BAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Membeli Intensi membeli adalah motivasi atau keinginan yang menunjukkan adanya usaha atau kesiapan seseorang untuk menampilkan perilaku membeli. Semakin besar intensi seseorang membeli, semakin besar pula peluang perilaku membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart TV. Menurut Fishbein, sikap dan norma subjektif tidak secara langsung mempengaruhi tingkah laku, melainkan menentukan intensi terlebih dahulu yang akhirnya akan berubah menjadi suatu perilaku membeli (Engel, Blackwell, Miniard, 1995). Selanjutnya, menurut Kotler (1998), intensi membeli merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan membeli sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli kurang lebih sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli. Ada lima faktor yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi intensi membeli, yaitu motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap. Faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dibagi menjadi dua kelompok antara lain : faktor yang berasal dari lingkungan (eksternal) dan bersifat individu (internal). Faktor eksternal mencakup budaya, sub budaya, kelas sosial, demografi, pengaruh kelompok, keluarga, dan aktivitas pemasaran. Faktor internal 12

2 13 mencakup persepsi, belajar, ingatan, gaya hidup, sikap, serta motivasi dan kepribadian (Hawkins, 2007). Penelitian yang dilakukan (Ang, Cheng, Lim, & Tambhyah 2001) menemukan bahwa konsumen memiliki niat beli terhadap produk tiruan. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor: perceived risk in buying fake product; perceived harm / benefits to singer, music industry, and society; morality of buying fake products; social influence, dan personality factor. Penelitian yang dilakukan (Sahin, 2011) menemukan adanya niat beli konsumen terhadap produk tiruan merek mewah. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor: Price-Quality Inference, Social Effect, Brand Loyalty, dan Ethical Issues. Penelitian yang dilakukan (Wilcox al., 2009) menyatakan bahwa konsumen memiliki niat yang lebih tinggi dari pembelian produk tiruan bermerek mewah, ketika mereka terkena konten sosial dalam iklan dari produk bermerek mewah tersebut. Menurut Peter dan Olson (2002) intensi membeli didasari atas sikap konsumen yang mengarah pada pembelian merek spesifik, norma subjektif yang mempengaruhi harapan individu. Sikap konsumen yang mengarah pada pembelian merek spesifik didasari atas tujuan akhir yang terikat dengan keyakinan mengenai konsekuensi dan nilai yang diasosiasikan dengan perilaku membeli atau menggunakan merek. Sedangkan norma subjektif mengacu pada faktor sosial berupa keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (harapan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan norma. Kemudian Ajzen (2005) menambahkan aspek kontrol perilaku yang dihayati yaitu keyakinan tentang ada

3 14 atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu dan kekuatan kontrol individu untuk mewujudkan perilakunya. Intensi dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku, merupakan sesuatu yang sifatnya khusus dan mengarah pada dilakukannya suatu perilaku khusus dalam situasi khusus pula (Ajzen, 2005). Kekhususan intensi tersebut memiliki 4 aspek: a. Perilaku, yaitu perilaku khusus yang nantinya akan diwujudkan. Perilaku dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perilaku yang umum dan perilaku yang spesifik. Dalam hal penelitian ini, perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang spesifik, yaitu perilaku membeli Samsung smart TV. b. Tujuan target, yaitu siapa yang akan menjadi tujuan perilaku khusus tersebut. Komponen ini terdiri dari particular object (orang tertentu), a class of object (sekelompok orang tertentu), dan any object (orang-orang pada umumnya). Dalam konteks membeli Samsung smart TV, objek yang dapat menjadi sasaran perilaku dapat berupa tersedianya uang. c. Situasi, yaitu dalam situasi yang bagaimana dan dimana perilaku itu diwujudkan. Situasi dapat diartikan juga sebagai lokasi perilaku itu akan dimunculkan. Pada penelitian ini, situasi membeli Samsung smart TV adalah ketika individu merasa ia membutuhkan televisi yang canggih, yang dapat memenuhi segala kebutuhannya. d. Waktu, yaitu menyangkut kapan dan berapa lama suatu perilaku akan diwujudkan.

4 15 Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dari berbagai produk atau merek yang mungkin paling memenuhi keuntungan yang diinginkannya, penentuan kapan akan membeli, dan memungkinkan finansialnya (Soderlund & Ohman, 2003). Setelah ia menemukan tempat yang sesuai, waktu yang tepat, dan dengan didukung oleh daya beli, maka kegiatan pembelian dilakukan. Sekali konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam pengukuran intensi membeli adalah bahwa setiap elemen tersebut memiliki variasi pada tingkat kespesifikan dimensinya. Pada tingkat yang paling spesifik, seseorang akan menampilkan perilaku membeli tergantung objeknya dalam situasi dan waktu tertentu. Intensi terbentuk ketika seorang individu membuat rencana untuk melakukan suatu perilaku di waktu yang akan datang. Menurut Anoraga (2000), intensi atau niat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana komponen sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku mempengaruhi intensi pembelian Samsung smart TV. Jika konsumen telah mempunyai intensi membeli akan suatu produk, maka perkembangan selanjutnya akan mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Hal ini dapat berlanjut hingga konsumen mendapatkan kepuasan

5 16 dari produk, maka konsumen akan tetap konsisten dan setia membeli produk dengan merek tersebut. Bahkan pada tingkat yang lebih jauh, konsumen akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain untuk ikut membeli (Soderlund & Ohman, 2003). Berdasarkan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa intensi membeli adalah suatu niat atau keinginan seseorang untuk membeli sesuatu baik itu berupa barang maupun jasa yang akan segera diwujudkan dalam perilakunya (membeli). B. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Theory of Reasoned Action (Fishbein, 1967; Fishbein & Ajzen, 1975) merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh dalam memprediksi perilaku manusia dan pengaturan perilaku. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh intensi berperilaku yang mana intensi berperilaku ini dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan norma subjektif. Komponen pertama, sikap terhadap perilaku, adalah fungsi dari konsekuensi yang dirasakan orang diasosiasikan dengan perilakunya. Komponen kedua, norma subjektif, merupakan fungsi keyakinan mengenai harapan pentingnya rujukan dari orang lain dan motivasi individu mengikuti rujukan tersebut. Teori ini sangat didukung oleh penelitian empiris mengenai perilaku konsumen dan literatur yang berhubungan dengan psikologi sosial (Ryan, 1982; Sheppard, Hartwick, & Warshaw, 1988). Namun teori ini memiliki keterbatasan memprediksi intensi berperilaku dan perilaku individu ketika konsumen tidak

6 17 memiliki kontrol kehendak (vocational control) atas perilaku mereka (Ajzen, 1991; Taylor & Todd, 1995). Teori Perilaku Terencana (Theory Planned Behavior) dibuat untuk menutupi kekurangan ini (Ajzen, 1991). Teori ini menambahkan 1 komponen yang dapat mempengaruhi intensi berperilaku dan perilaku individu, yaitu persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control). Ajzen (2005) menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri, tetapi juga membutuhkan kontrol berupa ketersediaan sumber daya dan kesempatan bahkan keterampilan tertentu. Dengan demikian, banyaknya dan besarnya kontrol ini akan menentukan tampilnya perilaku tertentu. Persepsi kontrol perilaku ini lebih penting dalam mempengaruhi intensi berperilaku seseorang khususnya ketika perilaku tersebut tidak sepenuhnya dibawah kontrol kehendak. Misalnya ketika seseorang hendak membeli sebuah produk yang inovatif, konsumen tidak hanya memerlukan sumber daya yang cukup (waktu, informasi, uang, dll) tetapi lebih kepada keyakinan diri dalam membuat keputusan yang benar. Oleh karenanya, persepsi kontrol perilaku menjadi faktor penting dalam memprediksi intensi berperilaku seseorang dalam kondisi tersebut. Teori perilaku terencana telah mendapat banyak dukungan pada studi-studi empiris mengenai konsumsi dan literatur yang berhubungan dengan psikologi sosial (Ajzen, 1991; Ajzen & Driver, 1992; Ajzen & Madden, 1986; Taylor & Todd, 1995).

7 18 Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior Sumber: (Croyle, 2005) dan Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2005) B.1 Sikap terhadap Perilaku (Attitude Toward the Act) B.1.1 Definisi Sikap terhadap Perilaku Sikap terhadap perilaku merupakan salah satu dari konsep atau konstruk dalam psikologi yang melibatkan proses dasar psikologis seseorang tentang suatu objek maupun suatu kejadian yang ada dalam pengalaman hidupnya. Sikap atau attitude berasal dari Bahasa Latin, yaitu aptus yang berarti sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Pengertian sikap menurut bahasa asalnya ini diartikan sebagai sesuatu yang dapat diamati secara langsung. Hogg & Vougham, 2002, menganggap bahwa sikap merupakan suatu konstruk yang tidak dapat diamati atau dilihat secara langsung. Akan tetapi sikap dapat dijadikan sebagai salah satu determinan dalam memprediksi perilaku dan sebagai arahan dalam mengambil suatu keputusan.

8 19 Fishbein & Ajzen (1975) mengartikan attitude atau sikap sebagai suatu faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu objek yang diberikan. Untuk memahami dan mengamati seseorang terhadap objek tertentu maka keyakinan seseorang terhadap objek tersebut adalah salah satu bagian penting yang tidak boleh ditinggalkan. Fishbein & Ajzen (1975) menyatakan bahwa keyakinan mewakili informasi-informasi yang melekat pada objek sikap. Keyakinan ini mewakili atribut-atribut yang terdapat pada suatu objek. B.1.2 Komponen Sikap terhadap Perilaku Berdasarkan teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) oleh Ajzen (2005), sikap terdiri dari 2 komponen yaitu evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (outcome evaluation) dan keyakinan akan perilaku tersebut (behavioral beliefs). Sikap adalah keyakinan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Keyakinan-keyakinan atau beliefs ini disebut dengan behavorial beliefs. Seseorang individu akan berniat untuk membeli smart TV ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh keyakinan-keyakinan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Contoh : Seseorang percaya bahwa smart TV akan memberinya informasi yang up-to-date setiap harinya. Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki

9 20 pengaruh langsung terhadap intensi pembelian smart TV dan dihubungkan dengan norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. B.2 Norma Subjektif (Subjective Norm) B.2.1 Definisi Norma Subjektif Norma subjektif merupakan determinan kedua terbesar akan intensi dalam teori perilaku terencana, disebut juga sebagai fungsi dari keyakinan. Keyakinan individu bahwa individu atau kelompok lain setuju atau tidak setuju untuk menampilkan sebuah perilaku; atau refrensi sosial itu sendiri terlibat atau tidak terlibat dalam perilaku tersebut. Norma subjektif adalah keyakinan individu mengenai harapan orang-orang sekitar yang berpengaruh (significant other) baik perorangan maupun perkelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak (Ajzen, 2005). Refrensi yang penting pada kebanyakan perilaku termasuk orang tua individu tersebut, pasangan, sahabat, teman kerja, dan tergantung pada perilaku yang dimaksud, mungkin dokter dan akuntan pajak (Ajzen, 2005). Keyakinan yang mendasari keyakinan norma subjektif ini disebut juga dengan keyakinan normatif (normative beliefs). B.2.2 Komponen Norma Subjektif Dalam teori perilaku terencana (Ajzen,2005) dijelaskan bahwa norma subjektif memiliki 2 komponen yaitu keyakinan normatif (normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to comply). Keyakinan subjektif diasumsikan sebagai suatu keyakinan mengenai harapan orang lain terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan

10 21 perilaku atau tidak Keyakinan-keyakinan yang termasuk dalam norma subjektif disebut juga keyakinan normatif (normative beliefs). Seseorang individu akan berniat membeli smart TV jika ia mempersepsikan bahwa orang lain yang penting berpikir ia seharusnya membelinya dan adanya motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to comply). Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang lain yang penting tersebut cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia membeli smart TV. Norma subjektif dapat diukur secara langsung dengan meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa orang yang penting bagi dirinya akan menyetujui perilaku yang akan ditunjukkannya. B.3 Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control) B.3.1 Definisi Persepsi Kontrol Perilaku Prediktor terakhir terhadap intensi perilaku dalam teori perilaku terencana adalah persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku dalam teori perilaku terencana (Ajzen, 1991) didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap sulit tidaknya melaksanakan perilaku yang diinginkan, tekait dengan keyakinan akan tersedia atau tidaknya sumber dan kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan perilaku tertentu. Persepsi kontrol perilaku ini juga merupakan fungsi dari keyakinan, keyakinan tentang hadir tidaknya faktor yang mengfasilitasi atau menghambat tampilnya sebuah perilaku (Ajzen, 2005). Keyakinan ini dapat berupa bagian dari pengalaman individu terhadap perilaku tersebut, tapi biasanya juga akan dipengaruhi oleh informasi dari orang lain

11 22 mengenai perilaku tersebut, dengan mengobservasi pengalaman teman atau kenalan, dan oleh faktor lain yang menaikkan atau menurunkan kesulitan yang dirasakan untuk menampilkan sebuah perilaku. Semakin besar sumber daya dan kesempatan yang dirasa individu dan semakin sedikit halangan yang diharapkan individu, semakin besar persepsi kontrol perilaku individu. B.3.2 Komponen Persepsi Kontrol Perilaku Persepsi kontrol perilaku dalam teori perilaku terencana (Ajzen, 2005) terdiri dari 2 komponen yaitu keyakinan kontrol (control beliefs) dan kekuatan dari kontrol perilaku tersebut (power of control factors). Persepsi kontrol perilaku menunjuk pada suatu derajat dimana seseorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah dibawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Keyakinan pada persepsi kontrol perilaku disebut juga dengan keyakinan kontrol (control beliefs). Selain keyakinan kontrol, persepsi kontrol perilaku dipengaruhi juga oleh persepsi individu mengenai seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam memunculkan tingkah laku sehingga memudahkan atau menyulitkan pemunculan tingkah laku tersebut (power of control beliefs). Persepsi kontrol perilaku dapat mempengaruhi pembelian smart TV secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari persepsi kontrol perilaku ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat

12 23 keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Persepsi kontrol individu dapat diukur dengan menanyakan kepada individu apakah mereka percaya mereka mampu menampilkan sebuah perilaku yang diinginkannya, apakah mereka percaya dengan melakukan hal itu dibawah kontrol mereka sepenuhnya, dll. C. Produk Samsung smart TV Smart TV adalah sebuah TV digital digital dengan kemampuan built-in, one-touch access ke berbagai fitur berbasis internet tanpa membutuhkan perangkat komputer. Fitur-fitur yang dimaksud seperti video streaming (Netflix, YouTube), media sosial, permainan, dan berbagai aplikasi lainnya (Caswell, 2013). Hak paten atas smart TV pertama kali diperkenalkan oleh sebuah perusahaan di Perancis pada tahun 2004, namun kehadirannya tidak dipasarkan secara global hingga tahun (Caswell, 2013). Sekitar 66 juta unit smart TV terjual pada tahun 2012 di seluruh dunia, angka ini meningkat 27% dari 52 juta unit pada tahun 2011 dan tahun ini diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 85 juta sesuai dengan data penelitian oleh IHS isuplli (Tarr, 2013). Samsung Electronics Co., merupakan produsen smart TV dengan tingkat penjualan TV terbesar di dunia (Clark & Vascellaro, 2012). Samsung smart TV pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 2011 dengan 450 aplikasi yang dapat

13 24 diakses dan 15 aplikasi di antaranya merupakan hasil kreasi anak bangsa (Samsung, 2013). Salah satu kelebihan utama Samsung Smart TV adalah kemampuannya untuk mengikuti perkembangan zaman. Dengan adaanya evolution kit, konsumen Samsung smart TV tidak perlu khawatir ketinggalan dengan perkembangan TV selanjutnya karena TV tersebut dapat diperbaharui atau seperti men-upgrade sistem TV tersebut (Tjahjono, 2013). Samsung smart TV saat ini juga telah menggunakan teknologi quad-core yang sebelumnya merupakan dual-core, sehingga kinerja TV dan kemampuan multitasking menjadi lebih cepat (Samsung, 2013). Tahun 2013, Samsung juga mengubah tampilan smart TV-nya menjadi lebih sederhana dan informatif dengan adanya icon konten yang dapat diakses dengan mudah, seperti Apps, Social, dan Photos, Videos & Music, yang disebut dengan Smart Hub Selain itu, kemampuan voice control dan gesture control juga menjadi lebih baik di tahun Keunggulan lain Samsung smart TV sehingga membuatnya berbeda dengan smart TV lainnya adalah kemampuan convergence, yang terdiri dari smart view untuk mengalirkan konten yang sedang tertampil di TV ke tablet atau smartphone sehingga konsumen dapat melanjutkan tontonan melalui smartphone apabila hendak berpisah dengan TV, screen mirroring untuk menampilkan apa yang ada di layar tablet atau smartphone ke dalam TV. Samsung smart TV juga dapat dikontrol dengan perangkat Apple yang sudah menggunakan ios (ipad, iphone, dan ipod Touch) dan perangkat Samsung (smartphone dan tablet) dengan Samsung TV Remote (Samsung, 2013).

14 25 D. Dinamika Teori D.1 Sikap terhadap Intensi Membeli Penelitian yang dilakukan oleh Nikdavoodi (2012) di Swedia menunjukkan bahwa inovasi konsumen dan sikap terhadap kosmetik make up berpengaruh positif terhadap intensi membeli kosmetik. Sikap secara signifikan memberi pengaruh atau sumbangan terhadap intensi membeli buku referensi kuliah illegal (Rahmah, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Trisdiarto (2012) yang meneliti niat beli konsumen untuk barang fashion palsu menunjukkan bahwa sikap konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli komsumen di Denpasar. Sikap pada pembelian memiliki pengaruh yang signifikan (54,7%) dalam meningkatkan niat beli konsumen melalui e-commerce (Peristian, 2009). Sikap berpengaruh signifikan terhadap niat beli di Sogo Department Store Tunjungan Plaza Surabaya (Anggelina & Japarianto, 2014). Sikap terhadap CLBP (Counterfeit Luxury-Branded Products) dapat memprediksi niat beli produk barang mewah tiruan (Lu, 2013). Sikap pembelian mempunyai pengaruh positif pada niat beli makanan organik (Selvia, 2013). Dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa sikap berpengaruh secara signifikan terhadap intensi membeli. D.2 Norma Subjektif terhadap Intensi Membeli Variabel norma subjektif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang pada Ramayana Department Store Pringgan Medan (Sianipar, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011)

15 26 disimpulkan bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap intensi membeli buku referensi illegal. Norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap niat beli di Sogo Department Store Tunjungan Plaza Surabaya (Anggelina & Japarianto, 2014). Dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa norma subjektif berpengaruh secara signifikan terhadap intensi membeli. D.3 Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Intensi Membeli Persepsi kontrol perilaku secara signifikan memberi sumbangan intensi membeli buku referensi kuliah illegal (Rahmah, 2011). Persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap niat beli di Sogo Department Store Tunjungan Plaza Surabaya (Anggelina & Japarianto, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2014) menunjukkan bahwa variabel persepsi kontrol perilaku (p<0,01) berpengaruh terhadap pembelian produk daging olahan. Dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berperilaku. D.4 Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Intensi Membeli Teori perilaku terencana dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai antesenden terdekat dari suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi membeli seseorang untuk membeli Samsung smart TV, diharapkan

16 27 semakin berhasil ia melakukannya. Intensi membeli dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku (Ajzen, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berpengaruh secara signifikan terhadap intensi membeli buku referensi ilegal. Penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2014) juga menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif, kontrol keprilakuan dan kebiasaan mempengaruhi niat beli produk daging olahan sebesar 42%. Dari penelitian-penelitian diatas, menunjukkan bahwa adanya peranan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dalam intensi. Sehingga, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai peranan sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dalam intensi membeli Samsung smart TV. E. Hipotesis Penelitian Hipotesa Mayor Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku berperan positif dalam intensi pembelian Samsung smart TV. Peran positif yang dimaksud adalah sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku memiliki peran terhadap tingginya intensi seseorang untuk membeli Samsung smart TV. Hipotesa Minor 1. Sikap berperan positif dalam intensi pembelian Samsung smart TV.

17 28 2. Norma subjektif berperan positif dalam intensi pembelian Samsung smart TV. 3. Persepsi kontrol perilaku berperan positif dalam intensi pembelian Samsung smart TV.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai bidang (Sulistiyarini, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai bidang (Sulistiyarini, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi datang begitu cepat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi (Sulistiyarini, 2013). Perkembangan teknologi, khususnya di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v vii ix 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong setiap pelaku individu untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut terutama di sektor teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut perangkat komunikasi yaitu ponsel (handphone) bukan lagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut perangkat komunikasi yaitu ponsel (handphone) bukan lagi menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin mengalami kemajuan yang pesat. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tersebut perangkat

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia hingga saat ini. Salah satu manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelian merupakan perilaku konsumen yang diaplikasikan dalam berbagai hal, termasuk pada bidang teknologi. Salah satu produk teknologi yang banyak dibeli konsumen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store

Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store Jurnal Strategi Pemasaran Vol. 2, No. 1, (2014) 1-7 Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang mencangkup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi dari ilmu pengetahuan yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, atau keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 39 BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI MEMBELI 1. Definisi Intensi Teori perilaku berencana merupakan pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan meyalurkan barang-barang dan jasa. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya brand bisa menjadi nama yang dianggap mewakili

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya brand bisa menjadi nama yang dianggap mewakili BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya brand hanyalah sebuah nama untuk membedakan, pada perkembangan selanjutnya brand bisa menjadi nama yang dianggap mewakili sebuah objek setelah itu brand

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB Latar Belakang

BAB Latar Belakang BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING. untuk menampilkan perilaku memilih/menggunakan homeschooling sebagai jalur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING. untuk menampilkan perilaku memilih/menggunakan homeschooling sebagai jalur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING Intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan adalah motivasi atau keinginan yang menunjukkan adanya usaha atau kesiapan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugrah yang mulia namun ibu rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 jam, selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA

BAB II TUJUAN PUSTAKA BAB II TUJUAN PUSTAKA A. INTENSI 1. Definisi Intensi Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara Indonesia. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi, yaitu: Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa 1. Pengertian Intensi Membeli Smartphone Samsung Pada Mahasiswa Menurut Schiffman (dalam Barata, 2007), intensi adalah hal yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behaviour (TPB) Manusia pada umumnya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka mempertimbangkan perilakunya berdasarkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis handphone Global System For Mobile Communication (GSM)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. smartphone Android. Variabel-variabel yang diuji di antaranya harga, nama

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. smartphone Android. Variabel-variabel yang diuji di antaranya harga, nama BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh eksternal terhadap keputusan pembelian smartphone Android. Variabel-variabel yang diuji di antaranya harga, nama merek, pengaruh sosial,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai variabel penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. 3.1. Variabel Penelitian Varibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan bersifat naluriah.

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan bersifat naluriah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai kepuasan di dalam diri. Kebutuhan adalah keadaan dimana manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunitas Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi komunitas dapat didekati melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Membeli I. Definisi Intensi Membeli Intensi merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini iklim usaha di Indonesia telah diwarnai persaingan yang ketat terutama dalam memasarkan suatu produk. Keadaan ini terjadi karena semakin banyak produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu berubah dan berkembang sejalan dengan semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan perluasan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Keinginan mereka yang besar untuk memiliki kulit yang lebih halus dan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak menyajikan peluang bisnis sekaligus tantangan bisnis bagi perusahaan-perusahaan. Dengan banyaknya tantangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ahmad Farras Adibuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modernisasi yang penuh dengan kemajuan teknologi saat ini, komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak muda dimana komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat membeli suatu secara online. Seiring dengan. pintar, akses internet yang mudah dan praktis, kini berbelanja online

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat membeli suatu secara online. Seiring dengan. pintar, akses internet yang mudah dan praktis, kini berbelanja online BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet telah signifikan memainkan peran dalam kehidupan kita sehari-hari dimana seseorang bisa berbicara melalui internet antara berbagai wilayah, mendapat informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi internet dan handphone terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan internet sudah hampir diperlakukan sebagai salah satu kebutuhan sehari hari.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa 2. 1. Rerangka Teori 2.1.1 Pengertian Pajak dan Wajib Pajak Menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009, pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, fashion dunia atau segala sesuatu disangkaut pautkan dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion produk tersebut merupakan produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bisnis ritel pada saat ini adalah salah satu bisnis yang paling berkembang baik di Indonesia maupun secara global. Bukti dari perkembangan bisnis ritel adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waralaba Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menjelaskan, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerimaan nasabah dalam hal niat menabung mereka pada produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini mengemukakan menurut pandangan mereka masing-masing. Kotler dan Amstrong (2008: 5) mengartikan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan 302 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Pendahuluan Pada bab lima ini disampaikan simpulan hasil penelitian serta kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan keterbatasan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Para pemasar mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara

BAB II KERANGKA TEORITIS. Para pemasar mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Perilaku Konsumen Setiap manusia mempunyai karakter dan kepribadian yang berbeda dengan orang lain, sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda pula dalam membelanjakan uangnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepatu menjadi produk yang sangat digemari di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap perusahaan sepatu bersaing menciptakan produk yang bermutu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned. dikemukakan oleh Bandura (2000) tentang seberapa baik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned. dikemukakan oleh Bandura (2000) tentang seberapa baik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) sebagai landasan berpikir. Peneliti memilih teori tersebut dikarenakan beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini mulai dirasakan oleh Indonesia. Pertumbuhan tersebut meliputi berbagai macam sektor, tidak terkecuali dari sektor ritel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, terutama di dunia industri gadget. Melihat kondisi tersebut menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, terutama di dunia industri gadget. Melihat kondisi tersebut menyebabkan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang, terutama di dunia industri gadget. Melihat kondisi tersebut menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Theory of Planned Behavior (TPB) Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action (TRA) (Fishbein,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku atau kepribadian seseorang bahkan bisa dinilai dari penampilan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. laku atau kepribadian seseorang bahkan bisa dinilai dari penampilan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penampilan merupakan hal yang sangat diperhatikan bagi setiap orang. Tingkah laku atau kepribadian seseorang bahkan bisa dinilai dari penampilan mereka. Penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci