BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU"

Transkripsi

1 BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU 5.1.Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan. Tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan,

2 maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Untuk mewujudkan Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan maka perlu kiranya untuk diaplikasikan dalam sebuah tindakan konkrit yaitu perwujudan dalam bentuk beberapa macam kegiatan salah satunya adalah kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP). Kegiatan ini merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Ada beberapa tujuan yang mendasar dari kegiatan Simpan Pinjam Khsusus Perempuan yaitu : Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum khususnya kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan. Disamping itu kegiatan ini juga mempunyai tujuan yang lain yaitu mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. Dana Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) berasal dari Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), BLM merupakan dana yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari alokasi BLM. Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan ini mempunyai sasaran yaitu rumah tangga miskin yang produktif yang sangat memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada dimasyarakat.adapun bentuk dari Kegiatan SPP ini adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan dalam Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan ini tetap mengacu kepada alur tahapan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PTO PNPM, 2008) diantaranya sebagai berikut :

3 1. Musyawarah Antar Desa Sosialisasi (MAD Sosialisasi) Dalam Musyawarah ini dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkan. 2. Musyawarah Desa Sosialisasi Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan. 3. Musyawarah Dusun (Musdus) Ada beberapa hal yang harus diperhatkan dalam proses ini yaitu: a. Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut diatas termasuk kondisi anggota. b. Rumah Tangga Miskin (RTM) yang belum menjadi Angota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat. c. Hasil Musyawarah Dusun dituangkan dalam berita acara yang dilampiri: - Daftar kelompok yang diidentifikasi - Kelompok SPP dengan daftar pemnafaat yang diusulkan - Peta sosial dan peta rumah tangga miskin. - Rekap kebutuhan manfaat. 4. Musyawarah Desa dan MKP Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di Tingkat Desa yang memuat tentang : a. Penentuan usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untu kegiatan SPP. b. Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa. c. Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetisikan di Tingkat Kecamatan. 5. Verifikasi

4 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan ini adalah Penetapan Formulir Verifikasi. Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. 6. Proses pelaksanaan verifikasi Verifikasi kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) mencakup beberapa hal sebagai berikut : a). Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam; b). Persyaratan Kelompok; c). Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam; d). Penilaian khusus rencana kegiatan; e). Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai calon pemanfaatf. diverifikasi dengan daftar Rumah Tangga Miskin (RTM); dan f). Penilaian Kategorisasi Kelompok 7. MAD Prioritas Usulan Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model prioritas kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas penilaian ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon pemanfaat kategori rumah tangga miskin. 8. MAD Penetapan Usulan Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup penentuan pendanaan usulan dengan menentukan kelompok-kelompok yang telah memenuhi syarat pemeringkatan dapat didanai dengan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). 9. Penetapan Persyaratan Penentuan persyaratan pinjaman mencakup beberapa hal yaitu : a. Penentuan jasa pinjaman dengan ketetuan besar jasa pinjaman ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga keuangan pada wilayah masing-masing. b. Jangka waktu pinjaman sumber dana BLM maksimal 12 Bulan. c. Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur 3 kali angsuran dalam 12 bulan dengan memperhatikan siklus usaha baik pada tingkat pemanfaat maupun tingkat kelompok. d. Angsuran langsung dari kelompok ke UPK. 10. Pencairan Dana 11. Ketentuan pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pencairan melalui desa sesuai dengan ketentuan program dilampiri SPPB dengan bukti penyaluran KW 2.

5 b. Pencairan dilakukan sekaligus (100%) pada setiap kelompok. c. Dalam saaat yang bersamaan ketua TPK memerikan dana SPP setelah dikurangi Operasional UPK 2% dan Operasional Desa 3% dengan bukti kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok sebagai penerima dan UPK sebagai pengelola kegiatan. d. Kelompok membuat perjanjian pinjaman dengan UPK sebagai lampiran kuitansi penerima dana. e. Kelompok menyerahkan kwitansi / tanda terima uang per manfaat kepada UPK Hambatan Dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) juga terdapat beberapa macam hambatan yaitu : a. Adanya kelompok fiktif sehingga dapat menimbulkan kemacetan dalam pengembalian bungan pinjaman Simpan Pinjam. b. Kurang komunikasi antara ketua dengan anggota dan jarang ada pertemuan kelompok saat ada masalah dalam kelompok tidak pernah kita bicarakan dengan ketua dan bendahara. c. Kurang koordinasi antara pengurus kelompok dengan anggota kelompok. d. Pengurus kelompok banyak yang tidak saling mengenal kenal anggota kelompoknya sendiri. e. Tingkat pendidikan yang rendah sehingga perempuan tidak bisa untuk mengelola uang dengan baik. f. Yang pinjaman yang diterima sangat sedikit sehingga menylitkan anggota dalam usaha dan pengembalian bunga pinjaman setiap bulan. g. Pengurus kelompok tidak memberi setoran bunga pinjaman dari anggota kelompok ke bendahara UPK. h. Usaha yang dijalankan oleh pengurus maupun anggota mengalami masalah. i. Pinjaman yang di dapat sangat sedikit dan untuk usaha tidak cukup sehingga untuk mengembalikan pinjaman tidak lancar.

6 Hasil identifikasi lapangan menunjukan atau mengerucut pada beberapa macam faktor yang dapat mempengaruhi Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah : a. Pendapatan dari beberapa pemanfaat sangat minim, rata-rata pendapatan sehari dari hasil membuka usaha adalah kurang dari seratus ribu rupiah. b. Profesi atau pekerjaan pemanfaat bervariasi dan beraneka macam. c. Kondisi geografis dari masing-masing pemanfaat d. Akses dari dari Desa winumuru ke ibukota kabupaten yang sangat jauh dan biaya transportasi kendaraan umum yang meningkat/mahal. Dalam proses berdialog dengan kepala desa, beliau kemudian mengambil satu dokumen dan setelah membaca sejenak, kepala desa lalu menjelaskan beberapa tahapan yang dilakukan ketika mengajukan program SPP PNPM untuk pertama kalinya di tahun Beberapa tahapan itu, dijelaskan oleh kepala desa, 1 sebagai berikut: 1. Musyawarah Antara Desa (MAD) Dalam musyawah ini dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP di desa winumuru, sehingga pelaku-pelaku memahami adanya kegiatan SPP dan memanfaatkan nya. 2. Musyawarah Desa (Musdes) Dalam musyawah ini dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP di desa winumuru, sehingga pelaku-pelaku memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan. 3. Musyawarah Dusun (Musdus) Dalam musyawarah ini di lakukan identifikasi kelompok, melihat rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok di fasilitasi agar menjadi pemanfaat. 4. Musyawarah Desa dan MKP 1 Menurutnya tahapan ini juga yang dilakukan pada saat pengjuan pertama program PNPM di tahun 2007, yang menghasilkan beberapa program yang sudah di sebutkan di atas.

7 Dalam musyawarah ini dilakukan penentuan usulan desa untuk SPP dan melalui Musyawarah khusus perempuan, dilakukan penulisan usulan kelompok yangmenghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetisikan di kecamatan. 5. Verifikasi Yang di lakukan dalam verifikasi adalah persyaratan kelompok, pengalaman simpan pinjam, jumlah rumah tangga miskin sebagai pemanfaat, penilaian kategorisasi kelompok. 6. MAD prioritas Usulan pada tahap ini merupakan tahapan akhir dengan melihat hasil verifikasi dan prioritas kebutuhan yang merupakan Rumah Tangga Miskin 7. MAD penetapan usulan Pada tahap ini penentuan kelompok yang di danai seseuai dengan dana yang ada dan kelompok tersebut telah memenuhi persyaratan. 8. Penetapan persyaratan Pada Tahap ini yang di perhatikan bahwa jangka waktu pengembalian pinjaman 12 bulan, angsuran langsung dari kelompok ke UPK. 9. Pencairan Dana Pencairan di lakukan sekaligus 100% pada setiap kelompok, kelompok menyerahkan kwitansi per manfaat kepada UPK. a. Program pembangunan badan jalan, Simpan Pinjam Perempuan, b. Pembangunan saluran air bersih (perpipaan), c. Pembangunan sarana pendidikan, d. Pembangunan Polindes, e. Pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah. Tujuan dari masing-masing program PNPM di Desa Winumuru adalah ingin membantu masyarakat yang ekonomi rendah sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera, selain itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di desa winumuru. tujuan khusus dari masing-masing program PNPM di Desa Winumuru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sarana transportasi yang lebih baik, fasilitas kesehatan, sarana air bersih yang memadai. Sasaran dari masing-masing program PNPM di Desa Winumuru adalah masyarakat desa Winumuru sebagai

8 mereka. 2 Dalam perkembangannya, Program SPP PNPM Mandiri Perdesaan di desa Winumuru, pemanfaat pada umumnya dan khususnya masyarakat miskin di desa winumuru yang benarbenar membutuhkan. Sekalipun demikian, masih terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program tersebut. Kendala-kendala tersebut adalah pengelolaan anggaran belum transparan atau terbuka, kesiapan masyarakat untuk setidaknya ikut berswadaya waktu dan tenaga dalam hal pelaksanaan program demi kemaslahatan bersama, dan kesiapan sumberdaya manusia terutama kaum perempuan dalam menjalankan program SPP yang masih sangat kurang, dan perlu terus diberdayakan, didampingi, dan dilatih soal pengembangan usaha menunjukan manfaat yang positif bagi posisi dan peran perempuan dalam ikut menunjang kebutuhan ekonomi keluarga. 3 Dengan demikian, dalam proses pelaksanaan program SPP itu, atas keinginan masyarakat, terutama para ibu (atau isteri) mengajukan lagi pembentukan kelompok SPP di desa Winumuru. Hasilnya adalah terdapat tiga kelompok SPP di desa ini, yakni: kelompok Paluanda Lamahamu, kelompok Tahamemu Hamuduang, dan kelompok Hahanung Pahamu 4. Sasaran utama program PNPM khusunya SPP adalah perempuanperempuan di desa ini yang merupakan kategori rumah tangga miskin dan memprioritaskan kaum perempuan dalam berpartisipasi dalam membangun desanya sendiri. Realitas yang ditemui di lapangan menunjukan hanya terdapat dua kelompok SPP yang beraktifitas, dan dapat diamati. Dengan demikian, di bawah ini hanya akan dijelaskan dua kelompok yang memang ada dan beraktifitas di desa Winumuru. Kedua kelompok SPP di desa ini adalah: Paluanda Lama Hammu, dan kelompok Tahamemu Hammu Duang. Masing-masing beranggotakan 10 orang. Struktur organisasi kelompkan pada umumnya tersiri dari ketua dan anggota, yang masing-masing digambarkan sebagai berikut: Kelompok Paluanda Lama Hammu: 1. Agustina Pekuwali (Ketua Kelompok) 2. Frederika Tamu Ina (Bendahara) 3. Erna Maramba Meha (Anggota) 2 Wawancara dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Winumuru, tanggal 19 dan 20 Oktober Mengenai point (argumentasi ini) akan dijelaskan lebih dalam pada BAB selanjutnya. 4 Khusus untuk kelompok terakhir ini terdapat masalah, yakni sampai dengan penelitian ini berakhir tidak ditemukan aktifitas para anggota mapun pengurusnya.

9 4. Konga Naha (Anggota) 5. Elisabeth Konga Naha(Anggota) 6. Anahamu K. Naha(Anggota) 7. Danga Ata Dewa (Anggota) 8. Mardiana Yaku Nanga (Anggota) 9. Arina Ata Hau (Anggota) 10. Ngaji Kamunggul (Anggota) Kelompok Tahamemu Hammu Duang : 1. Marta Konda Nguna (ketua kelompok) 2. Hada Hudang (Bendahara) 3. Vina Kahi Timba (anggota) 4. Rina Ata Hawu (anggota) 5. Kristiani Tamu Apu (anggota) 6. Ima Hana Yowa(anggota) 7. Sarce Ana Mbabang (anggota) 8. Mina Rambu Tamar (anggota) 9. Erlika Rambu Mburu (aanggota) 10. Kahi Ana Awa (anggota) Struktur kepenguruan dan nama-namanya menurut kelompok Simpan-Pinjam PNPM di desa Winumuru : dalam setiap kelompok ada ketua, bendahara dan anggota, yang menjadi ketua dari kelompok Paluanda Lama Hammu adalah (Agustina pekuwali) dengan bendahara (Frederika Tamu Ina) sedangkan kelompok Tahamemu Hammu Duang dengan ketua (Marta Konda Nguna) dan bendahara (Hada Hudang). Hasil wawancara dengan FK dan UPK, termasuk perangkat desa, menunjukan bahwa besar dana program Simpan-Pinjam PNPM secara umum dan dana per kelompok di desa Winumuru untuk tahun anggaran 2013 adalah 30 juta rupiah dan setiap kelompok mendapatkan pinjaman masing-masing 10 juta rupiah. Kontradiksinya adalah tidak ditemukan adanya aktifitas dari satu kelompok SPP (Hahanung Pahamu) di desa ini, sehingga memunculkan pertanyaan mendasar kemanakan dana Rp. 10 juta itu, jika Rp. 30 juta dialokasikan bagi tiga kelompok? Pertanyaan ini tidak bisa atau belum bisa terjawab sampai dengan penelitian ini berakhir. Alasan tentang hal ini dapat dibaca pada bagian (bab) selanjutnya.

10 Syarat menjadi sasaran program Simpan-Pinjam PNPM di desa Winumuru yaitu harus rumah tangga yang miskin, dan harus perempuan karena simpan pinjam ini di khususkan untuk perempuan.tanggung jawab dan kewajiban anggota program Simpan-Pinjam PNPM di desa Winumuru adalah para anggota SPP harus mengembalikan pinjaman (bunga) setiap 3 (tiga) bulan sekali ke UPK dengan besaran bunga pinjaman adalah 1,2% uang pinjaman harus di gunakan untuk suatu usaha yang dapat cepat menghasilkan uang. Berdasarkan ini, maka secara matematis, setiap anggota akan mengembalikan dana sebesar Rp dalam setiap tiga bulan. Dengan adanya ketetapan 1,2% bunga pinjaman untuk setiap bulannya, maka setiap anggota SPP akan mengembalikan pinjaman (bunga) dalam setiap bulannya adalah sebesar Rp , yang terakumulasi dalam pembayaran atau penyetoran bunga pinjaman per tiga bulan maka setiap anggota akan menyetor dana ke UPK sebesar Rp , per tiga bulan. Apabila bunga pinjaman diakumulasikan dalam 12 bulan untuk lama waktu pengembalian, dalam emapat kali angsuran, maka total bunga yang dibayarkan oleh setiap anggota dengan pinjaman sebesar Rp , adalah sebesar Rp , per tahun. Dengan demikian, jika pengembalian bunga pinjaman lancar, maka dana yang dikembalikan ke UPK untuk 20 orang anggota SPP di desa Winumuru pada angsuran keempat, total anggrannya adalah Rp , Proses penggunaan dana simpan-pinjam menurut kelompok Simpan-Pinjam PNPM di desa Winumuru dalam proses penggunaan uang SPP ada anggota kelompok yang usahanya lancar adapula yang macet, sehingga bagi anggota yang usahanya macet dia tidak bisa kasih kembali uang pinjaman ke UPK. Dana akhir yang dimiliki masing-masing kelompok Simpan- Pinjam PNPM di desa Winumuru sebesar bunga (Tahamemu Hamuduang), bunga (Kelompok Paluanda Lama Hamu), bunga (Hahanung Pahammu). 5 Persoalan dalam mengelola dana simpan-pinjam dalam kelompok di desa Winumuru seperti pengelolaan keuangan yang tidak transparansi, ketua kelompok tidak menyerahkan uang dari anggota kelompok kepada UPK sehingga kelompok tidak mendapatkan pinjaman lagi pada tahap berikutnya. Target dari program PNPM di Desa Winumuru adalah terciptanya suatu masyarakat yang sejahtera dan makmur. Target yang ingin dicapai belum tercapai karena kalau mau dilihat tujuan umum dan target yang ingin di capai dari program PNPM di desa winumuru harusnya lebih 5 Lihat lampiran Laporan Pengembalian Pinjaman SPP Winumuru Per Agustus 2013.

11 mensejahterakan masyarakat desa winumuru sendiri tapi ini justru ada beberapa program seperti program SPP-PNPM didesa winumuru masih banyak kendala yang dihadapi oleh kelompok dalam usaha mereka dan bahkan ada anggota kelompok yang usahanya bangkrut dan ada beberapa program yang banyak merugikan masyarakat seperti pembangunan badan jalan antar dusun yang sudah merusak kebun masyarakat tapi jalan yang sudah di gali tidak di kerjakan lanjut oleh kepala proyek. Program PNPM yang ada di desa winumuru belum semua berhasil karena masih ada program PNPM yang belum berhasil di laksanakan dimana ada beberapa program PNPM banyak merugikan masyarakat seperti pembangunan badan jalan antar dusun yang sudah merusak kebun masyarakat tapi jalan yang sudah di gali tidak di kerjakan lanjut oleh kepala proyek dan program Simpan pinjam dimana dalam program ini banyak anggota kelompok yang usahanya tidak berjalan dengan baik karena jumlah pinjaman yang sangat sedikit dan pengembalian angsuran yang dimana ketua kelompok tidak menyetor ke UPK.

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEREMPUAN DALAM MEMANFAATKAN DANA PINJAMAN PADA PNPM MANDIRI PEDESAAN DI DESA WINUMURU 7.1.Pendidikan Dan Ketrampilan Keberhasilan usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU

BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU BAB VI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA WINUMURU 6.1.Profil Kelompok SPP di Desa Winumuru Jejak Yang Tidak Ditemukan Cuaca mendung mengiringi perjalanan peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN 1 PNPM MANDIRI PERDESAAN (Studi Tentang Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Klambu) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Dua sudut pandang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DAFTAR LARANGAN BAGI

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 1998 oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang fenomenal di Indonesia. Dalam Wikipedia Indonesia, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa I. PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi makro

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pinjaman Bergulir UPK Seiring dengan berkembangnya kegiatan ekonomi, kebutuhan manusia pun semakin berkembang. Begitu pula kebutuhan akan pendanaan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang ditimbulkan demi terciptanya kondisi kemajuan ekonomi dan sosial, Hal ini pun di sadari bangsa indonesia, Dalam GBHN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG KEPUTUSAN NO : 141 / 05 / SK / 2011 PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA MENEMUKAN DAN MEMBIAYAI KEBUTUHAN MASYARAKAT DESA AKAN LISTRIK Pengalaman PNPM Mandiri Perdesaan (Program Pengembangan Kecamatan) Oleh: Prabawa Eka Soesanta DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA A. PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perdesaan adalah program nasional Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Imbas dari keadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 3A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 2008

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPUTUSAN NO. PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN (PNPM-MD) PADA TAHUN 2009 Membaca

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL MENENGAH SERTA WIRAUSAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kecamatan Senduro pada tahun 2014, maka

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat menimbulkan beberapa dampak pada

Lebih terperinci

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 PPK tahun 2007 merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dalam pelaksanaannya, ketentuan dan kebijakan dalam PPK 2007 tidak banyak mengalami

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANF PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN ( P P K ) TIM KOORDINASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN JAKARTA 2005 DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan bagi Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan bagi Peningkatan Perekonomian Masyarakat Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 1 (2) (2013): 112-126 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH MAHDALENA SAMAN NIM. 121 410 017 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI Jln.Plengkung Indah No.159. kode pos (68484) email : kantordesakedungasri@gmail.com website : kedungasri.desa.id SURAT KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA (Studi Tentang Program Pendidikan Non Formal) SKRIPSI Oleh : TIZA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 8 Tahun 2010 Tanggal : 6 Agustus 2010 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM Selama ini pemerintah telah mempergunakan sistem top-down melalui sejumlah kebijakan pembangunan. Dalam perjalanan pembangunan terasa ada banyak

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan DAFTAR SINGKATAN 1. AD : Anggaran Dasar 2. AP : Administrasi Pusat 3. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 5. ADD : Alokasi Dana Desa 6. ART :

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TANGGAL 18 Januari 2011 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 I. PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Dalam

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci