DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H"

Transkripsi

1 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN TRI ISDINARMIATI. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Kinerja Sektoral (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI) Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Kondisi harga BBM dalam negeri yang jauh dibawah harga minyak mentah dunia yang terus menerus naik, disertai menurunnya produksi minyak mentah dalam negeri menyebabkan subsidi yang ditanggung pemerintah semakin besar. Jika BBM tetap disubsidi, maka subsidi pasti meningkat seiring bergejolaknya harga minyak mentah dunia. Sehingga untuk mengurangi beban APBN, pemerintah melakukan pengurangan subsidi BBM secara bertahap baik melalui pencabutan subsidi seperti pada kebijakan konversi minyak ke LPG ataupun dengan mengurangi subsidi BBM yaitu dengan menaikan harga BBM seperti premium dan solar didalam negeri. Kenaikan harga BBM yang terjadi selama ini menimbulkan dampak langsung terhadap sektor-sektor yang menginputnya dan berdampak tak langsung pada sektor ekonomi lainnya karena ada keterkaitan antar sektornya. Secara umum, keterkaitan antara input dan output sektor ekonomi dapat disusun dalam bentuk matriks yang dikenal dengan nama tabel input-output (tabel I-O). Tabel I-O ini dapat digunakan untuk mengukur dampak multiplier dan melihat dampak kenaikan harga suatu sektor terhadap sektor lain. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) melihat struktur input, output, NTB, permintaan akhir dari sektor ekonomi; (2) menghitung daya penyebaran dan derajat kepekaan pada sektor ekonomi dan (3) Menghitung dan menganalisis dampak langsung dan tidak langsung kenaikan harga BBM pada sektor ekonomi juga inflasi yang akan terjadi. Sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan. Penelitian ini menggunakan tabel I-O Indonesia tahun 2005 klasifikasi 68 X 68 transaksi domestik atas dasar harga produsen yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kenaikan harga BBM menggunakan simulasi sebesar 10 persen, 20 persen dan 30 persen. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis dampak. Pada analisis deskriptif tabel input output akan dianalisis dan dibahas secara kualitatif berdasarkan tabel yang telah disusun atau diolah kembali dari tabel I-O sehingga dapat dilihat struktur input BBM, alokasi output BBM dan struktur permintaan akhir dari konsumsi rumah tangga serta indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sedangkan pada analisis dampak akan dilihat berapa dampak langsung dan tidak langsung kenaikan harga BBM terhadap sektor-sektor ekonomi dan dampaknya terhadap inflasi nasional. Dari hasil penelitian diperoleh sektor yang terkena dampak paling besar dari kenaikan harga BBM adalah sektor listrik gas dan air bersih (LGA) terutama

3 subsektor listrik yang kebutuhan terhadap BBM nya dalam membangkitkan listrik sangat besar. Sektor yang berdampak besar selanjutnya adalah angkutan baik angkutan darat, angkutan air maupun angkutan kereta api, dan sektor bangunan, karena BBM merupakan komponen penting bagi sektor-sektor tersebut. Selain berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi pada tiap sektor ekonomi yang mendorong kenaikan harga barang hasil produksinya pada masing-masing sektor, kenaikan harga BBM secara bersama-sama menyebabkan inflasi nasional. Dimana besar inflasi yang dihasilkan sejalan dan searah dengan besar kenaikan harga BBM yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : pemerintah memantau sektor-sektor yang terkena dampak besar dari kenaikan harga BBM untuk melakukan efisiensi produksi dan efisiensi pemakaian BBM seperti pada PT. PLN dan PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Pemerintah sebaiknya melakukan operasi pasar pada awal terjadi kenaikan harga barang-barang pokok yang terkena dampak kenaikan harga BBM seperti beras, dan minyak goreng sehingga tidak terjadi kelangkaan barang. Selain itu sebaiknya dalam menetapkan kenaikan harga BBM dilakukan secara bertahap dan jangan disertai kenaikan harga komoditi-komoditi strategis lain seperti tarif dasar listrik (TDL), sembako, dan tarif transportasi yaitu dengan memberi subsidi pada komoditi tersebut, dan diperlukan upaya untuk mendapatkan subtitusi dari BBM yaitu dengan mencari bahan bakar alternatif.

4 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NRP : : : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Kinerja Sektoral (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) Tri Isdinarmiati H dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal lulus:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Oktober 2009 Tri Isdinarmiati H

7 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis bernama Tri Isdinarmiati dilahirkan di Magelang pada tanggal 03 Januari 1975 dari pasangan R. Achmad Koerdi dan Sri Sulastri. Penulis merupakan anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Tidar II Magelang pada tahun 1981 sampai dengan tahun Ditahun yang sama penulis melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Magelang sampai dengan tahun Dan menyelesaikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di SMA Negeri 2 Magelang pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1993 Pada tahun 1993 Penulis diterima di Akademi Ilmu Statistik Jakarta dan lulus tahun 1996, langsung bekerja di Badan Pusat Statistik kabupaten Karawang sampai tahun Penulis kembali melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta pada tahun 2002 sampai dengan tahun Selain itu Penulis juga mengikuti perkuliah di Universitas Terbuka jurusan statistik dan lulus pada tahun Dari Tahun 1998 sampai sekarang bekerja di BPS Pusat Jakarta Direktorat Neraca Produksi. Pada tahun 2009 penulis diterima menjadi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Mangemen di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi bea siswa tugas belajar kerja sama BPS-IPB.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Kinerja Sektoral. Secara garis besar, materi yang ada dalam skripsi ini adalah analisis mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap perubahan harga di tiap sektor sehingga bisa dilihat dampaknya terhadap kinerja sektoral maupun inflasi nasional. Selain itu hasil analisis ini diharap dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pemerintah dalam mengatasi tingginya harga minyak internasional sehingga proses pembangunan tetap berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu, terutama dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak yang telah membantu penulis diantaranya: 1. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran selalu bersedia membimbing, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi serta terima kasih atas ilmu, nasihat dan kepercayaan yang telah diberikan untuk penulis. 2. D.S. Priyarsono, Ph.D, selaku dosen penguji. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritik serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. BPS atas pemberian beasiswa Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 4. Ibunda, terima kasih untuk kasih sayang, suri tauladan serta berbagai dukungan baik moril maupun materi dan nasihat yang diberikan. 5. Agus Nuwibowo, SSi, MM, suami tercinta, atas doa, bantuan serta berbagai dukungan baik moril maupun materi dan nasihat serta semangat yang

9 diberikan kepada penulis 6. Suryadiningrat SE, MM, atas bantuan data, pemberian ilmu I-O nya maupun kesempatan berdiskusinya telah diberikan kepada penulis di sela-sela kesibukan pekerjaannya. 7. Widdia Angraeni, MT terima kasih atas waktu, penurunan ilmu I-O nya dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Rekan-rekan di BPS Pusat yang telah bersedia membantu dalam proses inventarisasi data. 9. Teman-teman yang sudah bersedia hadir dalam seminar. Terima kasih untuk kesediaannya menghadiri seminar dan memberikan saran serta kritik yang bermanfaat bagi penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan karunia-nya kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian. Amin. Bogor, Oktober 2009 Tri Isdinarmiati H

10 i DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TAB EL... iii DAFTAR GAMBAR.. iv DAFTAR LAMPIRAN.. v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Linkup Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Keterkaitan Sektor dengan Sektor Lain Kenaikan Harga BBM dan Dampaknya Tujuan dan Kebijakan Pemerintah dalam Mengatur BBM Model Input Output Kerangka Tabel I-O Asumsi-asumsi dan Keterbatasan Jenis-jenis Tabel Transaksi Penelitian-penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Analisis Tabel I-O... 24

11 ii BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Struktur Input BBM Alokasi Output BBM Struktur Nilai Tambah Bruto di Indonesia Struktur Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Daya Penyebaran Derajat Kepekaan Analisis Dampak Analisis Dampak Kenaikan Harga BBM Analisis Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Output Analisis Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap NTB. 53 BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

12 iii DAFTAR TABEL No Hal 1 Lima sektor yang menjadi struktur input terbesar di sektor pengilangan BBM di Indonesia tahun Lima sektor terbesar yang menggunakan BBM di Indonesia tahun Lima sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah di Indonesia tahun Lima sektor terbesar menurut peringkat konsumsi rumah tangga di Indonesia tahun Lima sektor utama menurut indeks daya penyebaran di Indonesia tahun Lima sektor utama menurut indeks derajat kepekaan di Indonesia tahun Lima sektor terbesar menurut dampak enaikan BBM 10 persen di Indonesia tahun Lima sektor terbesar menurut dampak kenaikan BBM 20 persen di Indonesia tahun Lima sektor terbesar menurut dampak kenaikan BBM 30 persen di Indonesia tahun Dampak kenaikan harga BBM terhadap output lima terbesar di Indonesia tahun Dampak kenaikan harga BBM terhadap NTB lima terbesar di Indonesia tahun

13 iv DAFTAR GAMBAR No Hal 1. Kerangka Tabel Input-Output Ilustrasi Tabel Input-Output ( 3 sektor) Kerangka Penelitian... 21

14 v DAFTAR LAMPIRAN Hal No 1 Klasifikasi 68 sektor tabel input output Indonesia Struktur input BBM tahun Alokasi output BBM tahun Jumlah dan indeks daya penyebaran, jumlah dan indeks derajat kepekaan Dampak langsung dan tidak langsung kenaikan harga BBM terhadap inflasi Dampak kenaikan BBM terhadap output Dampak kenaikan BBM terhadap NTB Harga BBM dan inflasi di Indonesia tahun

15 BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi bangsa Indonesia dalam merealisasikan kesejahteraan masyarakat karena dengan lancarnya pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi, diharapkan akan secara langsung berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Perekonomian Indonesia sejak terjadinya krisis ekonomi sudah mulai memperlihatkan pertumbuhan yang positif, namun hingga saat ini rata-rata pertumbuhan pertahunnya relatif lebih lambat daripada rata-rata pertumbuhan yang pernah dicapai pada saat masa orde baru khususnya tahun 1980 an hingga tahun 1990 an. Pemerintah dihadapi oleh tuntutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang tinggi namun di sisi lain berhadapan dengan sering bergejolak harga minyak mentah dunia yang berakibat dengan meningkatnya harga impor bahan bakar minyak (BBM). Indonesia sebagai negara penghasil minyak mentah ternyata konsumsi BBM nya masih tergantung pada impor. Hal ini akibat adanya penurunan produksi minyak mentah dalam negeri dan sebagian besar minyak mentah bangsa

16 2 Indonesia diekspor sehingga produksi BBM dalam negeri tidak memenuhi konsumsi masyarakat. Saat harga minyak mentah dunia melonjak seharusnya harga BBM juga meningkat namun karena BBM menyangkut hajat hidup orang banyak maka pemerintah membuat suatu kebijakan dalam penyediaan dan penentuan harga BBM di Indonesia, sehingga harga BBM di dalam negeri tidak terlalu bergejolak. Kondisi harga BBM dalam negeri yang jauh di bawah harga minyak mentah dunia yang terus menerus naik, disertai menurunnya produksi minyak mentah dalam negeri menyebabkan subsidi yang ditanggung pemerintah semakin besar. Pemerintah jika tetap mensubsidi BBM, maka jumlah subsidi pasti meningkat seiring meningkatnya harga minyak mentah dunia. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi beban APBN, dengan melakukan pengurangan subsidi BBM secara bertahap baik melalui pencabutan subsidi seperti pada kebijakan konversi minyak ke LPG ataupun dengan mengurangi subsidi BBM yaitu dengan menaikkan harga BBM seperti premium dan solar didalam negeri. Kebijakan pemerintah tersebut akan menimbulkan pro dan kontra namun pemerintah tetap harus menaikkan harga BBM, karena dampak perekonomian tersebut akan diderita Indonesia jika tidak disikapi dari sekarang. Pengamat perminyakan Sofyan Zakaria berpendapat bahwa subsidi minyak lebih baik diberikan kepada Industri produktif karena hal ini akan tetap menggerakan roda perekonomian.

17 3 Kenaikan harga BBM yang terjadi selama ini menimbulkan dampak langsung terhadap sektor-sektor yang menginputnya dan berdampak tak langsung pada sektor ekonomi lainnya karena ada keterkaitan antar sektornya. Secara umum, keterkaitan antara input dan output sektor ekonomi dapat disusun dalam bentuk matriks yang dikenal dengan nama tabel input-output (Tabel I-O). Tabel I-O ini dapat digunakan untuk mengukur dampak multiplier dan melihat dampak kenaikan harga suatu sektor terhadap sektor lain Perumusan Masalah Energi diperlukan oleh semua penduduk dan pelaku ekonomi. Penetapan harga BBM yang disubsidi oleh pemerintah menyebabkan konsumsi berlebihan pada komoditi ini, bahkan lebih rendahnya harga BBM dalam negeri terhadap luar negeri sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang mengambil keuntungan besar dengan menjual BBM dalam negeri ke negara tetangga. Pemerintah tidak sanggup lagi mempertahankan harga BBM bersubsidi seperti yang telah dilakukan selama ini, terlebih lagi harga minyak mentah dunia yang terus melambung. Defisit APBN akibat kenaikan harga minyak mentah dunia diatasi dengan melakukkan pengurangan subsidi BBM yang menyebabkan kenaikan harga BBM, di mana kebijakan pemerintah tersebut akan menimbulkan dampak langsung terhadap sektor-sektor yang menginputnya dan memberikan dampak tak langsung terhadap sektor lain. Bagaimana dampak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM terhadap kinerja sektoral di Indonesia? untuk menjawab permasalahan tersebut akan digunakan tabel I-O Indonesia tahun 2005 untuk menganalisisnya.

18 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melihat keadaan perekonomian Indonesia melalui beberapa indikator seperti struktur struktur input, output, struktur NTB, struktur permintaan akhir dari sektor ekonomi. 2. Menghitung daya penyebaran dan derajat kepekaan pada sektor ekonomi. 3. Menghitung dan menganalisis dampak langsung dan tidak langsung kenaikan harga BBM pada sektor ekonomi juga inflasi yang akan terjadi Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sektor-sektor utama yang paling terpengaruh kenaikan harga BBM sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan selanjutnya sehingga pembangunan ekonomi disemua sektor berjalan dengan lancar. 2. Mengetahui besar inflasi yang diakibatkan dari kebijakan menaikkan harga BBM sehingga bisa menjadi informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis tabel I-O Indonesia tahun 2005 klasifikasi 68 X 68 transaksi domestik atas dasar harga produsen. Kenaikan harga BBM yang digunakan menggunakan simulasi sebesar 10 persen, 20 persen dan 30 persen. Tabel input-output mempunyai keterbatasan yaitu rasio input-output

19 5 tetap konstan sepanjang periode analisis dimana hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut berarti apabila input suatu sektor diduakalikan maka outputnya akan dua kali juga. Analisis dampak kenaikan harga BBM dalam penelitian ini hanya menggunakan tabel I-O 2005 sehingga belum memperhitungan efek subtitusi maupun efek income dari kenaikan harga BBM tersebut.

20 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Todaro (2000) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmeraataan distribusi dan pemberantasan kemiskinan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses, supaya dapat dilihat adanya saling keterkaitan hubungan yang saling mempengaruhi antar faktor-faktor yang menjadi pelaku dalam pembangunan ekonomi. Bahan bakar minyak (BBM) merupakan komoditi yang memiliki peranan yang sangat penting dalam menggerakan roda pembangunan karena BBM merupakan pendorong kegiatan ekonomi. Aktivitas perekonomian sangat tergantung dengan kelancaran dari penyediaan BBM dan tingkat daya beli masyarakat terhadap BBM. Manfaat BBM yang cukup vital ini sangat berpengaruh pada proses produksi pada sektor strategis seperti listrik, gas kota dan air bersih (LGA), transportasi dan konstruksi, serta sektor lainnya yang sebagian besar menginput BBM Keterkaitan Sektor dengan Sektor Lainnya Keterkaitan antarsektor dalam perekonomian dapat terjadi karena masingmasing sektor saling membutuhkan. Sektor tertentu membutuhkan sektor lain

21 7 untuk dapat menghasilkan produksinya, dipihak lain sektor tersebut juga dibutuhkan oleh sektor lain untuk kegiatan ekonominya. Hubungan keterkaitan antarsektor dapat dilihat dari indeks keterkaitan kebelakang (indeks daya penyebaran) dan indeks keterkaitan ke depan (indeks derajat kepekaan). Keterkaitan kebelakang menunjukan dampak dari perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi. Sedangkan keterkaitan ke depan menunjukan dampak yang terjadi terhadap output suatu sektor sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir pada masing-masing sektor perekonomian. (BPS 2008) Kenaikan Harga BBM dan Dampaknya Kenaikan harga BBM memberikan efek yang sangat beragam (multiplier effect) terutama di masa-masa ekonomi sulit seperti sekarang. Mohamad Ikhsan kepala LPEM-FEUI berpendapat kenaikan harga BBM tentu akan mengakibatkan penurunan daya beli (pendapatan riil). Dampak ini sangat bervariasi tergantung pada pola konsumsi dan sensitifitas dari harga masing-masing komoditi terhadap kenaikan harga BBM. Rumah tangga miskin umumnya relatif terproteksi mengingat tiga hal. Pertama, pangsa konsumsi langsung BBM relatif kecil, untuk BBM non minyak tanah, pangsa kelompok 40 persen terbawah kurang dari 1 persen dari total pendapatan. Minyak tanah yang lumayan besar pangsanya yaitu sekitar 2,6 persen dari total pengeluaran. Kedua, konsumsi komoditi yang sensitif terhadap kenaikan BBM pun relatif kecil seperti pengeluaran untuk transportasi. Ketiga, Komoditi yang dominan dalam pola konsumsi rumah tangga 40 persen terbawah yaitu beras

22 8 sebetulnya juga tidak bergerak banyak karena harga komoditi ini dijaga oleh pemerintah. Menurut menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa alasan yang mendasari pemerintah menentukan kebijakan kenaikan harga BBM serta dampaknya terhadapnya APBN, ekonomi dan sosial antara lain adalah : 1. Jika harga BBM dalam negeri tidak dinaikkan, maka akan terjadi perbedaan harga yang sangat besar antara harga BBM di dalam negeri dengan diluar negeri yang dapat memicu penyelundupan BBM ke luar negeri. 2. Pengurangan harga BBM harus dapat dilihat sebagai kebijakan redistribudi karena selama ini subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh sekelompok masyarakat menengah ke atas yang memiliki kendaraan bermotor. 3. Harga minyak dunia yang melonjak dua kali lipat dalam setahun terakhir mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat dratis. 4. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk program-program rakyat miskin, bantuan pangan, kredit usaha rakyat, dan program-program untuk masyarakat berpenghasilan rendah kurang dari satu per tiga subsidi BBM yang dinikmati kelompok menengah keatas. 5. Jika harga BBM tidak dinaikkan, maka anggaran program-progam untuk rakyat miskin, pendidikan dan kesehatan serta subsidi pangan harus dikurangi.

23 Tujuan dan Kebijakan Pemerintah dalam Mengatur Harga BBM. Undang-undang No. 22 tahun 2001 mengatakan bahwa harga BBM dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar (mekanisme pasar), tapi undang-undang tersebut menekankan pemerintah untuk tidak mengurangi tanggung jawab sosialnya terhadap golongan masyarakat tertentu. Penjelasan pasal 28 ayat (3), pemerintah dapat memberikan bantuan khusus sebagai pengganti subsidi kepada konsumen tertentu untuk pemakaian jenis BBM tertentu, untuk itu ada beberapa pengecualian harga BBM dan gas bumi yang tidak diserahkan kepada mekanisme pasar. Penghapusan subsidi minyak tanah dan mengurangan subsidi BBM lainnya terhitung mulai tanggal 1 Mei 2008 diharapkan tidak ada lagi penyelundupan BBM termasuk pengoplosan minyak tanah dengan solar atau premium. Kebijakan dalam masalah BBM sangat penting, baik masalah harga jualnya maupun distribusinya. Kebijakan harga jual BBM dilakukan dengan membedakan antara harga jual untuk industri dengan rumah tangga, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah melakukan pengawasan dalam pendistribusian BBM, sehingga tidak terjadi penyelundupan dan pengoplosan yang merugikan negara maupun masyarakat Model Input Output. Konsep keterpaduan program pembangunan ekonomi menjadi semakin penting dalam era pembangunan jangka panjang, idealnya output dari suatu progam pembangunan bisa menjadi input bagi program pembangunan yang lain. Pembangunan sektoral yang bersifat egosektor semakin tidak popular karena

24 10 dapat merugikan kepentingan disektor lain. Pendekatan win dan win harus lebih banyak diterapkan dibandingkan pendekatan win and lose (BPS, 2008). Dalam perekonomian yang lebih luas, hubungan antara kegiatan ekonomi juga menunjukan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis. Bahkan jenis-jenis kegiatan baru bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai kegiatan yang semakin panjang dan kait mengkait. Kemajuan disuatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan sektor sektor lainnya. Berbagai hubungan antar kegiatan ekonomi (inter-industry relationship) selanjutnya akan direkam dalam suatu instrumen statistik yang kemudian dikenal dengan tabel input Output ( tabel I-O) (BPS,2008). Analisis tabel I-O pertama kali ditemukan oleh Professor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930 dan pada tahun 1973, Beliau menerima hadiah Nobel. Dalam perkembangannya, metode yang diturunkan dari suatu tabel I-O semakin banyak diterapkan sebagai alat analisis dan perencanaan ekonomi yang praktis dan bersifat kuantitatif. Model ini didasarkan atas model keseimbangan umum (general equilibrium). Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor-sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan

25 11 pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya (BPS, 2008). Sebagai suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: 1. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektorsektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor (BPS, 2008) Kerangka Tabel I-O Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel berikut ini: I (n x n) Transaksi antar sektor/kegiatan II (n x m) Permintaan akhir III (p x n) Input Primer IV (p x m) Gambar 1. Kerangka Tabel Input-Output

26 12 Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi. Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi antara. Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand). Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Kuadran keempat memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel input-output kadang-kadang diabaikan. Demikian juga penyusunan tabel I-O di Indonesia mengabaikan kuadran keempat ini. Tiap kuadran dalam tabel I-O dinyatakan dalam bentuk matriks, masingmasing dengan dimensi seperti tertera dalam Gambar 1. Bentuk seluruh matriks ini, menunjukkan kerangka tabel I-O berisi uraian statistik yang menggambarkan

27 13 transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu. Kumpulan sektor produksi di dalam kuadran I yang berisi kelompok produsen memanfaatkan berbagai sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa secara makro disebut sistem produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini dinamakan sektor endogen. Sektor di luar sistem (jadi yang di kuadran II, III, dan IV) dinamakan sektor eksogen, dengan demikian dapat dipahami bahwa tabel I-O membedakan dengan jelas antara sektor endogen dengan sektor eksogen. Output selain digunakan dalam sistem produksi dalam bentuk permintaan antara, juga digunakan di luar sistem produksi yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input yang digunakan ada yang berasal dari dalam sistem produksi yaitu input antara dan ada input yang berasal dari luar sistem produksi yaitu input primer. Penyusunan tabel I-O diperlukan suatu tahapan untuk mengelompokkan barang dan jasa ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Proses pengelompokkan barang dan jasa ini dikenal sebagai proses klasifikasi sektor, dalam penyusunan tabel I-O klasifikasi sektor harus dilakukan pada tahap awal. Sebagai ilustrasi tabel I-O, umpamakan hanya ada tiga sektor dalam suatu perekonomian yaitu sektor produksi 1, 2, dan 3. Tabel transaksi yang dapat dibuat berdasarkan ini ditunjukkan pada gambar 2. Misalkan penyediaan sektor (1) terdiri dari output domestik sektor (1) adalah sebesar X 1 dan impor produksi (1) adalah M 1. Dari jumlah itu, sebesar x 11 digunakan sebagai input oleh sektor (1) sendiri, sebesar x 12 oleh sektor (2) dan sebesar x 13 oleh sektor (3). Sisanya sebesar F 1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir (lihat kuadran II) yang berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.

28 14 Untuk menghasilkan output X 1 yang disebut di atas, sektor (1) membutuhkan input dari sektor (1), (2) dan (3) masing-masing sebesar x 11, x 21 dan x 31 dan input primer yang diperlukan sebesar V 1. Dari cara pemasukan angka-angka menurut sistem matriks dapat dilihat bahwa tiap angka di setiap sel bersifat ganda, misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara), tiap angka bila dilihat secara horisontal merupakan distribusi output, baik yang berasal dari output domestik maupun dari luar negeri. Alokasi Output Permintaan Antara Penyediaan Struktur Input Sektor Produksi Permintaan Akhir Impor Jumlah Output Input Antara Kuadran I Kuadran II Sektor 1 X 11 x 12 x 13 F 1 M 1 X 1 Sektor 2 x 21 x 22 x 23 F 2 M 2 X 2 Sektor 3 X 31 x 32 x 33 F 3 M 3 X 3 Input Primer Kuadran III V 1 V 2 V 3 Jumlah Input X 1 X 2 X 3 Gambar 2. Ilustrasi Tabel Input Output (3 Sektor) Pada waktu yang bersamaan bila dilihat secara vertikal merupakan input dari suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam tabel I-O ada suatu patokan yang

29 15 amat penting, yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. (BPS, 2008) Asumsi-asumsi dan Keterbatasan Dalam suatu model input-output yang bersifat terbuka dan statis, transaksitransaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu: 1. Asumsi homogenitas yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan bahwa tidak ada substitusi otomatis antara berbagai sektor; 2. Asumsi proporsionalitas yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi, hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut; 3. Asumsi aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem input-output semua pengaruh dari luar diabaikan. Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut, tabel input-output mempunyai keterbatasan, antara lain: karena rasio input-output tetap konstan sepanjang periode analisis, produsen tak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Hubungan yang tetap ini berarti menunjukkan bahwa apabila input suatu sektor diduakalikan maka outputnya akan dua kali juga. Asumsi

30 16 semacam itu menolak adanya pengaruh perubahan teknologi ataupun produktivitas yang berarti perubahan kuantitas dan harga input sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Walaupun mengandung keterbatasan, model I-O tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensip. (BPS, 2008) Jenis - jenis Tabel Transaksi. Tabel I-O terdiri atas 4 (empat) kuadran, tiga kuadran yang pertama, yaitu kuadran I, II dan III, merupakan tabel dasar yang dalam sistem input-output dikenal sebagai tabel transaksi. Tabel transaksi adalah tabel yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi. Tabel transaksi atau tabel dasar ini dapat digunakan untuk melakukan analisis deskriptif seperti analisis struktur perekonomian nasional/regional, nilai tambah sektoral, pola distribusi barang dan jasa, struktur konsumsi dan pembentukan modal, struktur ekspor dan impor, dan sebagainya. Tabel transaksi yang biasa disajikan dalam tabel I-O terdiri atas transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi atas dasar harga produsen, transaksi total dan transaksi domestik. Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga pembeli. Artinya dalam tabel transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membelinya. Tabel transaksi atas dasar harga produsen adalah tabel transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga produsen. Artinya dalam tabel transaksi ini unsur margin

31 17 perdagangan dan biaya pengangkutan telah dipisahkan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Tabel transaksi atas dasar harga produsen diperoleh dengan mengeluarkan unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan dari tabel transaksi atas dasar harga pembeli. Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor, antar sektor ekonomi. Artinya pada tabel transaksi ini nilai transaksi input antara (kuadran I) antar sektor ekonomi mencakup transaksi barang dan jasa produksi dalam negeri dan impor. Pada tabel transaksi ini tergambar informasi mengenai nilai impor menurut sektor ekonomi yang ditujukan pada vektor kolom di kuadran II (kuadran permintaan akhir). Penyajian tabel transaksi ini disebut juga tabel I-O dengan perlakuan impor secara bersaing (competitive import model). Penyajian tabel transaksi total pada dasarnya sama dengan penyajian tabel transaksi baik atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga produsen. Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi dalam negeri. Tabel transaksi ini diperoleh dengan memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari impor baik transaksi antara maupun permintaan akhir dari tabel transaksi total. Jumlah impor masing-masing kolom disajikan sebagai vektor baris tersendiri. Data pada vektor baris ini sekaligus menunjukkan rincian barang dan jasa menurut sektor yang menggunakan barang dan jasa tersebut. Penyajian tabel I-O dengan memunculkan impor sebagai vektor baris disebut juga sebagai tabel I-O dengan perlakuan impor tidak-bersaing (non-competitive import model)

32 Penelitian-Penelitian Terdahulu antara lain : Untuk analisis dampak kenaikan harga BBM telah banyak dilakukan 1. Penelitian oleh Apri Sahmarido Saragih (2008) Penelitian mengenai perbandingan dampak kenaikan harga minyak tanah dengan kenaikan BBM terhadap inflasi dan konsumsi rumah tangga dilakukan oleh saragih dengan menganalisis alokasi output dan kontribusi sektor minyak tanah dan BBM di Indonesia serta melihat dampak kenaikan harganya. Inflasi yang diakibatkan dari kenaikan harga minyak tanah dan BBM juga dihitung sehingga diperoleh dampak penurunan konsumsi rumah tangga terhadap BBM. Hasil dari penelitian yang menggunakan alat analisis berupa tabel I-O Indonesia 45 X 45 sektor tahun 2005 ini adalah sektor yang paling besar mengalami kenaikan harga minyak tanah sebesar 25 persen adalah sektor pengilangan minyak tanah dan minyak bumi. Inflasi yang disebabkan kenaikan harga minyak tanah sebesar 0,49 persen sedangkan inflasi akibat kenaikan harga BBM 2,24 persen. 2. Penelitian oleh Nenden Budiarti (2008) Penelitian mengenai pengaruh kenaikan harga BBM terhadap indeks harga konsumen (IHK) masing-masing kelompok barang dan jasa di kota Banda Aceh tahun yang dilakukan Budiarti mengkaji pengaruh harga BBM terhadap indeks harga konsumen dan respon IHK masing-masing kelompok komoditi barang dan jasa di kota Banda Aceh apabila terjadi shock (kenaikan harga) BBM, serta berapa lama pengaruh itu akan hilang. Dengan uji kausalitas diperoleh hasil penelitian harga minyak tanah, premium dan solar

33 19 mempengaruhi IHK bahan makanan, perumahan, kesehatan, pendidikan, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta sandang, namun tidak memengaruhi IHK transportasi dan komunikasi. Hasil analisis Impulse Response, diketahui bahwa apabila terjadi kenaikan harga BBM secara umum setiap IHK merespon adanya shock tersebut, dan shock itu akan hilang dalam jangka pendek yaitu 12 bulan. 3. Penelitian oleh Hidayatullah Muttaqin (2008) Muttaqin dalam jurnal ekonomi ideologis dengan tulisannya tentang dampak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM 24 Mei 2008 ini berusaha menyediakan bahan khusus bagi yang ingin mengetahui dampak kebijakan kenaikan harga BBM ini baik bagi masyarakat maupun perekonomian nasional. Bahan-bahan ini diperoleh dari berbagai media online, beberapa hasil tulisannya adalah kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan pada tarif angkutan, harga sembako, dan harga bahan bangunan. Kenaikan harga BBM juga akan menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin, peningkatan inflasi dan peningkatan jumlah karyawan yang di PHK serta peningkatan jumlah anggaran pemerintah untuk bantuan tunai langsung (BLT). 4. Penelitian oleh Mohamad Ikhsan (2005) Ikhsan dalam penelitiannya tentang kenaikan harga BBM dan kemiskinan melakukan analisis dengan pendekatan computable general equlibrium (CGE) dan pendekatan sistem permintaan yang dikembangkan oleh Prof. Angus Deaton dari Princeton University. Sumber data yang digunakan sepenuhnya berasal dari Susenas yang diterbitkan oleh BPS. Hasil penelitiannya adalah kenaikan harga

34 20 BBM akan mengakibatkan penurunan daya beli (pendapatan riil). Dampak ini sangat bervariasi tergantung pada pola konsumsi dan sensitifitas dari harga masing-masing komoditi terhadap kenaikan harga BBM. Rumah tangga miskin umumnya relatif terproteksi sehingga yang dimenangkan dari kebijakan ini adalah rumah tangga miskin yang mendapatkan kompensasi dan yang paling dirugikan sebetulnya kelompok pendapatan menengah yaitu kelompok kelas pendapatan persen. Distribusi pendapatan harus diperbaiki dengan menaikkan harga BBM karena subsidi BBM memang salah dan akan lebih baik jika diikuti dengan program kompensasi yang diarahkan pada rumah tangga miskin Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh output yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, dimana nilai output yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor harga yang berlaku saat itu. Kenaikan atau penurunan harga yang tajam akan membuat perekomian yang ada mengalami goncangan, dimana goncangangoncangan yang terlalu sering dan tidak terkendali dalam perekomian ini akan menghambat proses pembangunan. Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang mempunyai peranan dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pendorong kegiatan ekonomi. Menurut Sagir (1982), melalui subsidi BBM, inflasi dikendalikan, stabilitas ekonomi dapat diciptakan dan pembangunan ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Kenaikan harga BBM, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung hal ini karena BBM memiliki keterkaitan antar sektor lain cukup besar.

35 21 Kenaikan harga BBM dipengaruhi dengan kenaikan harga minyak mentah dunia dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi defisit APBN. Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM jika tidak tepat sasaran akan menurunkan daya beli masyarakat dan menghambat kegiatan produksi dalam negeri, untuk itu akan dilakukan analisis tabel I-O tahun 2005 sehingga informasi kuantitatif tentang dampak kenaikan harga BBM pada perekonomian Indonesia tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kebijakan selanjutnya. Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Tabel I-O Indonesia Tahun 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Output/ NTB Kontribusi dan Keterkaitan Sektor BBM terhadap Sektor Lain Backward /Forward Linkages Kenaikan Harga BBM Dampak terhadap Komoditas Sektor Lain Implikasi Kebijakan Gambar 3. Kerangka Penelitian

36 22 Dalam menganalisis dampak kenaikan harga BBM, yang pertama dilakukan adalah melihat bagaimana sektor BBM memberikan kontribusi bagi perekonomian di Indonesia dan bagaimana keterkaitan dengan sektor lain. Selanjutnya dilihat kenaikan harga BBM yang mempunyai dampak terhadap komoditas sektor lain, dan sektor apa saja yang terkena dampak paling tinggi. Definisi peubah operasional yang digunakan : 1. Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, propinsi dan sebagainya) dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. 2. Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. 3. Input primer (NTB) adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi antara lain tediri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. 4. Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. 5. Daya penyebaran merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkages) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah atau Negara

37 23 6. Derajat kepekaan merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan kebdepan (forward linkages), yaitu besaran yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap output suatu sektor sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir pada masing-masing sektor perekonomian. 7. BBM adalah bahan bakar minyak yang dihasilkan oleh industri pengilangan minyak bumi seperti, minyak tanah, besin, solar dsb. Adapun pengolahan (perhitungan) data yang digunakan baik dalam analisis deskriptif maupun analisis dampak menggunakan bantuan MS-Excel XP

38 BAB. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data tabel input-output (I-O) tahun 2005 klasifikasi 68 X 68 yang diturunkan dari tabel I-O Indonesia tahun 2005 transaksi domestik atas dasar harga produsen, klasifikasi 175 X 175. Data tersebut diperoleh dari BPS Pusat dan untuk kenaikan harga BBM diperoleh dengan menggunakan simulasi kenaikan harga dari 10 persen, 20 persen dan 30 persen. Tabel I-O Indonesia tahun 2005 klasifikasi 175 X 175 sektor barangbarang hasil kilang minyak (104), nilai outputnya masih tergabung antara output BBM dan Non BBM. Penelitian ini dilakukan agregasi dan pengolahan lebih lanjut sehingga diperoleh tabel I-O Indonesia tahun 2005 klasifikasi 68 X 68 dimana sektor pengilangan BBM sudah memiliki klasifikasi sendiri (41) Analisis Tabel I-O Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis dampak. Analisis deskriptif pada tabel I-O akan dibahas secara kualitatif berdasarkan tabel yang telah disusun atau diolah kembali dari tabel I-O, sedangkan pada analisis dampak akan dilihat berapa dampak langsung dan tidak langsung kenaikan harga BBM terhadap inflasi nasional. Tabel I-O yang digunakan disini adalah tabel I-O Indonesia tahun 2005 transaksi domestik atas dasar harga produsen dengan klasifikasi 68 X 68.

39 25 Analisis deskriptif yang akan dibahas, seperti struktur perekonomian nasional, nilai tambah sektoral, distribusi barang dan jasa serta analisis keterkaitan menggunakan indeks derajat kepekaan dan daya penyebaran. Analisis dampak dalam penelitian ini akan melihat dampak langsung dan tidak langsung serta inflasi akibat kenaikan harga BBM terhadap kinerja sektoralnya Proses analisis secara umum, yaitu gambaran mengenai struktur input dan alokasi output dapat dilihat pada tabel I-O secara langsung. Untuk struktur input, dapat diketahui sektor mana saja yang memberikan input terbesar untuk sektor BBM dan untuk alokasi output, dapat diketahui ke sektor mana saja output dari sektor BBM ini dialokasikan. Kontribusi sektor BBM dengan melihat NTB pada tabel I-O secara langsung. Analisis keterkaitan antar sektor (indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan) serta dampak dari kenaikan harga BBM terhadap inflasi terdapat beberapa tahapan dalam penghitungan. a. Menghitung Koefisien Input Untuk menghitung matriks pengganda, tahap awal yang perlu dilakukan adalah menghitung koefisien input yang didefinisikan sebagai: xij aij =... (1) X j dimana a ij = koefisien input sektor ke i oleh sektor ke j x ij = penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j (dalam rupiah) X j = output sektor ke j (dalam nilai rupiah)

40 26 Dalam suatu tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen, matriks koefisien input yang merupakan kumpulan berbagai koefisien input disebut sebagai matriks A d Matrik A d 3X3 = a a a a a a a a a (2) b. Menghitung (I - A d ) Setelah memperoleh matriks A d, tahap selanjutnya untuk memperoleh matriks pengganda adalah mengurangkan matriks I (matriks identitas) dengan matriks matriks A d. Matrik I (indentitas) 3X3 = (3) Matrik (I - A d). 3X3 = (1 a (1 a (1 a ) ) ) (1 a (1 a (1 a ) ) ) (1 a (1 a (1 a ) ) ) (4) c. Menghitung Matriks Pengganda Matriks pengganda didefinisikan sebagai matriks kebalikan (inverse matrix) dari (I - A d ). d -1 B=(I - A )... (5)

41 27 dimana: B = A d = matriks pengganda matriks koefisien input domestik (diperoleh dari tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen) d. Menghitung Indeks Daya Penyebaran Hubungan antara output dan permintaan akhir pada tabel I-O, dijabarkan sebagai X = (I - A d ) -1 F d. Jika diuraikan dalam bentuk matriks, hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai: X 1 b11 M M X i = bi1 M M X n bn1 K K K b b b ij ij nj M M K K K b 1n M b in M b nn F d 1 d F i d F n M M... (6) dimana b ij X i d F i i,j = sel matriks kebalikan (I - A d ) -1 pada baris I dan kolom j = output sektor i = permintaan akhir sektor i = 1, 2,..., n Pada persamaan (6) dapat dilihat bahwa perubahan 1 unit F 1 d akan menimbulkan dampak perubahan terhadap X 1 sebesar b 11 ; terhadap X 2 sebesar b 21, dan seterusnya. Perubahan 1 unit F 2 d menimbulkan dampak perubahan terhadap X 1 sebesar b 12 ; terhadap X 2 sebesar b 22, dan seterusnya. Secara umum jumlah

42 28 dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi adalah: r j = b1j +b2j +...+bnj = Σ i bij... (7) di mana r j = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor j terhadap output seluruh sektor ekonomi. b ij = dampak yang terjadi terhadap output sektor i akibat perubahan permintaan akhir sektor j. Jumlah dampak dalam persamaan (7) disebut juga sebagai jumlah daya penyebaran; dan besaran ini menunjukkan dampak dari perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah atau negara. Daya penyebaran merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkages) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah atau negara. Berdasarkan persamaan (7) selanjutnya dapat dihitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing-masing sektor akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor: r j 1 Y j =( )=( ) Σ i bij... (8) n n

43 29 dimana Y j = rata-rata dampak terhadap output masing-masing sektor akibat perubahan permintaan akhir sektor j. Akan tetapi karena sifat permintaan akhir dari masing-masing sektor saling berbeda satu sama lain, maka persamaan (7) dan (8) bukan merupakan ukuran yang sah untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor. Untuk keperluan perbandingan, maka persamaan (8) harus dinormalkan (normalized), yaitu dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Ukuran yang dihasilkan dari proses ini disebut sebagai indeks daya penyebaran yang diformulasikan sebagai: 1 ( n α j = 1 ( 2 n ) Σi b ) Σi Σ j ij b ij Σi bij = 1 ( ) Σi Σ j b n ij... (9) dimana α j = adalah indeks daya penyebaran sektor j dan lebih dikenal sebagai daya penyebaran sektor j. Besaran α j dapat mempunyai nilai sama dengan 1; lebih besar 1 atau lebih kecil dari 1. Bila α j = 1, hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Nilai α j > 1 menunjukkan bahwa daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1998-2008 Oleh : Nenden Budiarti H14084014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian di masyarakat. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil kebijakan ekonomi. Laju inflasi tinggi dan biasanya juga cenderung tidak stabil dapat menimbulkan

Lebih terperinci

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 YUHKA SUNDAYA, 2 INA HELENA AGUSTINA 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) OLEH BUDI PRATAMA H14053285 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 137-155 ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Didit Purnomo

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H14084013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN Hadi Sutrisno Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Darul Ulum Jombang Jl Gus Dur 29 A Jombang Email : hadiak@undaracid

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H 14094014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan komoditi perekonomian yang sering mengalami pasang surut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi harga minyak tanah. Perubahan harga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 171, Kotak Pos 13 Jakarta 11 Telepon : (21) 3841195, 384258, 381291-4, Fax. : (21) 385746 BADAN PUSAT STATISTIK TEKNIK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci