USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG M LINGGAR PUTRA M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG M LINGGAR PUTRA M"

Transkripsi

1 USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG M LINGGAR PUTRA M DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 M Linggar Putra M NIM F

4 ABSTRAK M LINGGAR PUTRA M.Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang. Dibimbing oleh SUKARDI. Model bisnis kanvas digambarkan melalui Sembilan blok bangunan dasar yang terdiri dari key partner, key activities, value proposition, customer relationship, customer segment, channels, key resources, cost structure, dan revenue stream. Kesembilan blok tersebut menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang dan membuat alternatif model bisnis yang baru. Data dianalisis dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang yaitu konsep produk oleh-oleh khas Bogor namun belum fokus terhadap segmen pelanggannya. Pembuatan alternatif diusulkan sesuai dengan visi misi perusahaan dan kondisi perusahaan. Alternatif pertama yaitu menerapkan konsep kemitraan. Sementara itu alternatif kedua merupakan gabungan konsep awal dengan konsep penjualan online. Berdasarkan hasil analisis terhadap visi dan misi perusahaan, maka gabungan konsep awal dengan konsep penjualan online merupakan konsep yang sesuai dan cocok untuk diterapkan bila perusahaan telah meningkatkan kapasitas produksinya. Kata Kunci : Lapis Bogor Sangkuriang, Model Bisnis Kanvas, Kemitraan ABSTRACT M LINGGAR PUTRA M.Business model design of Lapis Bogor Sangkuriang. Supervised by SUKARDI. The business model canvas is described through nine basic building blocks consisting of key partners, key activities, the value proposition, customer relationship, customer segments, channels, key resources, cost structure, and revenue streams. The nine block shows the logic of how a company intends to make money. The purpose of this study is to identify the business model Lapis Bogor Sangkuriang and make new alternative business models. Data were analyzed with qualitative methods. The results showed that the business model Lapis Bogor Sangkuriang the product concept Bogor typical souvenirs but has not focused on customer segments. Making the proposed alternative in accordance with the company's vision, mission and condition of the company. The first alternative is to apply the concept of partnership. While the second alternative is a combination of the original concept with the concept of selling online. Based on the analysis of the company's vision and mission, the initial concept combined with the concept of selling online is a concept appropriate and suitable to be applied when the company has increased its production capacity. Keywords : Lapis Bogor Sangkuriang, Business Model Canvas, Partnerships

5 USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG M LINGGAR PUTRA M Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Judul Skripsi : Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Nama : M Linggar Putra M NIM : F Disetujui oleh Dr Sukardi, MM Pembimbing Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus:

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Juni Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Muslich, MSi dan M. Arif Darmawan S.TP M.T. selaku dosen penguji. 3. Ayahanda Taufik Hidayat dan Ibunda Nunung Rohayani, serta Adikku Rizka Asyrafiyani atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. 4. Ibu Rizka Wahyu Romadhona, Bapak Anggara, Ibu Nanda dan seluruh karyawan UMKM Lapis Bogor Sangkuriang yang membantu penulis saat melakukan penelitian ini. 5. Keluarga besar TIN 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 6. Teman-teman terdekat, teman kosan, dan organisasi yang telah menemani hari-hari penulis selama menuntut ilmu S1 di IPB. 7. Seluruh motivator penyemangat penulis yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan penelitian dalam bidang manajemen sumberdaya manusia.. Bogor, September 2013 M Linggar Putra M

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2 Model Bisnis Kanvas 3 Desain Model Bisnis Kanvas 6 METODE 6 Waktu dan Tempat 6 Metode 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Profil UMKM Lapis Bogor Sangkuriang 8 Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang 10 Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang 12 Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang 15 SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 23 RIWAYAT HIDUP 27

9 DAFTAR TABEL 1 Kriteria UMKM 3 DAFTAR GAMBAR 1 Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini 12 2 Desain Model Bisnis Kanvas dengan Konsep Kemitraan 18 3 Desain Model Bisnis Kanvas dengan konsep bisnis awal ditambahkan penambahan konsep online selling 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara semi terstruktur antara peneliti dengan pemilik Lapis Bogor Sangkuriang 23 2 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara untuk Mendapatkan Profil Umum Lapis Bogor Sangkuriang 25 3 Daftar Produk konsinyasi yang ada pada outlet 26

10

11 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini semakin pesat, salah satu bisnis yang banyak berkembang saat ini yaitu bisnis yang berbasis makanan dan minuman. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik selama tahun jumlah perusahaan yang paling banyak menurut subsektornya adalah perusahaan makanan dan minuman dibandingkan dengan perusahaan subsektor lainnya (BPS, 2011). Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya adalah kue lapis. Kue lapis merupakan cemilan yang banyak disukai orang. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi, bentuk maupun hiasan menjadi salah satu alasan banyaknya animo masyarakat untuk membeli kue lapis. Makin banyak orang yang menggemari kue lapis berarti dari segi bisnis, prospek kue lapis masih cerah dan menjanjikan. Salah satu pengusaha yang menangkap peluang usaha ini adalah Rizka Wahyu Romadhona yang mendirikan suatu usaha Lapis Bogor Sangkuriang di Bogor, Jawa Barat. Salah satu keunikan produk ini adalah menggunakan talas sebagai salah satu bahan baku yang memberikan warna tersendiri pada produk. Selain itu penggunaan talas sebagai salah satu bahan baku menjadi ciri dan kebijakan menggunakan kearifan lokal yang ada. Sebagai suatu bisnis yang sedang berkembang Lapis Bogor Sangkuriang perlu terus mengembangkan usahanya dan bertahan terhadap persaingan usaha. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan bisnis dan memetakan strategi bisnis yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Salah satu cara strategi bisnis yaitu dengan membuat suatu model bisnis. Chesborough dalam Zott dan Amit (2009) mendefinisikan model bisnis sebagai struktur rantai nilai-value chain (an activity based concept), menciptakan value dengan mendefinisikan serangkaian aktivitas mulai dari bahan mentah sampai bahan mentah tersebut sampai ke customer akhir, dimana value yang telah ditentukan ditambahkan dalam keseluruhan aktivitas tersebut. Terlihat begitu pentingnya suatu model bisnis bagi suatu usaha terutama untuk suatu bisnis yang masih berkembang. Suatu model bisnis yang baik diharapkan mampu menjadi strategi pengembangan suatu bisnis karena model bisnis yang baik dapat memberikan pandangan kepada pelaku usaha bagaimana respon pasar terhadap produk yang dimiliki, dan melemahkan daya saing competitor. Selain itu model bisnis juga bermanfaat untuk melihat bisnis pelaku usaha itu sendiri secara utuh dan dapat mengambil keputusan yang baik. Saat ini Lapis Bogor Sangkuriang masih belum memperhatikan model bisnisnya. Untuk itu diperlukan kajian mengenai model bisnis yang sedang dijalankan di Lapis Bogor Sangkuriang agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari bisnis yang sedang dilakukan sehingga nantinya dapat dibuat suatu alternatif model bisnis baru untuk perkembangan dan persaingan Lapis Bogor Sangkuriang di dunia bisnis.

12 2 Perumusan Masalah Dalam rangka mengembangkan bisnis dan memperkuat daya saing usaha, Lapis Bogor Sangkuriang perlu mengetahui seluk beluk bisnis yang sedang di jalaninya. Berdasarkan prospek bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang ini memiliki prospek bisnis yang potensial karena memiliki keunggulan dalam hal diversifikasi dan inovasi produk. Namun tetap diperlukan suatu strategi agar bisnis ini dapat bertahan terhadap faktor perubahan dalam berbagai kondisi ekonomi dan persaingan usaha yang semakin ketat. Untuk mampu bartahan dalam persaingan yang ketat, Lapis Bogor Sangkuriang harus memiliki model bisnis yang kuat sehingga dapat mengetahui bisnis yang sedang dijalani dan membuat suatu model bisnis yang baru sesuai dengan kondisi dan tujuan bisnis. Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi tersebut adalah : 1. Seperti apa konsep model bisnis yang sekarang diterapkan di Lapis Bogor Sangkuriang? 2. Apa saja alternatif model bisnis yang dapat diterapkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang di masa mendatang? Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang 2. Membuat Alternatif Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang di Bogor Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Lapis Bogor Sangkuriang dalam merumuskan model bisnisnya dan memberikan alternatif bagi model bisnis yang dapat diterapkan untuk masa yang akan datang sehingga Lapis Bogor Sangkuriang dapat mengetahui model bisnis yang sedang dijalaninya saat ini dan dapat merumuskan kebijakan-kebijakan untuk perkembangan usaha Lapis Bogor Sangkuriang di masa yang akan datang. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Tambunan (2009) UMKM memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) didapat pengertian dan perbedaan antara usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

13 berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Suatu usaha disebut sebagai usaha mikro bila memiliki aset maksimal lima puluh juta rupiah dan omzet sebesar maksimal tiga ratus juta rupiah. Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki asset lebih dari lima puluh juta hingga lima ratus juta dan omzet hingga dua milyar. Usaha menengah adalah usaha yang memiliki asset hingga maksimal sepuluh milyar dan omzet sebesar maksimal lima puluh milyar. Kriteria UMKM dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria UMKM No URAIAN KRITERIA ASET OMZET 1 Usaha Mikro Max 50 jt Max 300 jt 2 Usaha Kecil > 50 jt-500 jt > 300 jt-2,5 M 3 Usaha Menengah > 500 jt- 10 M > 2, 5 M-50 M Sumber : UU Nomor 20 Tahun Model Bisnis Kanvas Bisnis adalah suatu kegiatan menyediakan barang dan jasa dengan maksud mendapatkan laba ( Griffin dan Ebert, 2007 ). Suatu bisnis harus berpandangan jauh ke depan. Bisnis yang baik harus mampu menjaga kontinuitas usaha, faktorfaktor yang dapat menjaga kontinuitas usaha antara lain yaitu likuiditas, solvabilitas, soliditas, rentabilitas, maupun crediet waardigheid (Alma, Buchari. 2010). Jika kelima faktor kontinuitas tersebut bisa dijaga, maka bisnis yang dijalankan akan berkembang secara meyakinkan. Pengertian model bisnis dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis sebagai elemen, dan model bisnis sebagai strategi bisnis. Model bisnis sebagai metode yaitu suatu cara untuk menciptakan nilai. model bisnis sebagai elemen yaitu model bisnis terdiri dari komponen produk, manfaat, pendapatan, pelanggan, asset, dan pengetahuan. Model bisnis sebagai strategi bisnis yaitu model bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba ( PPM Manajemen, 2012 ).

14 4 Model bisnis kanvas adalah model yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai serta digambarkan melalui sembilan elemen blok kanvas ( Osterwalder & Pigneur, 2012 ). Sembilan blok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelayakan finansial. Kesembilan blok kanvas antara lain (Osterwalder & Pigneur, 2012) : 1. Costumer Segment Elemen ini menggambarkan sekelompok orang yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Pelanggan adalah inti dari semua model bisnis. Tanpa pelanggan (yang dapat memberikan keuntungan), tidak ada perusahaan yang mampu bertahan dalam waktu lama. 2. Value Propositions Elemen ini menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk pelanggan spesifik. Proposisi nilai menciptakan nilai untuk segmen pelanggan melalui paduan elemen-elemen berbeda yang melayani kebutuhan segmen tersebut. Nilai dapat bersifat kuantitatif (misalnya harga dan kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan pengalaman pelanggan). Proposisi nilai dapat menyelesaikan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, proposisi nilai merupakan kesatuan, atau gabungan, manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. 3. Channels Elemen ini menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai. Saluran komunikasi, distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Saluran ini menjalankan beberapa fungsi antara lain : a. Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan b. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan c. Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik d. Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan e. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan 4. Customer Relationships Elemen ini menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : a. Akuisisi pelanggan b. Retensi (mempertahankan) pelanggan c. Peningkatan penjualan (upselling) 5. Revenue Streams Elemen ini menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Ada dua jenis arus pendapatan : a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan

15 b. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian. 6. Key Resources Elemen ini menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Aset/Sumber Daya utama dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual, atau manusia. 7. Key Activities Elemen ini menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Aktivitas-aktivitas kunci dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Produksi b. Penyelesaian masalah c. Platform/jaringan. 8. Key Partnership Elemen ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Kemitraan dapat mengoptimalkan model bisnis. Terdapat empat jenis kemitraan : a. Aliansi strategis antara non-pesaing b. Kemitraan strategis antarpesaing c. Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru d. Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan Ada tiga motivasi dalam membangun kemitraan : a. Optimisasi dan skala ekonomi b. Pengurangan resiko dan ketidakpastian c. Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu. 9. Cost Structure Elemen ini menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya model bisnis dibedakan menjadi dua kelas, yaitu terpacu nilai (value driven) dan terpacu biaya (cost driven). Model bisnis value driven yaitu berfokus pada penciptaan nilai. Proposisi nilai premium dan layanan pribadi tingkat tinggi biasanya menjadi ciri model bisnis yang terpacu nilai. Model bisnis cost driven yaitu berfokus pada peminimalan biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan struktur biaya seminimal mungkin. Struktur biaya dapat memiliki karakteristik antara lain yaitu biaya tetap, biaya variabel, skala ekonomi, dan lingkup ekonomi. Biaya tetap adalah biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda. Biaya variable adalah biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan. Skala ekonomi dan lingkup ekonomi sangat menentukan aktivitas dan keuntungan yang diterima suatu bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2012). 5

16 6 Desain Model Bisnis Kanvas Desain model bisnis adalah suatu cara untuk menghasilkan model bisnis yang lebih baik dan inovatif. Untuk dapat mendesain suatu model bisnis perlu mempertimbangkan serangkaian faktor yang kompleks, seperti pesaing, teknologi, lingkungan legal, dan lain-lain (Osterwalder & Pigneur, 2012). Terdapat teknik-teknik dalam mendesain model bisnis antara lain : wawasan/perspektif pelanggan, pembentukan ide, berpikir visual, prototyping, bercerita, dan skenario. Perspektif pelanggan harus menginformasikan pilihan kita terkait proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan pelanggan, dan arus pendapatan. Yang diperlukan dalam teknik desain berdasarkan pembentukan ide adalah suatu proses kreatif untuk membangun sejumlah ide model bisnis dan memilih salah satu diantaranya yang terbaik (Osterwalder & Pigneur, 2012 ). Teknik desain berdasarkan nilai berpikir visual berarti menggunakan alat bantu visual seperti gambar-gambar, sketsa, dan diagram untuk membangun dan mendiskusikan arti. Karena model bisnis adalah sebuah konsep kompleks yang terdiri atas berbagai blok bangunan dan hubungan antarblok bangunan itu, sehingga perlu membuat sketsanya terlebih dahulu. Prototyping merupakan alat bantu ampuh untuk mengembangkan model bisnis baru yang inovatif. Membuat dan memanipulasi porototipe model bisnis akan mendorong untuk mengatasi subjek penting tentang struktur, hubungan, dan logika dalam cara yang tidak tersedia melalui pemikiran dan diskusi. Teknik desain bercerita merupakan alat bantu ideal untuk mempersiapkan diskusi mendalam tentang model bisnis dan logika yang melandasinya. Teknik desain model bisnis dengan skenario berfungsi menginformasikan proses pengembangan model bisnis dengan membuat konteks desain spesifik dan detail (Osterwalder & Pigneur, 2012). METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2013 dimana satu bulan pertama melakukan studi pustaka dan membuat instrumen penelitian. Bulan kedua melakukan pengambilan data, wawancara, observasi di Outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Pada bulan ketiga melakukan pengolahan dan analisis data. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

17 generalisasi (Sugiyono, 2010). Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga metode ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Berikut ini dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Observasi/ Studi Lapangan Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data pendukung tentang keadaan sesungguhnya atau kondisi objektif Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dengan pengamatan secara langsung dan nyata mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian. Kelebihan dari studi lapangan adalah peneliti akan mendapatkan data dan pemahaman yang mendalam. Studi lapangan adalah cara terbaik untuk memahami situasi sosial dari sudut pandang para pelakunya. Kelemahan dari studi lapangan ini adalah hanya dapat dilakukan pada satu komunitas pada satu saat. Akibatnya analisis yang dilakukan terbatas sifatnya hanya pada komunitas tertentu. Pada penelitian yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang, metode ini dilakukan dengan cara melakukan observasi di bagian outlet. observasi di outlet dilakukan untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan kepada pelanggan. 2. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan sebagai metode utama untuk menggali informan berkenaan dengan gagasan, perasaan, dan pikiran informan yang sesuai dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara semi terstruktur, pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu yang biasanya berfungsi untuk memulai wawancara. Pewawancara perlu menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. Urutan pertanyaan dan pembahasan tidak harus sama dengan panduan, semua tergantung pada jalannya wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi lebih dalam selama observasi dilakukan. Tidak ada panduan pertanyaan selama observasi. Pada wawancara tidak terstruktur ini, pewawancara hanya memberikan topik yang akan dibahas dan partisipan diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berhubungan dengan topik. Dalam wawancara yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan wawancara tidak terstruktur dan semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan cara menulis panduan pertanyaan dan menanyakan secara langsung pertanyaan kepada direktur perusahaan dan manajer. Jawaban dari pertanyaan tersebut juga ditulis di kertas dimana panduan pertanyaan juga ditulis. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kondisi nyata perusahaan. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan informan di lapangan, berupa dokumen-dokumen administratif, yang ditujukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen-dokumen yang diakses dari Lapis Bogor Sangkuriang antara lain data produksi, data produk, data karyawan, data pelanggan, data dari jejaring sosial, dan data dari website. 7

18 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang merupakan suatu usaha yang didirikan oleh Rizka Wahyu Romadhona. Modal awal usaha ini yaitu sebesar Rp Usaha ini lama kelamaan berkembang dan berhasil mendirikan outlet pertama nya pada bulan September 2011 di jalan Soleh Iskandar (dekat Yogya Dept.Store), Bogor, Jawa Barat. Outlet kedua dan ketiga nya masing-masing terletak di Jalan Raya Pajajaran No 20E, Bogor dan Rumah Makan Raffles di Puncak. Konsep bisnis yang dijalankan yaitu dengan mengedepankan makanan olahan talas sebagai oleh-oleh khas Bogor. Produk utama yang dihasilkan menggunakan kombinasi antara tepung terigu dengan tepung talas. Saat ini dua jenis produk utama yang dijual yaitu lapis bogor dan brownis talas. Untuk lapis bogor dibedakan menjadi lapis bogor original, lapis bogor topping keju, lapis bogor greentea, lapis bogor blueberry, lapis bogor strawberry, lapis bogor cokelat, lapis bogor tiramisu dan lapis bogor capucino. Sementara untuk brownis, terdapat brownis talas polos dan brownis talas topping keju. Setiap usaha tentu memiliki perencanaan dalam mengembangkan usahanya. Proses perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan tujuan (goal making process) sekaligus juga merupakan proses pembuatan strategi (strategy making process) (Jones dan George, 2007). Rencana pengembangan bisnis Lapis Bogor Sangkuriang ke depan yaitu dengan menambah kapasitas produksi dan menambah jumlah outlet. Setiap rencana mengacu kepada visi dan misi perusahaan. Visi dan Misi Lapis Bogor Sangkuriang adalah : Visi : Menjadi perusahaan oleh-oleh khas daerah yang mengangkat pangan lokal. Misi : 1. Membina Usaha Kecil menengah khususnya di wilayah Bogor 2. Membuka Cabang di beberapa daerah di Bogor 3. Memberdayakan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan. Aspek Organisasi Susunan organisasi lapis bogor sangkuriang adalah sebagai berikut : Nama Perusahaan/Usaha : Lapis Bogor Sangkuriang Nama Pemilik/Pimpinan : Rizka Wahyu Romadhona Alamat kantor : Jl Raya Pajajaran No 20E, Bogor Struktur Organisasi Direktur Operasional : Anggara Kasih Manajer : Ananda Supervisi Operasional : Yohana Agustin Supervisi Produksi : Vera Supervisi Keuangan : Siti Rubayah Supervisi Kaizen : Zulia Hajli Selain tersebut di atas, terdapat pula administrasi, customer service, dan frontliner dengan jumlah karyawan saat ini sebanyak 116 orang.

19 Aspek Pemasaran Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2009). Segmentasi pasar untuk usaha ini yaitu untuk semua masyarakat Indonesia, khususnya warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Target pasar nya lebih diutamakan kepada wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh khas daerah. Dalam positioning produk, lapis bogor sangkuriang diposisikan sebagai oleh-oleh khas kota Bogor yang mengangkat pangan lokal yaitu talas. Selain itu, bauran pemasaran tentu dimiliki oleh lapis Bogor sangkuriang guna meningkatkan kualitas produk dan pelayanan nya. Berikut bauran pemasaran lapis bogor sangkuriang. 1. Product Produk lapis bogor dan brownis talas merupakan suatu inovasi produk baru. Dengan menggunakan tepung talas sebagai subtitusi tepung terigu, diharapkan produk ini mampu bersaing dengan produk lain sejenis dan mampu mengangkat kekhasan lokal daerah Bogor. Mutu produk yang ditawarkan adalah mutu terbaik karena menggunakan bahan-bahan terbaik. Desain kemasan produk juga sangat menarik dan menjadi sarana promosi oleh-oleh khas Bogor. Rata-rata umur simpan produk yaitu tiga hari. 2. Price Harga produk yang ditawarkan antara lain yaitu untuk brownis talas polos dijual dengan harga Rp ,00. Lapis Bogor Original dan Lapis Bogor dengan topping keju masing-masing dijual dengan harga Rp ,00 dan Rp ,00. Sementara untuk lapis bogor greentea dijual seharga Rp ,00. Harga tersebut untuk ukuran 30 cm. 3. Promotion Promosi yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang antara lain : a. Pameran Promosi berupa pameran ini biasanya dilakukan dalam pameranpameran UMKM, pameran produk khas Indonesia, dan pameran produk pangan lainnya. b. Iklan Iklan dilakukan di beberapa media, baik media cetak maupun elektronik. Untuk media cetak dan elektronik ini kebanyakan dari pihak media yang datang langsung ke outlet utama untuk melakukan wawancara dengan pemilik, yang kemudian di tulis sebagai berita di media. c. Kemasan Kemasan selain digunakan untuk mengemas produk juga sebagai sarana promosi, yaitu mempromosikan produk khas oleh-oleh lokal sekaligus mempromosikan Bogor sebagai kota tujuan wisata. 4. Placement Cara untuk mendistribusikan produk agar sampai ke pelanggan. Sistem distribusi yang dilakukan yaitu secara langsung dan tidak langsung atau melalui perantara. Sistem distribusi langsung yaitu dengan membuka outlet di tempattempat strategis dan dekat dengan pusat kota, sehingga pelanggan dan wisatawan 9

20 10 bisa mendapatkan produk dengan membeli di outlet tersebut. Sedangkan distribusi tidak langsung dilakukan oleh agen yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan sistem beli lepas tanpa adanya keterikatan secara langsung. 5. People Kriteria sumber daya manusia sebagai asset berjalannya suatu usaha. Kriteria sumber daya manusia yang diutamakan dalam berjalannya usaha ini yaitu yang memiliki attitude bagus, mau bekerja, serta tekun. 6. Process Proses yang ditampilkan kepada pelanggan agar pelanggan tertarik untuk membeli. Untuk saat ini proses lebih ditampilkan kepada pelayanan terhadap pelanggan yaitu dengan membatasi penjualan produk. Hal ini dikarenakan lebih rendahnya kapasitas produksi dibandingkan dengan permintaan pelanggan. Pelayanan di outlet pun dilakukan dengan adanya musik khas sunda dan tersedia produk-produk khas daerah di etalase-etalase outlet agar pelanggan yang berkunjung pun dihadapkan pada nuansa khas daerah. 7. Physical Evidence Penampilan fisik dari fasilitas pendukung atau sarana dalam menjual produk yang dapat dilihat langsung oleh pelanggan. Outlet di desain sedemikian sehingga tema produk-produk khas daerah akan melekat begitu masuk ke dalam outlet. Elemen-Elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang merupakan unit usaha di bidang pangan dengan produk utama nya brownis talas dan kue lapis talas. Selain produk-produk milik Lapis Bogor Sangkuriang, pada outletnya juga terdapat produk-produk konsinyasi yang merupakan produk dari mitra bisnis. Dari hasil identifikasi elemen-elemen model bisnis kanvas sesuai dengan konsep bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Customer Segment Pada Lapis Bogor Sangkuriang, pelanggan tidak secara spesifik dikhususkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Tetapi Segmen pelanggan Lapis Bogor Sangkuriang adalah warga Bogor serta wisatawan yang berkunjung ke Bogor. b. Value Proposition Pada Lapis Bogor Sangkuriang, nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan antara lain inovasi produk dan desain kemasan produk. Inovasi produk diberikan dengan cara diversifikasi bahan baku produk yaitu menggunakan tepung talas sebagai bahan kombinasi dengan tepung terigu dalam membuat brownis dan lapis bogor. Desain kemasan produk lapis bogor pun dibuat sangat menarik sehingga mencerminkan bahwa produk tersebut merupakan produk oleh-oleh khas Bogor. c. Channels Pada Lapis Bogor Sangkuriang, saluran yang digunakan untuk berhubungan dengan para pelanggan antara lain melalui saluran milik perusahaan (owned channels) dan saluran milik partner (partner channels). Saluran yang digunakan pada owned channels meliputi outlet dan media digital. Outlet Lapis Bogor Sangkuriang saat ini berjumlah tiga yang tersebar di

21 wilayah Bogor. Media digital yang digunakan yaitu website, facebook, dan twitter. Namun penggunaan media digital ini masih belum optimal karena belum bisa melayani kepentingan konsumen dalam berinteraksi melalui media digital, selain itu media digital ini masih belum dimanfaatkan sebagai sarana penjualan atau pemesanan secara online. Sementara itu, partner channels meliputi mitra Lapis Bogor Sangkuriang, mitra non Lapis Bogor Sangkuriang, dan reseller. Mitra Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan menitipkan produk-produk mereka di outlet milik Lapis Bogor Sangkuriang. Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan menjadi reseller besar yang akan menjualkan kembali produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang kepada pelanggan. Reseller yaitu mitra yang menjualkan produk Lapis Bogor Sangkuriang langsung kepada pelanggan. Sistem yang digunakan untuk masing-masing mitra ini yaitu berupa konsinyasi. d. Customer Relationships Pada Lapis Bogor Sangkuriang, customer relationships yang digunakan adalah personal assistance yaitu pelayanan selama penjualan oleh karyawan Lapis Bogor Sangkuriang. Hal ini dapat dilihat pada penjualan di setiap outletnya, produk-produk yang diinginkan oleh pelanggan diambilkan oleh karyawan. Karyawan Lapis Bogor Sangkuriang juga berpartisipasi aktif dalam hal pembelian yang dilakukan pelanggan dengan cara menawarkan dan menyarankan produkproduk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan produk-produk milik mitra lainnya. Selain itu hubungan lainnya adalah pelanggan bisa menyampaikan kritik dan saran terhadap Lapis Bogor Sangkuriang melalui kertas saran yang dititipkan kepada karyawan. e. Revenue Streams Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aliran pendapatan yang masuk ke dalam perusahaan adalah melalui penjualan produk brownis dan lapis bogor serta melalui hasil pembagian laba dengan mitra berdasarkan kesepakatan konsinyasi. Penjualan lapis bogor dan brownis talas di dalam outlet merupakan sumber pendapatan utama Lapis Bogor Sangkuriang. Sedangkan aliran pendapatan yang didapat Lapis Bogor Sangkuriang dari produk konsinyasi meliputi tiga jenis yaitu hasil pembagian laba dari penjualan produk konsinyasi milik mitra, konsinyasi dengan mitra non lapis bogor sangkuriang, maupun konsinyasi dengan reseller. f. Key Resources Sumberdaya utama yang terdapat pada Lapis Bogor Sangkuriang meliputi fasilitas fisik seperti outlet, peralatan dan mesin, dan mobil pengantar hasil produksi ke outlet. Sumberdaya manusia dan intellectual resources berupa resep pembuatan produk. g. Key activities Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aktivitas utama yang dijalankan untuk mendapatkan nilai tambah adalah produksi brownis talas dan lapis bogor serta penjualan dan pemasaran produk. Selain itu, aktivitas lainnya yaitu seperti 11

22 12 mengikuti pameran-pameran produk khas daerah sebagai upaya memperkenalkan produk khas dari daerah Bogor. h. Key Partnership Mitra utama Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan pemasok bahan baku pembuatan produk. Key partnership lainnya yaitu dengan mitra dan reseller. Selain itu lapis bogor pun menjalin kerjasama dengan dinas budaya dan pariwisata Bogor pada berbagai pameran produk lokal khas Bogor. i. Cost structure Pada Lapis Bogor Sangkuriang, biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini yaitu biaya produksi (termasuk SDM) dan biaya operasional. Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan faktor-faktor produksi guna menghasilkan produk. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya-biaya untuk promosi, pemasaran, dan perawatan mesin produksi. Gambaran model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. 20 Warga Bogor Complete Business Model Canvas Wisatawan yang datang ke Bogor Powerpoint Templates Gambar 1. Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini Page 23 Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Analisis SWOT adalah analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Faktor internal dalam analisis SWOT dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan competitor lain. Kelemahan adalah kekurangan yang dimiliki perusahaan.

23 Sementara itu faktor eksternal dalam analisis SWOT dibedakan menjadi dua yaitu peluang dan ancaman. Peluang merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan (Solihin, 2012). Ancaman adalah individu, kelompok, ataupun organisasi di luar suatu perusahaan yang berupaya untuk mengurangi kinerja yang sudah dicapai perusahaan (Barney dan Hesterly, 2008) Dari hasil identifikasi terhadap elemen-elemen model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang, maka masing-masing elemen dianalisis menggunakan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT ini dapat digunakan untuk menyempurnakan atau memperbarui model bisnis yang telah ada sebelumnya. Berikut hasil analisis SWOT terhadap kesembilan elemen model bisnis. a. Customer Segment Kelebihan customer segment yang ada pada Lapis Bogor Sangkuriang saat ini adalah tidak terbatas pada kriteria segmen-segmen tertentu, tetapi lebih luas membidik pelanggan di seluruh bogor pada khususnya maupun wisatawanwisatawan yang datang ke Bogor. Kelemahan dari model customer segment ini adalah masih belum bisa menjangkau keseluruhan segmen pelanggan karena masih terbatasnya kapasitas produksi. Peluang yang bisa diambil yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa menjangkau kebutuhan segmen pelanggan. Ancaman dari model customer segment ini adalah semakin banyak pesaing yang masuk dalam pasar persaingan kue jenis ini. b. Value proposition Kelebihan dari produk Lapis Bogor Sangkuriang yaitu merupakan produk inovasi berbasis bahan baku lokal dengan cita rasa yang disukai semua segmen pelanggan. Kelemahannya adalah produk mudah ditiru. Peluang yang bisa dikembangkan yaitu value proposition bisa lebih ditekankan untuk pelangganpelanggan tertentu, misalnya untuk konsumsi suatu acara, acara hotel, dll. Ancamannya yaitu produk mudah ditiru oleh pesaing dan pesaing bisa menempatkan value proposition nya lebih baik. c. Channels Kelebihan elemen channels yaitu jangkauan pasar luas karena adanya mitra. Kelemahan channels saat ini yaitu banyaknya saluran pemasaran produk tidak bisa dimanfaatkan dengan baik karena masih terbatasnya kapasitas produksi. Peluang yang bisa diterapkan yaitu adanya pemesanan secara online. Ancamannya yaitu pesaing lebih cepat meningkatkan kemampuan mengelola channels. d. Customer Relationships Kelebihan penerapan customer relationship saat ini yaitu pelayanan yang baik dari karyawan terhadap pelanggan yang datang ke outlet. Pelanggan tidak perlu repot dalam mengambil produk, karena ada karyawan yang melayani pelanggan. Kelemahannya yaitu belum adanya informasi secara jelas ada atau tidak tersedianya produk di outlet, sehingga beberapa pelanggan yang datang harus pulang lagi karena persediaan produk habis. Peluang yang dapat 13

24 14 dikembangkan yaitu dengan adanya media informasi yang memberitahukan mengenai persediaan produk di outlet. Ancaman dari penerapan customer relationship saat ini yaitu pesaing dapat menerapkan customer relationship yang lebih baik. e. Revenue Streams Kelebihan yang ada pada elemen revenue stream saat ini adalah pembayaran langsung setiap transaksi penjualan produk dan mendapatkan laba dari konsinyasi dengan mitra. Kelemahan dari revenue stream saat ini yaitu hanya bersifat sekali transaksi untuk pelanggan dan reseller. Peluang yang bisa dikembangkan terkait revenue stream yaitu dengan menambah jumlah outlet setelah kapasitas produksi ditingkatkan. Ancaman revenue stream saat ini yaitu mitra tidak lagi bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang karena mitra tidak dapat memenuhi perjanjian kerjasama. f. Key Resources Kelebihan dari key resources adalah tersedianya elemen-elemen untuk produksi dan memiliki sumber daya manusia yang memiliki attitude baik. Kelemahan dari key resources yaitu masih belum bisa memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan. Peluang dari key resources yaitu dengan menerapkan manajemen produksi yang lebih baik agar mengoptimalkan segala aktivitas sumber daya yang dimilikinya. Ancaman key resources saat ini yaitu pesaing lebih baik dalam mengelola key resources nya. g. Key Activities Kelebihan dari key activities saat ini yaitu mampu mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, penjualan produk yang bekerja sama dengan mitra dapat meningkatkan margin laba. Kelemahan dari key activities saat ini yaitu masih belum bisa memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan terhadap produk. Peluang yang dapat dicapai yaitu dengan terus memperbaiki manajemen produksi dan meningkatkan kapasitas produksi. Ancaman dari key activities ini yaitu pesaing dengan mudah meniru key activities Lapis Bogor Sangkuriang dengan mudah. h. Key Partnership Kelebihan dari key partnership saat ini yaitu Lapis Bogor Sangkuriang dikenal baik oleh mitra sehingga banyak mitra yang ingin bekerja sama. Selain itu pemasok bahan baku juga selalu ontime dalam penyediaan bahan baku produksi lapis bogor sangkuriang. Kelemahan dari key partnership yaitu tidak banyak mitra yang memiliki value proposition yang sama dengan Lapis Bogor Sangkuriang. Peluang yang bisa didapatkan yaitu kemudahan bekerja sama dengan partner. Ancaman terhadap key partnership yaitu ketergantungan perusahaan kepada mitra. i. Cost Structure Kelebihan dari elemen cost structure yaitu biaya menjangkau pasar berkurang karena adanya kerja sama dengan mitra. Kelemahan elemen ini yaitu biaya operasional tidak stabil. Peluang dari cost structure yaitu dengan

25 memanfaatkan media teknologi untuk megurangi biaya pemasaran dan juga memperluas jaringan kerja sama. Ancaman terhadap cost structure yaitu harga bahan baku bisa sewaktu-sewaktu meningkat akibat kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil identifikasi model bisnis kanvas Lapis Bogor Sangkuriang diatas dan hasil dari Analisis SWOT secara kualitatif dari masingmasing elemen model bisnis, maka dapat dilihat bahwa meskipun produk yang ditawarkan merupakan produk khas Bogor, namun secara konsep bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang masih belum menerapkan konsep bisnis oleh-oleh khas Bogor Secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan segmen pelanggan yang dibidik masih belum spesifik, selain itu media saluran pemasarannya juga masih belum spesifik menyasar tempat-tempat yang banyak dikunjungi para turis atau wisatawan asing misalnya hotel, restaurant dan tempat wisata di Bogor. Model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model bisnis saat ini adalah Lapis Bogor Sangkuriang memiliki jaringan kerjasama yang kuat dengan mitra, pemasok bahan baku, maupun dinas budaya dan pariwisata Bogor, sehingga selain dapat menambah pendapatan (revenue stream) perusahaan, produk Lapis Bogor Sangkuriang juga semakin dikenal oleh masyarakat luas. Produk Lapis Bogor Sangkuriang sudah memiliki image sebagai produk khas Bogor. Hal itu mengundang media untuk meliput dan menayangkan profil produk Lapis Bogor Sangkuriang yang secara tidak langsung itu merupakan upaya promosi dan pemasaran produk-produk lapis bogor sangkuriang serta dapat membuat produk Lapis Bogor Sangkuriang semakin dikenal secara luas. Sedangkan kelemahan dari model bisnis sekarang adalah kurang memperhatikan customer relationship sehingga loyalitas pelanggan dapat berkurang karena tidak adanya program customer relationship yang baik dari perusahaan. Customer Relationship yang masih kurang terutama dalam hal pemanfaatan media digital sebagai penyedia informasi terkait dengan produk yang tersedia di outlet, maupun dalam hal pemesanan dan penjualan produk secara online. Pelanggan terkadang harus pulang kembali karena produk sudah habis. Hal ini tentu bisa membuat kesan yang kurang baik terhadap pelanggan. Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis Pembuatan alternatif model bisnis ini menggunakan metode ideation/idea generation yaitu dengan cara mengeluarkan ide-ide sehingga mendapakan ide yang terbaik. Selanjutnya dalam pemilihan alternatif disesuaikan dengan visi, misi, dan kondisi perusahaan. Dalam pembuatan alternatif model bisnis ini, ada dua alternatif yang dikembangkan untuk Lapis Bogor Sangkuriang, antara lain alternatif model bisnis dengan konsep kemitraan dan model bisnis dengan konsep yang ada saat ini dengan penambahan konsep online selling. Usulan Konsep Kemitraan Lapis Bogor Sangkuriang Ide ini merupakan konsep bisnis yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan memperbesar/ekspansi usaha. Kemitraan yang akan diterapkan disini hanyalah berupa pembukaan cabang/outlet baru oleh mitra tetapi segala aspek bisnis tetap milik perusahaan. Perusahaan bertugas menyuplai produk ke 15

26 16 cabang/outlet dan mitra bertugas menyediakan cabang/outlet dan menjual produk di tempat mitra membuka cabang/outlet. Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai franchisor dan mitra berperan sebagai franchisee. Beberapa langkah yang dilakukan untuk menjalin kemitraan (Junaedy, 2011) antara lain : 1. Menyeleksi franchisee 2. Memberikan target penjualan kepada franchisee 3. Memberikan target royalti kepada mitra 4. Meminta komitmen dari mitra Dengan konsep ini, perusahaan menginginkan ekspansi usaha dalam skala yang lebih besar dengan membuka cabang di beberapa tempat di wilayah Bogor. Perusahaan mencoba menjangkau segmen pelanggan di seluruh wilayah Bogor yang selama ini masih belum bisa dijangkau. Konsep model bisnis tersebut bila ditulis pada kesembilan elemen model bisnis kanvas adalah sebagai berikut. a. Customer Segment Pada elemen ini, segmen pelanggan yang ingin dicapai yaitu seluruh warga Bogor. Potensi warga Bogor sebagai pelanggan utama sangatlah menjanjikan. b. Value Proposition Pada elemen ini, nilai yang ingin diberikan sama dengan konsep bisnis saat ini yaitu inovasi produk dan desain kemasan produk. Namun ada penambahan nilai Accessibility, yaitu kemudahan pelanggan untuk mendapatkan produk karena semakin banyaknya cabang/outlet sehingga pelanggan cukup membeli di outlet terdekat. c. Channels Pada elemen ini, saluran yang digunakan yaitu partner channels, melalui cabang/outlet yang dimiliki mitra/franchisee. d. Customer Relationships Pada elemen ini, bentuk customer relationships nya ditunjukan oleh personal assistance di outlet/cabang mitra. e. Revenue Streams Pada elemen ini, arus pendapatan perusahaan diperoleh dari laba konsinyasi hasil penjualan produk di cabang/outlet mitra dan royalti yang diberikan mitra. f. Key Resources Pada elemen ini, sumber daya yang digunakan yaitu sumber daya intelektual sumber daya fisik, dan sumber daya manusia. Perusahan sebagai franchisor menggunakan hak intelektualnya untuk pengembangan bisnisnya. Sumber daya fisik yang digunakan berupa alat transportasi untuk distribusi produk, penambahan peralatan produksi, serta tempat produksi yang cukup besar. Penambahan Sumber daya manusia diperlukan untuk bagian produksi, bagian pengantar produk ke cabang, dan pelatih training sistem bisnis untuk mitra.

27 Selain itu Sumber Daya Manusia yang baik diperlukan untuk pengelolaan bisnis dan pengendalian mutu mengingat dalam sistem ini produk hanya dibuat di outlet pusat dan pabrik secara terpusat sehingga di harapkan produk yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya. g. Key Activities Pada elemen ini, aktivitas yang dilakukan perusahaan antara lain produksi (termasuk pengendalian mutu) dan distribusi produk, pelatihan/training serta melakukan kontrol dan evaluasi pola kemitraan dengan mitra. h. Key Partnerships Mitra yang bekerjasama antara lain franchisee, mitra produk non Lapis Bogor Sangkuriang dan pemasok bahan baku. Setiap franchisee merupakan partner untuk kemajuan dan ekspansi usaha. Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang menitipkan produk mereka (selain produk lapis bogor) di setiap outlet Lapis Bogor Sangkuriang dengan sistem konsinyasi. Sementara pemasok bahan baku yaitu pihak yang memasok kebutuhan bahan baku produksi Lapis Bogor Sangkuriang. i. Cost Structure Struktur biaya yang diperlukan antara lain penambahan biaya produksi, karena perusahaan harus memiliki kapasitas produksi yang lebih besar untuk dapat memasok produk ke setiap outlet yang lebih banyak nantinya. Selain itu diperlukan biaya SDM yang lebih besar karena tentu semakin banyak SDM yang terlibat seperti untuk bagian produksi (termasuk pengendalian mutu), bagian pengantar produk ke cabang, ataupun pelatih training sistem bisnis. Biaya lainnya yaitu Penambahan biaya untuk pembelian alat transportasi, dan biaya penambahan fasilitas fisik pendukung produksi. Konsep model bisnis kemitraan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model bisnis ini yaitu perusahaan dapat memperluas usahanya tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk mendirikan cabang/outlet, selain itu perusahaan dapat meningkatkan omzet penjualan produk secara kontinu. Sedangkan kekurangan konsep model bisnis ini yaitu diperlukan Key Resources baru seperti alat transportasi, penambahan fasilitas fisik lainnya, pengelolaan bisnis dan pengendalian mutu yang baik agar produk yang dijual di outlet mitra tetap terjaga kualitasnya. Gambaran desain model bisnis kanvas dengan konsep kemitraan dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini. 17

28 18 20 Warga Bogor Complete Business Model Canvas Powerpoint Templates Gambar 2. Desain Model Bisnis Kanvas dengan konsep kemitraan Page 20 Usulan konsep yang sudah ada saat ini ditambahkan dengan penajaman customer segment dan value propositions serta penambahan konsep online selling Ide ini didasarkan karena kurangnya penajaman pada segmen pelanggan dan sebagai upaya perbaikan pelayanan pada pelanggan. Saat ini segmen pelanggan yang dibidik yaitu warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Namun pelayanan yang diberikan sejauh ini masih belum bisa menjangkau keseluruhan segmen pelanggan. Selain itu penggunaan media digital sebagai sarana customer relationships dengan pelanggan pun masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu dari key activities suatu bisnis yaitu penjualan. Penjualan adalah suatu kegiatan yang mengharuskan perusahaan mengeluarkan sejumlah barang dan jasa baik secara tunai maupun kredit, sehingga menghasilkan sejumlah finansial (Irawati, 2008). Penjualan secara online adalah penjualan yang terjadi di dunia maya, tanpa harus ada proses bertemu antara pelanggan dengan pihak perusahaan. Bila mampu memanfaatkan penggunaan media digital secara optimal tentu hubungan dengan pelanggan akan semakin baik. Saat ini perusahaan diharapkan perlu mengadopsi pendekatan customer relationships di mana perusahaan berupaya untuk mempertahankan para pelanggan yang menguntungkan melalui pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan ( Solihin, 2012). Karena melalui media digital tersebut pelanggan bisa memberikan masukan untuk perbaikan perusahaan ke depannya. Peran media digital yang diharapkan disini adalah sebagai media informasi terkait dengan produk yang dijual, ketersediaan produk di outlet, maupun pemesanan dan penjualan secara

29 online. Konsep model bisnis tersebut bila ditulis pada kesembilan elemen model bisnis kanvas adalah sebagai berikut. a. Customer Segment Pada elemen ini, segmen pelanggan yang diinginkan yaitu warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Dalam hal ini tidak terbatas hanya pada wisatawan yang datang ke outlet, tetapi juga diharapkan dapat menjangkau wisatawan yang sedang berada di tempat wisata maupun di tempat mereka menginap (hotel,restoran). Selain itu segmen wedding/event tertentu yang berlangsung di Bogor pun termasuk ke dalam segmen pelanggan yang diinginkan. b. Value propositions Pada elemen ini, nilai yang ingin diberikan antara lain: inovasi produk, tampilan desain kemasan produk, Accessibility dengan delivery order dan informasi ketersediaan produk. c. Channels Pada elemen ini, saluran yang ditambahkan antara lain media online sebagai informasi dan ketersediaan produk, serta saluran distribusi produk delivery order. Sehingga saluran yang digunakan terdiri dari owned channels berupa outlet, partner channels berupa mitra besar maupun reseller, media online dan delivery order. Partner channels disini juga bisa berupa penyedia layanan catering untuk acara wedding/event tertentu. d. Customer Relationships Pada elemen ini, bentuk customer relationships nya ditunjukan oleh personal assistance di outlet, pelayanan via media online mengenai pemesanan dan penjualan online maupun informasi ketersediaan produk serta pelayanan personal di tempat delivery. e. Revenue Streams Pada elemen ini, arus pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan produk dan adanya tambahan biaya delivery order. f. Key Resources Pada elemen ini, sumber daya yang digunakan yaitu Sumber daya manusia dan sumber daya fisik. Sumber daya manusia dibutuhkan selain untuk produksi tentu untuk staff logistik, staff IT, dan staff delivery. Sumber daya fisik yang digunakan berupa alat transportasi dan fasilitas fisik lainnya seperti outlet dan peralatan produksi. g. Key Activities Pada elemen ini, aktivitas yang dilakukan perusahaan antara lain produksi, delivery order, penjualan online, dan logistik. 19

30 20 h. Key Partnerships Mitra yang bekerjasama antara lain pemasok bahan baku, penyedia hosting dan domain, Dinas budaya dan Pariwisata Bogor, serta unit pariwisata dan event tertentu. i. Cost Structure Struktur biaya yang diperlukan antara lain biaya produksi, biaya pembelian alat transportasi, biaya hosting dan domain, serta biaya SDM. Konsep model bisnis awal ditambahkan dengan penambahan konsep online selling ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model bisnis ini yaitu bertujuan mencapai keseluruhan segmen pelanggan dan mengutamakan pelayanan pelanggan dengan selling online dan delivery order. Kelemahan konsep model bisnis ini yaitu diperlukan SDM yang profesional dan diperlukan tambahan biaya yang cukup besar untuk membeli sumber daya fisik seperti alat transportasi. Gambaran desain model bisnis kanvas konsep ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini. 20 Wisatawan Warga Bogor Complete Business Model Canvas Wedding/event Powerpoint Templates Page 23 Gambar 3. Desain Model Bisnis Kanvas awal dengan penajaman customer segment dan value propositions serta penambahan konsep online selling Dari hasil pembuatan alternatif-alternatif model bisnis tersebut, maka dilakukan pemilihan dari model bisnis yang telah diusulkan. Kriteria pemilihan ini didasarkan pada visi, misi, dan kondisi perusahaan.

USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG BUSINESS MODEL DESIGN OF LAPIS BOGOR SANGKURIANG

USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG BUSINESS MODEL DESIGN OF LAPIS BOGOR SANGKURIANG E-Jurnal Agroindustri Indonesia Desember 2014 Vol. 3 No. 1, p ISSN: 2252-3324 Available online at: http://tin.fateta.ipb.ac.id/journal/e-jaii USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG BUSINESS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Value Chain Value chain menurut Porter adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara menciptakan customer value lebih bagi pelanggan. Dijelaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan salah satu faktor yang menjadi penggerak perekonomian nasional. Industri kreatif Indonesia semakin berkembang dan diminati pasar global. Di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BISNIS MODEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI BATIK SUMENEP MADURA

PENGEMBANGAN BISNIS MODEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI BATIK SUMENEP MADURA C.19 PENGEMBANGAN BISNIS MODEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI BATIK SUMENEP MADURA Narto * Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xiii INTISARI xv ABSTRACT xvi BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bisnis serupa didirikan yang menawarkan produk barang dan/

Lebih terperinci

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL 3.1. Customer Segments KULTUR&CO menggunakan pendekatan niche market sebagai jenis konsumen dalam perancangan 9 building blocks yang mempunyai segmentasi dan spesialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan manusia yang selalu tidak puas itulah yang membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan manusia yang selalu tidak puas itulah yang membuat sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan dunia yang pesat sekarang ini. Banyak orang yang lebih menginginkan sesuatu yang lebih baik dan terus meningkat. Tidak banyak pula dari mereka yang

Lebih terperinci

BAB II BUSINESS CANVAS

BAB II BUSINESS CANVAS BAB II BUSINESS CANVAS Osterwalder & Pigneur (2010) menjabarkan dalam bukunya Business Model Generation mengenai bagaimana suatu bisnis dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan value kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian 1.1.1 Sejarah Resto Rumah Soto Padang Resto Rumah Soto Padang merupakan sebuah restoran dengan menu khas soto yang berdiri pada 20 November 2013 di

Lebih terperinci

BAB III DESAIN AKHIR

BAB III DESAIN AKHIR 62 BAB III DESAIN AKHIR 3.1. Kanvas Model Bisnis Gambar 3.1.1 Business Model Clip On 62 63 3.2. Nine Building Blocks 3.2.1. Customer Segments Sumber: McKinsey Consumer and Shopper Insights Indonesia Study,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 BUSINESS MODEL CANVAS Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian di Indonesia. UKM memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran (Marsum 2009 dalam Firbani 2006) menjelaskan bahwa, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan

Lebih terperinci

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS BAB III BUSINESS MODEL CANVAS Gambar 3.1: Business Model Canvas dari Lalita 58 59 3.1 SEGMENTASI PELANGGAN (CUSTOMER SEGMENTS) Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri fashion di Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan fashion yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT.BONLI CIPTA SEJAHTERA DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT.BONLI CIPTA SEJAHTERA DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT.BONLI CIPTA SEJAHTERA DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS BUSINESS DEVELOPMENT ANALYSIS IN PT. BONLI CIPTA SEJAHTERA USING BUSINESS MODEL CANVAS APPROACH Abu Hafs

Lebih terperinci

MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP

MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP PEPEN AANDRIAN SYAH pepenaan@gmail.com Abstrak Business Model Canvas atau yang biasa disingkat dengan BMC mulai mendapatkan ketenaran di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Salon Istilah salon diadaptasi dari bahasa Inggris yang bermakna ruangan atau ruang besar. Terdapat pula pengertian lain berdasar kamus saku Oxford Learner's Pocket Dictionary,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman (food and beverage) merupakan salah satu industri yang berkembang di Negara Indonesia, khususnya pada Provinsi Jawa Barat. Industri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak diminati oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian orang memelihara anjing sebagai teman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BISNIS PADA DEPOT DAHLIA MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

PENGEMBANGAN BISNIS PADA DEPOT DAHLIA MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS AGORA Vol. 3, No. 2 (2015) 588 PENGEMBANGAN BISNIS PADA DEPOT DAHLIA MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS Jeffrey Yosh Pradipta dan Dhyah Harjanti Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL BISNIS PIA APPLE PIE BOGOR SHINTA AYUNINGRUM

ANALISIS MODEL BISNIS PIA APPLE PIE BOGOR SHINTA AYUNINGRUM ANALISIS MODEL BISNIS PIA APPLE PIE BOGOR SHINTA AYUNINGRUM DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati Pada bab IV ini peneliti akan membahas hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA Komang Anom Budi Utama, SKom komang_anom@staff.gunadarma.ac.id Business Model Canvas Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation menciptakan sebuah framework

Lebih terperinci

Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2)

Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2) Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2) Oleh Sapri Pamulu, Ph.D. Manager SMO PT Wiratman Menurut Kaplan & Norton (2012) dalam dunia bisnis sekarang yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh sumber

Lebih terperinci

MODEL BISNIS PADA PERUSAHAAN X MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

MODEL BISNIS PADA PERUSAHAAN X MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS MODEL BISNIS PADA PERUSAHAAN X MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS 18 Devyana Chandra Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan tidak dapat mempertahankan sikap menarik pelanggan atau memperluas pasar baru. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Keramat Bey Berry

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Keramat Bey Berry BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Keramat Bey Berry Keramat Bey Berry merupakan salah satu usaha agrobisnis pemasok strawberry yang telah berdiri selama 13 tahun,

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1 a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 SKS : 3 SKS Review BMC Pertemuan - 1 a home base to excellence Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, pengaruh dari globalisasi berdampak pada sudut pandang masyarakat terhadap gaya berbusana. Masyarakat modern tidak lagi melihat

Lebih terperinci

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai bagian dari limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 LATAR BELAKANG BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang dianggap penting, karena setiap aktifitas manusia membutuhkan sarana transportasi khususnya daerah ibu kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini semakin meningkat serta dampak era globalisasi telah mengubah perilaku konsumen dan pelaku usaha. Perusahaan tidak saja

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 10 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : SEGMENTATION TARGETING - POSITIONING Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori...

DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori... DAFTAR ISI Halaman Judul.. i Halaman Pengesahan ii Halaman Pernyataan. iii Kata Pengantar.. iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel.. ix Daftar Gambar.. xi Daftar Lampiran... xiii Intisari.. xiv Abstract xv Bab

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUSINESS MODEL CANVAS Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas Apa itu business model canvas [BMC]??? BMC adalah model bisnis yang memaparkan 9 elemen bisnis secara singkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini merupakan upaya penulis dalam menggambarkan kanvas

BAB V PENUTUP. Penelitian ini merupakan upaya penulis dalam menggambarkan kanvas BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan upaya penulis dalam menggambarkan kanvas model bisnis AtelierAMH. Penelitian mendapatkan data untuk membuat kanvas model bisnis AtelierAMH dari wawancara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lima Kekuatan Porter Analisis kompetitif dengan menggunakan model lima kekuatan porter adalah pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi dibanyak perusahaan (David, 2011,

Lebih terperinci

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes Hasil yg diharapkan Setiap Kelompok terdiri dari 5-6 orang Setiap Kelompok membuat 1 (satu) Rencana Bisnis Bidang usaha yang dipilih harus

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II PROPOSISI NILAI

BAB II PROPOSISI NILAI BAB II PROPOSISI NILAI 2.1. Restoran Restoran atau rumah makan adalah jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk

Lebih terperinci

BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA

BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA Andreas Dwi Rahardjo Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: lenzcrew7@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu daya tarik bagi setiap negara maupun daerahnya masing-masing. Pariwisata adalah industri jasa yang menanggani mulai dari transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi sumber penghasilan devisa Negara dan menjadi penunjang perkembangan pembangunan Negara. Indonesia

Lebih terperinci

BUSINESS TECHNOLOGY INCUBATION CENTER

BUSINESS TECHNOLOGY INCUBATION CENTER Strategi Memulai Bisnis MEMBANGUN KONSEP BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KANVAS Oleh : Intan N. Sutarto Manajer Operasional BTIC MITI MASYARAKAT ILMUWAN DAN TEKNOLOG INDONESIA BUSINESS TECHNOLOGY

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB І PENDAHULUAN. Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan

BAB І PENDAHULUAN. Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan BAB І PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan Indonesia, karena pariwisata sebagai sebuah industri dengan bidang yang sangat kompleks. Keberadaannya

Lebih terperinci

BUSINESS MODEL CANVAS

BUSINESS MODEL CANVAS BUSINESS MODEL CANVAS Coach Ferdy D. Savio Surabaya, 11 Mei 2016 Apa Faktor yang paling Penting dari sebuah Bisnis? Business Model Generation Alexander Osterwalder & Yves Pigneur Apakah Anda memiliki SEMANGAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Stanton dalam Tambajong (2013:1293), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 LATAR BELAKANG BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Membahas tentang kebutuhan utama manusia adalah salah satunya kebutuhan akan pangan. Pangan adalah kebutuhan yang paling utama secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan perkembangan zaman dan teknologi bertambahnya limbah di masyarakat karena masyarakat pada masa kini hanya bisa menggunakan, mengonsumsi, dan menikmati barangbarang

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Services Marketing Marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih

Lebih terperinci

USAHA KECIL MENENGAH KERIPIK UBI HUMOR DI KABUPATEN SUMEDANG. Diajukan untuk Memenuhi Matakuliah Marketing Prodi Desain Komunikasi Visual

USAHA KECIL MENENGAH KERIPIK UBI HUMOR DI KABUPATEN SUMEDANG. Diajukan untuk Memenuhi Matakuliah Marketing Prodi Desain Komunikasi Visual USAHA KECIL MENENGAH KERIPIK UBI HUMOR DI KABUPATEN SUMEDANG Diajukan untuk Memenuhi Matakuliah Marketing Prodi Desain Komunikasi Visual oleh: Sadam husen 1401100105 Dosen : Gema Arifrahara FAKULTAS INDUSTRI

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi convenience store, serta banyaknya kompetitor membuat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi convenience store, serta banyaknya kompetitor membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan convenience store di Indonesia khususnya di Jakarta semakin meningkat. Berawal dari minimarket biasa kemudian berkembang menjadi convenience

Lebih terperinci

BAB III BUSINESS MODEL CREATION

BAB III BUSINESS MODEL CREATION 43 BAB III BUSINESS MODEL CREATION 3.1. COMPETITORS 9 BUILDING BLOCKS Kompetitor dari bisnis ini adalah kompetitor tidak langsung karena belum ada brand atau kompetitor yang menjual produk yang sama persis.

Lebih terperinci

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL 59 BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL Gambar 3. 1 Final Design Business Model Canvas 3.1 Customer Segment Makanan sehat yang mengandung protein tinggi ini akan dipasarkan kepada beberapa segmen pasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha yang semakin ketat. Para pelaku usaha dituntut untuk dapat menjalankan usaha

Lebih terperinci

Modul Latihan Penyusunan Model Bisnis

Modul Latihan Penyusunan Model Bisnis + Modul Latihan Penyusunan Model Bisnis Jurusan Manajemen FEB UB Modul Penunjang Laboratorium Kewirausahaan Sri Palupi Prabandari SE., MM Radityo Putro Handrito SE., MM + Business Model dalam Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mereka. Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mereka. Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padatnya aktivitas pada masyarakat saat ini terutama di kota besar seperti Jakarta menuntut masyarakat untuk memberikan perhatian lebih dalam menjaga kesehatan mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai tujuannya yang ingin

Lebih terperinci

Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016):

Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016): Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016): Learning Outcomes week 12 dan 12a Team mampu mengembangkan desain blok key partnership dan key resources BMC dengan menggunakan feedback and

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis kuliner di Indonesia saat berkembang sangat pesat seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat dan bertambahnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v

DAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v DAFTAR ISI Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xiii Intisari... xiv Abstract...

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Volume 5. No : 3, 2017 1 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Pricillia Wanandi Program Studi Manajemen Bisnis, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya E-mail: shiel_pricillia@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Manajemen Strategi Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang artinya memimpin,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan.

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bundling Bundling merupakan pengelompokan beberapa layanan telekomunikasi jadi satu paket untuk meningkatkan pelanggan potensial dan mengurangi biaya iklan, pemasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Mesin Fotocopy Pada PT. Usaha Bersama Jaya Abadi

Strategi Pemasaran Mesin Fotocopy Pada PT. Usaha Bersama Jaya Abadi Strategi Pemasaran Mesin Fotocopy Pada PT. Usaha Bersama Jaya Abadi Nama : Aprillisa Diajeng Npm : 31213222 Program Studi : Manajemen Pemasaran Pembimbing : Dr. Anita Wasutiningsih PENDAHULUAN PT. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian di Indonesia pada saat ini cukup pesat, hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan yang semakin berkembang. Sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kinerja Bank BUMN PT. XYZ pada tahun 2016 mencatat laba bersih sebesar Rp. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. 9,07

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk mengelola

Lebih terperinci