ANALISIS PERMINTAAN TUNA SIRIP KUNING (YELLOWFIN) INDONESIA DI PASAR JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN TUNA SIRIP KUNING (YELLOWFIN) INDONESIA DI PASAR JEPANG"

Transkripsi

1 ISSN Pages pp ANALISIS PERMINTAAN TUNA SIRIP KUNING (YELLOWFIN) INDONESIA DI PASAR JEPANG M.Yusra 1, Prof. Dr. Abubakar Hamzah 2, Dr. Sofyan Syahnur, M.Si 3 1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Abstract: Indonesia is a maritime country which has a big potential marine and fisheries resources. Tuna as export fisheries commodity has given contribution to Indonesian foreign exchange in fisheries sector. Fresh Yellowfin is one of tuna commodity that many imported by Japan from other countries including Indonesia. The purpose of this paper is to empirically demand analyze of Indonesian yellowfin in Japan market. Analyze the influence of Japan's GDP per capita, Indonesian fresh yellowfin price, Thailand s fresh yellowfin price, Indonesian production of Yellowfin exchange rate to demand volume of Indonesian tuna imported in Japan market. The period data used for analyzes from 1988 until The secondary data which used in this paper is source from UNCOMTRADE, World Bank, Bank Of Japan, FAO. The method which used in this paper is regression linier equation in double log model with Ordinary least square. The Results of this research are Exchange rates, Gross Domestic Product per capita, Production of Indonesian Yellowfin, Thailand fresh yellowfin price, Indonesian fresh yellowfin price affected significant to the demand quantity Indonesian yellowfin in Japan Market. Regession result show that Thailand yellowfin is substitutes with Indonesian fresh yellowfin. Japan is a very potential market for Indonesian yellowfin Indonesia. to increase the export of Indonesian fresh yellowfin sustainably. It needs the support of government to improve the quality standards through the development of quality standards and expand markets especially EU markets while maintaining existing markets. Keywords: Indonesian Yellowfin, Demand analysis, multiply linier equation Abstrak: Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan merupakan penyumbang devisa terbesar kedua dalam sektor perikanan. Dipasar Jepang tuna beku jenis sirip kuning segar (yellowfin) merupakan komoditas yang banyak di impor oleh Jepang dari negara negara produsen lainnya termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa pengaruh GDP perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, harga yellowfin segar Thailand, Produksi Yellowfin Indonesia dan nilai tukar Yen Jepang terhadap volume permintaan impor tuna Indonesia dipasar Jepang. Periode data analisis yang digunakan yaitu tahun Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari website UNCOMTRADE, world Bank, Bank of Japan, FAO.Model analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda double Log dengan metode analisis Ordinary Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar yen terhadap dollar, pendapatan perkapita Jepang, Produksi Yellowfin, Harga yellowfin Segar Thailand, harga yellowfin segar Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Dari tanda koefisien yang dihasilkan Yellowfin segar Thailand bersifat substisi (barang substitusi) dengan yellowfin segar Indonesia. Pasar Jepang yang sangat potensial bagi yellowfin segar asal Indonesia perlu tetap dipertahankan dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan perlu dilakukan perluasan pasar seperti ke uni Eropa dan Amerika yang memiliki pasar potensial bagi tuna asal Indonesia. Kata Kunci ; Tuna sirip kuning, analisis permintaan, model regresi linier ganda double log PENDAHULUAN Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari. Ikan tuna sebagai komoditas ekspor Volume 2, No. 2, Mei

2 perikanan kedua setelah udang telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai US$ juta. (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2005). Seluruh komoditas unggulan sektor perikanan Indonesia antara lain adalah udang, ikan tuna, cakalang, tongkol, rumput laut, ikan hias, dan lain sebagainya memiliki potensi yang besar untuk diperdagangkan di pasar dunia dengan tujuan utama adalah Jepang, Amerika, dan Uni Eropa. Dari data diatas tuna merupakan komoditas unggulan kedua setelah udang di sektor ekspor hasil perikanan. Ekspor komoditi tuna Indonesia meliputi 5 jenis tuna besar yakni jenis yellowfin, albacore, bigeye, bluefin dan southem bluefin. Ekspor tuna Indonesia pada umumnya dilakukan dalam bentuk tuna produk segar (dingin), utuh (fresh whole), beku utuh (frozen whole), dan produk dalam kaleng (canned tuna). Menurut data Food Agricultural Organization (FAO) ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6,03 persen dan 11,79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO, 2006). Jepang adalah negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia, dikarenakan Jepang menduduki peringkat pertama sebagai tujuan ekspor non migas Indonesia dan urutan kedua sebagai negara asal impor non migas setelah China. Pada periode Januari Desember 2012, menurut data yang dari Ministry of Finance Jepang, bahwa selama periode Januari- Desember 2012 neraca perdagangan Jepang dengan Indonesia surplus bagi Indonesia sebesar US$ 12,00 miliar, menurun 26,69% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar US$ 4,37miliar. (ITPC Osaka, 2013). Dipasar Jepang tuna sirip kuning (yellowfin) segar merupakan komoditas yang paling banyak di impor oleh Jepang dari negara negara produsen lainnya termasuk Indonesia. Komoditas impor tuna Jepang didominasi oleh tuna jenis yellowfin segar dan tuna jenis Bigeye. Kebutuhan tuna sirip kuning di Jepang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dari tahun 2005 sampai dengan 2009 pasar Jepang menunjukan kebutuhan impor yang terus menurun secara kuantitas. Sedangankan kembali meningkat di tahun Pada Tahun 2005 Jepang mengimpor 21,2 ribu ton Tuna sirip kuning. Tahun 2006 impor Jepang akan tuna sirip kuning menurun menjadi 19 ribu Ton, Tahun berikutnya kembali menurun menjadi 16.9 ribu Ton. Sedangkan pada Tahun 2010 Jepang mengimpor sebanyak 16,1 ribu Ton. Pendapatan perkapita Jepang berada pada urutan terbesar ketiga didunia setelah Amerika dan China. Dalam 20 tahun terakhir GDP perkapita Jepang terus mengalami 73 - Volume 2, No. 2, Mei 2014

3 peningkatan. Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survey dari banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (dibawah China) dan ketiga didunia (selain AS dan China). Tahun 1990 Jepang memiliki pendapatan perkapita sebesar Juta USD. Pada tahun 2000 pendapatan perkapita Jepang meningkat menjadi Juta USD dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 menjadi Juta USD. Peningkatan GDP perkapita Jepang ini diharapkan akan memberi pengaruh yang signifikan bagi permintaan impor Yellowfin Indonesia di Pasar Jepang. Dalam perdagangan internasional nilai tukar memegang peranan krusial dalam proses pembelian suatu komoditi, karena dalam perdagangan internasional nilai mata uang yang digunakan adalah dollar Amerika sebagai acuannya. Nilai tukar yen dalam sepuluh tahun terakhir ( ) terhadap dollar mengalami fluktuasi. Tahun 2002 nilai tukar yen terhadap dollar merupakan yang terendah yaitu 125 yen per dollar. Pada tahun tahun berikutnya nilai tukar yen masih berada pada level diatas seratus yen per dollar. Nilai tuar yen menguat sejak tahun 2009 yang berada pada level dibawah seratus per dollar. Tahun 2009 sebesar 93 yen per dollar, yang diikuti pada tahun tahun berikutnya. Pada tahun 2010 nilai tukar yen menjadi 87 yen perdollar, yang terus menguat menjadi 79 yen per dollar pada tahun Disamping itu faktor harga tuna sirip kuning sendiri mempengaruhi jumlah permintaan impor dari Jepang. Harga tuna sirip kuning selama sepuluh tahun terakhir berfluktuatif. Pada Tahun 2002 harga segar tuna sirip kuning sebesar 6.37 USD per Kg. sampai dengan tahun 2005 harga ekor sirip kuning terus meningkat menjadi 7.51 USD/Kg. Tahun 2006 harga tuna sirip kuning mengalami penurunan menjadi 7.35 USD/Kg. Dari Tahun 2007 sampai tahun 2011 harga tuna segar sirip kuning terus mengalami peningkatan. Harga tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan harga USD/Kg. Disamping itu harga barang substitusi dalam hal ini harga Yellowfin Thailand juga mempengaruhi permintaan impor yellowfin Indonesia di pasar Jepang. Thailand merupakan produsen terbesar yellowfin di pasar Internasional. Selama sepuluh tahun terakhir harga yellowfin Thailand terus menunjukan peningkatan. Tahun 2002 harga Yellowfin Thailand sebesar US$ 5,19 per Kg, keadaan ini terus meningkat setiap tahunnya, harga tertinggi yellowfin Thailand terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 10,65. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara akan Volume 2, No. 2, Mei

4 mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan menguntungkaan semua negara meskipun ada negara yang secara mutlak lebih efisien dalam memproduksi semua barang dibandingkan negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi suatu jenis barang tertentu (Lindert & Kindelberger, 1993). TEORI EKSPOR IMPOR Ekspor adalah kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Boediono, 1990). Sedangkan menurut Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru. Impor adalah suatu kegiatan pengiriman barang yang diproduksi dinegara lain untuk dijual dipasar dalam negeri. Hal ini berkaitan dengan arus lalu lintas barang, sehingga otoritas ada pada pabean. Impor ini berakibat adanya aliran keluar valuta asing dari dalam negeri (Purwito, 2006). Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut dengan Importir. Teori Permintaan Impor Menurut Kotler (2001) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada di lingkungan pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu. dimaksudkan untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut. a. Gross Domestic Product per kapita GDP per kapita adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi atau ukuran banyaknya pendapatan yang diperoleh setiap individu. Pengertian lain mengenai GDP per kapita adalah jumlah yang tersedia bagi perusahaan dan rumah tangga untuk melakukan pengeluaran. Oleh karena itu GDP per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika GDP per kapita suatu negara cukup tinggi, maka negara tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw, 2000) Volume 2, No. 2, Mei 2014

5 b. Harga Yellowfin Untuk harga ekspor, Lipsey (1995) menyatakan bahwa suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga yang ditawarkan berhubungan secara negatif dengan jumlah yang diminta, atau dengan kata lain semakin besar harga komoditi maka akan semakin sedikit kuantitas komoditi tersebut yang diminta. Sebaliknya harga berhubungan secara positif dengan penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas yang ditawarkan. Berikut merupakan gambar hubungan harga ekspor dan volume komoditi yang di ekspor di negara pengimpor. c. Nilai Tukar Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman dan Obsfelt, 2005). Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua Negara (Mankiw, 2007). METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah sektor perdagangan internasional yang membahas analisis permintaan tuna Indonesia jenis yellowfin di pasar Jepang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data runtut waktu (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data tahun yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain UNCOMTRADE, Globefish, Badan Pusat Statistik, Kementrian Kelautan dan Perikanan, website Bank of Japan, FAO dan publikasi artikel ilmiah lainnya. Variabel yang diteliti yaitu volume permintaan tuna Indonesia di pasar Jepang sebagai variabel terikat (dependent), GDP perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, harga yellowfin segar Thailand, kurs yen terhadap dollar, dan produksi yellowfin Indonesia sebagai variabel bebas (independent). Dengan demikian fungsi impor ikan tuna Jepang dapat dirumuskan : Mt= f( Hi, GDPj, Ht, ER, Qt, Zt) Dimana : Hi = Harga impor tuna Jepang dari Indonesia tahun ke t GDPj = Pendapatan perkapita Jepang tahun ke t Ht = Harga impor Yellowfin Thailand dari Jepang tahun ke t ER = Nilai tukar yen terhadap dollar tahun ke t Qt = Produksi Yellowfin tahun ke t Zt = Faktor-Faktor lainnya Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Sedangkan model analisis permintaan yellowfin Indonesia di pasar Jepang yaitu model regresi Linier Berganda dalam Double Log. Persamaan permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang adalah : Log M= β 0 + β 1 Log ER+ β 2 Log P+ β 3 Log HI + β 4 Log HT + β 5 Log GDP+ e Volume 2, No. 2, Mei

6 adalah: β 2, β 3, β 4 > 0 ; β 1, < 0 Dimana : M= Volume permintaan yellowfin Indonesia di pasar Jepang (Kg) ER= Kurs mata uang yen terhadap dollar (Yen/US$) P = Jumlah produksi Yellowfin Indonesia (Kg) HI = Harga Yellowfin segar Indonesia (US$/Kg) HT = Harga Yellowfin Segar Thailand (US$/Kg) GDP= GDP per kapita Jepang (US$) β 0 = Perpotongan atau intercept e i = Variable pengganggu β 1, β 2, β 3, β 4 parameter HASIL DAN PEMBAHASAN Uji asumsi klasik meliputi uji heteroskedastisitas, uji autokolineritas dan uji multikolinearitas. Hasil uji asumsi klasik menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan asumsi klasik terhadap data yang diperoleh. Analisis Regresi Tabel 1. Hasil regresi Dependent Variable: LOG(VE) Method: Least Squares Sample: Included observations: 25 Variable Coefficie Std. nt Error 77 - Volume 2, No. 2, Mei 2014 t- Statistic Prob C LOG(ER) LOG(P) LOG(HI) LOG(HT) LOG(GDP) * R-squared Adjusted R- squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(Fstatistic) Sedangkan dalam uji F kesemua variabel signifikan pada α 5 %, dalam uji t variabel pendapatan perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, harga yellowfin Thailand, Produksi yellowfin dan nilai tukar yen terhadap dollar berpengaruh secara signifikan. Model persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut: LOG(M) = LOG(ER) LOG(P)-4.262LOG(HI) LOG(HT) LOG(GDP) Uji Statistk UJi Suai (R2) Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) adalah yang artinya bahwa variabel independen nilai tukar yen terhadap dollar (ER), Produksi (P) GDP perkapita Jepang (GDP), harga yellowfin segar Indonesia (HI), harga yellowfin segar Thailand (HT) memiliki kemampuan menjelaskan pengaruhnya sebesar 85,2 persen

7 terhadap variabel volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Sedangkan sisanya sebesar 14.8 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian ini. Uji F ( F Statistic) Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa nilai F hitung adalah dan probabilitas sebesar Angka tersebut menunjukan bahwa secara bersama sama (uji serentak) kelimat variabel independen nilai tukar yen terhadap dollar, produksi yellowfin, pendapatan perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, harga harga Yellowfin segar Thailand berpengaruh terhadap volume permintaan Yellowfin Indonesia di pasar Jepang. Uji t (Partial Test) Keseluruhan variabel nilai tukar yen terhadap dollar, produksi Yellowfin, GDP perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, harga yellowfin segar Thailand secara parsial berpengaruh terhadap volume permintaan Yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Nilai tukar yen terhadap dollar terhadap mempunyai angka signifikan dibawah nilai probabilitas signifikan 0,05 (α = 5 %) yaitu sebesar 0,000 dengan nilai t hitung 5,293 > dari t tabel 1,724, yang berarti bahwa variabel nilai tukar yen terhadap dollar mempengaruhi volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang secara signifikan. Dengan demikian H O diterima dan menolak H A. Produksi Yellowfin Indonesia mempunyai probabilitas lebihkecil dari nilai probabilitas signifikan 0,05 (α = 5 %) yaitu sebesar 0,0437 dengan nilai t hitung 2,161 > dari t tabel 1,724, yang berarti bahwa variabel produksi yellowfin mempengaruhi volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang secara signifikan. Dengan demikian H O diterima dan menolak H A. Harga Yellowfin segar Indonesia mempunyai nilai probabilitas (0,001) lebih kecil dari nilai probabilitas signifikan 0,05 (α = 5 %) dengan nilai t hitung (4.826) > dari t tabel 1,724, yang berarti bahwa harga yellowfin segar Indonesia mempengaruhi volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang secara signifikan. Dengan demikian H O diterima dan menolak H A. Harga Yellowfin segar Thailand mempunyai nilai probabilitas (0,0189) lebih kecil dari nilai probabilitas signifikan 0,05 (α = 5 %) dengan nilai t hitung 2,565 > dari t tabel 1,724, yang berarti bahwa harga yellowfin segar Thailand mempengaruhi volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang secara signifikan. Dengan demikian H O diterima dan menolak H A. Analisis Nilai tukar yen terhadap dollar secara signifikan berpengaruh terhadap volume permintaan tuna sirip kuning segar di pasar Jepang. Koefisien elastisitas nilai tukar yen terhadap dollar sebesar 5,823 yang artinya jika nilai tukar yen terhadap dollar meningkat sebesar Volume 2, No. 2, Mei

8 1 persen maka permintaan yellowfin segar dipasar Jepang meningkat sebesar 5,823 persen. Besarnya koefisien elastisitas yang lebih besar dari satu menunjukan bahwa nilai tukar yen terhadap dollar responsif terhadap perubahan kurs disuatu negara. Diharapkan nilai tukar yen terhadap dollar akan tetap stabil sehingga kegiatan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor yellowfin segar ke Jepang akan tetap stabil disamping upaya pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan dan mendorong eksportir untuk terus meningkatkan ekspornya dengan terus menjaga dan semakin meningkatkan kualitas produknya. Produksi yellowfin Indonesia secara signifikan berpengaruh terhadap permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Nilai elastisitas produksi yellowfin Indonesia sebesar 0,369 yang artinya jika produksi yellowfin meningkat sebesar satu persen akan menyebabkan volume permintaan yellowfin Indonesia di pasar Jepang akan meninkat sebesar 0, 369 persen. Elastisitas produksi bersifat inelastic (lebih kecil dari pada satu). Ini menunjukan bahwa produksi yellowfin kurang responsif terhadap permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Produksi tuna domestik dipengaruhi oleh banyak faktor diantaraya jumlah kapal penangkap ikan, teknologi yang digunakan dalam hal penangkapan, penanganan, pengepakan dan penyimpanan stok di kapal sebelum diturunkan dipelabuhan, kebijakan pemerintah juga sangat mendukung bagi perkembangan produksi ikan tuna seperti fasilitas pelabuhan seperti pembangunan cold storage mengingat ikan merupakan produk yang bersifat perishable (mudah rusak). Kebijakan pemerintah dalam hal permodalan juga memiliki peranan penting bagi peningkatan kapasitas produksi. Pengadaan program minapolitan yang telah dijalankan Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan pengadaan kapal penangkap ikan, penurunan sukubunga harus terus di tingkatkan agar mampu mendorong produksi ikan tuna Indonesia. Harga yellowfin segar Indonesia secara signifikan berpengaruh terhadap volume permintaan yellowfin segar Indonesia dipasar Jepang. Hasil regresi menunjukan tanda koefisien elastisitas yang negatif. Tanda koefisien tersebut sesuai dengan hipotesa yang dirumuskan dan teori ekonomi permintaan. jika harga yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang mengalami penurunan maka permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang mengalami kenaikan dan sebaliknya jika harga yellowfin segar Indonesia naik maka jumlah permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang mengalami penurunan. Hasil dari perhitungan koefisien elastisitas bertanda negatif sebesar -4,262 yang berarti peningkatan harga yellowfin segar Indonesia sebesar 1 persen akan menyebabkan jumlah permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang menurun sebesar 4,262 persen. Elastisitas harga yellowfin segar Indonesia bersifat elastis. Artinya permintaan yellowfin segar dipasar Jepang responsif terhadap perubahan harga yang terjadi. Dari sisi ekonomi ada banyak faktor yang menentukan besar kecilnya 79 - Volume 2, No. 2, Mei 2014

9 elastisitas harga suatu komoditas diantaranya tingkat substitusi suatu barang dan jumlah pemakai. Harga yellowfin segar Thailand secara signifikan berpengaruh secara signifikan terhadap volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang. Berdasarkan hasil regresi dan perhitungan nilai koefisien elastisitas menghasilkan tanda positif yang artinya tanda dan koefisien sesuai dengan hipotesis yang diharapkan dan sesuai dengan teori ekonomi. Secara teoritis dalam teori ekonomi menyatakan bahwa kenaikan harga komoditas negara kompetitor akan meningkatkan permintaan komoditi negara lainnya. Koefisien elastisitas menujukan tanda positif yang artinya yellowfin segar Thailand bersifat substitusi atau merupakan barang substitusi terhadap yellowfin segar Indonesia. Koefisien elastisitas yang dihasilkan sebesar 0,964 yang berarti jika terjadi kenaikan harga yellowfin segar Thailand sebesar 1 persen akan menyebabkan naiknya volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang sebesar 0,964 persen. Harga yellowfin segar Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna sirip kuning Indonesia di pasar Jepang. Ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok yang memberikan harga yang lebih bersaing. Pemerintah Indonesia haus terus mendorong melalui mekanisme kebijakannya untuk terus meningkatan kualitas produk yellowfin Indonesia sehingga mampu bersaing di pasar Internasonal dengan para kompetitor lainnya khususnya Thailand yang merupakan produsen utama di pasar internasional. GDP perkapita Jepang secara signifikan berpengaruh terhadap volume permintaan yellowfin beku Indonesia di pasar Jepang. Berdasarkan estimasi besarnya koefisein elastisitas sebesar 8,672 yang artinya jika variabel lain dianggap konstan, jika terjadi peningkatan GDP perkapita Jepang sebesar satu persen maka akan menyebabkan naiknya volume permintaan yellowfin segar Indonesia di pasar Jepang sebesar 8,672 persen. GDP perkapita Jepang memberikan pengaruh positif pada permintaan ikan tuna sirip kuning segar Indonesia oleh Jepang, kenaikan GDP Jepang meningkatkan permintaan yellowfin segar Indonesia. Jumlah penduduk Jepang yang meningkat akan menaikkan permintaan konsumsi yellowfin, yang akan meningkatkan permintaan dari Jepang. Pada umumnya nilai elastisitas pendapatan adalah positif, karena pendapatan akan meningkatkan permintaan suatu negara. Secara teoritis GDP merupakan ukuran daya beli suatu negara. Nilai koefisien GDP perkapita memiliki tanda positif yang sudah sesuai dengan dugaan hipotesis yang dirumuskan. Berdasarkan tanda dari koefisien elastisitas GDP perkapita yang bertanda positif dapat disimpulkan bahwa yellowfin segar merupakan barang normal. Volume 2, No. 2, Mei

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai tukar yen terhadap dollar, Produksi yellowfin Indonesia, GDP perkapita Jepang, harga yellowfin segar Indonesia, Harga yellowfin segar Thailand berpengaruh secara signifikan terhadap volume permintaan yellowfin segar Indonesia dipasar Jepang. Koefisien elastisitas menunjukan bahwa nilai tukar yen terhadap dollar, harga yellowfin Indonesia, GDP perkapita Jepang bersifat elastis, sedangkan produksi yellowfin dan harga yellowfin Thailand bersifat inelastis. Saran Jepang merupakan pasar yang sangat potensial bagi yellowfin Indonesia maka perlu dipertahankan dengan menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah Jepang dan terus menjaga dan meningkatkan kualitas produk. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan dukungan pemerintah dalam hal (1) Penguasaan teknologi penangkapan ikan, penanganan, pengepakan dan penyimpanan ikan tuna di kapal sebelum diturunkan ke pelabuhan sehingga kualitas standar internasional terus dapat dipenuhi, (2) Perbaikan dan pengadaan pembangunan fasilitas pelabuhan yang semakin baik seperti membangun cold storage sebagai sarana penyimpanan produk (3) Pengembangan dan peningkatan program minapolitan yang sudah dilakukan Kementrian Kelautan dan Perikanan yang memberikan fasilitas kelompok usaha bersama nelayan dan koperasi dengan pengadaan kapal penangkapan ikan dan pengembangan modal usaha diharapkan dapat memaksimalkan tangkapan ikan tuna di perairan Indonesia. 2. Perlu dilakuan perluasan pasar seperti ke uni Eropa dan Amerika yang memiliki pasar potensial bagi tuna asal Indonesia. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan model simultan sehingga terlihat faktor faktor yang berpengaruh secara simultan terhadap permintaan yellowfin Indonesia di pasar Jepang. DAFTAR KEPUSTAKAAN FAO The State of World Fisheries and Aquaculture FAO, Rome. Gujarati, D., Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. ITPC Indonesia and the Changing Market. Profile Produk Ikan Beku di Jepang. Pusat Promosi Perdagangan Indonesia, Departemen Perdagangan, Tokyo. ITPC Produk Perikanan Indonesia, Pusat Promosi Perdagangan Indonesia, Departemen Perdagangan, Tokyo. Krugman, Paul R and Obstfeld, Maurice Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia-Jakarta. Krugman, P.R., and Obstfeld, M Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia-Jakarta Volume 2, No. 2, Mei 2014

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA Indria Ukrita 1) ABSTRACTS Coffee is a traditional plantation commodity which have significant role in Indonesian economy,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

Kata Kunci: Nilai Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen

Kata Kunci: Nilai Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI ARABIKA DI SUMATERA UTARA Esterina Hia *), Rahmanta Ginting **), dan Satia Negara Lubis **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KOPI DARI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT (Studi pada Volume Ekspor Kopi Periode Tahun )

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KOPI DARI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT (Studi pada Volume Ekspor Kopi Periode Tahun ) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KOPI DARI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT (Studi pada Volume Ekspor Kopi Periode Tahun 2010-2012) Edo Soviandre M. Al Musadieq Dahlan Fanani Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2002-2012 Ayunia Pridayanti Progam Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN PENAWARAN EKSPOR TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL MARKET SHARE CONSTANT ANALYSIS. Institut Pertanian Bogor

KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN PENAWARAN EKSPOR TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL MARKET SHARE CONSTANT ANALYSIS. Institut Pertanian Bogor KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN PENAWARAN EKSPOR TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL MARKET SHARE CONSTANT ANALYSIS Suwarno 1, Rina Oktaviani 2, Hermanto Siregar 2, Endah Murniningtyas 3 1 Mahasiswa Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun E-Jurnal EP Unud, 4 [2] : 90-95 ISSN: 2303-0178 Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun 1992-2012. I Gusti Bagus Kumbayana

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA. Darussalam Banda Aceh

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA. Darussalam Banda Aceh ISSN 2302-0172 9 Pages pp. 49-57 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA M. Reza Fahmi 1, Said Muhammad 2, Abubakar Hamzah 3 1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PROSPEK EKSPOR KOPI INDONESIA KE EROPA OLEH. Indra Ismayudi Tanjung

SKRIPSI ANALISIS PROSPEK EKSPOR KOPI INDONESIA KE EROPA OLEH. Indra Ismayudi Tanjung SKRIPSI ANALISIS PROSPEK EKSPOR KOPI INDONESIA KE EROPA OLEH Indra Ismayudi Tanjung 080501097 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015)

PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015) PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015) Muhammad Luqman Zakariya Mochammad Al Musadieq Sri Sulasmiyati

Lebih terperinci

Sella Widya Prafajarika Edy Yulianto Wilopo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

Sella Widya Prafajarika Edy Yulianto Wilopo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang   ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH NILAI TUKAR, HARGA DALAM NEGERI DAN HARGA INTERNASIONALTERHADAP VOLUME IMPOR DAGING SAPI INDONESIA (Survey Volume Impor Komoditi Daging Sapi Indonesia Tahun 2012 2014) Sella Widya Prafajarika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay Abstract This research has a purpose to know the development of import demand of shallot in Indonesia and what

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode 38 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Lebih terperinci

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI KURS TERHADAP NERACA PERDAGANGAN MINYAK BUMI INDONESIA

PENGARUH NILAI KURS TERHADAP NERACA PERDAGANGAN MINYAK BUMI INDONESIA ISSN 2302-0172 8 Pages pp. 32-39 PENGARUH NILAI KURS TERHADAP NERACA PERDAGANGAN MINYAK BUMI INDONESIA Safriyati 1, Sofyan Syahnur 2, Muhammad Nasir 3 1) Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi 2,3) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan kebijakan fiskal maupun non-fiskal.

Lebih terperinci

VOLUME EKSPOR PUPUK UREA INDONESIA

VOLUME EKSPOR PUPUK UREA INDONESIA ISSN 2302-0172 12 Pages pp. 11-22 VOLUME EKSPOR PUPUK UREA INDONESIA Mira Upini 1, Prof. Dr. Said Muhammad, MA 2, Prof. Dr. Abubakar Hamzah 3 1) Magister Ilmu Ekonomi Banda Aceh miraupini@yahoo.co.id 2,3)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan dan Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Oleh: FEBRINA JULIANTI CHATERIN PARDEDE 040501083 Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

Vega Camelia Mohani Edy Yulianto M. Kholid Mawardi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Vega Camelia Mohani Edy Yulianto M. Kholid Mawardi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENGARUH JUMLAH PRODUKSI UDANG INDONESIA, HARGA UDANG INTERNASIONAL, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA (Studi Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 2005-2014) Vega Camelia Mohani Edy

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

Analisis impor Indonesia dari Cina

Analisis impor Indonesia dari Cina Analisis impor Indonesia dari Cina Febrian Deni Saputra Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perkembangan

Lebih terperinci

49 Analisis Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Provinsi Jambi

49 Analisis Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Provinsi Jambi ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) DI PROVINSI JAMBI Isnain Effendi 1 STIE MUHAMMADIYAH JAMBI Monetary policy is one of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA ANNISA CHAIRINA, ISKANDARINI, EMALISA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail : annisa_ca@ymail.com Abstrak

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH Vera Pradani Ayuningtyas, Karnowahadi, M.Nahar Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Winda Ayu Wulandari *), Tavi Supriana **), dan M. Jufri **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE )

PENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE ) PENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE 1998.1 2014) THE DETERMINATION OF FOREIGN EXCHANGE RUPIAH TO US DOLLAR IN INDONESIAN FOREX MARKET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh 126 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kajian Ekspor Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Gabriella Claudia Edy Yulianto M. Kholid Mawardi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Gabriella Claudia Edy Yulianto M. Kholid Mawardi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENGARUH PRODUKSI KARET ALAM DOMESTIK, HARGA KARET ALAM INTERNASIONAL, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR KARET ALAM (Studi Pada Komoditi Karet Alam Indonesia Tahun 2010-2013) Gabriella Claudia Edy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG

SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG 080501067 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

E-Jurnal EP Unud, 4 [5] : ISSN:

E-Jurnal EP Unud, 4 [5] : ISSN: E-Jurnal EP Unud, 4 [5] :367-374 ISSN: 2303-0178 PENGARUH LUAS LAHAN, JUMLAH PRODUKSI DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP VOLUME EKSPOR JAHE INDONESIA TAHUN 1993-2012 Selvie Yuliana Dj 1 I Gusti Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013 Analisis Harga Domestik Dan Harga Ekspor Kubis Di Singapura Terhadap Ekspor Kubis (Brassica O.Capitata) Dari Kabupaten Karo Nomi br Sinuhaji *) *) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Quality Medan ABSTRACT

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN 2002-2012 Julika Rahma Siagian Program Studi Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, Medan Sumatera Utara Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE 1999-2010 I Putu Kusuma Juniantara Made Kembar Sri Budhi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR TERHADAP KINERJA EKSPOR INDONESIA

PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR TERHADAP KINERJA EKSPOR INDONESIA PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR TERHADAP KINERJA EKSPOR INDONESIA Ervin Nora Susanti Dosen Tetap Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kepulauan ABSTRAK Kinerja ekspor dalam kurun waktu tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank, III. METODE PENELITIAN A.Sumber Data dan Variabel Analisis penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITAS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN BENER MERIAH DAN KABUPATEN ACEH TENGAH

ANALISIS PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITAS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN BENER MERIAH DAN KABUPATEN ACEH TENGAH ISSN 2302-0172 9 Pages pp. 22-30 ANALISIS PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITAS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN BENER MERIAH DAN KABUPATEN ACEH TENGAH Hikmah 1, Abubakar Hamzah 2, Muhammad Nasir 2 1) Magister Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR 080501033 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1 BAB VI ANALISA DATA 6.1. Deskripsi Data Data yai g dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, terutama bersumber dari Badan Pusat Statistik, Intenational Financial Statistic dan situs Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Bab 4 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data akan diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci