Bab 2 Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Landasan Teori"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Tindakan Mereferensikan Perilaku menurut Jogiyanto (2008: 11) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi dari suatu objek atau organisme. Dalam melakukan segala aktivitas kehidupan, manusia mempunyai pertim-banganpertimbangan mengapa itu dilakukan bahkan mempertimbangkan bagaimana jika aktivitas yang dilakukan tersebut berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang disebut sebagi perilaku umum atau Common Behavior. Manusia mengevaluasi tindakannya dengan standar norma sosial dan meregulasikannya dengan menggunakan kontrol sosial. Perilaku (Behaviour) adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok terhadap sesu-atu (situasi dan kondisi) lingkungan (alam, masya-rakat, teknologi, atau organisasi). Masih dalam Jogiyanto tindakan merupakan action nyata yang dapat dilihat berbeda dengan niat yang masih berupa keinginan yang tentunya belum diwujudkan dalam tindakan. Ajzen (1998) berpendapat bahwa perilaku dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pertama adalah perilaku di bawah tekanan (Mandatori Behavior) yaitu perilaku yang dilakukan secara wajib. 11

2 Sedangkan yang kedua adalah tindakan atau perilaku atas kemauan sendiri (Volitional Behavior), yang didefinisikan sebagai perilaku yang individual inginkan atau menolaknya untuk tidak melakukan jika memutuskan untuk tidak melakukan. Perilaku atau tindakan mereferensi mahasiswa kepada calon mahasiswa dikategorikan dalam perilaku volitional atau perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri merupakan perilaku dari suatu hasil dari kontrol perilaku yang dimaui untuk dilakukan di bawah kontol kesadaran (Deliberate Attempts). Contoh dari perilaku volitional yang diutarakan Ajzen (1988) dalam Jogiyanto, 2008 antara lain: memilih kandidat di pemilihan politik, melihat berita di TV, membeli pasta gigi di toko obat, beribadah di gereja, dll. Dalam melakukan suatu tindakan seseorang dipengaruhi faktor dari dalam diri individu yang merupakan perwujudan dari sikap seseorang terhadap apa yang ingin dilakukan (Atittuted toward behavior). Sedangkan dari luar yaitu pengaruh orang lain atau norma subjektif merupakan hal-hal yang mempenga-ruhi untuk tidak melakukan atau melakukan tindakan yang diinginkan, hal ini yang diutarakan oleh Ajzen dan Fishbein dalam Dharmesta (1998). Apabila tindakan mereferensi merupakan peri-laku maka tindakan ini sebanding linear terhadap niat mereferensi. Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan bahwa perilaku (Behavior) dilakukan karena individual 12

3 mempunyai niat untuk melakukannya (Behavioral Intention). Niat perilaku (Behavioral Intention) akan menentukan perilakunya (Behavior) yang dapat digambarkan sebagai berikut: Dorongan berperilaku (behavioral intention) Sumber: Jogiyanto (2008) Perilaku (behavior) Gambar 2.1 Niat Perilaku Mempengaruhi Perilakunya Menurut Talizaduhu Ndraha yang dikutif oleh Yanti Maemunah (2004: 20) perilaku dalam ilmu jiwa didefinisikan sebagai kegiatan organisme yang dapat diamati oleh organisme lain atau oleh berbagai instrumen penelitian. Yang termasuk dalam perilaku adalah laporan verbal mengenai pengalaman subjektif dan disadari Selain itu, Skinner dalam Albarracín et al (2005) juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut: perilaku merupakan hasil hubungan antara rang-sangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membe-dakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni: Pertama, Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli karena menim-bulkan tanggapan yang relatif tetap. Kedua, Operant response atau 13

4 instrumental response, adalah tanggap-an yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. Teori-teori yang membahas perilaku merupakan domain ilmu psikologi, khususnya yang mempelajari tentang perilaku yang dapat diobservasi dan dapat diukur dalam aliran behaviorisma. Jhon. B. Watson pada tahun 1913 dalam bukunya Psikologiy as the behaviorist views it, ia berargumen bahwa psikologi adalah suatu yang objektif yang harus dapat diobser-vasi dan diukur yang merupakan cabang dari sains alamiah. Berfokus pada halhal yang dapat diukur dan diteliti maka perilaku merupakan respon terhadap rangsangan lingkungan. Pada perkembangan selanjut-nya muncul pula psikologi sosial yang mempelajari bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Penelitian tentang perilaku pada kenyataanya telah diterapkan pada banyak bidang, seperti peneliti-an di bidang perilaku konsumen, perilaku organisasi, perilaku penggunaan komputer. Untuk menjelaskan interaksi antar individu telah ditetapkan dalam model dan teori yaitu, Ajzen (1975) TRA (Theory Reasoned Action), Davis et al 14

5 (1989) model penerimaan teknologi, Taylor dan Todd (1995) Teori Rencanaan Perilaku Dekomposisi, Ajzen (1991) TPB (Theory Planed Behavior). Teori Tindakan Beralasan merupakan teori paling dasar dari teori perilaku selanjutnya. Dalam teori ini Ajzen dan Fishbein (1975) memasukkan variabel sikap terhadap perilaku dan norma subjektif yang mengarah kepada perilaku. Tindakan mereferensi merupakan tindakan interaksi yang mengkomunikasi-kan pengalaman dari pemberi informasi tentang apa yang telah dialami kepada penerima pesan informasi. Informasi yang disampaikan menjadi satu bentuk mereferensikan yang secara efektif, perilaku bisa berupa referensi negatif dan referensi positif. 2.2 TRA (Theory Reasoned Action) Teori Tindakan Beralasan Individu dalam berperilaku selalu memiliki motivasi atau alasan-alasan mengapa ia melakukan tindakan. Jawaban atas mengapa ini tercakup dalam berperilaku dan sikap, sehingga munculah studi mengenai sikap dan perilaku dalam lingkup theory of attitude dan theory of behavior. Kedua teori ini selan-jutnya oleh Ajzen dan Fishbein, 1980 dikembangkan menjadi Theory Of Reasoned Action (TRA). Mereka berpendapat bahwa hasil penelitian yang menguji sikap, yaitu hubungan sikap dan perilaku kurang memuaskan, serta ditemukannya hubungan yang lemah antara sikap dan perilaku sukarela. 15

6 Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa perilaku tertentu dipengaruhi niat berperilaku. Niat berperilaku dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (Attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Secara skematik TRA digambarkan seperti skema di Gambar 2.2. Sikap terhadap perilaku/ Attitude Towards Behavior Norma subyektif/ Subjective Norms Niat berperilaku/ Behavior Intention Tindakan/ Behavior 16 Gambar 2.2 Theory of Reasoned Action (Adopted from Fishbein & Ajzen 1975) Dalam Teori Tindakan Beralasan seseorang berperilaku karena mempunyai maksud atau niat. Kegi-atan dari perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri (Volitional Behavior) merupakan akibat prediksi yang

7 berakurasi tinggi dari niat. Bukti empiris yang telah diteliti oleh Sheppard et al (1988) dilakukan dengan meta analisis sebanyak dua kali terhadap 86 penelitian-penelitian yang menggunakan TRA, bahwa adanya korelasi rata-rata sebesar 0,54 hubungan niat dan perilaku. Banyak dari penelitian sejenis yang mendukung bahwa niat merupakan prediktif terhadap perilaku. Seperti tindakan aborsi, memilih kandidat pada pemilihan umum, dan perilaku ibu menyusui. 2.3 Perilaku Kemauan Sendiri dan Perilaku yang Diwajibkan Perilaku yang dilakukan merupakan akibat dari halhal yang mempengaruhi manusia baik itu dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Kedua hal ini menurut Ajzen (1998) dalam Jogiyanto (2008) terbagi menjadi: perilaku yang dilakukan atas kontrol kemau-an sendiri dan perilaku yang diwajibkan. Yang dimak-sud dengan perilaku atas kemauan sendiri (Volitional Behavior) adalah perilakuperilaku yang individual mengiginkannya, atau menolak untuk tidak melaku-kannya jika mereka memutuskan untuk melawan. Sedangkan perilaku yang diwajibkan (Mandatory Behavior) adalah perilaku yang bukan atas kemauan sendiri karena memang tuntutan atau kewajiban dari kerja. 17

8 2.4 Sikap Pengertian Sikap Dalam kamus Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (Attitude ), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu Manner of placing o holding the body, dan Way of feeling, thinking or behaving. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Free online dictionary ( mencantumkan sikap sebagai a complex mental state involving beliefs and feelings and values and dispositions to act in certain ways. Sikap berasal dari bahasa latin, yaitu aptus yang berati sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Hogg dan Vougham, 2002 dalam Ismail dan Zein 2008 mengangap bahwa sikap merupakan suatu kondisi mental dan bentuk neural dari kesiapan, yang diorganisasikan berdasarkan pengalaman, pengaruh suatu arahan atau dinamika tertentu yang mempengaruhi respon individu terhadap setiap objek dan situasi yang saling berkaitan. Aiken (1970) dalam Neila Ramdhani (2007) berpendapat bahwa: A learned predisposition or tendency on the part of an individual to respond positively or negatively with moderate intensity and reasonable intensity to some object, situation, concept, or other person. 18

9 Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi ini menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menen-tukan respon individu terhadap suatu objek. Predis-posisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi, dan orang. Fishbein & Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa sikap adalah jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluasi dua kutub, misal: baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya. Dikatakan Azwar (1995) sikap dapat dikategori-kan dalam tiga orientasi pemikiran. Yang pertama berorintasi pada respon, menganggap sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan, secara operasional bahwa sikap adalah perasaan mendukung (favourable) atau perasaan tidak mendukung (unfavourable) terha-dap objek perilaku. Kedua berorientasi pada kesiapan respon adalah sikap yang merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya suatu respon. Ketiga berorientasi pada skema triadik adalah perilaku yang 19

10 berkonstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, konatif. Dalam kalangan ahli psikologi sosial, pendekatan triandik juga disebut sebagai pendekatan trikomponen tetapi ada juga yang berpendapat bahwa pendekatan sikap hanya mene-kankan dalam batasan komponen afektif saja Sikap Terhadap Perilaku Ajzen berpendapat terdapat dua pendekatan terhadap sikap, yaitu sikap terhadap objek dan sikap terhadap perilaku. Sikap terhadap objek merupakan tangapan perasaan terhadap objek yang dihadapi, misalnya sikap seseorang terhadap memilih untuk melanjutkan studi gedung untuk aktivitas perkuliah-an jelek. Sedangkan sikap terhadap perilaku meru-pakan sikap yang dikaitkan dengan perilaku yang merupakan reaksi terhadap stimulus atau sikap mengenai perilaku (Atittudes Concerning Behavior), misalnya melanjutkan kuliah di Fakultas Pendidikan sangat berguna untuk mengajar. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada analisa sikap yang berorien-tasi pada perilaku mahasiswa Pascasarjana Univer-sitas Kristen Satya Wacana terhadap perilaku merefe-rensi kepada calon mahasiswa serta mengukurnya dengan menggunakan batasan konsep afektif saja (Azwar, 1995) Norma Subjektif Norma subjektif sebagai penentu kedua dari theory of reasoned action merupakan fungsi dari niat-niat yang 20

11 diasumsikan sebagai suatu fungsi --kepaercayaan (beliefs), yaitu kepercayan seseorang bahwa individu tertentu menyetujui atau tidak menyetujui melakukan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang mendasari norma-norma subjektif ini disebut sebagai kepercayaan normatif (Normative Beliefs). Referent dapat diartikan sebagai individual-individual atau grup-grup yang mengarahkan perilaku. Secara umum manusia percaya kepada orang lain untuk mentaatinya dan berpikir seharusnya melaku-kan perilaku yang memotivasi mereka, inilah yang dikatakan menerima tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut. Tetapi sebaliknya apabila tekanan itu tidak disetujui maka akan menghindari untuk melakukan perilaku itu. Norma subjektif (subjective norm) adalah persep-si atau pandangan seseorang terhadap kepercayaankepercayan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyannto, 2008:42). Apa-bila dihubungkan dengan tindakan mereferensikan kepada calon mahasiswa Magister Manajemen Pendi-dikan Universitas Kristen Satya Wacana, maka bagai-mana pandangan orang lain terhadap tindakan kepercayaan untuk mereferensikan kepada mahasiswa yang mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan. Sehingga norma subjektif mencerminkan persepsi mahasiswa tentang apa yang mereka anggap bahwa orang lain ingin agar mereka melakukan peri-laku 21

12 khusus. Keyakinan normatif utama mahasiswa sehubungan dengan melakukan apa yang orang lain ingin mereka lakukan dan motivasi untuk memenuhi harapan orang lain tersebut dikomunikasikan untuk membentuk norma subjektif. 2.6 Niat Niat berhubungan dengan perilaku atau tindak-an volitional dan dapat memprediksi mereka dengan akurasi yang tinggi. Menurut Jogianto (2008: 29), niat didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan sesuatu. Niat berperilaku adalah suatu proporsi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang dilakukan di waktu yang akan datang. Dalam model tindakan beralasan, niat mahasiswa tidak hanya dilihat dari sikapnya terhadap objek, melainkan juga dilihat dari norma subjektif yang mempertimbangkan persepsi seseorang terhadap tanggapan orang yang dekat dengannya apabila ia berperilaku tertentu (Loudon dan Della Bitta, 1993: 436). Intensi secara harfiah bermakna niat. Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1975) mendefinisikan intensi atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability) individu untuk berperilaku tertentu. Mengukur intensi berarti mengukur kemungkinan seseorang tentang akan berperilaku tertentu atau tidak (Anwar, dkk, 2005). Intensi ini merupakan akumulasi dari dua faktor, yakni; (1) sikap, (2) norma subjektif. 22

13 Niat merupakan variabel antara yang menye-babkan terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variabel lainnya. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba (Dharmmesta, 1998). Selanjutnya ada beberapa hal yang harus dipahami hubungannya dengan niat, yaitu: a. Niat sebagai faktor-faktor motivasional yang berdampak pada perilaku. b. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang untuk mencoba. c. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan perilaku. d. Niat adalah berhubungan dengan perilaku berikutnya Penentu-penentu Niat Ajzen dan fishbein (1980), mencoba menjelaskan penyebab-penyebab dari niat berperilaku volitional. Karena penyebab niat tidak otomatis dengan sendiri-nya menyediakan informasi yang banyak tentang alasan-alasan melakukan perilaku, perlu adanya iden-tifikasi penyebabnya sekalipun niat dapat mempre-diksi perilaku dengan cukup akurat. Tindakan dari perilaku yang beralasan tentunya merupakan tindak-an yang sadar dari mempertimbangkan informasi yang tersedia, mempertimbangkan akibat atau implikasi-implikasi dari tindakan yang dilakukan. Menurut teori tindakan beralasan, niat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yang satu berhubungan dengan faktor pribadi dan yang lainnya berhubungan dengan pengaruh sosial. 23

14 Penentu pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) individual. Sikap adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau negatif dari individual jika harus melaku-kan perilaku yang dikehendakai. Penentu yang kedua yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subjektif (subjective norm). Disebut norma subjektif karena berhubungan dengan persepsi normative persepsian, yaitu pandang-an atau persepsi seseorang terhadap tekanan keeper-cayaankepercayaan orang lain, yang akan mempenga-ruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang diperimbangkan. 2.7 Model Penelitian Model penelitian merupakan turunan dari penerjemahan teori ke dalam struktur jalur, seperti yang diungkapkan oleh (Ghozali, 2005). Bahwa persamaan struktural yang digambarkan oleh diagram jalur dipandang sebagai representasi dari teori. Jadi hubung-an antar variabel merupakan perwujudan teori. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 24

15 Sikap terhadap berperilaku mereferensi (Attitude towards behavior) Norma subjektif terhadap berperilaku mereferensi (subjectif norm) Niat merefrensi (Behavioral intention) Tindakan merefrensi (behavior) Gambar 2.3 Hubungan antar variabel Variabel-variabel Penelitian Dalam penelitian dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) atau model persamaan sruktural terdapat variabel exogen dan endogen. Dapat dibedakan yang merupakan dua variabel exogen antara lain sikap terhadap perilaku mereferensi (Attitude towards behavior) dan norma subjektif terhadap perikalu mereferensi (subjectif norm). Sedangkan dua variabel endogen meliputi variabel intervening yaitu niat mereferensi (Behavioral intention) dan tindakan mereferensi (behavior). Variabel yang telah disebutkan di atas antara lain: sikap, norma subjektif, niat dan perilaku adalah variabel latent atau konstruk yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (unobserved) Pengukuran Variabel Penelitian Sesungguhnya model SEM merupakan gabung-an model analisis faktor dan analisis jalur, karena 25

16 penggabungan dua fungsi ini maka dalam pengukuran variabel penelitiannya juga menggunakan dua bagian: (a) bagian pengukuran yang menghubungkan observed variable dengan latent variable lewat confirmatory factor model, dan (b) bagian srtuktur yang menghu-bungkan latent variable lewat persamaan regresi simultan. Dalam pengukuran variabel latent atau konstruk diukur dengan menggunakan seperangkat pertanyaan sebagai indikator-indikator dan selanjutnya responden diminta untuk menjawab dengan 5 kategori jawaban skala Likert: sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup setuju, setuju, sangat setuju. Di dalam konvensi SEM variabel observed digambarkan dengan kotak dan variabel latent digambarkan dengan elips. Dalam pengukuran struktural meliputi hubung-an antar konstruk latent dan hubungan ini merupakan hubungan linear, garis dengan satu anak panah menggambarkan hubungan regresi, sedangkan garis dengan dua anak panah menggambarkan hubungan korelasi atau kovarian. 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu 1. Sikap dan Norma Subjektif terhadap Niat Murwanto Sigit (2006) menemukan dalam penelitiannya bahwa: (a) sikap dan norma subjektif secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap niat beli; (b) sikap mahasiswa secara parsial berpengaruh terhadap 26

17 niat beli; dan (c) norma subjektif secara parsial berpengaruh terhadap niat beli. Kassudyarsana, (2006) dengan judul Analisis Sikap dan Niat Membeli Kaum Muda di Surakarta terhadap Pakaian Batik, adanya pengaruh yang signifikan sikap terhadap niat beli. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,053. Adapun norma subjektif tidak signifikan untuk menjelaskan hubungan antara norma subjektif terhadap niat beli. Selanjutnya Liandy Paul Lukimto (2003) penelitiannya tentang Analisa Pengaruh Faktor Sikap dan Niat Membeli terhadap Keputusan Mahasiswa yang ditinjau dari Kepuasan Mahasiswa di Kafe Calvados Surabaya, menunjukkan bahwa variabel sikap (Xi) dan variabel niat beli (X2) secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Y). 2. Sikap dan Norma Subjektif Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi mengkaji niat mahasiswa manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjadi wirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif yang berpengaruh terhadap niat untuk menjadi entrepreneur. Dengan nilai R2 = Bobek dan Hatfield (2003) dan Blanthorme (2000) dalam Mustikasari (2007), dalam penelitiannya tidak bisa membuktikan bahwa pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan cukup signifikan. Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control 27

18 di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. 2.9 Hipotesis Penelitian Sikap merupakan ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak terhadap suatu objek. Sikap digambarkan melalui kepercayaan mahasiswa terhadap suatu objek atau merek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara alami. Semakin positif sikap seseorang maka akan menimbulkan niat memilih. Gordon Allfort (dalam Setiadi, 2003) menga-jukan definisi mengenai sikap yaitu suatu mental dan syarat sehubungan dengan kesiapan untuk menang-gapi, diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarah dan atau dinamis terhadap perilaku. Jika kita analogikan dengan sikap mereferensi terhadap tindakan mereferensi yaitu mem-pelajari kecenderungan mahasiswa untuk mengevalu-asi baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Hasil penelitian empiris menjelaskan bahwa sikap berpengaruh terhadap niat (Dharmmesta, 1998; Tjahjono, 1997). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut: H1 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap dengan niat berperilaku mahasiswa mereferen-sikan Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana; 28

19 H2 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap dengan tindakan mahasiswa merefrensikan Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Sementara norma subjektif merupakan persepsi mahasiswa tentang apa yang mereka anggap bahwa orang lain ingin agar mereka melakukan perilaku khusus. Norma subjektif digambarkan melalui keya-kinan normatif utama mahasiswa sehubungan dengan melakukan apa yang orang lain ingin mereka laku-kan dan motivasi untuk menuruti orang lain. Sema-kin positif norma subjektif maka akan menimbulkan niat. Norma subjektif sebagai faktor sosial menunjuk-kan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan atau perilaku (Dharmmesta, 1998). Norma subjektif terbentuk dari keyakinan normatif dan kemauan untuk menuruti kemauan orang lain yang dianggap penting. Keyakinan normatif berkaitan dengan kondisi bahwa individu atau kelompok referen penting akan setuju atau tidak setuju dengan pelaksanaan perilaku. Kekuatan masing-masing keyakinan normatif ditim-bulkan melalui motivasi orang tersebut untuk meng-ikuti referen dan estimasi norma subjektif diperoleh dengan menjumlahkan hasilnya dari seluruh referen penting. Hasil penelitian empiris menjelaskan bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap niat (Dharmesta, 1998; Tjahjono, 1997). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut: 29

20 H3 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara Norma subjektif dengan niat berperilaku mahasiswa mereferensikan Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana; H4 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara norma subjektif dengan tindakan mahasiswa mereferensikan Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap terhadap perilaku dan demikan juga norma subjektif terhadap suatu perilaku, maka semakin kuat niat individu untuk melakukan suatu tindakan (Dharmmesta, 1998). Berdasarkan penelitian Dharmmestha (1998) dapat disimpulkan sikap, dan norma subjektif yang dirasakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel perilaku. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H5 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara niat dengan tindakan mahasiswa merefrensikan Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. 30

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ruang lingkup dari pembahasan tentang peri-laku manusia menjadi kajian ilmu psikologi, karena ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku, kognisi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan meyalurkan barang-barang dan jasa. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut 1. Pengertian Sikap Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun & Acocella,

Lebih terperinci

SIKAP & BEBERAPA DEFINISI UNTUK MEMAHAMINYA? 1

SIKAP & BEBERAPA DEFINISI UNTUK MEMAHAMINYA? 1 SIKAP & BEBERAPA DEFINISI UNTUK MEMAHAMINYA? 1 Oleh: Neila Ramdhani 2 Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,

Lebih terperinci

Tindakan Merefrensikan Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Kepada Calon Mahasiswa

Tindakan Merefrensikan Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Kepada Calon Mahasiswa Tindakan Merefrensikan Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Kepada Calon Mahasiswa Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Schiffman, et. all dalam Anoraga (2008) menyebutkan bahwa mempelajari dan memahami perilaku konsumen merupakan dasar dari manajemen pemasaran. Perilaku konsumen

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Dari berbagai media tersebut, internet merupakan media yang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Dari berbagai media tersebut, internet merupakan media yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi selalu berkembang, dan perkembangannya setiap hari semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah pemenuhan kepuasan pelanggan demi suatu keuntungan. Dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. DEFINISI KONSEP Tujuan apapun yang dipilih dalam suatu penelitian harus berpijak pada teori dan konsep-konsep yang sudah ada. Teori yang rasional dan sistematis mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang bertujuan untuk memberi jawaban atas perta-nyaan mengapa dengan menjelaskan alasan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

GRADUASI Vol. 34, No. 1, Maret 2015 ISSN

GRADUASI Vol. 34, No. 1, Maret 2015 ISSN PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK BATIK DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA Dhian Putri Hartati Andri Nurtantiono andristies@yahoo.com STIE Surakarta Abstract The purpose of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini mengemukakan menurut pandangan mereka masing-masing. Kotler dan Amstrong (2008: 5) mengartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan Teori yang memaparkan teori teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan Sub Bab 2.2 Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR: APLIKASI PADA PERUSAHAAN TELEPHONE SELULER. Sri Herlina Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) ABSTRAK

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR: APLIKASI PADA PERUSAHAAN TELEPHONE SELULER. Sri Herlina Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) ABSTRAK THEORY OF PLANNED BEHAVIOR: APLIKASI PADA PERUSAHAAN TELEPHONE SELULER Sri Herlina Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) ABSTRAK Kebutuhan untuk berkomunikasi dan mengakses informasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi didasarkan pada adanya fenomena kontak sosial antara sebuah organisasi dengan masyarakat, di mana diperlukan sebuah tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA), dengan satu premis bahwa reaksi

Lebih terperinci

SIKAP DAN BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMINYA 1. Neila Ramdhani 2

SIKAP DAN BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMINYA 1. Neila Ramdhani 2 SIKAP DAN BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMINYA 1 Neila Ramdhani 2 Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan teknologi informasi salah satunya adalah pengguna atau pemakai. Pengguna merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart

BAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Membeli Intensi membeli adalah motivasi atau keinginan yang menunjukkan adanya usaha atau kesiapan seseorang untuk menampilkan perilaku membeli. Semakin besar intensi seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Keinginan mereka yang besar untuk memiliki kulit yang lebih halus dan

Lebih terperinci

MINAT PELAKU UMKM UNTUK MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (Studi pada UMKM di Wilayah Bandungan) KERTAS KERJA

MINAT PELAKU UMKM UNTUK MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (Studi pada UMKM di Wilayah Bandungan) KERTAS KERJA MINAT PELAKU UMKM UNTUK MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (Studi pada UMKM di Wilayah Bandungan) Oleh : ARRINDI SILFIANA GRAFITI NIM : 232008224 KERTAS KERJA Diajukan kepada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data. Penelitian kuantitatif dilakukan berdasarkan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepatu menjadi produk yang sangat digemari di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap perusahaan sepatu bersaing menciptakan produk yang bermutu dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU 10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Theory of Planned Behavior (TPB) Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian 3 BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian yang diterapkan oleh Stikom Surabaya pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu

Lebih terperinci

Faktor penentu : Internal : persepsi, sikap, nilai, motivasi, proses belajar, gaya hidup Eksternal : budaya/norma, nilai sosial, kelompok 3/3/2011 2

Faktor penentu : Internal : persepsi, sikap, nilai, motivasi, proses belajar, gaya hidup Eksternal : budaya/norma, nilai sosial, kelompok 3/3/2011 2 3/3/2011 1 Faktor penentu : Internal : persepsi, sikap, nilai, motivasi, proses belajar, gaya hidup Eksternal : budaya/norma, nilai sosial, kelompok 3/3/2011 2 3/3/2011 3 3/3/2011 4 PERSEPSI Proses kognitif

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan 302 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Pendahuluan Pada bab lima ini disampaikan simpulan hasil penelitian serta kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan keterbatasan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerimaan nasabah dalam hal niat menabung mereka pada produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku

Lebih terperinci

PREDIKSI MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PREDIKSI MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Telaah Prediksi Bisnis, Minat Mahasiswa untuk Berwirausaha Menggunakan Pendekatan... (Ratna Listiana Dewanti, dkk.) Volume 15, Nomor 2, Desember 2014 PREDIKSI MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ahmad Farras Adibuddin

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I SIKAP. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I SIKAP. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 08 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I SIKAP Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian, pembentukan

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v vii ix 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR

ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang lainnya seperti

Lebih terperinci

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut. PEMBAHASAN Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang telah diuji secara simultan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam Encyclopedia of Philosophy,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Sistem Informasi Sistem merupakan satu kesatuan kelompok yang saling berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

STUDI BANDING MODEL PENELITIAN PRA PERILAKU DAN MODEL PASKA PERILAKU DENGAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN

STUDI BANDING MODEL PENELITIAN PRA PERILAKU DAN MODEL PASKA PERILAKU DENGAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN STUDI BANDING MODEL PENELITIAN PRA PERILAKU DAN MODEL PASKA PERILAKU DENGAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN Paulus Lilik Kristianto Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sikap Konsumen Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk bersikap dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA

PENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA PENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA Oleh : MIFTAHUL MUNIR Dosen Fak. Ekonomi UNISKA ABSTRAK Saat ini banyak sekali bermunculan

Lebih terperinci

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT MEMBELI HANDPHONE MEREK NOKIA

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT MEMBELI HANDPHONE MEREK NOKIA PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT MEMBELI HANDPHONE MEREK NOKIA Sri Herlina Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) ABSTRAK Theory of reasoned action

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku yang dilakukan oleh individu, dan merupakan ubahan yang menjembatani antara sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN PERSEPSI KEMANFAATAN TERHADAP PENGGUNAAN YOUTUBE DENGAN PENDEKATAN TAM

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN PERSEPSI KEMANFAATAN TERHADAP PENGGUNAAN YOUTUBE DENGAN PENDEKATAN TAM PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN PERSEPSI KEMANFAATAN TERHADAP PENGGUNAAN YOUTUBE DENGAN PENDEKATAN TAM (Studi Pada Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan Tahun 2010/2011

Lebih terperinci

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi 19 KERANGKA PEMIKIRAN Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Niat merupakan bentuk pikiran yang nyata dari rencana

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store Jurnal Strategi Pemasaran Vol. 2, No. 1, (2014) 1-7 Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring perkembangan zaman, semua kegiatan masyarakat semakin akrab bahkan sangat akrab dengan teknologi informasi, termasuk menjalankan sebuah tugas. Salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior TINJAUAN PUSTAKA Theory of Planned Behavior Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Salah satu teori yang membahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan filosofi yang menarik.konsep ini menyatakan bahwa alasan

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan filosofi yang menarik.konsep ini menyatakan bahwa alasan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi merupakan filosofi yang menarik.konsep ini menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL INTENSI BERWIRAUSAHA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (TI)

MODEL KONSEPTUAL INTENSI BERWIRAUSAHA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (TI) MODEL KONSEPTUAL INTENSI BERWIRAUSAHA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (TI) Heru Kurnianto Tjahjono Universitas Muhammadiyah Yogyakarta heruutilitas@yahoo.com Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@yahoo.com

Lebih terperinci

SIKAP ONLINE SHOPPING DAN NIAT PENCARIAN INFORMASI TERHADAP NIAT DAN PERILAKU BELANJA

SIKAP ONLINE SHOPPING DAN NIAT PENCARIAN INFORMASI TERHADAP NIAT DAN PERILAKU BELANJA Sikap Online Shopping dan Niat Pencarian Informasi terhadap Niat dan Perilaku Belanja 1 SIKAP ONLINE SHOPPING DAN NIAT PENCARIAN INFORMASI TERHADAP NIAT DAN PERILAKU BELANJA Apriliani Kartika Setiowati

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner dan disebarkan secara langsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Theory of Planned Behavior (TPB) Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action (TRA) (Fishbein,

Lebih terperinci