IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 58 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administrasi Pemerintahan dan Wilayah Pelayanan Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cianjur. Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di Utara, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut di sebelah Timur, Samudra Hindia di Selatan, dan Kabupaten Sukabumi di sebelah Barat. Kabupaten Cianjur terdiri atas 32 Kecamatan dengan 348 Desa/Kelurahan. Pusat pemerintahan terletak di Kecamatan Cianjur. Ke-32 kecamatan tersebut, yaitu : Agrabinta, Leles, Bojongpicung, Campaka, Campaka Mulya, Cianjur, Ciranjang, Cibeber, Cibinong, Cidaun, Cikadu, Cikalongkulon, Cilaku, Cugenang, Kadupandak, Cijati, Karangtengah, Mande, Naringgul, Pacet, Cipanas, Pagelaran, Sindangbarang, Sikaluyu, Sukanagara, Sukaresmi, Takokak, Tanggeung, Warungkondang, dan Gekbrong. Secara geografis wilayah Kabupaten Cianjur terbagi dalam 3 bagian : Wilayah Cianjur Utara, Wilayah Cianjur Tengah, dan Wilayah Cianjur Selatan. Wilayah Cianjur Utara yang merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian sekitar m di atas permukaan laut. Wilayah Cianjur Utara meliputi daerah Puncak dengan ketinggian sekitar m, Kota Cipanas (Kecamatan Cipanas dan Pacet) dengan ketinggian sekitar m, serta Kota Cianjur dengan ketinggian sekitar 450 m di atas permukaan laut. Sebagian wilayah Cianjur Utara merupakan dataran tinggi pegunungan dan sebagian lainnya merupakan perkebunan dan persawahan. Di bagian barat (dekat zona Bogor) terdapat Gunung Salak dengan ketinggian 2.21 m yang merupakan gunung api termuda yang sebagian besar permukaannya ditutupi bahan vulkanik.

2 59 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Cianjur Wilayah Cianjur Tengah merupakan perbukitan, tetapi juga terdapat dataran rendah persawahan, perkebunan yang dikelilingi oleh bukit-bukit kecil yang tersebar dengan keadaan struktur tanahnya yang labil. Wilayah Cianjur Selatan yang terdiri dari tujuh kecamatan merupakan dataran rendah yang terdiri dari bukit-bukit kecil dan diselingi oleh pegunungan-pegunungan yang melebar ke Samudra Indonesia. Di antara bukit-bukit dan pegunungan tersebut terdapat pula persawahan dan ladang huma. Dataran terendah di selatan Cianjur mempunyai ketinggian sekitar 7 m di atas permukaan laut. Wilayah Cianjur Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Sindangbarang, Agrabinta, Cidaun, Cibinong, Leles, Naringgul, dan Cikadu.

3 Kondisi Fisik Wilayah Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Propinsi Jawa Barat yaitu diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur adalah pegunungan kecuali di bagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan ini ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang adalah Sungai Cibuni yang bermuara di Samudra Hindia. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur seluas 361,435 Ha, pemanfaatannya meliputi 83,034 Ha (23.71%) berupa hutan produktif dan konservasi; 58,101 Ha (16.59%) berupa tanah pertanian lahan basah; 97,227 Ha (27.76%) berupa lahan pertanian kering dan tegalan; 57,735 Ha (16,49%) berupa tanah perkebunan; 3,500 Ha (0.10%) berupa tanah dan penggembalaan/pekarangan; 1,239 Ha (0.035 %) berupa tambak/kolam; 25,261 Ha (7.20 %) berupa pemukiman/pekarangan; dan 22,483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain. Keanekaragaman sumberdaya alam merupakan modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. 4.3 Struktur Perekonomian Struktur perekonomian wilayah Kabupaten Cianjur masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor pertanian dalam PDRB atas dasar harga konstan selama periode berada diatas 40 persen, sementara sektor lain seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang peranan rata-rata diatas 25 persen. Sektor terkecil adalah sektor jasa yaitu mendorong PDRB Kabupaten Cianjur hanya sebesar 9-10 persen.

4 61 Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Tahun Tahun Uraian PDRB adh konstan (miliar Rp) Kontribusi sektor Pertanian (%) 45,90 44,77 43,79 44,47 42,43 Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan 25,30 25,91 26,42 26,31 27,55 restoran (%) Kontribusi sektor Jasa-jasa (%) 9,78 9,92 9,98 9,84 9,97 Ket : *)angka sangat sementara estimasi triwulan IV 2010 Sumber : BPS Cianjur, Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kontribusi sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar dalam mendorong PDRB Kabupaten Cianjur, akan tetapi pertumbuhannya terus menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Cianjur telah mengalami perubahan. Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 kontribusi sektor pertanian sudah berkembang bukan hanya bertumpuh pada sektor pertanian melainkan juga pada sektor-sektor yang lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup positif. Laju pertumbuhan PDRB adalah salahsatu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pada kurun waktu , laju pertumbuhan ekonomi (LPE) berfluktuasi. LPE tetap tumbuh namun sedikit mengalami perlambatan kinerja. Hal tersebut sesuai dengan ratarata pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sebesar 3.96 persen. Adapun LPE pada tahun 2006 sebesar 3,34 persen sedangkan pada tahun 2007 menjadi 4,18 persen. Kemudian pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 4,04 persen, namun angka ini kembali sedikit meningkat menjadi 4,05 persen pada Tahun 2009 dan pada Tahun 2010 meningkat menjadi 4,21 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Cianjur didukung dengan terkendalinya laju inflasi. Inflasi tahun 2006 adalah sebesar 6,02 persen, sedangkan inflasi pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

5 62 yaitu menjadi 5,27 persen. Pada tahun 2008 inflasi mengalami peningkatan menjadi 6,8 persen dan Tahun 2009 turun kembali menjadi 6,4 persen dan penurunan terus berlanjut hingga tahun 2010 menjadi 6,07 persen. Peningkatan LPE yang cukup signifikan diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan dan jumlah pengangguran di kabupaten Cianjur, namun proporsi peningkatan pertumbuhan ekonomi secara makro tersebut belum sepenuhnya dapat mempengaruhi proporsi penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka di kabupaten Cianjur. Struktur perekonomian kabupaten Cianjur didominasi oleh sektor pertanian, Pertumbuhan sektor pertanian didukung oleh pertumbuhan lima sub sektor yaitu pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, peternakan dan perhutanan. Sektor pertanian tanaman bahan makanan adalah sub sektor yang sangat menonjol. Atas dasar harga konstan 2000, lebih dari 70 persen PDRB sektor pertanian berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan, sedangkan untuk sub sektor peternakan menempati urutan kedua dengan memberikan kontribusi pada tahun 2010 sebesar 32,95 persen. Subsektor perikanan menempati urutan ketiga yaitu memberikan kontribusi sebesar 2,15 persen. Hal tersebut terlihat dalam Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Distribusi Persentase Sektor Pertanian Terhadap PDRB Atas Harga Konstan No. Lapangan Usaha PERTANIAN 45,90 44,77 43,79 44,47 42,43 1. Tanaman Pangan 35,65 34,72 33,91 34,86 32,95 2. Perkebunan 1,03 1,07 1,12 1,06 1,02 3. Peternakan 6,57 6,36 6,16 6,02 6,11 4. Kehutanan 0,31 0,30 0,30 0,29 0,20 5. Perikanan 2,34 2,32 2,30 2,24 2,15 Sumber : RPJMD Kab.Cianjur Berdasarkan Tabel 4.2 untuk kurun waktu tahun sektor pertanian pertumbuhannya negatif yaitu sebesar 0,57 persen. Sub sektor yang pertumbuhannya negatif yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,51 persen dan

6 63 subsektor kehutanan sebesar 27,64 persen. Sedangkan yang pertumbuhannya positif yaitu subsektor perkebunan yaitu sebesar 0,07 persen, peternakan sebesar 5,78 persen dan perikanan sebesar 0,15 persen. Subsektor peternakan merupakan subsektor yang terdapat dalam sektor pertanian yang pertumbuhannya tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan Propinsi yang menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah yang akan dikembangkan untuk pengembangan kluster sapi potong. 4.4 Potensi Sumberdaya Daerah Potensi Sumberdaya Manusia Pada umumnya jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan potensi yang besar bagi pembangunan wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil susenas Tahun 2010 penduduk usia 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja yaitu sebesar jiwa. Angka tersebut dibagi dua yaitu yang bekerja sebanyak jiwa dan pengangguran sebanyak jiwa. Angkatan kerja yang bergerak di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan mencapai 49,79 persen; industri 7,63 persen; perdagangan, rumah makan, dan hotel 19,84 persen; jasa kemasyarakatan 8,37 persen; dan lainnya 14,36 persen. Dengan demikian sektor pertanian menyerap tenaga terbesar yang disusul oleh sektor perdagangan sebesar 19,84 persen. Pertanian, kehutanan, perb uruan, dan perikanan Industri Perdagangan, rumah makan, dan hotel Jasa kemasyarakatan Lainnya Sumber : Kab.Cianjur dalam Angka 2011, diolah Gambar 4.2 Jumlah Angkatan Kerja berdasarkan Sektor Usaha di Kabupaten Cianjur Tahun 2010

7 64 Dilihat dari sex ratio menurut jenis kelamin selama lima tahun memperlihatkan perbandingan antara penduduk kelamin laki-laki dengan kelamin perempuan menunjukkan bahwa kelamin laki-laki lebih banyak bila dibandingkan kelamin perempuan. Tahun 2010, secara keseluruhan Kabupaten Cianjur memiliki sex ratio 107,15. Artinya setiap kelamin perempuan sebanding dengan kelamin laki-laki. Pada Tahun 2011 konsentrasi penduduk tertinggi di Kabupaten Cianjur terdapat di wilayah Cianjur Utara, yaitu di Kecamatan Cianjur (7,3%) atau jiwa/km 2, Karangtengah (6,19%), dan Cibeber (5,34%). Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Cianjur bagian Selatan yaitu di kecamatan Campakamulya dengan sebaran 1,09 persen. Dari gambaran kepadatan penduduk tersebut, menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur sebagai berikut : 1. Faktor sosiologis, misalnya perkawinan 2. Faktor ekonomis, yaitu adanya kecenderungan bagi penduduk untuk mencari daerah yang paling menguntungkan untuk berusaha 3. Faktor geografis, yaitu berkaitan dengan kondisi alam (misalnya : daerah subur untuk pertanian) Komposisi penduduk menurut pendidikan pada Tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk usia 10 Tahun ke atas yang berstatus pendidikan tidak/ belum tamat sekolah sebanyak 1,87 persen dari keseluruhan penduduk. Angka 1,87 persen tersebut menurun dari Tahun 2009, dimana penduduk usia 10 tahun ke atas yang berstatus tidak/belum tamat sekolah adalah sebesar 2,62 persen. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat melek huruf penduduk Kabupaten Cianjur semakin berkembang karena adanya pergeseran status pendidikan yang ditamatkan. Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan potensi sumberdaya manusia di Kabupaten Cianjur masih tergolong rendah. Dengan demikian diperlukan instrumen kebijaksanaan yang tepat di bidang peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui peningkatan kesempatan memperoleh pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan informal. Rincian penduduk di

8 65 Kabupaten Cianjur usia 10 Tahun ke atas menurut status pendidikan pada tahun 2010 dan 2011 disajikan pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas di Kabupaten Cianjur berdasarkan Status Pendidikan No. Pendidikan Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Tidak/ Belum Sekolah SD/ MI SLTP/ MTs SLTA/Ma Perguruan tinggi Tidak bersekolah lagi Jumlah Sumber : Kabupaten Cianjur dalam Angka, 2011 Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur pada Tahun 2010 adalah jiwa. Partisipasi angkatan kerja sektoral menunjukkan bahwa Tahun 2010 angkatan kerja banyak terserap di sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan sektor yang paling sedikit menyerap angkatan kerja adalah sektor pertambangan/galian Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Cianjur memiliki potensi sumberdaya alam yang besar dan beragam. Secara umum, Kabupaten Cianjur memiliki potensi pertanian seluas Ha, poetnsi hutan produktif dan konservasi seluas Ha, potensi perkebunan seluas Ha, potensi tambak / kolam seluas Ha, potensi tanah dan penggembalaan atau pekarangan seluas Ha. Dalam hal sumberdaya pertambangan, Kabupaten Cianjur memiliki potensi alam bahan tambang yang beraneka ragam, baik bahan tambang logam maupun non logam. Untuk bahan non logam di antaranya adalah feldspar, batu gamping dan bahan tambang galian C lainnya. Sedangkan bahan tambang logam berupa emas dan biji besi. Sebagian besar sumberdaya mineral di Kabupaten Cianjur

9 66 termasuk kategori bahan galian C. Bahan galian tersebut tersebar di 21 kecamatan, 8 kecamatan di antaranya dapat diprioritaskan sebagai daerah potensial untuk pengembangan. Sumberdaya bahan galian golongan C terdiri dari batu gunung, batu belah, batu pecah, batu kapur, batu lempung, bentonit, pasir sungai, pasir gunung, tanah urug, dan batu apung. Potensi pertambangan di wilayah Cianjur Selatan adalah usaha pertambangan pasir besi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur, pada Tahun 2011 Kabupaten Cianjur telah mengeluarkan izin eksplorasi terhadap tiga pengusaha pasir besi. Eksploitasi pasir besi yang terjadi di wilayah Cianjur Selatan adalah dari pertambangan rakyat, dimana pertambangan tersebut mengandalkan surut laut untuk ekploitasinya. Tabel 4.4 Sumberdaya Mineral yang sudah Dieksploitasi di Kabupaten Cianjur Tahun No Uraian (Ton) Tambang emas Tambang bijih/pasir besi Tambang bahan galian C Sumber : Dinas Pengelolaan SDA dan Pertambangan Kab. Cianjur Tahun 2011 Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Kabupaten Cianjur relatif kecil, yaitu 0,12 persen. Namun dari Tahun pertumbuhan dari sektor pertambangan cukup pesat yaitu mencapai rata-rata 4,62 persen. Potensi perikanan di Kabupaten Cianjur cukup besar. Hal ini terbukti dengan adanya usaha budidaya di Kolam Air Tenang (KAT), Kolam Air Deras (KAD), Mina Padi, Karamba, dan Jaring Apung serta usaha pembenihan. Di pihak lain, potensi kelautan yang di antaranya berupa potensi ikan hasil tangkapan laut serta budidaya rumput laut masih perlu penguatan untuk pengembangannya. Misi utama pengembangan sub sektor perikanan antara lain meningkatkan konsumsi ikan per kapita. Konsumsi ikan pada tahun 2009 adalah sebesar 14,17

10 67 kg/tahun dan tahun 2010 adalah sebesar 14,7 kg/tahun, jauh di bawah angka nasional 25,6 kg/tahun. Dibandingkan tahun 2009, konsumsi ikan per kapita mengalami penurunan hingga 15 kg/tahun. Jenis ikan yang dominan diproduksi adalah ikan mas dan nila. Disamping itu jenis ikan sidat mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat menyaingi udang. Potensi sumberdaya alam yang dominan di Cianjur Selatan produksi ikan laut. Hal ini didorong oleh kondisi geografis beberapa kecamatan di Cianjur Selatan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Jenis ikan laut yang diproduksi di Cianjur Selatan adalah kakap merah, tongkol, banjar, tenggiri, layur, dan ikn laut lainnya. Tiga kecamatan di Cianjur Selatan yang memproduksi ikan laut adalah kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung, yaitu Kecamatan Agarabinta, Kecamatan Cidaun, dan Kecamatan Sindangbarang. Potensi lain yang terbesar di wilayah Cianjur Selatan adalah di sektor pertanian terutama tanaman pangan. Pada Tahun 2010, wilayah Cianjur Selatan memproduksi 31 persen tanaman padi sawah dari keseluruhan tanaman padi yang diproduksi di Cianjur Selatan. Dari sektor pariwisata, Kabupaten Cianjur memiliki daya tarik wisata yang tersebar di berbagai wilayah. Wilayah utara merupakan wilayah dengan kawasan termaju. Hal ini didorong dengan adanya kawasan Puncak. Puncak merupakan kawasan wisata andalan Propinsi Jawa Barat. Di wilayah Cianjur bagian selatan potensi pariwisata yang dikembangkan adalah wisata pantai yaitu Pantai Apra dan Pantai Jayanti. Dengan ditunjang komponen pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Cianjur pada Tahun 2010 adalah sebesar wisatawan. Sedangkan dilihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDRB adalah sebesar 0,16 persen Potensi Perdagangan dan Perindustrian Potensi perdagangan dan perindustrian dapat dilihat dari banyaknya pusat perdagangan dan tempat keramaian serta jumlah investasi yang ditanamkan di Kabupaten Cianjur. Menurut data dari BKPPMD Propinsi Jawa Barat pada Tahun 2010 tercatat ada 45 investor yang terdiri dari 4 investor berskala PMA dan 41 investor berskala PMDN. Jenis usaha yang berasal dari PMA adalah industri air

11 68 minum kemasan 1 buah dan peternakan unggas sebanyak 3 buah. Sedangkan investasi yang berasal dari PMDN terdiri dari perumahan 1 buah, mini market 18 buah, pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) 8 buah, wisata alam kolam pancing dan kolam renang 1 buah, SPBE 2 buah, peternakan ayam 2 buah, pasar desa 1 buah pertokoan 2 buah, pabrik 2 buah, percontohan pertanian 1 buah, wisma 1 buah klinik rawat inap 1 buah, dan hotel dan restoran 1 buah. Total investasi yaitu sebesar Rp 530,5 Miliar dengan rincian PMA sebesar Rp 315 Miliar dan PMDN Rp 215,5 Miliar. Tabel 4.5 Total Investasi di Kabupaten Cianjur Tahun 2010 No Pemohon (investor) Jumlah Luas (m2) Investasi (Milyar) Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) 1 PMA PMDN Jumlah Sumber : Kantor Pelayanan Izin Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Cianjur Peranan investasi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Cianjur adalah sebsar persen. Di bidang perdagangan, kontribusi perdagangan terhadap pembentukan PDRB total menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Dilihat dari output yang dihasilkan, peranan sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Cianjur relatif besar yaitu sebesar 27,55 % pada tahun 2010 dengan pertumbuhan rata-rata yang cukup besar sekitar 6,01% untuk setiap tahunnya ( ). Grafik berikut ini menunjukkan perkembangan nilai dan pertumbuhan PDRB sektor perdagangan.

12 69 2,500, ,000, ,500, ,000, , Sumber : RPJMD Kab. Cianjur Tahun Gambar 4.3 Perkembangan Nilai PDRB Sektor Perdagangan Tahun (Rupiah) Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatan peranan sektor perdagangan dalam perekonomian daerah diantaranya dengan melakukan pembinaan terhadap pelaku perdagangan baik pedagang formal maupun pedagang informal yang saat ini tercatat sebanyak 2146 pelaku pedagang. Upaya pembinaan yang telah dilakukan diantaranya melalui sosialisasi peraturan mengenai perdagangan, pelatihan kapasitas pelaku perdagangan dan lain-lain. Pembangunan bidang perindustrian di Kabupaten Cianjur ditandai oleh berkembangnya industri kecil dan menengah yang menjadi salah satu tumpuan perekonomian di Kabupaten Cianjur. Peningkatan peranan industri terutama untuk industri kecil dan menengah dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDRB kabupaten Cianjur. Dilihat dari output yang dihasilkan, peranan sektor indutri terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Cianjur masih relatif kecil hanya sebesar 3,01% pada tahun 2010 namun menunjukkan pertumbuhan rata-rata yang cukup besar sekitar 6,45% untuk setiap tahunnya ( ). Perkembangan PDRB sektor industri ini berasal dari sub sektor industri non migas yang didominasi oleh industri kecil dan menengah.

13 70 Tabel 4.6 Perkembangan Nilai PDRB Sektor Industri Kabupaten Cianjur Tahun Tahun PDRB Total PDRB Kontribusi Pertumbuhan Sektor Terhadap PDRB Sektor Industri Industri Total , ,03 2, , ,90 6,19 2, , ,96 6,75 2, , ,73 7,22 2, , ,76 1,91 2, , ,66 13,2 3,01 Sumber : BPS Kabupaten Cianjur, 2010

14 Kebijakan Pembangunan Daerah Kebijakan Pembangunan Cianjur Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Cianjur adalah : Mewujudkan wilayah Kabupaten Cianjur yang produktif dan berkualitas bagi kehidupan dengan memanfaatkan sumber daya berbasis pertanian dan pariwisata secara efisien serta berkelanjutan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Cianjur terdiri atas : 1. Perwujudan pengembangan wilayah yang berorientasi meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah; 2. Pengembangan ruang terintegrasi fungsional yang dikombinasikan dengan pengembangan agribisnis dan pariwisata dan berorientasi pada pemerataan pembangunan antarwilayah dalam konstelasi wilayah Kabupaten Cianjur; 3. Pengaturan dan pengendalian pusat kegiatan dan pelayanan di WP Utara dan pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di WP Tengah dan WP Selatan berdasarkan peran dan fungsi yang ditetapkan dengan mengoptimalkan potensi dan peluang yang dimilikinya. 4. Pemantapan prasarana wilayah di WP Utara dan pengembangan prasarana wilayah pada WP Tengah dan WP Selatan yang didorong perkembangannya untuk akselerasi pencapaian struktur ruang yang direncanakan; 5. Perwujudan kawasan lindung seluas kurang lebih 60% (enam puluh persen) dari total luas wilayah Kabupaten Cianjur dan pengembangan kawasan budidaya dengan mengoptimalkan kurang lebih 40% (empat puluh persen) dari total luas wilayah; 6. Perlindungan terhadap manusia dan kegiatannya dari bencana alam, dengan perwujudan rencana sistem prasarana wilayah berupa jalur dan ruang evakuasi bencana dan sarana atau prasarana evakuasi lainnya; 7. Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

15 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengembangan wilayah di Kabupaten Cianjur sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Cianjur Tahun , sesuai dengan karakteristik wilayah dan ragam kegiatan potensial yang dapat dikembangkan maka Kabupaten Cianjur dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan meliputi Wilayah Pembangunan (WP) Utara, WP Tengah dan WP Selatan. Berikut adalah matriks yang menggambarkan rencana WP dengan tema dan fokus pembangunan untuk setiap WP yang bersangkutan. Sistem perkotaan Kabupaten Cianjur terdiri dari : (1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi : a. PKL Perkotaan Cianjur, dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat koleksi dan distribusi, pusat pendidikan, pusat perdagangan, pusat jasa dan pelayanan masyarakat; b. PKL Perkotaan Sindangbarang dengan fungsi utama sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan pertambangan; c. PKL Perdesaan Sukanagara, dengan fungsi utama sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perkebunan, pusat industri kecil menengah dan pertambangan. d. Tabel 4.7 Rencana Wilayah Pembangunan, Tema dan Fokus Pembangunan Wilayah Pembangunan WP Utara : Sukaresmi, Pacet, Cipanas, Cugenang, Cianjur, Karangtengah, Mande, Cikalongkulon, Haurwangi, Ciranjang, Bojongpicung, Sukaluyu, Cilaku, Warungkondang, Fungsi Kegiatan Pusat Tema Fokus Pembangunan (Sektor Kegiatan Unggulan) PKWp Cianjur Mengendalian Pembatasan kegiatan Pemerintahan PKL perkembangan perkotaan di kawasan Pertanian Perkotaan kawasan puncak puncak Perikanan Cipanas serta Penataan dan Perlindungan Pariwisata pengembangan kawasan konservasi Perdagangan kawasan perkotaan Mengurangi dan jasa Cianjur sebagai terjadinya alih fungsi Pendidikan pusat utama lahan IKM kegiatan Penataan infrastruktur

16 73 Wilayah Pembangunan Pusat Kegiatan Tema Fokus Pembangunan Fungsi Kegiatan (Sektor Unggulan) Gekbrong dan Cibeber perekonomian perkotaan di wilayah Kecamatan Cianjur dan sekitarnya Menciptakan kegiatan perkotaan yang produktif WP Tengah : Campaka, Campakamulya, Takokak, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Sukanagara, dan Tanggeung PKL Perdesaan Sukanagara Mendorong wilayah tengah sebagai pusat kegiatan produksi berbasis agribisnis WP Selatan : PKL Meningkatkan Cibinong, Leles, Perkotaan perkembangan Agrabinta, Sindangbarang wilayah selatan Sindangbarang, dalam upaya Cidaun, Cikadu, dan mendukung Naringgul pengembangan Jabar Selatan melalui sektor2 produktif Sumber : RPJMD Kab. Cianjur Tahun Pengembangan jaringan infrastruktur strategis Penyediaan sarana sosial dan ekonomi Pengembangan sektor-sektor potensial Mengurangi terjadinya alih fungsi lahan Menciptakan integrasi pengembangan kawasan Memperkuat interaksi antara kawasan Penyediaan sarana dan prasarana (terutama jalan) Pertanian Perkebunan IKM Pertambangan Pertanian Perikanan Pariwisata Pertambangan (1) PKL promosi yaitu Perkotaan Cipanas dengan fungsi utama sebagai pengolahan hasil pertanian, peternakan, pusat jasa pariwisata, perdagangan dan jasa dan pusat industri kecil menengah.

17 74 (2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan beberapa kecamatan serta menunjang kota meliputi : a. Wilayah Utara : PPK Pacet; PPK Ciranjang; dan PPK Warungkondang. b. Wilayah Tengah : PPK Pagelaran; dan c. Wilayah Selatan : PPK Cidaun. (3) Sedangkan untuk Sistem Perdesaan, terdiri dari Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dengan fungsi sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar desa, yang meliputi : a. Wilayah Utara : PPL Cikalongkulon; dan PPL Bojongpicung. b. Wilayah Tengah : PPL Takokak; dan PPL Campakamulya. c. Wilayah Selatan : PPL Cibinong; PPL Naringgul; dan PPL Agrabinta. Perwujudan penataan ruang 5 tahun ke depan yang diharapkan adalah terselenggaranya persiapan dalam pengembangan sistem perkotaan baik PKL, PPK, maupun PPL sebagaimana dijelaskan di atas. Hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk pusatpusat pertumbuhan dimaksud dan peraturan zonasi, penataan infrastruktur kecamatan, serta penataan fasilitas perdagangan dan jasa skala kota/desa. Penataan infrastruktur kecamatan diprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang mempunyai peran sebagai pusat pertumbuhan PKL, PPK, dan PPL.

18 75 PKN Jakarta PPK Pacet PPL Mande Jonggol Purwakarta PKL Cipanas PKWp Cianjur PPK Ciranjang PKN Bandung PPK Wrkondang PPL BjPicung PKW Sukabumi PPL Takokak PKL Sknagara PPL CmpMulya Kab Bandung Arteri Primer Kolektor Primer Lokal Primer PPK Pagelaran PPL Naringgul PPL Cibinong Palabuhan Ratu PPL Agrabinta PKL SdBarang PPK Cidaun Kab Garut Sumber : RPJMD Kab. Cianjur Tahun Gambar 4.4 Skematik Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Kabupaten Cianjur Pemekaran Wilayah Cianjur Selatan Pembentukan daerah otonom pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dalam prosesnya, pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan mutlak diperlukan. Berdasarkan UU 32 Tahun 2004 hasil revisi UU Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa : Daerah otonomi, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

19 76 dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya diatur dalam pasal 5 ayat 4 dikatakan bahwa syarat teknis pembentukan daerah berdasarkan pertimbangan kemauan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Menurut pemerintah Propinsi Jawa Barat (2004), penilaian kemampuan daerah sangat penting dalam menetukan langkah pembinaan guna meningkatkan kemampuan daerah kabupaten/kota. Pola pembinaan terhadap kabupaten/kota yang dapat dipilih adalah mengintervensi variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadap kemampuan daerah. Diasmping itu, pembinaan juga ditujukan untuk merumuskan kebijakan atau tindakan terhadap dampak negatif dari intervensi yang dilakukan. Adapun prioritas intervensi diarahkan pada variabel potensi daerah, kemampuan ekonomi, dan pemanfaatan luas daerah disamping variabel lain yang memungkinkan dilaksanakannya otonomi daerah serta pembangunan sosial budaya dan sosial politik di daerah kabupaten/kota. Pembentukan dan pemekaran wilayah kabupaten atau kota di lingkungan pemerintah Propinsi Jawa Barat telah dinyatakan secara resmi dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 31 Tahun 1990 tentang Pola Induk Pengembangan Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam Jangka Panjang (25-30 tahun). Kajian terhadap kemampuan Daerah Otonom dalam pelaksanaan Otonomi Daerah telah dilaksanakan oleh PKP STPDN bekerjasama dengan pemerintah Propinsi Jawa Barat pada Tahun Secara rinci Depdagri (2010) menjelaskan bahwa alasan-alasan yang mendasari keinginan untuk pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru adalah alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, alasan historis, alasan cultural atau budaya, alasan ekonomi, alasan anggaran, dan alasan keadilan. Terkait dengan usulan pembentukan daerah otonom baru Cianjur selatan, alasan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, alasan anggaran dan alasan ekonomi serta keadilan merupakan keempat alasan yang menjadi pertimbangan utama. Sementara lasan cultural atau budaya dan alasan historis dinilai tidak terlalu mempengaruhi. Hal ini bisa dilahit dari struktur budaya dan

20 77 latar belakang sejarah antar daerah usulan cianjur selatan dengan daerah induk (Cianjur Utara) tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dinilai menjadi pertimbangan utama dalam usulan pembentukan daerah otonom baru Cianjur Selatan, karena sejauh ini jarak atau rentang kendali antara pusat-pusat pelayanan baik fasilitas social, ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang terlampau jauh, hal itu disebabkan terkonsentrasinya pusat-pusat pelayanan di Cianjur utara, dan minimnya pusat pelayanan kebutuhan dasar masyarakat di Cianjur Selatan. Pertimbangan ekonomi kemudian menjadi alasan selanjutnya dalam usulan pemekaran ini, hal ini dimaksudkan agar dengan adanya pemekaran pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan bisa berjalan dengan baik dan mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini didasarkan pada fakta dan kondisi saat ini, dimina wilayah pembangunan Cianjur Selatan seluruhnya menjadi wilayah yang tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah pembangunan Cianjur Utara dan Cianjur Tengah. Selain itu pertimbangan anggaran dan keadilan menjadi isu yang menguat dalam usaha pemekaran ini. Dengan anggaran yang secara mandiri diterima oleh daerah pemekaran atau daerah otonom baru, baik anggaran yang bersumber dari daerah induk maupun yang bersumber dari DAU dan DAK diharapkan proses pembangunan daerah bisa lebih baik. Sedangkan argumnetasi keadilan, lebih kepada pertimbangan pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pengisian jabatan public yang diharapkan bisa diduduki sumber daya manusia setempat yang memiliki kapasitas dan sumber daya memadai (Komite Pembentukan Kab. Cianjur Selatan, 2010). Alasan-alasan itulah yang menjadi dasar bagi masyarakat Cianjur Selatan untuk mengusulkan pembentukan daerah otonom baru cianjur selatan. Usulan ini setidaknya pernah dilakukan dalam dua kesempatan; pertama, pada tahun 1998 dan mendapat respon yang postif dari para pengambil keputusan di lingkungan pemerintah daerah Kab. Cianjur. Hal itu terlihat dengan lahirnya hasil paripurna DPRD Cianjur yang menyetujui pemekaran Cianjur Selatan (Arsif DPRD, 2000). Kedua, usulan pemekaran atau pembentukan daerah otonom baru Cianjur Selatan kembali menguat pada tahun Usulan yang kedua kalinya ini dinilai

21 78 lebih massif dan mendapat dukungan public secara luas. Hal itu terlihat, dengan adanya rekomendasi dan persetujuan dari seluruh kepala desa dan ketua BPD di Wilayah Cianjur selatan yang menjadi Usulan Kabupaten Cianjur Selatan. Selain itu, usulan pemekaran ini juga direspon positif oleh DPRD Cianjur dan Pemerintah Daerah.

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur 64 Lampiran. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan P.Keliling P.Keliling No. Nama Kecamatan Desa TK SD SLTP SMA SMK RA MI MTs MA RS Puskesmas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR BUPATI CIANJUR KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG BESARNYA UANG PERSEDIAAN (UP) BAGI ORGANISASI PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN 147 IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN Beberapa permasalahan yang terjadai dalam proses pembangunan wilayah di Kabupaten Cianjur diantaranya

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950 BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR,

Lebih terperinci

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR 79 V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH Jalan Raya Bandung KM 2 Sadewata Cianjur Telp/Fax. (0263) 265295 e-mail : bkd@cianjurkab.go.id Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) , Fax. : (0263) Homepage :

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) , Fax. : (0263) Homepage : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : http://cianjurkab.bps.go.id E-mail : bps3203@bps.go.id KEPALA BPS KABUPATEN

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 282.964 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 65 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2013 ISSN : 0215-4196 Nomor Publikasi : 32.03.13.06 Katalog BPS : 1102001.3203 Ukuran Buku : 25,5 cm x 18 cm Jumlah Halaman : 356 + xi N a s k a h : Seksi IPDS BPS Kab.Cianjur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : E-mail : bps3203@bps.go.id KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2015 ISSN

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kemampuan dalam menanggulangi bencana alam sangat diperlukan untuk bertahan hidup di wilayah yang rawan bencana. Kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap individu

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek lokasi Wiasata Pantai Sereg yang terletak di Kampung Panglayungan, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2014 P E M E R I N T A H K A B U P A T E N C I A N J U R J l. S i t i J e n a b N o. 3 1 C i a n j u r 4 3 2 1 1 1 T e l p. 0 2

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN. Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan

BUKU STATISTIK KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN. Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan 1 Pemerintah Kabupaten Cianjur BUKU STATISTIK KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN Jl. Pangeran Hidayatullah No. 154 Cianjur 43215 Telp. (0263) 290499, 2283163 i KATA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemekaran daerah atau desentralisasi merupakan sebuah aspirasi masyarakat untuk kemajuan daerahnya sendiri dimana daerah otonom baru mempunyai kewenangan sendiri untuk

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : E-mail : bps3203@bps.go.id KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2014 ISSN :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci