ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO
|
|
- Deddy Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim, MSi. Wilayah Kab. Situbondo mempunyai luas sawah irigasi sebesar ha pada tahun 2005 (Sumber: Dinas Pertanian Prop. Jatim). Dengan pertambahan penduduk dan adanya laju pembangunan yang relatif pesat, maka tak terelakkan adanya kemungkinan alih fungsi lahan dari hutan dan lahanpertanian menjadi permukiman dan industri. Tujuan pembahasan materi dalam judul penelitian ini yaitu melakuakan analisis trend irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo. Berdasarkan hasil analisa data skunder di dapatkan adanya kenaikan luas baku sawah irigasi teknis yang mengindikasikan terjadinya kejadianalih fungsilahanyang cukup signifikan di kabupaten Situbondo yang merupakan kecamatan kecamatan yang termasuk dalam DI. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten situbondo menurut lapangan usaha pertanian berdasarkan data terahir tahun 2004 sebesar Rp ,24 dimana laju pertumbuhan PDRB dari tahu 2000 sampai 2004 sebesar 12,67%. Kata Kunci : trend, lahan irigasi, PDRB PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam hal kecenderungan menurunnya kuantitas luasan sawah dan luasan tanaman padi atau dengan kata lain adanya dugaan alih fungsi lahan dan atau luasan tanaman padi, perlu diwaspadai agar penyediaan pangan nasional dari propinsi Jawa Timur tetap terpenuhi, sesuai dengan target yang telah direncanakan. Untuk mengetahui lebih jauh atas dugaan alih fungsi lahan tersebut, kajian atau analisis atas dugaan tersebut perlu atau harus dilakukan di Kabupaten Situbondo. Perumusan Masalah 1. Bagaimana menganalisa tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo? 2. Bagaimana pengaruh tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi terhadap PDRB di Kabupaten Situbondo? Maksud dan Tujuan 1. Menganalisa tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo. 2. Mengetahui pengaruh tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi terhadap PDRB di Kab. Situbondo.
2 2 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : DASAR TEORI Alih Fungsi Lahan Berdasarkan penyebabnya dapat dibuat beberapa alternatif definisi Alih Fungsi Lahan sebagai berikut : 1. Berubahnya fungsi lahan irigasi menjadi fungsi lain non pertanian (bangunan, Fasum). 2. Berubahnya jenis tanaman yang dibudidayakan, dari tanaman pangan dan Palawija menjadi tanaman lain seperti Perkebunan, tanaman Kehutananan atau Buah buahan. 3. Berubahnya jenis lahan atau kelas lahan irigasi menjadi lahan kering atau lahan tadah hujan. Sedangkan berdasarkan durasi atau lama berlangsungnya dan reversibilitasnya dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Alih fungsi lahan permanen (AFL permanen) 2. Alih fungsi lahan sementara (AFL sementara) Pola Tata Tanam Secara umum pola tata tanam dimaksudkan untuk: menghindari ketidak seragaman tanaman, menghemat air, melaksanakan waktu tanam yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan, meningkatkan produksi tanaman. Untuk menentukan kebutuhan air irigasi digunakan pola tata tanam dan jadwal tanam dengan menggeser waktu tanam sesuai dengan ketersediaan debit. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Keseimbangan jumlah air yang masuk dan keluar dari suatu lahan pertanian adalah sebagai berikut (Suhardjono, 1994): a. Jumlah air yang masuk pada suatu lahan pertanian berupa air irigasi (IR) dan air hujan (R) b. Sedangkan air yang keluar merupakan sejumlah air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman (ET), air bagi persemaian dan pengolahan tanah (Pd), maupun sejumlah air yang merembes karena perkolasi dan infiltrasi (P dan I). Di samping faktor hujan (R) serta faktor lainnya (Pd, P, dan I), kebutuhan air tanaman (ET) merupakan faktor penting yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi (IR). Makin besar ET makin besar pula IR. Sehingga salah satu usaha untuk memperkecil kebutuhan air irigasi adalah memperkecil kebutuhan air tanaman. Metode Pembagian Air Untuk penyesuaian pembagian air sekurang-kurangnya diperlukan data-data sebagai berikut :
3 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 3 a. Air yang tersedia, b. Kebutuhan air tanaman, c. Kehilangan air. Metode untuk menentukan penjatahan/pembagian air yang lazim digunakan di Indonesia adalah : a. Metode Pasten. b. Metode FPR. c. Metode Faktor K. FPR air. yang. tersedia (l/det/ha) Luas. relatif. totalpalawija METODE PENELITIAN PERMASALAN MAKSUD & TUJUAN STUDI LITELATUR PENGUMPULAN DATA SKUNDER HIDROLO GI ALIH FUNGSI LAHAN SISTEM IRIGASI LUAS LAHAN IRIGASI LUAS PANEN TATA TANAM PDRB ANALISA DATA TEKNIK REGRESI PROSENTASE PERTUMBUHAN KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1: Metode Penelitian
4 4 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari: Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari: Peta Rupabumi DAS yang ditinjau, skala 1 : Peta dan Data Tata Guna Lahan Data Kependudukan Data sosial ekonomi Data statistik Kabupaten dan Kecamatan Data PDRB Kabupaten Bondowoso Letak Geografis Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya diujung timur Pulau Jawa, bagian Utara dengan posisi di antara 7º35 7º44 Lintang Selatan dan 113º30-114º42 Bujur Timur. Letak Kabupaten Situbondo disebelah utara berbatasan dengan Selat Madura, disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan disebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 Km² atau Ha, bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 140 Km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah dan disebelah selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah lebih kurang 11 Km. Luas wilayah menurut Kecamatan, terluas adalah Kecamatan Banyuputih 481,67 Km² disebabkan oleh luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan Wilayah Banyuwangi Utara. Sedangkan luas wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu 26,41 Km². Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14 kecamatan memiliki pantai dan 3 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng dan Kecamatan Panji. Temperatur daerah ini lebih kurang diantara 24,7ºC 27,9ºC dengan rata-rata curah hujan antara 994 mm mm per tahunnya dan daerah ini tergolong kering. Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian m di atas permukaan laut. Keadaan tanah menurut teksturnya, pada umumnya tergolong sedang 96,26 %, tergolong halus 2,75 %, dan tergolong kasar 0,99 %. Drainase tanah tergolong tidak tergenang 99,42 %, kadang-kadang tergenang 0,05 % dan selalu tergenang 0,53 %. Jenis tanah daerah ini berjenis antara lain alluvial, Regosol, Gleysol, Renzine, Grumosol, Mediteran, Latosol dan Andosol. Kondisi Daerah Studi Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Situbondo mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 terus mengalami peningkatan di mana pada tahun 2000, jumlah penduduk tercatat sebanyak jiwa yang bertambah menjadi jiwa pada tahun kemudian angka tersebut turun menjadi jiwa pada tahun 2004 dan kembali meningkat menjadi sebanyak jiwa pada tahun Meskipun terjadi penurunan jumlah penduduk pada tahun 2004, namun demikian secara umum jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo selama kurun waktu 6 tahun antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan dengan laju petumbuhan penduduk rata-rata dari 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1,49 % per tahun.
5 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 5 Berikut disajikan data tentang jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel berikut : Tabel 1: Jumlah Penduduk Kabupaten Situbondo No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sumbermalang Jatibanteng Banyuglugur B e s u k i S u b o h Mlandingan Bungatan K e n d i t Panarukan Situbondo Mangaran P a n j i Kapongan A r j a s a J a n g k a r Asembagus Banyuputih Jumlah Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka
6 6 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : Gambar 2: Peta Wilayah Kabupaten Situbondo
7 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 7 Tabel 2: Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo No Kecamatan Luas wilayah (Km²) Sumbermalang 129, Jatibanteng 66, Banyuglugur 72, B e s u k i 26, S u b o h 30, Mlandingan 39, Bungatan 66, K e n d i t 114, Panarukan 54, Situbondo 27, Mangaran 46, P a n j i 35, Kapongan 44, A r j a s a 216, J a n g k a r 67, Asembagus 118, Banyuputih 481, Jumlah 1.638, Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka Luas Sawah Irigasi Berikut disajikan data tentang luas sawah irigasi teknis di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel 4 berikut : Tabel 3 : Luas Sawah Irigasi Teknis No Kecamatan Sumbermalang Jatibanteng Banyuglugur B e s u k i S u b o h Mlandingan Bungatan K e n d i t Panarukan Situbondo Mangaran P a n j i Kapongan A r j a s a J a n g k a r Asembagus Banyuputih Jumlah Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka
8 8 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : No Kecamatan Tabel 4 : Luas Sawah Irigasi Semi Teknis Sumbermalang Jatibanteng Banyuglugur B e s u k i S u b o h Mlandingan Bungatan K e n d i t Panarukan Situbondo Mangaran P a n j i Kapongan A r j a s a J a n g k a r Asembagus Banyuputih Jumlah Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka Berikut disajikan data tentang luas sawah irigasi sederhana di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel 3.5 berikut : No Kecamatan Tabel 5: Luas Sawah Irigasi Sederhana Sumbermalan g Jatibanteng Banyuglugur B e s u k i S u b o h Mlandingan Bungatan K e n d i t Panarukan Situbondo Mangaran P a n j i Kapongan A r j a s a J a n g k a r Asembagus Banyuputih Jumlah Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka Ekonomi
9 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 9 Berikut disajikan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku seperti Tabel berikut Tabel 6: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku (x 10 6 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor I Pertanian , , , , ,24 II Pertambangan & Penggalian 9.010, , , , ,42 III Industri Pengolahan , , , , ,96 IV Listrik, Gas dan Air Minum , , , , ,80 V B a n g u n a n , , , , ,78 VI Perdagangan, Hotel & Restoran , , , , ,23 VII Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,44 VIII Keuangan, Persewaan dan Jasa /Perusahaan , , , , ,24 IX Jasa - Jasa , , , , ,43 PDRB , , , , ,53 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka Tabel 7: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan (x 10 6 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor I Pertanian , , , , ,67 II Pertambangan & Penggalian 4.954, , , , ,19 III Industri Pengolahan , , , , ,24 IV Listrik, Gas dan Air Minum 8.090, , , , ,88 V B a n g u n a n , , , , ,78 VI Perdagangan, Hotel & Restoran , , , , ,12 VII Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,86 VIII Keuangan, Persewaan dan Jasa /Perusahaan , , , , ,59 IX Jasa - Jasa , , , , ,69 PDRB , , , , ,01 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka ANALISA DATA Wilayah Kabupaten Situbondo Luas sawah irigasi di Kabupaten Situbondo dari 2001 sampai dengan 2005 cenderung turun dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,02 % pertahun atau 7,25 ha. Penurunan terjadi pada luas sawah dengan irigasi teknis dengan laju penurunan rata-rata pertahun sebesar 0,03 % yaitu ha pada 2001 menjadi pada 2005 atau terjadi penurunan sekitar 10 ha sawah irigasi teknis
10 10 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : pertahun. Pengurangan sawah irigasi teknis terjadi di Kecamatan Besuki, Suboh, Panarukan, Situbondo dan Arjasa yang umumnya merupakan daerah perkotaan dan pusat aktivitas bagi wilayah di sekitarnya sehingga terjadi perubahan lahan sawah irigasi teknis ke fungsi yang lain seperti untuk pemukiman, fasilitas perdagangan dan industri dan sebagainya. Sedangkan untuk sawah irigasi setengah teknis luasnya cenderung stagnan dan sawah irigasi sederhana rata-rata pertahun naik sebesar 0,42 % tetapi luasnya kurang signifikan dibanding jenis sawah irigasi yang lain serta lajunya cenderung stagnan. Luas (ha) LUAS SAWAH IRIGASIDI WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO y = Teknis Setengah Teknis Sederhana Jumlah total sawah Linear (Sederhana) Linear (Teknis) Linear (Setengah Teknis) Linear (Jumlah total sawah ) Gambar 3: Grafik Perubahan Sawah Irigasi di Wilayah Kabupaten Situbondo Berdasarkan analisa grafik dengan persamaan linier, penurunan lahan untuk sawah irigasi teknis mengikuti persamaan y = -9,3x Persamaan linier perubahan luas sawah irigasi di Kabupaten Situbondo ditunjukkan dalam Tabel berikut : Tabel 8: Persamaan Linier Perubahan Luas Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Situbondo Jenis Sawah y = -7,1x y = 2,2x + 654,2 Persamaan Linier Irigasi Teknis y = -9,3x Irigasi Setengah Teknis y = 1244 Irigasi Sederhana y = 2,2x + 654,2 Sawah Irigasi y = -7,1x Sumber : Analisis BPS Kabupaten Situbondo Berikut disajikan Grafik perbandingan antara baku sawah dengan luas sawah di Kabupaten Situbondo seperti Gambar berikut : y = -9,3x
11 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 11 Perbandingan Baku Sawah dan Luas Sawah di Kabupaten Situbondo Luas (ha) Teknis Baku Sawah Teknis Luas sawah Setengah Teknis Baku Sawah Setengah Teknis Luas sawah Sederhana Baku Sawah Sederhana Luas sawah Total Baku Sawah Total Luas sawah Gambar 4: Grafik Perbandingan Luas Sawah dengan Baku Sawah Irigasi di Wilayah Kabupaten Situbondo KESIMPULAN DAN SARAN Dari serangkaian pembahasan dan analisa pada bab di muka maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Mulai tahun 2001 terjadi peningkatan luas baku sawah teknis sebesar rata-rata 71,75 ha pertahun dan penurunan luas sawah teknis rata-rata 10 ha pertahun. Secara rinci laju perubahan ini dapat dilihat pada Gambar di bawah : Grafik Perubahan Baku Sawah Teknis dan Luas Sawah Teknis di Kabupaten Situbondo , , , ,00 y = -9,3x R 2 = 0, ,00 Luas (ha) y = 150,2x R 2 = 0, Baku Sawah Teknis Linear (Luas Sawah Teknis) Luas Sawah Teknis Linear (Baku Sawah Teknis) Gambar 5: Grafik Perubahan Baku Sawah Teknis dan Luas Sawah Teknis di Kab. Situbondo Sumber: Data diolah dari BPS Kabupaten Situbondo dan PU Pengairan Jawa Timur
12 12 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha pertanian berdasarkan data terakhir 2004 sebesar Rp ,24 - dimana laju pertumbuhan rata-rata PDRB dari 2000 sampai dengan 2004 sebesar 12,67 %. Berikut disajikan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha pertananian berdasarkan harga berlaku seperti Tabel berikut : Tabel 9: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Pertanian Berdasarkan Harga Berlaku (x 10 3 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor I Pertanian , , , , ,24 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka Berdasarkan tabel di atas PDRB meningkat sesuai dengan peningkatan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kenaikan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis terhadap PDRB adalah pasitif. Dan hal tersebut selayaknya dipertahan atau ditingkatkan kan oleh pemerintah Kab. Situbondo. Saran: 1. Mempertahankan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis agar produksi pertanian di kab. Situbondo minimal tetap dengan hasil yang dicapai sebelumnya 2. Penataan ruang kab. Situbondo tetap dipertahankan seperti kondisi exsisting agar luas baku sawah teknis dan luas sawa teknis tetap terjaga dan pada akhirnya mampu meningkatkan PDRB kab. Situbondo 3. Tetap memelihara jaringan irigasi di wilayah kab. situbondo DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, 1986, Kriteria Perencanaan Irigasi bagian Penunjang, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia - Jakarta. 2. Departemen Pekerjaan Umum, 1986, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia - Jawa Timur. 3. Sri Harto BR,Dip.H, 1989, Analisis Hidrologi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada 4. Ir. Suyono Sosrodarsono 1985, Penerbit Pradnya Paramita Jakarta. 5. BAPPEDA Situbondo, 2006, Profil Kabupaten Situbondo, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Situbondo
13 Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan
68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan
Lebih terperinciNepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan
Lebih terperinciINDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012
INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN 2013 ISSN : No.
Lebih terperinciINDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2011
INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2011 Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN 2012 ISSN : No.
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciHASIL SENSUS PENDUDUK 2010
HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Kabupaten Situbondo DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN SITUBONDO Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK
34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi
IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50
5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii x I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 6 1.3.
Lebih terperinci3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN
38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO
BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012
BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN
PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN Wiweka Peneliti Kantor Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN Dosen Teknik Informatika, FTMIPA, Universitas Indraprasta
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperincippbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting bagi ketersediaan pangan. Jika ketersediaan air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA KEDUA (SECOND CITY) DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA KEDUA (SECOND CITY) DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22 Februari sampai dengan 21 Maret 2016 di wilayah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Besuki,
Lebih terperinciPendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA
31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1
58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN
No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinciBAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN
27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.
Lebih terperinciTEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso
TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso Classification of Sub Type Oldeman Climate: Study at UPT PSDA Bondowoso Area Novita Sari ), Indarto, Sri
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon
KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.
Lebih terperinciInventarisasi dan Evaluasi Jaringan Pipa PDAM Kabupaten Situbondo
A458 Inventarisasi dan Evaluasi Jaringan Pipa PDAM Kabupaten Situbondo Ginta Widya Seftiara, Muhammad Taufik, dan Akbar Kurniawan Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI
39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
BPS KABUPATEN DELI SERDANG No. 01/07/1212/Th. XIV, 8 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinci