BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action
|
|
- Glenna Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep Theory of Planned Behavior (TPB) Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action (TRA) (Fishbein, 1967; Fishbein dan Ajzen, 1975). TRA menekankan pada meramalkan perilaku manusia dengan mengusulkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat perilaku, yang terutama dipengaruhi oleh sikap terhadap tindakan dan oleh norma-norma subjektif. Dengan demikian, TRA memiliki dua komponen; pertama, sikap terhadap tindakan yang merupakan fungsi dari konsekuensi yang dirasakan, konsumen dapat menghubungkan dengan perilaku. Kedua, norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan tentang pentingnya referen dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan referen tersebut. Asosiasi ini didukung oleh banyak artikel yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan psikologi sosial (Ryan, 1982; Sheppard et al., 1988). Keyakinan Sikap terhadap Perilaku Keyakinan Perilaku Norma Niat untuk berperilaku Perilaku Normatif Subjektif Gambar 2.1. Theory of Reasoned Action (TRA) Sumber: Fishbein dan Ajzen (1975). 12
2 Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan bentuk pengembangan model Theory of Reasoned Action (TRA), diusulkan oleh Ajzen (1991). TPB memerlukan tiga konsep seperti pembentukan sikap, persepsi kontrol perilaku dan norma subjektif. Teori ini mendalilkan bahwa niat individu untuk melakukan perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikap individu (yaitu sikap terhadap membeli produk organik dalam konteks penelitian ini), persepsi kontrol perilaku (yaitu sejauh mana konsumen merasa bahwa mereka dapat mengendalikan perilaku mereka arah tindakan tertentu) dan norma subjektif (yaitu pentingnya pendapat orang lain). Sikap Perilaku Norma Subjektif Niat Perilaku Kontrol Perilaku Persepsian Gambar 2.2. Theory of Planned Behavior (TPB) Sumber: Ajzen (2002) Kesadaran Kesehatan Kesadaran kesehatan menilai kesiapan untuk melakukan tindakan kesehatan (Becker et al. dalam Michaelidou dan Hassan, 2008). yang 13
3 sadar kesehatan peduli tentang kesehatannya dan termotivasi untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup untuk mencegah sakit dengan terlibat dalam perilaku sehat dan menjadi individu yang sadar tentang kesehatan (Newsom et al. dalam Michaelidou dan Hassan, 2008) Kesadaran Lingkungan Kesadaran lingkungan konsumen menurut Webster dalam Chen (2009) adalah konsumen yang mengingat akibat dari konsumsi pribadi atau usaha memanfaatkan daya beli dalam masalah lingkungan dalam keputusan pembelian dengan mengevaluasi dampak dari konsumsi dalam masalah lingkungan Kesadaran Penampilan Kesadaran penampilan adalah penilaian konsumen tentang penampilan dengan menjaga dan peduli pada penampilan yang dimiliki oleh individu (Kim dan Chung, 2011). Kesadaran penampilan menyebabkan orang untuk menjadi tertarik pada kosmetik dan pakaian yang mengungkapkan atau mengubah pribadi mereka (Lee dalam Kim dan Chung, 2011). Konsumsi produk kosmetik merupakan perilaku pembelian yang memuaskan kebutuhan kecantikan dan perawatan penampilan seseorang (Todd, 2004) Sikap Sikap (attitude) seseorang merupakan keadaan mudah terpengaruh (predisposisi) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut (Basu, 2002). Sikap dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat berupa sikap pandangan atau sikap perasaan tetapi, sikap tersebut disertai 14
4 dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu (Gerungan, 2004:160). Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya (Wijaya, 2008). Sikap sebagai perasaan positif atau negatif individu tentang melakukan suatu perilaku (Dash et al., 2011). Sikap adalah salah satu faktor penentu yang memengaruhi perilaku individu (Gibler dan Nelson, 1998); hal itu memengaruhi niat konsumen untuk membeli barang-barang (Chung dan Pysarchik, 2000; Summers et al., 2001). Sikap (attitude) memiliki peran utama dalam pembentukan perilaku konsumen, seperti memutuskan merek yang dibeli dan toko yang dijadikan tempat belanja (Idaman dkk., 2012). Menurut Huang et al. (2004), sikap adalah kecenderungan belajar untuk menanggapi situasi dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan. Faktor sikap sering digunakan sebagai prediktor niat konsumen dan perilaku. Seperti sikap tidak dapat diamati secara langsung, peneliti harus bergantung pada penentuan sikap konsumen melalui pengukuran (Huang et al., 2004) Norma Subjektif Norma subjektif adalah tekanan sosial yang dirasakan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam perilaku, itu hasil dari bagaimana seseorang merasakan tekanan yang ditempatkan pada dia untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 1991; Tonglet et al., 2004; Al-Nahdi et al, 2008;. Al-Nahdi et al., 2009, 2014, 2015; Han dan Kim, 2010; Kim dan Han, 2010). 15
5 Tekanan ini dapat diberikan oleh teman-teman, orang tua, partai politik dan agen (Kalafatis et al., 1999). Menurut Eagly et al. (1993) norma subjektif menunjukkan perilaku dengan motivasi konsumen untuk membentuk momen pertama dari orang penting seperti keluarga, teman dan orang lain yang signifikan (Yangui, Font, dan Gil, 2013). Jogiyanto (2007:14) mendefinisikan norma subjektif sebagai tekanan sosial yang didasari dari kepercayaan orang lain yang dapat memengaruhi minat sehingga yang bersangkutan mempertimbangkan kembali apakah akan melakukan atau tidak melakukan melakukan perilaku tersebut. Menurut Baron dan Byrne (2003), norma subjektif adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Hogg dan Vaughan (2005) memaparkan penjelasan bahwa norma subjektif adalah produkdari persepsi individu tentang kepercayaan yang dimiliki orang lain Pengalaman Masa Lalu Istilah pengalaman telah digunakan dalam berbagai cara. Berbagai definisi dapat ditempatkan ke dalam dua kategori: beberapa dari mereka merujuk kepada masa lalu (mengacu pada pengetahuan dan akumulasi pengalaman dari waktu ke waktu) dan lain-lain merujuk berkelanjutan persepsi dan perasaan dan pengamatan langsung (Gove, 1976:800). Filsuf dan psikolog dalam tradisi fenomenologis, misalnya, Husserl (1931) dan Brentano (1973), berpendapat bahwa pengalaman dari atau tentang sesuatu; mereka memiliki referensi dan intensionalitas. 16
6 Akhirnya, filsuf Amerika John Dewey (Dewey, 1925), milik filosofis tradisi pragmatisme, berpendapat bahwa pengetahuan (mengklasifikasikan, menganalisis, dan penalaran) adalah hanya satu bagian dari pengalaman individu dengan dunia. Salah satu artikel akademis pertama yang dibahas dan dikonseptualisasikan pengalaman secara rinci dalam pemasaran adalah Holbrook dan Hirschman (1982) Aspek pengalaman konsumsi: konsumen fantasi, perasaan, dan menyenangkan. Mengikuti wawasan filosofis yang telah dijelaskan sebelumnya, Holbrook dan Hirschman (1982) berpendapat bahwa pandangan ini merupakan pengalaman fenomenologis Roh dan menganggap konsumsi sebagai subjektif keadaan kesadaran. Schmitt (1999) menyatakan pemasaran tradisional yang berorientasi produk fokus pada fitur fungsional dan manfaat dengan pengalaman pemasaran pelanggan. Berdasarkan review-review literatur pengalaman pemasaran, Gentile et al. (2007:397) memberikan definisi Pengalaman pelanggan berasal dari aset interaksi antara pelanggan dan produk, perusahaan, atau bagian dari organisasi, yang memicu reaksi. Pengalaman ini sangat pribadi dan menyiratkan keterlibatan pelanggan pada tingkat yang berbeda (rasional, emosi, indera, fisik dan spiritual). Evaluasi yang tergantung pada perbandingan antara harapan pelanggan dan rangsangan yang berasal dari interaksi dengan perusahaan dan penawaran dalam korespondensi dari momen yang berbeda dari kontak atau titik sentuhan. 17
7 Kontrol Perilaku Persepsian Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan bentuk pengembangan model Theory of Reasoned Action (TRA) telah terbukti berhasil dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku individu di berbagai penerapan teknologi informasi (Ajzen, 1991). Theory of Planned Behavior (TPB) ditambah sebuah konstruk yang belum ada pada Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini merefleksikan pengaruh perasaan individu terhadap performance dan non performance dari suatu perilaku apakah di bawah kontrol volitional. Kontrol perilaku persepsian merefleksikan juga pengalaman lampau seseorang termasuk di dalamnya rintangan dan halangan untuk berperilaku. Menurut Ajzen dalam Jogiyanto (2007) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku the perceived ease or difficulty of performing the behavior. Perlu diperhatikan bahwa teori perilaku perencanaan (Theory of Planned Behavior) tidak secara langsung berhubungan dengan jumlah dari kontrol yang sebenarnya dimiliki oleh seseorang, tetapi teori ini lebih mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam pencapaian tujuan-tujuan perilaku. Jikalau minat-minat menunjukkan keinginan seseorang untuk mencoba perilaku tertentu, kontrol persepsian lebih kepada mempertimbangkan beberapa konstrain-konstrain yang realistik yang mungkin terjadi. Menurut Jogiyanto (2007), kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan juga 18
8 mengantisipasi halangan-halangan yang ada. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ini diasumsikan direfleksikan oleh pengalaman masa lalu dan juga kepemilikan sumber-sumber daya (misalnya uang, keahlian, waktu, kerjasama dengan lainnya) dan kesempatan-kesempatan (Ajzen, 1991) Niat Beli Menurut Theory of Planned Behavior (TPB), perilaku aktual seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu secara langsung dipengaruhi oleh niat perilakunya, yang secara bersama-sama ditentukan pula oleh sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, niat pembelian adalah penentu baik bagi perilaku pembelian, di mana niat beli pada gilirannya ditentukan oleh sikap (Phau dan Teah, 2009). Niat beli menunjukkan reaksi emosional yang dihasilkan dari evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu produk, dan juga menunjukkan kemungkinan bahwa konsumen ingin membeli produk (Grewal, Monroe, dan Krishnan, 1998). Menurut Lestari dan Suryawardhana (2012), niat beli merupakan suatu motivasi atau dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan yang memungkinkan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan atau tidak. Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum benar-benar melakukan pembelian (Kinnear, 1995). Niat beli dapat diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu objek yang membuat individu berusaha 19
9 untuk mendapatkan objek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau dengan pengorbanan (Schiffman dan Kanuk, 2010). Kotler (2005:174) menjelaskan bahwa niat beli mengarah kepada tujuan atau niat dan kecenderungan konsumen untuk membeli merek yang paling disukainya. Menurut Ali dan Ahmad (2012), niat beli produk ramah lingkungan dikonseptualisasikan sebagai probabilitas dan kesediaan seseorang untuk memberikan preferensi untuk produk yang memiliki fitur ramah lingkungan lebih dari produk tradisional lainnya dalam pertimbangan pembelian mereka. Chan dalam Mei et al. (2012) mendefinisikan pembelian produk ramah lingkungan merupakan perilaku konsumen untuk mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap lingkungan Hipotesis Penelitian Pengaruh Kesadaran Kesehatan terhadap Sikap Kesadaran kesehatan membimbing orang untuk terlibat dalam perilaku sehat (Becker et al., 1977). yang sadar kesehatan peduli tentang keadaan yang diinginkan dari kesejahteraan dan mengajukan upaya untuk mempertahankan hidup sehat (Newsom et al., 2005). Dalam konteks pembelian produk perawatan kulit/rambut, konsumen dengan kesadaran kesehatan yang tinggi dapat mempertimbangkan apakah suatu produk aman untuk kulit dan tubuh; Oleh karena itu, mereka mungkin lebih serius berkaitan dengan jenis bahan yang digunakan untuk membuat produk daripada konsumen dengan kesadaran kesehatan rendah (Johri dan Sahasakmontri, 1998). 20
10 H1: Kesadaran Kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap Pengaruh Kesadaran Lingkungan terhadap Sikap Kesadaran lingkungan membimbing orang untuk membuat keputusan pembelian yang lebih hijau (Peattie, 2001; Schlegelmilch et al., 1996). Orang yang sadar lingkungan tepat untuk mengubah perilaku pembelian mereka untuk memperbaiki lingkungan (Chase, 1991). Menghadapi isu seputar lingkungan dari zat-zat berbahaya dan bahan hewan pengujian dan/atau produk jadi, industri perawatan pribadi telah mengembangkan produk-produk organik yang diproduksi tanpa menggunakan pestisida, bahan kimia sintetis dan hewan pengujian (Prothero dan McDonagh, 1992). Bersama dengan temuan bahwa kesadaran lingkungan konsumen yang dipandang sebagai pra-syarat untuk konsumsi hijau (Dembkowski, 1998; Polonsky dan Mintu-Wimsatt, 1995), kepedulian lingkungan adalah determinan penting dari perilaku konsumen terhadap produk-produk organik (Paladino, 2005). H2: Kesadaran Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap Pengaruh Kesadaran Penampilan terhadap Sikap Kesadaran penampilan membawa orang-orang menjadi tertarik dalam kosmetik dan pakaian yang mengungkapkan atau mengubah gambar mereka (Lee dan Lee, 1997). Konsumsi produk-produk perawatan pribadi adalah perilaku pembelian yang memenuhi kebutuhan untuk kecantikan dan perawatan umum penampilan seseorang (Todd, 2004). Beberapa orang yang memiliki keinginan 21
11 kuat untuk meremajakan kulit dan meningkatkan penampilan mereka telah mencari produk perawatan pribadi yang bebas kimia (Tirone, 2007). Karena produk perawatan kulit/rambut organik yang dibuat dengan bahan kimia minimum dan mungkin menyediakan produk kurang keras daripada rekan-rekan konvensional, diasumsikan bahwa kesadaran penampilan konsumen berhubungan positif dengan sikap membeli produk perawatan kulit/rambut organik. Dengan demikian, hipotesis berikut yang diajukan: H3: Kesadaran Penampilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap Pengaruh Sikap terhadap Niat Beli Para peneliti menyimpulkan bahwa individu yang mempunyai sikap positif dengan lingkungan akan lebih berpartisipasi dalam membeli serta mengkonsumsi produk hijau (Kinnear et al., 1974; Amyx et al., 1994; McCarty dan Shrum, 1994; dalam Cheah dan Phau, 2011). Hal ini mengindikasikan, semakin tinggi individu atau konsumen terlibat dengan lingkungan, semakin tinggi pula mereka akan membeli produk hijau. Sejumlah penelitian mendukung hubungan positif antara sikap konsumen dan perilaku niat untuk pembelian hijau dalam budaya yang berbeda, seperti Asia, Amerika Serikat, dan Eropa, dan dalam kategori produk yang berbeda, seperti makanan organik dan produk berbasis kayu (Chan dan Lau, 2001; Kalafatis et al., 1999; Tarkiainen dan Sundqvist, 2005). Konsep ini juga didukung dari hasil penelitian Cheah dan Phau (2011), bahwa konsumen yang mempunyai sikap positif terhadap produk hijau, akan mempunyai keinginan untuk membeli produk hijau. Dengan demikian, dapat diasumsikan: 22
12 H4: Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Beli Pengaruh Norma Subjektif terhadap Niat Beli Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa norma subjektif sebagai berikut: The subjective norm is the person s perception that most people who are important to him, think he should or should not perform the behavior in question. (hal 302). Ajzen dan Fishbein (1980) mengusulkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh niatnya untuk melakukan perilaku dan bahwa niat ini, pada gilirannya, fungsi dari sikapnya terhadap perilaku dan norma subjektifnya. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara norma subjektif dan niat (Taylor dan Todd, 1995; Venkatesh dan Davis, 2000; Ramayah et al., 2003, 2004; Chan dan Lu, 2004; Baker et al., 2007; Teo dan Lee, 2010). Selain itu, studi terbaru telah menemukan bahwa norma subjektif adalah prediktor niat di daerah yang berbeda (Alam dan Sayuti, 2011; Gupta dan Ogden, 2009; Han dan Kim, 2010; Iakovleva et al., 2011;. Kim dan Han, 2010; Wu et al., 2011; Koklič dan Vida, 2009). Norma subjektif memiliki dampak signifikan pada perilaku niat dalam konteks perilaku yang berkaitan dengan pengelolaan kulit (Hillhouse et al., 2000), dan hubungan yang kuat antara norma subjektif dan niat telah terbukti di penelitian pada perilaku konsumen hijau (Bamberg, 2003; Kalafatis et al., 1999), sehingga hipotesis 5 diusulkan sebagai berikut: 23
13 H5: Norma Subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Beli Pengaruh Pengalaman Masa Lalu terhadap Niat Beli Banyak peneliti berpendapat bahwa pertimbangan perilaku masa lalu konsumen dapat memberikan prediksi yang lebih baik dari perilaku niat (Conner dan Armitage, 1998) didasarkan pada asumsi bahwa perilaku konsumen hasil dari belajar (Bentler dan Speckart, 1979). Berkaitan dengan penelitian pada perilaku pembelian hijau, pengalaman masa lalu konsumen dengan produk-produk hijau mungkin penting dalam membentuk persepsi khusus produk yang akan memimpin niat pembelian ; pada gilirannya, pengalaman masa lalu konsumen memengaruhi pembelian atau penggunaan produk-produk hijau mereka (D'Souza et al., 2006:150). Oleh karena itu, hipotesis 6 diusulkan sebagai berikut: H6: Pengalaman Masa Lalu berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Beli Pengaruh Sikap terhadap Niat Beli melalui Kontrol Perilaku Persepsian Meskipun banyak penelitian telah menunjukkan bahwa seseorang mungkin memiliki sikap yang baik terhadap perilaku tertentu, ia mungkin tidak memiliki niat untuk mencapai perilaku ketika memahami kesulitan melakukan begitu (Chen, 2007). Vermeir dan Verbeke (2006) mengklaim bahwa hubungan antara konsumen sikap dan niat tidak konsisten karena pembelian niat untuk makanan organik dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga. 24
14 Dalam resesi ekonomi saat ini, karena harga yang lebih tinggi produk hijau dibandingkan dengan produk-produk konvensional, konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga ketika membeli produk-produk hijau (Mandese, 1991). Jika konsumen merasa bahwa mereka tidak mampu membayar produk perawatan pribadi organik dengan harga lebih tinggi, mereka dapat memilih untuk tidak membeli meskipun mereka memiliki sikap positif terhadap membeli produk. Artinya, sikap positif terhadap membeli produk perawatan kulit dan rambut organik mungkin tidak selalu menyebabkan niat untuk membeli produk. Dengan demikian, diharapkan bahwa hubungan positif antara sikap dan niat dapat dimoderasi oleh tingkat kontrol perilaku yang dirasakan dan oleh karena itu, hipotesis 7 diusulkan sebagai berikut: H7: Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Beli melalui Kontrol Perilaku Persepsian Model Konseptual Kerangka konsep dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.3. Kesadaran Kesehatan H1 H7 Kontrol Perilaku Persepsian Kesadaran Lingkungan H2 H3 Sikap H4 Niat Beli Kesadaran Penampilan Norma Subjektif Pengalaman H5 H6 Masa Lalu Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Sumber: Kim dan Chung (2011). 25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Jayanti dkk. (2013) Green consumer behavior merupakan perilaku
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Green Consumer Behavior Menurut Jayanti dkk. (2013) Green consumer behavior merupakan perilaku konsumen yang dalam setiap tindakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengetahuan Lingkungan Lee (2011) menjelaskan bahwa pengetahuan lingkungan adalah pengetahuan dasar seseorang tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kekhawatiran akan terjadinya bencana yang dapat mengancam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dicetuskan oleh adanya kekhawatiran
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Green product atau juga dikenal dengan istilah ecological product atau environmental
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Green Product Green product atau juga dikenal dengan istilah ecological product atau environmental friendly product adalah produk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Shamdasami et al., (dalam Sumarsono dan Giyatno, 2012), produk
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Produk Hijau (Green Product) Menurut Shamdasami et al., (dalam Sumarsono dan Giyatno, 2012), produk hijau (green product)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sikap Konsumen Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk bersikap dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen saat ini tidak hanya puas dengan mendapatkan produk yang dia butuhkan, tetapi konsumen juga ingin memiliki suatu hal yang menarik yang akan memberikan suatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
39 BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI MEMBELI 1. Definisi Intensi Teori perilaku berencana merupakan pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia yang semakin pesat telah banyak membuat bisnis baru bermunculan dalam berbagai bidang yang menarik perhatian masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHUUAN. produk yang ramah lingkungan (environment friendly). Sejak beberapa dekade
BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsumsi global yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang ramah lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara keseluruhan bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara keseluruhan bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan dalam penelitian, perumusan hipotesis, dan model penelitian. Berikut ini penjelasan dari masing - masing sub
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CONSUMER VALUES, ATTITUDE TOWARD, SUBJECTIVE NORM, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, DAN PAST EXPRIENCES PADA INTENTION TO BUY CONSUMER
digilib.uns.ac.id ANALISIS PENGARUH CONSUMER VALUES, ATTITUDE TOWARD, SUBJECTIVE NORM, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, DAN PAST EXPRIENCES PADA INTENTION TO BUY CONSUMER (Studi kasus produk kosmetik Larissa
Lebih terperinciTHEORY OF REASONED ACTION
THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, yang di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, yang di dalamnya dibahas mengenai konsep yang digunakan, variabel-variabel yang berkaitan, fenomena dan setting penelitian. Rumusan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dalam (Sumarsono dan Giyatno, 2012). Tuntutan konsumen akan produk
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Produk Ramah Lingkungan Produk ramah lingkungan ( green product) atau juga dikenal dengan istilah ecolocical product atau environmental friendly
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Grand Theory Theory Reasoned Action (TRA) Sumber: Fishben dan Ajzen (1975) dalam Vijayan et al,. (2005) Gambar 2.1. Model Theory Reasoned Action TRA menyatakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Landasan Teori diperlukan agar penelitian ini dapat
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Landasan Teori diperlukan agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara teoritikal. Oleh karena itu ada beberapa sub bab yang akan mendukung penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah diberlakukan. MEA terbentuk dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan kawasan perekonomian yang kuat
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Keinginan mereka yang besar untuk memiliki kulit yang lebih halus dan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. global (Giffort & Bernard 2006; Padel & Foster, 2005; Lockie et al., 2004
BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini makanan organik mendapatkan perhatian dari seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kenyataan ini semakin kuat dengan adanya pertumbuhan makanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepatu menjadi produk yang sangat digemari di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap perusahaan sepatu bersaing menciptakan produk yang bermutu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang lainnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis internet. Internet menawarkan kenyamanan
Lebih terperinciGambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014
Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan meyalurkan barang-barang dan jasa. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, seperti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)
8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. merupakan filosofi yang menarik.konsep ini menyatakan bahwa alasan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi merupakan filosofi yang menarik.konsep ini menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial ekonomi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan perluasan dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Membeli Intensi membeli adalah motivasi atau keinginan yang menunjukkan adanya usaha atau kesiapan seseorang untuk menampilkan perilaku membeli. Semakin besar intensi seseorang
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas dasar teori variabel-variabel yang membentuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas dasar teori variabel-variabel yang membentuk niat beli ulang konsumen yang dibangun bedasarkan kenyataan yang terjadi pada umumnya dan sudah diuji secara empiris
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior
TINJAUAN PUSTAKA Theory of Planned Behavior Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Salah satu teori yang membahas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bisnis ritel pada saat ini adalah salah satu bisnis yang paling berkembang baik di Indonesia maupun secara global. Bukti dari perkembangan bisnis ritel adalah jumlah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,
Lebih terperinciII KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi belakangan ini banyak menyinggung tentang e-commerce dengan berorientasi pada Business-to-Customer (B2C). Saat ini banyak orang yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. Para pemasar mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Perilaku Konsumen Setiap manusia mempunyai karakter dan kepribadian yang berbeda dengan orang lain, sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda pula dalam membelanjakan uangnya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia
i BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sikap Ajzen Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia dengan segala kerumitannya merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang
A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan secara umum bahwa penelitian yang dilakukan sebelumnya di Amerika oleh Kim
Lebih terperinciPENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA
PENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA Oleh : MIFTAHUL MUNIR Dosen Fak. Ekonomi UNISKA ABSTRAK Saat ini banyak sekali bermunculan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sikap Konsumen Terhadap Isu Lingkungan dan Produk Ramah Lingkungan. produk-produk ramah lingkungan (Joalis, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori 2.1.1. Sikap Konsumen Terhadap Isu Lingkungan dan Produk Ramah Lingkungan Masyarakat mulai membicarakan efek negatif dari dampak produk-produk yang proses produksinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA), dengan satu premis bahwa reaksi
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan
302 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Pendahuluan Pada bab lima ini disampaikan simpulan hasil penelitian serta kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan keterbatasan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara berubah, tentunya kehidupan masyarakat juga akan berubah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dalam bangsa dan Negara tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan teknologi informasi salah satunya adalah pengguna atau pemakai. Pengguna merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Banyak perusahaan yang mulai beralih untuk mendesain produk-produk hijau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Produk Hijau Banyak perusahaan yang mulai beralih untuk mendesain produk-produk hijau dengan memusatkan perhatian pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perilaku ramah lingkungan kini menjadi tren di kalangan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kosmetik merupakan industri yang inovatif dan memiliki prospek yang menguntungkan dilihat dalam tingkat penjualan maupun permintaan dari konsumen yang semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Schiffman, et. all dalam Anoraga (2008) menyebutkan bahwa mempelajari dan memahami perilaku konsumen merupakan dasar dari manajemen pemasaran. Perilaku konsumen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam persaingan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antar perusahaan membuat produsen harus berfikir lebih keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam persaingan yang semakin kompetitif ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membuat pihak-pihak di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi sangat tajam pada semua bidang usaha, baik usaha di pasar domestik maupun di pasar internasional. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan dokumen evaluasi perguruan tinggi menjadi masalah tersendiri ketika informasi dan data yang dibutuhkan masih dalam bentuk manual (kertas). Pengumpulan data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion adalah istilah umum untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap wanita ingin tampil
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. DEFINISI KONSEP Tujuan apapun yang dipilih dalam suatu penelitian harus berpijak pada teori dan konsep-konsep yang sudah ada. Teori yang rasional dan sistematis mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern tidak lagi hanya membeli produk dan jasa, sebaliknya konsumen membeli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam berbagai industri, cara pemasaran perusahaan telah bergeser dari tradisional fitur dan manfaat menjadi penciptaan pengalaman bagi konsumen (Schmitt, 1999). Literature
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. usaha organisasi atau perusahaan dalam mendesain, promosi, harga dan distribusi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Green marketing Green marketing (pemasaran hijau) sebagai salah satu usaha strategis dalam menciptakan suatu bisnis yang berbasis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia kerja, perubahan dan tantangan terus berganti seiring dengan perkembangan industri. Keadaan ini menuntut sebuah perusahaan untuk selalu produktif. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buah-buahan dan sayur-sayuran adalah cara yang baik dalam mewujudkan gaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat sudah menjadi trend di masyarakat dunia termasuk juga Indonesia. Tidak hanya menjaga kesehatan dengan berolah raga tetapi juga mengkonsumsi makanan-makanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori
Lebih terperinciBAB Latar Belakang
BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era perkembangan informasi saat ini berkembang sangat pesat seiring
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perkembangan informasi saat ini berkembang sangat pesat seiring terjadinya ledakan informasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA
ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerimaan nasabah dalam hal niat menabung mereka pada produk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini mengemukakan menurut pandangan mereka masing-masing. Kotler dan Amstrong (2008: 5) mengartikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari uraian sebelumnya dan merupakan intisari dari hasil penelitian serta jawaban dari persoalan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan beberapa uraian singkat penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hand & body lotion. Merek, jenis dan fungsi hand & body lotion sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini perkembangan ekonomi sangatlah pesat. Salah satunya dibidang produk-produk perawatan tubuh yaitu hand & body lotion.
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR
ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR Nama : Archita Ferina Setianing NPM : 11211043 Jurusan :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup semakin meningkat dengan banyaknya berbagai isu-isu global mengenai lingkungan hidup.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Swidi(2012) Sikap konsumen berdasarkan teori perilaku yang direncanakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian sikap Swidi(2012) Sikap konsumen berdasarkan teori perilaku yang direncanakan dirasakan perasaan menguntungkan atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, pertanian, ekonomi dan bisnis, telah menjadi issue sentral di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan lingkungan dan kesehatan yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh aktivitas manusia, baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook
Lebih terperinci