MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN"

Transkripsi

1 MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN Structural Equation Model Of Food Insecurity Sabarella Statistisi pada Pusat Data dan Informasi Pertanian ABSTRACT This research was aimed to apply the structural equation modeling for studying relationship among food insecurity indicators on national level, Java and out of Java. Data source for this research based on selected indicators from Indonesia food insecurity map. These indicators consist of three food insecurity factors which are food availability, access on food and income, and food utilization and absorption. A tentative model hypothesizes relationship among three factors (latent variables) that represent performance of food insecurity by using LISREL (Linear Structure Relationship). The result model for national level and Java shows that food availability positively affected the performance and significantly for access, access positively affect absorption, but food availability affect the absorption negatively, this is an food insecurity. In out of Java food availability positively and insignificantly affect the access, this mean that district in out of Java generally not sufficient to food availability of a region, but access positively and significant affect the absorption. Key words : food insecurity, latent variable, indicator, structural equation model. Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

2 PENDAHULUAN Berdasarkan Undangundang No.7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Dewan Ketahanan Pangan 2002). Kodisi sebaliknya disebut kerawanan pangan. Dewan Ketahanan Pangan, R.I. bekerja sama dengan Program Pangan Dunia, PBB (The United Nations World Food Program) tahun telah melakukan analisis data sekunder untuk parameter kerawanan pangan, melalui pembuatan peta kerawanan pangan di Indonesia, yang dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi para pengambil kebijakan di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten untuk menyusun perencanaan yang lebih baik dan tepat sasaran, efektif dan efesien dalam mengatasi permasalahan kerawanan pangan. Pada pembuatan peta kerawanan pangan tersebut telah dipilih indikatorindikator yang dapat menjelaskan 3 dimensi kerawanan pangan, yaitu dimensi ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pendapatan serta pemanfaatan dan penyerapan pangan. Namun demikian kajian baru dilakukan pada pembuatan peta belum dilakukan analisis lebih lanjut terhadap konsep kerawanan pangan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pemodelan tentang kerawanan pangan untuk melihat keterkaitan antar indikator kerawanan pangan yang telah disusun, karena dengan pemodelan, validitas dan kehandalan indikator dapat diukur. Pengukuran terhadap objek yang diteliti seringkali tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi melalui peubah penjelas yang merupakan refleksi atau manifest dari suatu konsep, seperti konsep ketersediaan pangan, akses pangan dan pendapatan, serta konsep pemanfaatan dan penyerapan pangan merupakan faktor yang tidak dapat diamati atau bersifat laten (unobservable variable), oleh karena itu diperlukan suatu teknik statistik yang dapat menganalisis hubungan antara faktor laten dengan peubahpeubah manifestnya, dimana peubah manifest tersebut diasumsikan sebagai pengukur (indikator) dari peubah laten yang dijelaskannya. Teknik analisis yang dimaksud melalui pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Model, SEM) (Bollen 1989). Tujuan penelitian ini adalah menyusun model persamaan struktural kerawanan pangan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dan mengkaji keterkaitan antar indikator kerawanan pangan nasional, Jawa dan Luar Jawa. 20

3 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan mengacu pada indikatorindikator dalam pembuatan peta kerawanan pangan Indonesia yang disusun oleh Dewan Ketahanan Pangan R.I. dan Program Pangan Dunia(WFP), PBB(Dewan Ketahanan Pangan, 2004). Data yang digunakan data tahun 2003 dengan jumlah kabupaten (tidak termasuk kota) yang dianalisis sebanyak 265 kabupaten (82 kabupaten di Jawa dan 183 kabupaten di Luar Jawa). Data Bersumber dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, BPS sebagian berasal dari hasil Susenas tahun 2003, Propinsi Dalam Angka 2004, PDRB Kabupaten di Indonesia tahun Secara rinci 3 faktor laten dan 17 indikator/peubah manifest yang digunakan dalam membangun model dapat dilihat dalam Tabel 1. Metode Analisis Pengolahan data dengan menggunakan program Minitab versi 13.2 dan LISREL versi Secara garis besar tahapan analisis data pada penelitian ini adalah : 1. Tahapan eksplorasi, meliputi (1) pemilihan indikator, dimana indikator yang merupakan fungsi dari indikator lain disisihkan dalam penyusunan model karena satu indikator dapat mewakili indikator yang lain tersebut. Hal ini ditemukan pada indikator angka harapan hidup yang memiliki korelasi negatif cukup besar yaitu 0,92 dengan angka kematian bayi waktu lahir, maka hanya digunakan salah satu indikator dari keduanya yaitu indikator umur harapan hidup (2) pemeriksaan data dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai data yang digunakan dalam model secara umum dengan diagram kotak garis untuk melihat kesimetrikan data/normal serta mendeteksi pencilan dengan Minitab versi 13.2 Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

4 Tabel 1 Faktor Laten dan Indikator No. Faktor Laten Indikator/Peubah Manifest 1. Ketersedian Pangan (SEDIA) 1. Produksi beras per kapita (kg/kapita) 2. Produksi jagung per kapita (kg/kapita) 3. Produksi Ubikayu per kapita (kg/kapita) 4. Produksi Ubi jalar per kapita (kg/kapita) 2. Akses terhadap Pangan dan Pendapatan (AKSES) 3. Pemanfaatan /penyerapan pangan (SERAP) 5. % penduduk miskin 6. % kepala rumah tangga yang bekerja < 15 jam per minggu 7. % kepala rumah tangga yang tidak tamat SD 8. % rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas listrik 9. % desa yang tidak memiliki akses jalan 10. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku 11. Pengeluaran riil perkapita 12. Umur harapan hidup waktu lahir (Tahun) 13. % rumah tangga tanpa akses ke air bersih 14. % rumah tangga yang tinggal > 5 km dari fasilitas kesehatan 15. % Balita kurang gizi 16. % perempuan buta huruf 17. Angka kematian bayi waktu lahir 2. Penyusunan model persamaan struktural meliputi (1) Perumusan spesifikasi model Lisrel berdasarkan kosep teori yang ada, seperti terlihat dalam Gambar 1 di bawah ini. (2) Entry data dengan menggunakan PRELIS Data 2.30 dalam LISREL 8.30 (3) Membuat diagram jalur seperti hasil spesifikasi model (4) Menduga koefisien jalur pada model struktural dan model pengukuran dengan proses iterasi melalui program LISREL 8.30 (5) Pemilihan model terbaik artinya model tersebut cukup baik dalam mengepas data yang ada melalui : a. Sebanyak 16 indikator dimasukan dalam model, selanjutnya dievaluasi kelayakan model dengan melihat GFI dan AGFI (GFI menunjukkan persen keragaman S yang dapat diterangkan oleh model dan AGFI memperbaiki GFI melalui derajat bebas relatif model terhadap jumlah kuadrat). Menurut Sharma (1996) model layak apabila nilai GFI mendekati 0.90 dan AGFI sekitar b. Apabila dihasilkan model dengan nilai GFI dan AGFI yang masih jauh dari nilai yang disarankan tersebut untuk meningkatkan kinerja model dengan menghilangkan jalur bagi koefisien jalur yang tidak nyata berdasarkan nilai ujit pada taraf nyata 5% (nilai 22

5 t < 1,96) atau koefisien jalur yang paling kecil dalam faktor laten tersebut. Selanjutnya indikator tersebut tidak digunakan lagi dalam proses pemodelan berikutnya. c. Proses pemodelan selajutnya kembali ke tahap (2), (3), (4) dan (5) sampai dihasilkan model yang cukup layak dengan melihat nilai χ2 hit χ2 tabel atau P value 0,05, GFI 0,90, AGFI 0,80 dan RMR. Model yang mempunyai RMR yang lebih kecil adalah model yang lebih baik (Joreskog & Sorbom 1996). d. Model yang mendekati syarat ideal kelayakan model yang selajutnya dipilih sebagai model persamaan struktural kerawanan pangan dalam penelitian ini. Proses seperti ini dilakukan baik untuk model nasional, Jawa dan Luar Jawa. e. Model yang telah terpilih selajutnya dianalisis lebih lanjut untuk menilai validitas dan kehandalan dari indikatorindikator yang menyusunnya. Beras Jagung Ubikayu ubijalar λ 2 λ 3 λ 5 β 1 γ 11 Akses pangan dan pendapatan λ 1 λ 11 Ketersediaa Pangan β 3 λ 4 λ 12 β 2 γ 21 Penyerapan/ Pemanfaatan Pangan λ 17 λ 6 λ 7 λ 8 λ 9 λ 10 λ 13 λ 14 λ 154 λ 16 Miskin < 15 jam <SD Tlistrk δ 1 δ 2 δ 3 δ 4 Tdjln PDRB Pnluaran Hrphdp tairbrsh Faskes <gizi Bthrf Kmtbayi δ 5 δ 6 δ 7 δ 8 δ 9 δ 11 δ 12 δ 13 δ 14 δ 15 δ 16 δ 17 Gambar 1. Diagram Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Model persamaan struktural kerawanan pangan dalam penelitian ini selain model secara nasional juga dilakukan pemodelan kerawanan pangan Jawa dan Luar Jawa. Karena kependudukan dan ketersediaan sumber daya alam antara Jawa dan Luar Jawa berbeda. Gambaran Umum Data Indikator Kerawanan Pangan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang cukup besar antara indikator harapan hidup dengan kematian bayi sebesar 0,92. Hal ini berarti semakin besar harapan hidup waktu lahir maka semakin kecil tingkat kematian bayi, sehingga analisis selanjutnya hanya digunakan salah satu indikator yaitu harapan hidup. Matriks korelasi ini digunakan dalam analisis lebih lanjut sebagai pengganti matrik ragam peragam ( ) dalam analisis peubah ganda, karena perbedaaan satuan pengukuran pada data yang dianalisis, yang umumnya berimplikasi pada perbedaan keragaman peubah. Analisis deskriptif indikator kerawanan pangan menunjukkan, produksi beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar sebagai penyusun faktor laten SEDIA secara umum di Jawa lebih tinggi dibandingkan di Luar Jawa, sebaliknya persentase indikator lainnya di Jawa menunjukkan lebih kecil dibandingkan di Luar Jawa kecuali persentase (%) penduduk bekerja kurang dari 15 jam dalam satu minggu dan persentase (%) perempuan buta huruf lebih tinggi kabupaten di Jawa masingmasing sebesar 6.49 persen dan persen, selain itu persentase (%) kepala rumah tangga bekerja kurang dari 15 jam di Jawa lebih simetrik dibandingkan di Luar Jawa, dan lebih beragam di Luar Jawa (Gambar 2). Produksi beras pada 75% kabupaten di Luar Jawa kurang dari ton, sebaliknya produksi beras pada 75% kabupaten di Jawa lebih dari ton (Gambar 3.) (%) L Jawa Jawa Gambar 2. bekerja<15 jam/minggu 24

7 (Ton) L Jawa Jawa Gambar 3. Produksi beras Hasil analisis model LISREL dari indikatorindikator penyusun faktor laten dalam model pada tahap pertama yang mengikutsertakan sebanyak 16 indikator belum memenuhi kelayakan model baik untuk model nasional, Jawa dan Luar Jawa, artinya model tersebut ditolak karena tidak ada dukungan data, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kelayakan Jumlah Indikator Uraian Nasional (n=265 Jawa (n=82) Luar Jawa (n=183) 16 indikator GFI AGFI 13 indikator GFI AGFI 12 indikator GFI AGFI Tabel 2, menunjukkan nilai GFI dan AGFI pada 16 indikator dalam model yang masih dibawah yang disarankan dalam Sharma (1998) yaitu masingmasing sebesar 0.90 dan Oleh karena itu dilakukan pemodelan kembali untuk meningkatkan kinerja model dengan menghilangkan koefisien jalur yang tidak nyata pada taraf alpha 5 persen atau nilai koefisien jalur terkecil dalam faktor laten seperti disajikan pada Tabel 3. Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

8 Tabel 3 Hubungan Faktor Laten dengan Indikator pada Model dengan 16 Indikator Faktor Laten SEDIA AKSES AKSES Indikator Beras Jagung Ubi kayu Ubi jalar %miskin %tdksd %<15jam %tdlistrik %tdjalan PDRB Pnluaran Hrphidup %tdairbrsh %>5kmfaskes %<gizi %wntbthrf Nasional Jawa Luar Jawa Koefisien Nilait Koefisien Nilait Koefisien Nilait ** ** 3.15** ** 5.04** ** 2.64** ** ** 5.11** 2.90** 3.50** 2.50* ** 17.55** ** 3.61** 5.23** Keterangan :** Sangat Nyata pada Taraf Alpha 0.01 ( T = 2.576) * Sangat Nyata pada Taraf Alpha ** , * 3.46** ** 5.51** ** 4.86** Tabel 3, menunjukkan indikator produksi jagung, ubi kayu, ubi jalar bukan merupakan pengukur faktor laten SEDIA yang baik pada ketiga model tersebut, selain itu persentase (%) kepala rumah tangga bekerja kurang dari 15 jam dan PDRB per kapita untuk faktor laten AKSES, serta persentase (%) rumah tangga tanpa air bersih untuk faktor laten SERAP di Jawa dan semua indikator SERAP kecuali harapan hidup waktu lahir untuk model nasional dan Luar Jawa. Namun dalam pemodelan selanjutnya indikator yang tidak digunakan terutama indikator yang memiliki nilai koefisien jalur terkecil dalam setiap faktor laten. Berdasarkan beberapa kali uji coba, maka pada model dengan 12 indikator untuk model nasional dan Jawa, sedangkan model luar Jawa pada model dengan 13 indikator meningkatkan nilai GFI dan AGFI pada model nasional masingmasing model seperti disajikan pada Tabel 4. Nilai GFI dan AGFI masingmasing sebesar 0.85 dan Hal ini berarti persen keragaman sebesar 85 persen dijelaskan oleh model kerawanan pangan nasional. Ukuran kelayakan model secara lengkap disajikan pada Tabel 4. 26

9 Tabel 4 Kelayakan Model Kerawanan Pangan Nasional, Jawa dan Luar Jawa Kesesuaian Model Nasional Jawa Luar Jawa Df X 2 (Pvalue) (P=0.00) (P=0.00) RMSEA GFI AGFI RMR Tabel 4, menunjukkan bahwa nol ditolak yang dilihat dari nilai X 2 nya. Hal ini berarti model hipotesis belum cukup baik dalam mengepas data. x 2 sensitif terhadap ukuran contoh sehingga untuk menilai kelayakan model ini perlu diperhatikan ukuranukuran kesesuaian yang lain seperti nilai GFI, AGFI dan RMR. Model kabupaten di Jawa menunjukkan nilai GFI dan AGFI yang lebih rendah dibandingkan kedua model lainnya masingmasing sebesar 0.72 dan 0.57, menurut Bollen (1989) beberapa hasil simulasi oleh peneliti, nilai harapan GFI dan AGFI cenderung meningkat seiring peningkatan ukuran contoh, mengingat jumlah kabupaten di Jawa hanya 82 kabupaten (kurang dari 100). Sementara RMR dari ketiga model tersebut memiliki RMR paling kecil dari sekian model yang telah dicoba sehingga model ini yang paling mendekati kriteria ideal. Model persamaan struktural kerawanan pangan disajikan pada Gambar 4 s/d Gambar 6. Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

10 Beras Ubikayu Ubijalar AKSES SEDIA SERAP ChiSquare=280.20, df=51, Pvalue= , RMSEA= miskin 0.68 tdksd 0.85 tlis trk 0.25 tdkjln 0.52 Pnl uara n 0.61 hrphdp 0.84 Airbrsh 0.72 Faskes 0.73 krg izi 0.79 Gambar 4 Nasional Nasional merupakan gabungan dari dua bagian, yaitu (1) model struktural yang menjelaskan hubungan antara faktor laten dan (2) model pengukuran yang menghubungkan faktor laten dengan indikatorindikatornya. Gambar 4 menunjukkan model nasional semua pengaruh langsung bertanda positif dan nyata dari SEDIA ke AKSES sebesar 1.15(t=2.38) AKSES ke SERAP sebesar 1.64 (t=3.13) dan SEDIA ke SERAP sebesar 2.16(t=5.94). Namun bila dilihat tanda negatif pada koefisien jalur produksi per kapita ubikayu dan ubi jalar, memberikan isyarat bahwa faktor ketersediaan secara nasional belum terjamin, sehingga perlu diberlakukan pengawalan terhadap ketersediaan pangan. 28

11 Jag ung Beras 1.05 SEDIA 1.57 AKSES SERAP ChiSquare=280.20, df=51, Pvalue= , RMSEA=0.130 miskin 0.75 kr15ja m 0.84 tdksd 0.38 tlis trk 0.74 tdkjln 0.88 Pnl uara n 0.78 hrphdp 0.70 Faskes 0.72 krg izi 0.79 Wn tb thr f 0.59 Gambar 5 Kabupaten di Jawa Gambar 5, menunjukkan pengaruh langsung SEDIA ke AKSES pada model kabupaten di Jawa adalah positif dan nyata sebesar 6.01 (6.35), yang berarti dari faktor ketersediaan pangan per kapita kabupaten di Jawa dapat diakses, namun AKSES ke SERAP berpengaruh negatif dan nyata sebesar 1.31 (5.00) yang berarti dampak dari akses ke penyerapan belum berjalan dengan baik. Ini berarti tidak terdapat bukti yang cukup kuat untuk mengatakan bahwa kabupaten di Jawa cukup tahan, namun sebaliknya kerawanan pangan dapat terjadi. Hal ini diperkuat dengan pengaruh langsung dari SEDIA ke SERAP yang bernilai positif namun tidak nyata sebesar 0.55 (1.93) Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

12 Hal ini berarti faktor ketersediaan, akses pangan dan pendapatan untuk dapat diserap masih perlu perhatian yang serius, artinya ketersediaan pangan yang cukup merupakan suatu persyaratan yang perlu untuk jaminan pangan, tetapi tidak cukup untuk jaminan pangan di tingkat rumah tangga dan individu, sehingga kabupaten di Jawa, masih terjadi peluang terjadinya kerawanan pangan. Beras 0.91 Ubikayu SEDIA Ubijalar ChiSquare=243.47, df=62, Pvalue= , RMSEA= AKSES SERAP miskin 0.52 PD R B 0.96 td ksd 0.88 tlis trk 0.27 td kjln 0.62 Pnl uara n 0.74 hrp hd p 0.85 Airbrsh 0.78 Faskes 0.86 krg izi 0.88 Gambar 6. Kabupaten di Luar Jawa Gambar 6, menunjukkan semua faktor laten berpengaruh positif namun tidak nyata, hal ini mengindikasikan bahwa implementasi kebijakan pangan di Luar Jawa belum seperti di Jawa. Ini berarti tidak 30

13 terdapat bukti yang cukup kuat untuk mengatakan bahwa ketahanan pangan di Luar Jawa terwujud, namun sebaliknya kerawanan pangan terjadi. Hal ini sesuai dengan hasil pemetaan oleh Badan Ketahanan Pangan terdapat 100 kabupaten yang dinyatakan rawan pangan di Indonesia, dan sebanyak 89 kabupaten diantaranya terdapat di Luar Jawa. Koefisien jalur dan uji beda nyata dalam model pengukuran kerawanan pangan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Penilaian Validitas Indikator Pengukur Faktor Laten pada Model Faktor Laten Indikator Nasional Jawa Luar Jawa Koefisien Nilait Koefisien Nilait Koefisien Nilait SEDIA Beras ** ** ** Jagung ** Ubi kayu Ubi jalar AKSES %miskin %tdksd %<15jam %tdlistrik %tdjalan PDRB Pnluaran ** 3.18** 5.51** ** 2.85** * * 2.88** 6.45** 4.80** ** 5.00** 4.54** AKSES Hrphidup ** ** * %tdairbrsh * %>5kmfaskes * * %<gizi %wntbthrf ** Keterangan:** Sangat Nyata pada Taraf Alpha 0.05( T = 2.576) *Nyata pada Taraf Alpha 0.05 (T=1.96). Hasil pendugaan koefisien jalur pada model pengukuran pada Tabel 5 menunjukkan indikator penyusun faktor laten SEDIA hanya produksi beras per kapita yang memberikan pengaruh yang sangat nyata pada taraf alpha 1 persen terhadap faktor laten yang dijelaskannya (nilai t lebih besar 2,576) serta bertanda sesuai dengan yang diharapkan dalam model, demikian pula produksi jagung per kapita pada model di Jawa. Sementara produksi ubi kayu per kapita dan ubi jalar bukan merupakan indikator yang tepat untuk mengukur faktor laten SEDIA. Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

14 Indikator persentase (%) kepala rumah tangga bekerja kurang dari 15 jam/minggu dan PDRB per kapita merupakan indikator yang tidak tepat dalam mengukur faktor laten AKSES pada model, serta persentase (%) desa tanpa akses jalan dan pengeluaran riil per kapita pada model di Jawa, hal ini ditunjukkan oleh pengaruh yang tidak nyata pada indikator tersebut, sedangkan untuk faktor laten SERAP hanya indikator harapan hidup saja yang sesuai untuk model di luar Jawa, sebaliknya untuk model di nasional dan Jawa valid untuk semua indikator SERAP kecuali untuk indikator persentase (%) balita kurang gizi yang tidak nyata. Validitas indikator dalam mengukur faktor laten, dilihat dari koefisien jalur lebih dari 0.5 terdapat pada indikator persentase (%) penduduk miskin dan persentase (%) rumah tangga tanpa listrik untuk faktor laten AKSES pada ketiga model, serta produksi beras per kapita untuk faktor laten SEDIA. Selanjutnya persentase (%) desa tanpa akses jalan dan pengeluaran riil per kapita untuk faktor laten AKSES pada model nasional dan Luar Jawa, persentase (%) rumah tangga tanpa air bersih dan persentase (%) rumah tangga > 5 km dari puskesmas untuk faktor laten SERAP pada model nasional, semua indikator faktor laten SERAP kecuali persentase (%) balita kurang gizi untuk model di Jawa. Hal ini menunjukkan indikator tersebut handal dalam mengukur faktor laten. Selanjutnya koefisien kehandalan konstruk untuk model kerawanan pangan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Penilaian Kehandalan Faktor Laten Pada Model Faktor Laten Nasional Jawa Luar Jawa SEDIA AKSES SERAP Tabel 6, menunjukkan faktor laten AKSES adalah cukup handal karena memiliki kehandalan konstruk sekitar 0.5, yang berarti indikatorindikator penyusun cukup handal dalam mengukur faktor laten AKSES, demikian pula untuk faktor laten SEDIA pada model kabupaten di Jawa. Sebaliknya faktor laten SERAP dikatakan tidak handal, karena memiliki nilai kehandalan konstruk yang sangat jauh dari nilai kehandalan konstruk yang disarankan Sharma (1996) adalah minimal

15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model persamaan struktural kerawanan pangan nasional dan Jawa menunjukkan ketersedian pangan berpengaruh positif dan nyata terhadap AKSES, dan akses berpengaruh postif terhadap penyerapan, tetapi pengaruh langsung dari ketersediaan terhadap penyerapan pangan negatif dan tidak nyata. Ini berarti ketersediaan pangan tidak diikuti oleh penyerapan yang baik, hal ini menunjukkan terjadinya rawan pangan. Model di Luar Jawa menunjukkan ketersediaan berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap akses pangan dan pendapatan. Ini berarti kabupaten di Luar Jawa pada umumnya belum mampu menopang kebutuhan pangan untuk wilayahnya. 2. Indikator yang memenuhi validitas dan kehandalan dalam mengukur faktor laten antara lain indikator produksi beras, persentase (%) penduduk miskin, persentase (%) rumah tangga tanpa listrik, persentase (%) desa tanpa akses jalan, pengeluaran riil perkapita, persentase (%) rumah tangga tanpa air bersih untuk model nasional dan Luar Jawa, produksi ubi kayu, persentase (%) kepala rumah tangga tidak tamat SD, dan semua indikator untuk faktor laten SERAP pada model di Jawa. Saran 1. Model yang dihasilkan masih merupakan model yang sederhana dan hasil evaluasi model belum memuaskan secara keseluruhan, oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan model yang lebih baik melalui perbandingan metode pendugaan yang digunakan dalam analisis. 2. Tambahan indikator pengeluaran riil per kapita dibutuhkan dalam penyusunan peta kerawanan pangan karena terbukti valid dan handal dalam mengukur faktor laten AKSES, disamping indikator lainnya yang telah ada perlu diupayakan pengumpulan datanya secara lengkap sehingga dapat menggambarkan konsep kerawanan pangan. Informatika Pertanian Volume 18 No. 1,

16 DAFTAR PUSTAKA Purnomo,A Model Persamaan Struktural Pembangunan Berkelanjutan Daerah. Tesis. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. Bachrudin,A dan HL.Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survei Dengan Menggunakan LISREL Jurusan Statistika, FMIPA, UNPAD Bandung. Badan Pusat Statistik, Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2003; Buku 2 : Kabupaten. Badan Pusat Statistika, Jakarta. Bollen KA Structural Equation With Laten Variables. Canada: J Willey. Dewan Ketahanan Pangan R.I. dan Program Pangan Dunia PBB Peta Kerawanan Pangan Indonesia. Departemen Pertanian Jakarta. Dewan Ketahanan Pangan Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Jakarta. Hair, JR dkk Multivariate Data Analysis With Readings. Fourth Edition. New Jersey. Joreskog, K.G. dan D. Sorbom, LISREL 8 : User s Reference Guide. Scientific Software International, Inc, Chicago. Sharma, S Applied Mulrivariate Techniques. Jonn Wiley & Sons, Inc. Canada. 34

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL

Lebih terperinci

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL KERAWANAN PANGAN SABARELLA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL

Lebih terperinci

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume II, Nomor 02 Juli 2012

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume II, Nomor 02 Juli 2012 195 MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENGARUH MOTIVASI, KAPABILITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA-IPB Oleh : Muhammad Amin Paris (Dosen Fak.

Lebih terperinci

Oleh : Muhammad Amin Paris, S.Pd., M.Si (Dosen Fak. Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin) Abstrak

Oleh : Muhammad Amin Paris, S.Pd., M.Si (Dosen Fak. Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin) Abstrak MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENGARUH MOTIVASI, KAPABILITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA-IPB Oleh : Muhammad Amin Paris, SPd, MSi (Dosen

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal Wiwik Sudestri, Eri Setiawan dan Nusyirwan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR

1. Pendahuluan PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 233-242 PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR 1 Nusar

Lebih terperinci

x 1 x 3 x 4 y 1 x 5 x 6 x 7 x 8 BAHAN DAN METODE δ 1 λ 41 ξ 1 δ 4 λ 51 γ 21 δ 6 λ 61 ε 1 δ 3 η 1 γ 31 δ 7 λ 71 ξ 2 λ 81 ξ 3 λ 31 δ 5

x 1 x 3 x 4 y 1 x 5 x 6 x 7 x 8 BAHAN DAN METODE δ 1 λ 41 ξ 1 δ 4 λ 51 γ 21 δ 6 λ 61 ε 1 δ 3 η 1 γ 31 δ 7 λ 71 ξ 2 λ 81 ξ 3 λ 31 δ 5 8 BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari PT. MARS yaitu hasil survei konsumen terhadap produk-produk toilettris (keperluan mandi) pada tahun 005. Metode Secara garis

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Ditinjau dari Karakteristik Lingkungan Kampus (Studi Kasus di Jurusan Matematika FMIPA Unsri)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Ditinjau dari Karakteristik Lingkungan Kampus (Studi Kasus di Jurusan Matematika FMIPA Unsri) Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(A) 15101 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Ditinjau dari Karakteristik Lingkungan Kampus (Studi Kasus di Jurusan Matematika FMIPA Unsri) Oki Dwipurwani

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(A) 12303

Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(A) 12303 Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(A) 12303 Aplikasi Analisis Faktor Konfirmatori untuk Mengetahui Hubungan Peubah Indikator dengan Peubah Laten yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa di Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Sumber Data

METODE PENELITIAN Sumber Data 13 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil simulasi melalui pembangkitan dari komputer. Untuk membangkitkan data, digunakan desain model persamaan struktural

Lebih terperinci

Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang)

Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang) Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(A) 15102 Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang) Sri Indra Maiyanti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Visi PT Indofood CBP Sukses Makmur Cabang Makassar yang juga merupakan Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah Perusahaan Total Food Solutions. Diperlukan

Lebih terperinci

Muhammad Amin Paris. Abstrak

Muhammad Amin Paris. Abstrak JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 1 Juli Desember 2014, h. 21-38 PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL (STUDI KASUS MODEL ANALISIS

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen 4 TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen (1989). Namun demikian sebagian besar penerapannya menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dari industri jasa Lembaga Bahasa Inggris yang ada di Bogor, setiap penyelenggara kursus bahasa Inggris tentunya akan menciptakan suatu nama / simbol

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bollen, K.A Structural Equation With Latent Variables. New York : John Wiley & Sons.

DAFTAR PUSTAKA. Bollen, K.A Structural Equation With Latent Variables. New York : John Wiley & Sons. 7 DAFTAR PUSTAKA Bollen, K.A. 989. Structural Equation With Latent Variables. New York : John Wiley & Sons. Chin, W.W., Marcolin, B.L. and Newsted, P.R, 996. A Partial Least Squares Latent Variable Modelling

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DATA PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL. Oleh: I Wayan Jaman Adi Putra

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DATA PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL. Oleh: I Wayan Jaman Adi Putra LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DATA PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL Oleh: I Wayan Jaman Adi Putra 1. Proses Pemodelan Persamaan Struktural Penggunaan analisis Pemodelan Persamaan Struktural (Structural Equation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEM DALAM MEMBANDINGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA

IMPLEMENTASI SEM DALAM MEMBANDINGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA IMPLEMENTASI SEM DALAM MEMBANDINGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA Ermawati Dosen Jurusan Matematika Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar Abstract. Structural Equations

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) MULTIPLE GROUPS UNTUK MELIHAT PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) MULTIPLE GROUPS UNTUK MELIHAT PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) MULTIPLE GROUPS UNTUK MELIHAT PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA Edmira Rivani Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Salah satu tahap dalam penelitian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini berisikan penjelasan mengenai jenis data yang diperlukan, teknik dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) merupakan salah satu produsen motor yang memiliki pangsa pasar cukup luas. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (014) 337-350 (301-98X Print) D-78 Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada di Kabupaten Jombang Masnatul Laili dan Bambang Widanarko Otok Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

Sri Indra Maiyanti * ), Oki Dwipurwani * ), Anita Desiani * ),Betty Aprianah ** ) Yanti_Sri02@Yahoo.com

Sri Indra Maiyanti * ), Oki Dwipurwani * ), Anita Desiani * ),Betty Aprianah ** ) Yanti_Sri02@Yahoo.com APLIKASI ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN PEUBAH INDIKATOR DENGAN PEUBAH LATEN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI MAHASISWA DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNSRI Sri Indra Maiyanti * ) Oki Dwipurwani

Lebih terperinci

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR 7.1. Hasil Analisis SEM (Structural Equation Modelling) Model pada penelitian ini terdiri dari enam variabel laten, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan dalam penelitian dibidang ilmu sosial. (structural equation modeling, SEM), karena bisa dikatakan bahwa pemodelan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan dalam penelitian dibidang ilmu sosial. (structural equation modeling, SEM), karena bisa dikatakan bahwa pemodelan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemodelan persamaan terstruktur (structural equation modeling, SEM) merupakan model yang dikenal dengan berbagai nama atau istilah, terkadang bisa disebut sebagai

Lebih terperinci

Analisis Indikator-Indikator Pembangunan Berkelanjutan (IPB) di Jawa Timur Menggunakan Metode Struktural Equation Models-Partial Least Square

Analisis Indikator-Indikator Pembangunan Berkelanjutan (IPB) di Jawa Timur Menggunakan Metode Struktural Equation Models-Partial Least Square Analisis Indikator-Indikator Pembangunan Berkelanjutan (IPB) di Jawa Timur Menggunakan Metode Struktural Equation Models-Partial Least Square Presented by: Dewi Rosiyana Umami 1306 100 035 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat

BAB 4 METODE PENELITIAN. Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat 107 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Perbaikan Kampung Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat di

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a.

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a. II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 34 43 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 1. Analisis secara deskriptif Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan dari lapangan berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS (Path Analysis) : merupakan suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) (Studi Kasus di Jurusan Statistika Universitas Diponegoro Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

Confirmatory Factor Analysis

Confirmatory Factor Analysis Teknik Analisis Validitas Konstruk dan Reliabilitas instrument Test dan Non Test Dengan Software LISREL Akbar iskandar Teknik informatika, STMIK AKBA, Sulawesi selatan, Indonesia Email : akbar.iskandar06@gmail.com

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL DENGAN ANALISIS LINEAR STRUCTURE RELATIONSHIP (LISREL)

PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL DENGAN ANALISIS LINEAR STRUCTURE RELATIONSHIP (LISREL) Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 50-61 PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL DENGAN ANALISIS LINEAR STRUCTURE RELATIONSHIP (LISREL) Ida Mariati Hutabarat Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih Abstract

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

(S.2) ANALISIS POWER DALAM UJI KECOCOKAN MODEL PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) TANPA MENSPESIFIKASIKAN PARAMETER ALTERNATIF

(S.2) ANALISIS POWER DALAM UJI KECOCOKAN MODEL PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) TANPA MENSPESIFIKASIKAN PARAMETER ALTERNATIF PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Statistika 1 November 011 Vol, November 011 (S.) ANALISIS POWER DALAM UJI KECOCOKAN MODEL PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) TANPA MENSPESIFIKASIKAN PARAMETER

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal Indah Permata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang ketatnya persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini yang semakin dinamis dan kompleks, adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Restoran Pia Apple Pie yang berlokasi di jalan Pangrango 10 Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN ASAHAN TESIS. Oleh. Gayu Saputra / MAG

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN ASAHAN TESIS. Oleh. Gayu Saputra / MAG ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN ASAHAN TESIS Oleh Gayu Saputra 107039005 / MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut: 76 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok yang perilaku ber- KBnya

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING-PARTIAL LEAST SQUARE

PEMODELAN KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING-PARTIAL LEAST SQUARE PEMODELAN KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING-PARTIAL LEAST SQUARE 1 Gangga Anuraga dan 2 Bambang Widjanarko Otok 1,2 Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan Determinant of Food Security and Vulnerability on Sub Optimal Area in South Sumatera Riswani 1 *)

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kompetensi Tenaga Guru dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Capaian Standar Nasional Pendidikan

Analisis Pengaruh Kompetensi Tenaga Guru dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Capaian Standar Nasional Pendidikan Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 63 Analisis Pengaruh Kompetensi Tenaga Guru dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Capaian Standar Nasional Pendidikan Kasmuri

Lebih terperinci

Model Bantuan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang dengan Pendekatan SEM (Structural Equation Modeling)

Model Bantuan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang dengan Pendekatan SEM (Structural Equation Modeling) Model Bantuan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang dengan Pendekatan SEM (Structural Equation Modeling) Disusun oleh: ISTI APRILLIA (1312 105 015) Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE STRUKTURAL EQUATION MODELLING PARTIAL LEAST SQUARE

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE STRUKTURAL EQUATION MODELLING PARTIAL LEAST SQUARE Seminar Hasil Tugas Akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE STRUKTURAL EQUATION MODELLING PARTIAL LEAST SQUARE 1 Dewi Rosiyana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15 68 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual di lapangan.

Lebih terperinci

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT SKRIPSI Disusun Oleh : VILIYAN INDAKA ARDHI 24010211140090 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PENGGALIAN DATA UNTUK PEMETAAN Rosihan Asmara, SE, MP Email :rosihan@brawijaya.ac.id UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Peta Kerawanan Pangan Peta kerawanan pangan pada tingkat provinsi merupakan alat-bantu

Lebih terperinci

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995).

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995). 3 fungsi diskriminan cukup untuk memisahkan k buah kelompok. Karena fungsi-fungsi diskriminan tidak saling berkorelasi, maka komponen aditif dari V masing-masing didekati dengan khi-kuadrat dengan V j

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KETAHANAN PANGAN DESA (Studi Kasus di Kabupaten Malang)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KETAHANAN PANGAN DESA (Studi Kasus di Kabupaten Malang) Agroland 14 (3) : 217-222, September 2007 ISSN : 0854 641X FAKTOR ANG MEMPENGARUHI TINGKAT KETAHANAN PANGAN DESA (Studi Kasus di Kabupaten Malang) Oleh : Lien Damayanti 1) ABSTRACT This research aims (1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT. YCH Indonesia adalah salah satu perusahaan distributor yang hampir 90% mendistribusikan produk susu dari perusahaan Frisian Flag Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Seperti yang dikemukakan pada pendahuluan bahwa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk soal- soal ujian nasional mata pelajaran bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh karakteristik produk (product characteristic),

Lebih terperinci

Dommy Dyotama Satria

Dommy Dyotama Satria ANALISIS HUBUNGAN ANTARA CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM), RELATIONSHIP QUALITY (RQ), DAN CUSTOMER LIFETIME VALUE (CLV) (STUDI KASUS HOTEL GRAND LEGI MATARAM) Oleh: Dommy Dyotama Satria 5209100092

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH)

ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH) AGRISE Volume XV No. 3 Bulan Agustus 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas deskripsi mengenai data sekunder dan data primer yang digunakan dalam penelitian. Data ini kemudian dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECENDERUNGAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA ITS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECENDERUNGAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA ITS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECENDERUNGAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA ITS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Arlina Sephana 1 dan Dwi Endah Kusrini 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, baik data yang bersifat data sekunder maupun data primer, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).

Lebih terperinci

STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL. Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2

STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL. Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2 STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2 1) Mahasiswa Magister Jurusan Statistika ITS, 2) Dosen Jurusan Statistika ITS Abstrak Suatu

Lebih terperinci

PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN Putiri Bhuana Katili 1),Mutia Adha 2) Jurusan Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend.Sudirman Km.3 Cilegon, Banten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 24 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan PT XYZ mempunyai visi dan misi yang digunakan untuk pedoman dalam menjalankan mekanisme kerja. Perusahaan PT XYZ mempunyai bagian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Takalar dan Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purpossive),

Lebih terperinci

VARIABEL LATEN SEBAGAI MODERATOR DAN MEDIATOR DALAM HUBUNGAN KAUSAL

VARIABEL LATEN SEBAGAI MODERATOR DAN MEDIATOR DALAM HUBUNGAN KAUSAL E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 33-39 ISSN: 2303-1751 VARIABEL LATEN SEBAGAI MODERATOR DAN MEDIATOR DALAM HUBUNGAN KAUSAL I KOMANG GEDE ANTARA 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, KETUT JAYANEGARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS (GSCA)

ANALISIS DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS (GSCA) E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, 54-58 ISSN: 2303-1751 ANALISIS DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS (GSCA) PUTU NOPITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan memilih Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah karena untuk memudahkan penulis

Lebih terperinci

(S.3) METODE MULTILEVEL STRUCTURAL EQUATION MODELING DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE ESTIMATION UNTUK ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN IBU

(S.3) METODE MULTILEVEL STRUCTURAL EQUATION MODELING DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE ESTIMATION UNTUK ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN IBU (S.3) METODE MULTILEVEL STRUCTURAL EQUATION MODELING DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE ESTIMATION UNTUK ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN IBU Winih Budiarti 1, Jadi Supriyadi 2, Bertho Tantular 3 1 Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang peremajaan es krim Wall s Magnum, merubah konsep menjadi blow me away dengan pengalaman yang kompleks dan

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) 66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING

ANALISA PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING ANALISA PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING (Studi Kasus: BANK CABANG KUPANG-NTT) Antonio Eli Lomi Nyoko, Haryono, Vita

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : S - 24 APLIKASI MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL (MPS) DALAM MENGANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LOYALITAS PENGHUNI RUMAH SUSUN MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA Oki Dwipurwani 1 1 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki penduduk 230 juta dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk indeks pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI SERTIFIKASI GURU DENGAN PENDEKATAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL. N a m a : Mohamad Salim N R P : G PS : S2 Matematika Terapan

EVALUASI SERTIFIKASI GURU DENGAN PENDEKATAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL. N a m a : Mohamad Salim N R P : G PS : S2 Matematika Terapan EVALUASI SERTIFIKASI GURU DENGAN PENDEKATAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL N a m a : Mohamad Salim N R P : G551060221 PS : S2 Matematika Terapan DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 (Hal. 24 37) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh persepsi atas suatu harga (price

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN RESUME SKRIPSI Oleh: Fauzi Amri 104081002572 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini terdiri dari tujauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya

Lebih terperinci

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang Oleh : Renanthera Puspita N. Pembimbing : Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si. 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Traing Perbankan (PTP) Yogyakarta dengan alamat Perum Candi Gebang Permai Blok T. No. 1,3,4,5 Wedomartani Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) SKRIPSI Disusun Oleh : SINDY SAPUTRI 24010210141007 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN TEKNIK SEM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN TEKNIK SEM Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 5 12 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN TEKNIK SEM FATRIKA FAHMI, HAZMIRA

Lebih terperinci

PEMODELAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING PADA DATA ORDINAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED LEAST SQUARE (WLS)

PEMODELAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING PADA DATA ORDINAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED LEAST SQUARE (WLS) PEMODELAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING PADA DATA ORDINAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED LEAST SQUARE (WLS) DESI RAHMATINA Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang, desirahmatina@gmail.com

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki dan harus dipenuhi oleh negara maupun masyarakatnya. Menurut Undang Undang nomor 7 tahun 1996 tentang

Lebih terperinci

Better Prepared And Ready to Help

Better Prepared And Ready to Help Mengukur dan Memahami Kerawanan Pangan di Indonesia: Pengalaman WFP Emergency Retno Sri Handini Preparedness VAM Officer Mission Nepal Yogyakarta, 10 Desember 2015 Outline 1. Program WFP di Indonesia 2.

Lebih terperinci