BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Transkripsi

1 BAB V EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Populasi penelitian merupakan seluruh penerima manfaat Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan. Terdapat sampel penelitian yang merupakan keterwakilan dari populasi tersebut untuk mendukung penelitian ini yaitu dapat dijelaskan bahwa jumlah populasi penerima manfaat di Desa Kiritana terdapat 108 dan diambil sampel sebanyak 50 responden. Sedangakan populasi penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru terdapat 50 dan diambil sampel sebanyak 20 responden. Dari data ini terliahat jelas bahwa pengambilan sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 responden yang berasal dari populasi penerima manfaat di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru, merupakan anggota masyarakat penerima manfaat yang masih aktif dalam Program Mandiri Anggur Merah Efektivitas Pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai temuan lapangan berkaitan dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Anggur Merah yang diambil dari dua lokasi yakni di Kelurahan Kambaniru dan Desa Kiritana, yang keduanya berada di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Terdapat 40 pertanyaan, yang bersifat tertutup (berjumlah 20) dan yang bersifat terbuka (berjumlah 20), yang peneliti gunakan dalam penyusunan angket, untuk memperoleh jawaban dari responden yang adalah para penerima manfaat Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru. 51

2 Pengawasan dan evaluasi Tabel 5.1. Apakah Program Ini Juga Memiliki Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM)? (Pertanyaan No.26) Valid Tidak Ya Berdasarkan Tabel 5.1. terlihat bahwa masyarakat penerima manfaat Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru menyatakan bahwa mereka memiliki pendamping kelompok masyarakat (PKM). Ini terbukti dari 96% masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan 90% masyarakat penerima manfaa di Kelurahan Kambaniru mengatakan bahwa mereka memiliki PKM, 4% anggota masyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 5% anggota masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru mengatakan bahwa program ini tidak memiliki PKM dan 5% anggota masayarakat penerima manfaat program di Kelurahan Kambaniru tidak memberikan komentar. Dari data ini terlihat efektivitas program tersebut telah menyentuh ranah pendampingan masyarakat, dimana di setiap kelompok memiliki PKM atau pendamping program, selama pelaksanaan program. Selain itu, PKM juga telah menjalankan fungsinya, dengan melakukan pendampingan terhadap masyarakat penerima manfaat mulai dari perencanaan usaha yang akan dilakukan oleh kelompok hingga pada pelaksanaan usaha oleh kelompok. Tabel 5.2. Apakah PKM Selalu Mengadakan Pertemuan Kelompok Yang Bertujuan Untuk Membina Kelompok? (Pertanyaan No.27) Valid Tidak Ya

3 Pada Tabel 5.2. di bawah ini menggambarkan bahwa, 52% masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan 70% masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru menyatakan bahwa selalu diadakan pertemuan kelompok yang bertujuan untuk membina masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru. Tabel 5.3. Tanggapan Responden. Pertanyaan : Apakah Anda Berpartisipisi Aktif Dari Perencanaan Hingga Evaluasi Program Ini? (Pertanyaan No. 20) Valid Tidak berpartisipasi Cukup berpartisipasi Berpartisipasi Sangat berpartisipasi Berdasarkan Tabel 5.3. di atas terlihat bahwa 16 % masyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 40% masyarakat penerima manfaat program sangat berpatisipasi mulai dari perencanaan hingga evaluasi program, 48% penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 30% penerima manfaat program di Kelurahan Kambaniru berpartisipasi mulai perencanaan hingga evaluasi program, sedangkan 20% anggota masyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 20% anggota masayarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru cukup berpartisipasi mulai dari perencaan hingga evaluasi program, dan 5% anggota masyarakat penerima manfaat program di Kelurahan Kambaniru tidak berpartisipasi mulai dari perencanaan hingga evaluasi program. Data tersebut menggambarkan bahwa efektivitas Program Mandiri Anggur Merah telah mendorong partisipasi masyarakat penerima manfaat mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Bentuk partisipasi dalam program ini adalah partisipasi pada rapat dan pertemuan Program Mandiri 53

4 Anggur Merah dan kesaling gotong-royongan dalam kelompok (Hasil tanggapan responden dari pertanyaan terbuka) Tabel 5.4. Tanggapan Responden. Pertanyaan : Apakah Selama Ini Ada Pengawasan Secara Kontinuitas? (Pertanyaan No. 24) Valid Jarang Tidak Ya Untuk menunjang efektivitas pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah, fungsi pengawasan menjadi hal yang sangat mendasar. Berdasarkan data pada Tabel 5.4. terlihat fungsi pengawasan telah terlaksana, ini terbukti dari 52% penerima manfaat di Desa Kiritana dan 90% penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru mengatakan bahwa selama ini pengawasan secara kontinuitas terhadap Program Mandiri Anggur Merah di Kelurahan Kambaniru telah terlaksana. Pengawasan ini berupa, pemberian penyuluhan dan bimbingan manajemen terhadap masyarakat penerima manfaat program (Hasil tanggapan responden terhadap pertanyaan terbuka). Data ini menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah telah signifikan dilaksanakan, terbukti dari kontinuitas pengawasan yang dilakukan terhadap penerima manfaat program di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru. Tabel 5.5. Apakah Selama Ini Ada Evaluasi Berkala Dikelompok Masing - Masing? (Pertanyaan No. 30) Valid Tidak Ya Dalam pelaksanaan program, evaluasi terhadap program menjadi yang penting untuk dilaksanakan, terutama dari para penerima manfaat 54

5 program. Pada Tabel 5.5. terlihat bahwa 68% masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dab 55% masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru menyatakan bahwa ada evaluasi berkala yang dilakukan, sedangkan 12% penerima manfaat di Desa Kiritana dan 35% penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru mengatakan bahwa tidak ada evaluasi berkala. Adapun pelaksanaan evaluasi program yang dilakukan, hanya sebatas pengembalian bunga yang dilakukan oleh penerima manfaat (Hasil tanggapan responden terhadap pertanyaan terbuka). Data ini membuktikan bahwa efektivitas pelaksanaan program belum maksimal dilaksanakan di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru ditinjau dari pelaksanaan evaluasi berkala yang dilakukan kelompok yang juga belum dilaksanakan secara maksimal Relasi antara pemerintah (pelaksana program) dengan masyarakat Tabel 5.6. Apakah Program Desa Mandiri Anggur Merah Berprinsip Pemberdayaan Masyarakat? (Pertanyaan No. 22) Valid Tidak Ya Efektivitas pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah adalah pada tujuannya yakni menyetuh ranah pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang ekonomi. Pada Tabel 5.6. tergambarkan bahwa 86% penerima manfaat di Desa Kiritana dan 90% masyarakat penerima manfaat memahami bahwa program ini berprinsip pemberdayaan. 4% anggota masayarakat penerima manfaat di Desa Kiritana memahami bahwa program ini tidak berperinsip pemberdayaan. 10% penerima manfaat di Desa Kiritana dan 10% penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru tidak memberikan komentar tentang prinsip program. Data 55

6 tersebut membuktikan bahwa Program Mandiri Anggur Merah telah menyentuh sikap masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru yang memahami bahwa program tersebut bersifat pemberdayaan. Tabel 5.7. Bagaimana Relasi Anda Dengan PKM? (Pertanyaan No. 29) Valid Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik Pada tabel 5.7. mengatakan bahwa ada relasi yang berkesinambungan dengan pendamping kelompok. Terdapat 32 % penerima manfaat di Desa Kiritana dan 60% penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru mengatakan memiliki relasi yang baik dengan PKM dan bahkan 14 % masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan 40% masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru menyatakan memiliki relasi yang sangat baik dengan PKM. Efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, selain perlu memiliki unsur pengawasan dan evaluasi efektif, relasi dengan pendamping program, dan adanya perubahan kualitas hidup yang disebabkan dari implikasi pelaksanaan program, setiap pelaksanaan program perlu memiliki relasi yang baik dengan pemerintah, terkhusus, di aras yang terkecil, seperti di. Dari data yang diperoleh dari lapangan (Hasil tanggapan responden terhadap pertanyaan terbuka), pemerintah, dalam hal ini Lurah, hanya berperan sebagai penanggungjawab ketika dana bantuan Program Mandiri Anggur Merah itu digulirkan kepada penerima manfaat. Disamping itu, peran penanggungjawab ini hanya agar dana bergulir ini dapat dikembalikan 56

7 oleh masyarakat dan sedikit memberikan pengarahan terhadap masyarakat penerima manfaat. Oleh karena itu dapat disimpulkan, peran pemerintah lokal atau pihak kelurahan, hanya sedikit sekali, padahal Program Mandiri Anggur Merah untuk mengentaskan kemiskinan di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru. Ini juga membuktikan bahwa sinergitas pelaksanaan program antar unsur pemerintahan belum berjalan secara maksimal Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat merupakan hal penting dalam proses penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Pada bagian ini meruapakan gambaran peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat yang merupakan tujuan dari pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat lewat usaha-usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat. Tabel 5.8. Tanggapan Responden. Pertanyaan : Menurut Anda, Apakah Program Desa Anggur Merah Yang Berlangsung Selama Ini Bermanfaat? (Pertanyaan No. 6) Valid Cukup bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat Berdasarkan tanggapan responden pada tabel 5.8. terlihat bahwa Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru memiliki manfaat bagi masyarakat penerima bantuan. Ini terbukti dari 66% responden di Desa kiritana dan 50% responden di Kelurahan Kambaniru yang menyatakan sangat bermanfaat. 20% responden di Desa Kiritana dan 50% responden di Kelurahan Kambaniru menyatakan 57

8 bahwa Program Desa Mandiri Anggur Merah bermanfaat, karena dengan munculnya program ini telah merubah kondisi ekonomi masyarakat yaitu awalnya masyarakat pada umumnya tidak dapat melakukan usaha ekonomi, tetapi dengan munculnya Program Mandiri Anggur Merah tersebut lewat dana bantuan yang diperoleh, masyarakat dapat melakukan usaha ekonomi demi peningkatan kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum dalam hal sandang, pangan, papan dan pelayanan kesehatan mendasar. Sedangankan 14% responden di Desa Kiritana menyatakan cukup bermanfaat karena dengan adanya program ini demi peningkatan kesejahteraan dapat memenuhi kebutuhan sosial psikoligi dalam hal membantu pembiayaan sekolah anak dari rumah tangga miskin. Data ini menunjukkan bahwa Program Anggur Merah yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin sangat dirasakan manfaatnya. Tabel 5.9. Tanggapan Responden. Pertanyaan : Apakah Dana Tersebut Disesuaikan Dengan Usulan Usaha Kelompok? (Pertanyaan No. 12) Valid Tidak Ya Program Mandiri Anggur Merah yang digulirkan melalui dana bergulir kepada masyarakat bertujuan untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian modal usaha dalam rangka perbaikan kesejahteraan. Berdasarkan Tabel 5.9. di atas terlihat bahwa Program Mandiri Anggur Merah telah disesuaikan dengan usaha yang diusulkan oleh kelompok masyarakat penerima manfaa ini terbukti 68% responden di Desa kiritana dan 100% responden di Kelurahan Kambaniru menyatakan bahwa dana disesuaikan dengan usulan usaha kelompok. 58

9 Sedangkan terdapat 32% responden mengatakan bahwa dana tidak disesuaikan dengan usulan usaha kelompok karena pelaksana program (PKM dan keterlibatan aparatur Desa), usulan usaha kelompok disesuaikan dengan potensi Desa. Tabel Tanggapan Responden. Pertanyaan : Secara Prinsip Dana Tersebut Adalah Dana Perguliran Dengan Maksud Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat, Apakah Dana Tersebut Mencukupi Untuk Usaha Anda? (Pertanyaan No. 14) Valid Tidak mencukupi Cukup mencukupi Mencukupi Sangat mencukupi Selanjutnya, pada Tabel tanggapan responden terhadap bantuan dana bergulir yang diberikan, 6% anggota masnyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 5% anggota masyarakat penerima manfaat program di Kelurahan Kambaniru mengatakan bahwa dana yang diperoleh sangat mencukupi untuk melakukan usaha, 56% anggota masyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana mengatakan bahwa dana yang diperoleh mencukupi untuk melakukan usaha, berbeda dengan Kelurahan Kambaniru terdapat 35% anggota penerima manfaat program tersebut mengatakan bahwa dana yang diperoleh mencukupi untuk melakukan usaha. Sedangkan mayoritas 40% anggota masayarakat penerima manfaat program di Kelurahan Kambanru dan 26% anggota masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana mengatakan bahwa dana yang diperoleh cukup mencukupi untuk melakukan usaha. Hanya terdapat 5% anggota masyarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana yang mengatakan bahwa dana tersebut tidak mencukupi untuk melakukan usaha. Lihat tabel bahwa dana telah disesuaikan dengan usulan usaha kelompok. Sehingga perdeaan tanggapan masyarakat penerima manfaat berkaitan dengan kecukupan dana untuk usaha yang dilakukan, itu berdasarkan manajeman dari masing-masing 59

10 penerima manfaat. Data ini menggambarkan bahwa bantuan dana bergulir secara umum telah memenuhi modal usaha masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru karena dari modal tersebut usaha telah berjalan yaitu berdasarkan masing-masing jenis usaha yakni diantaranya yaitu Usaha Ternak Penggemukan Babi Usaha, Penggemukan Sapi, Budidaya Jagung dan Kios Kecil (Hasil tanggapan terhadap pertanyaan terbuka). Tabel Tanggapan Responden. Pertanyaan : Secara Prinsip Program Ini Bermaksud Untuk Mensejahterakan Masyarakat, Apakah Anda Merasa Bahwa Dengan Adanya Program Ini Akan Meningkatkan Kesejahteraan Anda Sendiri? (Pertanyaan No. 16) Valid Tidak Ya Tujuan dari Program Mandiri Anggur adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan harapan adanya perubahan kualitas hidup. Berdasarkan tanggapan respon yang terlihat pada Tabel sebanyak 78% anggota masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan 85% anggota masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru menyatakan bahwa program tersebut telah meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat penerima manfaat program telah merasakan terdapat peningkatan kesejahteraan hidup dalam masyarakat penerima manfaat, Karena terdapat peningkatan penghasilan dari sebelumnya. 20% anggota masayarakat penerima manfaat program di Desa kiritana dan 15% anggota masayarakat penerima manfaat program di Kelurahan Kambaniru tidak merasakan adanya peningkatan hidup, karena dalam melakukan usaha terdapat masingmasing kendala yang terjadi. Dari data ini terlihat bahwa ditingkat pelaksanaan program telah menyentuh kesejahteraan anggota masyarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru. 60

11 Tabel Tanggapan Responden. Pertanyaan : Apakah Selama Berlangsungnya Program Ini Ada Perubahan Kualitas Hidup? (Pertanyaan No. 18) Valid Tidak Ya Adanya perubahan kualitas hidup merupakan sasaran dari Program Mandiri Anggur Merah. Berdasarkan Tabel tanggapan responden menyatakan selama berlangsungnya program tersebut ada perubahan kualitas hidup. Ini terbukti dari 88% anggota masayarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 55% anggota masyarakat penerima manfaat program di Kelurahan kambaniru merasakan perubahan kualitas hidup, 4% anggota masayarakat penerima manfaat program di Desa Kiritana dan 15% anggota masayarakat penerima manfaar di Kelurahan Kambaniru tidak merasakan kalitas hidup dan 8% anggota masayarakat penerima manfaat di Desa Kiritana dan 30% anggota masayarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru tidak memberikan komentar tentang terdapatnya perubahan kualitas hidup. Dari data ini terlihat bahwa program telah menyentuh perubahan kualitas hidup masayarakat, karena sebelumnya masyarakat miskin penerima manfaat belum mampu menjadi sebagai pelaku usaha oleh karena keterbatasan modal. Akan tetapi dengan adanya program Mandiri Anggur Merah masyarakat miskin dapat menjadi sebagai pelaku usaha ekonomi lewat dana bantuan yang diperoleh. Dalam hal ini terjadi peningkatan kualitas hidup. Perubahan kualitas hidup juga dapat tercapai berkat pengembalian bunga yang ringan terhadap bantuan dana bergulir ini. Sehingga usaha yang dilakukan oleh masyarakat dapat terus berjalan. (Hasil tanggapan responden dari pertanyaan terbuka) 61

12 5.2. Refleksi Hasil Penelitian Efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dapat diukur dengan melihat indikator-indikator penting, yakni (1) Adanya pengawasan dan evaluasi terhadap program; (2) Adanya relasi antara pelaksana program dan penerima manfaat program; (3) Adanya perubahan kualitas hidup (kesejahteraan) akibat dari implikasi hasil yang merupakan tujuan dari program. Menilik hasil tabulasi data lapangan, refleksi yang dapat disampaikan adalah: a. Pengawasan secara kontinuitas terhadap penerima manfaat Program Mandiri Anggur Merah di Kelurahan Kambaniru telah terlaksana ini terbukti bahwa pengawasan secara kontinuitas telah dilakukan antara Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) dengan anggota masayarakat penerima manfaat dan juga didukung oleh keterlibatan aparat Kelurahan lewat pertemuan masyarakat Kelurahan yang dilaksanakan di Kantor Kelurahan. Pengawasan ini berupa, pemberian penyuluhan dan bimbingan manajemen terhadap masyarakat penerima manfaat program. Di Desa Kiritana, efektivitas pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah telah intensif dilaksanakan, terbukti dari adanya kontinuitas pengawasan yang dilakukan terhadap penerima manfaat program. b. Di Kelurahan Kambaniru, efektivitas program Anggur Merah telah menyentuh ranah pendampingan masyarakat, dimana seluruh kelompok memiliki PKM atau pendamping program, selama pelaksanaan program. Selain itu, fungsi PKM juga adalah melaksanakan pertemuan kelompok secara rutin. Ditambahkan juga, para penerima manfaat mengatakan bahwa ada relasi yang berkesinambungan dengan pendamping kelompok. Hal ini juga terjadi di Desa Kiritana, masyarakat penerima manfaat memiliki relasi yang cukup baik dengan pendamping kelompok atau PKM. c. Tujuan program Mandiri Anggur Merah telah menyentuh kesejahteraan anggota masyarakat penerima manfaat di Kelurahan Kambaniru. Terbukti dari perubahan kualitas hidup masyarakat penerima manfaat karena terciptanya usaha ekonomi yang sebelumnya belum tercipta. Sehingga dari dana bantuan program tersebut masyarakat dapat menciptakan usaha. Hal ini 62

13 juga sama seperti yang terjadi oleh para penerima manfaat program di Desa Kiritana. d. Efektivitas pelaksanaan program belum maksimal dilaksanakan di Kelurahan Kambaniru ditinjau dari pelaksanaan evaluasi berkala yang dilakukan kelompok yang juga belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Desa Kiritana yang mana para penerima manfaat cukup maksimal melaksanakan evaluasi secara berkala. Akan tetapi, di dua tempat ini secara umum pelaksanaan evaluasi hanya sebatas pengembalian bunga dari dana yang digulirkan kepada penerima manfaat. 63

Nama : Alamat : Pekerjaan : Nama Kelompok : Mohon Diisi Dengan Baik dan Benar. A. Umum

Nama : Alamat : Pekerjaan : Nama Kelompok : Mohon Diisi Dengan Baik dan Benar. A. Umum LAMPIRAN 69 70 Kusioner Penelitian Skripisi Dengan Judul Efektivitas Pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah Di Provinsi NTT Oleh Dickcene Adi Mesa Woleka, Jurusan Sosiologi, Fakulktas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kuantitatif adalah

Lebih terperinci

Oleh DICKCENE ADI MESA WOLEKA SKRIPSI

Oleh DICKCENE ADI MESA WOLEKA SKRIPSI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MANDIRI ANGGUR MERAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah di Desa Kiritana dan Kelurahan Kambaniru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah masalah kompleks yang melanda negeri ini. Persoalan kemiskninan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Upaya penanganan kemiskinan sejak zaman pemerintah Orde Baru sudah dirasakan manfaatnya, terbukti dari jumlah penurunan jumlah penduduk miskin yang terjadi antara tahun 1976

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. Secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan masih

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan secara resmi mulai di implementasikan di tahun 2015. Undang-undang ini menghadirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu dari 11 prioritas pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang sangat mendorong usaha pembangunan adalah memperbaiki kehidupan rakyat tanpa perbedaan, dalam arti meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk mencapai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF FARIS SHAFRULLAH SJAFRI MANGKUPRAWIRA HENDARIN ONO SALEH

RINGKASAN EKSEKUTIF FARIS SHAFRULLAH SJAFRI MANGKUPRAWIRA HENDARIN ONO SALEH RINGKASAN EKSEKUTIF FARIS SHAFRULLAH, (2005). Analisis Hubungan Input, Proses dan Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Propinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan SJAFRI MANGKUPRAWIRA dan HENDARIN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program pengembangan masyarakat perusahaan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), pengkaji nila belum ada program yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bagian kesimpulan pada bab ini akan menguraikan poin-poin penting yang terungkap dalam kompleksitas implementasi PKH tahun 2008 sampai 2014 ini. Poin-poin penting yang diuraikan dalam kesimpulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 GIANYAR 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah Perubahan (Renja P-OPD)

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena

Lebih terperinci

Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat

Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat Vol. 01 No. 01, Juni 013 Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat Purwati Lestarini (0810140) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN BESARAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN GOTONG ROYONG (PDPGR) KARTU BARIRI TANI DAN KARTU BARIRI TERNAK DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan berkaitan erat dengan pengembangan potensi suatu daerah. Sumatera Barat memiliki potensi yang besar untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan cukup sentral dan penting dalam pembentukan struktural sosial kemasyarakatan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian LAMPIRAN 121 122 Lampiran 1. Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian Sumber Informasi Lurah Kenanga Staf kelurahan Masyarakat Penggalian dokumen monogram Kelurahan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015 II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. URUSAN PILIHAN PERTANIAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan pada Urusan Pertanian diarahkan pada terwujudunya pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut;

BAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut; BAB VI PENUTUP Dari hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disusun kesimpulan dari hasil penelitian ini. Adapun kesimpulan dari penelitian meliputi ringkasan temuan, kontribusi

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJM 2015 2019 sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU

KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU Gita Mulyasari Staf Pengajar Universitas Bengkulu email: gita_mulyasari@yahoo.co.id ABSTRACT This

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Rekomendasi

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Rekomendasi BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pendampingan keluarga Bapak I Nyoman Pasti yaitu permasalahan utama yang menjadi perhatian dalam keluarga Bapak I Nyoman Pasti adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan V. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan tentang upaya unit Perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dalam penelitian, berdasar pada pertanyaan penelitian serta pembahasan penelitian. Berikut hasil penelitian yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Menurut Peter Hagul dalam Daud Bahransyah (2011:10) penyebab kemiskinan

PENDAHULUAN. Menurut Peter Hagul dalam Daud Bahransyah (2011:10) penyebab kemiskinan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan di Indonesia yang belum mampu teratasi hingga saat ini. Terbatasnya lapangan pekerjaan dan semakin sempitnya lahan pertanian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. S T R A T E G I Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi juga diberi makna sebagai usaha-usaha untuk

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Selama periode penelitian tahun 2008-2012, ketimpangan/kesenjangan kemiskinan antarkabupaten/kota

Lebih terperinci

SINERGI PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAN DAERAH

SINERGI PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAN DAERAH SINERGI PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAN DAERAH Oleh : KETUA ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA (APPSI) Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH Disampaikan pada Acara MUSRENBANGNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009 tercatat 32,53

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Provinsi Aceh telah mencatat kemajuan yang mengesankan menuju pemulihan

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

RENSTRA KECAMATAN SINDANG Page 58

RENSTRA KECAMATAN SINDANG Page 58 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif yang akan dituangkan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2015).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah 150 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin perdesaan secara mandiri melalui

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL STUDI TENTANG PROGRAM KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA AMBARA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh : HASANA P. ABAS

Lebih terperinci

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut : VII. PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. UPT Pelatihan dan pengembangan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Variabel quality of service berpengaruh secara positif dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci