudian digunakan sebagai modal yang membantu usaha suami. Seperti dikatakan oleh Anahamu Konga Naha, bahwa: Awalnya saya tidak punya usaha apa-apa, hanya di rumah kerja pekerjaan rumah tangga.setelah adanya SPP, saya sendiri yang omong sama suami sebelum dapat uang pinjaman dari SPP PNPM, saya cerita sama suami mulai tentang program SPP itu sendiri sampai sistem pembayaran bunga setiap bulan.setelah dapat uang pinjaman dari SPP PNPM saya dan suami beli ayam beberapa ekor di tetangga dan di Paranggang Tatunggu juga Paranggang Nggongi untuk di piara dan kalau sudah besar kami jual ayam, sisanya saya simpan buat beli makanan ayam (jagung dan padi), dan juga untuk makan sehari-hari. Sama seperti yang dikatakan Ariana Ata Hawu, bahwa: saya tidak punya usaha apa-apa, saya hanya kerja pekerjaan rumah tangga saja, kalau pas kerja kebun baru saya ikut bantu suami.setelah adanya SPP saya jadi ingin ikut, jadi saya jelaskan ke suami dan anak-anak saya tentang program Simpan Pinjam Perempuan, jumlah dana yang saya dapat, bunga pinjaman, sistem pembayaran bunga pinjaman (angsuran), dan terakhir baru saya bilang saya mau pinjam

5 uang buat tambah modal. Dan mereka semua setuju.waktu dapat uang pinjaman dari SPP PNPM itu uang saya langsung pakai buat beli anak babi yang umur 6 bulan dan pa u untuk dicampur dengan batang pisang yang ditumbuk supaya kasih makan babi. Untuk pencatatan pas beli babi dan beli pa u saya tulis dalam buku catatan supaya saya bisa tau pengeluaran untuk beli makanan. Dalam proses pengajuan pinjaman SPP yang dilakukan oleh para isteri selalu terlebih dulu berdiskusi atau meminta pendapat suami. Bagi peneliti proses meminta pendapat suami menunjukan dua hal penting: pertama, dalam masyarakat yang kental dengan budaya patriarki, posisi laki-laki (suami) sebagai pengambil keputusan dalam keluarga masih merupakan hal yang tabu untuk dilanggar oleh perempuan (para isteri). Meminta pendapat suami adalah hal yang wajar dan tidak masalah, yang menjadi masalah adalah apabila dalam diskusi tersebut suami menjadi sangat dominan dalam mempengaruhi sang istri, dan indikasi seperti itu selalu ada dalam masyarakat partiakal; kedua, bahwa belum ada kesadaran yang cukup dari para isteri untuk melakukan usaha menuju kemandirian tanpa meminta bantuan dan bimbingan para suami. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kesadaran para istri untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan dilakukannya belum terlalu muncul kepermukaan dalam berhadapan dengan suaminya sendiri Kelompok Tahamemu Hamuduang Kelompok ini, sesuai dengan hasil wawancara dengan fasilitator kecamatan, dibentuk pada tahun Ada yang kontradiktif dalam pelaporan pengembealian pinjaman SPP periode Agustus 2013, sebab nama kelompok ini tidak ada dalam laporan tersebut, yang ada dan terdaftar dengan parihal dalam laporan itu hanyalah kelompok siluman 5 dan kelompok Paluanda Lamahamu. Namun sekalipun tidak terdaftar dalam laporan pengembalian SPP tersebut, pengurus dan anggota kelompok Tahamemu Hamuduang ada di desa Winumuru, dan ketika para anggotanya diwawancarai mereka mengatakan bahwa mendapat pinjaman masing-masing Rp , untuk membantu kelancaran usaha yang mereka geluti. Dengan demikian, maka dana guliran SPP yang diterima oleh kelompok ini adalah Rp , yang dipinjamkan secara merata bagi setiap anggota kelompok. 5 Yang peneliti maksudkan dengan kelompok siluman adalah kelompok Hahanung Pahamu. Kelompok ini tidak bisa dijelaskan baik oleh Kepala Desa, FK maupun ketua UPK, sekalipun dalam wawancara tentang nama kelompok dan tahun berdirinya mereka menyebutkan adanya tiga kelompok.

6 Kelompok Tahamemu Hamuduang dipimpin atau diketuai oleh Marta Konda Ngguna, dalam silsilah keluarga, Marta Konda Ngguna masih merupakan kerabat ibu Agustina Pekuwali. Mungkin hal ini wajar saja sebab yang namanya tinggal dalam satu desa, tatanan kekerabatan dan kekeluargaan merupakan kekuatan yang dipakai dalam menjadi solidaritas masyarakat. Bahwa dengan solidaritas seperti ini pula peneliti kesulitan dalam mencari dan mendapatkan informasi guna mengungkap keberadaan kelompok yang peneliti identifikasi sebagai kelompok siluman di atas. Anggota kelompok Tahamemu Hamuduang berjumlah 10 (sepuluh) orang, sudah termasuk ketua dan bendahara. Ini berarti terdapat 20 orang anggota SPP di desa Winumuru. Jenis usaha yang dilakukan oleh anggota kelompok Tahamemu Hamuduang tidak jauh berbeda dengan kelompok sebelumnya, atau dengan kata lain terdapat keseragaman jenis usaha kedua kelompok SPP ini. Untuk lebih jelas jenis nama anggota kelompok dan jenis usaha yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6.2 Nama Anggota Tahamemu Hamuduang dan Jenis Usaha Yang Dilakukan No Nama Anggota Jenis Usaha Sebelum SPP Sesudah SPP 1 Marta Konda Ngguna IRT, punya kios Buka Kios (ketua) 2 Ima Hana Yowa IRT Jualan di Pasar Tradisional 3 Erlika Rambu Mburu IRT, memelihara ayam Beternak ayam tapi tidak dijual 4 Hada Hudang bajual barang kios, 5 Kahi Ana Awa IRT, jual pisang Buka kios 6 KristianiTamu Apu IRT Buka Kios 7 Mina Rambu Tamar IRT Beternak Babi 8 Rina Ata Hawu IRT Beternak Babi 9 Sarce Ana Mbabang IRT, menanam sayur Jualan dipasr Tradisional dijual ke tetangga 10 Vina Kahi Timba IRT Buka kios Sumber: Data Sekunder, diolah.

7 Seperti pinang dibelah dua! Mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk mendiskripsikan usaha yang dilakukan oleh anggota kelompok ini ketika memperbandingkan jenis usaha antara kedua kolompok SPP yang ada di desa Winumuru. Hasil observasi dan wawancara menunjukan adanya kesamaan atau kemiripan baik hal yang melatar belakangi mereka untuk ikut SPP maupun jenis usaha yang dilakukan antara anggota kedua kelompok tersebut. Beberapa kemiripan tersebut adalah: pertama, hampir setiap anggota kelompok sebelum menjadi anggota SPP, mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT), kedua, setelah menjadi anggota SPP jenis usahanya sama, yakni berjualan baik membuka kios maupun berjualan di pasar tradisional dan beternak, ketiga, hampir semua dari mereka selalu meminta pendapat suami sebelum meminjam dana SPP, dan keempat, sebagian dari mereka dengan dana SPP yang dipinjam hanya untuk melanjutkan usaha suami. Dengan demikian, berdasarkan data (tabel 6.2) di atas, dapat disimpulkan bahwa pada level anggota SPP belum muncul kreativitas lain dari para ibu (isteri) yang tergabung dalam kelompok SPP untuk berupaya mengembangkan jenis usaha mereka yang berbeda dengan usaha yang sudah dilakukan oleh anggota kelompok lain. Dalam konteks seperti ini, tuntutan bagi fasilitator kecamatan, ketua UPK dan juga pengurus PNPM Mandiri di Kecamatan Paberiwai adalah untuk setidaknya lebih berperan dalam memberdayakan anggota SPP dalam mengembangkan variasi jenis usaha dan tidak terpaku (atau mengcoppy paste) jenis usaha yang telah dilakukan anggota kelompok lain. Apalagi dana tersebut fungsinya adalah dana guliran, maka jenis usaha yang sama dalam satu desa mengakibatkan persaingan usaha menjadi tidak sehat, dan pengembalian dana menjadi terhambat. Kalau dicermati dengan baik, maka jenis usaha SPP yang dilakukan oleh para anggotanya adalah seragam, yakni: membuka kios, berjualan di pasar, dan beternak ayam dan babi. Bahkan dana yang dipinjam anggota (isteri) terkadang tidak digunakan sendiri oleh anggota untuk membuka usaha, tetapi berbagi dengan suami mereka. Seperti yang dikatkan oleh Kristiani Tamu Apu, bahwa: Saya hanya kerja kebun dan setiap hari siap makan kasih suami.saya diskusi dengan suami pada saat mau pinjam uang SPP PNPM dan suami setuju dengan syarat uang pinjaman itu nanti dia yang kelola.waktu dapat dana pinjaman dari SPP PNPM, suami langsung minta untuk dia yang pegang itu uang dan dia yang kelola, dia pakai bisnis kutlak. Dan sebagian dia kasih saya untuk beli barang kios, barang kios pertama yang saya beli waktu itu hanya gula pasir, kopi, daun teh dengan rokok, karena uang pinjaman yang dikasih juga sedikit sekali.

8 Bukan Cuma Kristiani Tamu Apu yang menjadi korban suami dalam dana yang dipinjamnya dari SPP PNPM, Erlika Rambu Mburu juga bernasib sama. Dana pinjaman dari SPP malah digunakan oleh suaminya untuk melanjutkan usaha peternakan ayam kecil-kecilan. Dalam wawancara, Erlike Rambu Mburu mengatakan: Sebelum masuk jadi anggota SPP, saya sudah piara ayam juga, tapi tidak saya jual karena kalau pas ada keluarga yang datang bertamu saya potong untuk makan sudah, jumlahnya juga tidak sebanyak waktu saya sudah dapat dana pinjaman dari PNPM.Setelah bertanya ke suami terus dia kasih izin saya pinjam. Waktu dapat uang pinjaman suami yang pegang itu uang dan dia pakai beli ayam untuk di piara, ayam jantan 10 ekor ayam betina 10ekor karena harganya masih 30ribu satu ekor waktu itu, sisa uang suami yang simpan dia bilang pakai beli padi dan jagung kasih makan ayam, saya ikut-ikut saja dan saya hanya tukang bantu kasih makan ayam saja. Yang tukang tulis untuk laporan ke pengurus PNPM juga suami sendiri. Dalam konteks dan realitas seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa isteri dimanfaatkan suami, sekalipun para isteri (anggota) mengatakan bahwa ada diskusi dengan suami. Namun, diskusi yang terjadi berdasarkan penuturan mereka dapat dikatakan juga bahwa suami memang benar-benar berperan penting dalam menentukan apa yang harus dilakukan oleh isterinya yang adalah anggota kelompok. Jika konteksnya seperti ini, maka mungkin perlu diusulkan adanya Simpan Pinjam Laki-Laki (SPL), agar para isteri tidak dimanfaatkan oleh suami mereka. Mengenai jumlah dana SPP yang teralokasikan kepada kelompok SPP di desa Winumuru, jika menggunakan data hasil wawancara dengan anggota SPP maka kesimpulan yang bisa diambil adalah dana SPP yang ada di Wimunuru adalah sebesar Rp , dengan asumsi setiap anggota meminjam Rp Namun demikian, hasil wawancara dengan Fasilitator Kecamatan dan ketua Unit Pengelolaan Kegiatan menunjukan adanya kontradiktif atau masalah tentang dana bergulir SPP di desa ini. Kedua tokoh sentral PNPM Mandiri di Kecamatan Paberiwai ini dengan jelas mengatakan bahwa dana SPP yang dialokasikan bagi kelompok SPP di desa Winimuru adalah sebesar Rp untuk 3 (tiga) kelompok yang ada. Masalahnya adalah kalau ada 1 (satu) kelompok yang tidak jelas keberadaaanya, maka dana sebesar Rp , lagi dikemanakan atau ada dimana? Jawaban terhadap pertanyaan ini tidak pernah terungkap seiring dengan tidak terungkapnya keberadaan kelompok Hahanung Pahamu jejak yang tidak ditemukan.

9 6.2.Partisipasi Perempuan Dalam Pengelolaan Dana SPP pada Aras Kelompok Pemetaan Partisipasi dalam Sosialisasi, Akses, dan Kontrol Program SPP PNPM Pertimbangan menggabungkan topik ini karena hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi perempuan dalam program SPP hanya terjadi pada saat sosialisasi, sedangkan dalam hal akses dan kontrol tingkat partisipasi perempuan (anggota SPP) tidak ada. Dalam hal sosialisasi juga keterlibatan dan memberi ide atau usulan hampir tidak ada, yang terjadi adalah calon anggota di undang dan diberi waktu untuk mendengarkan sosialisasi yang dibawakan oleh FK dan UPK, kemudian diseleksi dan masuk dalam anggota kelompok SPP yang sebenarnya sudah ada, atau sudah terbentuk sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam hal partisipasi atau keterlibatan para anggota dalam sosialisasi progam SPP PNPM cukup tinggi, setidaknya semua informan (anggota kelompok SPP) yang berjumlah 20 orang mengatakan bahwa bahwa mereka mengikuti proses sosialisasi yang dilakukan oleh petugas PNPM lewat pemerintah desa Winumuru, dikantor desa. Perbedaannya terletak pada sumber informasi yang mereka terima tentang adanya sosialisasi SPP-PNPM tersebut. Pola penyampaian informasi dilakukan lewat mulut ke mulut dan tidak ada undangan resmi dari yang berwenang melakukan sosialisasi tersebut. Pola penyampaian informasi tentang sosialisasi SPP seperti ini, memang efektif pada tingkat desa, namun akan menjadi tidak efektif jika tidak memperhatikan luas desa dan jumlah penduduknya. Untuk memperkuat argumentasi bahwa semua anggota mengikuti sosialisasi, hasil wawancara dengan anggota SPP dirigkas dan ditampilkan pada tabel di bawah ini: Tabel 6.3 Alasan Keikutsertaan Anggota SPP Dalam Sosialisasi No Nama Partisipasi dalam Sosialisasi Kesimpulan Peneliti Anggota 1 Agustina Iya saya ikut terlibat umbu, karena pada waktu Ikut terlibat atas Pekuwali bapak sekretaris desa ada datang kasih tahu undangan sekdes. saya untuk datang ke balai desa jam 9 besok Seleksi dan dia bilang ada sosialisasi dari pengurus PNPM bentuk 3 kecamatan dan mereka mau kasih pinjam uang kelompok karena buat perempuan katanya. Jadi besoknya saya dana

10 2 Frederika Tamu Ina dengan ibu-ibu yang dapat undangan datang ke kantor desa jam 9pagi dan sampai di kantor fasilitator kecamatan(fk) ternyata belum datang setengah jam kemudian baru mereka datang dan sampe dengan sampe mereka langsung perkenalan dan langsung jelaskan kalau sekarang ada program Simpan Pinjam Perempuan, dan untuk perempuan saja, setelah omong panjang lebar tentang program SPP itu kami di suruh daftar program ini perempuan membentuk kelompok terus nanti mengajukan nama kelompok ke kecamatan untuk di seleksi lewat wawancara apa perempuan yang tergabung dalam kelompok betul-betul warga KK miskin atau tidak, setelah itu mereka kasih tahu saya bahwa jumlah pinjaman untuk perempuan 30 juta jadi kami membentuk 3 kelompok dimana masing-masing kelompok ada 10 orang. Jadi masing-masing dapat pinjaman 1 juta rupiah per orang. Iya saya ikut karena waktu itu bapak sekdes kasih tahu saya dan beberapa teman ibu-ibu untuk ikut sosialisasi di kantor desa, 1 minggu depan hari senin jam 9, menurut pak sekdes ada simpan pinjam khusus untuk perempuan, dan hanya perempuan saja yang boleh dapat pinjaman dana itu, nama programnya Simpan Pinjam Perempuan PNPM katanya, minggu depannya saya langsung ke kantor desa, disana kami masih tunggu pengurus PNPM sekitar 1jam baru mereka datang dari perkelompok 10juta. Ikut atas undangan sekretaris desa. Seleksi sebelum dapat pinjaman dana dari SPP PNPM.

11 3 Elisabeth Rambu Ipu 4 Erna Maramba Meha kananggar,setelah mereka datang mereka perkenalan dan langsung ksih sosialisasi, dan setelah itu minggu depannya mereka datang lagi untuk seleksi, karena mereka bilang dana pinjaman SPP ini memang khusus untuk keluarga miskin dan khusus untuk perempuan. Iya saya ikut sosialisasi adi, karena 1 hari sebelum sosialisasi opas desa datang dirumah kasih tahu saya untuk ke balai desa besok jam 09.00pagi katanya karena ada sosialisasi dari pengurus PNPM kecamatan dan mereka mau kasih pinjam uang buat perempuan katanya. saya langsung tanya sama suami,boleh tidak ikut, waktu itu suami saya kasih ijin jadi besoknya saya pergi ke kantor desa jam 9pagi dan sampai di kantor ternyata banyak teman ibu-ibu juga yang datang dan mereka cerita kalau bapak sekdes yang kasih tahu mereka juga, sampe jam 09.00pagi fasilitator kecamatan(fk) belum datang 30menit kemudian baru FK datang dan sampe dengan sampe mereka langsung perkenalan dan langsung jelaskan kalau sekarang ada program simpan pinjam perempuan, dan untuk perempuan saja, kami di seleksi dan setelah lolos kami di suruh daftar jadi anggota kelompok saya daftar untuk jadi anggota kelompok Paluanda Lamahamu. Iya saya ikut sosialisasi, waktu itu bapak sekdes datang kasih tahu saya untuk ke balai desa nanti katanya karena ada sosialisasi dari pengurus Terlibat sebagai peserta Diundang pemerintah melalui opas desa Atas ijin sama suami. Seleksi sebelum jadi anggota penerima dana SPP. Ikut sosialisasi sebagai peserta Diundang

12 5 Arina Ata Hawu 6 Mardiana Yaku Danga PNPM kecamatan tentang Simpan Pinjam Perempuan. Selesai pak FK jelaskan mengenai program Simpan Pinjam Perempuan kami di seleksi karena yang boleh dapat dana Simpan Pinjam harus keluarga yang memang benarbenar miskin, setelah di seleksi baru mereka kasih tahu jumlah dana yang mereka kasih itu ada 30juta jadi bagi 10juta per kelompok. Iya saya ikut sosialisasi, karena pas hari minggu dan pulang gereja bapak sekdes kasih tahu saya untuk ikut ke balai desa karena ada sosialisasi dari pengurus PNPM kecamatan tentang program Simpan Pinjam Perempuan PNPM dan mereka prioritaskan keluarga yang di lihat kurang mampu untuk di kasih pinjam uang. Pulang dari gereja saya cerita ke suami saya, dan saya minta ijin untuk ikut, suami saya kasih ijin, fasilitator kecamatan (FK) datang langsung perkenalan dan jelaskan kalau sekarang ada program simpan pinjam perempuan, kami diseleksi lewat wawancara dengan FK dan ketua UPK dan yang lolos seleksi disuruh masuk dalam anggota kelompok yang sudah ada dan mereka kasih informasi besar dana Simpan Pinjam ada 30juta setiap kelompok dapat 10juta. Ya, saya ikut waktu itu bapak sekretaris desa datang dirumah undang saya untuk ikut sosialisasi, dan pas saya dan saya punya suami ada dirumah jadi suami bilang ikut saja, jadi sekretaris desa. Seleksi sebelum jadi anggota penerima dana SPP PNPM. Dana SPP 30juta dibagi perkelompok 10juta. Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes saat pulang gereja. Atas ijin suami. Seleksi lewat wawancara Dana SPP 30juta, perkelompok dapat 10juta. Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes.

13 saya ikut sosialisasi waktu itu. Yang datang kasih materi sosialisasi waktu itu bapak Fasilitator Kecamatan sendiri dari kananggar sama-sama dengan pak UPK. kami di wawancara yang lolos baru bisa masuk dalam kelompok dan nanti tunggu pencairan, setelah pencairan bendahara UPK langsung kasih uang dikasih sama bendahara kelompok dan bendahara kelompok nanti yang bagi ke kami. 7 Konga Naha Iya saya ikut sosialisasi karena kebetulan waktu pulang dari kerja bakti bersihkan jalan desa pak sekdes langsung omong dengan saya, dia undang saya untuk ikut acara sosialisasi nanti dibalai desa, karena mau ada sosialisasi program simpan pinjam perempuan.saya waktu itu minta pak sekdes omong langsung sama saya punya suami juga supaya saya punyan suami kasih ijin saya untuku ikut sosialisasi, dan saya punya suami kasih ijin juga ternyata, akhirnya saya ikut sosialisasi pas sosialisasi pak FK sama pak UPK jelaskan tentang program SPP PNPM dan juga tentang sistem pembayaran bunga pinjaman. Kami di mintauntuk bentuk 3 kelompok waktu itu karena dana yang kami dapat 30juta dan per kelompok dapat 10juta. 8 Anahamu Iya saya ikut sosialisasi, karena bapak sekdes Konga Naha datang dirumah untuk undang ikut sosialisasi, pas bapak sekdes datang undang saya punya suami juga ada dirumah jadi saya punya tidak jelaskan ulang lagi sama saya punya suami, Seleksi lewat wawancara. Izin suami Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes saat kerja bakti di desa. Diminta untuk bentuk 3 kelompok karena dana yang akan kami terima 30juta, dan peranggota 10juta. Izin suami Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes. Atas ijin suami.

14 9 Danga Ata Dewa 10 Ngaji Kamunggul saya hanya tinggal minta ijin untuk ikut sosialisasi, saya punya suami waktu itu langsung kasih ijin sama saya, saya langsung ikut, sampai dib alai desa pak FK dan pak UPK omong soal simpan pinjam perempuan mulai dari sistem pinjam sampai pembayaran bunga pinjaman dan mereka bilang jumlah dana yang akan kami dapat 10juta perkelompok. Iya saya ikut sosialisasi, karena sebelumnya sekdes kasih tau saya pas ketemu dipasar tatunggu hari kamis untuk ke balai desa katanya karena ada sosialisasi dari pengurus PNPM kecamatan dan mereka mau kasih pinjam uang buat perempuan katanya. saya minta ijin sama suami untuk ikut sosialisasi, pas sosialisasi pak FK dan bapak UPK yang jelaskan kalau sekarang ada program simpan pinjam perempuan, kami langsung di minta bentuk 3 kelompok waktu itu, dan mereka bilang kalau dana yang kami terima perkelompok itu ada 10juta/kelompok. Sekdes datang pagi-pagi di rumah dan undang ke kantor desa, sebelum saya ikut sosilisasi saya coba omong baik-baik dengan suami dulu dan minta ijin sama dia. Sampai di kantor desa ada petugas dari kecamatan yang menjelaskan kalau sekarang ada program simpan pinjam perempuan. Kami langsung diminta membentuk kelompok terus nanti mengajukan nama kelompok ke kecamatan untuk di periksa apa perempuan yang tergabung dalam kelompok Dikasih informasi jumlah dana yang akan diterima 10juta perkelompok. Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes saat bertemu dipasar. Izin suami Di minta bentuk 3 kelompok untuk terima dana 10juta per kelompok. Ikut sebagai peserta. Diundang oleh pak sekdes. Izin suami Diminta bentuk 3 kelompok dan setiap kelompok di kasih pinjaman 10juta, jadi per

15 betul-betul keluarga miskin atau tidak, setelah itu kasih tahu bahwa jumlah pinjaman untuk perempuan 30 juta jadi kami membentuk 3 kelompok dimana masing-masing kelompok ada 10 orang.jadi masing-masing dapat pinjaman 1 juta rupiah per orang. 11 Marta Konda Pada waktu itu kami ibu-ibu di undang ke Nguna kantor desa dan sampai di kantor desa ada petugas dari kecamatan yang menjelaskan kalau sekarang ada program simpan pinjam perempuan.di program ini perempuan membentuk kelompok terus nanti mengajukan nama kelompok ke kecamatan untuk di seleksi lewat wawancara apa perempuan yang tergabung dalam kelompok betul-betul warga KK miskin atau tidak,setelah itu mereka memberi tahu kami bahwa jumlah pinjaman untuk perempuan 30 juta jadi kami membentuk 3 kelompok dimana masing-masing kelompok ada 10 orang.jadi masing-masing dapat pinjaman 1 juta rupiah per orang. 12 Hada Hudang Iya saya ikut terlibat Umbu, karena pada waktu bapak sekretaris desa ada datang kasih tahu beberapa ibu-ibu termasuk saya untuk datang ke balai desa karena ada sosialisasi dari pengurus PNPM kecamatan. Waktu itu FK terlambat dan sampe dengan sampe mereka langsung perkenalan dan langsung jelaskan tentang SPP. Kemuadian kami di seleksi, yang boleh masuk adalah keluarga yang masuk kategori keluarga miskin dan khusus untuk orang 1juta. Diundang kekantor desa. Di seleksi untuk pembentukan kelompok Tiga kelompok Alokasi dana 30 juta. Ikut atas undangan sekretaris desa. Seleksi sebelum pembentukan kelompok penerima dana simpan pinjam. Khusus perempuan

16 perempuan 13 Kristiani Tamu Saya ikut sosialisasi pertama kami perempuanperempuan Ikut atas ijin Apu di desa ini di undang ke kantor desa suami. oleh ketua kelompok saya coba minta ijin sama suami dan suami kasih ijin. Saat sosialisasi pak FK dan bapak UPK terangkan tentang program di undang sama ketua kelompok ke kantor desa. SPP dan kami di seleksi syarat untuk menjadi Izin suami anggota kelompok SPP harus perempuan yang Seleksi. tergolong keluarga miskin. Terus di suruh untuk bentuk kelompok,setelah itu kelompok yang sudah terbentuk di periksa dan di seleksi oleh Di suruh untuk bentuk kelompok. kecamatan setelah di seleksi kelompok yang lolos di undang lagi ke kantor desa untuk terima uang pinjaman. 14 Erlika Rambu Saya ikut, karena waktu ibu saya punya Ikut di undang Mburu tetangga kasih tahu kalau bapak sekdes ada sama sekdes minta saya juga untuk ikut sosialisasi di kantor melalui tetangga. desa, waktu sosialisai itu FK kasih penjelasan Seleksi. tentang program simpan pinjam perempuan, Yang lolos memang saya sudah tahu sebelumnya tentang seleksi di undang program simpan pinjam perempuan karena saya untuk datang punya saudara ada yang dapat dana pinjaman terima uang simpan pinjam PNPM dan dia sering cerita minggu tentang program simpan pinjam perempuan, berikutnya. habis sosialisasi kami masih di seleksi jadi yang boleh dapat dana simpan pinjam hanya perempuan yang dari keluarga miskin, saya lolos seleksi, minggu berikutnya kami di undang lagi untuk terima uang simpan pinjam PNPM. 15 Irna Hana Sayaikut sosialisasi karena ketua kelompok Ikut atas ijin

17 Yowa kasih tahu saya untuk ikut waktu itu, dia bilang saya di undang lewat ketua kelompok untuk ikut sosialisasi, saya minta ijin sama suami dan suami kasih ijin, sampai dibalai desa pak FK dan ketua UPK kasih sosialisasi ke kami ibuibu.selesai sosialisasi kami di seleksi lewat wawancara satu persatu, setelah itu pengenguman hasil wawancara saya lolos dapat dana pinjaman.mereka bilang kalau uang pinjaman itu akan cair minggu depan jadi nanti uangnya bendahara kelompok yang bagi. 16 Kahi Ana Awa Ya saya ikut karena undang sama ibu ketua kelompok untuk ikut sosialisasi, dia bilang kalau pak sekdes undang saya lewat dia, dan waktu itu saya minta ijin sama suami untuk ikut sosialisasi supaya bisa dapat uang pinjaman dari program simpan pinjam PNPM. Saat sosialisasi yang kasih penjelasan tentang program SPP waktu itu bapak FK sendiri dengan didampingi sama bapak UPK. setelah sosialisasi kami ibu-ibu masih di wawancara satu-satu untuk di seleksi sebelum bagi kelompok peneriman dana simpan pinjam, sebagian ibu-ibu yang datang waktu itu lolos wawancara, dan yang lolos wawancara langsung di daftar trus di bagi-bagi masuk dalam kelompok yang sudah ada. 17 Vina Kahi Saya ikut, karena ketua kelompok yang datang Timba kasih tau saya untuk ikut, dia bilang pak sekdes yang undang saya melalui dia, sebelum ikut suami. Diundang melalui ketua kelompok. Izin suami Seleksi lewat wawancara. Dana cair seminggu kemudian dan dibagikan Bendahara Ikut atas ijin suami. Diundang oleh sekdes melalui ketua kelompok. Seleksi lewat wawancara. Kelompoknya sudah ada dan tinggal masuk Ikut atas ijin suami.

18 sosialisasi saya masih minta ijin sama suami dulu, karena suami bilang boleh ikut saya ikut sosialisasi sudah waktu itu, saat sosialisasi waktu itu pak Fasilitator kecamatan yang jelaskan tentang program simpan pinjam, mulai syarat jadi anggota kelompok sampe sistem bayar bunga pinjaman, sebelum di bagi-bagi dalam kelompok penerima dana simpan pinjam mereka masih seleksi semua ibu-ibu yang ikut sosialisasi waktu itu, seleksinya lewat wawancara, karena yang boleh masuk dalam kelompok penerima dana simpan pinjam harus benar-benar dari keluarga yang miskin. 18 Mina Rambu Saya ikut sosialisasi karena saya di undang Tamar sama pak sekretaris desa waktu itu, dia datang dirumah dan minta saya untuk ikut sosialisasi program simpan pinjam PNPM, kebetulan saat itu ada saya punya suami jadi pak sekretaris desa omong lansung dengan saya punya suami, setelah pak sekdes pulang baru saya minta ijin sama saya punya suami, dia kasih ijin, saat sosialisasi yang kasih materi soal program sosialisasi waktu itu pak fasilitator kecamatan. Habis penjelasan tentang program simpan pinjam kami di seleksi satu persatu lewat wawancara sebelum kami dibagi dalam kelompok. 19 Rina Ata Huwa Saya ikut karena saya di undang sama pak sekdes untuk ikut, dan sebelum saya ikut sosialisasi saya minta ijin sama suami terlebih dahulu kalau dia kasih ijin baru saya bisa Diundang oleh pak sekdes melalui ibu Ketua Seleksi lewat wawancara. Kelompok sudah ada Ikut atas ijin suami. Diundang oleh pak sekdes. Seleksi lewat wawancara. Ikut atas ijin suami. Diundang oleh pak sekdes.

19 ikut.kebetulan waktu itu suami kasih ijin saya Seleksi. ikut sosialisasi program simpan pinjam Masuk kelompok perempuan PNPM, setelah selesai penjelasan yang sudah ada kami ibu-ibu di wawancara satu persatu untuk di seleksi apa benar kami yang ikut ini asalnya dari keluarga miskin setelah itu kami masuk dalam kelompok-kelompok yang sudah ada. 20 Sarce Ana Saya ikut karena bapak sekdes undang saya Ikut atas ijin Mbabang lewat dia punya istri untuk ikut sosialisasi, suami. setelah dapat undangan saya masih minta ijin Diundang oleh sama suami untuk ikut sosialisasi, karena suami pak sekdes kasih ijin jadi saya ikut sosialisasi. Waktu melalui istrinya. sosialisasi pak FK kasih penjelasan tentang Seleksi sebelum program SPP, syarat dan sistem pembayaran masuk dalam bunga dia jelaskan. Setelah pak FK kelompok. menjelaskan, kami di seleksi terlebih dahulu supaya tau kami benar dari keluarga miskin atau tidak, setelah seleksi yang boleh masuk dalam kelompok itu hanya ibu-ibu yang berasal dari keluarga miskin. Sumber: Data Primer 2013, diolah Berdasarkan data hasil wawancara dan hasil kesimpulan (tema) yang telah peneliti identifikasi, terdapat beberapa hal menarik untuk didiskusikan lebih lanjut: pertama, bahwa informasi tentang adanya sosialisasi SPP yang dilakukan oleh FK dan UPK diterima masyarakat (ibu-ibu) lewat kepala desa, sekretaris desa, tetangga, bahkan oleh ketua kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyebaran informasi tentang sosialisasi SPP-PNPM cukup terbatas hanya pada orang-orang tertentu yang dianggap oleh (mereka) pembawa informasi sebagai keluarga yang benar-benar miskin. Namun demikian, argumentasi ini secara metodeologis tentu tidak akurat (kuat) sebab ternyata dalam sosialisasi juga ada seleksi melalui wawancara yang dilakukan oleh FK dan ketua UPK. Hal ini (seleksi wawancara) menunjukan bahwa harapan FK dan UPK adalah semua keluarga (khususnya perempuan) boleh hadir dalam

20 sosialisasi dan nantinya akan disaring lewat wawancara, namun harapan itu tidak terwujud karena informasi tantang sosialisasi yang dilakukan para aktor desa ternyata terbatas pada orangorang tertentu. Kedua, keterlibatan atau keikutsertaan perempuan (khususnya para isteri) dalam sosialisasi SPP-PNPM adalah atas dasar izin dari suami. Hal ini mungkin dianggap wajar saja, bahwa seorang isteri keluar rumahnya perlu meminta izin dari suaminya, apalagi dalam masyarakat desa yang masih memegang teguh adat-istiadat mereka. Masalahnya adalah izin yang diberikan suami berkaitan dengan keinginan dan kemauan sang isteri untuk meminjam dana bergulir SPP-PNPM. Ini artinya kebanyakan para suami belum percaya atau terlalu yakin dengan kemampuan isteri mereka tentang pengembalian dana tersebut, dan kemungkinan usaha apa yang perlu dilakukan agar modal itu bisa berputar dan kembali. Selain itu berkaitan dengan hal kedua, dapat saja dikonstruksi sebuah pemikiran yang sumbernya bisa ditemukan dalam perspektif budaya patriarki yang memang masih kental dianut, bahwa laki-laki memang berkuasa di dalam rumah tangga. Keputusan apapun yang berkaitan dengan urusan rumah tangga harus mendapat persetujuan dari suami. Termasuk keputusan tentang apa yang akan dilakukan isteri di luar rumah, semuanya harus mendapat restu dari raja rumah tangga. Dalam hal ini suara ratu rumah tangga dinomor sepatukan. Ketiga, mengenai besaran alokasi anggaran SPP di Winumuru, beberapa informan mengatakan bahwa dalam sosialisasi tersebut, dana yang dialokasikan adalah sebesar Rp untuk tiga kelompok, dan seleksi memang dilakukan untuk kepentingan ketiga kelompok itu. Namun demikian, dalam prakteknya, hanya ada dua kelompok yang benar-benar dapat diwawancarai dan diobservasi tentang keberadaan mereka. Satu kelompok lagi jejaknya tidak pernah diketahui, bahkan kepala desa dan sekretaris desa yang berperan penting dalam mengundang para ibu untuk datang dalam sosialisasi tersebut hanya bisa menyebutkan nama kelompok tanpa mampu menunjukan siapa anggota dan apa usahanya. Demikian pula ketika hal ini dikonfirmasi kepada FK dan ketua UPK tidak ada jawaban yang mereka kemukakan untuk menengahi ketidak-beresan kelompok SPP di desa ini. Dalam konteks seperti ini, maka bisa saja dikatakan bahwa anggaran/dana SPP sejumlah Rp menjadi hilang tak berbekas entah ke mana dan di mana. Keempat, adalah soal kelompok dan keanggotaan kelompok. Apabila mencermati jawaban-jawaban informan dalam tabel di atas, dapat dikatakan bahwa ketiga kelompok SPP di

21 desa Winumuru memang sudah terbentuk sebelum sosialisasi tentang SPP dilakukan. Hal ini tampak dalam pernyataan bahwa setelah diseleksi lewat wawancara kami kemudian masuk dalam kelompok. Pertanyaannya siapa yang membentuk kelompok itu? Apalagi juga terdapat pernyataan dari beberapa informan bahwa mereka diundang oleh ketua? dengan demikian, soal kelompok ini ada kesesuain dengan pola pemberian informasi tentang sosialisasi SPP yang kelihatannya terbatas pada orang-orang tertentu saja. Dengan demikian, implikasinya adalah soal partisipasi anggota dalam perencanaan program SPP menjadi terbengkalai. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam perencanaan program SPP tidak ada satupun dari anggota yang ikut merencanakan. Bahkan ketua kelompok SPP Paluanda Lamahamu ibu Agustina pekuwali ketika diwawancarai, mengatakan bahwa: Dalam perencanaan program SPP, saya tidak ikut karena yang ikut hanya Kepala Desa dan Aparat Desa. Kami hanya di suruh bentuk kelompok nanti kalau sudah ada dana baru kita di panggil untuk terima uang pinjaman. Hal senada juga dikatakan oleh bendahara kelompok Paluanda Lamahamu, ibu Frederika Tamu Ina, bahwa: Iya saya sama-sama dengan ketua kelompok tidak ikut terlibat dalam perencanaan program Simpan Pinjam Perempuan PNPM ini.karena hanya sekretaris desa yang ikut dalam perencanaan program SPP-PNPM sama-sama dengan FK. Pertanyaannya adalah apakah Kepala Desa, Aparat Desa, dan Fasilitator Kecamatan memahami dan mengerti tentang kebutuhan para ibu yang menjadi anggota SPP tersebut? Ataukan yang muncul dalam benak mereka (para aktor perencana) yang penting dananya cair untuk dibagi-bagikan? Rasanya kedua pertanyaan ini jawabannya sama-sama benar, bahwa mereka yang paling tahu kebutuhan para ibu (mungkin karena mereka kepala rumah tangga), karena itu yang penting dananya cair nanti ibu-ibu tinggal menerima mudah-mudahan menerima dana sisa. Dengan berpegang pada informasi ketua dan bendahara kelompok Paluanda Lamahmu yang tidak ikut ambil bagian dalam proses perencanaan program SPP tersebut, peneliti kemudian mencoba bertemu dengan ketua dan bendahara kelompok Tahumemu Hamuduang harapannya adalah menemukan informasi yang berbeda tentang partisipasi dalam perencanaan program SPP. Hasil wawancara dengan ketua dan bendahara Tahamemu Hamuduang, juga menunjukan kesuraman dalam hal partisipasi ini, pada intinya keduanya mengatakan bahwa: Tidak ikut

22 terlibat dalam perencanaan program PNPM. Karena hanya sekretaris desa dan aparat desa yang lain yang ikut sama-sama dengan FK ikut dalam perencanaan program SPP-PNPM. Masalahnya adalah jika ketua dan bendahara saja sudah tidak diundang atau diikutsertakan dalam perencanaan program SPP yang akan mereka lakukan nantinya, bagaimana mungkin anggota kelompok dilibatkan? Anggota kelompok yang diwawancarai soal keterlibatan mereka dalam perencanaan program masing-masing mengatakan bahwa tidak pernah diundang untuk ikut merencanakan program SPP yang akan mereka geluti. Yang menarik adalah pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Kuanga Naha (salah satu anggota kelompok Paluanda Lamahamu, bahwa: saya tidak ikut dalam perencanaan Simpan Pinjam Perempuan karena saya tidak di undang baik itu ketua kelompok maupun sekdes, jadi saya hanya bergabung dalam kelompok saja supaya saya bisa pinjam uang dan bisa buka usaha kecil. Demikian pula pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu anggota kelompok Tahamemu Hamuduang ibu Irna Hana Yowa, bahwa: Saya tidak ikut dalam perencanaan karena habis sosialisasi dan bagi uang oleh bendahara saya tidak pernah di undang untuk ikut perencanaan program simpan pinjam perempuan PNPM. Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari anggota kelompok sebenarnya dapat disimpulkan bahwa ada semacam kerinduan dari mereka untuk ikut dalam perencanaan program, namun yang terjadi adalah mereka tidak pernah diundang untuk hal ini. Keinginan mereka untuk mendapatkan pinjaman dana SPP memang dimanfaatkan dengan baik oleh para aktor yang duduk dalam struktur, baik struktural pemerintahan desa maupun struktur PNPM untuk mengucurkan anggaran bagi mereka. Keinginan kuat dari para anggota ini sekaligus juga merupakan kelemahan mereka sebab setelah menerima dana sebesar Rp , untuk masing-masing orang tidak ada lagi keberanian untuk bertanya tentang mengapa mereka tidak diikutsertakan dalam perencanaan program, apalagi bertanya tentang adanya kelompok siluman dan ketidak-jelasan Rp dana SPP yang diperuntukan bagi kelompok siluman itu. Faktanya dana sebesar Rp dan kelompok siluman sampai dengan penelitian ini berakhir tidak ada informan yang mampu memberikan jawaban pasti. Sebenarnya, secara teoritis, jika dipertimbangkan soal sisi kekeluargaan dan kedekatan anggota kelompok, mereka memiliki mosal sosial yang cukup untuk saling menggerakan dan mengingtak soal keterlibatan masing-masing dalam setiap tahapan, baik sosialisasi, perencanaan, akses, pemanfaatan, dan monitoring terhadap setiap usaha mereka. Namun, sayang yang terjadi

23 adalah tiadanya komunikasi yang intens dan baik antar sesama anggota, bahkan anggota dengan ketua. Beberapa informan (anggota) mengatakan bahwa setelah menerima dana SPP tidak pernah ada rapat yang dibuat atau mereka tidak pernah diundang untuk rapat anggota sekalipun. Salah satu informan (E.R.I / 39 tahun), mengatakan bahwa: Kurang ada komunikasi antara anggota kelompok dan tidak pernah ada solusi buat anggota yang usahanya bangkrut, dan pengurus kelompok tidak saling kenal atau tidak mau tahu dengan anggotanya, kita tidak pernah rapat masing-masing jalan sendiri. Dengan demikian, maka jawaban terhadap apakah pernah memberikan ide atau usulan yang konstruktif demi pengembangan SPP di desa Winumuru, atau minimal untuk kelompoknya menjadi terjawab yakni tidak pernah memberikan ide atau usulan. Bagaimana memberikan ide dan usulan, kalau rapat anggota saja tidak pernah ada. Hal yang bisa dikatakan dalam konteks ini adalah bahwa: yang penting dana SPP cair, masing-masing anggota meminjam Rp , dan menjalankan usaha sendiri-sindiri. Kelompok hanya merupakan nama agar bisa digunakan sebagai bargening dalam mendapatkan dana pinjaman dari PNPM. Dalam konteks seperti ini, maka partisipasi dalam monitoring kegiatan menjadi tanggungjawab masing-masing anggota. Tidak adanya rapat anggota yang dibuat pengurus kelompok membuat monitoring tidak berjalan atau terjadi dengan sempurna. Rapat anggota, bagi peneliti merupakan forum yang baik dalam hal melakukan kontrol terhadap usaha yang dilakukan oleh anggota, namun dengan tidak adanya rapat, maka tidak ada pula mekanisme kontrol yang baik, yang dilakukan pengurus (ketua dan bendahara) kelompok, maka pertanyaannya adalah untuk apa ada kelompok SPP?. Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota kelompok Paluanda Lamahamu, Erna Maramba Meha, bahwa: Saya tidak ikut karena yang di minta dampingi FK dan aparat desa untuk ikut monitoring dan evaluasi sama-sama dengan FK dan pengurus desa hanya ketua kelompok dan bendahara saja. Hal senada dikatakan oleh anggota kelompok Tahamemu Hamuduang, Irna Hana Yowa, soal monitoring dan evaluasi, bahwa: Saya tidak ikut dalam monitoring dan evalusi karena habis sosialisasi dan bagi uang oleh bendahara saya tidak pernah di undang untuk ikut tahap monitoring dan evaluasi program simpan pinjam perempuan PNPM. Masing-masing ketua dan bendahara kelompok ketika dikonfirmasi soal monitoring dan evaluasi mengatakan bahwa mereka diundang oleh FK dan UPK dan bergabung dengan aparat

24 desa dalam melakukan monitoring dan evaluasi program, yang dilakukan tiga bulan sekali. Sayangnya ketika ditanya apakah hasil ini kemudian disosialisasikan kepada anggota kelompok, para pengurus (ketua dan bendahara) kelompok tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Intinya hasil monitoring dan evaluasi tidak sampai ke anggota kelompok sebab tidak ada rapat anggota yang dilakukan. Ketua kelompok Paluanda Lamahamu ketika ditanyakan soal monitoring dan evaluasi kelompok usaha SPP mengatakan bahwa: saya terlibat juga, dalam kontrol yang di lakukan UPK setiap tiga bulan sekali terhadap program PNPM khusus untuk SPP tidak ada kontrol yang mereka lakukan mereka hanya kontrol secara menyeluruh program PNPM di desa Winumuru. Kita kelompok SPP hanya di suruh setor uang pinjaman setiap bulan setelah itu tidak ada kontrol dan evaluasi dari UPK. Berdasarkan pernyataan ketua kelompok Paluanda Lamahamu di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang monitoring dan evaluasi program PNPM oleh pengurus (FK dan UPK) masih terbatas pada hal umum dan tidak menyentuh akar permasalahan (usaha) yang dihadapi kelompok, khususnya kelompok SPP di Winumuru. Atau dengan kata lain, yang penting setoran atau pengembalian dana dari tiap anggota lancar, sudah cukup bagi FK dan UPK. Soal usaha yang dilakukan, sekalipun macet, tidak ada variasi usaha, dan terkesan tidak berkembang, bukan urusan FK dan UPK Pemetaan Manfaat Program Simpan Pinjam Perempuan PNPM Setiap program pemerintah tentu diharapkan atau bertujuan dapat memberi manfaat sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula program SPP-PNPM yang dicanangkan pemerintah, diharapkan dapat membantu perempuan khususnya perempun dalam kategori rumah tangga miskin untuk ikut serta membantu suami, menunjang ekonomi keluarga. Selain bermanfaat bagi keluarga, harapannya dengan dibentuknya kelompok SPP khususnya di desa Winumuru, maka diharapkan kelompok juga dapat menerima manfaat dari program ini. Hasil wawancara dengan ketua kelompok Tahamemu Hamuduang, ibu Marta Konda Nguna menyangkut manfaat dari SPP bagi kelompok, pada intinya mengatakan bahwa: kegiatan atau program SPP ini sangat bermanfaat bagi kami dan juga kelompok. Dari sisi ekonomi, manfaatnya adalah bisa merubah ekonomi keluarga anggota kelompok lebih baik dan perempuan belajar bisa cari uang bantu suami untuk biayai hidup keluarga; sedangkan manfaat sosialnya

25 adalah perempuan bisa mandiri dan bersosialisasi dengan orang lain lewat bisnis yang dia jalani dan biar suami tidak terlalu anggap remeh karena hanya tau minta uang dan bergantung sama suami; dan manfaat budaya yang bisa kami rasakan adalah bahwa perempuan dalam keluarga maupun dalam masyarakat lebih di hargai karena perempuan tidak hanya tau bergantung sama suami, tapi sudah bisa cari uang sendiri jadi di hargai sama keluarga dan masyarakat. Mengenai manfaat sosial dan budaya yang dikemukakan oleh ketua kelompok di atas, tidak memiliki kesesuaian dengan jawaban-jawaban anggotanya ketika ditanyakan soal topik yang sama. Hampir semua anggota kelompok Tahamemu Hamuduang mengatakan bahwa mereka tidak merasakan manfaat sosial dan budaya dari kegiatan SPP pada aras kelompok. Kedua manfaat (sosial dan budaya) itu hanya dirasakan pada aras keluarga mereka. Di kelompok tidak ada manfaat sosial dan budaya, dengan alasan utama tidak pernah ada rapat atau pertemuan anggota untuk saling bersosialisasi. Untuk lebih jelasnya pernyataan para anggota kelompok dapat diformulasikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 6.4 Manfaat Sosial dan Budaya SPP pada Aras Kelompok Berdasarkan Pernyataan Anggota KelompokTahamemu Hamuduang No Nama Anggota Jawaban Kesimpulan Peneliti 1 Kristiani Tamu Apu Manfaat ekonomi : kalau mau omong manfaat ekonomi buat kelompok mungkin saya boleh Ekonomi : cukup bantu perempuan bilang sudah cukup bantu kami perempuan usaha bantu dalam usaha cari uang bantu suami. suami cari uang. Manfaat sosial : tidak ada manfaat sosial selama ini yang saya dapatkan dari kelompok. Manfaat Budaya : tidak ada manfaat budaya yang saya dapat dari kelompok. Sosial dan budaya : tidaka ada. 2 Erlika Rambu Manfaat ekonomi : dengan adanya dana Ekonomi : Mburu pinjaman simpan pinjam perempuan kami perempuan merasa lebih diperhatikan dan dari perempuan lebih diperhatikan, uang pinjaman ini kami bisa pakai usaha dana pinjaman

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU 7.1.Pendidikan Dan Ketrampilan Keberhasilan usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU 5.1.Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP 6.1 Tingkat Keberhasilam Kegiatan SPP Pada penelitian ini, tingkat keberhasilan Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Desa Limehe Timur Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang proporsi rumah tangga miskinnya

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA

6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA 59 6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA Program PEKKA di Desa Dayah Tanoh dilaksanakan secara partisipatif dengan sasarannya adalah perempuan kepala keluarga. Dalam tesis ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1.Profil Keluarga dampingan Keluarga dampingan merupakan salah satu program yang diusung oleh KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Soto Pak Sipit pertama kali didirikan tahun 2001 oleh Pak Sipit sendiri. Tempat usahanya terletak di jalan Kartini Raya. Hingga saat ini usahanya masih

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Populasi penelitian merupakan seluruh penerima manfaat Program Mandiri Anggur Merah di Desa

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, pendamping, pelatihan, serta peminjaman dana. Program ini juga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, pendamping, pelatihan, serta peminjaman dana. Program ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) merupakan program pemberdayaan masyarakat yang digunakan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambaran Objek Penelitian

PEMBAHASAN. Gambaran Objek Penelitian PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan gambaran umum objek penelitian, analisis, serta bahasan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. Untuk penelitian ini, informan kuncinya adalah

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program Berdasarkan prioritas masalah yang telah ditentukan, maka dilaksanakan beberapa tindakan untuk memberikan solusi atas permasalahan keluarga Bapak Gede Sukra

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA REVOLVING KEGIATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA MISKIN DAN ALIH PROFESI PENAMBANG PASIR KABUPATEN BANTUL TAHUN

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE 77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk memakai beberapa sumber informan sebagai responden sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Tipe kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah tipologi Kajian Deskripsi. Menurut Sitorus dan Agusta (2004) kajian deskripsi merupakan kajian yang mendokumentasikan

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program pengembangan masyarakat perusahaan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), pengkaji nila belum ada program yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BUPATI P URWOREJ O N O M O R : 27 TAHUN 2006 T E N T A N G PADA KOPERASI, USAHA K ECIL DAN MENENGAH KABUPATEN P U R W O R E J O TAHUN ANGGARAN 2006

BUPATI P URWOREJ O N O M O R : 27 TAHUN 2006 T E N T A N G PADA KOPERASI, USAHA K ECIL DAN MENENGAH KABUPATEN P U R W O R E J O TAHUN ANGGARAN 2006 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI P U R W O R E JO N O M O R : 27 TAHUN 2006 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENYERTAAN MOD AL BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA K ECIL DAN MENENGAH KABUPATEN P U R W O R E J

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN A. Diskripsi Wilayah 1. Keadaan Geografis, Demografis dan Susunan Pemerintahan Desa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN

KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN 67 KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN Kepemimpinan Kepemimpinan di dalam kelembagaan musholla yang dimaksud adalah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pengurus Musholla Khoirus Subban. Gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, PNPM Mandiri Pedesaan.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, PNPM Mandiri Pedesaan. 5 Pemberdayaan Masyarakat Miskin Didesa Paya Peulumat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 1 Khausar, M.Si ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah, penulis ingin mengkaji lebih

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, selanjutnya ditindak lanjuti dengan berupaya memberikan solusi atau pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama 54 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pernikahan poligami hanya terbatas empat orang isteri karena telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1. Program Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut di atas, selanjutnya ditindaklanjuti dengan berupaya memberikan solusi atau pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM? Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 8 Juni-17 Juni 2009 Lokasi : Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo A. Ringkasan Hasil Sangat Sementara Kedua kelurahan ini merupakan sasaran dari program P2KP tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG A. Para Pihak Yang Terkait Dengan Penerapan Cukai 1. Pengusaha Industri Tembakau Definisi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH PADA SATUAN PENDIDIKAN YANG BERBENTUK MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN), MADRASAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 DAFTAR PERTANYAAN 1. Sudah berapa lama menikah? 2. Bisa ceritakan kembali bagaimana pertemuan awal bapak/ibu sampai menjalin hubungan? 3. Dalam keluarga bahasa apa yang digunakan sehari-hari? 4. Tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KAWASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPd) adalah mekanisme progam yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Implementasi pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari strategi untuk mencapai cita-cita nasional dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, makmur

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya Ternak Babi di desa Enoneten, Kecamatan Amanuban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam kemiskinan, baik di desa maupun di kota masyarakat sama-sama mengalami hidup dibawah garis kemiskinan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Koperasi Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi Tenggara ) awal mula Bapak Muzain

Lebih terperinci