I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)
|
|
- Veronika Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta, PDRB Jawa Timur juga selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004, total PDRB Jawa Timur atas dasar harga konstan tahun 2004 adalah sebesar 242,23 triliun rupiah. Angka ini kemudian mengalami peningkatan menjadi 256,37 triliun rupiah di tahun 2005 dan 271,24 triliun rupiah di tahun Pada tahun 2007, angka ini meningkat sebesar 6,1% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 287,81 triliun rupiah. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) No Sektor *) 2006**) 2007**) 1 Pertanian , , , ,38 2 Pertambangan , , , ,19 3 Industri , , , ,97 4 Listrik, Gas, Air Bersih , , , ,88 5 Konstruksi , , , ,65 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , ,49 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , , ,85 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , ,88 9 Jasa - jasa , , , ,62 PDRB Jawa Timur , , , ,92 Catatan ; *) angka diperbaiki **) angka sementara Sumber : BPS Jawa Timur, 2007 Apabila diamati dari persentase kontribusi masing-masing sektor, dalam Tabel 2, maka dapat diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang terbesar setiap tahunnya. Pertumbuhan sektor tersebut dari tahun ke tahun selalu meningkat, dari 28,19% di tahun 2004 hingga 30,77% di tahun Selain itu, sektor yang juga berkontribusi cukup besar bagi PDRB Provinsi Jawa Timur adalah sektor industri dan sektor pertanian. Meskipun pertumbuhannya mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun kedua sektor ini masih tetap merupakan penyumbang yang cukup besar bagi perekonomian
2 2 provinsi Jawa Timur. Dari keseluruhan sektor perekonomian yang ada, hanya sektor pertanian, industri, konstruksi, dan jasa-jasa yang mengalami penurunan, sedangkan sektor-sektor yang lainnya mengalami peningkatan. Tabel 2 Persentase Masing-Masing Sektor terhadap Total PDRB Provinsi Jawa Timur No Sektor Pertanian 17,89 17,44 17,13 16,66 2 Pertambangan 1,90 1,96 2,01 2,09 3 Industri 27,87 27,55 26,84 26,46 4 Listrik, Gas, Air Bersih 1,72 1,73 1,70 1,79 5 Konstruksi 3,55 3,47 3,33 3,18 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,19 29,08 30,14 30,77 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,71 5,66 5,72 5,81 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,86 4,94 5,02 5,13 9 Jasa - jasa 8,30 8,17 8,13 8,11 PDRB Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur, Data diolah. Peningkatan secara terus-menerus PDRB tersebut memberikan pengaruh positif pada rerata tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang diindikasikan melalui pendapatan perkapita. Bila pada tahun 2004 pendapatan rata-rata masyarakat Jawa Timur baru berkisar sebesar 9,3 juta rupiah, pada tahun 2005 meningkat menjadi 10,88 juta rupiah. Pada tahun 2006, pendapatan rata-rata masyarakat kembali meningkat menjadi sebesar 12,56 juta rupiah, dan pada akhir tahun 2007 pendapatan rata-rata penduduk Jawa Timur telah mencapai sekitar 14,07 juta rupiah (Bappeprop, 2008). Secara makro, kesejahteraan masyarakat petani Jawa Timur juga menunjukkan angka positif. Hal ini diindikasikan melalui Nilai Tukar Petani (NTP) yang pada tahun 2004 sebesar 105,02 meningkat menjadi 105,29 di tahun 2005 dan 111,68 di tahun 2006, selanjutnya pada akhir tahun 2007 angka tersebut mencapai 113,12. Perbaikan ini selaras dengan peningkatan produk-produk hasil pertanian Jawa Timur. Seperti yang disampaikan dalam situs Bappeprop (2008), bahwa secara keseluruhan, total surplus komoditi pangan strategis Jawa Timur pada akhir tahun 2007 adalah sebagai berikut:
3 3 Tabel 3 Data Surplus Komoditi Pangan Strategis Provinsi Jawa Timur pada akhir Tahun 2007 No Jenis Komoditi Surplus Produksi 1. Beras 2,47 juta ton 2. Jagung 3,56 juta ton 3. Ubi Kayu 3,07 juta ton 4. Ubi Jalar 74,63 ribu ton 5. Kacang Tanah 178,78 ribu ton 6. Kacang Hijau 70,54 ribu ton 7. Daging 58,12 ribu ton 8. Telur 12,79 ribu ton 9. Susu 134,37 ribu ton Berdasarkan kondisi Jawa Timur yang memiliki potensi besar di sektor pertanian, dengan semangat otonomi daerah, maka pemerintah provinsi menetapkan visi jangka panjang tahun , yaitu Jawa Timur sebagai "Pusat Agribisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global, dan Berkelanjutan". Adapun misi pertama yang ingin dicapai adalah Agroindustri Berbasis Inovasi Teknologi. Seperti yang dikutip dalam situs resmi Bappeprop Jawa Timur (2008), bahwa performa kinerja perekonomian Jawa Timur sampai saat ini sebenarnya telah menunjukkan adanya transformasi struktural dari sektor primer ke sektor sekunder. Oleh karena itu, merupakan langkah yang tepat apabila sektor agroindustri dikembangkan di Jawa Timur. Pengembangan agroindustri diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, sehingga mampu mendorong peningkatan nilai tambah dan menumbuhkan kegiatan ekonomi di daerah-daerah. Lebih jauh lagi, tujuan industrialisasi termasuk di dalamnya agroindustri adalah untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Keberadaan sektor agroindustri diharapkan dapat meningkatkan permintaan komoditi pertanian, karena sektor ini berperan dalam mendiversifikasi produk pertanian menjadi produk olahan yang dapat diterima oleh konsumen. Selain itu, keberadaan sektor agroindustri pada suatu wilayah diharapkan mampu: (1) meningkatkan pendapatan, terutama pendapatan petani, (2) memperluas lapangan kerja baik di perdesaan maupun di perkotaan, (3) meningkatkan nilai tambah produk pertanian, (4) meningkatkan ekspor hasil pertanian, (5) memacu tumbuhnya industri lain yang memerlukan
4 4 bahan baku dari sektor pertanian, dan (6) dapat menjadi faktor penarik bagi pengembangan diversifikasi pertanian (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dalam Soekartawi, 2005). Sektor agroindustri merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisis yang komprehensif untuk merencanakan pengembangan sektor tersebut di Jawa Timur. Analisis dari sisi sektoral saja tidak cukup untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, karena pertumbuhan perekonomian suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar sektor saja, melainkan dipengaruhi juga oleh wilayahwilayah yang tercakup di dalamnya. Maka dari itu, karya tulis ini akan menganalisis perencanaan pembangunan agroindustri dari sisi sektoral dan wilayah, sehingga akan dihasilkan kebijakan yang tepat dan akan mempercepat pengembangan sektor agroindustri pada khususnya dan perekonomian Jawa Timur pada umumnya. 1.2 Perumusan Masalah Perencanaan pembangunan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah tersebut. Aktivitas yang dimaksud terutama adalah aktivitas ekonomi, yang tercakup dalam kegiatan perencanaan pembangunan wilayah, baik jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek (Tarigan, 2006). Apabila diamati dari struktur PDRB per kapita kabupaten/kota Jawa Timur pada Tabel 4, akan terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Wilayah kota di Jawa Timur cenderung memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan wilayah kabupaten. Kabupaten yang memiliki PDRB per kapita tinggi adalah kabupaten yang berada dalam kawasan pengembangan Gerbangkertasusila. Lima wilayah yang memiliki PDRB per kapita paling tinggi adalah Kota Kediri, Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Adapun lima wilayah dengan PDRB per kapita paling rendah adalah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Bondowoso. Apabila diamati lebih lanjut, wilayah-wilayah dengan
5 5 PDRB per kapita rendah terletak di wilayah pulau Madura dan wilayah selatan Jawa Timur. Tabel 4 PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2007 (juta rupiah) No Kode Kabupaten/Kota Nilai Kota Kediri 171, Kota Surabaya 51, Kota Malang 27, Kabupaten Sidoarjo 24, Kabupaten Gresik 23, Kota Mojokerto 17, Kota Probolinggo 16, Kabupaten 12, Kota Tl Madiun 11, Kota Batu 11, Kabupaten Banyuwangi 11, Kabupaten Probolinggo 10, Kota Pasuruan 10, Kabupaten Tuban 10, Kabupaten Mojokerto 10, Kabupaten Lumajang 9, Kabupaten Situbondo 9, Kabupaten Malang 9, Kota Blitar 8,95 Sumber: Data Statistik Indonesia, 2009 No Kode Kabupaten/Kota Nilai Kabupaten Bojonegoro 8, Kabupaten Jombang 8, Kabupaten Magetan 8, Kabupaten Blitar 8, Kabupaten Sumenep 8, Kabupaten Jember 7, Kabupaten Pasuruan 7, Kabupaten Nganjuk 7, Kabupaten Kediri 7, Kabupaten Madiun 6, Kabupaten Ngawi 6, Kabupaten Ponorogo 5, Kabupaten Lamongan 5, Kabupaten Bangkalan 5, Kabupaten Bondowoso 5, Kabupaten Sampang 4, Kabupaten Trenggalek 4, Kabupaten Pamekasan 4, Kabupaten Pacitan 4,38 Rata-Rata Jawa Timur 14,50 Perbedaan tingkat pendapatan per kapita ini bisa menjadi salah satu indikasi adanya ketimpangan pembangunan wilayah di Jawa Timur yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi aktivitas ekonomi pada pusat-pusat pertumbuhan di wilayah kota dan wilayah Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Hal tersebut diperkuat dengan struktur ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Timur, di mana pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri pada tahun 2005 lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Jumlah pekerja di sektor industri bertambah sebesar 11,9% sedangkan pekerja di sektor pertanian hanya sebesar 3,58% (Pemerintah Provinsi Jawa Timur, 2008). Meski demikian, World Bank Development Report (2009) mengemukakan bahwa konsentrasi aktivitas ekonomi pada wilayah-wilayah tertentu tidak dapat dihindari dan bahkan cenderung dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi. Hal
6 6 tersebut merupakan salah satu bagian dari proses pembangunan. Sedangkan ketimpangan wilayah merupakan konsekuensi yang wajar asalkan masih dalam batas yang layak. Pada umumnya, daerah-daerah yang memiliki basis perekonomian di sektor pertanian identik dengan ketertinggalan dalam pembangunan. Akan tetapi, sebenarnya justru hal tersebut dapat menjadi keunikan dan kekuatan tersendiri dalam mencanangkan strategi pembangunan wilayah. Keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian (hulu) dan sektor industri (hilir) dalam struktur perekonomian wilayah merupakan pondasi yang kuat dalam perkembangan perekonomian. Hal ini disebabkan karena proses produksi yang terjadi banyak menggunakan bahan-bahan lokal sehingga tingkat ketergantungan dari luar daerah atau luar negeri relatif kecil. Pemanfaatan sumber daya lokal yang besar pada akhirnya akan meningkatkan nilai tambah yang tercipta. Berdasar visi dan misi yang dicanangkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka beberapa strategi pembangunan yang hendak dicapai terkait dengan pengembangan agroindustri adalah sebagai berikut (Bappeprop, 2008): 1. Penguatan kelembagaan Agribisnis/agroindustri Pertanian melalui perbaikan kinerja masing-masing sektor yang saling terkait. 2. Penetapan Rencana Induk Pengembangan Ekspor Produk Pertanian. 3. Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dan hasil laut. Komoditi yang akan dikembangkan, antara lain : pengolahan rumput laut, pengalengan ikan, cold storage, tepung ikan, dan lain-lain. 4. Pengembangan industri pengolahan hasil peternakan. Beberapa komoditi yang akan dikembangkan, antara lain : susu, kulit dan lain-lain. 5. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan. 6. Pengembangan industri berbasis hasil pertanian dan holtikultura. 7. Diversifikasi produk industri pengolahan hasil pertanian. Mengingat akan selalu adanya keterbatasan dalam pelakasanaan proses pembangunan, maka Hirschman dalam Todaro (1989), menyatakan bahwa pada negara berkembang pembangunan ekonomi tidak dilakukan secara serentak. Pemerintah perlu menetapkan prioritas dalam pembangunan melalui pemilihan sektor unggulan, dimana sektor unggulan ini akan memberi implikasi ke depan
7 7 (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) terhadap sektor-sektor lainnya. Sedangkan menurut Miyarto et al (1993), dalam pembangunan ekonomi sektoral, priortias hendaknya diberikan kepada sektor-sektor yang mempunyai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi. Pembangunan pada sektorsektor tersebut akan memberikan efek multiplier yang relatif besar bagi pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, World Bank Development Report (2009) menyebutkan bahwa potensi ekonomi di tingkat kabupaten/kota akan jauh lebih spesifik dibandingkan potensi ekonomi di tingkat provinsi maupun negara. Hal ini memiliki arti bahwa setiap kabupaten/kota bisa memiliki spesifikasi potensi yang lebih beragam. Oleh karena itu, dalam menetapkan prioritas pembangunan bukan saja diperlukan pemilihan sektor unggulan, namun juga diperlukan pemilihan lokasi yang potensial bagi pengembangan sektor unggulan tersebut dengan tetap memperhatikan agar ketimpangan wilayah berada dalam batas yang masih dapat ditoleransi. Sebagai motor penggerak pembangunan pertanian di Jawa Timur, sektor agroindustri diharapkan dapat menjalankan peran penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pertumbuhan ekonomi maupun keberlangsungan pembangunan wilayah. Dengan adanya kajian keterkaitan sektoral wilayah antar kota dan kabupaten ini diharapkan akan dapat memicu pembangunan agroindustri di propinsi Jawa Timur serta meminimalisir adanya kesenjangan antar wilayah. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka pokok permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kondisi ketimpangan pembangunan wilayah di Jawa Timur? 2. Sektor agroindustri apakah yang dapat menjadi unggulan di Jawa Timur? 3. Wilayah kabupaten/kota manakah yang berpotensi menjadi lokasi pengembangan sektor agroindustri unggulan? 4. Bagaimanakah peta spasial dari penyebaran sektor agroindustri unggulan Jawa Timur?
8 8 5. Strategi kebijakan apakah yang dapat diambil pemerintah untuk mengembangkan perekonomian Jawa Timur, khususnya pada sektor agroindustri, dalam upaya mengurangi ketimpangan wilayah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas pada penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk menyusun sebuah perencanaan pembangunan agroindustri berdasar pendekatan sektoral dan wilayah di Jawa Timur. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kondisi ketimpangan pembangunan wilayah di Jawa Timur. 2. Mengetahui sektor agroindustri yang dapat menjadi unggulan di Jawa Timur. 3. Mengetahui wilayah kabupaten/kota yang berpotensi menjadi lokasi pengembangan sektor agroindustri unggulan. 4. Membangun peta spasial dari penyebaran sektor agroindustri unggulan Jawa Timur. 5. Menyusun strategi kebijakan pemerintah untuk mengembangkan perekonomian Jawa Timur khususnya pada sektor agroindustri, dalam upaya mengurangi ketimpangan wilayah 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak sebagai: 1. Acuan dalam membuat kebijakan baru pengembangan sektor agroindustri guna menunjang pembangunan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. 2. Bahan informasi mengenai kondisi perekonomian Jawa Timur khususnya pada sektor agroindustri. 3. Bahan informasi dan masukan sebagai sumbangsih pemikiran yang nantinya dapat dikembangkan oleh peneliti di bidang ekonomi wilayah di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,
Lebih terperinci2. JUMLAH USAHA PERTANIAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016
No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinci4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR
4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Kecukupan Kalori dan Protein Keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah salah satu
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciListyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.
149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH
KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciRILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO
RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciSegmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur
Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciTabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun
41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciLOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR
LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR Kondisi Umum Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Perekonomian di berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur terbentuk dari berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dan tiap daerah tersebut berusaha untuk memajukan daerahnya.
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PROVINSI JAWA TIMUR: PENDEKATAN SEKTORAL DAN REGIONAL SUKMA DINI MIRADANI
ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PROVINSI JAWA TIMUR: PENDEKATAN SEKTORAL DAN REGIONAL SUKMA DINI MIRADANI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
42 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Lebih terperinciKata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur
ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan
Lebih terperinciTESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR
ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Agribisnis oleh : BUDI SETYONO NIM. 201210390211011
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Profil Provinsi Jawa Timur Jawa Timur sudah dikenal sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki posisi strategis, baik dari
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR
ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciDATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017
DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stabilisasi harga masih menjadi hal yang serius hingga saat ini, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan mengenai pemenuhan kebutuhan daging sapi dan stabilisasi harga masih menjadi hal yang serius hingga saat ini, khususnya dalam upaya pengendalian inflasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan berbagai dampak yang serius. Dampak yang timbul akibat krisis ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi
Lebih terperinciAnalisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari
Lebih terperinciKUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR
KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Ida Nuraini Universitas Muhammadiyah Malang nuirainiida@yahoo.com Abstract Pertumbuhan ekonomi telah lama dijadikan sebagai indikator keberhasilan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN
ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 13 ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN 2.1. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Gambar 2.1. Bawang Merah
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR
ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract
Lebih terperinciBoks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang
Lebih terperinciPengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-81 Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya Miftakhul Huda dan Eko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti mengambil penelitian di Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 9 (sembilan) kota yang telah dikelompokkan
Lebih terperinciANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO
ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR
Lebih terperinciTabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th XIII, 2 November PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II ) A. PADI Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 13,05 juta ton Gabah
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 I. VISI No 1. URAIAN VISI sebagai pusat industri dan perdagangan terkemuka, berdaya saing global dan berperan sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinci