BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan
|
|
- Hendra Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi berprestasi Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi. Biasanya kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik (Mc.Clleland dalam Siagian, 2004). Atkinson (dalam Sumantri, 2001) menyatakan motivasi berprestasi merupakan suatu kepedulian terhadap kompetisi dan keinginan untuk hidup berdasarkan suatu standar keunggulan dapat berupa prestasi yang dimiliki sendiri ataupun prestasi orang lain. Berdasarkan teori Murray, Mc.Clelland, Atkinson (dalam Petri, 1991), Menurut model expectancy-value, perilaku berprestasi ditentukan oleh interaksi dari motif untuk sukses, motif menghindari kegagalan dan motif ekstrinsik. Kecenderungan untuk mencapai sukses dipandang sebagai hasil dari motif untuk meraih sukses, kemungkinan untuk sukses dan nilai insentif dari sukses itu sendiri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mencapai suatu keberhasilan ataupun keunggulan dengan mempertimbangkan standar yang harus dicapai baik 20
2 bersifat intrinsik maupun ekstrinsik serta bertujuan untuk memperoleh nilai insentif kesuksesan. 2. Karakteristik Motivasi Berprestasi Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu: a. Menyukai tugas yang memiliki tantangan dengan taraf moderat Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi lebih memilih untuk mengerjakan tugas yang menantang dengan taraf moderat yang menjanjikan kesuksesan. Mereka tidak suka untuk bekerja pada tugas yang terlalu mudah, dimana tidak ada tantangan dan tidak ada kepuasan dari kebutuhan berprestasi mereka tetapi mereka juga tidak menyukai tugas yang terlalu susah dimana mereka akan mendapatkan kesuksesan yang rendah. Mereka realistis dalam tugasnya, pekerjaan, dan kecakapan yang mereka pilih. Mereka dapat menyesuaikan kemampuan mereka dengan tuntutan kerja yang ada. b. Bertanggungjawab atas performa kerja secara personal Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih bertanggungjawab sendiri atas performa kerjanya, karena dalam posisi ini mereka mendapatkan kepuasan setelah melakukan sesuatu yang baik. Mereka akan cenderung menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tuntas dan selalu ingat pada tugas yang belum terselesaikan. Mereka akan fokus pada peningkatan performa secara personal tanpa memperhatikan prestasi tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh pada orang lain. 21
3 c.menyukai umpan balik Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menyukai bila performa mereka dibandingkan dengan orang lain. Mereka memerlukan umpan balik yang segera, tepat, dan jelas dari hasil-hasil yang dikerjakannya. Umpan balik menunjukkan seberapa baik mereka telah bekerja. Mereka selalu mengontrol hasil kerja mereka karena tidak suka mengambil resiko untuk gagal. d. Inovatif Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi juga selalu berusaha untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya dan efisien untuk mencapai tujuannya. Mereka menghindari segala sesuatu yang bersifat monoton yang membuat mereka cepat bosan. Mereka senang mencari informasi secara berkala agar menemukan cara yang baru untuk menyelesaikan tugas dengan baik. e. Ketahanan Orang dengan kebutuhan berprestasi tinggi memiliki kecenderungan untuk tahan lama dalam mengerjakan tugas dengan level kesulitan yang berbeda. Mereka akan terus bertahan dan berusaha memecahkan masalah pekerjaan sampai waktunya habis karena mereka tertarik untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka memandang karir berhubungan atau mencerminkan karakteristik personal (seperti intelegensi), dimana melibatkan keinginan untuk maju dan lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lima karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu: menyukai tugas dengan taraf moderat dimana mereka tidak ingin 22
4 mendapat resiko yang terlalu besar dan pula tidak terlampau rendah, bertanggungjawab atas performa kerja secara personal agar mereka mendapatkan kepuasan setelah melakukan sesuatu yang baik, menyukai meneriman umpan balik dari hasil-hasil yang dikerjakannya, inovatif dimana selalu berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dan efisien untuk menyelesaikan pekerjaannya serta ketahanan kerja yang tinggi dalam melakukan tugasnya. 3. Faktor faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu: a. Usia Schultz & Sydney (1993) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. motivasi berprestasi individu tertinggi pada usia tahun, dan mengalami penurunan setelah usia pertengahan (middle age). b. Jenis kelamin Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak wanita yang tidak menunjukkan prestasinya secara maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria (Fernald & Fernald dalam Morgan, 1986). Morgan (1986) menyatakan bahwa adanya perbedaan jenis kelamin dalam menampilkan karakterisik perilaku berprestasi. Hal ini terjadi karena wanita memiliki motif yang dikenal dengan fear of success. 23
5 c. Fear of success Menurut hasil penelitain Adibah (2008) hubungan motivasi berprestasi dan fear of success bersifat negatif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan diri kepada faktor kedua dan ketiga., dimana wanita tidak menampilkan karakterisik perilaku berprestasi layaknya laki-laki karena memiliki fear of success, serta meneliti ulang hasil penelitian Adibah (2008) tentang hubungan fear of success dan motivasi berprestasi dengan karakteristik sampel yang berbeda. B. Fear of success 1. Definisi fear of success Fear of success merupakan suatu bentuk perilaku yang berkaitan dengan perilaku wanita dalam situasi prestasi yang kompetitif. Motif ini diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin (Horner dalam Petri, 1991). Fear of success merupakan disposisi stabil yang diperoleh pada awal kehidupan seseorang yang berkaitan dengan standar identitas jenis kelamin (Zukerman dalam Feldman, 1992). Pappo (dalam Nauly, 2003) mendeskripsikan bahwa fear of success ini dapat dilihat sebagai suatu keadaan psikologis yang berupa kelumpuhan, 24
6 penarikan diri yang dilakukan secara sadar terhadap tujuan objektif dan subyek tifnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fear of success adalah perilaku menghindari kesuksesan untuk menghindari konsekuensi negatif yang timbul akibat kesuksesan tersebut serta diwujudkan dalam penarikan diri terhadap tujuan objektif dan subyek tifnya. 2. Aspek- aspek fear of success Menurut Shaw dan Costanzo (1982), ada tiga aspek fear of success yaitu: a. Loss of feminity atau ketakutan akan kehilangan feminimitas, dalam hal ini, kehilangan feminimitas berarti sebagai hilangnya sifat kewanitaan dalam bentuk kekurangmampuan seorang wanita menunjukkan sifat-sifat feminin, kekurangmampuan untuk menjadi istri dan ibu yang baik dan kurang dapat menjalankan peran sebagai wanita dalam rumah tangga. b. Loss of special self esteem atau ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial. Hilangnya penghargaan sosial diartikan sebagai ketiadaan atau kurangnya penghargaan masyarakat terhadap diri wanita yang sukses, karena ia tidak menampilkan sifat yang feminin. c. Social rejection atau ketakutan akan penolakan sosial. Bentuk penolakan sosial ini kurang atau tidak diikutsertakannya wanita sukses dalam kegiatan kelompok, kurang disenangi oleh teman-temannya baik pria maupun wanita. Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan wanita tersebut ditolak oleh lingkungan. Shaw dan Costanzo (1982), menyimpulkan bahwa fear of success tidak disadari oleh wanita dan merupakan hasil dari proses sosialisasi yang spesifik 25
7 pada wanita. Proses sosialisasi ini mengarahkan wanita terhadap antisipasi akan kehilangan feminimitasnya (loss of feminimity). Kehilangan feminimitas ini mengarahkan wanita untuk menjadi takut jika mendekati keberhasilan dan memperkirakan akan kehilangan penghargaan sosial (loss of social rejection) serta mengantisipasi adanya penolakan sosial (social rejection) yang diakibatkan oleh kesuksesannya. C. Wanita Bekerja 1. Definisi Wanita bekerja Menurut Beneria, wanita bekerja adalah wanita yang menjalankan peran produktifnya (dalam Rini, 2002). Wanita dapat dikategorikan kedalam dua peran, yaitu peran reproduktif dan peran produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis (pelahiran) sedangkan peranan produktif adalah peranan dalam bekerja yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis (economically actives). D. Hubungan fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Melihat potensi wanita sebagai sumber daya manusia maka upaya menyertakan wanita dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa 26
8 mengikutsertakan wanita dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi (Yusuf, 2006). Bekerja adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui karir dalam pekerjaan merupakan salah satu pilihan yang banyak diambil oleh para wanita jaman sekarang (Dirgantari, 2007). Saat ini wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar, bahkan beberapa negara pernah memiliki presiden dan menteri seorang wanita, termasuk Indonesia (dalam Kiong, 2008). Dengan perkembangan zaman dan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita yang berminat untuk memasuki dunia kerja untuk menunjukkan eksistensi dan keberadaannya makin meningkat. Kesadaran untuk lebih maju dan mengaktualisasikan diri juga timbul dalam diri wanita, dimana pada Era of change ini mereka terdorong untuk dapat menunjukkan diri mereka seutuhnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki (Chaerunnisa, 2008). Dorongan untuk berprestasi dikenal sebagai motivasi berprestasi. Mc.Clleland menemukan bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik (dalam Robins & Judge, 2007). Motivasi berprestasi tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan baik bersifat intrinsik dan ekstrinsik (dalam Siagian, 2004). Motivasi berprestasi menjadi komponen penting dalam dunia bekerja, ditambah lagi 27
9 semakin terbukanya kesempatan wanita untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi (Devianty, 2007). Menurut Lida (dalam Nauly 2003), para wanita dewasa muda yang memiliki pendidikan tinggi mengalami konflik antara gambaran diri mereka sebagai individu yang mampu berkarya dengan harapan masyarakat terhadap mereka. Orientasi berprestasi pada diri mereka dipandang masyarakat sebagai suatu hal yang bersifat kelaki-lakian (maskulin). Keadaan ini menyebabkan mereka sepertinya terjebak antara usaha untuk berprestasi dengan bayangan diri mereka sebagai wanita. Apabila mereka mengikuti keinginan untuk terus berkarir dan berprestasi, akan timbul kecemasan terhadap penilaian masyarakat dan kecemasan akan kehilangan sifat kewanitaanya. Menurut Sihite (2007) seorang wanita diharapkan untuk tampil dan bertingkah laku feminim, antara lain hangat, lembut, dan peka terhadap perasaan orang lain, berorientasi pada keluarga dan anak, submisif, mengalah dan tergantung pada orang lain. Sebaliknya seorang pria diharapkan bertingkah laku maskulin. Keadaan wanita harus pandai-pandai membagi dirinya antara bekerja di luar rumah dan dipekerjaannya dikenal dengan sebutan peran ganda wanita. Peran ganda wanita justru menempatkannya pada posisi yang tertekan karena beban tugas yang ditanggungnya semakin berat. Walaupun mereka sekarang diterima keberadannya di tempat kerja, wanita sering mengalami konflik antara perannya sebagai pekerja dan peran sebagai orang tua dan istri, karena persepsi bahwa 28
10 mereka seharusnya berpartisipasi lebih banyak dirumah dan keluarga daripada pekerjaan (Desmita, 2005). Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli bahwa hambatan wanita untuk mencapai jenjang karir ini disebabkan karena aspirasi dan motivasi kerja wanita yang masih sering diwarnai faktor-faktor sosial budaya (Sadli dalam Nauly, 2003), karena di dalam masyarakat masih ada suatu paradoks antara de yure dan de facto tentang kedudukan wanita (Suratijah dalam Nauly, 2003). Paradoks kedudukan wanita dan tuntutan sosial budaya terhadap kaum wanita untuk selalu bersikap dan berperilaku berpusat pada keluarganya inilah yang sering menimbulkan konflik pada diri wanita yang bekerja, yaitu konflik antara idealnya wanita secara budaya dan wanita sebagai sumber daya manusia (Devianty, 2007). Konflik ini sering membuat wanita karir lebih memilih menghindari sukses, karena wanita merasa dirinya cenderung mendapat tekanan sosial, sehingga ia merasakan suatu kecemasan, perasaan bersalah, merasa tidak feminin, dan mementingkan diri sendiri (Devianty, 2007). Horner (dalam Petri, 1991) menyebut motif untuk menghindari sukses ini sebagai fear of success. Motif ini diartikan sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin. Kehadiran fear of success pada wanita bekerja menunjukkan kecenderungan menuju prestasi yang dihambat oleh sumber dari disposisi kecemasan yaitu berupa konsekuensi negatif yang mereka percaya mengikuti kesuksesan yang diharapkan dan kepercayaan bahwa kesuksesan tidak sesuai 29
11 dengan peran jenis kelaminnya (Cook & Chandler dalam Petri, 1991). Horner (dalam Petri 1991) menghubungkan tampilnya fear of success ini dengan adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial dan peran jenis kelamin yang berlaku didalam masyarakat. Tekanan dari lingkungan sosial ini menjadi sumber kecemasan terhadap prestasi (Gershaw, 1977). Lahey (2003) menyatakan bahwa wanita yang memiliki fear of success yang tinggi tampil dalam perilaku menghindari persaingan dan menunjukkan prestasi kerja dibawah kemampuan dirinya bila ia harus bersaing dengan situasi kompetisi dengan orang lain. Pernyataan sebelumnya diperkuat oleh hasil penelitian Adibah (2008) bahwa hubungan motivasi berprestasi dengan fear of success bersifat negatif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka semakin rendah fear of success-nya, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa tempat wanita adalah dirumah tangga, atau meskipun ia bekerja diluar rumah, ia harus mengutamakan keluarganya. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin membuktikan apakah benar fear of success yang tinggi pada wanita bekerja akan menimbulkan motivasi berprestasi rendah dengan sampel wanita yang bekerja di Kota Medan, dewasa awal (20-40 tahun), pendidikan minimal Sarjana serta lama bekerja minimal 1 tahun. 30
12 Kesuksesan wanita di jaman sekarang adalah hal yang wajar Keinginan untuk berprestasi Orientasi berprestasi: maskulin namun sehingga Konflik memunculkan Fear of success tinggi mengakibatkan Motivasi berprestasi menurun: Penarikan diri thdp tujuan, menghindari persaingan, abaikan tugas, menolak promosi. Gambar 1. Alur berpikir Penelitian 31
13 E. Hipotesis Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesa dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara fear of success dengan motivasi berprestasi pada wanita bekerja di Kota Medan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat fear of success, maka semakin rendah motivasi berprestasi yang ditunjukkan wanita bekerja di Kota Medan. 32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketakutan Sukses 1. Pengertian Ketakutan Sukses Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah disposisi yang bersifat stabil dan mulai muncul sejak awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Fear of Succeess Walsh (dalam Adibah, 2009) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi sumber daya manusia untuk berkarya. Situasi dan kondisi demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di Indonesia harus turut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Wanita yang pada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Ibu yang Bekerja. Matlin (1987) menggunakan istilah ibu yang bekerja dengan working
BAB II LANDASAN TEORI A. Ibu yang Bekerja 1. Pengertian Ibu yang Bekerja Matlin (1987) menggunakan istilah ibu yang bekerja dengan working mother, yang mengacu kepada dua pengertian, yaitu wanita yang
Lebih terperinciFEAR OF SUCCESS WANITA BEKERJA PADA ETNIS MELAYU
FEAR OF SUCCESS WANITA BEKERJA PADA ETNIS MELAYU DISUSUN OLEH: SILVIANA REALYTA, S.Psi NIP. 132 317 265 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN AGUSTUS 2007 FEAR OF
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita Yang Bekerja. tugas rumah tangga (Mathis, 2001).Tetapi dengan terus berkembang pesatnya
17 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita Yang Bekerja 1. Pengertian Wanita Yang Bekerja Dalam istilah gender, wanita diartikan sebagai manusia yang lemah lembut, anggun, keibuan, emosional dan lain sebagainya.baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diteliti dalam bidang manajemen sumberdaya manusia. Potensi kaum wanita pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa perkembangan zaman yang semakin modern, bertambah kompleksnya kehidupan, bertambah pula intensitas peran yang dijalani oleh kaum wanita. Kajian tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expection). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang, yang mendorong seseorang untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sehubungan dengan pesatnya pembangunan dan didukung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehubungan dengan pesatnya pembangunan dan didukung dengan kemajuan teknologi, Indonesia akan memasuki era globalisasi. Hal ini tentu berpengaruh pada berbagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dasar teori untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan job commitment
BAB II LANDASAN TEORI Dasar teori untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan job commitment dengan motivasi berprestasi pada tenaga penjual kartu kredit di kota Medan adalah teori motivasi berprestasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Citra Tubindo Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan
Lebih terperinciFear of Success dan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Fear of Success dan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Agustin Rahmawati Universitas Merdeka Malang agustin.rahmawati@unmer.ac.id Abstrak. Tulisan ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana fear
Lebih terperinciJournal of Social and Industrial Psychology
JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip PENGARUH SITUASI KOMPETISI KERJA TERHADAP FEAR OF SUCCESS PADA PEGAWAI WANITA Ratna Mulya Sari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan tetapi fear of success cenderung lebih besar dialami oleh wanita karena dalam situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini berjudul Korelasi antara fear of success dan hasil kerja pada manajer wanita yang telah berkeluarga di PT X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujian penelitian, maka rancangan penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR
HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik
Lebih terperinciSELF & GENDER. Diana Septi Purnama.
SELF & GENDER Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id www.uny.ac.id KONSEP DIRI Penghayatan individu terhadap identitasnya, sekumpulan keyakinan mengenai dirinya sebagai seorang individu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi Istilah motivasi berprestasi merupakan perpaduan dari dua istilah motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi. Menurut Murray
Lebih terperinciKETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA
1 KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA Lilyant Ch Daeng, Sri Hartati, Endang Widyastuti Universitas Setia Budi dan Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Wanita Karir yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan yang lebih baik. Selain penghasilan karyawan juga bekerja dengan motivasi untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciNomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN
Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M. Psi ABSTRAKSI Pada zaman sekarang ini, seorang wanita yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kewirausahaan tidak dapat lepas dari peran wanita, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kewirausahaan tidak dapat lepas dari peran wanita, bahkan jumlah wanita yang menjadi pemilik usaha pun beberapa tahun belakangan ini bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami. manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin meningkat yang mendorong kaum perempuan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi
96 LAMPIRAN A Skala Konsep Diri dan Skala Motivasi Berprestasi 97 Instrumen Penelitian Variabel Skala X A. Blue Print ASPEK INDIKATOR AITEM NO F/U 1. Kondisi Pandangan 1. Saya mampu hidup mandiri 1 F yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas
Lebih terperinciMOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.
MOTIVASI Motivas (Motivation), Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) : keadaan dalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Kemampuan manajer
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciRenungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A.
Artikel Opini/ H.U. Pikiran Rakyat Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A. Teman-teman saya di sini mengatakan agar sebaiknya kami tidur saja barang
Lebih terperinciKadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:
MOTIVASI MOTIVASI Motivasi: kondisi psikologis yang bersifat internal yang menimbulkan/mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dalam mencapai tujuan tertentu. Kadang-kadang motivasi itu jelas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciPENGARUH AKTUALISASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR
PENGARUH AKTUALISASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR Lingga Pramana Putra Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Lingga.pramana91@gmail.com Dibimbing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap hasil kajian penelitian yang ada sebelumnya, ditemukan beberapa hasil peneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinci#### Selamat Mengerjakan ####
Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan daerah berpengaruh dalam cara mendidik siswa. Seperti contoh, di daerah perkotaan dalam hal pendidikan lebih memiliki fasilitas yang lebih lengkap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciFEAR OF SUCCESS DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
FEAR OF SUCCESS DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN (Studi Komparasi Pada Wanita Pekerja) SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi oleh Ersaningtyas Anjar Prihandhany
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara
Lebih terperinciMotif Technopreneur Sukses by: AGB
MOTIVASI WIRAUSAHA Motif Technopreneur Sukses by: AGB PC PE PG Harapan/ Perbandingan Hasil (Outcome) Keterangan : PC = Personal Characteristic PE = Personal Environment PG = Personal Goals BE = Business
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya organisasi pada bidang industri. Setiap hari manusia melakukan berbagai kegiatan, bergabung dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, hingga Agustus 2012 tercatat ada sekitar orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terbatasnya lapangan kerja yang ada di Indonesia saat ini sangat berbanding terbalik dengan tingginya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap untuk bekerja. Di kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN
67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada saat ini tidak hanya suami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK 1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciPuji Hastuti F
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA KARIER DENGAN SIKAP KERJA NEGATIF ABSTRAKSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Puji Hastuti F 100
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada
23 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Underachiever 1. Pengertian Underachiever Menurut pendapat Davis & Rimm (dalam Munandar, 2004) underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada ketidaksesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa: 1. Dari hasil analisis yang dilakukan maka pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan modern. Hal ini ditunjukkan dengan adanya minat untuk memandang olahraga dari berbagai
Lebih terperinciBAB X KEBUTUHAN REMAJA DAN PEMENUHANNYA
BAB X KEBUTUHAN REMAJA DAN PEMENUHANNYA A. Pentingnya Kebutuhan dan Pemenuhannya Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menuju kejenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan
Lebih terperinciPELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinci