Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG"

Transkripsi

1 Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG Pengenalan Kabupaten Gorontalo Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak dititik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada Lintang Utara dan 122 o o 44 Bujur Timur. Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah seluas ,23 ha dengan jumlah penduduk jiwa dengan tingkat kepadatan 166 org/km²; terdiri dari 17 kecamatan dan 168 kelurahan/desa. Berdasarkan kondisi tofografi tampak bahwa Kabupaten Gorontalo merupakan daerah bukan pesisir, separuh lebih dari wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian di atas 1000 meter. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi tofologi yang variatif yang terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 m seluas 20,12%, 2 15 m seluas 8,08%, m seluas 34,31%, dan 40 m ke atas seluas 37,49% dari total luas wilayah Kabupaten Gorontalo. Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDRB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2007, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Namun, peningkatan kebutuhan jagung dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang semakin besar. Selama periode tahun , penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per tahun. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. 1

2 Executive Summary 2013 Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir ( ), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai ha meningkat menjadi ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar ,47 ton meningkat menjadi ,31 ton pada tahun Perkembangan komoditas jagung di Kabupaten Gorontalo sangat menarik karena komoditas jagung memiliki keterkaitan yang erat, yaitu antara sektor pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak, konsumsi rumah tangga, dan juga berguna sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai ton per tahun dengan luas lahan ha (2011). Berdasarkan RTRW, terdapat 3 lokasi di Kabupaten Gorontalo yang akan dijadikan kawasan agrobisnis dan agro industri, yaitu Isimu, Kawasan Andalan Limboto, dan Kawasan Terpadu Agro industri. Ketiga lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi senilai Rp NIlai estimasi ini berlaku untuk setiap satu kawasan dari 3 kawasan yang rencananya akan digarap sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. Keuntungan yang didapat diestimasikan akan terus meningkat setiap tahunnya dengan dengan payback period selama 3 tahun 5 bulan.

3 Gambaran Wilayah 2013 A. GAMBARAN WILAYAH A.1. Aspek Geografis dan Administrasi Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di titik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada Lintang Utara dan 122 o o 44 Bujur Timur. Batas batas Kabupaten ini adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo Secara administratif wilayah Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah berdasarkan hasil interpretasi GIS sebesar ,23 ha yang terdiri dari 17 kecamatan, 168 kelurahan / desa, yaitu: Tabel A 1 Luas Kabupaten Gorontalo Menurut Kecamatan Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase (%) 1. Batudaa Pantai 114,05 5,37 2. Batudaa 34,66 1,63 3. Bongomeme 257,73 12,13 4. Tibawa 240,9 11,34 5. Pulubala 220,28 10,37 6. Boliyohuto 7. Bilato * 196,76 9,26 8. Mootilango 209,42 9,86 9. Tolangohula 140,05 6, Limboto 147,19 6, Limboto Barat 144,16 6, Telaga 78,18 3, Telaga Biru 104,71 4, Biluhu 72,93 3, Tabongo 49,48 2, Asparaga 102,75 4, Tilango 5,62 0, Telaga Jaya 5,73 0,27 Kabupaten Gorontalo 2.124, Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 * Masih bergabung dengan kecamatan induk (Boliyohuto). 3

4 Gambaran Wilayah 2013 A.2. Kondisi Fisik C.3.1. Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan kondisi tofografi, separuh lebih wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian 1000 meter ke atas. Kabupaten Gorontalo memiliki banyak gunung yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa (Tohupo, Talumutuhu, Langgula, Oluhuwa, Lombata, dan Huango Daa), Kecamatan Tibawa (Pombolu, Botumoputi, dan Ayumolingo), dan Kecamatan Boliyohuto (Boliyohuto, Helumo, dan Satria). Kabupaten ini memiliki banyak sumber daya air. Hal ini dilihat dari 18 sungai yang melintas di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa, Kecamatan Tibawa, Kecamatan Limboto, Kecamatan Telaga, dan Kecamatan Boliyohuto. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi kemiringan tanah yang variatif, terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 m (20,12%), 2 15 m (8,08%), m seluas (34,31%), dan 40 m ke atas seluas (37,49%). Batas tanah yang kemiringannya lebih dari 40 m diklasifikasikan menjadi Hutan Lindung. Kabupaten Gorontalo beriklim tropis dengan curah hujan rata rata berkisar 104 mm, dengan curah hujan tertinggi tercatat 190 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 161 hari pada tahun Suhu udara di Kabupaten Gorontalo pada siang hari rata rata berkisar antara 30,9 0 C sampai 33,4 0 C, rata rata temperatur udara dalam sehari berkisar antara 26,7 0 C 29,3 0 C, dan rata rata kelembaban udara bervariasi antara 51,5% 93,8%. A.3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan A.3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2012 telah mencapai jiwa yang tersebar di 19 kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Limboto yang merupakan ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, setelah itu diikuti Kecamatan Tibawa sebanyak jiwa, dan Kecamatan Telaga Biru dengan jumlah penduduk jiwa. Kecamatan Biluhu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil, yaitu sebanyak jiwa.

5 Gambaran Wilayah 2013 Tabel A 2 Jumlah Penduduk untuk Tiap Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No. Kecamatan Jumlah Penduduk Laki laki Perempuan Total 1 Limboto Telaga Batudaa Tibawa Batudaa Pantai Boliyohuto Telaga Biru Bongomeme Tolangohula Mootilango Pulubala Limboto Barat Tilango Tabongo Biluhu Asparaga Talaga Jaya Bilato Dungaliyo Kab. Gorontalo Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012 A.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pencari kerja di Kabupaten Gorontalo berjumlah orang. Tabel A 3 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No. Bulan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Jumlah 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah

6 Gambaran Wilayah 2013 Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012 A.4. Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1. Transportasi Darat Pergerakan barang dan jasa di Kabupaten Gorontalo dipengaruhi oleh fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, salah satunya adalah sarana jalan. Fasilitas jalan darat yang terdapat di Kabupaten Gorontalo berpengaruh dalam menunjang aksesbilitas yang dibutuhkan masyarakat dan menunjang perputaran perekonomian Kabupaten Gorontalo. Total panjang jalan Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011 adalah 1.315,18 km, dengan rincian jalan yang diaspal sebesar 34,42%, yang masih kerikil 9,97%, dan yang masih kondisi tanah 55,62%. Pada tahun yang sama kondisi jalan yang masih baik hanya sebesar 35,5%, yang rusak 9%, dan yang rusak berat 55,4%. Tabel A 4 Keadaan Panjang Jalan Menurut Status Jalan Di Kabupaten Gorontalo tahun 2011 Keadaan Status Jalan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jenis Permukaan 1. Diaspal 435,70 452,68 2. Kerikil 110,08 131,05 3. Batu 4. Tanah ,45 Jumlah 1.315, ,18 Kondisi Jalan 1. Baik 409,87 467,17 2. Sedang 3. Rusak 117,48 119,28 4. Rusak Berat 787,83 728,73 Jumlah 1.315, ,18 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Praswil Kabupaten Gorontalo, Tahun

7 Gambaran Wilayah 2013 A.4.2. Transportasi Laut Kabupaten Gorontalo Memiliki Pelabuhan sebagai sarana transfortasi laut baik untuk keperluan angkutan barang maupun Penumpang. Lokasi pelabuhan terletak di Jl May Dullah 176 Kabupaten/Kota Gorontalo. A.4.3. Ketersediaan Air Bersih Selain sarana dan prasarana jalan, kebutuhan mendasar yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cakupan air bersih di Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2011 sudah mencapai 73,1%, melalui kegiatan pengadaan dan pemasangan pipa sepanjang m, pengadaan pompa air sebanyak 7 unit, pengadaan meteran air 4000 buah, pengadaan genset dan water meter masing masing 1 unit. A.4.4. Sumber Energi Listrik Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Gorontalo dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pembangunan infrastruktur energi dalam rangka pemenuhan fasilitas penerangan masyarakat diupayakan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga surya. Sampai dengan saat ini sebanyak unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya telah dibangun untuk memenuhi kebutuhan penerangan masyarakat di daerah tertinggal. A.5. Kebijakan Pembangunan Daerah A.5.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Berdasarkan kondisi Kabupaten Gorontalo dan tantangan yang akan dihadapi dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Pemerintah Kabupaten Gorontalo Tahun adalah: KABUPATEN GORONTALO SEHAT, CERDAS, KREATIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA DAN MANDIRI Untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Gorontalo, maka di dalam menyusun rencana strategis untuk 5 (lima) tahun ke depan ditetapkan misi pembangunan, yaitu sebagai berikut: 7

8 Gambaran Wilayah 2013 Misi 1: Mewujudkan Kabupaten Gorontalo Sehat, Cerdas dan Kreatif Dalam penyelenggaraan pemerintahan periode Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mendapat sejumlah hasil pencapaian yang diapresiasi oleh berbagai pihak termasuk Pemerintah Pusat. Pencapaian dan prestasi pembangunan di periode , pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus diteruskan untuk meraih pencapaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi di 5 (lima) tahun mendatang ( ). Misi 2: Mewujudkan Kabupaten Gorontalo yang Berwawasan Lingkungan Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, bertanggungjawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pembangunan ini bertujuan membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menyelaraskan tanggung jawab moral dengan strategi pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini perlu ditegaskan mengingat adanya kecenderungan gaya hidup konsumerisme, hingga bergesernya potensi fisik alami manusia akibat meluasnya pemanfaatan perangkat dalam proses pembangunan. Misi 3: Memantapkan Pembangunan Kabupaten Gorontalo yang Sejahtera dan Mandiri Tujuan akhir pembangunan tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Untuk itu Pemerintah sebagai penggerak pembangunan bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan masyarakat sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam. A.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Langkah yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan 8

9 Gambaran Wilayah 2013 pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gorontalo yang dapat berfungsi sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, yaitu: Rumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Gorontalo. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah di kabupaten serta keserasian antar sektor. Mengarahkan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kabupaten Gorontalo. Menyusun penataan ruang wilayah kabupaten yang merupakan dasar dalam pemberian perizinan lokasi pembangunan dan pengawasan implementasi rencana. Sebagai dasar bagi penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci. Mengarahkan pengembangan struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Gorontalo ke depan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Gorontalo. 9

10 Profil Perekonomian Wilayah 2013 B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1. Struktur Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator makro ekonomi yang dipakai untuk melihat karakteristik perekonomian di suatu wilayah. Penyajian informasi mengenai hal ini sangat diperlukan untuk melihat nilai tambah dari berbagai aktivitas perekonomian yang dijalankan pada suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut perhitungan harga yang berlaku diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kemakmuran suatu wilayah yang meliputi nilai tambah sektoral dan sebagai informasi pokok untuk mendapatkan angka pendapatan perkapita. Perkembangan PDRB Kabupaten Gorontalo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Gorontalo harga berlaku sebesar Rp juta dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp juta. Demikian pula PDRB harga konstan tahun 2010 sebesar Rp juta dan tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 7,45% menjadi Rp juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel B 1 PDRB Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa PDRB (Juta) Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun

11 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Tabel B 2 PDRB Kabupaten Gorontalo menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa PDRB (Juta) Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012 Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian atas dasar harga berlaku sebesar Rp juta, sedangkan berdasarkan harga konstan sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar Rp juta. B.2. Potensi Ekonomi B.2.1. Pertanian Di tahun 2011 luas panen padi sawah hektar dengan produksi ,11 ton, padi ladang luas panen 18 hektar dengan memproduksi 43,9 ton. Untuk palawija, produksi jagung mencapai ,82 ton. Sedangkan untuk komoditi lain, masing masing adalah: ubi kayu 1.995,65 ton, ubi jalar 520,88 ton, kacang tanah 506,94 ton, kacang hijau 74,81 ton dan kedelai 124,01 ton. Selama tahun rata rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB sebesar 32,34% masih jadi yang terbesar daripada sektor lainnya. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut di atas, sektor ini ke depan masih diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengingat kontribusinya terhadap PDRB. 11

12 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Gambar B 1 Produksi Padi Sawah dan Jagung di Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 B.2.2. Perkebunan Lahan perkebunan terdapat cukup luas di wilayah Kabupaten Gorontalo, yang saat ini tercatat sekitar ha. Berdasarkan survei lapangan dan analisis data statisitik kabupaten, terdapat 5 (lima) komoditas perkebunan yang dianggap unggul dan perlu untuk dikembangkan, yakni kelapa, kakao, cengkeh, tebu, dan jambu mede. Potensi komoditas unggulan perkebunan ini cukup besar dan dapat dikembangkan di hampir semua wilayah. Tabel B 3 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman Kabupaten Gorontalo (ha) Tahun 2011 Kecamatan Kapuk Kelapa Kopi Kakao Batudaa Pantai Biluhu Batudaa Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto

13 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Mootilango Tolangohula Asparaga Bilato Limboto Limboto Barat Telaga Telaga Biru Tilango Talaga Jaya , ,85 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun ,88 Tabel B 4 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kecamatan Kapuk Kelapa Kopi Kakao Batudaa Pantai Biluhu 997,92 Batudaa Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala 3.721,2 Boliyohuto ,37 Mootilango Tolangohula Asparaga Bilato Limboto ,64 Limboto Barat Telaga Telaga Biru Tilango Talaga Jaya Kab.Gorontalo ,20 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun B.2.3. Peternakan Di Kabupaten Gorontalo, usaha peternakan dilakukan di berbagai kecamatan dalam skala kecil. Saat ini yang paling umum (menurut jumlah dan produksinya) adalah usaha 13

14 Profil Perekonomian Wilayah 2013 peternakan sapi, kambing, kuda, babi, dan unggas (utamanya ayam dan itik). Jumlah maupun produksi (daging dan telur) ternak mengalami peningkatan yang pesat dalam lima tahun terakhir, dan ini menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Gorontalo adalah merupakan salah satu daerah penghasil ternak di Provinsi Gorontalo yang cukup besar. Sebagai gambaran, Jumlah ternak di Kabupaten Gorontalo di tahun 2011 berturut turut: Sapi potong ekor, Kambing ekor, dan kuda ekor. Unggas berjumlah masingmasing: Ayam ras ekor, ayam buras ekor, dan itik ekor. Potensi pengembangan untuk usaha peternakan dengan skala besar pun cukup prospektif dikembangkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas. Peluang investasi juga terbuka untuk sarana pendukung lainnya seperti industri pakan ternak, pembangunan rumah potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening) industri pengalengan daging, dan pembibitan. Tabel B 5 Populasi Ternak dan Unggas di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 Kecamatan Sapi Potong Kuda Kambing Ayam Ras Ayam Buras Batudaa Pantai Biluhu Batudaa Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto Mootilango Tolangohula Asparaga Bilato Limboto Limboto Barat Telaga Telaga Biru Tilango Talaga Jaya Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun Itik

15 Profil Perekonomian Wilayah 2013 B.2.4. Perikanan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Gorontalo dilakukan di perairan darat atau perairan umum dan di perairan pesisir dan laut. Di perairan darat, potensi kawasan berupa danau, dan kolam kolam. Danau Limboto tidak saja dimanfaatkan sebagai reservoir air untuk penanggulangan banjir tetapi juga dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan tangkap, dan perikanan budidaya. Demikian juga kawasan sekitar sungai (DAS) dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan budidaya kolam yang menggunakan air sungai sebagai media pemeliharaan. Sementara kawasan pesisir dan laut dapat dimanfaatkan selain untuk pengembangan perikanan budidaya (pertambakan dan marikultur), serta perikanan tangkap (coastal fisheries). Tabel B 6 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Sub sektor Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kecamatan Perikanan Laut Perikanan Umum Jumlah Batudaa Pantai 472, , Biluhu 52, , Batudaa 583,30 583,30 Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto 606,70 606,70 Mootilango Tolangohula Asparaga Bilato Limboto Limboto Barat Telaga 98,06 98,06 Telaga Biru Tilango 97, , Talaga Jaya 153, , , , , Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 B.2.5. Pertambangan dan Energi 1. Mineral Berdasarkan hasil penelitian Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2004) ditemukan wilayah indikasi logam emas di Kecamatan Boliyohuto. Sedangkan wilayah dengan potensi mineral non logam tersebar di berbagai wilayah kecamatan: 15

16 Profil Perekonomian Wilayah Granit, terbesar di Kecamatan Batudaa dan Kecamatan Tapa. 2. Batu Gamping, penyebarannya meliputi daerah perbukitan yaitu di Kecamatan Tibawa, Kecamaan Batudaa dan Kecamatan Bonepantai. 3. Lempung dengan penyebarannya di Kecamatan Tibawa dan Kecamatan Limboto. 4. Sirtu dengan penyebarannya berada di Kecamatan Telaga, Kecamatan Batudaa, dan Kecamatan Limboto. 2. Energi Panas Bumi / Geo Thermal Selain itu terdapat pula dua lokasi potensi energi panas bumi di kabupaten ini, yaitu di desa Lombongo dan di Pentadio Barat. Selama ini dua lokasi potensi energi panas bumi ini hanya digunakan untuk pemandian air panas. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai besaran potensi energi panas bumi di kabupaten ini dan kemungkinan peluang investasinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. B.2.6. Sektor Jasa jasa Sektor ini menyumbang kontribusi terbesar kedua pada PDRB Kabupaten Gorontalo setelah pertanian yaitu sebesar 23.45% pada tahun Rata rata kontribusi sektor jasa ini cukup signifikan dalam menopang PDRB Kabupaten Gorontalo. Majunya sektor jasa akan menjadi indikator kemajuan sektor sektor lain. Kemajuan di sektor lain akan membutuhkan dukungan kemajuan sektor ini. Tabel B 7 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa Atas Dasar Harga berlaku Tahun Tahun PDRB Sektor Jasa Jasa Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) ,42 13, ,32 15, ,26 24, ,36 21, ,47 22, ,45 21,43 Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012 B.2.7. Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Penyumbang PDRB terbesar ketiga ini memberikan kontribusi sebesar 14,37% pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 13,26%. Pertumbuhan pada sektor ini masing masing disumbangkan oleh pertumbuhan sub sektor 16

17 Profil Perekonomian Wilayah 2013 lembaga keuangan tanpa bank yang mengalami pertumbuhan sebesar 26,31%, sub sektor sewa bangunan yang mengalami pertumbuhan 16,61%. Tabel B 8 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2011 Tahun PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) ,37 23, ,47 11, ,82 11, ,68 18, ,26 26,50 Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun

18 Peluang Investasi 2013 C. PELUANG INVESTASI C.1. Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor tertentu yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor sektor lain untuk berkembang di suatu wilayah. Selain itu sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo selain sektor jasa. C.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan kapasitas ekonomi suatu daerah. Dengan melihat beberapa indikator yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB, laju pertumbuhan, PDRB berkapita, dan pendapatan perkapita, maka dapat dilihat sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo dalam waktu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Gorontalo pada tahun 2006 sebesar Rp ,62 (juta), meningkat menjadi Rp ,41 (juta) pada tahun Demikian pula laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2006 naik dari angka 5,98% menjadi 7,48% di tahun Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo antara tahun menunjukan gejala yang positif dan termasuk salah satu kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo. Tabel C 1 Gambaran PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten GorontaloTahun 2011 Tahun PDRB Harga Berlaku Pertumbuhan Ekonomi (%) , , , , ,41 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun ,98 7,20 7,45 7,63 7,48 18

19 Peluang Investasi 2013 Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa perekonomian daerah tetap tumbuh dengan cukup stabil, dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun Pada tahun 2011 terjadi kontraksi, mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, namun angka ini masih di atas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tabel C 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 Sektor Pertanian Pertambangan& Penggalian A.Sektor primer Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan B.Sektor sekunder Perdagangan,Hotel& Restoran Pengangkutan& Komunikasi Keuangan,Persewaan& JasaPerusahaan jasa jasa Tahun PDRB Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012 Jika dilihat menurut sektor ekonomi, penyumbang PDRB terbesar yaitu: Sektor Pertanian di mana pada tahun 2011 nilai kontribusi sektor ini sebesar Sektor lain yang juga cukup besar pengaruhnya adalah sektor jasa jasa, yaitu sebesar 23,36%. C.3. Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung Pertanian menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi yang masih sulit tergantikan oleh usaha lainnya, keunggulan sektor pertanian ini membuat kegiatan industri pengolahan bergairah, sebab hampir semua bahan baku industri bersumber dari hasil pertanian. Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi pertanian yang masih menjadi andalan. hasil utama pertanian di daerah ini berupa padi, jagung, tanaman holtikultura, dan palawija. Komoditi jagung menjadi andalan daerah ini yang selalu meramaikan perdagangan antar pulau, daerah, dan bahkan untuk diekspor. Pengembangan jagung menjadi sangat menarik mengingat keterkaitan antara pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak yang saat ini masih memiliki peluang investasi sangat besar. Di 19

20 Peluang Investasi 2013 samping untuk konsumsi rumah tangga, produksi jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Dengan mengembangkan industri pengolahan yang berbahan baku jagung sebagai komoditi unggulan, diharapkan produk turunan jagung ini dapat bermain di tataran pasar regional apalagi ekspor. Sangat bijak bila pemilihan investasi memperhatikan ketersediaan bahan baku utama di lokasi investasi sehingga mempunyai keunggulan komparatif. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai ton per tahun dengan luas lahan ha (2011). Jadi investasi pakan ternak merupakan keputusan bijak bisnis. C.3.1. Peluang Pasar Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan rata rata pertumbuhan pertahun sebesar 11,52%, sementara itu pertumbuhan produksi hanya 6,11%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ( ), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10 15%/tahun. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat. Di samping untuk pakan ternak, konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging dan telor terlihat terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Kondisi ini mengindikasikan besarnya 20

21 Peluang Investasi 2013 peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Namun, peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar. Selama periode tahun , penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per tahun. Mulai tahun 2004, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut di atas maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. C.3.2. Bahan Baku Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir ( ), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai ha meningkat menjadi ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar ,47 ton meningkat menjadi ,31 ton pada tahun Tabel C 3 Luas Panen dan Produksi Jagung di Kabupaten Gorontalo Tahun Kecamatan Luas Panen (ha) Luas Luas Produksi Produksi Panen Panen (ton) (ton) (ha) (ha) Produksi (ton) Batudaa Pantai , , ,91 Biluhu , , ,54 Batudaa , , ,11 21

22 Peluang Investasi 2013 Kecamatan Luas Panen (ha) Luas Luas Produksi Produksi Panen Panen (ton) (ton) (ha) (ha) Produksi (ton) Bongomeme , , ,61 Tabongo , , ,82 Tibawa , , ,67 Pulubala , , ,22 Boliyohuto , , ,08 Mootilango , , ,08 Tolangohula , , ,31 Asparaga , , ,23 Bilato ,40 Limboto , , ,14 Limboto Barat , , ,74 Telaga , , ,30 Telaga Biru , , ,64 Tilango 9 41, , ,82 Talaga Jaya 3 13, , ,19 Kabupaten Gorontalo , , ,81 Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, C.3.3. Lokasi Pembangunan Berdasarkan RTRW, pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri Kabupaten Gorontalo diarahkan di daerah: a) Isimu, Kecamatan Tibawa sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. b) Kawasan Andalan Limboto yang mencakup wilayah Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Jaya, dan Tilango. c) Kawasan Terpadu Agro industri yang mecakup wilayah Kecamatan Asparaga, Tolangohula, Boliyohuto, dan Mootilango. Ke 3 (tiga) lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. C.3.4. Kelayakan Investasi Kelayakan investasi yang akan dihitung adalah pembangunan pabrik pakan ternak berbahan baku jagung, dengan rincian: 1. Produk : Pakan ternak unggas (broiler) 22

23 Peluang Investasi 2013 Starter (pakan untuk DOC) Grower (pakan untuk ayam usia pertumbuhan) Finisher (ayam menjelang dijual) 2. Kapasitas : Kapasitas tahun pertama 5 ton per hari dan dinaikan secara periodik Pabrik pakan yang akan dibuat, diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk menjawab permasalahan yang ada pada industri pakan termasuk meningkatkan efisiensi, mengendalikan kualitas, pengolahan pakan, dan mengembangkan imbuhan pakan. Kebutuhan Investasi Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi. Perhitungan investasi telah menyesuaikan dengan kapasitas produksi yang dihitung dengan cara melakukan komparasi dengan perusahaan dengan kapasitas mesin yang relatif sama. Berikut ini kebutuhan investasi yang cukup memadai untuk pembangunan pabrik pakan unggas sekala kecil: Tabel C 4 Kebutuhan Investasi Industri Pakan Ternak No Nama Spek Kapasitas Satuan Vol. Harga Satuan (Rp) x 1000 Jumlah (Rp) x 1000 A. Bangunan dan Lahan Bangunan (lahan dan bangunan) 1000 m 2 unit B. Mesin 1. Jo (penghancur tulang) lokal 500 Kg/jam unit Lasser (penggilingan) Jagung import 200 Kg/jam unit Kedelai import 200 Kg/jam unit Bahan lain import 200 Kg/jam unit Mixer Lokal 2000 unit Kg/jam 4. Lotterpain (membuat Lokal 500 Kg/jam unit butiran) 5. Oven/Dryer Lokal 500 Kg/jam unit C. Alat Alat 1. Timbangan Besar Lokal 1 ton unit Kecil Lokal 100 kg unit Mesin jahit Besar Lokal Standar unit karung Kecil Lokal Standar unit

24 Peluang Investasi 2013 No Nama Spek Kapasitas Satuan Vol. Harga Satuan (Rp) x 1000 Jumlah (Rp) x Elektrikal Genset 28 KVA import 28 KVA unit Total Kebutuhan Pabrik Jumlah kebutuhan belanja bangunan dan mesin adalah sebesar Rp , (Satu Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah). Kebutuhan dana untuk operasionalisasi pabrik juga membutuhkan modal kerja yang cukup banyak terutama untuk produksi selama 3 bulan dengan asumsi bahwa stok selama 3 bulan membuat perusahaan dalam kondisi aman tidak akan kewalahan memenuhi order. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha dilihat dari perhitungan rugi laba dalam satu periode produksi maupun selama periode investasi. Kelayakan usaha sangat dipengaruhi oleh penjualan, tingkat bunga, masa kredit, harga jual, dan tentu saja harga produksi. Dasar perhitungan perhitungan kelayakan usaha adalah sebagai berikut: Besar Investasi : Rp , Grace Periode : 6 Bulan Tingkat Bunga : 16% Harga Jual : Rp 5.000, Kapasitas Produksi : 150 ton per bulan, tahun berikutnya menyesuaikan Tanpa gejolak harga jagung, dalam kondisi normal, proyeksi laba rugi perusahaan pabrik pakan ternak, menunjukkan adanya peluang keuntungan yang cukup besar. Secara lebih lengkap disajikan dalam perhitungan dalam tabel berikut: Gambar C 1 Perhitungan Rugi Laba per Hari (periode pembuatan pakan) No. Uraian Satuan Vol. Harga Satuan Jumlah Total A. Pendapatan 1. Penjualan Pakan kg B. Modal Kerja Biaya Produksi 1. Bahan Pakan: Jagung kuning kg Dedak kg Bungkil kedelai kg

25 Peluang Investasi 2013 No. Uraian Satuan Vol. Harga Satuan Jumlah Tepung batu kg Tepung daging kg Corn gluten meal kg Prmiks kg 6, Minyak kg Garam kg Metionin kg Lisin kg 2, Kal. Fosfat kg 34, Total 2. Gaji Tenaga Kerja Manajer pabrik HOK Administrasi HOK Teknisi pabrik HOK Pekerja HOK Jumlah Biaya Produksi HOK C. Biaya Operasional Biaya listrik dan BBM Is Is Biaya pemasaran Paket Administrasi Paket Jumlah Biaya Operasional Jumlah Biaya D. Penyusutan Mesin (3%) E. Pendapatan sebelum pajak F. PPn 10% G. Pendapatan setelah pajak Jumlah biaya yang diperlukan untuk pengembangan pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut: Modal investasi sebesar (Rp , ) + 3 bulan Jumlah biaya untuk pembuatan pak an (Rp 17,585,650 X 90 hari) = Rp , jadi total kebutuhan investasi adalah sebesar Rp , Biaya dihitung selama 3 bulan, agar kondisi cash flow perusahaan tetap terjaga, dan mengantisipasi adanya kelambatan pembayaran dari peternak Adapun proyeksi rugi laba selama periode investasi diperlihatkan dalam tabel berikut ini: Tahun Pendapatan Biaya Bunga dan Pajak Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

26 Peluang Investasi 2013 Tahun Pendapatan Biaya Bunga dan Pajak Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Kelayakan Investasi Pembangunan Pabrik Pakan Ternak (Jagung) Proyek Kriteria investasi Nilai Kelayakan Gross B/C 1,05 Layak Net B/C 1,08 Layak NPV Rp Layak IRR 42,97% Layak Payback period 3 tahun 5 bulan Layak 26

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo

MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo ASPARAGA 10 Desa TOLANGOHULA 15 Desa MOOTILANGO PULUBALA 10 Desa

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KOTA PEMATANGSIANTAR: MEMBANGUN PLTA DI KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENDUKUNG PERGERAKAN RODA PEREKONOMIAN

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KOTA PEMATANGSIANTAR: MEMBANGUN PLTA DI KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENDUKUNG PERGERAKAN RODA PEREKONOMIAN Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KOTA PEMATANGSIANTAR: MEMBANGUN PLTA DI KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENDUKUNG PERGERAKAN RODA PEREKONOMIAN Pengenalan Kota Pematangsiantar Kota

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA 1 PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH DKI merupakan daerah yang terletak di 5 19' 12" - 6 23' 54" LS dan 106 22' 42" - 106 58' 18"BT. Secara geologis, seluruh dataran terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci