BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Dewi Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kalsium Fosfat Senyawa kalsium fosfat merupakan komponen utama pada mineral tulang. Senyawa kalsium fosfat sintetik diperoleh dengan mencampurkan prekursor kalsium dan fosfat dengan berbagai metode. Kalsium fosfat merupakan keramik yang memiliki ikatan kovalen atau ionik. Senyawa kalsium fosfat tidak memiliki muatan bebas sehingga memiliki sifat listrik yang rendah. Dalam berbagai penelitian kalsium fosfat sintetik berhasil diperoleh dalam berbagai macam fase. Perbedaan fase kalsium fosfat dapat digunakan dalam medis tergantung pada bioaktivitas atau kemampuan penyerapan material yang diperlukan. 4 Daftar kalsium fosfat yang sering digunakan pada bidang medis dapat dilihat pada Tabel 1. (halaman 4). Biomaterial untuk implantasi tulang menggunakan senyawa kalsium fosfat yang memiliki kekuatan tinggi. Meninjau sifat tersebut, HAp merupakan senyawa apatit yang banyak digunakan dibidang ortopedik. 4 Kombinasi beberapa fase kalsium fosfat dapat dilakukan untuk menghasilkan biomaterial yang optimum dan dapat mempercepat proses remodelling. HAp memiliki stabilitas yang tinggi. Pada penggunaannya HAp dimodifikasi dengan menambahkan fase kalsium fosfat lain yang memiliki kelarutan yang tinggi bertujuan untuk menghasilkan bagian yang dapat terdegradasi selama remodelling tulang. Fase senyawa kalsium fosfat yang mudah terserap adalah Trikalsium Fosfat (TKF) dan Apatit Karbonat (AK). 5 Tabel 1. Jenis-jenis senyawa kalsium fosfat. Nama mineral Nama kimia Rumus kimia.1.1 Hidroksiapatit Ca : P (rasio molar) Monetite Dikalsium fosfat CaHPO 4 1,00 (DKF) Brushite Dikalsium fosfat CaHPO 4.H O 1,00 Whitlockite Hidroksiapatit Hillinstockite dihidrat (DKFD) Oktakalsium fosfat Ca 8 H (PO 4 ) 6.5HO 1,33 (OKF ) Trikalsium fosfat Ca 3 (PO 4 ) 1,50 (TKF) Hidroksiapatit (HA) Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 1,67 Tetrakalsium Fosfat Ca 4 P O 9,00 (TTCP) Hidroksiapatit merupakan mineral alami yang berupa kalsium apatit, dengan rumus kimia Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH). Hidroksiapatit mempunyai bentuk struktur heksagonal, dengan fasa kristal dari senyawa kalsium fosfat yang stabil, dengan parameter kisi: a = b = 9,433Å, c = 6,875Å, serta rasio Ca/P = 1,67. 6 Hidroksiapatit merupakan komponen utama dari tulang dan gigi, hal ini dikarenakan sifat - sifat ion kalsium (Ca + ) pada hidroksiapatit dapat mengubah ion-ion logam berat yang beracun dan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyerap unsur-unsur kimia organik dalam tubuh. 7 Sifat-sifat yang menonjol dari hidroksiapatit adalah mudah terserap tulang (resorpsi), bioaktif, tidak korosi, tahan aus, dan biokompatibilitas yang tinggi. Bioaktif merupakan kemampuan suatu bahan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan. Biokompatibilitas suatu bahan merupakan kemampuan bertahan terhadap korosi terhadap efek toksin yang dihasilkan korosi dan kemampuan bertahan terhadap perubahan selama pemakaian bahan di lingkungan tubuh dan tidak menimbulkan
2 3 penolakan dari jaringan tubuh. Akan tetapi terdapat kelemahan padaa sifat hidroksiapatit yaitu getas, dan mudah patah. Hal ini dapat menjadi kendala dalam desain. 8 Gambar 1. menunjukan unit sel struktur kristal hidroksiapatit. Pada unit sel terdiri atas subsel prisma segitiga rombik. Terdapat kaca datar horizontal yaitu pada z = ¼ dan z = ¾ dan bidang tengah inversi letaknya disetiap tengah muka vertikal dari setiap subsel. Atom C ditunjukan oleh lingkaran berwarnaa hijau, atom O ditunjukan oleh lingkaran berwarna biru dan atom P ditunjukan oleh lingkaran berwarna merah. Unit sel kristal hidroksiapatit mempunyai jenis atom Ca yaitu Ca1 dan Ca. Tiap unit sel yang mempunyai perbedaan pada lokasi dari atom Ca. Pada setiap subsel mempunyai 3 pusat. Pada gambar lingkaran abu-abu mewakili atom Ca sebagai atom enantiomer. Ca padaa dasar dan puncak dihitung ½ Ca, sedangkan Ca yang berada ditengah dihitung 1 Ca. Masing-masing subsel memiliki atom Ca dari Ca1 serta terdapat lebih dari 4 atom Ca dari satu unit sel. Sedangkan pada atom Ca dikelilingi oleh 6 atom O, pada setiap unit sel memiliki 6 atom Ca. Atom Ca ini membentuk segitiga normal pada sumbu c dengan sudut rotasi sebesar 60. Gambar 1. Struktur hidroksiapatit unit sel tampak samping Trikalsium Fosfat Rumus kimia TKF adalah Ca 3 (PO 4 ). TKF memiliki empat polimorf: α, β, γ dan super- α. Polimorf super- α dapat diamati pada termperatur sekitar 1500 ºC. Polimorf yang sering diperoleh pada TKF adalah α dan β. α- TKF memiliki struktur monoklinik dengan parameter kisi a = 1,887Å, b = 7,78Å dan c = 15,19 Å. β -TKF memiliki struktur rhombohedral dengan unit sel memiliki ukuran a = 10,439 Å dan c = 37,3775Å. 10 Struktur β - TKF memiliki plot yang sama dengan heksagonal. Sintesis TKF dilakukan dengan memberikan perlakuan tem- untuk menghilangkan semua OH - yang peratur tinggi. Pemanasan ini diperlukan terbentuk. Termperatur pembentukan fase TKF diatas 1000ºC. β - TKF stabil sampai termperatur 115ºC. Diatas temperatur tersebut sampai 1430ºC menjadi TKF pada fase α. Super- α TKF dapat terbentuk pada termperatur 1430ºC dan memiliki titik leleh 1756ºC, α-tkf memiliki densitas yang lebih rendah dari pada β-tkf. β - TKF tidak dapat terbentuk pada sistem cair. β - TKF dikenal lebih mudah larut dari padaa oksihidroksiapatit, tetapi diatas ph = 6 kemampuan kelarutannya lebih kecil dibandingkan dengan kalsium fosfat lain. Selain itu, kelarutannyaa menurun dengan meningkatnya temperatur. Untuk keperluan medis TKF memiliki sifat biodegradabel, bioaktif dan kelarutan yang tinggi. Material ini dapat digunakan untuk material implan tulang Apatit Karbonat (AK) Mayoritas apatit yang terdapat pada apatit biologi adalah apatit karbonat [(Ca, Na, Mg) 5 (HPO 4, PO 4, CO 3 ) 3 (OH, CO 3 )]. Pada penelitiann kalsium fosfat sintetik telah diperoleh fase-fase kalsium fosfat yang sesuai dengan apatit biologi. Terbentuknya apatit karbonat sintetik yaitu dengan menambahkan karbonat dalam formulasi HAp. Karbonat dapat menggantikan posisi OH- pada HAp membentuk apatit karbonat tipe A dan jika menggantikan posisi (PO 4 ) 3- disebut apatit karbonat tipe B. Ukuran parameter kisi untuk Tipe A adalah a = 9,59 Å, b = 19,10 Å dan c = 6,860 Å. Ukuran parameter kisi untuk Tipe B nilai a = 9,309 Å dan c = 6,97 Å. 11 Kemapuan
3 4 karbonat untuk membentuk apatit karbonat tipe B lebih mudah dibandingkan dengan membentuk apatit karbonat tipe A. Hal ini terjadi karena OH - pada HAp membutuhkan energi yang lebih besar untuk lepas dari pada (PO 4 ) 3-. Apatit karbonat tipe-a dapat dibentuk pada termperatur yang tinggi dan mayoritas apatit tipe-b karbonat dapat dibentuk pada termperatur rendah Hidroksiapatit Berpori Melloning 1 menyebutkan hidroksiapatit berpori yaitu hidroksiapatit yang memiliki sifat biokompatibilitas, mikrokristal dengan ukuran mikron dari struktur berpori yang memungkinkan pembuluh darah dan jaringan ikat masuk diantara pori pori sehingga dapat merangsang pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit berpori ini digunakan pada tulang yang tidak menopang beban karena memiliki kekuatan yang rendah. Ukuran porositas dari partikel hidroksiapatit mempunyai peranan penting pada proses pertumbuhan tulang, melalui pori cairan dari jaringan ikat masuk kepermukaan. Carranza 13 menyebutkan ukuran pori kurang dari 10 mikron akan menghalangi pertumbuhan sel, mikron dapat merangsang pertumbuhan fibrovaskuler, mikron dapat menghasilkan pembentukan osteoid dan pada ukuran > 150 mikron memungkinkan terjadinya mineralisasi. Hidroksiapatit berpori dibuat untuk meningkatkan pembentukan ikatan yang kuat antara implan dan tulang. Sebagian besar penelitian pada implantasi hidroksiapatit berpori menunjukkan bahwa tingkat infiltrasi jaringan di pori - pori dan pembentukan tulang baru sangat tergantung pada karakteristik pori seperti porositas, ukuran pori, distribusi ukuran pori dan bentuk pori. 14 Hulbert et al 15 menyatakan bahwa pori - pori minimum dengan ukuran 100 mikrometer diperlukan untuk bahan implan berpori untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada bahan in vivo selalu diberi tekanan mekanis seperti kompresi, tegangan dan torsi. Oleh sebab itu, materi harus memiliki bentuk dengan porositas yang cukup. 16 Salah satu tantangan di bidang teknik jaringan tulang adalah mengembangkan hidroksiapatit berpori, yang dapat menyerupai bentuk biologis alami dengan pencocokan sifat mekanik dari keadaan sekitar jaringan. Hidroksiapatit berpori yang cocok pada tulang memiliki porositas diantara 35% sampai 75%. Porositas yang terbentuk dapat membantu sel untuk dapat berkembang biak dan perlahan - lahan terbentuk sebagai jaringan. Dalam pembentukan tulang yang baru, jaringan ikat dan pembuluh darah dapat tumbuh pada pori diantara implan dan tulang dengan ukuran pori minimal 100 mikrometer. Kondisi ini diperlukan untuk sekelompok seluler dan ekstraseluler komponen vassels tulang dan darah. Ukuran pori yang lebih besar dari pada 00 pm diharapkan efektif pada osteoconduction. 16 Hidroksiapatit berpori dalam kedokteran digunakan dalam aplikasi pada pengisian rongga osseous untuk meningkatkan biokompatibilitas implan. Hidroksiapatit berpori diharapkan mampu menyerupai tulang alami, tidak hanya mampu dalam pertumbuhan tulang tetapi juga membentuk permukaan yang lebih baik antara tulang dan implan Lilin Lebah Sarang lebah merupakan koloni bangunan unik dari bahan "malam" atau lilin dengan penghuni ± ekor lebah. Koloni lebah ini dibentuk dari lilin sebagai bahan utama dan diperkuat dengan bahan perekat yang disebut propolis. Lilin lebah dibentuk melalui proses kimia dengan madu sebagai bahan baku. Dalam pembuatan satu kilogram lilin diperlukan empat kilogram madu. Lilin lebah juga disebut lilin putih (Cera alba) dan lilin kuning (Cera jlava) adalah lilin yang dihasilkan oleh lebah madu dari sisiran sarangnya. Lilin atau "malam" adalah ester yang terbentuk dari asam lemak dengan alkohol monohidrat rantai panjang. Oleh karena itu, lilin yang dihasilkan merupakan bahan padat yang
4 5 mernpunyai titik lebur agak tinggi (35 100) 0 C. Lilin lebah (bee wax) sebagian besar tersusun atas ester seril miristat yang mernpunyai rumus molekul C 13 H 7 CO C 6 H Lilin lebah mengandung carnpuran senyawa kimia organik yang sangat kompleks, terdiri dari 1-14% hidrokarbon rantai lurus dengan jumlah atom karbon sebanyak 0 sampai dengan 3. Total komponen ester sebesar 64% mengandung 35% monoester, 14% diester dan 3% triester. Sisanya berupa monohidroksi dan poliester yang jumlahnya berturut-turut sebesar 4 dan 8%. Komposisi lilin lebah terdiri dari miristil palmitat, serotat, dan asam homolog, dengan sejumlah kecil hidrokarbon, ester kolesterol dan seril alkohol.titik leleh liiin lebah murni berkisar antara C, indeks bias 1,44 konstanta dielektrik,9 dan densitas sebesar 0,96 pada suhu 0 0 C. Lilin lebah tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dingin X-Ray Diffraction (XRD) Karakterisasi dengan X - Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mengidentifikasi adanya struktur Kristal, nilai parameter kisi dan derajat kristalinitas. Sinar-X dihasilkan dalam tabung sinar katoda dengan memanaskan filamen untuk menghasilkan elektron dan mempercepat elektron menuju bahan dengan menerapkan tegangan. Ketika elektron memiliki energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron pada kulit bahan akan menghasilkan karakteristik spektrum sinar-x. Spektrum ini terdiri dari beberapa komponen, yang paling umum K,K α, dan K β. Panjang gelombang spesifik karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr) penyaringan dengan foil atau monochrometers kristal diperlukan untuk menghasilkan monokromatik sinar-x. Sampel dan detektor diputar dihasilkan intensitas sinar-x. Ketika geometri sinar-x menimpa sampel akan memenuhi persamaan Bragg, interferensi konstruktif terjadi dan puncak intensitas terjadi. Catatan detektor A dan proses ini sinyal sinar-x mengkonversi sinyal ke tingkat hitungan yang kemudian menghasilkan output ke perangkat seperti printer atau monitor komputer. Geometri dari difraksi sinar-x menyebabkan sampel berputar di jalur sinar-x collimated pada sudut θ sedangkan detektor sinar-x terpasang pada lengan untuk mengumpulkan difraksi sinar-x dan berputar pada sudut θ. Instrumen yang digunakan untuk mempertahankan sudut dan memutar sampel disebut gonio-meter. Untuk pola dalam bentuk padat, data dikumpulkan pada θ yaitu 10 sampai 80, sudut yang telah ditetapkan di X-ray scan. 19 Informasi hasil pola difraksi sinar- X meliputi posisi puncak dan intensitas. Posisi puncak mengindikasikan struktur kristal dan identifikasi fase yang ada di bahan tersebut, sedangkan intensitas menunjukkan total hamburan balik dari masing-masing bidang dalam struktur Kristal. 19 Pada tahun 191 fisikawan Max Von Laue menyatakan bahwa sebuah benda padat yang mengkristal, terdiri dari susunan teratur dari atom-atom, yang dapat membentuk sebuah kisi difraksi berdimensi tiga alami untuk sinar X. 0 Metode difraksi sinar-x yaitu seberkas sinar X yang dikolimasikan, yang panjang gelombangnya terdistribusi secarah kontinu jatuh pada kristal dengan sudut tertentu dan berkas-berkas itu akan berinterferensi konstruktif jika jarak ekstra yang ditempuh berkas 1 lebih besar dari berkas sebesar kelipatan bilangan bulat λ. 0 Jarak ekstra ini = d sin θ (Gambar ). Dengan demikian interferensi konstruktif akan terjadi, mengikuti persamaan Bragg yaitu : d sin θ = n λ...(1) Pada persamaan, d merupakan jarak antar bidang, λ merupakan panjang gelombang sinar-x Cu K α, θ merupakan sudut hamburan, dan n merupakan orde difraksi. Sinar-X dapat didifraksikan dari bidang-bidang yang berbeda dengan sudut berbeda di dalam kristal. Berdasarkan teori difraksi, sudut difraksi bergantung kepada lebar celah kisi,
5 6 sehingga mempengaruhi pola difraksi, sedangkan intensitas cahaya bergantung dari banyaknya kisi kristal yang memiliki orientasi yang sama. Skema terjadinya difraksi dapat dilihat pada Gambar. Gambar. Skema terjadinya difraksi oleh kisi kristal. 0 Parameter kisi hidroksiapatit telah diketahui memiliki sistem heksagonal, yaitu dengan menggunakan persamaan: 1 4 h + hk + k l = d 3 a + c...() Dari pengukurann penelitiann yang telah dilakukan, diketahui bahwaa para- a meter kisi kristal hidroksiapatit adalah = b=9.43å dan c = Å, sedangkan h, k, l merupakan indeks bidang. Per- hitungan ukuran kristal dengan persa- maan Scherrer yaitu:......(3) λ adalah panjang gelombang sinar-x, β adalah harga lebar setengah maksimum atau FWHM (full width at half maximum) dari difraksi skala θ, θ adalah sudut difraksi dan c adalah konstanta variasi Kristal yaitu 0.94, serta adalah panjang gelombangg yang digunakan pada alat XRD yaitu 1,54056 nm. 0.6 Scanning Electron Microscope (SEM) Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan untuk mengetahui morfologi eksternal (tekstur), dan struktur kristal yang membentuk sampel. Bidang mulai dari kira-kira 1 cm sampai 5 mikron dengan perbesaran mulai dari 0X menjadi sekitar X, resolusi spasial dari 50 sampai 1000 nm. 1 Prinsipnya kerja dari SEM adalah pemercepat elektron (electron gun) dalam SEM membawa sejumlah besar energi kinetik, energi ini hilang menghasilkan pancaran elektron monokromatis diantaranya backscattered electron ( BSE ), diffraction electron backscattered (EBSD) yang digunakan untuk menentukan struktur Kristal, foton ( sinar-x karakteristikk yang digunakan untuk analisis unsur dan kontinum X- sinar), cahaya tampak (cahodlumine- electron dan backscattered electron biasanya digunakan untuk pencitraan sampel, secondary electron berperan dalam morfologi dan topografi pada scence - CL), dan panas. Secondary sampel sedangkan electron backscattered berperan dalam kontras dalam sampel multifasa. Analisis SEM dianggap konstruktif, sinar-x yang dihasilkan oleh interaksi elektron tidak meng-akibatkan hilangnya volume sampel, sehingga memungkinkan untuk meng-analisis bahan-bahan yang sama berulang kali. 1 Prinsip kerja SEM ini diperjelas pada Gambar 3. Skema SEM. Electron Gun s Anode Scanning Generator Chatode Ray Tube Video Amplifier Signal Detektor First Condensor Lens Final Condensor Lens Specimen Gambar 3. Skema kerja SEM. Persiapan sampel untuk analisis SEM tergantung pada sifat sampel dan data yang dibutuhkan. Persiapan akuisisi sampel yang akan masuk ke ruang SEM dan beberapa akomodasi elektrik sampel isolasi. Kebanyakan elektrik sampel isolasi dilapisi dengan lapisan tipis, 1
6 7 bahan yang digunakan umumnya karbon, emas, atau logam lainnya. Pemilihan material untuk lapisan konduktif tergantung pada data yang akan diperoleh. 1.7 Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) FTIR merupakan salah satu teknik spektroskopi inframerah yang dapat mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam senyawa kalsium fosfat, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur - unsur penyusunnya. Pada spektroskopi inframerah, spektrum inframerah terletak pada daerah dengan panjang gelombang mulai dari 0,75 sampai 1000 μm atau bilangan gelombang dari 1300 sampai 1 cm -1. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi, spektrum inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu inframerah dekat (bilangan gelombang cm -1 ), inframerah pertengahan (bilangan gelombang cm -1 ), dan inframerah jauh (bilangan gelombang cm -1 ). FTIR termasuk ke dalam kategori radiasi inframerah pertengahan (bilangan gelombang cm -1 ). Plot antara persentase transmitansi dengan bilangan gelombang akan menghasilkan spektrum inframerah dan setiap tipe ikatan yang berbeda mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda terletak dalam lingkungan yang berbeda, maka tidak ada dua molekul yang strukturnya berbeda akan mempunyai bentuk serapan inframerah atau spektrum infra merah yang tepat sama. FTIR memanfaatkan energi vibrasi gugus fungsi penyusun senyawa hidroksiapatit, yaitu gugus PO 4 3-,, gugus CO 3 -, serta gugus OH -. Gugus PO 4 3- mem-punyai empat mode vibrasi yaitu : 1. Vibrasi simetri streching (v1) dengan bilangan gelombang sekitar 956 cm -1. Vibrasi simetri bending (v) dengan bilangan gelombang sekitar cm Vibrasi asimetri streching (v3) dengan bilangan gelombang sekitar cm Vibrasi asimetri bending (v4) dengan bilangan gelombang sekitar cm -1 Bentuk pita v3 dan v4 yang tidak simetri merupakan tanda bahwa senyawa hidroksiapatit tidak seluruhnya dalam bentuk amorf. Spektrum hidroksiapatit dapat diteliti yaitu pada v4 yang tersbelah dengan maksimum 56 cm -1 dan 60 cm 1. Pita absorpsi v3 mempunyai dua puncak maksimum yaitu pada bilangan gelombang 1090 cm -1 dan 1030 cm -1. Pita absorpsi v1 dapat dilihat pada bilangan gelombang 960 cm -1. Pita serapan energi untuk gugus karbonat dapat diamati pada bilangan gelombang di sekitar 1545, 1450, dan 890 cm -1 dan pita absorpsi OH - dapat juga dilihat pada spektrum kalsium fosfat, yaitu sekitar 3576 cm -1 dan 63 cm -1. Kristal apatit tipe B mempunyai daerah bilangan gelombang di sekitar 1465, 141, dan 873 cm -1. Pita yang nampak di dalam spektra infra merah alkana disebabkan oleh stecthing C-H di daerah cm -1, scissoring CH dan CH 3 di daerah cm -1, rocking C-H pada kurang lebih cm -1, dan pita rocking pada cm-1. Alkena biasanya mengabsorbsi di daerah cm -1. Bentuk C=C alkena terjadi di daerah cm -1. Vibrasi bonding C-H di luar bidang terjadi di antara cm -1. Untuk alkena ujung vibrasivibrasi ini jelas sekali dan nampak diantara cm -1. Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C-H yang tajam pada cm -1 dan bentuk bonding C-H yang jelas pada cm -1. Streching C C pada alkuna ujung nampak pada cm -1 dengan intensitas sedang. Untuk streching C C alkuna dalam berupa pita lemah yang terjadi pada cm -1. Alkohol dan eter mempunyai ciri absorbsi infra merah karena streching C-O di daerah cm -1. Dan streching O-H alkohol terjadi di daerah cm -1. Sedangkan pada t-butil alkohol streching O-H sangat kuat yang berpusat pada 3360 cm -1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperincidengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop
Lebih terperinciSpektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)
Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada organ tulang merupakan masalah kesehatan yang serius karena tulang merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Betapa pentingnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciMAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)
MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pori
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit
Lebih terperinci3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis
7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK
Lebih terperinciMETODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat
BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),
Lebih terperinciKarakterisasi XRD. Pengukuran
11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).
pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciSPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI
SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biokeramik hidroksiapatit adalah keramik berbasis kalsium fosfat dengan rumus kimia ( ) ( ), yang merupakan paduan dua senyawa garam trikalsium fosfat dan kalsium hidroksida
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciUji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar
dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD
9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.
Lebih terperinciTujuan Penelitian Perumusan Masalah Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Paduan CoCrMo
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mensintesis paduan CoCrMo dengan memvariasikan massa nitrogen. 2. Mengukur laju korosi paduan CoCrMo menggunakan potensiostat. 3. Mengukur kekerasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya
1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitasi yang baik,
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN
LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciBATERAI BATERAI ION LITHIUM
BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA
Lebih terperinci1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang
2 diharapkan mampu memberikan kemudahan dan nilai ekonomis bagi masyarakat yang nantinya membutuhkan produk dari biomaterial untuk kesehatan. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam aktivitasnya banyak menghadapi permasalahan serius yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit. Tercatat kecelakaan lalu lintas (lakalantas)
Lebih terperinciSTUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0
TUGAS AKHIR STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0.5 M DIAMONIUM HIDROGEN FOSFAT SEBELUM DAN SESUDAH KALSINASI DAN SINTERING Disusun : AMIN MUSTOFA NIM : D 200 05
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinciSintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat
TUGAS AKHIR Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat Disusun : AGUS DWI SANTOSO NIM : D200 050 182 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciKARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA
KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip
Lebih terperinciPROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN
TUGAS AKHIR PROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN Disusun : GINANJAR PURWOJATMIKO D 200 040 020 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM
SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan
Lebih terperinciX- RAY DIFFRACTION. Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI
X- RAY DIFFRACTION Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI Agenda Persentasi X-ray Diffraction Latar Belakang Dasar Teori Metedologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,
Lebih terperinciBiokeramik pada Dental Implant
Biokeramik pada Dental Implant Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran tak lepas dari peranan dan kerjasama engineer dalam menciptakan berbagai peralatan canggih yang menunjangnya. Bisa dikatakan bahwa
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN ANALISIS
BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya
Lebih terperinciDeskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR
1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al
Lebih terperinciCATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016
CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi
Lebih terperinci350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi
Lebih terperinciSTUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C
TUGAS AKHIR STUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C Disusun : ANDY HERMAWAN NIM : D200 050 004 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia
Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada
Lebih terperinciANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA
ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite
BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak
Lebih terperinciPenentuan struktur senyawa organik
Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan
27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik,, dan Laboratorium Penelitian, Fakultas
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciProses Sintesa dan Pengujian XRD. dengan Proses Terbuka
TUGAS AKHIR Proses Sintesa dan Pengujian XRD Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan Proses Terbuka Disusun : DWI AGUS RIMBAWANTO NIM : D200 040 014 NIRM : 04.6.106.03030.50014 JURUSAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciSPEKTROMETRI SINAR X. Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB
SPEKTROMETRI SINAR X Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB 1 1. Absorpsi sinar X 2. Difraksi Sinar X 3. Fluoresense Sinar X APLIKASI ANALITIK 2 Absorpsi Sinar X Jika panjang gelombang sinar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I
DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN
Lebih terperinciSINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI
SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu
Lebih terperinci