Modul #04. Susunan Antena. Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul #04. Susunan Antena. Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2008"

Transkripsi

1 Modul #4 T 343 ANTNA DAN PROPAGASI Susunan Antena Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik lektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 8

2 Organisasi Modul 3 Susunan Antena A. Pendahuluan page 3 B. Konsep Dasar Susunan page 7 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis page 6 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena

3 A. Pendahuluan Dalam kuliah Medan lektromanetika II (Telekomunikasi) kita sudah mengenal penjumlahan/ superposisi medan. Telah dikenal bahwa medan total disuatu titik merupakan superposisi dari medan- medan yang datang dititik tersebut (medan-medan datang dan/atau medan pantul). r r r r t +... Dalam hal antena, medan total (magnituda dan fasa) dari suatu susunan antena tergantung dari magnituda dan fasa dari medan-medan yang dihasilkan masingmasing elemen antena. Fasa dari medan-medan yang datang dari masing-masing elemen antena berbeda karena adanya perbedaan jarak yang ditempuh masing-masing gelombang. Jika perbedaan jarak tempuh dua buah gelombang adalah Δd, maka beda fasa antara kedua gelombang tersebut pada titik observasi adalah : π Δ β. Δ d Δ d λ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 3

4 Contoh.. A. Pendahuluan Lihat gelombang langsung dan gelombang pantul di bawah ini.. A Tx Di penerima ( titik B ), medan total t adalah penjumlahan / superposisi dari h B 1 Rx gelombang langsung dan gelombang θ h θ 1 O θ pantul Gelombang Langsung ( S1 ) ( Melalui lintasan AB ) S1 e j Beda fasa antara kedua gelombang, Δ 1 Gelombang Pantul ( S ) ( Melalui lintasan AOB ) π 1 β Δd λ S ( AOB AB ) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 4 e j β konstanta fasa( rad/m)

5 A. Pendahuluan Persamaan medan totalnya menjadi... t S1 e + j S + 1 j e j ( j + ) 1 j e e ( j ( + Δ ) + ) 1 j e 1 e Tx h 1 A B θ 1 O h θ Jika medan S1 dianggap sebagai referensi ( fasanya dianggap ), maka akan didapat persamaan : t ( jδ 1+ e ) Rx T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 5

6 A. Pendahuluan Susunan Antena Konsep Dasar Susunan a. Susunan antena isotropik untuk berbagai kasus ( amplitudo dan fasa sama, amplitudo sama fasa berbeda, amplitudo dan fasa berbeda ), meliputi : (1) persamaan medan total susunan, () penentuan letak medan maksimum dan minimum, (3) diagram arah medan dan fasa b. Prinsip perkalian diagram dan sintesa pada susunan antena sejenis, meliputi : syarat-syarat, teknik perkalian, dan sintesa Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis a. Distribusi Arus Uniform, meliputi : penurunan persamaan medan total susunan, arah maksimum dan minimum, Array Factor, gain susunan, teknik kikdesain antena b. Distribusi Arus Non Uniform, terdiri dari : (1) Susunan Binomial () Susunan Optimum (Dolph Tchebyschef), (3) Susunan dge Macam-Macam Susunan a. Susunan Distribusi Arus Kontinyu b. Susunan Antena Parasit c. Susunan Antena Log Perodik Pencatuan Susunan T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 6

7 B. Konsep Dasar Susunan B.1. Tujuan Membuat Susunan / Array Antena.. Mendapatkan diagram arah dengan pola tertentu ( beam forming ) Mendapatkan diagram arah dengan pengendalian arah tertentu (beam steering) B.. Susunan Sumber Titik Isotropis Lihat susunan sumber isotropis di bawah ini! d cosφ y d d cosφ 1 Ke titik observasi pada medan jauh φ x garis dianggap sejajar k a r e n a j a r a k titik observasi >> dimensi antena (di medan jauh) Interpretasi gambar.. sumber isotropis dipisahkan oleh jarak d Titik observasi adalah ke arah sudut φ dari sumbu horisontal (sumbu-x) Garis orientasi dari sumber- sumber isotropis menuju titik observasi dianggap sejajar karena d (jarak antar sumber isotropis) << daripada jarak antena menuju titik ik observasi T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 7

8 B. Konsep Dasar Susunan y Kasus 1 : Amplitudo dan Fasa Sama Referensi titik... Jika titik O dianggap sebagai referensi d cosφ d d cosφ 1 j e j 1 e t φ x (dianggap sbg titik dengan fasa ), maka 1 akan tertinggal sebesar : π d λ cos φ dan medan akan mendahului sebesar : π λ d cos φ Sehingga, medan gabungan t dapat dituliskan sebagai berikut : j e + t j T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 8 e

9 t t B. Konsep Dasar Susunan j j Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama e + e Medan maksimum terjadi ketika, ( d ½ λ ) t e j cos + e j π cos 1 d cos φ m λ cos φ m π 3 φm, π Medan minimum terjadi ketika, ( d ½ λ ) π 1 π cos λ cos φ λ Jadi, untuk referensi titik dengan, d r cos φ d r π π d λ φ, π mencari medan maksimum dan minimum dimaksudkan untuk menggambar diagram a arah a medan T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 9

10 B. Konsep Dasar Susunan y Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama Referensi titik 1... d cosφ 1 d j e t φ x Jika titik 1 dianggap sebagai referensi (dianggap sbg titik dengan fasa ), maka akan mendahului sebesar : π π d cos φ λ Sehingga, medan gabungan t dapat dituliskan sebagai berikut : t + e j 1 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 1

11 B. Konsep Dasar Susunan t t + e j e e j j + e j Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama cos t magnituda fasa π d cos cosφ φ Diagram λ Arah Medan Jadi, untuk referensi titik 1 t dengan, d r cos φ cos e d r j π π d λ φ Diagram Fasa π d cosφ φ λ φ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 11

12 B. Konsep Dasar Susunan Diagram arah medan Berbentuk Donat y φ Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama Diagram arah fasa o 9 f p ( φ ) referensi eee tt titik 1 referensi titik x o φ o o 9 o o 9 λ 1 π cos d cosφ λ t Lihat cara mencari arah maksimum dan minimum pada slide 9!! Ref. titik Ref. titik 1 t cos t cos magnituda T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 1 fasa

13 B. Konsep Dasar Susunan Pengaruh perbedaan fasa arus... Beda fasa pada medan-medan yang dihasilkan oleh antena yang dicatu dengan amplitudo arus yang sama di titik jauh disebabkan karena jarak relatif antara dua antena tersebut, dinyatakan oleh : π d cos φ λ Jika dua antena tersebut dicatu oleh arus dengan beda fasa tertentu, maka beda fasa antara medan-medan yang dihasilkan dinyatakan oleh : π d cos φ + Δφ λ cos φ + Δφ d r beda fasa medan karena perbedaan jarak relatif antar sumber beda fasa medan karena beda fasa arus catuan sumber Kasus : Amplitudo Sama, Beda Fasa 18 o Referensi titik... t t cos π π λ d cos φ + π π π cos d cos φ + λ Harga maksimum, d ½λ π π cos Φ m ± ( k + 1) φ, π T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 13 m

14 B. Konsep Dasar Susunan Harga minimum, d ½λ π cos φ Φ π, 3 ±kπ π Kasus : Amplitudo sama, beda fasa 18 o y φ 1 6 o Harga ½ daya, d ½λ π 1 cos.cosφ + π π cosφ 1 ± φ 1 6 diagram arah medan π ( k + 1) 4 HPBW φ 1 1 o o λ x T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 14

15 B. Konsep Dasar Susunan Kasus 3 : Amplitudo Sama, Beda Fasa 9 o Referensi titik... t t cos π π cos d cosφ + λ 4 π π d cos φ + λ Untuk menggambarkan diagram arah fungsi tidak sederhana, hitunglah h untuk nilai medan untuk nilai maksimum dan minimum, serta terutama untuk sudut-sudut istimewa. Buat tabel perhitungan sbb : φ o t (φ) y λ 1 setelah itu plot!! λ dst 4 π δ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 15 y x δ π x

16 B. Konsep Dasar Susunan Kasus Umum : Amplitudo Berbeda, Beda Fasa δ Referensi titik 1 Misal : 1 dan a Beda fasa sembarang!! Bentuk Umum : t dan, π λ 1 a sin ( 1+ a cos) + a sin tan 1+ a cos d cos φ + δ t a T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 16

17 B. Konsep Dasar Susunan B.3. Prinsip Perkalian Diagram dan Sintesa Pada Susunan Antena Sejenis a. Perkalian Diagram... Susunan antena biasanya akan terdiri dari antena-antena sejenis. Antena sejenis adalah antena yang memiliki diagram arah medan dan fasa yang sama, dan orientasinya i juga sama. Susunan dari sejumlah n antena-antena sejenis, dapat diperhatikan sebagai susunan sejumlah n sumber isotropik dengan catuan arus dan fasa tertentu, sehingga memiliki Diagram Arah dan Diagram Fasa yang terkoreksi dari diagram susunan isotropiknya. Pada susunan antena yang sejenis, dapat dipakai PRINSIP PRKALIAN DIAGRAM Untuk susunan TAK ISOTROPIK DAN/ATAU TAK SJNIS TIDAK BRLAKU PRINSIP PRKALIAN DIAGRAM T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 17

18 B. Konsep Dasar Susunan Misalkan suatu antena A(1 buah), memiliki diagram arah yang dinyatakan sebagai berikut : e f ( θ, φ ). e jf p ( θ, φ) Dan susunan sejumlah n antena isotropis memiliki diagram arah : ti F ( θ, φ).e jf p ( θ, φ) Maka, susunan sejumlah n antena A, akan memiliki diagram arah sesuai Prinsip Perkalian Diagram, sbb : te f p + p ( θ, φ) F( θ, φ) f ( θ, φ ) F ( θ, φ ) magnitude medan fasa T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 18

19 B. Konsep Dasar Susunan JD Krauss, Marhefka, RJ, Antennas For All Applications, McGraw-Hill, page-1 KOLINIR T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 19

20 B. Konsep Dasar Susunan JD Krauss, Marhefka, RJ, Antennas For AllApplications, i McGraw- Hill, page-11 SID BY SID T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena

21 B. Konsep Dasar Susunan b. Sintesa Diagram... Definisi / tujuan sintesa Problem sintesa Contoh persoalan sintesa Carilah susunan antena yang mempunyai diagram arah dengan radiasi maksimum ke arah utara (φ ) dan radiasi minimum ke timur dan barat daya Proses untuk mencari sumber atau susunan yang memberikan diagram arah sesuai keinginan designer Sintesa diagram tidak selalu sederhana dan mungkin menghasilkan susunan yang kurang realiable. Salah satu sintesa yang sederhana adalah dengan menggunakan Prinsip Perkalian Diagram nol U Barat Daya max nol T T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 1

22 B. Konsep Dasar Susunan Pada susunan primer Bentuk umum : t 1 cos π d cosφ + δ λ Misalkan kita tentukan d,3 λ cos π dengan (,3λ ) cosφ + δ,6πcosφ + δ λ o 1 Pada arah barat daya ( φ 135 ) ( k + 1) π, k,1,,... dst Maka : 1,6π δ + δ ( k + 1) π ( k + 1) π +,45π k δ 14 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena o

23 B. Konsep Dasar Susunan Pada susunan sekunder Bentuk umum : cos π λ t cos d cosφ + δ Misalkan kita tentukan d,6 λ π λ dengan (,6λ) cosφ + δ 1,π cosφ + δ Pada arah timur Jadi, medan total hasil perkalian : t 1 cos o ( φ 7 ) δ 18 ( o ) ( o,6πcosφ 14 1,π cosφ + 18 ) cos ( o o ) ( o o 54 cosφ 5 cos 18 cosφ 9 ) cos + T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 3 o

24 nol U Barat Daya max nol T Ilustrasi. Syarat Null ke barat daya (135 o )bisa ), diimplementasikan dengan susunan antena isotropik berjarak,3λ dengan beda fasa -14 o. U B. Konsep Dasar Susunan Maximum ke arah utara, null ke arah timur (-9 o 7 ) dan barat daya (135 o ) U Null ke arah timur (-9 o ), bisa diimplementasikan dengan susunan antena isotropik berjarak 6λ,6λ dengan beda fasa -18 o. U max,3λ nol,6λ,6λ nol nol nol,3λ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 4

25 B. Konsep Dasar Susunan T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 5

26 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Telah kita sepakati sebelumnya bahwa diagram arah medan maupun fasa dapat diubah-ubah dengan mengatur distribusi arus pada masing-masing elemen antena Pada sub bab ini, dipakai elemen antena isotropis dan kemudian dilihat pengaruh perubahan distribusi arus pada masing-masing elemen terhadap perubahan diagram arah dan fasa, gain susunan, dan sebagainya Distribusi arus yang diamati : Distribusi arus uniform Distribusi arus tak uniform T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 6

27 y C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis C.1. Distribusi Arus Uniform Pengantar Kita memakai prinsip-prinsip yang sudah dipahami sebelumnya untuk menurunkan persamaan medan total yang dihasilkan oleh susunan sejumlah n antena isotropis Lihat gambar berikut, Ke titik observasi pada medan jauh π π λ d cos φ Referensi titik 1 Dengan dinormalisasikan terhadap o, tn tn 1+ e e j e j j + e + e j j e + e ( ) j3 o j(n 1) e j jn - d cosφ tn 1+ e 1 e φ Didapatkan, 1 3 d d n x tn jn jn jn jn jn 1 e e e e j 1 e j j j e e e T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 7

28 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Sehingga, didapatkan medan Dengan cara yang sama, kita bisa total ternormalisasi untuk mendapatkan persamaan medan total ternormalisasi referensi pada titik 1 untuk referensi titik tengah, sbb : tn dimana, sin n ζ sin n 11 ζ π cos φ + δ λ tn sin n sin Diagram fasa persamaan disamping berupa STP FUNCTION yang diberikan dari polaritas (+/-) harga tn Selanjutnya kita akan pelajari : Menurunkan syarat medan maksimum dan minimum dan, δ Array Factor d jarak spasi antar elemen Konsep Gain Susunan δ beda fasa antar catuan arus yang berdekatan Tinjauan berbagai kasus T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 8

29 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Medan Maksimum dan Minimum... Lihat kembali persamaan berikut! tn sin n sin Medan maksimum terjadi jika suku penyebut sama dengan atau mendekati nol sin atau atau Jika tidak pernah mencapai harga nol, maka medan maksimum terjadi jika mencapai harga minimum Medan minimum terjadi jika suku pembilang sama dengan nol sin n atau ± kπ n k,1,,...dst Tetapi, k tidak boleh merupakan kelipatan dari n (k mn, m integer) PR : Mengapa? T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 9

30 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Array Factor... Array factor adalah normalisasi medan total susunan antena terhadap nilai maksimum dari medan total susunan tersebut Contoh, lihat persamaan medan total sebelumnya!! Array Factor AF N t tmaks t sin n sin tmaks tercapai pada mendekati Array Factor sin n n tmaks lim sin n 1 sin N n t sin N tmaks T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 3

31 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Faktor susunan (untuk sejumlah sumber) dapat digambarkan sebagai fungsi. Jika adalah merupakan fungsi φ, makanilaidarifaktor susunan dan pola medan akan dapat langsung diketahui dari grafik di bawah ini! T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 31

32 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Gain Susunan (distribusi ib i arus catuan uniform): Jika daya W masuk pada 1 antena maka 1 Jika daya W masuk pada n antena maka 1 ' n Dan t maks n 1' n n n Sehingga, - Penguatan Medan G n n F - Penguatan Daya G F ( G ) n T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 3

33 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Kasus 1 (Utk Distribusi ib i Arus Uniform) Susunan Broadside Untuk menghasilkan pola pancar broadside, dapat dicapai dari contoh berikut : λ n 4, d, δ Arah maksimum, dicapai untuk d cos φ π 3π didapat φ m dan Arah minimum, dicapai untuk sin n n ± kπ k k 1 φ 1 ± cos π n d didapat r 1 k k 1 ± { φ cos k ± r m,1,,... dst φ ±6 / ± 1 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 33 o o φ / 18 o o

34 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Pola pancar dan fasa susunan broadside T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 34

35 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Kasus (Utk Distribusi Arus Uniform) Susunan ndfire Biasa ndfire memiliki sifat : maksimum pada sudut φ (φ m ) Proses desain dilakukan dgn menentukan beda fasa δ yang memberi φ,,pada harga maks atau o. Jadi, o untuk φ m o d cos φ + δ r δ d r m π d λ Untuk n 4, d λ/, didapat : δ -π T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 35

36 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Kasus 3 (Utk Distribusi Arus Uniform) Susunan ndfire Hansen- Gambar diatas adalah contoh untuk : Woodyard Dengan Direktifitas Diperbesar Susunan ndfire Hansen-Woodyard dgn direktifitas diperbesar, dicapai dgn syarat : π δ d r + n π d r ( cosφ 1) n maks terjadi pada : n 4, d λ 5, dan δ π 4 π φm dan φm n Faktor susunan dapat dituliskan sbb: N n sin π sin n sin T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 36

37 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Kasus 4 (Utk Distribusi Arus Uniform) Susunan Dengan Medan Maksimum Untuk Arah Sembarang Misalkan ditentukan medan maksimum untuk arah tertentu yang sembarang Maksimum terjadi ketika : Minimum terjadi ketika : sin n π dimana, cos φ + δ λ Gambar disamping berasal dari perhitungan untuk : λ n 4, d, dan φm 6 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 37 o

38 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis C.. Distribusi Arus Non-Uniform Seperti juga dengan pengaturan fasa untuk tiap catuan susunan, maka perubahan pola pancar dapat juga dicapai dengan mengatur distribusi arus tiap catuan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pola pancar yang diinginkan. Pada sub-bagianbagian ini kita mempelajari beberapa macam distribusi arus tidak seragam dan pengaruhnya pada pola pancar yang dihasilkan T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 38

39 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis C1 C..1. Distribusi ib ibinomiali Distribusi arus Binomial disebut juga sebagai Distribusi John Stone Susunan dgn distribusi ini berarti urutan amplituda arus harus sebanding dengan koefisienkoefisien pada deret suku banyak yang memenuhi : n 1 n 1 ( a + b) a + ( n 1) a n b + ( n 1)( n )! a n 3 Koefisien-koefisien tersebut membentuk Deret Segitiga Pascal b +... dst Sifat pengarahan yang didapatkan : (1) perbandingan mayor terhadap minor lobe, ()lb lebar berkas mainlobe ilb cukup besar T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 39

40 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis C... Distribusi Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) Distribusi Dolph-Tchebyscheff digunakan untuk mendapatkan kriteria optimum dari pola pancar antena susunan. Kriteria optimum terdiri dari macam : Jika lebar berkas mainlobe ditentukan, maka perbandingan mayor terhadap minorlobe akan (menuju) maksimum. Jika perbandingan antara mayor terhadap minor lobe ditentukan, maka lebar berkas main-lobe akan (menuju) minimum. Dalam distribusi Dolph-Tchebyscheff, diasumsikan syarat sbb: Antena ISOTROPIS dengan distribusi amplitudo arus SIMTRIS Beda fasa antar catuan elemen isotropis berdekatan (δ ) Jarak spasi antar elemen isotropis SRAGAM (d seragam) θ sehingga, selisih ih fasa kuat θ medan penerimaan dari elemen berdekatan pd titik observasi yang jauh φ d d r r cos φ sin θ dgn d r π d λ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 4

41 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) Penurunan medan total susunan dilakukan dengan cara yang sama (spt sebelumnya), dengan referensi titik tengah susunan. Didapatkan medan total untuk n-genap sbb: ne A cos + A1 cos A ne k N 1 A k cos [ k + 1] k k Dimana, n e 1 cos n e jumlah elemen (genap) ne N k, 1,,, (N-1) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 41

42 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) Sedangkan medan total untuk n-ganjil sbb: no A k N k + A 1 cos + A no A k cos [ k ] cos A k Dimana, n cos o 1 n o jumlah elemen (ganjil) no 1 N k 1, 1,,, N T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 4

43 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis ne k N 1 Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) k N [ ] Ak cos k + 1 [ ] no Ak cos k k k Dua persamaan di atas, dapat dipandang sebagai suatu DRT FOURIR dengan suku terbatas. Sepasang suku menyatakan kontribusi dari sepasang sumber atau dari sumber tengah. Dan dapat dianggap sebagai penjumlahan konstanta DC, fundamental, dan harmonik-harmonik. Contoh : λ n 9, dan d π λ maka, sin θ λ π sin dan konstanta A k diasumsikan A A 1 A A 3 A 4 ½ θ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 43

44 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis no 9 k N k Ak cos [ k] λ π π λ n 9, dan d sin θ πsin θ λ 1 + cos + cos + cos3 + cos 4 Asumsi: A A 1 A A 3 A 4 ½ T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 44 DC Fundamental Harmonik# Harmonik#3 Harmonik#4

45 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Dalam distribusi arus OPTIMUM (Dolph- Tchebyscheff), nilai konstanta-konstanta A k adalah sesuatu yang ditentukan dgn perhitungan yang akan kita lakukan, untuk mendapatkan pola pancar optimum. Optimum ditinjau dari sisi : Perbandingan mayor terhadap minorlobe-nya, atau lebar berkas mainlobe Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 45

46 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Polinom Tchebyscheff Teorema de Moivre e jm sehingga, cos m cos m + j sin m Re cos + Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) cos j sin m + j sin Persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai Deret Binomial sbb: m cos m m m ( m 1) m cos cos! m( m 1)( m )( m 3) + cos 4! m 4 sin 4 A... T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 46

47 A Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis m cos m 1 m 1 cosm cos m cosm cos m 3 cosm 4cos m 4 cosm 8cos dst Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) Bentuk disamping kiri bawah, bersesuaian dengan Polinom Tchebyscheff, dgn rumus rekursif : substitusi sin 1 cos T ( ) ( ) ( ) n+ 1 x x Tn x Tn 1 x 1 3cos 8cos T T T T T T T T dst ( x) 1 ( x ) x ( x) x 1 3 ( x) 4x 3x 4 ( x) 8x 8x 5 ( x) 16x 6 ( x) 3x 7 ( x) 64x dengan x 48x x + 5x + 18x x 1 3 7x T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 47 x cos

48 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) Dibawah ini adalah grafik untuk polinom-polinom Tchebyscheff untuk nilai m 1 sd 5 Sifat polinom : 1. Semua T m (x) melewati (1,1) 1). Jika 1 < x < 1, maka: -1 < T m (x) < 1 3. Semua akar T m (x) ada di antara 1 dan 1 atau -1 < x < 1 4. Semua harga ekstrim adalah ±1 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 48

49 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Pemahaman grafik polinom Misalkan R adalah perbandingan antara mainlobe maksimum dan minorlobe level R T n-1 1( (x) Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) R mainlobe maksimum minorlobe level T n-1 (x) adalah menggambarkan diagram arah medan untuk sejumlah n elemen n Titik (x, R) pada kurva menggambarkan harga mainlobe maksimum Akar-akar polinom menunjukkan harga-harga NOL diagram medan FNBW (First Null Beamwidth) pada titik ik (x x 1 ) Akar-polinom pertama: x cos ( k 1) + π ' 1 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 49 m m n -1; pilih k

50 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Dalam distribusi arus OPTIMUM (Dolph-Tchebyscheff), artinya adalah : Metoda Dolph dipakai untuk mendapatkan susunan optimum dengan menggunakan polinom Tchebyscheff Jika direncanakan susunan antena terdiri dari n sumber, maka diagram arah medan susunan merupakan suku banyak orde (n 1) Suku banyak ini yang kemudian diekivalensikan dengan Polinom Tchebyscheff orde (n 1) T n-1 (x) Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 5

51 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Prosedur Perencanaan Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) 1. Untuk susunan n-sumber, pilih polinom orde (n 1) T n-1 (x). Selesaikan T n-1 (x ) R untuk mendapatkan harga x. Untuk m n 1, dapat dihitung sebagai berikut : x 1 ( ) 1 ( ) 1 m R + R 1 + R R 1 m 1 3. Penskalaan. Jika R > 1, maka x > 1 juga. Padahal nilai x adalah berkisar (-1 < x < 1), sebab x cos (/). Lakukan perubahan skala x w w x w cos T343 x- Antena dan Propagasi - Susunan Antena 51

52 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) 4. Persamaan medan total n-sumber k N 1 k N ne Ak cos [ k + 1] no k k n e ngenap n 1 N o N Persamaan dapat dinyatakan dalam w (setelah penyekalaan) A k cos [ k] n ganjil 5. Penyetaraan. n (w) disetarakan dengan T n-1 (x), dengan : x w ( w) T ( x) x n w n 1 Diperoleh harga-harga : A, A 1, A, A k x T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 5 x

53 Contoh: C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) λ n 8, d, ditentukant R db 6 db 1. Untuk n 8, dipilih T (x) T 7 (x) 64x 11x + 56x 7x. R 6 db R(numerik) x ( ) ( ) 1,15 1 Untuk orde tinggi, x harus teliti: 3-5 digit di belakang koma 3. R R > 1, sehingga perlu perubahan bh skala kl!. x w 1,15 untuk w cos T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 53

54 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis 4. Persamaan setengah medan total (n 8) ne k N 1 k A k cos [ k + 1] Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) N n 8 A cos + A1 cos3 + A cos5 + A3 Substitusi dgn w, setelah penskalaan e persamaan medan total cos7 persamaan setengah medan total cos w cos 3 4w 3 3w 5 3 cos5 16w w + 5w cos7 64w 11w + 56w 7w T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 54

55 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) ( w) A ( ) ( ) w + A1 4w 3w + A 16w w + 5w A ( w 11w + 56w 7w) ( w ) ( 64A ) 3 w 7 ( 11A 16A )w 3 ( 56A A + 4A ) w ( 7A 5A + 3A A )w Penyetaraan w x T ( ) ( x) 8 w 7 x x 64x 7 11x x 3 7x T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 55

56 8 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis A ,15 3 ( w ) x 11A3 16A ,15 x 56A3 A + 4A + 3 1, x 7A3 5A + 3A1 A 1,15 3 x 64x 7 Didapatkan : A 3,66 11x 5 A 4, x 3 A 1 6,8 7x A 8,5 Jadi, kita dapatkan distribusi amplituda arus : A 3 A A 1 A A A 1 A A 3 Atau,,66 : 4,56 : 6,8 : 8,5 : 8,5 : 6,8 : 4,56 :,66 1 : 1,7 :,6 : 3,1 : 3,1 :,6 : 1,7 : 1 T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 56

57 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Diagram Arah : Untuk mendapatkan diagram arah kuat medan, dapat ditabelkan lalu diplot, untuk nilai-nilai variabel : θ, x, n dr sin θ x x cos dan n T n-1 (x) Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHBYSCHF) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 57

58 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Di bawah ini adalah perbandingan pola pancar yang dihasilkan dari beberapa distribusi arus untuk jumlah elemen 8 (n 8) SLL: side lobe level T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 58

59 C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis Berbagai distribusi arus (ternormalisasi) untuk berbagai R dengan n 8. Susunan dengan distribusi BINOMIAL dan DG merupakan SUBST / kasus dari distribusi DOLPH- TCHBYSCHFF T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 59

60 Latihan soal: dikerjakan 1. Problem 5-9-3; Krauss, J.D, Antennas, t 3rd, Mc Graw Hill, (modified). d) (a) Find the Dolph-Tchebyscheff current distribution for the minimum beam width of a linear in-phase endfire array of five isotropic point sources. The spacing between the elements is λ/ and the sidelobe level is to be db down. (b) Locate the nulls and the maxima of the minor lobes. (c) Plot, approximately, the normalized field pattern ( θ 36 ). (d) What is the half-power beam width?. Problem 5-9-4; Krauss, J.D, Antennas, 3rd, Mc Graw Hill,. (a) Find the Dolph-Tchebyscheff current distribution for the minimum beam width of a linear in-phase broadside array of eight isotropic sources. The spacing between the elements is λ/4 and the sidelobe level is to be 4 db down. Take θ in the broadside direction. (b) Locate the nulls of the minor lobes. (c) Plot, approximately, the normalized field pattern ( θ 36 ). (d) What is the half-power beam width? (e) What is the Gain? T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 6

61 Solution: (a).14,.4,.75,1.,1.,.75,.4,.14,,,,,, (b) Max. at: ±1o, ±7o, ±36o, ±48o, ±61o, ±84o, ±96o, ±119o, ±13o, ±144o, ±153o, ±159o Nulls at: ±18o, ±3o, ±3o, ±4o, ±54o, ±71o, ±19o, ±16o, ±138o, ±148o, ±157o, ±16o (d) HPBW 1 (ans.) T343 - Antena dan Propagasi - Susunan Antena 61

Contents. Pendahuluan. Konsep Dasar Susunan. Macam-macam Susunan Antena. Sistem Pencatuan Susunan Antena

Contents. Pendahuluan. Konsep Dasar Susunan. Macam-macam Susunan Antena. Sistem Pencatuan Susunan Antena LOGO Where Are We? Contents 1 3 4 Pendahuluan Konsep Dasar Susunan Macam-macam Susunan Antena Sistem Pencatuan Susunan Antena 5 6 7 3 4 Where are We? 1 3 4 5 6 7 5 Pendahuluan Susunan Antena An array antenna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendahuluan Antena mikrostrip terdiri dari tiga elemen dasar, seperti yang ditunjukan pada gambar 1, elemen pertama adalah patch yang berfungsi untuk meradiasikan gelombang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendahuluan Antena merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk memancarkan dan/atau menerima gelombang elektromagnetik secara efisien. Salah satu jenis antena adalah antena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135 BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135 4.1 Analisa Single Slot antena Untuk menganalisa sebuah slot, maka slot tersebut dapat diasumsikan sebagai dua dipol dengan radius.

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Antena Dipole Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ½ λ pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Perangkat elektronik atau perangkat komunikasi dapat saling berhubungan diperlukan antena yang menggunakan frekuensi baik sebagai pemancar ataupun penerima.

Lebih terperinci

Susunan Antena. Oleh : Eka Setia Nugraha S.T., M.T. Sumber: Nachwan Mufti Adriansyah, S.T., M.T.

Susunan Antena. Oleh : Eka Setia Nugraha S.T., M.T. Sumber: Nachwan Mufti Adriansyah, S.T., M.T. Susunan Antna Olh : ka Stia Nugraha S.T., M.T. Sumbr: Nachwan Mufti Adriansyah, S.T., M.T. A. Pndahuluan Dalam kuliah Mdan lktromantika Tlkomunikasi kita sudah mngnal pnjumlahan/ suprposisi mdan. Tlah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013 PENGONTROLAN POLARADIASI ANTENA ARRAY DENGAN ANTENA INDIVIDU DIPOLE ½ LAMBDA Firdaus 1 Sri Yusnita 2 ABSTRACT Control Polaradiasi for array antennas is electrically performed by changing a few parameters

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANTENA DAN PROPAGASI* / 7 KODE MK / SKS / SIFAT : AK / 3 SKS / MK UTAMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANTENA DAN PROPAGASI* / 7 KODE MK / SKS / SIFAT : AK / 3 SKS / MK UTAMA SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANTENA DAN PROPAGASI* / 7 KODE MK / SKS / SIFAT : AK041306 / 3 SKS / MK UTAMA Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU 1-2 Fungsi Umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive). BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengerian Smart Antenna Istilah smart antenna umumnya mengacu kepada antena array yang dikombinasikan dengan pengolahan sinyal yang canggih, yang mana desain fisiknya dapat dimodifikasi

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN 3.1. UMUM Pada bagian ini akan dirancang antena mikrostrip patch segiempat planar array 4 elemen dengan pencatuan aperture coupled, yang dapat beroperasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G Abdullah Habibi Lubis, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Mata Kuliah: ANTENA & PROPAGASI. Oleh: Budi Aswoyo

Mata Kuliah: ANTENA & PROPAGASI. Oleh: Budi Aswoyo Mata Kuliah: ANTENA & PROPAGASI Oleh: Budi Aswoyo TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Mengenal fungsi dan parameter-parameter antena Menjelaskan macam-macam antena yang sering digunakan dalam dunia telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND BAB 4 PENERAPAN PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND 4.1 ANTENA SINGLE ELEMENT MULTIBAND Perancangan antena single element multiband melalui beberapa tahap penelitian. Pertama dilakukan penelitian single element

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR Analisa Efisiensi Antena Dipole ditinjau dari Penggunaan Reflektor. Amir D ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR Amir D Dosen Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Tanggapan Frekuensi Pendahuluan

Tanggapan Frekuensi Pendahuluan Tanggapan Frekuensi 46 3 Tanggapan Frekuensi 3.. Pendahuluan Dalam bab 3, kita telah membahas karakteritik suatu sistem dalam lingkup waktu dengan masukan-masukan berupa fungsi step, fungsi ramp, fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Antena Antena (antenna atau areal) didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai media transisi antara saluran transmisi atau pemandu gelombang dengan udara, atau

Lebih terperinci

Tugas Antena Balanis No (Berdasarkan Kocokan/Undian)

Tugas Antena Balanis No (Berdasarkan Kocokan/Undian) Nama : Nida Dusturia NIM : 1101124314 Kelas : TT-36-02 Tugas Antena Balanis No. 37 38 (Berdasarkan Kocokan/Undian) 37. A circularly polarized wave, traveling in the positive z-direction, is incident upon

Lebih terperinci

Sistem Antena Array Paralel untuk Menghasilkan Lobe Radiasi Utama dalam Arah Bervariasi

Sistem Antena Array Paralel untuk Menghasilkan Lobe Radiasi Utama dalam Arah Bervariasi T E S L A VOL. 15 NO.2 OKTOBER 2013 Sistem Antena Array Paralel untuk Menghasilkan Lobe Radiasi Utama dalam Arah Bervariasi Fetricia Yuni Amaelia 1 dan Hugeng 2 Abstract: Array antenna is an antenna which

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Global Positioning System (GPS) Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat pada permukaan bumi.

Lebih terperinci

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c > 0, maka

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c > 0, maka Contoh 5 Buktikan jika c > 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan δ > 0 sedemikian sehingga apabila c < ε untuk setiap ε > 0. 0 < c < δ berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c c c c Dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

BAB IV PENGUKURAN ANTENA BAB IV PENGUKURAN ANTENA 4.1 METODOLOGI PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Parameter antena yang diukur pada skripsi ini adalah return loss, VSWR, diagram pola radiasi, dan gain. Ke-empat parameter antena yang

Lebih terperinci

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI Materi yang akan dibahas : 1. Interferensi Interferensi Young Interferensi Selaput Tipis 2. Difraksi Difraksi Celah Tunggal Difraksi Fresnel Difraksi Fraunhofer Difraksi Celah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s.

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. CAHAYA 1. Siat Gelombang Cahaya Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Siat2 cahaya : Dapat

Lebih terperinci

Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal

Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal Umi Fadlillah, Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal Umi Fadlillah Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

Lebih terperinci

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI Apabila suatu besaran y memiliki nilai yang tergantung dari nilai besaran lain x, maka dikatakan bahwa besaran y tersebut merupakan fungsi besaran x. secara umum ditulis: y= f(x)

Lebih terperinci

B A B 1 TEORI DASAR ANTENA

B A B 1 TEORI DASAR ANTENA B A B TEORI DASAR ANTENA. PENDAHULUAN Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara

Lebih terperinci

TANGGAPAN FREKUENSI. Analisis Tanggapan Frekuensi. Penggambaran Bode Plot. Polar Plot / Nyquist Plot. Log Magnitude vs Phase Plot / Nichols

TANGGAPAN FREKUENSI. Analisis Tanggapan Frekuensi. Penggambaran Bode Plot. Polar Plot / Nyquist Plot. Log Magnitude vs Phase Plot / Nichols TANGGAPAN FREKUENSI Analisis Tanggapan Frekuensi Penggambaran Bode Plot Polar Plot / Nyquist Plot Log Magnitude vs Phase Plot / Nichols Plot Kriteria Kestabilan Nyquist Beberapa Contoh Analisis Kestabilan

Lebih terperinci

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser POWER LAUNCHING Ref : Keiser Penyaluran daya optis dr sumber ke fiber : Fiber : NA fiber Ukuran inti Profil indeks bias Beda indeks bias inti-kulit Sumber : Ukuran POWER LAUNCHING Radiansi/brightness (daya

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi

Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi Christian Mahardhika, Kevin Jones Sinaga 2, Muhammad Arsyad 3, Bambang Setia Nugroho 4, Budi Syihabuddin 5 Fakultas

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Netral pada Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Jaringan distribusi tegangan rendah adalah jaringan tiga fasa empat kawat, dengan ketentuan, terdiri dari kawat tiga fasa (R, S,

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 13 September 2013

Hendra Gunawan. 13 September 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 13 September 2013 Latihan (Kuliah yang Lalu) sin t 1. Menggunakan fakta bahwa lim 1, t0 hitunglah: t 2 sin( 2 ) a. limsin t.cot 2t b. lim t 0 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika bersifat universal dan banyak kaitannya dengan kehidupan nyata. Matematika berperan sebagai ratu ilmu sekaligus sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Kajian

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

BAB IV DERET FOURIER

BAB IV DERET FOURIER BAB IV DERET FOURIER 4.1 Fungsi Periodik Fungsi f(x) dikatakan periodik dengan perioda P, jika untuk semua harga x berlaku: f (x + P) = f (x) ; P adalah konstanta positif. Harga terkecil dari P > 0 disebut

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Kualitas suatu sistem komunikasi sangat ditentukan oleh kuat sinyal yang diterima. Salah satu cara agar sinyal dapat diterima secara maksimal adalah dengan mengarahkan antena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Antena RLSA Berdasarkan topik penelitian tentang analisa teknik pemotongan 1/4 lingkaran pada antena RLSA (Radial Line Slot Array) untuk frekuensi 5,8 GHz terdapat

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013 Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 013 LOGIKA MATEMATIKA p siswa rajin belajar ; q mendapat nilai yang baik r siswa tidak mengikuti kegiatan remedial ~ r siswa mengikut kegiatan remedial Premis

Lebih terperinci

Mutawafaq Haerunnazillah 15B08011

Mutawafaq Haerunnazillah 15B08011 GELOMBANG STASIONER Gelombang stasioner merupakan perpaduan dua gelombang yang mempunyai frekuensi, cepat rambat, dan amplitudo yang sama besar namun merambat dalam arah yang berlawanan. Singkatnya, gelombang

Lebih terperinci

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt. 1. Pengertian Gelombang Berjalan Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap. Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan.

Lebih terperinci

Daya Rangkaian AC [2]

Daya Rangkaian AC [2] Daya Rangkaian AC [2] Slide-11 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 16 Materi Kuliah 1 Nilai Efektif Tegangan & Arus Efektif Nilai Efektif Gelombang Berkala Nilai RMS Gelombang Sinusoidal Nilai

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

SMART ANTENA. Tony Winata Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

SMART ANTENA. Tony Winata Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti JETri, Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372 SMART ANTENA Tony Winata Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract A combination of an antenna array and an

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN

ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN GELOMBANG DATAR SERBASAMA D W I A N D I N U R M A N T R I S U N A N G S U N A R YA H A S A N A H P U T R I AT I K N O V I A N T I POKOK BAHASAN 1. Definisi Gelombang Datar ( Plane

Lebih terperinci

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

Rangkaian AC Tiga-Fase [1]

Rangkaian AC Tiga-Fase [1] Rangkaian AC Tiga-Fase [1] Slide-12 Ir. Agus Arif, MT Semester Genap 2015/2016 1 / 23 Materi Kuliah 1 Sistem Tiga-Fase Sistem Fase-Jamak Definisi Tiga-Fase Notasi Subskrip-Ganda 2 Definisi Sumber Tiga-Fase

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. penerimaan secara adaptif dan otomatis [1]. Sistem seperti ini memungkinkan

BAB II DASAR TEORI. penerimaan secara adaptif dan otomatis [1]. Sistem seperti ini memungkinkan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Smart Antenna Smart antenna merupakan susunan dari beberapa elemen antena yang menggunakan pengolahan sinyal digital untuk mengoptimasi radiasi atau pola penerimaan secara

Lebih terperinci

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli. Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Difraksi Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Difraksi 1 / 38 Gejala Difraksi Materi 1 Gejala Difraksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1. STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate), dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV Widya Purwanti Mahardhika 1, Budi Aswoyo 2, Akuwan Saleh 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

Susunan N-Antena Isotropis Segaris

Susunan N-Antena Isotropis Segaris TTGD Atea Moul#4b Atea a Propagasi Susua N-Atea Isotropis Segaris Oleh : Nachwa Mufti Ariasyah, ST, MT Moul#4b - Susua N Atea Isotropis Segaris Outlie Paa sub bab ii, sejumlah N atea isotropis isusu a

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA 1) Sebuah barisan baru diperoleh dari barisan bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dengan menghilangkan bilangan kuadrat yang ada di dalam barisan tersebut.

Lebih terperinci

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka Contoh 5 Buktikan jika c 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan 0 sedemikian sehingga apabila c untuk setiap 0. 0 c berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c Dapat dipilih c Bukti: c c c Ambil

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

REALISASI ANTENA SUSUN MIKROSTRIP SEGITIGA EMPAT ELEMEN DENGAN DISTRIBUSI ARUS BINOMIAL

REALISASI ANTENA SUSUN MIKROSTRIP SEGITIGA EMPAT ELEMEN DENGAN DISTRIBUSI ARUS BINOMIAL REALISASI ANTENA SUSUN MIKROSTRIP SEGITIGA EMPAT ELEMEN DENGAN DISTRIBUSI ARUS BINOMIAL Realization of Four Element Triangular Microstrip Array Antenna With Binomial Current Distribution PROYEK AKHIR untuk

Lebih terperinci

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Februari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.2 Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan OMITS 2008

Soal Babak Penyisihan OMITS 2008 Soal Babak Penyisihan OMITS 008. Banyak pembagi positif dari.50.000 adalah..... a. 05 b. 0 c. 75 d. 0 e.5. Jari-jari masing-masing lingkaran adalah 5 cm. Tentukan panjang busur ketiga lingkaran tersebut.....

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND Susmini Indriani Lestariningati Jurusan Teknik Komputer, Universitas

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS 2 PENDAHULUAN SISTEM BILANGAN KOMPLEKS REAL IMAJINER RASIONAL IRASIONAL BULAT PECAHAN BULAT NEGATIF CACAH ASLI 0 3 ILUSTRASI Carilah akar-akar persamaan x 2 + 4x

Lebih terperinci

Analisis Ajeg dari Sinusoidal

Analisis Ajeg dari Sinusoidal Analisis Ajeg dari Sinusoidal Slide-08 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 23 Materi Kuliah 1 Karakteristik Sinusoid Bentuk Umum Pergeseran Fase Sinus Kosinus 2 Tanggapan Paksaan thdp Sinusoid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Antena Antena adalah suatu piranti yang digunakan untuk merambatkan dan menerima gelombang radio atau elektromagnetik. Pemancaran merupakan satu proses perpindahan

Lebih terperinci

CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa

CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 2002

Matematika EBTANAS Tahun 2002 Matematika EBTANAS Tahun 00 EBT-SMA-0-0 Ditentukan nilai a = 9, b = dan c =. Nilai a b c = 9 EBT-SMA-0-0 Hasil kali akar-akar persamaan kuadrat + = 0 adalah EBT-SMA-0-0 Persamaan kuadrat + (m ) + 9 = 0

Lebih terperinci

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi.

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:55:45 Kompetensi 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:56:01 Merupakan superposisi gelombang harmonik.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA BAB II : PEMBIASAN CAHAYA I.. Pembiasan Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, maka energi cahaya tsb dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

Halaman Judul TUGAS AKHIR TE Tania Fatmacory NRP

Halaman Judul TUGAS AKHIR TE Tania Fatmacory NRP Halaman Judul TUGAS AKHIR TE 141599 IMPLEMENTASI ALGORITMA ESTIMATION OF SIGNAL PARAMETERS VIA ROTATIONAL INVARIANCE TECHNIQUES (ESPRIT) DAN CAPON MINIMUM VARIANCE UNTUK TEKNOLOGI SMART ANTENNA PADA UNIVERSAL

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya 1 Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya Rudy Yuwono Abstrak -Televisi-televisi swasta di Indonesia bekerja menggunakan frekuensi yang berbeda-beda. Dilakukan analisa menggunakan antena UWB

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1986

Matematika EBTANAS Tahun 1986 Matematika EBTANAS Tahun 986 EBT-SMA-86- Bila diketahui A = { x x bilangan prima < }, B = { x x bilangan ganjil < }, maka eleman A B =.. 3 7 9 EBT-SMA-86- Bila matriks A berordo 3 dan matriks B berordo

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

LIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini:

LIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini: LIMIT Perhatikan fungsi di bawah ini: f x = x2 1 x 1 Perhatikan gambar di samping, untuk nilai x = 1 nilai f x tidak ada. Tetapi jikakita coba dekati nilai x = 1 dari sebelah kiri dan kanan maka dapat

Lebih terperinci

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5 Uji Komptensi Barisan dan Deret "Aljabar Linear Elementer". Diketahui barisan 84,80,77,... Suku ke-n akan menjadi 0 bila n =... Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 00 dan 00 yang habis

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD 2.1. STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate),

Lebih terperinci

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN 05 yosprens.wordpres.com SOAL DAN PEMBAHASAN MATA UJI MATEMATIKA TKD SAINTEK SBMPTN 05 Berikut ini 5 soal mata uji matematika beserta pembahasannya yang diujikan

Lebih terperinci

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini dengan membandingkan interferensi maksimum dengan interferensi

Lebih terperinci

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER 1 Deret Fourier 2 Tujuan : 1. Dapat merepresentasikan seluruh fungsi periodik dalam bentuk deret Fourier. 2. Dapat memetakan Cosinus Fourier, Sinus Fourier, Fourier

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi atau getaran dari sebuah data pada frekuensi tertentu. Analisis spektral

Lebih terperinci

PREDIKSI UN 2014 MATEMATIKA IPA

PREDIKSI UN 2014 MATEMATIKA IPA NAMA : KELAS : 1. Kisi-Kisi: Logika Matematika Diketahui 3 Premis, Premis Menggunakan kesetaraan, dan penarikan MP atau MT PREDIKSI UN 2014 MATEMATIKA IPA 3. Kisi-Kisi: Materi Ekponen Éksponen pecahan,3

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 7/8. Diketahui premis premis : () Jika Badu rajin belajar dan patuh pada orang tua, maka Ayah membelikan bola basket () Ayah tidak membelikan

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) Nevia Sihombing, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA Matakuliah: Fisika Matematika DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA Di S U S U N Oleh : Kelompok VI DEWI RATNA PERTIWI SITEPU (8176175004) RIFKA ANNISA GIRSANG (8176175014) PENDIDIKAN FISIKA REGULER

Lebih terperinci