PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA RENCANA STRATEGIS TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA RENCANA STRATEGIS TAHUN"

Transkripsi

1

2

3

4

5 BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA NOMOR : 05/PER/BP-BPWS/IV/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA MADURA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perlu disusun Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura; b. bahwa dalam menjawab tantangan serta perkembangan kebijakan dalam upaya percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, maka diperlukan tujuan, kebijakan, dan strategi dalam Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun ; c. bahwa rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b telah disusun sebagai satu dokumen i

6 perencanaan indikatif yang memuat program-program dalam rangka percepatan pengembangan wilayah Surabaya-Madura; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura tentang Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); ii

7 7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816); 8. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009; 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013; 10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementrian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 11. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 12. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra-KL) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN iii

8 KESATU : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini. KEDUA : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu digunakan acuan bagi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura. KETIGA : Perubahan atas Rencana Strategis ini dimungkinkan dengan memperhatikan perkembangan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan Wilayah SurabayaMadura. KEEMPAT : Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal : Jakarta : 7 April 2015 KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc iv

9 KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BP-BPWS) Tahun sebagai penjabaran pelaksanaan program Nawa Cita Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Renstra BP-BPWS Tahun merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program serta kegiatan untuk mempercepat pembangunan di wilayah Surabaya-Madura sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 23 Tahun Pada periode , tantangan pembangunan di Wilayah Surabaya maupun Madura semakin kompleks dan terkadang tidak terduga. Untuk menyikapi tantangan ini, pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika, kekuatan/potensi serta perubahan lingkungan strategis, dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektor dan peran serta masyarakat. KATA PENGANTAR RENSTRA BP-BPWS v

10 Renstra BP-BPWS Tahun ini akan menjadi acuan dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja BP-BPWS selama lima tahun kedepan. Tentunya dokumen ini tidak dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila tidak dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di lingkungan BP-BPWS maupun stakeholder terkait. Kepada semua pihak terkait diharapkan saling bersinergi dalam merealisasikan upaya percepatan pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan Renstra BP-BPWS Tahun Semoga penyusunan dan implementasi Renstra ini mendapatkan ridha dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jakarta, 7 April 2015 KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc. vi KATA PENGANTAR RENSTRA BP-BPWS

11 KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi viii BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG KONDISI UMUM Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Kondisi Fisik Dasar Kondisi Perekonomian Kondisi Sumber Daya Alam Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Kondisi Infrastruktur Kawasan Potensial Wilayah Suramadu POTENSI DAN PERMASALAHAN Potensi Wilayah Suramadu Permasalahan Yang Dihadapi Isu Strategis dan Tantangan BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS vii

12 2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN dan RPJMN Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Arahan Pembangunan dan PEnataan Ruang Kota Surabaya Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU KERANGKA REGULASI KERANGKA KELEMBAGAAN BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya TARGET KINERJA KERANGKA PENDANAAN viii DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS

13 BAB 5 PENUTUP LAMPIRAN Lampiran I MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS ix

14 Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi) Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional) Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu Tabel 3.3 Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota SurabayaTerhadap Pengembangan Wilayah Suramadu Tabel 3.5 Kebijakan Pembanguanan Kabupaten-Kabupaten di wilayah Madura Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten-Kabupaten di Wilayah Madura Tabel 4.1 Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun Tabel 4.2 Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun x DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS

15 Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya Madura)... 3 Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan tanah Pulau Madura... 5 Gambar 1.3 Tren Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura Terhadap Jawa Timur Tahun Gambar 1.5 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun Gambar 1.6 Produksi Pertanian dan Perkembangan Madura Tahun Gambar 1.7 Produksi Peternakan Madura Tahun Gambar 1.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura Gambar 1.9 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun Gambar 1.10 Trend Angkatan Kerja di Madura Tahun Gambar 1.11 Trend Pengangguran Terbuka di Madura Tahun Gambar 1.12 Peta Jaringan jalan Pulau Madura Gambar 1.13 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah Jawa-Bali Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu Gambar 3.7 Kerangkan Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pembangunan Ekonomi Madura DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS xi

16 Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS Dalam Mendukung Peningkatan Ekonomi di Wilayah Suramadu Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang Melalui Pelabuhan di Wilayah Suramadu.. 91 Gambar 3.11 Sistem Konektivitasi di Dalam Klaster/kawasan Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintah Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Suramadu Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS xii DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS

17

18

19 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

20 BAB PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pulau Madura memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah baik dari sektor pertanian, kelautan perikanan, peternakan, maupun industry kecil menengah. Berdasarkan data yang ada, saat ini produk perikanan Pulau Madura berkontribusi kurang lebih 60% dari produk perikanan di Propinsi Jawa Timur, produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam Nasional (kurang lebih ton per tahun), produk ternak sapi kurang lebih ekor per tahun, produk pertanian jagung kurang lebih ton per tahun dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih ha per tahun. Namun demikian potensi tersebut belum tergarap secara baik dan secara umum perkembangan ekonomi wilayahnya relatif tertinggal dibandingkan dengan wilayah Provinsi Jawa Timur lainnya seperti Surabaya dan sekitarnya. Dilihat dari kondisi perekonomiannya, terjadi ketidakseimbangan antara wilayah di Kota Surabaya dengan Pulau Madura. Berdasarkan data tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura relatif kecil (antara 5,74% - 6,44%) dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa Timur (6,55%) dan Kota Surabaya (7,34%). Indikator indikator disparitas antar daerah masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu. Disparitas tersebut terutama dapat terlihat dari indikator pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita. Demikian juga, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative masih rendah antara 62, dibanding Propinsi Jawa Timur (73,54) dan Kota Surabaya (78,97). 2 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

21 Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu upaya percepatan pembangunan wilayah Suramadu dengan pendekatan regional yang mengedepankan prinsip keseimbangan antar wilayah. Keseimbangan antar wilayah yang dimaksud adalah keseimbangan antar wilayah dalam berbagai sektor kehidupan berbasis pada potensi dan kearifan lokal. Dalam hal ini kawasan - kawasan yang tumbuh pesat terus dipertahankan, sedangkan kawasan kawasan yang relatif kurang berkembang terus didorong perkembangannya. Selain itu, keseimbangan antar wilayah dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pendukung untuk memperkuat interaksi antar kawasan. Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BP-BPWS) sebagaimana amanah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Surabaya - Madura yang terakhir disempurnakan dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009, dibentuk dengan tujuan umum mempercepat pengembangan wilayah Surabaya - Madura menjadi salah satu pusat pengembangan perekonomian Nasional. Sedangkan tujuan khusus pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan ekonomi unggulan Madura melalui pengembangan kawasan. Dengan adanya percepatan pengembangan Wilayah Suramadu diharapkan ketidakseimbangan antara wilayah Surabaya dengan Pulau Madura dapat diatasi dan pengembangan potensi unggulan Madura dapat dikembangkan secara optimal sehingga pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura dapat tumbuh berkembang lebih cepat. Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dapat diwujudkan melalui pengembangan kawasan/klaster yang sudah berkembang maupun prospektif berkembang melalui perkembangan sektor sektor strategis. Perkembangan sektor strategis melalui keterkaitan ke depan dan ke belakang akan dapat mendorong pertumbuhan produksi secara keseluruhan. Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan dengan pusat pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu pintu outlet (lokal dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, telah diidentifikasi ada 22 (dua puluh dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan/klaster diarahkan BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

22 untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor sektor strategis dan komoditas unggulan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian dukungan terhadap sentra-sentra produksi unggulan yang terintegrasi dengan pusat pengolahan, pemasaran dan promosi hasil produksi berbasis ekonomi kreatif baik skala regional maupun nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura yang berkelanjutan. 1.2 KONDISI UMUM Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Wilayah Suramadu terdiri dari Kota Surabaya dan Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Wilayah administrasi Kota Surabaya yang masuk dalam lingkup wilayah Suramadu yaitu pada kawasan disekitar kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya yang merupakan wilayah administrasi Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran dan Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak. Kawasan ini mempunyai luas sebesar 255,81 Ha dan berbatasan langsung dengan Selat Madura. Sementara itu wilayah Pulau Madura terdiri dari pulau utama dan beberapa pulaupulau kecil yang termasuk dalam wilayah 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Wilayah kepulauan di Madura terdiri atas 127 pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang. Dari 127 pulau pulau kecil tersebut, 49 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni. Secara geografis, Pulau Madura terletak antara koordinat Bujur timur Adapun batas-batas administrasi wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa; Sebelah Selatan : Selat Madura; Sebelah Timur : Laut Jawa dan Laut Flores; Sebelah Barat : Selat Madura. 4 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

23 Luas = 1.260,14 km 2 (18 kecamatan) Luas = 1.233,30 km 2 (14 kecamatan) Luas = 729,30 km 2 (13 kecamatan) Luas = 2.093,46 km 2 (27 kecamatan) Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya Madura) Sumber : Diolah dari berbagai sumber Kondisi Fisik Dasar Secara umum, kondisi fisik dasar wilayah Suramadu pada kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 3 6 meter diatas permukaan laut (mdpl), kelerengan tanah didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan antara 0 2% (datar), serta memiliki jenis tanah yang terdiri dari atas tanah aluvial kelabu dan aluvial kelabu tua. Karakteristik fisik dasar Pulau Madura berbeda dengan Kota Surabaya. Kondisi morfologi Pulau Madura terbagi menjadi dua meliputi wilayah dataran rendah dan perbukitan. Wilayah dataran rendah meliputi bagian utara hingga selatan mengelilingi BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

24 wilayah Pulau Madura, terletak pada bagian tepi pulau dan muara sungainya. Pada bagian utara daerah dataran pantai dimulai dari daerah Bangkalan hingga Dungkek, memiliki lebar pantai mencapai lebih dari 1 km, pola aliran dominan adalah sungai dendritik. Memiliki elevasi 0-25 meter dengan lereng landai kurang dari 5%. Perbukitan tersebar memanjang dari barat-timur. Memiliki elevasi lebih dari 25 meter hingga kurang dari 400 meter (dml) dengan kelerengan kurang dar 5-15%, tetapi pada bagian tengah satuan ini selang ketinggian (50-150) meter, seperti melalui wilayah Kecamatan Tambelangan-Kedungdung dan Sampang. Hulu sungai dapat merupakan mata air, dan aliran sungai yang relatif panjang maka aliran air cukup baik. Kondisi topografi pada tiap Kabupaten di Pulau Madura adalah sebagai berikut topografi wilayah Bangkalan didominasi oleh daerah dengan kemiringan 2-15%; Sampang didominasi dengan kemiringan 9-15%; Pamekasan didominasi dengan kemiringan 0-15%; dan Sumenep didominasi dengan kemiringan 0-8%. Kondisi kelerengan Pulau Madura yang cukup beragam akan tetapi masih didominasi dengan daerah landai dengan kemiringan 0-8%. Jenis tanah di Pulau Madura yang dominan adalah mediteran yang meliputi hampir seluruh wilayah Pulau Madura, kemudian gleisol, grumusol serta alluvial. Jenis tanah mediteran yang mencakup keseluruhan Pulau Madura dapat peruntukan Tebu, Padi, dan tanaman buah-buahan. Tanah Gleisol yang meliputi sebagian kecil wilayah Bangkalan, Sampang dan Pamekasan dapat diperuntukkan untuk tanaman kelapa, persawahan, perladangan, palawija. Tanah Grumusol meliputi sebagian kecil wilayah pamekasan dan Sumenep dapat diperuntukkan untuk padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kebun lada, tegalan, kebun karet. Tanah alluvial meliputi sebagaian kecil wilayah Sumenep dapat diperuntukkan persawahan, perladangan, kebun kelapa, palawija, dan untuk daerah perikanan. Jenis batuan yang dominan adalah pliosen fasies sedimen yang meliputi hampir seluruh Pulau Madura, pliosen fasies batu gamping serta aluvium. 6 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

25 Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan Tanah Pulau Madura Sumber : Kajian Pengembangan Pulau Madura, Tahun 2009, Kementerian PU Dilihat dari kondisi penggunaan lahannya, secara umum Kota Surabaya didominasi peruntukkan lahan berupa kawasan permukiman dan peruntukkan tambak pada daerah sekitar pesisir pantai Kota Surabaya pada sisi utara dan sisi timur. Sedangkan pola peruntukan lahan Pulau Madura terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasarkan data tahun 2008, jenis peruntukan lahan yang dominan di wilayah Madura adalah tegal dan kebun yang meliputi lebih dari sebagian (58 %) dari seluruh wilayah Pulau Madura. Dan diantaranya Kabupaten Sumenep memiliki prosentase luasan tegal dan kebun yang paling besar (sekitar 36 % dari total tegal dan kebun di Pulau Madura) Kondisi Perekonomian Dari segi perekonomian, pertumbuhan ekonomi keempat kabupaten di Madura masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jatim. Pertumbuhan ekonomi Madura ini juga relative lebih lambat dibandingkan Kota Surabaya, hal ini terlihat jelas bahwa Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tahun 2010 mencapai 7,09% dan meningkat pada tahun 2013 (7,34%), di BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

26 atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Sementara itu rata-rata pertumbuhan ekonomi di Madura pada tahun 2013 (6,20%) juga relatif meningkat dibandingkan tahun 2010 (5,54%), akan tetapi masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (tahun 2010 sebesar 6,68% dan tahun 2013 sebesar 6,55%). Laju pertumbuhan ekonomi di Madura tahun 2013 tertinggi terdapat pada Kabupaten Sumenep yaitu 6,44% dan terendah terdapat pada Kabupaten Sampang yaitu 5,74%. Nilai Absolut PDRB Kabupaten-Kabupaten se Madura Tahun 2013 mencapai 42,02 Trilyun rupiah dan memberikan kontribusi 3,70 % ke PDRB Jawa Timur tahun 2013 (1.136 Triliyun rupiah). Dimana Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten dengan nilai PDRB tertinggi dibandingkan dengan ketiga kabupaten lain di Madura, yaitu pada tahun 2013 nilai PDRBnya mencapai 16,10 Triliun rupiah. Jika dilihat dari sektor/lapangan usaha yang mendominasi struktur perekonomian empat Kabupaten di Pulau Madura, secara umum sektor kontribusi terbesar penyumbang PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) adalah sektor pertanian (40,32%) dan sektor perdagangan (24,85%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah. 8 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

27 Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun KABUPATEN PERTUMBUHAN EKONOMI (%) TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA MADURA JAWA TIMUR Sumber : BPS Propinsi Jatim, TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA JAWA TIMUR Gambar 1.3 Trend Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

28 Juta Rupiah 1,200,000, ,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,112, ,000, ,806, ,223, ,023, Tahun 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 MADURA JATIM*) Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun Sumber : BPS Propinsi Jatim, **) DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN BANGKALAN **) DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SAMPANG *) *) BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

29 DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN PAMEKASAN DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SUMENEP 2013**) **) *) *) Gambar 1.5 Konstribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun Sumber : BPS Propinsi Jatim, Kondisi Sumber Daya Alam A. Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Potensi pertanian tersebar merata pada empat kabupaten di Madura dengan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan yang berbeda-beda. Untuk pertanian tanaman pangan, komoditas unggulan adalah jagung, padi dan ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Pada tahun 2013, jumlah produksi jagung pada empat kabupaten di Madura mencapai ,9 ton, jumlah produksi padi sawah dan ladang mencapai ton, dan ubi kayu mencapai ,22 ton. BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

30 Sementara itu, sektor perkebunan sebagai sub sektor pertanian juga merupakan sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Komoditas unggulan sektor perkebunan di Madura adalah kelapa, tembakau dan cabe jamu, jambu mete, kopi, kapuk randu dan cengkeh. Pada tahun 2013, jumlah produksi tembakau pada empat kabupaten di Madura mencapai ton, jumlah produksi kelapa mencapai ton, jumlah produksi tebu mencapai ton, dan jumlah produksi jambu mete ton. Untuk komoditas tembakau, kontribusi terbesar dihasilkan dari Kabupaten Pamekasan, sedangkan komoditas kelapa terbesar dipasok dari Kabupaten Sumenep. Dari sub sektor peternakan, komoditas sapi merupakan salah satu komoditas unggulan di Madura. Tahun 2013, produksi sapi Madura mencapai ekor dimana 40% berasal dari Kabupaten Sumenep. Selain sapi, komoditas peternakan yang terbesar adalah ayam buras dengan jumlah produksi tahun 2013 mencapai ekor dan ayam petelur dengan jumlah produksi mencapai ekor. 12 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

31 3, , , , , Produksi tanaman buah-buahan (ton) 2, , , Mangga Pisang Pepaya Jambu Biji Jambu Air Jeruk Rambutan Salak Nangka 87, Produksi peternakan (ton) ,851 7,313 7,277 8,479 53,133 Tembakau Kapuk Randu Jambu Mete Kelapa Kopi Tebu Siwalan Cabe Jamu Pinang Asam Jawa Lada Serat Nanas 2,934 82, , , ,739 6, ,374 Populasi ternak (ekor) 82,329 2,968,694 Ayam Buras Ayam Pedaging*) Ayam Petelur I t i k Entog K u d a Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Itik Manila Gambar 1.6 Produksi Pertanian, Perkebunan, dan Perternakan Madura Tahun 2012 Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 B. Kelautan dan Perikanan Wilayah Madura yang tidak hanya mencakup wilayah daratan melainkan wilayah perairan (kepulauan) juga memiliki potensi sektor perikanan yang cukup besar memberikan kontribusi terhadap sektor perikanan Provinsi Jawa Timur. Sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, dimana sektor perikanan dan kelautan akan menimbulkan multiplier effect terhadap kegiatan lainnya seperti industri, pelabuhan, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana transportasi penunjang kegiatan perikanan. Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penghasil perikanan laut terbesar dibandingkan dengan tiga kabupaten yang lain. Kecamatan penghasil produksi perikanan air BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

32 laut terbesar di Kabupaten Sumenep adalah Kecamatan Masalembu, Arjasa dan Batangbatang. Produksi perikanan yang berkembang di Kabupaten Sampang berupa perikanan laut sebesar 8.075,071 ton. Produksi perikanan di Kabupaten Pamekasan terbanyak berasal dari perairan umum sebesar 50, ton. Produksi perikanan yang berkembang yaitu perikanan laut dengan produksi 46, ton. Jumlah produksi sektor perikanan tangkap dan budidaya Provinsi Jawa Timur mencapai 934,6 ribu ton per tahun dan Pulau Madura mencapai 598,9 ton per tahun. Kontribusi Madura terhadap sektor perikanan Jawa Timur mencapai 64,08%. Air laut di perairan Madura yang mengandung garam berkualitas tinggi merupakan bahan baku yang terbaik di Indonesia untuk industri garam. Potensi produksi garam di Pulau Madura terdapat di wilayah Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan produksi garam mencapai ,86 ton dengan luas lahan mencapai 8, Ha. Produksi garam tersebut memberikan konstribusi terhadap produksi garam Jawa Timur sebesar 81,55% (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, 2011). 14 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

33 Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010 Kabupaten/Kota Produksi Perikanan Tangkap (Ton) Produksi Perikanan Budidaya (Ton) Jumlah (Ton) 1. Bangkalan ,70 129, ,70 2. Sampang ,10 215, ,50 3. Pamekasan ,30 944, ,90 4. Sumenep , , ,90 Total Madura ,00 Total Jatim ,10 C. Pariwisata Sumber: BPS Jawa Timur, Tahun 2011 Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas lahan keseluruhan (Ha) Total Produksi (Ton) 1. Bangkalan , Sampang 4, , Pamekasan 1, , Sumenep 1, , Total Madura 8, , Total Jatim 11, , Madura thd Jatim 71,83 % 81,55 % Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, 2011 Pulau Madura memiliki potensi 32 destinasi wisata yang berdasarkan jenisnyadapat dikelompokkan menjadi wisata budaya, wisata religius, wisata alam dan kesehatan. Pengembangan pariwisata saat ini berpotensi sebagai salah satu pengungkit pertumbuhan ekonomi Madura, karena Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kabupaten Pamekan dan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

34 Beberapa kawasan unggulan pariwisata di Madura antara lain wisata ziarah Syaichona Cholil (Kabupaten Bangkalan), wisata budaya kerapan sapi dan sapi sono (sapi hias) di Kabupaten Pamekasan, serta wisata kesehatan Pulau Gili Iyang (Kabupaten Sumenep). Sebaran Potensi Daya Tarik Wisata Madura Makam Agung Aer Mata Ibu Batik Tj. Bumi Siring Kemuning Hutan kera nepa Air terjun torowan Pantai Slopeng Makam Asta Tinggi Keraton Sumenep Museum Sumenep M. Syaichona Cholil Masjjid Agung Sumenep Kepulauan Kangean P. Lombang Mercusuar Sembilangan Kep. Kangean Pusat jamu Madura Wisata O2 Giliiyang M. Syech Yusuf Pulau Sapudi Makam P. Kadirun Wisata budaya Wisata kerajinan/kriya Wisata alam pantai Wisata alam hutan Wisata alam oksigen Makam Batu Ampar Bukit Geger P. Rongkang M. Ratu Ebu Waduk Klampis Api tak kunjung Grand Final P. Camplong Gua Lebar Batik Proppo 9 padam Karapan Sapi9 Gambar 1.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura D. Pertambangan Potensi kekayaan sumber daya alam Pulau Madura lainnya adalah tambang dengan kandungan gas alam serta minyak bumi. Ladang migas di Madura Barat mencapai 22 juta barel. Fakta menunjukkan bahwa saat ini LNG dari Madura telah memasok 60% kebutuhan 16 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

35 Industri di Jawa Timur, di mana LNG tersebut diambil dari kepulauan Kangean yang disalurkan melalui pipa laut sejauh 450 km ke arah Pulau Jawa. Blok offshore di Laut Jawa terbentang dari Sumatera bagian Tenggara sampai ke daerah dekat Jawa barat. Berbagai blok yang ada di Laut Jawa adalah blok offshore sekitar Pulau Bawean, Gresik, dan pulau-pulau kecil di wilayah Madura dan Blok Sumatera Tenggara, kedua blok ini mampu menghasilkan produksi sebesar barrel per harinya. dengan rincian barrel minyak mentah ditambah barrel kondensat. Perusahaan yang mengoperasikannya adalah British Petroleum, Pertamina, CNOOC S.E.S. HESS, TOTAL, KODECO Energy, ExxonMobil, Lapindo, Kangean Energy, Pertamina, dan Petrochina. Sektor pertambangan di Pulau Madura terdiri dari tambang golongan C dan tambang golongan A dan didominasi oleh bahan galian C. Potensi terbesar untuk pertambangan terdapat pada Kabupaten Pamekasan dengan hasil pasir kuarsa kalsit. Potensi gas bumi terdapat di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Hasil pertambangan yang ada di Kabupaten Sampang terdiri dari batu gamping, batu putih, pasir sungai, pasir laut, sirtu, tanah liat, pasir gunung, dimana produksi pertambangan tertinggi adalah batu gamping sebesar 978 ton. Potensi hasil tambang yang ada di Kabupaten Pamekasan terdiri dari pasir, batu kapur, tanah liat, tanah urug, dan sirtu. Hasil tambang berupa pasir hanya terdapat di Kecamatan Pademawu dan Galis. Hasil tambang berupa batu kapur terdapat di Kecamatan Larangan, Palengaan, Pegantenan, dan Pasean. Hasil tambang tanah liat dapat ditemukan pada Kecamatan Pademawu, Palengaan. Hasil tambang tanah urug dimiliki Kecamatan Larangan, Pamekasan, Palengaan, dan Waru. Hasil tambang berupa sirtu ada di Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, dan Batumarmar. Sementara itu produksi pertambangan di Kabupaten Sumenep antara lain berupa batu gunung, pasir kerikil, dan pasir urug, Produksi tertinggi di sektor ini berupa batu gunung sebesar ,19 ton. BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

36 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 IPM Provinsi Jatim rata-rata 71,62% dan Madura 59,70-65,60%, maka IPM pada tahun 2013 mengalami peningkatan untuk Provinsi Jawa Timur 73,54% dan Madura 62,39 67,17%. Namun kondisi tersebut masih menunjukkan kondisi masyarakat Madura yang masih tertinggal jika dibandingkan kondisi masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Kondisi tersebut juga terlihat dengan melihat jumlah penduduk miskin di Madura terhadap penduduk miskin di Jawa Timur sampai tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Madura memiliki prosentase 17,5% ( orang) terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur ( orang). Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun KABUPATEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%) TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

37 KABUPATEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%) TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 SUMENEP SURABAYA JAWA TIMUR Sumber : BPS Propinsi Jatim, BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 Gambar 1.8 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 Dilihat dari kondisi ketenagakerjaannya, sampai tahun 2013 jumlah angkatan kerja pada 4 kabupaten di Madura mencapai orang, dengan jumlah angkatan kerja terbanyak di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar orang. Sementara tingkat pengangguran terbuka di Pulau Madura sekitar 3,93%, untuk tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada Kabupaten Bangkalan yaitu 6,78%. Untuk lebih jelas mengenai data angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Madura tahun dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah. BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

38 500, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,569 KABUPATEN Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG) *) BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP TOTAL Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG) MADURA TAHUN BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP *) Gambar 1.9 Trend Angkatan Kerja di Madura Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun KABUPATEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%) *) BANGKALAN 5,14 6,05 6,37 5,13 6,78 SAMPANG 1,70 1,79 2,13 1,71 4,68 PAMEKASAN 2,17 3,53 2,61 2,29 2,17 SUMENEP 2,27 2,06 1,99 1,14 2,56 TOTAL 3,57 3,23 3,13 2,44 3,93 Sumber : BPS Propinsi Jatim, BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

39 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%) MADURA TAHUN *) BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP Gambar 1.10 Trend Pengangguran Terbuka di Madura Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014 Dilihat dari sosial budayanya, mayoritas penduduk di Pulau Madura beragama Islam dan sampai saat ini masih sangat mewarnai corak kehidupan masyarakatnya. Peran ulama/kyai menjadi menonjol dan merupakan figur sentral yang dihormati dan ditaati. Dalam adat istiadatnya, masyarakat Madura masih kental dengan kearifan local peran 4 (empat) elemen, yaitu Bapa, Ebuh, Guru dan Rato Kondisi Infrastruktur Kondisi infrastruktur di wilayah Kota Surabaya secara umum cukup memadai bila dibandingkan dengan kondisi infrastruktur di wilayah Pulau Madura yang relatif lebih minim. Kondisi infrastruktur wilayah Surabaya-Madura diuraikan sebagai berikut: 1. Jaringan Jalan Jaringan jalan di Pulau Madura dihubungkan dengan ruas jalan utama yang melintas pada pesisir utara (lintas utara), pesisir selatan (lintas selatan), dan jalan lintas tengah yang menghubungkan keduanya; dimana ketiga jaringan jalan utama tersebut berfungsi sebagai jalan penghubung regional kewilayahan antar kabupaten di Pulau Madura dan juga sebagai BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

40 jalur utama penghubung dengan akses Suramadu sehingga dapat terlihat keterjalinan infrastruktur transportasi dengan Jembatan Suramadu serta Kota Surabaya sebagai pusat ekonomi di sekitar Pulau Madura. Sesuai dengan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun (Perda Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012), maka jaringan jalan lintas Pulau Madura meliputi jalan yang memiliki status eksisting : Jalan Lintas Utara sebagai jalan provinsi sepanjang 178 km; Jalan Lintas Tengah Selatan sebagai jalan nasional sepanjang 193 km; Jalan Lintas Selatan (Kamal Sampang) sebagai jalan provinsi sepanjang 84,3 km; Jalan Penghubung Lintas Utara Selatan sebagai jalan provinsi dan kabupaten sepanjang 180 km; dan Jalan di dalam kawasan (jalan lingkar dalam kota) sebagai jalan desa dan jalan kabupaten sepanjang 28 km. Berdasarkan kondisi eksisting tahun 2013, kondisi jalan di Madura didominasi dengan kondisi yang relatif baik. Kondisi jaringan jalan lintas Pulau Madura tersebut pada umumnya memiliki lebar jalan ± 4 6 meter dengan panjang total 663,3 km. Untuk lebih jelas, kondisi jaringan jalan di setiap kabupaten di Madura dapat terlihat sebagai berikut: Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013 KONDISI PANJANG (KM) BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP BAIK 484,90 745,56 441,72 538,88 SEDANG 109,92 98,14 121,28 RUSAK RINGAN 74,63 294,80 30,67 497,49 RUSAK BERAT 51,92 81,06 14,49 520,73 tidak ada Keterangan 30,60 168,91 TOTAL 721, ,42 615, ,27 22 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

41 Gambar 1.11 Peta Jaringan Jalan Pulau Madura Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi) NO NAMA RUAS LOKASI PANJANG (km) LEBAR (m) Baik (km) KONDISI 2013 Sedang (km) Rusak (km) Bangkalan - Batas Kab. Sampang Bangkalan Batas Kab. Bangkalan - Ketapang Sampang Ketapang - Batas Kab. Pamekasan Sampang Batas Kab. Sampang - Sotobar Pamekasan Sotobar - Batas Kab. Sumenep Pamekasan Batas Kab. Pamekasan - Sumenep Sumenep Batas Kota Sumenep - Pantai Lombeng Sumenep TOTAL BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

42 Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional) NO NAMA RUAS PANJANG (km) LEBAR (m) KONDISI Bts. Kota Sampang-Bts. Kab Pamekasan Baik 2 Bts. Kota Pamekasan-Bts. Kab.Sumenep Baik 3 Bts. Kab. Pamekasan-Bts. Kota Sumenep Baik 4 Bts. Kota Sumenep - Kalianget Baik TOTAL Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) NO NAMA RUAS PANJANG (km) LEBAR (m) 1 Pembangunan Jembatan Sreseh- Pangarengan, Cs Pembangunan Jalan Modung-Sreseh Pembangunan Jalan Lingkar Sampang Pembangunan Jalan Kamal-Modung 30 4 TOTAL Keterangan 2. Prasarana Perhubungan Pulau Madura sebagai bagian dari kepulauan yang ada di Propinsi Jawa Timur memiliki transportasi penghubung pula yang berfungsi menghubungkan wilayah di Pulau Madura sebagai pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura, dengan memanfaatkan jalur penyeberangan laut dan bandara udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun , pada saat ini terdapat beberapa pelabuhan yang sudah dikembangkan di Pulau Madura meliputi : Pelabuhan nasional di Sapudi, Sapeken dan Kangean di Kabupaten Sumenep. Pelabuhan regional di Branta (Kabupaten Pamekasan), Telaga Biru (Kabupaten Bangkalan), dan kalianget di Kabupaten Sumenep. Pelabuhan lokal di Masalembu, Gayam dan Raas(Kabupaten Sumenep), Taddan (Kabupaten Sampang), serta Sepulu di Kabupaten Bangkalan. 24 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

43 Transportasi penyeberangan laut di Pulau Madura juga didukung dengan pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Tanjung Perak Kamal (Bangkalan), Jangkar (Situbondo) Wilayah Sumenep, Kalianget Ketapang, dan masih terdapat pelabuhan lainnya yang digunakan sebagai transportasi penyeberangan. Pengembangan pelabuhan penyeberangan kedepan diarahkan pada wilayah kepulauan dengan meningkatkan jalur pelayaran untuk memberikan akses pada pulau-pulau khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep, dengan memanfaatkan prasarana pelabuhan penyeberangan Kalianget. Sistem transportasi antar pulau di wilayah Madura sangat penting karena jumlah pulau kecil sangat banyak di wilayah Madura yaitu sebanyak 126 pulau dan yang berpenghuni 48 pulau. Diantara 48 pulau yang berpenghuni tersebut, prasarana perhubungan antar pulau belum memadai dan untuk itu dibutuhkan peningkatan prasarana perhubungan dan pendukungnya. Pulau - pulau kecil yang merupakan simpul simpul utama perhubungan laut antar pulau, yaitu : Pulau Mandangin, Pulau Gili Raja, Poteran, Pulau Sapudi, Pulau Ra as, Pulau Sapekan, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Kangean, Pulau Keramaian dan Pulau Masalembu. Untuk transportasi udara, Pulau Madura memiliki bandara udara Trunojoyo yang terletak di Kabupaten Sumenep. Pengembangan perhubungan udara di Wilayah Suramadu direncanakan melalui peningkatan Kapasitas Bandar Udara Trunojoyo yang terletak di BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

44 Kabupaten Sumenep sebagai pintu gerbang kedua Pulau Madura selain Jembatan Suramadu. Pengembangan bandara ini strategis untuk mobilitas angkutan transportasi wilayah Timur Pulau Madura dengan kota kota di Pulau lain. 3. Air Baku Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia di Pulau Madura sebesar liter/detik saat ini belum dapat memenuhi perkiraan perkembangan dimasa yang akan datang. Sedangkan potensi sumberdaya air yang tersedia mencapai liter/detik. Beberapa potensi sumber air baku di Pulau Madura antara lain: Waduk/Embung Beberapa potensi waduk yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Wilayah Suramadu adalah Waduk Blega (Kabupaten Bangkalan), Waduk Klampis dan Waduk Nipah (Kabupaten Sampang) dan Tambak Agung (Kabupaten Sumenep). Mata Air Terdapat beberapa titik mata air Kabupaten Bangkalan di wilayah bagian Utara (Kec.Sepulu, Tanjung Bumi dan Klampis), di wilayah bagian Selatan (Kec.Modung, 26 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

45 Tragah dan Kwanyar), sedangkan wilayah bagian Tengah (Kec.Konang, Geger, Tanah Merah dan Burneh), terdapat mata air atau sumber berkapasitas kecil yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari hari.sedangkan, potensi mata air lainnya yang tersebar di keempat kabupaten merupakan sumber mata air yang belum dimanfaatkan secara maksimal baik untuk penyediaan air minum maupun air bersih. Air Tanah Beberapa sumber air tanah terdapat di Kabupaten Bangkalan bagian barat, selatan dan sedikit di bagian utara yang digunakan untuk irigasi pertanian, air perkotaan dan industri karena ditunjang dengan kondisi geologi dan dipengaruhi geohidrologi, topografi dan morfologi. Cakupan sumber air tanah tersebut menyebar di berbagai kecamatan lintas kabupaten yaitu di Kabupaten Sampang bagian utara (yang berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan) dan Sampang bagian Selatan, Kabupaten Pamekasan bagian Tengah dan Selatan, serta Kabupaten Sumenep bagian tengah dan sedikit ke barat 4. Energi Listrik Distribusi listrik Madura berasal dari Jaringan Listrik Jawa- Madura-Bali (Jamali) yang dipasok Perusahaan Listrik Negara (PLN). Wilayah Madura masih mengalami deficit listrik karena kebutuhan listrik hingga tahun 2010 adalah sebesar 120 MW (media online, 14 januari 2010), namun baru dipasok 110 MW. Jaringan Sistem Interkoneksi JAMALI Pasokan listrik Jamali dialirkan melalui kabel bawah laut dari Gresik sebesar 80 MW dan sisanya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berlokasi di Gili Timur, BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

46 Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan sebesar 30 MW. Untuk sumber listrik di pulau pulau kecil Madura, umumnya masih menggunakan tenaga diesel dan pembangkit listrik tenaga surya yang skala pelayanannya terbatas.hal ini selain jarak antar pulau-pulau kecil dengan pulau utama relatif jauh, pulau-pulau kecil tersebut sulit mendapatkan pasokan solar pada kondisi iklim yang ekstrim terisolir.hal ini mengakibatkan penyediaan tenaga listrik sangat terbatas dan menjadi kendala utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat yang umumnya bekerja sebagai nelayan Kawasan Potensial Wilayah Suramadu Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan dengan pusat pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu pintu outlet (lokal dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, diidentifikasi 22 (dua puluh dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan klaster/kawasan diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor sektor strategis secara berkelanjutan. Sektor strategis dapat diartikan sebagai sektor sektor yang mempunyai multiplier effect (backward forward linkages) yang besar yang mempunyai kemampuan secara berkelanjutan dapat dikembangkan melalui investasi infrastruktur yang efisien. Pengembangan sektor strategis Madura difokuskan pada sektor pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata dan industri perdagangan jasa. 28 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

47 Gambar 1.12 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu 1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN Potensi Wilayah Suramadu Wilayah Suramadu terdiri dari sebagian wilayah Kota Surabaya dan seluruh Wilayah Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Karakteristik perekonomian kedua wilayah tersebut sangat berbeda, dimana Kota Surabaya didominasi dengan kegiatan perdagangan dan jasa, sementara itu di Wilayah Pulau Madura dengan didominasi kegiatan berbasis sumber daya alam. BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

48 Pulau Madura memiliki potensi yang sangat besar terutama di sector pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan industri kecil menengah. Potensi Wilayah Madura akan lebih ekonomis dimanfaatkan secara terpadu dengan potensi kawasan Surabaya dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan wilayah Suramadu sebagai suatu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Adapun potensi wilayah Suramadu antara lain: Kawasan Suramadu merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Gerbangkertasusila yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) pertumbuhan ekonomi. Pulau Madura memiliki potensi pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan darat dan perikanan laut serta pertambangan, yaitu: - Produk perikanan Pulau Madura pada saat ini berkontribusi kurang lebih 60% dari produk perikanan di Propinsi Jawa Timur - Produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam Nasional (kurang lebih ton per tahun) - Produk ternak sapi kurang lebih ekor per tahun, dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih ha per tahun. Pengembangan industri lokal, seperti garam, kerajinan dan batik Madura, serta potensi pengembangan industri berbasis pada pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan; Potensi wisata budaya, religi dan alam yang didasarkan pada budaya lokal tersebar lebih dari 30 destinasi wisata di Pulau Madura. 30 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

49 Permasalahan yang Dihadapi Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan di Wilayah Suramadu, yaitu : 1) Kesenjangan perkembangan antara Wilayah Madura dengan wilayahwilayah lain di Propinsi Jawa Timur Kegiatan ekonomi di Wilayah Madura didominasi oleh kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat sehingga migrasi penduduk dari Pulau Madura ke pusat kota-kota lain khususnya Surabaya (termasuk didalamnya brain drain). Ketimpangan pembangunan akan semakin tinggi dan menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. 2) Ketersediaan infrastruktur yang terbatas, seperti jalan, listrik dan air baku menyebabkan sulitnya perkembangan sektor-sektor penggerak pertumbuhan ekonomi seperti industry dan perdagangan Keterbatasan infrastruktur di wilayah Suramadu menjadi permasalahan penting, yang seharusnya segera ditanggulangi untuk mempercepat pengembangan wilayah Suramadu. BP-BPWS memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di wilayah Suramadu. Masih tingginya ketimpangan antar kawasan di wilayah Suramadu antara keempat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan Kota Surabaya maupun rata-rata wilayah di Provinsi Jawa Timur, sebagai akibat masih rendahnya konektivitas antarwilayah di Pulau Madura dan belum meratanya ketersediaan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah aksesibilitas pusat-pusat pertumbuhan kawasan. Pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis kawasan semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

50 isolasi wilayah. Sementara itu, ketersediaan infrastruktur pengairan merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya. 3) Belum memperoleh opini WTP dan dukungan manajemen yang optimal Penyelenggaran catatan atas laporan keuangan di lingkungan BP-BPWS sudah cukup baik, meskipun belum mendapatkan opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Selain itu, penataan kelembagaan BPWS, pengaturan ketentuan ketentuan organisasi dan pelaksanaan tugas, rekrutmen personel profesional sangat dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu organisasi BPWS yang dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif. Selain itu dukungan sarana dan prasarana perkantoran yang memadai juga akan mengoptimalkan pelaksanaan tugas. Untuk mendukung kecepatan ketersediaan informasi, diperlukan inventarisasi, pencatatan, pelaporan BMN yang akurat serta pengamanannya dan pengelolaannnya secara tertib, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar Deputi, Sekretariat dan Divisi yang lebih baik. 4) Perlu ditingkatkan sinergitas koordinasi antar unsur pemerintah pusat, daerah, swasta dan masyarakat Sebagaimana instansi pemerintah lainnya, BPWS dalam mengembangkan kawasan Suramadu memiliki keterbatasan anggaran. Oleh karena itu pelaksanaan pengusahaan dan investasi perlu melibatkan pelaku usaha lokal terutama untuk dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan. 5) Kesenjangan ekonomi di wilayah Suramadu dan perlu penyamaan persepsi dalam hal otonomi daerah Tingkat perkembangan ekonomi Wilayah Madura yang relatif rendah dibanding dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini dapat dilihat dari masih relatif lambat dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Di sisi lain, 32 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

51 Pulau Madura memiliki potensi alam yang melimpah meliputi potensi sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, maupun pariwisata. Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten di Wilayah Madura dan atau pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat Isu Strategis dan Tantangan Isu strategis yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu, yaitu: a. Aspek Pengembangan Wilayah dan Ekonomi Ketimpangan di antara Wilayah Suramadu merupakan salah satu isu strategis yang meliputi lemahnya keterkaitan hubungan antara desa-kota, perbedaan nilai tambah dari berbagai sektor pertanian, kurang berkembangnya kegiatan perindustrian lokal, belum optimalnya pengembangan kegiatan ekonomi pertanian, perikanan dan pariwisata Pulau Madura serta belum memadainya kapasitas dan kualitas infrastruktur dan SDM. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan kawasan-kawasan strategis di tingkat lokal yang berupa klaster-klaster potensi unggulan dan sentrasentra produksi, pengolahan dan pemasaran unggulan yang diharapkan dapat menciptakan trickle down effect untuk pertumbuhan ekonomi Madura, yang terintegrasi dengan kawasan strategis di tingkat propinsi (KSP) dan nasional (KSN). BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

52 b. Aspek Pengembangan SDM Dilihat dari aspek kondisi sosial budaya masyarakat Madura saat ini, apabila dikaitkan dengan pengembangan industrialisasi di Madura, maka beberapa isu strategis pengembangan SDM di Madura adalah: Pengembangan kawasan-kawasan strategis yang berupa pusat pusat produksi perlu mempertimbangkan prioritas pengembangan SDM dengan memperhatikan kearifan lokal. Tingkat pendidikan dan ketrampilan belum memenuhi kebutuhan industrialisasi Pelaku ekonomi lokal sulit masuk dalam sektor modern baik karena kemampuan investasi, kemampuan produksi dan lain sebagainya. c. Aspek Pengusahaan dan Investasi Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di wilayah Suramadu menjadi sangat penting bagi perekonomian wilayah Suramadu karena dapat memberikan efek ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian yang cukup besar. Oleh karena itu perubahan pola pikir (mindset) dalam pemahaman bahwa pembangunan ekonomi wilayah membutuhkan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat (melalui BPWS dan sektor) dan Daerah, dunia usaha (BUMN, BUMD dan swasta) dalam semangat Suramadu Incorporated. Pengusahaan dan investasi kawasan Suramadu diharapkan dapat memberikan ruang kepada pelaku usaha lokal terutama untuk dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan. d. Aspek Dukungan Sektor Infrastruktur transportasi darat, laut dan udara menjadi sangat penting untuk disediakan mengingat kondisi geografis Madura berupa kepulauan dengan disparitas ekonomi antar kawasan yang sangat beragam. Tersedianya infrastruktur transportasi akan memperlancar arus barang, manusia dan jasa, serta dapat menjadi 34 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

53 penghubung yang efisien antara sumber bahan baku (resource), pusat produksi dan pasar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai akan menciptakan konektivitas antar daerah bahkan antar pulau, termasuk daerah terpencil dengan daerah terdekat bahkan dengan pusat pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya tersedianya infrastruktur akan banyak membawa dampak posistif bagi produktivitas industri, kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing. Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu bersifat multisektor dan multi dimensi, sehingga perlu dukungan dan keterlibatan serta komitmen sektor terkait secara optimal. Tantangan yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu, yaitu: a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Pulau Madura Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk mendukung penelitian dan pengembangan maupun kegiatan produksi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, industri dan jasa. b. Perlu ditingkatkan sinergitas kooodinasi antar unsur pemerintah pusat, daerah, swasta dan masyarakat Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu merupakan lingkup penugasan yang bersifat lintas sektor dan sinergi pusat dan daerah. Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat, propinsi, dan daerah (baik kebijakan sektoral maupun tata ruang) yang sinergis sangat diperlukan untuk memperkuat pelaksanaan program/kegiatan percepatan pengembangan Wilayah Suramadu. c. Koordinasi, sinkronisasi program dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pembangunan dan pemeliharaan/pengelolaan infrastruktur Program percepatan pengembangan Wilayah Suramadu perlu diintegrasikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

54 Jangka Menengah Daerah (baik propinsi maupun kabupaten/kota) serta dikoordinasikan dengan sektor-sektor lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, PLN dan sektor lain yang terkait. d. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi. Peningkatan iklim yang kondusif untuk pengembangan investasi dan usaha sangat penting untuk mendorong investasi masuk (baik investasi domestik maupun investasi asing) dan mendorong berkembangnya usaha di wilayah Suramadu. Meningkatnya investasi dan berkembangnya usaha sangat penting untuk mendorong aktivitas perekonomian, karena dapat menggerakkan usaha lain yang terkait dan dapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 36 BAB 1 PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS

55

56

57 BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS

58 BAB VISI, MISI, DAN TUJUAN 2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Visi dapat diartikan sebagai keadaan dari sesuatu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dalam konteks pengembangan wilayah Suramadu, visi dapat diartikan sebagai keadaan wilayah Suramadu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dengan memperhatikan arah kebijakan, strategi pembangunan dan penataan ruang Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Wilayah Suramadu, kondisi geografis, potensi strategis Pulau Madura dan sosial budaya masyarakat, percepatan pengembangan wilayah Suramadu, maka disusun visi jangka panjang percepatan pengembangan Wilayah Suramadu sebagai berikut: Mendukung Percepatan Pembangunan Wilayah Suramadu Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Berdasarkan visi pengembangan Wilayah Suramadu di atas, Badan Pelaksana BPWS sesuai peran dan fungsinya mempunyai visi untuk mendukung percepatan pengembangan Kawasan Suramadu khususnya untuk periode tahun sebagai berikut: Terwujudnya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu melalui Pembangunan Kawasan, Dukungan Sektor dan Kerjasama Dengan Badan Usaha 38 BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS

59 2.2 MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Untuk mewujudkan visi dan tugas dan fungsi BPWS seperti yang telah ditetapkan, maka misi dari Badan Pelaksana BPWS tahun adalah: 1. Menyelenggarakan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor dan lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang optimal dan terpadu; 2. Menyelenggarakan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan kawasan guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat kawasan; 3. Menyelenggarakan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM guna mendukung percepatan pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan; 4. Menyelenggarakan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. 2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pengembangan wilayah Suramadu, tujuan yang ingin dicapai BP-BPWS dalam kurun waktu adalah: 1. Meningkatkan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor dan lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang optimal dan terpadu; 2. Meningkatkan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan kawasan guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat kawasan; 3. Meningkatkan dukungan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM guna mendukung percepatan pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan; BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS

60 4. Meningkatkan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance; 2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Mengacu pada kondisi wilayah Suramadu, hasil pelaksanaan tahun dan isu strategis maupun permasalahan yang dihadapi, maka sasaran strategis BPWS diarahkan kepada upaya percepatan pengembangan Wilayah Suramadu yang efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam kaitan tersebut, sasaran strategis dari BP- BPWS adalah sebagai berikut: 1. TUJUAN I, II, dan III didukung dengan sasaran strategis: Meningkatnya pembangunan kawasan yang berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana yang terpadu, pengembangan SDM lokal yang berkualitas, serta akses kawasan, dengan outcome: Meningkatnya dukungan stimulan infrastruktur akses kawasan dan pengembangan SDM lokal. Adapun indikator sasaran startegis (ISS) kedua, antara lain : - Jumlah pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana mendukung kawasan (unit); - Luas lahan yang dibebaskan (hektar); - Persentase jumlah tenaga terampil bersertifikat yang terserap dalam pasar kerja (%); - Jumlah bidang pengusahaan (bidang). 2. TUJUAN IV didukung dengan sasaran strategis: Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM internal untuk meningkatkan kinerja BPWS, 40 BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS

61 dengan outcome: Meningkatnya kualitas dukungan manajemen serta sarana dan prasarana. Adapun indikator sasaran strategis (ISS) pertama, antara lain : - Opini laporan keuangan (nilai); - Nilai akuntabilitas kinerja (nilai); BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS

62

63 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

64 BAB ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN dan RPJMN Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan nasional Indonesia dijabarkan dalam perencanaan jangka panjang (20 tahun) dan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan pembangunan dalam tahapan-tahapan jangka menengah (5 tahun). Pembangunan nasional jangka panjang dijabarkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode jangka menengah atau disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program selama lima tahun kedepan. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. 42 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

65 RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Tahun merupakan tahapan pembangunan nasional ketiga yang ditetapkan melalui Presiden Republik Indonesia nomor 2 tahun Visi pembangunan nasional tahun sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 3. Mewujudkan masyarakat demokratis yang berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu; 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 8. Mewujudkan Indonesia yang berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Visi misi pembangunan nasional tersebut bertujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran sasaran pokok. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

66 Dalam keterkaitan dengan pengembangan wilayah, arah pembangunan nasional adalah mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah wilayah strategis dan cepat tumbuh khususnya pada wilayah wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah. Percepatan pengembangan wilayah ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antarsektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah. Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN Sumber: UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Dalam pembangunan jangka menengah ketiga (tahun ), prioritas utama dan strategi pembangunan nasional ditujukan untuk lebih memantapkan memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan 44 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

67 kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK. Sementara itu, visi yang ingin dicapai pada tahun adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong-royong. Untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 7 (tujuh) misi sebagai berikut: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritime, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan Negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional; 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam pembangunan jangka menengah ketiga tersebut, pembangunan Indonesia pada tahan ke-iii tahun dijabarkan melalui visi, misi, agenda strategis dan agenda prioritas pembangunan. Sesuai dengan agenda pembangunan nasional tersebut, tugas dan fungsi BPWS dalam mempercepat pengembangan wilayah Suramadu, maka fokus kebijakan dan strategi BPWS diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran 3 (tiga) agenda prioritas, antara lain agenda ke-3, ke-6 dan ke-7. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

68 AGENDA 3 : Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah Dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan a) Pengembangan daerah tertinggal, difokuskan pada : 1. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak; 2. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik; 3. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. b) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan, difokuskan pada pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi : 1. Mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata; 2. Meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal/wilayah; 3. Mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-swasta termasuk kerjasama pengelolaan BUMDesa; 4. Membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan; 5. Mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani untuk berinteraksi dengan pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain. c) Pengembangan kawasan strategis, melalui percepatan pengembangan pusat - pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata. 46 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

69 1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah dengan mengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja serta melalui percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir. 2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, kereta api, bandara, jalan, informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland); (c) menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan. 3. Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK, melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masingmasing pusat-pusat pertumbuhan di daerah. 4. Peningkatan keterkaitan kota-desa bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi sebagai berikut: Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasiyang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

70 Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kotadesa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c) mengembangkan kerjasama antardaerah khususnya di luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta; (d) mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; (e) mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas local. 5. Penanggulangan kemiskinan dengan strategi menguatkan konektivitas lokasi pedesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di pedesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat ekonomi terdekat. AGENDA 6 : Meningkatkan Produktivitas Rakyat Dan Daya Saing Di Pasar Internasional a) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan 1. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung sistem logistik nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka pendukung kerjasama regional dan global melalui pengembangan pelabuhan-pelabuhan berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/coastal shipping pada jalur logistic nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya. 2. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan provinsi, kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasan-kawasan 48 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

71 strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas keselamatan dan keamanan transportasi, serta sarana transportasi yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. 3. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi melalui pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan industri dan pariwisata nasional sesuai dengan Rencana Induk Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), serta stimulasi pengembangan kawasan dan penguatan konektivitas regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu). b) Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui : 1. Peningkatan agroindustri, hasil hutan dan kayu, perikanan, dan hasil tambang 2. Akselerasi pertumbuhan industri manufaktur 3. Akselerasi pertumbuhan pariwisata 4. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif, serta 5. Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi Agenda 7 : Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis Ekonomi Domestik a) Peningkatan Kedaulatan Pangan melalui : 1. Peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri 2. Peningkatan produksi bahan pangan lainnya 3. Peningkatan produksi perikanan, dan 4. Peningkatan layanan jaringan irigasi. b) Peningkatan Ketahanan Air melalui : 1. Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya 2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air bagi masyarakat 3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

72 c) Peningkatan Kedaulatan Energi diantaranya melalui peningkatan aksesibilitas energi di wilalyah pulau-pulau dan desa terpencil. d) Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan melalui : 1. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan 2. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan peran SDM dan IPTEK kelautan 3. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir A G E N D A S T R A T E G I S P R I O R I T A S 1. MENGHADIRKAN NEGARA UNTUK MEINDUNGI SEGENAP BANGSA DAN MEMBERIKAN RASA AMAN PADA SELURUH WARGA NEGARA 2. MEMBUAT PEMERINTAH TIDAK ABSEN DENGAN MEMBANGUN TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BERSIH, EFEKTIF, DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA 3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN 3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA 4. MENOLAK NEGARA LEMAH DENGAN MELAKUKAN DARI REFORMASI SISTEM PINGGIRAN DAN PENEGAKAN DENGAN HUKUM YANG BEBAS KORUPSI, BERMARTABAT DAN TERPERCAYA MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN DESA DALAM KERANGKA NEGARA 5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA KESATUAN AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA) 6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL 3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA 6. KAMI AKAN MENINGKATKAN DARI PINGGIRAN DENGAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN 7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN DAYA SAING DI PASAR STRTAEGIS EKONOMI DOMESTIK DESA DALAM KERANGKA NEGARA INTERNASIONAL KESATUAN 8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA BPWS MENDUKUNG AGENDA 3, 6 DAN 7 3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN DESA DALAM KERANGKA NEGARA AGENDA KESATUAN PRIORITAS (NAWA CITA) 6. KAMI AKAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL 7. KAMI AKAN MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK AGE MEMPERTEGUH KE-BHINEKA-AN DAN MEMPERKUAT RESTORASI SOSIAL INDONESIA Selain dukungan terhadap ketiga agenda prioritas tersebut, percepatan pengembangan Wilayah Suramadu juga bertujuan untuk mendukung arah kebijakan/strategi pembangunan bidang dan pengembangan wilayah Jawa - Bali, yang meliputi : 50 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

73 I. Pembangunan Bidang Ekonomi a) Industri melalui strategi penumpuhan populasi industry serta peningkatan daya saing dan produktivitas b) UMKM dan koperasi melalui strategi pembangunan peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran c) Pariwisata melalui strategi pemasaran pariwisata nasional, pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan industri pariwisata utamanya peningkatan partisipasi usaha lokal serta meningkatkan keragaman/daya saing produk/jasa pariwisata d) Penguatan investasi melalui strategi peningkatan efektivitas dan upaya promosi investasi serta pengembangan investasi lokal e) Tenaga kerja melalui strategi meningkatkan akses angkatan kerja kepada sumber daya produktif serta mendorong pengembangan ekonomi pedesaan, II. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang a) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan melalui strategi pembangunan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi kawasan pedesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. b) Kawasan strategi melalui kebijakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya dengan meningkatkan produktivitas dan hilirasi komoditas unggulan yang terintegrasi dengan kawasan di sekitarnya, memberikan fasilitasi pengembangan industri-industri pengolahan komoditas unggulan di kawasan; meningkatkan konektivitas antarwilayah sekitarnya (desa, daerah tertinggal, dan perbatasan) menuju pusat-pusat pertumbuhan lainnya; mempercepat penyediaan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan; serta meningkatkan kemampuan pengelolaan kawasan di wilayah belakangnya secara profesional. c) Daerah tertinggal melalui strategi pengembangan mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik (bioregion) dan produk unggulan daerah, posisi strategis, dan BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

74 keterkaitan antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran; meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi; mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik, terutama di bidang transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi; meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran, seperti kawasan perbatasan dalam upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal; mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah; meningkatkan koordinasi dan peran serta lintas sektor dalam upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal melalui pengembangan kawasan perdesaan sebagai program pembangunan lintas sektor. III. Pembangunan Bidang Penyediaan Sarana Prasarana a) Pembangunan prasarana dasar kawasan permukiman serta energi dan ketenagalistrikan melalui penyediaan energi listrik untuk daerah-daerah terpencil dan kepulauan. b) Menjamin ketahanan air untuk mendukung ketahanan nasional melalui pembangunan tampungan air skala kecil/menengah pada daerah krisis dan wilayah strategis, pembangunan saluran pembawa air baku di wilayah tertinggal, strategis, pulau kecil, kawasan terpencil serta daerah perbatasan. c) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan melalui percepatan pembangunan transportasi nasional untuk mendukung sistem logistic nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global; menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewialyahan; membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada koridor ekonomi, kawasan industrk khusus, kompleks industri dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non koridor ekonomi sehingga memberikan nilai 52 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

75 tambah serta meningkatkan produktivitas nasional secara lebih berkualitas; penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan provinsi, kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasankawasan strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas keselamatan dan keamanan transportasi, serta sarana transportasi yang disesuaikan dengan karakteristik daerah; Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata; meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman dan rawan bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta pembangunan terminal penumpang. IV. Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Bali a) Pengembangan kawasan strategis Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja. Salah satu fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Jawa-Bali adalah pengembangan Wilayah Suramadu sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pengembangan potensi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura, Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, dan Kawasan Khusus di Pulau Madura. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

76 2. Percepatan penguatan konektivitas melalui pembangunan jalan akses kawasan industri di Madura menuju pelabuhan petikemas. b) Pengembangan kawasan perkotaan Kebijakan pembangunan kawasan perkotaan di Wilayah Jawa - Bali dilakukan melalui berbagai strategi, diantaranya meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan perkotaan Gerbangkertasusila (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojekerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bangkalan, Kota Mojekerto). c) Pengembangan desa dan kawasan pedesaan untuk mendorong keterkaitan desakota melalui dukungan perwujudan sentra industri peternakan modern, sentra industry pertanian organic maupun non organic di kawasan Pamekasan dan Sampang. d) Peningkatan keterkaitan kota dan desa di wilayah Jawa Bali diarahkan dengan memperkuat pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan Cibaliung dan Sekitarnya (Provinsi Banten), Pamekasan dan sekitarnya (Provinsi Jawa Timur), Banyuwangi dan sekitarnya (Provinsi Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya (Provinsi Bali). Kawasankawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Jawa - Bali adalah sebagai berikut : 1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa, Jalan Lintas Pulau Madura, Jalan Lintas Pulau Bali, jalan bebas hambatan dan jaringan kereta api di Pulau Jawa, Pelabuhan Regional Banyuwangi, Bandara Banten Selatan dan Banyuwangi, serta angkutan penyebrangan yang melayani Pulau Madura dan Pulau Bali; 54 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

77 2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, dan pariwisata. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Cibaliung, Pamekasan, dan Tabanan-Bali, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan di Kawasan Banyuwangi. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasaran produksi. 3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian daerah resapan serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pamekasan. 4. Pengembangan daerah tertinggal Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: Pemerataan distribusi tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; Peningkatan kapasitas tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; Pemerataan distribusi tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; Pengembangan kegiatan perekonomian sub-sektor perikanan laut, garam, dan produk olahan laut diutamakan di Pulau Madura; BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

78 Pembangunan infrastruktur jalan dan sarana transportasi di desa-desa terisolir khususnya di Pulau Madura, bagian timur, dan bagian barat Pulau Jawa; Pengembangan pelabuhan penyebrangan antarpulau; Pembangunan sarana transportasi air di desa-desa terisolir bagian utara Pulau Jawa; Pengembangan bandara perintis di Pulau Madura. 5. Penanggulangan bencana di wilayah Bangkalan dan Pamekasan Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur KEGIATAN STRATEGIS JANGKA MENENGAH NASIONAL PERHUBUNGAN UDARA Pengembangan Bandara Sumenep PERHUBUNGAN LAUT Pengembangan Pelabuhan Taddan/Sampang JALAN Pembangunan Jalan Lintas Utara Madura (Bangkalan - Tj Bumi-Ketapang-Sotobar-Sumenep) SUMBER DAYA AIR Persiapan Pembangunan Waduk Blega Kab. Bangkalan Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

79 Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah Jawa Bali Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

80 Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah. Untuk mewujudkan penataan ruang tersebut, RTRWN memuat kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang diterjemahkan ke dalam struktur ruang dan pola ruang. Arah kebijakan tata ruang nasional diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang terdiri atas tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional, yang 58 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

81 selanjutnya dijabarkan struktur ruang wilayah dan pola ruang wilayah. Dalam struktur ruang wilayah terdiri atas sistem perkotaan nasional dan sistem jaringan pembentuk ruang wilayah sedangkan pola ruang wilayah mencakup pembagian alokasi ruang beserta penjabaran fungsi ruang/kawasan pembentuk didalamnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, Wilayah Suramadu yang terdiri atas Kota Surabaya dan keempat kabupaten di Madura merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur ruang kewilayahan nasional. Hal ini terlihat dari beberapa kebijakan penetapan Wilayah Suramadu sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) maupun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam struktur ruang maupun beberapa rencana sistem jaringan di Wilayah Suramadu untuk mendukung konektivitas antar wilayah sebagai upaya perwujudan percepatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur secara umum. Selain itu, rencana pengembangan Wilayah Suramadu juga tercantum dalam rencana pola ruang nasional yang mencakup pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) maupun Kawasan Andalan. Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu No. Kebijakan Pengaruh terhadap Pulau Madura A Struktur Ruang 1 Sistem Perkotaan Nasional Perkotaan Bangkalan dan Surabaya merupakan bagian dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila. Perkotaan Pamekasan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Perkotaan Sampang dan Sumenep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 2 Jalan Bebas Hambatan Direncanakan jalan bebas hambatan antar kota dengan jurusan Surabaya-Madura 3 Pelabuhan sebagai simpul transportasi Nasional Pelabuhan Tanjung Perak dalam satu kesatuan dengan Tanjung Bumi B Pola Ruang 1 Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Surabaya dan Bangkalan termasuk dalam Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) pertumbuhan ekonomi. 2 Kawasan Andalan Kawasan Gerbangkertosusila termasuk dalam kawasan andalan nasional dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri dan pariwisata. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

82 No. Kebijakan Pengaruh terhadap Pulau Madura Madura dan Kepulauan termasuk dalam kawasan andalan nasional, dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri, pariwisata dan perikanan. Kawasan Laut Madura dan sekitarnya termasuk dalam kawasan andalan Nasional, dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata. Sumber: PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan Pendekatan pembangunan kewilayahan dalam mewujudkan visi pembangunan nasional adalah melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sejalan dengan rencana penataan ruang nasional. Pendekatan ini dilakukan dengan mendorong program program strategis yang tertuang dalam Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Strategi utama dalam pendekatan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ini adalah : a) Pengembangan koridor ekonomi yaitu pengembangan dan revitalisasi pusat pusat pertumbuhan di luar Jawa dan peningkatan pusat pusat pertumbuhan di Pulau Jawa. b) Perkuatan konektivitas nasional. Hal ini dilakukan melalui sinergi antar pusat pusat pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur dasar secara menyeluruh di wilayah Indonesia; c) Mempercepat kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Untuk mendorong peningkatan produksi di pusat pusat pertumbuhan, perlu didukung inovasi teknologi dan SDM ke arah pengembangan ekonomi (inovation driven economy). Wilayah Suramadu mendukung Koridor Jawa sebagai koridor pendorong industri dan jasa nasional. Industri dan jasa yang dikembangkan adalah industri manufacturing, tekstil, permesinan transportasi, perkapalan, alutsista, telematika dan pengembangan metropolitan Jabodetabek. Kota Surabaya dalam Koridor Jawa sebagai salah satu simpul utama 60 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

83 infrastruktur dibagian timur Jawa dengan pelabuhan utama internasional Tanjung Perak dan jalur utama ke luar koridor ke arah selatan Surabaya, sedangkan ke arah timur menuju ke Pulau Madura. Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam penjabaran visi, misi dan arahan percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, perlu dilakukan tinjauan kebijakan yang mengacu pada arahan pembangunan dan penataan ruang di Provinsi Jawa Timur. Kebijakan pembangunan daerah BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

84 mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun dan Dokumen Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun A. Arahan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa Timur ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 Tahun 2009, dengan jangka waktu perencanaan mulai tahun 2005 hingga tahun Selama jangka waktu perencanaan tersebut, Provinsi Jawa Timur memiliki visi pembangunan sebagai Pusat Agrobisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak. Dalam mewujudkan visi tersebut, misi Jawa Timur 20 (dua puluh) tahun kedepan adalah : 1. Mengembangkan Perekonomian Modern Berbasis Agrobisnis, dicapai dengan cara mendorong pergeseran Agrobisnis dari berbasis pada keunggulan komparatif (comparative advantage) ke arah Agrobisnis yang didorong oleh keunggulan kompetitif (competitive advantage) melalui pengembangan modal dan peningkatan kemajuan teknologi pada setiap sub-sistemnya, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia. 2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Handal, Berakhlak Mulia dan Berbudaya, dicapai dengan cara meningkatkan kualitas masyarakat Jawa Timur yang berakhlak, berpendidikan, berdaya, inovatif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup, dicapai dengan cara mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan, 62 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

85 pengangguran melalui kemudahan memperoleh akses terhadap berbagai bentuk pelayanan sosial dasar masyarakat yang berkualitas. 4. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dicapai dengan cara menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui penataan ruang yang berkelanjutan. 5. Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi, dicapai dengan cara pembangunan sarana dan prasarana wilayah untuk mendorong pengembangan kawasan pusat-pusat produksi (agropolitan) dan distribusi (metropolitan) serta mengurangi ketimpangan antar wilayah. 6. Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dicapai dengan cara membangun transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan publik yang didukung profesionalisme aparatur, stabilitas politik, ketentraman dan ketertiban serta konsistensi dalam penegakan hukum dan HAM. Visi pembangunan Jawa Timur yang dilakukan melalui pelaksanaan misi dan strategi pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan jangka menengah dan tahunan. Dalam penyusunan Rencana Strategi Badan Pelaksana BPWS 5 (lima) tahun kedua mengacu pada arahan pembangunan pada periodisasi tahap ketiga ( ) dalam RPJP Provinsi Jawa Timur. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan pembangunan tahap pertama dan kedua, maka pembangunan tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Tahap ini ditujukan untuk memantapkan kemajuan daerah dan mengembangkan kesejahteraan. Berpijak pada visi, misi dan arahan pembangunan RPJPD Provinsi Jawa Timur Tahun pada tahap ke-3 tersebut, maka pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur ditandai makin dominannya peran pengetahuan dan penguasaan teknologi, serta diarahkan BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

86 pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya, sehingga kemajuan yang dicapai menjadikan Jawa Timur lebih berdaya saing. Berpedoman pada arah pembangunan tersebut, maka visi pembangunan lima tahunan kedua dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Provinsi Jawa Timur Tahun adalah Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak. Perwujudan visi lima tahunan tersebut, dijabarkan dalam misi pembangunan Provinsi Jawa Timur sebagai berikut : 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan 2. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri dan industrialisasi. 3. Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang. 4. Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik. 5. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial. Perumusan kebijakan umum pembangunan jangka menengah daerah bertujuan menjelaskan cara yang ditempuh untuk menterjemahkan strategi ke dalam rencana program-program prioritas pembangunan. Kebijakan umum pembangunan memberikan arahan konkrit bagi penentuan program-program pembangunan yang berdaya ungkit dalam menterjemahkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan pengembangan Provinsi Jawa Timur dijabarkan sebagai berikut : I. Kebijakan Kewilayahan Fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun diarahkan pada pemantapan perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan di Jawa Timur, pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem agropolitan serta dengan memantapkan pengembangan kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan. Fokus tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya. 64 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

87 II. Pengembangan Wilayah Jawa Timur yang Berorientasi pada Pertumbuhan Inklusif Beberapa upaya pembangunan periode yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan kewilayahan, diarahkan pada perluasan lapangan kerja, dan memberdayakan perekonomian rakyat, terutama yang berbasis pertanian; meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan; meningkatkan aksesibilitas pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu; meningkatkan pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas; meningkatkan pembangunan infrastruktur; serta meningkatkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup, dan pengembangan pembangunan berwawasan lingkungan. III. Penetapan Klaster Kewilayahan Klaster kewilayahan ditetapkan menjadi dasar sasaran kebijakan pengembangan kewilayahan dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan Klaster dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yaitu sebagai Pusat Agrobisnis terkemuka yang disinkronisasikan dengan arahan agenda pembangunan Tahun yang difokuskan pada pengembangan kawasan strategis, utamanya kawasan strategis agropolitan, kawasan agroindustri, kawasan metropolitan dan kawasan tertinggal. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

88 Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur Sumber : Dokumen Rancangan Awal RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun Sesuai penugasan BPWS di Wilayah Surabaya-Madura, kebijakan dan arahan pengembangan Klaster yang perlu menjadi acuan antara lain : A. Klaster Agropolitan Madura Pulau Madura dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Ekonomi, yaitu Kawasan Agropolitan Madura (terdiri dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep), dan Kawasan Tertinggal (terdiri dari Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan) sehingga 66 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

89 Klaster Agropolitan Madura ditetapkan pada Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Sumenep, dengan arahan sebagai berikut: a) Mendorong pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan sebagai sektor utama dalam pertumbuhan ekonomi Pulau Madura, b) Pengembangan Klaster agropolitan Madura berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable) dan berkelanjutan (sustainable) dari aspek alam, c) Pembangunan sektor agrobisnis di Pulau Madura yang didukung oleh pembangunan infrastruktur kewilayahan dengan lebih merata tanpa tergantung pada wilayah tertentu. Infrastruktur kewilayahan difokuskan pada peningkatan produksi, distribusi, maupun pemasaran komoditas unggulan. d) Pengembangan perdagangan dan jasa agrobisnis yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di kawasan agropolitan Madura e) Perluasan produk dan peningkatan ekonomi masyarakat dengan upaya mewujudkan keterkaitan pasar lokal dengan pasar regional sebagai f) Peningkatan sumber daya manusia dengan fokus pada sektor agrobisnis, khususnya inovasi riset yang mampu membuat keunggulan komparatif pada sektor unggulan. g) Penguatan koordinasi kelembagaan didalam Klaster Agropolitan Madura untuk menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan, h) Peningkatan kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan kawasan yang mampu mendorong pembangunan sektor-sektor unggulan, i) Menciptakan iklim investasi yang kondusif dari segi tatanan peraturan/regulasi, keamanan, stabilitas sosial, penyediaan infrastruktur, serta kesiapan sumber daya manusia. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

90 B. Klaster Metropolitan Dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai berikut: a) Rencana sistem perkotaan yang ditetapkan sebaga Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau beberapa provinsi meliputi Kawasan Perkotaan Gresik Bangkalan Mojokerto Surabaya Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang b) Kawasan Strategis Provinsi Sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan Metropolitan yang berfokus pada pemantapan sektor industri, perdagangan, dan jasa komersial yang terdiri dari koridor Metropolitan yang meliputi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan Suramadu di Kota Surabaya, Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines District/CBD) Surabaya, High Tech Industrial Park (HTIP) di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Kwasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan, Kawasan Komersial di Lawang, Kawasan Pusat Bisnis Kota Malang, dan Pusat Pariwisata Batu) Kota Surabaya. C. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berfungsi sebagai pemerataan dan sebagai upaya untuk membuka akses pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih belum terlayani di Provinsi Jawa Timur. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil diarahkan pada wilayah yang berada pada pesisir Jawa Timur dan wilayah kepulauan dengan arahan strategi sebagai berikut: a) Pengelolaan perairan wilayah laut b) Peningkatan sektor unggulan pada wilayah pesisir dan pulau c) Pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan sumber daya kelautan dan merangsang investasi d) Pemberdayaan masyarakat nelayan/pesisir. e) Pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi. f) Pengawasan eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah laut kewenangan propinsi. 68 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

91 Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan tersebut, agenda dan prioritas pembangunan dalam RPJMD Jawa Timur terkait dengan pengembangan wilayah Surabaya dan Madura yaitu : I. Agenda meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta pembangunan dan penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan; II. Agenda memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang; III. Prioritas Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur; IV. Prioritas Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup; serta Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Penataan Ruang. Sesuai dengan arahan pembangunan Provinsi Jawa Timur pada tahun , dikaitkan dengan tugas percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2008 tentang BPWS, dalam tahap kedua percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura tahun , penugasan BPWS lebih menekankan pada pengembangan klaster/kawasan pendukung pengembangan kewilayahan, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta pengusahaan/investasi klaster/kawasan; yang berbasis sektor/komoditas unggulan di Wilayah Surabaya-Madura. Pengembangan tersebut didukung dengan pengembangan infrastruktur ekonomi yang sejalan dengan pengembangan kompetensi tenaga kerja berbasis lokal. B. Arahan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun , visi penataan ruang Provinsi Jawa Timur adalah Terwujudnya Ruang Wilayah Provinsi Berbasis Agrobisnis dan Jasa Komersial yang Berdaya Saing Global dalam Pembangunan Berkelanjutan. Dari visi tersebut, diharapkan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penggerak utama pembangunan di Jawa Timur yang dikemas BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

92 dalam bentuk agrobisnis, dimana agrobisnis merupakan sistem dan usaha kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di kawasan agropolitan, terutama kawasan sentra produksi pangan dan juga kawasan lain di sekitarnya. Pencapaian visi dikaitkan dengan penugasan BPWS di Wilayah Surabaya-Madura tersebut dijabarkan kedalam arahan penataan ruang (spasial) sebagai berikut : Tabel 3.3. Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA I. SISTEM PERKOTAAN A. Sistem Perkotaan - Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN adalah Kawasan Perkotaan Bangkalan, yang menjadi bagian dari Kawasan Gerbangkertosusila. - Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW adalah Pamekasan. - Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL yakni Sumenep dan Sampang. B. Sistem dan Fungsi Perwilalyahan II. TRANSPORTASI A. Transportasi Darat - Jaringan Jalan - Terminal - Kereta Api - Wilayah Surabaya-Madura merupakan bagian dalam Wilayah Pengembangan (WP) Germakertosusila Plus. - Wilayah Madura dan kepulauan diprioritaskan pada kegiatan kesehatan dan pendidikan (Bangkalan), sektor perdagangan dan jasa (Bangkalan), pertanian tanaman pangan/peternakan/- perkebunan (Sumenep, Pamekasan, Sampang), pariwisata (Bangkalan, Sumenep dan Sampang), industri (Bangkalan, Pamekasan dan Sampang), perikanan dan tambak garam (Sampang dan Pamekasan). - Pengembangan jaringan jalan nasional (arteri primer) jalan bebas hambatan Surabaya-Suramadu-Tanjung Buluhpandan - Pengembangan jaringan jalan provinsi (kolektor primer) Bangkalan-Tanjung Bumi-Ketapang-Sotabar-Sumenep-Lombang; Sampang-Ketapang; Sampang-Omben-Pamekasan; dan Pamekasan-Sotabar - Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Bangkalan- Pelabuhan Tanjung Bumi; Bangkalan-Tanjung Buluhpandan- Ketapang-Sotabar-Sumenep; Kamal-Kwanyar-Modung-Sampang - Pengembangan jaringan jalan strategis provinsi Sampang-Ragung dan Slopeng-Lombang - Pengembangan Terminal Tipe A di Pamekasan, Sumenep dan Bangkalan 70 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

93 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA - Pengembangan Terminal Tipe B di Sampang - Rencana konservasi jalur kereta api dan stasiun Kamal-Bangkalan- Sampang-Pamekasan-Sumenep B Transportasi Laut - Pengembangan Pelabuhan pengumpul di Bangkalan dan Sumenep - Pengembangan Pelabuhan pengumpan di Pamekasan, Bangkalan, dan Sumenep - Pengembangan Pelabuhan lokal di Sumenep, Sampang dan Bangkalan - Pengembangan Pelabuhan penyeberangan antar kabupaten/kota di Bangkalan dan Sumenep - Pengembangan Pelabuhan penyeberangan dalam wilayah kabupaten/kota di Sumenep C Transportasi Udara - Pengembangan Bandar udara pengumpan (Trunojoyo) dan Bandar udara khusus (Pagerungan) di Sumenep III. PRASARANA WILAYAH A. Energi dan Kelistrikan - Pengembangan energi baru dan terbarukan di Bangkalan (energi angin, gelombang laut, biogas, biomassa dan surya), Sumenep (energi panas bumi, biogas, biomassa dan gelombang laut), Sampang (energi biogas, biomassa dan gelombang laut), Pamekasan (energi gelombang laut, biomassa dan biogas) - Pengembangan jaringan transmisi 150 kv kabel Jawa Madura- Suramadu dan Madura PLTU (Sampang-Pamekasan) - Pengembangan Gardu Induk (GI) 150/20 kv di Sumenep, Bangkalan, Pamekasan - Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi Kangean- Porong-Gresik - Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi di Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep B. Sumberdaya Air Pengembangan jaringan irigasi di wilayah Sungai Kep. Madura : - Waduk Nipah di Sampang - Waduk Blega di Bangkalan - Waduk Samiran di Pamekasan - Waduk Tambak Agung di Sumenep Pengembangan jaringan air baku untuk: - SPAM regional PANTURA Sungai Bengawan Solo di bangkalan Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Prov Jatim BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

94 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota Surabaya Kebijakan pembangunan Kota Surabaya mengacu pada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2012 tentang RPJPD Kota Surabaya Tahun dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 18 tahun 2012 tentang RPJMD Kota Surabaya Tahun Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah mengacu pada rancangan RTRW Kota Surabaya tahun A. Arahan Pembangunan Kota Surabaya RPJPD Kota Surabaya tahun menyebutkan pembangunan Kota Surabaya memiliki visi Surabaya Kota Perdagangan dan Jasa Internasional Berkarakter Lokal yang Cerdas, Bersih, Manusiawi dan Berbasis Ekologi. Penjabaran visi tersebut dalam pembangunan lima tahunan ke-3 (tiga) tahun yang merupakan periode pemantapan peran Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa internasional. Adapun misi dan arah kebijakan pembangunan Kota Surabaya periode adalah : 1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, melalui pemanfaatan TIK yang terintegrasi dan handal, dengan memantapkan sarana dan prasarana, sistem informasi penunjang peningkatan kualitas SDM aparatur, serta memantapkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik pada semua unit pelayanan. 2. Mewujudkan penataan ruang yang berbasis ekologi serta berorientasi pada prinsip-prinsip berkeadilan dan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan system transportasi, infrastruktur, pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa dan pesisir yang tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan binaan (budidaya) dan alami (lindung). 3. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana berbasis ekologi, dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan dan jasa nasional maupun internasional, pengoptimalan sistem dan pelayanan jaringan transportasi (darat, laut dan udara) secara terpadu, serta peningkatan upaya pengembangan energi yang ramah lingkungan. 72 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

95 4. Mewujudkan perekonomian daerah berbasis potensi ekonomi lokal yang mandiri, dengan meningkatkan dan pengoptimalan sumber penerimaan daerah secara efektif dan efisien, serta peningkatan daya tarik pariwisata. 5. Mewujudkan pola kerjasama yang sinergis dalam menciptakan perekonomian yang berkeadilan dan beretika, dengan mewujudkan efisiensi dan efektifitas perdagangan serta pemerataan kesempatan akses ke sumberdaya produktif. 6. Mengembangkan kearifan lokal sebagai modal sosial warga kota dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan, dengan mewujudkan peningkatan kreatifitas masyarakat berkarakter lokal. 7. Mewujudkan pemerataan aksesibilitas pendidikan, kesehatan dan pelayanann sosial yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, dengan pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan mudah dijangkau oleh masyarakat. 8. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, penyandang masalah kesejahteraan sosial dan kaum rentan sosial dalam meningkatkan kualitas hidup, dengan memantapkan kesetaraan gender, kapasitas kelembagaan dan SDM. Pada periode kedua rencana pembangunan jangka menengah Kota Surabaya yaitu tahun diarahkan pada penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana drainase kota dan sistem sanitasi yang terintegrasi; pengembangan infrastruktur dan sistem transportasi sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa untuk mendukung pertumbuhan ekonomi; perkuatan kompetensi dan daya saing pelaku usaha; peningkatan kerjasama dengan wilayah-wilayah sekitar dalam upaya penggalian potensi perdagangan dan jasa serta pengembangan dengan swasta dan masyarakat; pengembangan kemampuan dan kompetensi masyarakat untuk mengembangkan seni dan budaya lokal dan mendorong pengembangan industri kreatif. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

96 B. Arahan Penataan Ruang Kota Surabaya Dalam rangka percepatan pengembangan wilayah Suramadu, pembangunan Pulau Madura dapat didorong melalui pengembangan infrastruktur dan sistem transportasi yang sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa. Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota Surabaya Terhadap Pengembangan Wilayah Suramadu NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN KOTA SURABAYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA I. SISTEM PERKOTAAN A Orde Perkotaan - Kota Surabaya secara regional termasuk dalam PKN yaitu termasuk dalam Kawasan Perkotaan Metropolitan GERBANGKERTOSUSILA (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). - Kota Surabaya sebagai PKN mempunyai fungsi pelayanan nasional dan internasional, pusat kota dan regional, sub pusat kota dan pusat unit pengembangan (desentralisasi pusat pusat perdagangan dan jasa) B Hirarkhi Perkotaan - Kota Surabaya sebagai pusat pelayanan nasional dan internasional - Kecamatan Pabean Cantikan, Krembangan, Semampir, Simokerto, Bubutan, Genteng dan Tegalsari sebagai pusat pelayanan kota dan regional - Wilayah Kandangan (Benowo) sebagai pusat sub kota barat, kawasan Segi-8Darmo sebagai pusat sub kota tengah, wilayah Klampis sebagai pusat sub kota timur. - Kecamatan Tambak Wedi sebagai Unit Pengembangan untuk pengembangan perdagangan, jasa, permukiman dan wisata. - Pengembangan wisata pesisir disekitar Kenjeran II. TRANSPORTASI A. Transportasi Dar at - Jaringan Jalan - Terminal - Pengembangan jalan lingkar timur tengah (middle east ring road) - Pengembangan jalan akses Suramadu - Pengembangan jalan akses Suramadu ke Pelabuhan Tanjung Perak - Pengembangan Terminal Tipe A dan Terminal barang di jalan akses Suramadu B. Transportasi Laut - Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Teluk Lamong sebagai satu kesatuan sistem C Transportasi Udara - Pengembangan jalan akses ke Bandara yang terintegrasi dengan sistem jaringan kereta api III. PRASARANA WILAYAH A. Kelistrikan - Pengembangan Gardu Induk PLN pada kawasan kawasan baru yang dikembangkan B. Sumberdaya Air - Mata Air : Umbulan - Sungai : Air Kali Surabaya Sumber: Bappeko Surabaya, BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

97 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura Kebijakan arahan pembangunan dan penataan ruang di Wilayah Madura dituangkan dalam Peraturan Daerah dan rangan awal pembangunan jangka menengah. A. Arahan Pembangunan di Wilayah Madura Kebijakan pembangunan Pulau Madura diidentifikasi dari masing masing arah kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Secara umum, arah pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi berbasis ekonomi lokal dan peningkatan dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi. Secara ringkas, arahan kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura disampaikan pada tabel berikut : NO. Tabel 3.5 Kebijakan Pembangunan Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN BANGKALAN 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Bangkalan periode tahun diarahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan, dan pembangunan sarana prasarana wilayah penunjang yang berkelanjutan bagi terciptanya iklim investasi yang mendorong pembangunan daerah. Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Bangkalan periode diarahkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang religius dengan didukung oleh tingkat kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang baik, peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan dalam mendukung ekonomi daerah dan investasi, pembangunan infrastruktur yang strategis dan berimbang dengan mempertimbangkan aspek tata ruang dan lingkungan, peningkatan pendayagunaan sumber daya alam meliputi pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan) yang berorientasi kemakmuran rakyat, peningkatan dan melestarikan serta mengembangkan potensi budaya dan peningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

98 NO. RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN SAMPANG 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sampang tahun diarahkan pada peningkatan hidup sehat dan sejahtera dengan air minum berkualitas dalam kondisi sanitasi lingkungan yang bebas dari pencemaran, banjir dan berwawasan lingkungan, pengembangkan SDM yang religius, cerdas, mandiri dan berdaya saing, pengembangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berbasis sumber daya lokal, pensinergian kehidupan sosial, berbudaya dan berpolitik untuk mewujudkan masyarakat yang madani dan pengelolaan ruang kegiatan bagi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang harmonis, terintegrasi, dan terpadu. Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sampang periode diarahkan pada pengembangan keterkaitan sektor primer dengan sektor sekunder dan sektor tersier berbasis sumber daya lokal, pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang sejalan dengan pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat, dan Pemerataan pelayanan aktivitas perekonomian di seluruh wilayah Kabupaten melalui pengembangan infrastruktur transportasi darat dan transportasi laut (pembangunan dan revitalisasi pelabuhan) dan pengembangan infrastruktur untuk menunjang kegiatan pariwisata. KABUPATEN PAMEKASAN 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah KABUPATEN SUMENEP 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Pamekasan tahun diarahkan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat dengan kewajiban menjalankan keyakinan/syariat agama bagi pemeluk-pemeluknya, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan potensi daerah, dan penegakan Supremasi hukum dan hak asasi manusia. Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Pamekasan periode diarahkan pada Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yg efektif dan efisien, Peningkatan layanan prima terkait dengan adminstrasi kependudukan, Meningkatnya ketaqwaan dan kerukunan hidup umat beragama, Peningkatan layanan prima penerbitan ijin lokasi, mengembangkan sistem informasi dan komunikasi berdasis pada pengembangan TI. Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumenep tahun diarahkan pada pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, peningkatan kualitas pelaku usaha dan pengembangan UMKM yang mempertimbangkan kebutuhan lokal, serta mampu bersaing di tingkat 76 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

99 NO. RENCANA PEMBANGUNAN 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA regional, nasional, dan bahkan internasional, pengembangan pola pengelolaan SDA, peningkatan pembangunan di wilayah kepulauan, pengembangan SDM yang berorientasi pada keahlian dan keterampilan dengan dilandasi nilai-nilai agama dan budaya yang mampu bersaing di tingkat regional dan nasional bahkan dunia internasional, dan pewujudan ketersediaan infrastruktur dasar masyarakat yang merata dan berkualitas. Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sumenep periode diarahkan pada pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian, perikanan dan industri kecil dan berorientasi agribisnis dan ketahanan pangan, industrialisasi dan eksplorasi SDA berbasis SDM Masyarakat Lokal, peningkatan infrastruktur pemenuhan kebutuhan masyarakat (listrik, air bersih) dan infrastruktur ekonomi yang mendukung kegiatan ekonomi produksi, pembangunan infrastruktur (listrik dan air bersih), jaringan transportasi darat dan laut di wilayah Kepulauan sejalan dengan peningkatan pengelolaan SDA, dan peningkatan sarana dan prasarana sektor kelautan dan perikanan. Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, 2014 B. Arahan Penataan Ruang di Wilayah Madura Dalam sistem perkotaan nasional, empat kabupaten di Pulau Madura mempunyai fungsi perkotaan yang berjenjang. Perkotaan Bangkalan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam satu kesatuan dengan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila, Perkotaan Pamekasan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Perkotaan Sampang serta Perkotaan Sumenep berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan fungsi tersebut, arahan kebijakan pengembangan ruang pada masing-masing kabupaten di Pulau Madura disampaikan pada tabel berikut: Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA KABUPATEN BANGKALAN I. Sistem Perkotaan a. Orde Perkotaan - Kawasan perkotaan di Kecamatan Labang sebagai pusat regional dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan Bangkalan - Kecamatan Klampis, Kecamatan Tanjung Bumi, Kecamatan Blega dan Kecamatan Tanah Merah termasuk dalam Orde K1 - Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan terdapat pada kawasan BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

100 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA perkotaan masing-masing kecamatan termasuk dalam orde K2 - Area hinterland dari orde K1 dan K2 termasuk dalam orde K3 - Desa desa berada di luar pengaruh secara langsung perkembangan wilayah kota di Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Bangkalan dan memiliki akses berupa jalan lokal sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde K4 b. Hirarkhi Perkotaan Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan Bangkalan Kecamatan Klampis sebagai Kawasan Pengembangan Metropolitan Bangkalan Ibu kota kecamatan lain di Kab. Bangkalan sebagai Kawasan Perkotaan Kecil II. Transportasi a. Transportasi Darat Jaringan Jalan Pengembangan Tol Suramadu-Bangkalan Utara Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan Surabaya- Bangkalan-Sampang Pengembangan jaringan jalan Interchange Burneh-Arosbaya- Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan Klampis) Terminal Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan Interchange Burneh dan Tragah Sistem Kereta Api Revitalisasi jalur Kamal-Pamekasan-Sumenep b. Transportasi Laut Arahan pengembangan pelabuhan Petikemas Tanjung Modung- Bulupandan di Kecamatan Klampis sebagai Pelabuhan Petikemas Internasional Arahan pengembangan pelabuhan Telaga Biru di Kecamatan Tanjungbumi yang dikembangkan menjadi Pelabuhan Regional Arahan pengembangan Pelabuhan Pengembangan pelabuhan Sepulu sebagai pelabuhan lokal III. Infrastruktur-Prasarana a Telekomunikasi Pengembangan prasarana telematika dengan penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) di pedesaan dan sistem telekomunikasi kabel pada semua kawasan di Kabupaten Bangkalan b Sumberdaya Air Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah Pengembangan hutan sebesar 30% dari luas DAS Blega untuk perlindungan terhadap DAS Blega c Kelistrikan Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di Kabupaten Bangkalan Pengembangan dan mengoptimalkan pelayanan listrik di Kabupaten Bangkalan 78 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

101 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA d Pengelolaan Lingkungan Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanahmerah KABUPATEN SAMPANG I. Sistem Perkotaan a Orde Perkotaan Sampang dan Ketapang termasuk dalam kota orde I (pusat pelayanan utama) Torjun termasuk dalam kota orde II (pusat pelayanan wilayah) Sreseh, camplong, Tambelangan, Jrengik, Omben, Banyuates dan Sokobanah termasuk dalam kota orde III (pusat pelayanan sub wilayah/distrik) Kedungdung dan Robatal termasuk dalam kota orde IV (pusat pelayanan lokal) Pembagian SWP ditetapkan menjadi 4 wilayah yaitu Sampang selatan (pengembangan wilayah kabupaten bagian selatan), Sampang tengah bagian barat (kutub pertumbuhan bagian barat), Sampang tengah bagian timur (kutub pertumbuhan wilayah bagian timur) dan Sampang utara (kutub pertumbuhan sampang bagian utara). II. Transportasi a Jaringan Jalan Pengembangan jalan arteri primer: Banyuates Ketapang Sokobanah dan Jrengik Torjun Sampang - Camplong Pengembangan jalan kolektor sekunder: Ketapang Robatal Kedungdung Sampang. Selain itu juga diperlukan perencanaan jalan lingkar kolektor sekunder lain untuk pengembangan wilayah kota juga untuk mengatasi lalu lintas yang padat yang melalui kawasan pusat kota. Pengembangan jalan lokal primer: Menghubungkan Ibukota Kecamatan dengan Pusat Desa Pengembangan sub-sub terminal baru disetiap kecamatan di Kabuaten Sampang b Sistem Kereta Api Rencana pengfungsian kembali jaringan jalan kereta api yang menghubungkan Bangkalan-Sumenep (melewai Kabupaten Sampang) bila nantinya pada Pulau Madura bermunculan kawasankawasan industri maupun kegiatan-kegiatan lain yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. c Transportasi Laut Rencana peningkatan fungsi dari pelabuhan Branta II, Pelabuhan Pangarengan dan Pelabuhan Nepa d Transportasi Sungai Transportasi sungai di Kabupaten Sampang terdapat di Kecamatan Sreseh e Transportasi Udara Arahan lokasi lapangan udara pada lokasi Sokobanah III. Prasarana a Kelistrikan Perkiraan kebutuhan kelistrikan untuk Kabupaten Sampang sampai BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

102 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA dengan tahun 2009/2010 adalah sebesar ,75 Kva. b Air Bersih dan Pemanfaatan Air Baku Kebutuhan volume total air minum hingga tahun 2009/2020 sebesar ,38 (liter/perhari) dengan kebutuhan debit (liter/detik)adalah sebesar Pengembangan sistem penyimpanan air dalam bentuk embung untuk daerah/wilayah yang cukup jauh dari waduk Klampis dan Nepa c Telekomuni Kasi Kebutuhan fasilitas telepon sampai dengan tahun 2009/2010 di Kabupaten Sampang adalah sebesar 719 satuan sambungan untuk telepon umum dan satuan sambungan untuk telepon komersial/rumah tangga. d Drainase Pembuatan kanal-kanal secara alami tanpa plengsengan untuk wilayah yang belum terjangkau pelayanan sistem drainase secara formal. KABUPATEN PAMEKASAN Sistem Perkotaan a Orde Perkotaan Kawasan perkotaan Pamekasan termasuk dalam perkotaan Orde I Kawasan perkotaan Galis dan Tianakan termasuk dalam perkotaan Orde II Kawasan perkotaan Pakong dan Waru termasuk dalam perkotaan Orde III Kawasan perkotaan Pasean, Proppo, Larangan, Pademawu, Pegantenan, Palengaan, Kadur dan Batumarmar. Pembagian SSWP ditetapkan menjadi sebagai berikut; 4. SSWP I bagian selatan (pusat pengembangan di Pamekasan dan wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Pamekasan, Pademawu, Galis, Larangan, Proppo dan Tlanakan); 5. SSWP II bagian tengah (pusat pengembangan di Pakong dan wilayah pendukungnya meliputi Kecamatan Pegantenan, Palengaan, Kadur dan Pakong); SSWP III bagian utara (pusat pengembangan di Waru dan wilayah pendukungnya meliputi Kecamatan Waru, Pasean, dan Batumarmar) b Transportasi Rencana pengembangan jaringan jalan a. rencana jaringan jalan Nasional meliputi: 1) ruas jalan Nasional sebagai arteri primer yang sudah dikembangkan di Pulau Madura terdiri atas ruas Kamal Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kalianget; dan 2) rencana pengembangan lintas utara dari jalan Provinsi menjadi jalan nasional (arteri primer) terdiri atas ruas Bangkalan Ketapang Sotabar Pasongsongan Sumenep Pantai Lumbang. b. rencana jaringan jalan Provinsi meliputi ruas jalan Provinsi 80 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

103 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA sebagai jalan kolektor primer yang sudah dikembangkan di Pulau Madura yang melintasi Kabupaten Pamekasan meliputi ruas Pamekasan Sotabar Sampang Omben Proppo Pamekasan; dan rencana jaringan jalan Kabupaten. Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api a. arahan pengembangan jalur perkeretaapian Bangkalan Kamal Sampang Pamekasan Sumenep dan Penyambungan jaringan jalur perkeretaapian Pulau Madura ke jaringan perkeretaapian di Surabaya. b. revitalisasi jalur Kamal Pamekasan Sumenep dan menghidupkan kembali jalur rel Kereta Api Mati Bangkalan Sampang Pamekasan. c. rencana pengembangan stasiun kereta api kelas I dikembangkan di Kecamatan Pamekasan Rencana pengembangan pelabuhan a. Pengembangan Pelabuhan Branta di Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan sebagai pelabuhan pengumpul sehingga dapat meningkatkan layanan keluar-masuk barang melalui pelabuhan tersebut. b. Merencanakan pelabuhan baru meliputi: 1) pelabuhan pengumpan di Talang Siring yang terletak di Desa Montok Kecamatan Larangan untuk melayani transportasi dari Daerah ke Pulau Jawa; 2) pelabuhan pengumpan di Desa Pagagan Kecamatan Pademawu untuk melayani angkutan barang dan sapi dari Daerah menuju Pasuruan dan Situbondo; dan 3) pelabuhan pengumpul di Desa Batu Kerbuy Kecamatan Pasean untuk melayani transportasi laut dari Daerah ke Kalimantan. Rencana pengembangan terminal a. rencana pengembangan terminal angkutan penumpang, meliputi: 1) peningkatan pelayanan terminal tipe B menjadi tipe A di Kecamatan Tlanakan; 2) peningkatan pelayanan terminal tipe C menjadi tipe B di Kecamatan Waru 3) rencana terminal Tipe C yang terdapat di Kecamatan Pademawu, Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Galis, Kecamatan Larangan, Kecamatan Proppo, Kecamatan Kadur, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Pegantenan, Kecamatan Pakong, Kecamatan Batumamar dan Kecamatan Pasean. b. rencana pengembangan terminal angkutan barang terdapat di Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

104 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA c Prasarana Rencana Pembangunan industri kelistrikan dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Tlanakan. Rencana Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih melalui pengelolaan air permukaan, pengembangan air baku dari sumber mata air (di Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Pademawu, Kecamatan Larangan, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan, Kecamatan Pasean, Kecamatan Proppo, Kecamatan Tlanakan, Kecamatan Waru, Kecamatan Batumarmar, dan Kecamatan Palengaan); pembangunan prasarana air berupa pipanisasi air bersih (Kecamatan Pasean, Kecamatan Waru, Kecamatan Batumarmar, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Kadur, dan Kecamatan Larangan); pembangunan prasarana air berupa bak penampung air (Kecamatan Proppo, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Pagentenan, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Palengaan). KABUPATEN SUMENEP I. Sistem Perkotaan a Orde Perkotaan Pembagian SSWP di Kabupaten Sumenep adalah: 1. Sub SWP I, meliputi Kecamatan-kecamatan Sumenep, Gapura, Saronggi, Talango dan Kalianget dengan pusatnya Sumenep. Kegiatan utama: Pertanian, Industri Kecil, Pendidikan, Pariwisata, Perdagangan dan Penggaraman 2. Sub SWP II, meliputi kecamatan-kecamatan Ganding, Lenteng, Guluk-guluk dengan pusatnya Ganding. Kegiatan utama: Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pendidikan 3. Sub SWP III, meliputi Kecamatan-kecamatan Pasongsongan, Ambunten dan Rubaru dengan pusatnya Pasongsongan. Kegiatan utama: Perikanan, Perkebunan, dan Holtikultura 4. Sub SWP IV, meliputi Kecamatan-kecamatan Batang-batang, Batuputih dan Dungkek dengan pusatnya Batang-batang. Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil dan Pariwisata. 5. Sub SWP V, meliputi Kecamatan-kecamatan Manding dan Dasuk dengan pusatnya Manding. Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Pariwisata dan Holtikultura 6. Sub SWP VI, meliputi Kecamatan-kecamatan Pragaan, Bluto, dan Giligenting dengan pusatnya Pragaan. Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil Dan Pendidikan 7. Sub SWP VII, meliputi Kecamatan-kecamatan Arjasa dan Sapeken dengan pusatnya Arjasa. 82 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

105 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA Kegiatan utama: Pertanian, Perikanan, dan Pertambangan 8. Sub SWP VIII, meliputi Kecamatan-kecamatan Gayam dan Nonggunong dengan pusatnya Gayam. Kegiatan utama: Perkebunan, Peternakan, Industri Kecil dan Perhubungan 9. Sub IX, meliputi Kecamatan-kecamatan Masalembu dengan pusatnya di Masalembu. Kegiatan utama: Pertanian, dan Perikanan b Transportasi Rencana pengembangan jaringan jalan Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api Pengembangan kembali jalur-jalur kereta api mati potensial, yaitu Sumenep Bangkalan melalui Perkotaan Saronggi Perkotaan Bluto Perkotaan Pragaan dan menuju ke wilayah Kabupaten Pamekasan. Rencana pengembangan pelabuhan a. Pengembangan Pelabuhan Regional Kalianget di Desa Kalianget Timur b. Pengembangan Pelabuhan Nasional, yaitu Pelabuhan Arjasa di Pulau Kangean (Batu Guluk I dan II), Pelabuhan di Kecamatan Sapeken sebanyak 2 unit (di Desa Sapeken dan Pagerungan Besar), Pelabuhan di Pulau Sapudi sebanyak 2 unit (di Desa Gayam kecamatan Gayam dan di Desa Karamian Kecamatan Nonggunong). c. Pengembangan Pelabuhan/dermaga skala lokal antar pulau (dilengkapi dengan TPI) di Kecamatan Masalembu terletak di Desa Masalima, Pelabuhan di Kecamatan Raas sebanyak 1 unit berada di Desa Berakas, di Desa Dungkek (Kecamatan Dungkek), Gapura (Desa Longos Kecamatan Gapura), Gili Genting (Desa Aeng Anyar), Talango (Desa Talango) Ra as (Desa Ketupati), Sapudi, Pasongsongan (Desa Pasongsongan), Ambunten (Desa Ambunten tengah), Dasuk (Desa Slopeng), Bluto (Desa Lobuk), Pragaan, Saronggi (Desa Tanjung) dan Noingguninjg (Desa Sokarame Pasar). Rencana pengembangan terminal Terminal Klas A (terminal Arya Wiraraja di Perkotaan Sumenep) Terminal Klas C (Terminal Pragaan di Kec. Pragaan; Terminal Guluk-Guluk di Kec. Ganding; Terminal Kalianget di Kec. Kalianget; Terminal Ambunten di Kec. Ambunten; Terminal Dungkek di Kec. Dungkek; Terminal Pasongsongan di Kec. Pasongsongan; Terminal Saronggi di Kec. Saronggi; Terminal Batuan di Kec. Batuan; Terminal Talango di Kec. Talango; Terminal Bangkal di Kota Sumenep; dan Terminal Pamolokan di Kota Sumenep) Rencana Pengembangan Bandar Udara Pengembangan Bandar udara Nasional Trunojoyo di Perkotaan BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

106 NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA Sumenep dan pengembangan bandar udara khusus non militer di Pagerungan Kecamatan Sapeken. c Prasarana Rencana Pengembangan Jaringan Listrik a. Pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi alternatif di wilayah kepulauan melalui pengembangan PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel) dan PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya). b. Pengembangan energi panas bumi Aeng Panas Tirtosari di Kecamatan Pragaan. c. Pengembangan Pembangkit Listik Tenaga Angin di Kecamatan Ra as. Rencana Pengembangan Sistem Air Baku dan Air Bersih a. Pengembangan sistim penyediaan air bersih untuk kota-kota yang mendapat prioritas tinggi (Pusat Kota Sumenep dan Ibu Kota Kecamatan lainnya). b. Mengoptimalkan sumber air baku yang berasal dari sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Sumenep yang mempunyai debit air yang melimpah dan tidak pernah kering Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu economically feasible, socially acceptable dan environmentally sustainable dalam arahan kebijakan pembangunan Nasional merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengembangan wilayah Suramadu. Percepatan pembangunan ekonomi membutuhkan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta. Kemampuan pemerintah melalui APBN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan sangat terbatas, sehingga peran pemerintah sebagai stimulan bagi peran swasta yang lebih dominan dalam pembangunan ekonomi. 84 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

107 Seperti yang telah disampaikan di atas, langkah langkah percepatan pembangunan Suramadu dilakukan melalui integrasi pengembangan infrastruktur dan SDM dalam kerangka pengembangan wilayah. Percepatan pengembangan wilayah Suramadu dilaksanakan melalui pendekatan pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang potensi untuk dikembangkan. Pendekatan ini merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Tujuan pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi ini adalah untuk membangun keterkaitan ekonomi Madura sebagai pusat pertumbuhan Jawa Timur yang dapat memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi daerah serta memperbaiki ketimpangan pembangunan ekonomi. Ditetapkan sebagai kawasan Strategis Propinsi (KKSS, KKSM.KKM) KEP. KANGEAN KEP.MASALEMBU kebijakan relokasi industri ke KKM Pengembangan Pelabuhan berorientasi pemasaran outward dalam sistem logistik XX XXI V VII XIII XVI XVII III IV VI IX XII XIX XVIII II X XIV XV XXII PENGEMBANGAN KAWASAN REGIONAL DI KKJSS UNTUK ORIENTASI DISTRIBUSI PEMASARAN I XI PENGEMBANGAN KAWASAN REGIONAL DI KKJSM UNTUK ORIENTASI DISTRIBUSI PEMASARAN Link Hulu-Hilir (19 KLASTER unggulan (produksi pengolahan pemasaran) TRICKLE DOWN EFFECT UNTUK EKONOMI LOKAL Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu Pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penguatan konektifitas antar pusat pusat pertumbuhan dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur dan SDM pendukungnya. Jembatan BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

108 Suramadu merupakan modal konektivitas jaringan distribusi (barang dan jasa) yang dapat menyatukan wilayah pengembangan ekonomi Jawa dan Madura dalam satu koridor. Penguatan konektivitas akan membuka pertumbuhan ekonomi baru dan mengurangi keterisolasian wilayah dan memperluas cakupan hinterland wilayah yang terlebih dahulu berkembang. Secara keseluruhan, pusat pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitasnya menciptakan kerangka percepatan pengembangan wilayah Suramadu. Dalam pengembangan klaster klaster ekonomi tersebut, BPWS berfokus pada pengembangan sektor pertanian, perikanan dan kelautan, industri kecil-menengah dan pariwisata. PROGRAM STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Sebagai STIMULAN Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Madura PEMBANGUNAN SEKTOR LAINNYA DAN BPWS Jaringan jalan Infrastruktur perhubungan Infrastruktur air baku, air minum, sanitasi, energi, telekomunikasi Pembangunan pelabuhan, tol, bandara PEMBANGUNAN KAWASAN Pembangunan dan pengelolaan dalam rangka pengusahaan investasi kawasan oleh BPWS/ BLU/ BUMN/ BUMD/ Dunia Usaha FASILITASI Perencanaan Pengembangan SDM Pembebasan Lahan Persiapan Pengusahaan Investasi Kawasan Persiapan kerjasama pengusahaan pelabuhan Tol untuk pengembangan kawasan Gambar 3.7 Kerangka Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Madura 86 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

109 DUKUNGAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Membangun infrastruktur dan sarana pendukung kegiatan ekonomi lokal di klaster unggulan Mengembangkan kelembagaan dan keuangan mendukung peningkatan ekonomi lokal Mengembangkan inovasi teknologi utk ekonomi lokal Meningkatkan pemberdayaan masy. dan kapasitas SDM Mengembangkan pusat model pengolahan produksi, pemasaran dan promosi DUKUNGAN PENGEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PULAU MADURA Membangun fasilitas regional berupa fasilitas umum sosial, terminal regional, kawasan pergudangan regional, perdagangan regional di kawasan strategis propinsi Membangun sistem konektivitas dari daerah produksi ke pemasaran di kawasan regional Mengembangkan pengusahaan dan investasi melalui pembentukan BLU kawasan DUKUNGAN MEMBANGUN KETERKAITAN EKONOMI NASIONAL Mengembangkan kawasan industri kecil menengah di Pulau Madura dan kawasan khusus sisi Madura mendukung Pelabuhan Mendukung Sistem Logistik Nasional melalui pembangunan pelabuhan utama di Madura Meningkatkan sistem jaringan jalan nasional termasuk pembangunan jalan tol. Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS dalam mendukung Peningkatan Ekonomi di Wilayah Suramadu Adapun penjabaran kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis yang diinginkan adalah : a) Pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan klaster/kawasan ekonomi berbasis pada produk unggulan, dicapai dengan strategi; Membangun infrastruktur dan sarana pendukung kegiatan ekonomi lokal di klaster unggulan; Mengembangkan kelembagaan dan keuangan mendukung peningkatan ekonomi lokal; Mengembangkan inovasi teknologi untuk ekonomi lokal; Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kapasitas sumber daya manusia; Mengembangkan pusat model pengolahan produksi, pemasaran dan promosi. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

110 Dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura, pengembangan ekonomi lokal pada sektor strategis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri kecil menengah, dilakukan melalui pendekatan : Pengembangan kegiatan perekonomian dan perekonomian masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada sektor strategis klaster/kawasan; Penekanan pada pendekatan pengembangan bisnis (business development); Pelibatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam suatu proses yang partisipatif dan kemitraannya; Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi; Pengembangan UKM (usaha kecil menengah). Sebagai pusat pertumbuhan baru, 19 klaster/kawasan (selain ketiga kawasan kaki Jembatan Suramadu dan kawasan khusus sekitar pelabuhan petikemas) dikembangkan ke dalam tema tema sesuai dengan potensi sektor strategis pada masing masing kawasanberfokus pada 4 (empat) sektor strategis, yaitu pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri/perdagangan jasa. Pendekatan dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura dilakukan melalui: - Pengembangan ekonomi lokal; - Penguatan konektivitas klaster/kawasan; - Penguatan kemampuan SDM dan peran serta pemberdayaan masyarakat; - Peningkatan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah. Konsep tersebut dilakukan dengan penguatan sentra-sentra produksi pertanian/perikanan yang berbasis potensi lokal, penguatan pasar melalui pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan agribisnis/ minabisnis hulu sampai dengan hilir, pengembangan sistem kelembagaan dan sistem keterkaitan desa-kota (urban-rural linkage) untuk mendukung pengembangan kawasan. Sistem keterkaitan tersebut bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang saling menguntungkan antara pusat kawasan dengan sentra-sentra produksi yang dapat memberikan nilai 88 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

111 tambah produksi sehingga dapat memacu pembangunan perdesaan, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk unggulan, meningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland, pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya akan menekan laju urbanisasi. Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di wilayah Suramadu b) Pengembangan kawasan regional mendukung distribusi pemasaran produk unggulan klaster, dicapai melalui strategi: Membangun fasilitas regional berupa fasilitas umum, sosial, terminal regional, kawasan pergudangan regional dan perdagangan regional di kawasan strategis provinsi; Membangun sistem konektivitas dari daerah produksi ke pemasaran di kawasan regional; Mengembangkan pengusahaan dan investasi melalui pembangunan fasilitas terkait tol dan fasilitas lainnya melalui pembentukan BLU kawasan bekerjasama dengan Jasa Marga. BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

112 Dengan adanya Jembatan Suramadu, untuk optimasi pengembangan infrastruktur Wilayah Suramadu, di samping meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur juga perlu diperkuat keterkaitan infrastruktur wilayah. Untuk memperkuat keterkaitan infrastruktur wilayah Suramadu ditetapkan simpul-simpul aktifitas dan bernilai strategis regional sehingga perlu dikembangkan dan ditata sebagai pusat pelayanan yang merupakan perluasan Kota Surabaya dan menjadi satu kesatuan dengan Perkotaan Bangkalan. Nilai strategis regional yang dimaksud dapat berupa batasan fisik, lingkup pelayanan dan fungsional dari suatu kegiatan dalam rangka mendukung perekonomian kewilayahan, didukung dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi kegiatan dan ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Nilai strategis regional tersebut diarahkan pada kegiatan ekonomi tinggi yang dapat berpengaruh secara luas lintas kabupaten/kota dan menciptakan sinergitas serta efisiensi antarkegiatan, antarfungsi dan antar kawasan. Untuk mendukung integrasi logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah dan sistem komunikasi dan informasi tersebut, dibangun Pusat Distribusi Regional yang berfungsi sebagai cadangan penyangga nasional dan Pusat Distribusi Propinsi sebagai penyangga pada setiap Propinsi dan menjadi penyangga bagi jaringan Distribusi Kabupaten/Kota. Adapun kriteria penempatan Pusat Distribusi Regional adalah jumlah penduduk, akseibilitas, daerah konsumen (bukan penghasil dan bukan daerah produsen), dapat berfungsi sebagai kolektor (pusat konsolidasi) dan distributor, berada pada wilayah dekat Pelabuhan Utama dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan antar pulau. Dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dan berdasar pada pendekatan pembangunan tersebut, percepatan pengembangan infrastruktur Wilayah Suramadu meliputi pengembangan simpul-simpul, sistem/jaringan dan konektivitas kewilayahan pada skala lokal, regional dan nasional. Pada lingkup lokal fokus pengembangan diwujudkan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan 90 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

113 kawasan berdasarkan sektor unggulan yang didukung dengan penyediaan infrastruktur penunjang aktifitas produksi-pengolahan-pemasaran produk unggulan. Pada lingkup yang lebih luas (regional), pengembangan diwujudkan melalui pengembangan pusat perkotaan sebagai sentra pemasaran dan distribusi produk menuju wilayah lain didukung dengan konektivitas sistem perkotaan-daerah pendukungnya (hinterland). Sedangkan, pada lingkup nasional pengembangan diwujudkan melalui pengembangan simpul-simpul transportasi penghubung utama. Sebagai ilustrasi, Kota Surabaya merupakan lokasi Pusat Distribusi Regional, dimana segala aktifitas perekonomian di Wilayah Suramadu akan berpusat dan menjadi orientasi distribusi barang menuju wilayah lain. Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang melalui Pelabuhan di Wilayah Suramadu c) Pengembangan konektivitas mendukung ekonomi nasional dalam MP3EI, dicapai melalui strategi: Mengembangkan kawasan industri/kawasan khusus sisi Madura; BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

114 Mendukung Sistem Logistik Nasional melalui pembangunan pelabuhan utama di Madura; Meningkatkan sistem jaringan jalan nasional termasuk pembangunan jalan tol. Konektivitas Wilayah Suramadu merupakan bagian dari konektivitas nasional, untuk itu penguatan konektivitas Wilayah Suramadu mempertimbangkan keterhubungan Suramadu dengan pusat pusat perekonomian Nasional untuk meningkatkan daya saing. Penguatan konektivitas dilakukan secara terintegrasi dalam satu sistem, yang mana simpul simpul transportasi (pelabuhan, terminal, bandara, pusat pusat distribusi dan kawasan pergudangan) diintegrasikan dengan jaringan infrastruktur yang terhubung secara efektif dan efisien. Dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura, penguatan konektivitas klaster/kawasan dilakukan melalui pendekatan: Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan; Pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan; Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan. Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung dilakukan dengan menghubungkan antar pusat pusat kegiatan ekonomi (produksi, pengolahan dan pemasaran) dalam klaster/kawasan, antar pusat pusat kegiatan ekonomi klaster/kawasan menuju pusat pusat pelayanan dan pintu pintu outletyang akan berdampak pada kelancaran arus barang dan efektivitas kegiatan ekonomi. 92 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

115 Gambar 3.11 Sistem Konektivitas di Dalam Klaster/Kawasan Infrastruktur yang dikembangkan meliputi infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi, sumber daya air dan jaringan prasarana lainnya, yaitu: Sistem jaringan transportasi Meliputi jaringan transportasi darat (jalan, jalan lintas dan angkutan jalan, penyeberangan dan perkeretaapian), jaringan transportasi laut (tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran), serta jaringan transportasi udara (tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan). Sistem jaringan energi Meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik. Sistem jaringan telekomunikasi Meliputi jaringan terestrial dan jaringan satelit (stasiun bumi, STO, dan lain sebagainya). BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

116 Sistem jaringan sumber daya air Meliputi sumber air (wilayah sungai dan cadangan air tanah) dan prasarana SDA (irigasi, pengendali banjir dan lain sebagainya). Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional 3.4 KERANGKA REGULASI UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) telah mengamanatkan penanganan kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka pendanaan sejak proses perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak proses perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan meningkatkan kualitas kebijakan dan regulasi yang tertib sehingga memungkinkan setiap tindakan dapat memberikan manfaat yang lebih optimal. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 18 merupakan langkah terobosan untuk mensinergikan antara kebijakan dan 94 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

117 regulasi. Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat dibutuhkan karena kerangka regulasi bertujuan untuk: Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai kebutuhan pembangunan; Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan. Lingkup penugasan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) adalah penugasan multi sektor dan lintas kabupaten/kota sehingga pembangunan wilayah Suramadu merupakan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Program percepatan pengembangan wilayah Suramadu adalah multi sektor dan lintas kabupaten/kota, beberapa hal yang perlu dikoordinasikan adalah sebagai berikut: Aturan perundang-undangan: disharmoni dalam aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur. Kapasitas kelembagaan: tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas SDM. Pembebasan tanah: pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya. Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur. Prioritisasi: sinkronisasi prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota). Berdasarkan lingkup substansi yang multi sektor dan kewilayahan yang lintas kabupaten, kerangka regulasi diperlukan untuk menjamin pelaksanaan koordinasi kebijakan dan pelaksanaan pembangunan Wilayah Suramadu sebagaimana diamanatkan oleh Perpres yang merupakan kewenangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi bersama sama BPWS dalam skema hubungan kelembagaan di bawah ini. Kerangka regulasi tersebut BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

118 diturunkan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS Pemerintah Provinsi sebagai wakil dari pemerintah di Daerah (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi) mempunyai fungsi koordinasi program Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Dalam pembangunan wilayah Suramadu, Gubernur bersama sama dengan BPWS mensinergikan Pusat dan daerah dalam berbagai urusan dan melaksanakan kesepakatan, 96 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

119 kerjasama serta melaksanakan berbagai peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan sinkronisasi pelaksanan pembangunan kawasan oleh Dunia usaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta masyarakat. Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan kepala daerah melaksanakan sinergi pusatdaerah dan antardaerah yang dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah yaitu: a. Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan, antara lain: (1) sinergi dalam perencanaan pembangunan; (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3) standardisasi indikator pembangunan; (4) pengembangan database dan sistem informasi; (5) perijinan investasi di daerah. b. Sinergi dalam Kerangka Anggaran Sinergi antara APBN dan APBD (DAU, DAK, DBH, DP, Dana Otsus). c. Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah, yaitu (1) menata dan menyempurnakan pengaturan mekanisme pembangunan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran; (2) meningkatkan kapasitas aparatur. d. Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah, meliputi: (1) sinkronisasi kebijakan dalam penggunaan lahan dan tata ruang; (2) keterpaduan pembangunan prasarana dan sarana antar kabupaten/kota; (3) meningkatkan pengaturan bersama alih fungsi lahan; (4) mempercepat penyusunan penyusunan RTRW Daerah, dan peraturan pendukung pelaksanaan RTRW; (5) membangun kesepakatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, urusan pemerintahan terbagi habis dalam kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan setiap bidang BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

120 terbagi ke dalam urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT (Mutlak Urusan Pusat) CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) Politik Luar Negeri Pertahanan Keamanan Yustisi Moneter & Fiskal Nasional Agama PILIHAN/OPTIONAL (SektorUnggulan) Contoh: pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, kelautan, dsb WAJIB/OBLIGATORY (PelayananDasar) Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan SPM (StandarPelayanan Minimal) PP 65/2005 Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintahan Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten dengan pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk 98 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

121 meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah. Kerjasama antar daerah dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama. Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain: kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Obyek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama : Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima) tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama. Badan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas adalah bukan perangkat daerah. Dalam kaitannnya dengan pengembangan Wilayah Suramadu, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu antara lain: 1. Dukungan politik & komitmen stakeholder, meliputi: sektor-sektor terkait, swasta, masyarakat, media massa 2. Dukungan sumberdaya, meliputi: legal, organisasi, SDM, dana 3. Dukungan leadership, meliputi visi, pro-aktif, konsisten, dsb BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

122 Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu 3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 tahun 2008 junto Perpres No. 23 Tahun 2009 dan rancangan revisi Perpres No. 27 Tahun 2008 terdiri dari Dewan Pengarah, Tim Koordinasi Pelaksana Pengembangan Wilayah, dan Badan Pelaksana. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dan perubahannya mengamanatkan pembangunan kawasan dan penyediaan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, jaringan jalan, jaringan listrik dan air minum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 dan Undang Undang sektor, pembangunan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah melalui kementerian yang terkait dan pemerintah propinsi serta Pemerintah Kabupaten kota. BPWS sesuai dengan amanat Perpres mempunyai tugas dan fungsi utama untuk mengintegrasikan pembangunan dengan memfasilitasi dan menkoordinasikan pelaksanaan urusan urusan yang menjadi 100 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

123 kewenangan Pusat dan daerah tersebut, dan mempunyai fungsi membangun, mengelola dan mengusahakan kawasan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi lokal. Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) merupakan Lembaga Pemerintah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Pembentukan BPWS bertujuan untuk mempercepat pengembangan Wilayah Suramadu yang meliputi sebagian wilayah Surabaya, Madura dan Kepulauannya. Struktur BPWS terdiri atas Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana. Dewan Pengarah mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan umum, memberikan arahan dan melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pengendalian pembangunan dan pengelolaan wilayah Suramadu; b. Mensinkronkan kebijakan instansi-instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan pengembangan wilayah Suramadu; BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN SEKTOR PERTANIAN SEBELUM DAN SETELAH BERDIRI JEMBATAN SURAMADU

PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN SEKTOR PERTANIAN SEBELUM DAN SETELAH BERDIRI JEMBATAN SURAMADU SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN SEKTOR PERTANIAN SEBELUM DAN SETELAH BERDIRI JEMBATAN SURAMADU Oleh : Aizeh Mauludina (1310 105 01) Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak didominasi oleh lahan-lahan kering (tegalan). Hal inilah yang. pendirian perkebunan relatif kurang menguntungkan.

I. PENDAHULUAN. banyak didominasi oleh lahan-lahan kering (tegalan). Hal inilah yang. pendirian perkebunan relatif kurang menguntungkan. I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kabupaten Bangkalan umumnya dihuni oleh masyarakat yang relatif homogen, yaitu masyarakat bersuku bangsa Madura, walaupun beberapa tahun terakhir mulai berdatangan masyarakat

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Luas wilayah Kabupaten Sampang 1 233.30 km 2. Kabupaten Sampang terdiri 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 Desa. Batas administrasi

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran Umum Kondisi Daerah Gambaran Umum Kondisi Daerah Daya Saing Kabupaten Bangkalan Daya Saing Kabupaten Bangkalan merupakan kemampuan perekonomian Kabupaten Bangkalan dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN/KLASTER KAB.BANGKALAN

MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN/KLASTER KAB.BANGKALAN 1 Pendahuluan Dalam pelaksanaan percepatan Latar Belakang pengembangan wilayah Suramadu, BPWS menyusun Rencana Induk Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu yang memuat visi misi, kebijakan dan strategi

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

Sidang Akhir Tugas Akhir

Sidang Akhir Tugas Akhir Sidang Akhir Tugas Akhir Aji Muda Casaka Laboratorium E-Bisnis Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dosen Pembimbing: Faizal Johan Atletiko, S.Kom,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Indramayu, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa,

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung berada antara 3º45 dan 6º45 Lintang Selatan serta 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah utara berbatasan dengan Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN

III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROINSI LIMA TAHUNAN No Program Utama Lokasi Instansi Pelaksana Sumber A Program Utama Pengembangan Wilayah 1 Pengembangan kerjasama

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA 1 PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH DKI merupakan daerah yang terletak di 5 19' 12" - 6 23' 54" LS dan 106 22' 42" - 106 58' 18"BT. Secara geologis, seluruh dataran terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~m'. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci