HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M."

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M. Psi ABSTRAKSI Pada zaman sekarang ini, seorang wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar. Bahkan beberapa Negara pernah memiliki presiden seorang wanita, termasuk Indonesia. Namun masih saja sering terdengar cerita wanita memilih berhenti bekerja terutama setelah menikah. Karena umumnya lingkungan keluarga dan lingkungan sosial kurang menghargai kesuksesan seorang wanita. Hal ini akan menimbulkan konflik terutama bagi wanita yang sudah menikah untuk memenuhi motivasi berprestasinya dengan mengejar karir dan memperoleh kesuksesan namun di sisi lain kesuksesan tersebut akan membawa dampak yang kurang baik bagi dirinya maupun keluarganya antara lain kehilangan feminitas, kehilangan penghargaan sosial dan penolakan sosial. Konflik tersebut akan menyebabkan wanita mengalami ketakutan akan kesuksesan. Oleh karena itulah peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita bekerja dewasa awal. Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner dimana terdapat skala motivasi berprestasi dan skala fear of success yang menggunakan skala berbentuk skala Likert. Penelitian ini menggunakan uji korelasi bivariat untuk menguji hubungan antara motivasi berprestasi sebagai prediktor dengan fear of success sebagai kriterium yaitu dengan teknik analisis data Korelasi Product Moment Pearson. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 43 karyawan wanita dengan posisi kerja minimal supervisor dimana tingkat usianya adalah dewasa muda (20-40 tahun) yang sudah menikah. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,684 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan fear of success, namun hubungannya bersifat negatif. Artinya semakin tinggi motivasi berprestasi subjek maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. Hal ini mungkin disebabkan karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan berusaha mencari cara-cara yang baru dalam mengerjakan tugas sehingga hasilnya lebih efektif dan efisien sehingga dapat mengatur manajemen waktu yang baik untuk menyeimbangkan perannya sebagai seorang istri dan ibu dan sebagai wanita bekerja dan adanya perubahan paradigma dalam masyarakat bagi wanita Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya kebanggaan bagi masyarakat jika wanita berhasil dalam karir dan studi. Setelah dilakukan analisis statistik, maka diketahui bahwa mean empirik motivasi berprestasi sebesar 128,33 dimana mean hipotetik sebesar 102,5 dan mean empirik fear of success sebesar 54,53 dimana mean hipotetik sebesar 67,5. Kata Kunci : Motivasi Berprestasi, Fear of Success, wanita bekerja 1

2 PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Pada masa sebelum Kartini dilahirkan, wanita Indonesia sama sekali tidak boleh melakukan aktifitas selain pekerjaan rumah tangga. Namun dengan peran Kartini, sekarang wanita sudah bisa mencapai pendidikan yang tinggi dan bekerja di luar rumah. Akhirnya wanita Indonesia sudah menyadari dirinya sebagai manusia yang mampu berprestasi sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, lebih percaya diri, dan kurang bersikap tradisional (Basarah, 1989). Pada abad ke-21 dimana pembangunan semakin meningkat wanita bekerja bukanlah sesuatu hal yang luar biasa lagi. Bahkan sudah banyak sekali wanita menjadi pemimpin seperti manajer, pemimpin redaksi bahkan seorang wanita seperti Megawati Soekarnoputri bisa menjadi presiden Indonesia tahun Namun di tengah semakin besarnya kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi, masih sering terdengar cerita bahwa wanita lebih memilih berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah menikah (Seniati, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa wanita juga sama seperti pria yang memiliki motivasi untuk berprestasi Menurut McClelland dkk (dalam McClelland, 1987), motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing berdasarkan ukuran keunggulan (standard of excellence). Berdasarkan penelitian Kaufmann dan Richardson (dalam Matlin, 1987), ada dua gagasan mengenai motivasi berprestasi pada wanita, yang pertama adalah bahwa wanita mungkin tidak terlalu termotivasi untuk berprestasi seperti pria. Yang kedua bahwa wanita lebih berusaha untuk mencegah agar tidak sukses karena beranggapan bahwa sukses itu akan mendatangkan ketidakbahagiaan. Kesuksesan memiliki unsur maskulin, seperti jabatan yang prestise, prestasi yang tinggi dan pencapaian lain yang berhubungan dengan nilai-nilai tradisional tentang maskulinitas (Henley & Paludi dalam Matlin, 1987). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McClelland dkk (dalam McClelland, 1987) wanita memiliki skor motivasi berprestasi yang lebih rendah daripada pria. Rendahnya motivasi berprestasi pada wanita ini disebabkan karena wanita terutama wanita karier memiliki penilaian dan dampak yang negatif dari pekerjaan yang mereka lakukan terutama pekerjaan yang mencerminkan maskulinitas. Sejak jaman dahulu persoalan yang dihadapi oleh wanita yang bekerja tidak jauh berbeda dengan jaman sekarang, untuk wanita yang sudah menikah adanya tanggung jawab sebagai istri yang baik bagi suami dan ibu yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya sehingga memerlukan adanya manajemen waktu yang baik antara pekerjaan dan rumah tangga (Rini, 2002). Selain itu menurut Santrock (1995), wanita menikah yang bekerja seringkali mengalami 2

3 berbagai masalah seperti tuntutan adanya waktu dan tenaga tambahan, konflik peran pekerjaan dan peran keluarga, persaingan kompetitif antara suami dan istri dan jika keluarga itu sudah mempunyai anak, maka apakah perhatian terhadap kebutuhan anak sudah terpenuhi. Hal ini membuat wanita menikah yang bekerja takut akan kesuksesan karena akibat-akibat yang dihasilkan dari kesuksesan mereka yang akhirnya bisa berakibat buruk bagi pertumbuhan anak dan pernikahan mereka. Wanita karier yang belum menikah bukan berarti tidak ada persoalan apa-apa, mereka sering dihadapkan pada masalah bahwa pekerjaan yang mereka lakukan terutama hal-hal yang berhubungan dengan maskulinitas. Menurut Miller (1976), jika wanita ingin melakukan apa yang pria lakukan, maka male society dengan tegas akan menolak. Kebanyakan wanita yang bekerja tidak diakui sebagai sesuatu aktifitas yang nyata kecuali pekerjaan yang berhubungan dengan menolong orang lain sesuai dengan peran gendernya. Tapi jika untuk peningkatan diri atau peningkatan jabatan, maka hal ini akan disepelekan. Sedangkan menurut Aprilia (2007), di Indonesia wanita yang belum menikah terutama usia 25 tahun ke atas juga sering dihadapkan pada pertanyaan kapan mereka akan menikah, padahal mereka masih ingin mengejar karier. Ditambah lagi adanya pandangan dari masyarakat jika wanita bekerja yang sukses terutama yang memiliki jabatan tinggi akan sulit mencari pasangan. Wanita bekerja yang sukses dianggap sebagai wanita yang mandiri. Kemandirian wanita dianggap negatif oleh masyarakat. Hal ini akhirnya akan menimbulkan kecemasan pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan mengurangi motivasinya sehingga mencegah mereka untuk sukses. Selain itu juga, jika seorang wanita berprestasi di bidang tidak feminin maka laki-laki akan menganggapnya tidak menarik dan prestasi yang tinggi membutuhkan usaha yang keras sehingga dapat menghambat kebutuhan afiliasi (William, 1996). Kecemasan yang timbul pada wanita ini disebabkan karena dalam mengejar prestasi untuk mencapai kesuksesan membutuhkan perilaku kompetitif dan memerlukan agresifitas. Sedangkan agresif ini tidak sesuai dengan peran gender wanita yaitu feminitas. Hal ini menimbulkan konflik peran jenis kelamin yang akhirnya membuat wanita mengubah tingkat aspirasinya untuk menampilkan potensi secara maksimal. Horner (dalam Matlin, 1987) menyebut kecemasan ini sebagai fear of success. Jadi fear of success adalah ketakutan akan kesuksesan dalam situasi kompetitif yang akan membawa dampak yang tidak menyenangkan terutama bagi wanita yaitu kehilangan feminitas (lost of feminity) dan ketidakpopuleran. Hal ini akan diikuti dengan adanya pandangan negatif dari masyarakat yang sering muncul dalam bentuk cemooh, sindiran atau anggapan bahwa wanita yang sukses tidak sesuai lagi dengan perannya sebagai wanita. Wanitawanita yang sukses sering dinilai bertingkah 3

4 dan berpikir seperti laki-laki, menentang kodratnya sebagai wanita untuk menjadi istri dan ibu. Berbagai penilaian ini pada akhirnya menilai bahwa wanita telah menyimpang dari perannya atau telah kehilangan sifat kewanitaannya (Horner dalam Matlin, 1987). Wanita dewasa muda (20-40 tahun) yang memiliki motivasi tinggi dalam berprestasi dan kemampuan yang baik, kesuksesan lebih mungkin diperoleh bahkan kadang kesuksesan merupakan tujuan mereka. Hal ini menyebabkan mereka lebih mungkin untuk menghadapi konflik antara kemampuan dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kesempatan yang dimiliki dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap mereka yang sesuai dengan peran jenisnya sebagai wanita. Di satu pihak wanita tersebut memiliki kebutuhan yang besar untuk berprestasi, namun di pihak lain masyarakat masih memegang nilai tradisional bahwa wanita tidak diharapkan untuk berprestasi tinggi bagi dirinya sendiri tetapi lebih baik melayani orang lain. Sedangkan pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang rendah untuk mencapai kesuksesan bukan merupakan sesuatu hal yang mudah sehingga mereka tidak terlalu mempermasalahkan kesuksesan tersebut. Oleh karena itu, wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang tinggi lebih mungkin mengalami fear of success (Horner dalam Matlin, 1987). Hal ini membuat wanita yang kompeten akan menunjukkan kecemasan dan penurunan prestasi jika dihadapkan pada tugas dengan standar prestasi tertentu (Shaw & Costanzo, 1982). Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita karier dewasa muda? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita bekerja dewasa muda. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat huubungan negatif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita dewasa muda yang bekerja. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan psikologi wanita terutama teori fear of success. Di samping itu hasil penelitian ini tentu bermanfaat sebagai bahan pustaka atau menambah wawasan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan motivasi berprestasi, fear of success dan wanita karier. 2. Manfaat Praktis Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat huubungan negatif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita dewasa muda yang bekerja. Artinya wanita pada masa ini sudah lebih mampu 4

5 mengatur waktu dan perannya sebagai istri dan ibu serta sebagai wanita karier. Manfaat penulisan ini dimaksudkan agar para wanita khususnya pada masa perkembangan dewasa muda (20-40 tahun) bisa mengetahui lebih jelas tentang fear of success sehingga jika wanita tersebut mengalaminya bisa mencari pemecahannya sehingga bisa membuat wanita mampu menempatkan dirinya sebagai istri dan ibu serta sebagai wanita karier. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Atkinson (1974), motivasi berprestasi adalah kekuatan untuk berprestasi yang diekspresikan melalui perilaku terhadap tugas dalam situasi tertentu yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri (personal disposition) maupun pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, kekuatan untuk berprestasi ini berbeda-beda tergantung dari adanya perbedaan antar individu. Sedangkan menurut McClelland (dalam Matlin, 1987) motivasi berprestasi adalah : the desire to strive for success in situation involving in standard of excellence yang berarti adalah hasrat untuk mencapai kesuksesan menurut standar kesempurnaan. Standar kesempurnaan ini dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya ataupun prestasi orang lain. Jung (1978) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah usaha yang dilakukan oleh individu agar bisa mencapai keberhasilan yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya dimana perilaku dievaluasi menurut standar atau kriteria sempurna. Jadi motivasi berprestasi adalah dorongan yang kuat dalam diri seseorang untuk berprestasi sehingga mencapai kriteria atau standar tertentu yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya. Komponen Motivasi Berprestasi Berdasarkan penelitian McClelland dkk (dalam Atkinson, 1974), komponen motivasi berprestasi adalah : a. Kecenderungan untuk mencapai kesuksesan (favourable) Suatu kapasitas untuk merasakan kebanggaan dalam suatu pencapaian atau sifat bawaan individu tentang bagaimana seseorang bereaksi dalam situasi ke situasi lainnya dengan mengkombinasikan dua pengaruh spesifik lingkungan yaitu kekuatan dari kemungkinan untuk sukses dan nilai penguatan dari kesuksesan tersebut. Sifat bawaan itu secara umum merupakan karakteristik yang stabil sedangkan dua pengaruh spesifik lingkungan itu tergantung dari pengalaman pribadi individu tersebut. b. Kecenderungan untuk menghindari kegagalan (unfavourable) Suatu kapasitas untuk bereaksi terhadap rasa malu ketika performance seseorang mengalami kegagalan. Ketika seseorang melakukan suatu pekerjaan dan ternyata gagal maka individu tersebut akan mengalami kecemasan dan cenderung untuk lari dari situasi tersebut. Escalona, Festinger dan Lewin 5

6 mengatakan rasa malu dari kegagalan itu akan semakin meningkat tugas yang gagal tersebut mudah daripada tugas itu sulit. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian McClelland dkk (McClelland, 1987) komponen dalam motivasi berprestasi ada empat : a. Risiko pemilihan tugas Adanya kecenderungan pada individu yang motivasi berprestasinya tinggi untuk lebih realistis dalam memilih tugas. Mereka lebih suka tugas dengan tantangan moderat yang akan menjanjikan kesuksesan. Mereka tidak suka dengan pekerjaan yang terlalu mudah dimana tidak ada tantangan dan pekerjaan yang terlalu sulit dimana kemungkinan untuk suksesnya kecil. b. Umpan balik Adanya umpan balik yang konkrit tentang apa yang sudah mereka lakukan dengan membandingkan prestasi yang mereka miliki terhadap orang lain. Umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan untuk memperbaiki prestasinya. c. Tanggung jawab Adanya tanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya. Ia akan berusaha untuk meyelesaikan setiap tugas yang dilakukan dan tidak meninggalkan tugas itu sebelum berhasil menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan individu akan merasa berhasil bila telah menyelesaikan tugas dan gagal bila tidak dapat menyelesaikannya. d. Kreatif-inovatif Inovatif adalah melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya. Kreatif adalah mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas dengan seefektif dan seefisien mungkin. Mereka tidak menyukai pekerjaan rutin yang sama dari waktu ke waktu. Jika dihadapkan pada tugas yang bersifat rutin, mereka akan berusaha mencari cara lain untuk menghindari rutinitas tersebut, namun jika tidak dapat menghindarinya mereka akan tetap dapat menyelesaikannya. Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan komponen motivasi berprestasi dari McClelland pada tahun 1987 karena komponennya lebih spesifik untuk diteliti. Selain itu bahasan dalam komponen motivasi berprestasi dari McClelland (Atkinson, 1974) masih terlalu luas cakupannya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Menurut Jung (1978), motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : a. Faktor intrinsik Faktor ini berasal dari dalam diri pribadi individu yang bersangkutan atau sama saja dengan karakteristik individu tersebut seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ditambah lagi dengan adanya reward intrinsik berupa kebanggaan dan kepuasan yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas atau ketika mendapatkan kesuksesan. b. Faktor ekstrinsik 6

7 Adanya dukungan sosial yang didapatkan dan keuntungan materi. Misalnya saja dukungan sosial yang berasal dari orangtua untuk berprestasi akan meningkatkan motivasi berprestasi seseorang. Keuntungan materi yang didapat dari bekerja akan meningkatkan motivasi beprestasi karena semakin tinggi prestasi seseorang maka umumnya orang akan beranggapan bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan materi yang lebih besar pula. Selain itu juga motivasi berprestasi akan meningkat jika ada ekstrinsik reward berupa promosi dan keuntungan materi seperti yang sudah dijelaskan di atas dan punishment yang diperoleh jika dia gagal maka akan mendapatkan hukuman berupa penolakan dari lingkungannya karena seperti yang sudah diketahui bahwa everybody loves winner. Fear of Success Menurut Horner (dalam Matlin,1987), fear of success adalah ketakutan akan kesuksesan terutama pada wanita dalam situasi kompetisi berprestasi yang akan membawa akibat yang tidak menyenangkan seperti kehilangan feminitas, penolakan sosial dan ketidakpopuleran. Fear of success juga merupakan penghambat bagi kemampuan, aspirasi dan serta potensi yang ada pada diri wanita tersebut. Walsh (dalam Basarah, 1989) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan dengan identitas peran jenis kelaminnya. Fear of success dipandang sebagai hal yang telah ada pada pribadi wanita yang tidak terlihat namun dapat muncul pada situasi-situasi tertentu. Sedangkan menurut Pauludi (dalam Kurnia, 2005), fear of success bukan merupakan disposisi laten dari kepribadian tapi hal yang ditimbulkan melalui suatu situasi tertentu. Fear of success tidak ada dalam diri wanita melalui pola asuh orangtua tetapi muncul oleh interaksi maupun evaluasi terhadap keadaan dan reaksi dari lingkungan terhadap kesuksesan seorang wanita. Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan fear of success adalah ketakutan akan kesuksesan yang memproyeksikan keyakinan dalam situasi kompetisi berprestasi pada wanita yang akan membawa dampak negatif seperti kehilangan feminitas, penolakan sosial dan ketidakpopuleran sehingga menghambat kemampuan dan aspirasi wanita tersebut. Komponen dalam Fear of Success Dari penelitian yang dilakukan oleh Horner (dalam Shaw & Constanzo, 1982) komponen fear of success ada tiga, yaitu : a. Loss of Feminity Ketika wanita berusaha untuk memenuhi standar perilaku prestasinya maka wanita tersebut akan berusaha dengan agresif dalam situasi berkompetisi. Hal ini tidak sesuai dengan peran jenis kelaminnya sebagai seorang wanita yaitu feminitas yang seharusnya ditunjukkan dengan pekerjaan yang bersifat mendukung dan 7

8 menolong orang lain. Menjadi feminin juga berarti menjadi orang yang mampu melakukan tugasnya sebagai ibu dan istri yang baik. Pada akhirnya semua hal itu akan menyebabkan timbulnya perasaan cemas akan hilangnya sifatsifat kewanitaannya atau feminitas (dalam Matlin, 1987). b. Loss of Social Self Esteem Perasaan cemas akan hilangnya penghargaan sosial yang diartikan sebagai perasaan hilangnya atau kurangnya penghargaan masyarakat terhadap wanita yang sukses karena perempuan tidak menampilkan sifat yang feminin (dalam Kurnia, 2005). c. Social Rejection Adanya pandangan negatif dari masyarakat bahwa wanita-wanita yang sukses sering dinilai bertingkah dan berpikir seperti laki-laki, menentang kodratnya sebagai seorang wanita dan pandangan negatif lainnya yang pada dasarnya menilai wanita tersebut telah kehilangan sifat kewanitaannya. Hal ini membuat masyarakat menolak secara sosial wanita yang seperti itu yang dilakukan dalam bentuk tidak diikutsertakan wanita sukses dalam kegiatan kelompok, cemohan, sindiran dan sebagainya. Penolakan ini akan semakin kuat jika wanita tersebut bertingkah kompetitif secara terbuka dan menolak peran tradisionalnya (Shaffer & Wagley dalam Unger, 2004). Wanita Bekerja Menurut Matlin (1987), wanita bekerja memiliki dua arti, yaitu wanita yang bekerja di luar rumah dan wanita yang bekerja di dalam rumah. Unger (2004) mengemukakan istilah wanita bekerja atau ibu bekerja itu menunjukkan bahwa wanita itu tidak benarbenar bekerja sampai dia mendapatkan penghasilan. Jadi yang dimaksud dengan wanita bekerja adalah wanita yang bekerja di luar rumah dan mendapatkan penghasilan. Dewasa Muda Masa dewasa muda menurut Hurlock (1993) adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru yang dimulai pada umur 18 tahun dan sampai kira-kira umur 40 tahun Santrock (1995) menyebutkan bahwa masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluh lima tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga dan mengasuh anak-anak. Sedangkan Papalia, Olds dan Feldman (2001) menyatakan bahwa masa dewasa muda adalah suatu masa untuk membangun 8

9 dasar bagi kehidupan selanjutnya yang dimulai pada usia 20 sampai 40 tahun. Pada masa ini manusia biasanya meninggalkan rumah orang tuanya, memulai karir atau pekerjaan, menikah atau membangun hubungan intim, mempunyai dan membesarkan anak dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa muda adalah suatu masa untuk membangun dasar bagi kehidupan selanjutnya yang dimulai pada usia 20 sampai 40 tahun sehingga mencapai kemantapan dan kemandirian dalam berbagai hal seperti pribadi atau emosional, kognitif, ekonomi atau karir dan sosial. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Fear of Success pada Wanita Bekerja Dewasa Muda Motivasi berprestasi adalah hasrat untuk mencapai kesuksesan menurut standar kesempurnaan. Standar kesempurnaan ini dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya ataupun prestasi orang lain (McClelland, 1987). Ketika seorang individu mempunyai motivasi untuk berprestasi yang tinggi maka individu tersebut akan berperilaku untuk mencapai prestasi yang ia inginkan. Semakin tinggi motivasi yang dipunyai oleh individu itu maka semakin besar kemungkinan untuk berperilaku mencapai prestasi tersebut (Norris, 2000). Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu lebih menyukai tugas-tugas dengan tantangan yang moderat yang menjanjikan kesuksesan dan dapat menguji kemampuan mereka dan sebaliknya individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah justru cenderung menghindari tugas-tugas tersebut (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998). Demikian halnya juga dengan wanita, ketika wanita memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi maka akan lebih mungkin untuk memperoleh prestasi bahkan kesuksesan itu merupakan tujuan mereka. Sedangkan pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang rendah, untuk mencapai kesuksesan bukan merupakan sesuatu hal yang mudah sehingga mereka tidak terlalu mempermasalahkan kesuksesan tersebut (Horner, dalam Matlin, 1987). Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa motivasi berprestasi pada wanita berbeda dengan dengan motivasi berprestasi pada pria. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan mendasar dalam memandang kesuksesan antara pria dan wanita. Pria melihat kesuksesan secara tunggal sedangkan wanita melihat kesuksesan secara ambigu (Shaw & Constanzo, 1982). Pria tidak memiliki kebingungan ketika menghadapi situasi berprestasi yang kompetitif karena hal itu sesuai dengan peran gendernya yang maskulin. Atau dengan kata lain pria memang seharusnya sukses (Matlin, 1987). Sedangkan pada wanita, lingkungan kurang menghargai prestasi yang mereka peroleh. Ditambah lagi peran gender yang dimilikinya menuntut mereka untuk menjadi penyayang, penurut dan tidak berkompetisi 9

10 (Shaw & Constanzo, 1982). Hal ini juga didukung oleh Kaufmann dan Richardson (dalam Matlin, 1987) yang dalam penelitiannya mengatakan ada dua gagasan mengenai motivasi berprestasi pada wanita, yaitu bahwa wanita mungkin tidak terlalu termotivasi untuk berprestasi seperti pria dan wanita menganggap bahwa sukses itu akan mendatangkan ketidakbahagiaan sehingga wanita berusaha untuk mencegah agar tidak memperoleh kesuksesan. Di masa sekarang pria dan wanita mempunyai motivasi berprestasi yang sama tetapi motivasi tersebut mempunyai arah yang berbeda. Ketika anak laki-laki dan anak perempuan tumbuh dan berkembang, mereka membuat pilihan terhadap motivasi berprestasi baik secara sadar maupun tidak sadar berdasarkan harapan dan nilai-nilai dari masyarakat. Sehingga walaupun wanita dan pria mempunyai motivasi berprestasi yang sama untuk mencapai kesuksesan, namun wanita dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan yang berkembang di masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan peran gendernya. Nilai dan harapan dari masyarakat tersebut membuat masyarakat melihat secara berbeda mengenai kesuksesan pada wanita dan pria. Masyarakat akan memandang kesuksesan yang diperoleh seorang pria sebagai akibat dari kompetensi tinggi yang dimiliki oleh pria tersebut. Sedangkan ketika wanita memperoleh kesuksesan, masyarakat hanya menganggap hal tersebut sebagai keberuntungan atau kerja keras bukannya kompetensi yang dimiliki wanita tersebut. Sehingga hal ini membuat wanita mengalami konflik dan mempengaruhi motivasi berprestasi yang dimilikinya (Unger, 2004). Menurut Horner (dalam Matlin, 1987) wanita menghadapi konflik antara kemampuan dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kesempatan yang dimiliki dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap mereka yang sesuai dengan peran jenisnya sebagai wanita. Lidz (dalam Basarah, 1989) juga menjelaskan konflik yang dialami wanita karier dewasa awal (20-40 tahun) adalah dilema antara kesempatan mengembangkan karier dengan harapan lingkungan sosial yang berpandangan bahwa berprestasi adalah sifat maskulin. Wanita diharapkan untuk menolong, bersikap lebih tenang, kurang agresif, kurang aktif dan dominan dalam mengambil keputusan, tinggal di rumah, lebih emosional, serta menjaga dan mengasuh anak-anak (Clark dan Lowell, 1980). Sebaliknya wanita membutuhkan perilaku kompetitif yang merupakan sublimasi dari tingkah laku agresifitas untuk mencapai prestasinya. Sedangkan masyarakat memandang agresifitas sebagai sifat yang maskulin dan tidak sesuai dengan sifat feminin pada wanita (Bardwick dalam Kurnia, 2005). Selain itu juga, pada masa perkembangan dewasa muda, wanita berada dalam tahap mencari pasangan dan siap menikah ataupun dalam tahap yang menuntut mereka untuk bisa melakukan perannya sebagai istri dan seorang ibu yang baik. Konflik-konflik yang bisa terjadi antara lain persaingan antara 10

11 suami dan istri dan jika keluarga itu mempunyai anak maka apa perhatian terhadap anak sudah terpenuhi (Santrock, 1995). Hal-hal tersebut akan menimbulkan kecemasan pada wanita sehingga membuatnya berusaha untuk menghindari kesuksesan. Inilah yang disebut Horner (dalam Matlin, 1987) sebagai fear of success. Fear of success adalah ketakutan akan kesuksesan terutama pada wanita dalam situasi kompetisi yang membawa dampak yang tidak menyenangkan seperti ketidakpopuleran dan kehilangan feminitas. Jika wanita tersebut tetap ingin mempertahankan prestasi maka orang lain dan dirinya akan mempersepsi bahwa ia bukan seorang yang feminin. Prestasi yang diperoleh akan menganggu keberhasilan yang mengarah pada identitas dan kinerjanya sebagai seorang ibu yang merupakan bagian utama dalam kehidupan seorang perempuan. Akhirnya keadaan ini akan memaksanya untuk merendahkan tingkat aspirasinya agar sesuai dengan harapan masyarakat. (William, 1996). Oleh karena itu, wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang tinggi lebih mungkin mengalami fear of success. Sehingga walaupun mempunyai keinginan untuk berprestasi yang tinggi, dengan berbagai kondisi yang ada di masyarakat dan lingkungannya bahwa wanita tidak diharapkan untuk berprestasi tinggi bagi dirinya sendiri tetapi lebih baik melayani orang lain membuat dirinya mengalami kecemasan terhadap kesuksesan yang diraihnya dan akhirnya memaksa wanita tersebut untuk merendahkan tingkat aspirasinya (Horner dalam Matlin, 1987). Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita bekerja dewasa muda. Dimana semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi juga fear of success yang dimiliki wanita bekerja dewasa muda. METODE PENELITIAN Penelitian ini memnggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat hubungan, yaitu menghubungkan antara variabel satu dengan yang lain. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 43 subjek wanita dewasa muda yang bekerja. Karakteristik subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah karyawan wanita dengan posisi kerja 11

12 minimal supervisor dimana tingkat usianya adalah dewasa muda (20-40 tahun) yang sudah menikah. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dimana terdapat lembar identitas subjek penelitian yang meliputi nama, usia, pendidikan, posisi pekerjaan, penghasilan, suku, lama bekerja, pekerjaan suami dan jabatan suami yang menunjukkan karakteristik subjek penelitian. Selain itu di dalam kuesioner itu terdapat skala motivasi berprestasi dan skala fear of success. Untuk mengukur motivasi berprestasi dan fear of success menggunakan skala berbentuk skala Likert. Pengumpulan data yang digunakan mengukur motivasi berprestasi yaitu dengan menggunkan Skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan komponen motivasi berprestasi yang berasal dari penelitian McClelland dkk (McClelland, 1987) yaitu risiko pemilihan tugas, umpan balik, tanggung jawab, dan kreatif-inovatif. Sedangkan fear of success diukur dengan menggunakan skala fear of success yang disusun berdasarkan dampak fear of success bagi wanita yang kemudian oleh Horner (1978 dalam Shaw & Constanzo, 1982) dikembangkan menjadi komponen dalam fear of success yang meliputi loss of feminity (kehilangan feminitas), loss of social self esteem (kehilangan harga diri) dan social rejection (penolakan sosial). Uji validitas dalam penelitian ini berdasarkan uji konsistensi internal dimana kriterianya dilihat dari skor total dari item pada tes itu sendiri yaitu melalui korelasi antara skor setiap item dengan skor total pada item (Anastasi & Urbina, 1997) dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan Uji reliabilitas dalam penelitian menggunkan Teknik Alpha Cronbach (Azwar, 1996). Untuk melakukan pengujian hipotesis yaitu ada atau tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi (X) sebagai prediktor dengan fear of succes (Y) sebagai kriterium pada wanita bekerja dengan menggunakan uji korelasi bivariat yaitu teknik analisis data Korelasi Product Moment Pearson karena hanya menguji hubungan antara dua variabel saja. Semua perhitungan stastistik dalam pengolahan data ini dilakukan dengan computer menggunakan program Statistical for Social Science (SPSS) 12.0 for Windows. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode try-out terpakai di beberapa perusahaan yang tersebar di Jakarta dan Bogor. Penyebaran Kuesioner dilakukan tanggal 30 Juli sampai 26 Agustus Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Pada skala motivasi berprestasi yang disusun dengan menggunakan Skala Likert, dari 50 item yang digunakan, diperoleh 41 item yang valid, sementara 9 item yang lain dinyatakan gugur. Item valid memiliki nilai korelasi antara 0,327 0,757. Dalam penelitian ini diperoleh angka koefisien 12

13 reliabilitas motivasi berprestasi sebesar 0,951 berarti alat ukur tersebut mendekati sempurna tingkat kepercayaannya. Pada skala fear of success, dari 50 item yang dianalisis diperoleh 27 item yang valid, sementara 23 item lainnya dinyatakan gugur. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,302 sampai 0,777. Kemudian dalam penelitian ini, diperoleh angka koefisien reliabilitas fear of success sebesar 0,844 yang berarti alat ukur tersebut mendekati sempurna tingkat kepercayaannya. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas sebaran skor. Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel motivasi berprestasi diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,079 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala motivasi berprestasi berdistribusi normal. Pada skala fear of success diperoleh signifikansi sebesar 0,056 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala fear of success berdistribusi normal. Dari hasil uji linearitas pada skala motivasi berprestasi dan skala fear of success Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita dewasa awal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan fear of success namun hubungan tersebut bersifat negatif. Hal ini berarti diperoleh nilai F sebesar 35,999 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan yang linear antara motivasi berprestasi dengan fear of success Untuk uji hipotesis digunakan uji korelasi bivariat dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson karena data berdistribusi normal, N 30. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson (2-tailed) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,684 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan fear of success. Selain itu dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui arah hubungan antara motivasi berprestasi dan fear of success bersifat negatif. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi subjek maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. semakin tinggi motivasi berprestasi subjek maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Horner (dalam Matlin, 1987) yang menyebutkan bahwa ketika wanita mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi maka wanita tersebut akan menghadapi konflik antara kemampuan dan motivasi 13

14 berprestasi yang tinggi serta kesempatan yang dimiliki dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap mereka yang sesuai dengan peran jenisnya sebagai wanita. Oleh karena itu wanita tersebut akan lebih mungkin untuk mengalami fear of success. Sehingga walaupun mempunyai keinginan untuk berprestasi yang tinggi, dengan berbagai kondisi yang ada di masyarakat dan lingkungannya bahwa wanita tidak diharapkan untuk berprestasi tinggi bagi dirinya sendiri tetapi lebih baik melayani orang lain membuat dirinya mengalami kecemasan terhadap kesuksesan yang diraihnya dan akhirnya memaksa wanita tersebut untuk merendahkan tingkat aspirasinya. Hal ini mungkin disebabkan karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan berusaha mencari cara-cara yang baru dalam mengerjakan tugas sehingga hasilnya lebih efektif dan efisien sehingga wanita yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat mengatur manajemen waktu yang baik untuk menyeimbangkan perannya sebagai seorang istri dan ibu dan sebagai wanita bekerja. Pada akhirnya konflik dengan keluarga juga akan berkurang. Selain itu sumber masalah pada wanita bekerja khususnya faktor ekesternalnya adalah ada tidaknya dukungan suami, kehadiran anak terutama yang masih kecil atau balita ataupun batita dan masalah dari pekerjaan itu sendiri. Jika masalahmasalah tersebut dapat diatasi maka wanita tersebut bisa terus mengikuti dorongan dalam dirinya untuk berprestasi dan tanpa ada rasa cemas untuk meraih kesuksesan. Misalnya dengan adanya dukungan suami, anak-anak yang masih kecil/balita/batita diasuh oleh orang yang dapat mereka percayai dan karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi akan bisa mengatasi masalah-masalah pekerjaan seperti beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang dan sebagainya sehingga wanita-wanita ini tidak akan takut untuk meraih kesuksesan. Ditambah lagi dengan perubahan paradigma dalam masyarakat seperti yang dikatakan oleh Suciadi (2008) bahwa adanya kemajuan paradigma bagi wanita Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya kebanggaan bagi masyarakat jika wanita berhasil dalam karir dan studi. Kemajuan paradigma tersebut juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya tokoh-tokoh wanita di Indonesia, munculnya gerakan feminisme dan peran perempuan di dunia politik di Indonesia. Beberapa tokoh wanita di Indonesia antara lain Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, mantan Menperindag Rini M Sumarno, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom serta tokoh-tokoh wanita berprestasi lainnya. Bahkan adanya penghargaan yang diberikan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk puluhan 14

15 tokoh perempuan atau perempuanperempuan berprestasi dan menduduki jabatan tertentu di pemerintahan dan perusahaan atau lembaga lainnya. Penghargaan Muri yang ditujukan untuk sejumlah wanita berprestasi ini diharapkan juga bisa menjadi motivasi dan meningkatkan rasa percaya diri kaum perempuan Indonesia, sehingga bisa terus memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa. Menneg PP Meutia Hatta juga mengatakan bahwa perempuan-perempuan Indonesia berperan besar dalam pembangunan bangsa di segala sektor. Hingga saat ini, kontribusi perempuan bagi pembangunan di segala sektor sudah tidak terhitung besarnya (Novery, 2008). Tokoh-tokoh wanita ini juga merupakan suatu lambang kesuksesan bagi kaum feminis yang menginginkan kesetaraan gender antara pria dan wanita. Bahkan pada tanggal 12 Februari 2003 bisa jadi merupakan salah satu tonggak bersejarah bagi perkembangan feminisme di Indonesia, terutama bagi para politikus perempuan yang sudah sejak jauh hari senantiasa memperjuangkan kejelasan posisi dan peran mereka diranah politik praktis. Saat itu, Sidang Paripurna DPR berhasil mengesahkan RUU Pemilu terkait kuota 30% bagi perempuan dalam Dewan Perwakilan tingkat II hingga pada tingkat pusat. Hampir seluruh fraksi setuju atas hal itu,kecuali Fraksi Bulan Bintang dan Pemerintah. (Ahmad, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa adanya penghargaan dan kebanggaan masyarakat terhadap prestasi yang diraih oleh para tokoh-tokoh wanita Indonesia ini dan juga adanya kesempatan yang diberkan kepada para wanita untuk sukses dan berprestasi di segala bidang. Akhirnya jika konflik-konflik dengan keluarga dan masyarakat dapat diatasi maka wanita dapat berusaha dengan tenang untuk meraih kesuksesan dalam kariernya. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui perbandingan skor Mean Empirik (ME) dan skor Mean Hipotetik (MH) pada skala motivasi berprestasi dan fear of success. Berdasarkan perhitungan dengan melihat skor skala motivasi berprestasi memiliki mean empirik sebesar 128,33 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (102,5+20,5). Hal ini berarti motivasi berprestasi subjek penelitian yang tergolong tinggi. Tingginya skor motivasi berprestasi yang dimiliki subjek dalam penelitian ini dapat terlihat dari cukup tingginya posisi pekerjaan yang mereka miliki yaitu minimal supervisor. Hal ini sesuai dengan pendapat Norris (2000) yang menyebutkan bahwa ketika seorang individu mempunyai motivasi untuk berprestasi yang tinggi maka individu tersebut akan berperilaku untuk mencapai prestasi yang ia inginkan. Semakin tinggi motivasi yang dipunyai oleh individu itu maka semakin besar kemungkinan untuk berperilaku mencapai prestasi tersebut. Perilaku tersebut ditunjukkan dengan usaha dari subjek untuk mencapai posisi yang tinggi dalam pekerjaan. Begitu juga menurut Horner (dalam Matlin, 1987) yang melakukan 15

16 penelitian tentang motivasi berprestasi pada wanita, mengatakan bahwa ketika wanita memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi maka akan lebih mungkin untuk memperoleh prestasi bahkan kesuksesan itu merupakan tujuan mereka. Berdasarkan perhitungan pada skala fear of success dimana mean empirik memiliki nilai skor sebesar 54,53 yang berada diantara MH SDH < x MH + SDH (54 < x 81). Artinya dapat dikatakan subjek penelitian memiliki fear of success yang tergolong rata-rata bahkan mendekati rendah. Sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dikumpulkan oleh Seniati (2003) yang menyatakan bahwa wanita Indonesia sudah tidak takut sukses. Hasil penelitian Ali Nina tahun 1991 dan Nauly pada tahun 1993 menemukan bahwa meskipun berada pada tingkat yang tergolong rendah, wanita yang memiliki peran gender feminin memiliki ketakutan akan kesuksesan yang lebih tinggi secara signifikan daripada wanita yang memiliki peran gender androgini. Namun penelitian Patana dan Dahesihsari tahun 2002 menemukan tidak ada perbedaan ketakutan akan kesuksesan pada wanita dengan peran gender feminin, maskulin dan androgini. Jika pada kenyataannya masih cukup banyak wanita yang lebih memilih keluarga sebagai prioritas dan memutuskan berhenti bekerja, itu adalah karena hidup adalah suatu pilihan. Selain itu juga mungkin disebabkan karena adanya perubahan paradigma pada masyarakat yang memandang wanita yang bekerja di luar rumah adalah sesuatu hal yang wajar, bahkan jika wanita tersebut berprestasi dan memiliki jabatan yang cukup tinggi, hal ini justru membanggakan. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Suciadi (2008) bahwa adanya kemajuan paradigma bagi wanita Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya kebanggaan bagi masyarakat jika wanita berhasil dalam karir dan studi. Hal ini dikarenakan wanita memiliki tanggung jawab lebih daripada pria yaitu urusan keluarga dan anak. Istilahnya, jika kaum pria sesibuk apapun di kantor saat pulang ke rumah langsung dapat menikmati istirahat, menonton TV, tidur, membaca dan sebagainya. Tapi bagi wanita karir, setelah pulang kantor tugas baru telah menantinya di rumah, yaitu sebagai seorang istri dan ibu. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita bekerja dewasa muda, namun arah hubungan antara motivasi berprestasi dan fear of success bersifat negatif. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi subjek maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. Hubungannya kurang kuat karena hanya sebesar 0,684. Dari hasil penelitian juga diketahui subjek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan fear of success yang rendah. Di samping itu, diketahui dari analisis tambahan bahwa baik berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaannnya, subjek 16

17 memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan untuk fear of success-nya, subjek yang berusia 26 tahun sampai 30 tahun memiliki fear of success yang rendah dan subjek dengan rentang usia 31 tahun sampai 40 tahun memiliki fear of success rata-rata. Subjek yang memiliki tingkat pendidikan SMA, D3 dan S1 memiliki fear of success yang tergolong rata-rata. Namun fear of success yang dimiliki subjek dengan tingkat pendidikan S2 tergolong rendah. Begitu juga dengan subjek yang mempunyai pekerjaan sebagai produser. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi subjek yang punya jabatan tinggi dalam pekerjaanya dengan membaca penelitian ini disarankan untuk bisa menyeimbangkan perannya sebagai wanita karir dan sebagai istri serta ibu sehingga dapat terus mengembangkan potensinya tanpa mengorbankan perannya sebagai istri dan ibu. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti bagaimana persepsi masyarakat dan lelaki di Indonesia terhadap wanita yang sukses sehingga bisa diketahui dengan jelas apakah terjadi perubahan paradigma mengenai wanita karir yang sukses yang bisa menyebabkan wanita karir di Indonesia tidak takut sukses lagi. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I. (ed). (1997). Sangkan paran gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Tes psikologi. Alih bahasa: Robertus H.S.I. Jakarta: Prenhallindo. Aprillia, R. (2007). Harakah dan kemandirian perempuan. n/html Atkinson, J.W. (1974). An introduction to motivation. New Jersey: Van Nostrand Company, Inc. Azwar, S. (1996). Tes prestasi : Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basarah, F. (1989). Motivasi berprestasi pada wanita: Studi penjajagan fear of success pada wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Bee, H. (1998). Lifespan development (2 nd ed). New York: Addison-Wesley Educational Publisher, Inc. Branson, J. & Miller, D. (1988). The changing fortune of Balinese market women. In. Chandler, G., Sullivan, N. & Branson, J. (Eds). Development and displacement women in Southeast Asia. Victoria: Morphet Press Pty. Ltd. Clark, R.A. & Lowell, E.L. (1980). Cognitive and motivation. New York: Appleton-Century-Crolts, Inc. Craig, G. (1976). Human development (4 th ed). New Jersey: Prentice Hall. Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta : Grasindo. 17

18 Frieze, I.H., Parsons, J.I., Johnson, P.B., Ruble, D.H. & Zellman, G.L. (1978). Women and sex roles: A social psychological perspective. New York: W.W. Norton and Company, Inc. Hurlock, E.B. (1993). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi kelima. Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga. Jung, J. (1978). Understanding human motivation: A cognitive approach. New York: MacMillan Publishing Co., Inc. Kurnia, I.M, (2005). Gambaran fear of success pada manajer wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Matlin, M.W. (1987). Psychology of women. Florida: Holt, Rinehart & Winston, Inc. McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York: Cambridge University Press. McClelland, D.C., Atkinsons, J.W., Clark, R.K., & Lowell, E.L. (1976). The achievement motive. New York: Appleton-Century-Crults, Inc. Miller, J.B. (1976). Toward a new psychology of women. New Jersey: Beacon Press. Nisfiannor, M. (2002). Hubungan antara motif sosial dengan aktivitas berorganisasi kemahasiswaan bagi mahasiswa di Surabaya. Jurnal Phronesis, 4(8), Norris, G.W. (2000). Exploring the traitbehaviour relationship in leadership. Thesis (tidak diterbitkan).ohio: Department of Psychology Ohio State University. Papalia, D.E. & Sally, W.O. (1995). Human development. Sixth Edition. New York : Mc Graw-Hill, Inc. Prabowo, H. (2002). Teknik penulisan usulan penelitian dan skripsi. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Riyanti, D.B.P & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Santrock, J.W. (1995). Perkembangan masa hidup. Alih bahasa: Achmad Chusairi & Juda Damanik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sawitri. (1992). Hubungan motivasi berprestasi dengan kecemasan berprestasi terhadap prestasi akademis mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rini, J.F. (2002). Wanita bekerja. Seniati, L. (2003). Wanita Indonesia takut sukses? Shaw, M.E. & Costanzo, P.R. (1982). Theories of social psychology. Second edition. New York: McGraw Hill, Inc. Suciadi, L.P. (2008). Selamat hari Kartini, wahai wanita Indonesia! ynews.aspx?id=7790 Unger, R. & Crawford, M. (2004). Women and gender: A feminist psychology. New York: McGraw Hill, Inc. William, J.H. (1996). The psychology of women: Half the human experience. New York: W.W. Norton & Company, Inc. Zuckerman, M. (1980). Effects of fear of success on intrinsic motivation, causal atribution and choice behaviour. Journal of Personality and Social Psychology, 39(3),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Fear of Succeess Walsh (dalam Adibah, 2009) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketakutan Sukses 1. Pengertian Ketakutan Sukses Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah disposisi yang bersifat stabil dan mulai muncul sejak awal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi berprestasi Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi.

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi sumber daya manusia untuk berkarya. Situasi dan kondisi demikian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di

BAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di Indonesia harus turut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Wanita yang pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040

Lebih terperinci

Journal of Social and Industrial Psychology

Journal of Social and Industrial Psychology JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip PENGARUH SITUASI KOMPETISI KERJA TERHADAP FEAR OF SUCCESS PADA PEGAWAI WANITA Ratna Mulya Sari

Lebih terperinci

KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA

KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA 1 KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA Lilyant Ch Daeng, Sri Hartati, Endang Widyastuti Universitas Setia Budi dan Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Wanita Karir yang telah

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis data penelitian. Tahap pertama yang dilakukan yaitu uji asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan tetapi fear of success cenderung lebih besar dialami oleh wanita karena dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Ibu yang Bekerja. Matlin (1987) menggunakan istilah ibu yang bekerja dengan working

BAB II LANDASAN TEORI. A. Ibu yang Bekerja. Matlin (1987) menggunakan istilah ibu yang bekerja dengan working BAB II LANDASAN TEORI A. Ibu yang Bekerja 1. Pengertian Ibu yang Bekerja Matlin (1987) menggunakan istilah ibu yang bekerja dengan working mother, yang mengacu kepada dua pengertian, yaitu wanita yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII... Jakarta Barat HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (00:3) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Korelasi antara fear of success dan hasil kerja pada manajer wanita yang telah berkeluarga di PT X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujian penelitian, maka rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM : HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi

Lebih terperinci

tertentu dimana tindakan yang dilakukan menyakitkan dan didasari oleh ketidakseimbangan kekuasaan. Kasus-kasus bullying sering terjadi di sekolah dan

tertentu dimana tindakan yang dilakukan menyakitkan dan didasari oleh ketidakseimbangan kekuasaan. Kasus-kasus bullying sering terjadi di sekolah dan PERBEDAAN KEBUTUHAN BERAFILIASI PADA SISWA SMA KORBAN BULLYING DITINJAU DARI JENIS KELAMIN 1 Mega Ayu Septrina 2 Seto Mulyadi Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma 1 mega.septrina@gmail.com, 2 kakseto_288@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Oleh : Nurliah Dosen Pembimbing : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB 1 Tugas perkembangan:

Lebih terperinci

mengalami turnover yang besar karena karyawan tidak mempunyai motivasi yang tepat akhirnya karyawan kurang dapat mencapai produktivitas kerja yang

mengalami turnover yang besar karena karyawan tidak mempunyai motivasi yang tepat akhirnya karyawan kurang dapat mencapai produktivitas kerja yang PENDAHULUAN Era globalisasi telah bergulir, dominasi teknologi computer digital sebagai infrastruktur menjadi sahabat para pelaku bisnis. Aset ekonomi semakin tidak lagi bersifat fisik seperti gedung,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data skala motivasi berprestasi dan skala peran jenis dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik ANOVA

Lebih terperinci

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami. manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami. manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin meningkat yang mendorong kaum perempuan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, langkah yang perlu peneliti lakukan adalah uji asumsi variabel penelitian. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji coba terpakai, yaitu pengambilan data dilakukan satu kali yang digunakan untuk uji alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Masalah Penelitian 3.1.1. Masalah Konseptual Yang menjadi masalah konseptual dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara sibling rivalry yang terjadi pada anak-anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah 32 ibu rumah tangga yang bekerja di PT Sinar Karya Duta Abadi. Dari 35 wanita yang bekerja di bagian kantor,

Lebih terperinci

Fear of Success dan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Fear of Success dan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Fear of Success dan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Agustin Rahmawati Universitas Merdeka Malang agustin.rahmawati@unmer.ac.id Abstrak. Tulisan ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana fear

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI Oleh : RIZQIANI HAYATI ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem Pada Dewasa Awal Tuna Daksa Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Abstrak. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh body image

Lebih terperinci

Kata kunci : Motivasi Kerja, Kreativitas.

Kata kunci : Motivasi Kerja, Kreativitas. Judul : Hubungan Motivasi Kerja dan Kreativitas Figural Dalam Bekerja pada Tim Kreatif Media Elektronik Televisi dan Radio Isi : 63 halaman Tabel :25 Lampiran :28 Pustaka : 3 halaman (1978-2008) ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH Nama : Dea Alliqa Fitri NPM : 11511768 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ursa Majorsy, SPsi, MSi. Quroyzhin Kartika

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA 30 HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA Astri Carissia Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single RELATIONSHIP SKILLS PROBLEM SOLVING WITH ROLE CONFLICT ON MULTIPLE SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Problem

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai desain dari penelitian, subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), definisi operasional variabel penelitian, setting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk

KATA PENGANTAR. menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR Dengan hormat, Dalam rangka penulisan skripsi sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi guna menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peneliti menggunakan tryout dengan alasan bahwa dengan menggunakan tryout diharapkan item pada skala ini lebih valid dan reliable untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. 1 Adapun variabel terdiri dari macam, yaitu : 1. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi MountaineeringPada Mountaineer(Pendaki Gunung) Wanita

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi MountaineeringPada Mountaineer(Pendaki Gunung) Wanita Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi MountaineeringPada Mountaineer(Pendaki Gunung) Wanita DisusunOleh : Nama : Sofura Meirliana Furi.R. NPM : 10508257 Jurusan : Psikologi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Kegiatan teoritis dan empiris pada penelitian ini diklasifikasikan dalam metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah observasi,

Lebih terperinci