BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika hubungan Australia dan Cina tidak semulus perjalanan hubungan perdagangan Australia dan Cina. Ketidakharmonsan hubungan Australia dan Cina ini bermula bahkan sebelum negara PRC mendapat pengakuan kedaulatan semenjak jatuh ke tangan komunis, semenjak saat itu Australia menganggap Cina sebagai sebuah ancaman bagi kawasan Asia Pasifik dan Australia itu sendiri. Posisi Australia yang menjadi sekutu dekat Amerika Serikat menjadikannya sensitif terhadap isu-isu komunis, sehingga setelah jatuhnya Cina ke pihak komunis Australia langsung memutuskan hubungan dengan PRC, Australia segera membuat kebijakan untuk mempererat hubungan keamanan dengan AS hingga menolak secara keras keanggotaan PRC di Cina. Hubungan Australia dengan Cina kembali memburuk saat tergadi Tiananmen dan Australia berada di bawah kekuasaan John Howard, yang mengeluarkan Howards Doctrine yang sangat tidak disukai Cina. Kali ini ketidakharmonisan hubungan antara Australia dengan Cina terlihat dengan munculnya pernyataan negatif dari Australia tentang perkembangan militer Cina. Cina yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan meningkatkan pula kapasitas militer yang dimilikinya agar seiring dengan pembangunan dan juga untuk meningkatkan posisi tawar Cina di politik internasional. Dari tahun 2007 hingga 2009 perkembangan anggaran militer Cina mencapai 15% di masing-masing tahunnya. 1 Hal ini rupanya ditanggapi secara negatif oleh pemerintah Australia yang tercantum pada butir ke 26 chapter empat buku putih pertahanan Asutralia tahun China will also be the strongest Asian military power, by a considerable margin. Its military modernisation will be increasingly characterised by the development of power projection capabilities. A major power of China's stature can be expected to develop a globally significant military capability befitting its size. But the pace, scope and structure of China's military modernisation have the potential to give its neighbours cause for concern if not 1 Global Security, China's Defense Budget (Daring), 5 Maret 2014, < diakses pada 15 Januari 2015.

2 carefully explained, and if China does not reach out to others to build confidence regarding its military plans. 2 Dari pernyataan yang penulis kutip di atas, dapat dilihat bahwa Australia menyatakan bahwa apabila Cina tidak membuat pernyataan yang jelas terkait peningkatan kapasitas militernya maka hal tersebut dapat merusak hubungan dengan negara tetangganya, Australia termasuk, atau dalam kata lain meimbulkan ancaman di kawasan sekitar Cina. But the pace, scope and structure of China's military modernisation have the potential to give its neighbours cause for concern... dalam pernyataan ini terlihat bahwa Australia masih memegang pandangan lamanya yang menganggap Cina sebagai ancaman yang harus dibendung. Secara umum Australia memiliki dua buku putih, satu untuk garis haluan kebijakan luar negeri dan satu untuk pertahanan, sehingga buku putih ini berisi garis-garis besar kebijakan yang diambil oleh Australia khusus pada bidang militer. Dalam buku putih tersebut Australia secara tidak langsung menjelaskan bahwa negara ini tidak percaya dengan tujuan Cina dalam mengembangkan kapasitas militer yang dimiliki sehingga akan menimbulkan keresahan di negara-negara tetangganya termasuk Australia. Jika dilihat dari judul yang digunakan dalam buku putih pertahanan Australia, Defending Australia in Asia Pasific Century: Force 2030, seolah menunjukkan bahwa Australia telah memperhitungkan Asia Pasifik sebagai kawasan yang berkembang dan dapat mengancam posisi Australia, sehingga Australia membuat strategi untuk bertahan dari ancaman tersebut, termasuk kemudian ancaman dari Cina. 3 Hubungan Australia dan Cina kembali memasuki babak baru setelah Australia mengadopsi konsep Asian Century dimana Australia yang awalnya membendung kehadiran Cina di Asia Pasifik sekarang beralih haluan menjadi menyambut kehadiran Cina di Asia Pasifik dan menyiapkan berbagai kerjasama yang siap diimplementasikan dari ekonomi hingga sosial budaya. Hal yang menarik dan juga merupakan fokus dari paper ini adalah beberapa saat setelah Australia memutuskan untuk menyambut era Asia atau sekitar satu tahun setelahnya diterbitkan edisi baru Australia Defense White Paper yang memperbarui Defense White Paper Pada Defense White Paper 2013 yang terbaru ini Australia merevisi kebijakan yang dikeluarkan sebelumnya, bahwa saat ini Australia tidak lagi menganggap bahwa pertumbuhan anggaran kapasitas militer 2 Departemen Pertahanan Australia, Defending Australia in Asia Pasific Century: Force 2030, Commonwealth of Australia, Canberra, 2009, hlm Departemen Pertahanan Australia, Defending Australia in Asia Pasific Century: Force 2030, hlm. 15.

3 Cina bukanlah sebuah ancaman bagi negara sekitarnya, hal ini dikarenakan pertumbuhan militer tersebut merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat sehingga wajar jika terjadi, dan oleh karena Cina saat ini merupakan teman dari Australia sehingga tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan dari military rising Cina yang dianggap sudah jelas Their growing economic interdependence and developing security cooperation reinforce this point. The Government does not approach China as an adversary. Rather, its policy is aimed at encouraging China s peaceful rise and ensuring that strategic competition in the region does not lead to conflict. 5 Pernyataan ini tentu saja sangat kontras tentu saja dari defense white paper yang dikeluarkan pada tahun 2009 dimana Australia menganggap kebangkitan militer Cina sebagai ancaman bagi negara-negara tetangga Cina termasuk Australia. Pada kebijakan di atas, pemerintah Australia bahkan mengaskan bahwa Australia tidak bermaksud untuk menjadikan Cina sebagai sebuah ancaman, seperti yang secara implisit disebutkan dalam strategi di Defense White Paper 2009, bahkan pemerintah Australia mendukung perkembangan pembangunan peaceful rise Cina yang menadasari perkembangan militer selama ini. Dalam kebijakan baru terkait militer Cina ini pemerintah Australia telah melakukan dialog dengan pemerintahan Cina bahwa akan segera diadakan latihan kerjasama bersama serta dialog terkait perembangan teknologi modern yang dimiliki oleh kedua negara. Bahkan lebih dari itu pada akhirnya Cina dan Australia melakukan latihan militer bersama untuk pertama kalinya, dimana latihan tersebut diadakan di Australia. 6 Kedatangan tentara Cina pertama kali atas undangan pemerintah Australia ini menunjukkan keseriusan Australia dalam menanggapi kebijakan barunya yang lebih bersahabat dengan perkembangan kapasitas militer Cina. Tindakan Australia ini tentu saja menimbulkan pertanyaan dari para analis politik serta negara lain, terutama sekutu terdekat Australia, Amerika Serikat mengapa kemudian Australia mengganti kebijakannya terkait militer Cina. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa 4 Departemen Pertahanan Australia, Defence White Paper 2013, Commonwealth of Australia, Canberra, 2013, hlm Departemen Pertahanan Australia, Defence White Paper 2013, hlm R. Medcalf, Australia-US-China military exercise challenges assumptions, The Interpreter (daring), 9 Oktober 2014, < diakses pada 18 Maret 2015.

4 Australia telah menjadi polisi Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik untuk membendung pengaruh Cina. Kebijakan yang dikeluarkan dalam strategic outlook dalam menghadapi kebangiktan Cina juga menyebutkan bahwa laju, stuktur, dan lingkup modernisasi militer Cina dapat membuat resah negara tetangganya. Akan tetapi dalam kurun waktu 4 tahun Australia menarik kebijakan tersebut dan merevisinya dengan kebijakan baru yang menggandeng Cina sebagai partner dan juga mengeluarkan pernyataan bahwa Australia tidak pernah menganggap Cina sebagai sebuah ancaman bahkan untuk pertama kalinya tentaracna menginjakkan kakinya di Australia atas undangan pemerintah Australia untuk melakukan latihan militer bersama, sebuah tindakan yang mempertegas maksud Australia yang tidak lagi menganggap Cina sebagai ancaman bagi negaranya. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah duraikan di atas, penulis memutuskan untuk mengajukan pertanyaan mengenai Mengapa Australia memilih untuk melakukan kerjasama militer dengan Cina setelah sebelumnya menganggap militer Cina sebagai sebuah ancaman bagi Australia? 1.3 Landasan Konseptual Untuk menjawab dan menganalisis pertanyaan penelitian, penulis akan menggunakan satu konsep dan satu teori, yaitu: Rational Actor Model Rational Actor Model merupakan salah satu perspektif yang dikemukakan oleh Graham T. Allison dalam bukunya Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis yang ditulis pada tahun 1971 sebagai analisis terhadap kasus krisis misil Kuba, yang diharapkan dapat menjadi dasar analisis kebijakan luar negeri suatu negara. 7 Perspektif ini didasarkan pada teori rational choice dan berargumen bahwa dalam membuat kebijakan luar negeri, terdapat empat 7 G.T.Allison, Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis, Little, Brown, and Company, Canada, 1971, p

5 tahapan yang harus dilalui oleh negara untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil merupakan kebijakan yang paling rasonal, dalam hal ini negara dipandang sebagai suatu kesatuan aktor yang memiliki kekuasaan untuk menentukan kebijakan. 8 Sebelum masuk ke pembahasan empat tahapan dalam Rational Actor Model penulis akan membahasa sedikit mengenai apa yang dimaksud sebagai kebijakan yang rasional dalam perspektif ini, penjelasan mengenai kebijakan rasional inilah yang akan penulis gunkan dalam keseluruhan isi tulisan ini. Professor Branislav L. Slantchev dari Universitas California mengatakan bahwa rasionalitas merupakan suatu hal yang kompleks karena memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Suatu tindakan rasional tidak mengandung tindakan yang normatif, dalam artian seseorang bisa saja melakukan tindakan yang rasional tetapi melanggar etika dan moral. Yang dibutuhkan dalam rasionalitas adalah ketika suatu tindakan yang dilakukan berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai suatu aktor. Sehingga menurut Slantchev, suatu aktor dapat dikatakan bertindak rasional ketika tindakan atau keputusan yang diambil ditujukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan awal. 9 Rational actor model kemudian menganggap bahwa kebijakan luar negeri suatu negara merupakan hasil dari empat tahapan berikut: a. Objectives Setiap negara pastilah memiliki kepentigan nasional yang ingin dicapai, kepentingan nasional inilah yang kemudian menjadi dasar bagi negara untuk menentukan kebijakan politik apa yang akan diambil sehingga kepentingan nasional tersebut dapat terpenuhi. Kepentingan nasional inilah yang kemudian memengaruhi berbagai kebijakan politik mereka, termasuk kebijakan luar negeri. Negara dalam teori ini diasumsikan sebagai sebuah aktor yang rasional, sehingga secara rasional negara akan dapat menangkap kepentingan apa yang paling dibutuhkan dan mewujudkannya ke dalam suatu kebijakan yang afirmatif. Inilah tahapan pertama yang harus dilalui oleh negara dalam membuat kebijakan politiknya, yaitu menangkap kebutuhan apa yang dimiliki oleh negaranya dan kemudian meyusunnya dalam skala prioritas untuk melihat kepentingan apa yang harus 8 M. Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, Palgrave Macmillan, New York, 2007, hlm Slantchev, Branislav L., The Rational Actor Model, dalam Introduction to International Relations, Department of Political Science, University of California, San Diego, 2005, p. 1.

6 didahulukan. Berdasarkan teori ini, Australia dalam kondisi yang rasional saat mengumpulkan kepentingan nasional apa yang dibutuhkan oleh Ausralia. Terkait dengan hubungannya dengan Cina Australia mengumpulkan masukan-masukan mengenai kepentingan apa yang Australia miliki dalam hubungannya dengan Cina. b. Options Tahapan kedua yang harus dilakukan negara sebagai aktor rasional setelah menjelaskan kebutuhan apa yang harus dijadikan kepentingan nasional adalah bagaimana kepentingan nasional terebut diproyeksikan ke dalam kebijakan politiknya. Dalam tahapan options ini, negara memiliki beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai sarana untuk memebuhi kepentingan nasionalnya. Pilihan-pilihan inilah yang secara rasional dipikirkan oleh pemerintahan untuk selanjutnya dipertimbangkan konsekuensinya. Dalam berhadapan dengan perkembangan kapasitas militer Cina yang berkembang pesat opsi yang dimiliki oleh Australia dapat digeneralisasi menjadi dua opsi, apakah tetap meneruskan untuk mengkonfrontasi Cina dengan perkembangan kapasitas militernya yang besar atau mengubah kebijakannya menjadi lebih netral terhadap Cina. Pada tahapan ini rasionalitas negara untuk mengaitkan antara tujuan dengan hasil pencapaian bermain, negara sebagai actor rasional harus dapat mengaitkan tujuan awal yang ingin dicapai dengan goals melalui opsi-opsi pilihan kebijakan yang akan diambil. c. Consequences Berbagai tindakan dan strategi yang dipilih akan menimbulkan konsekuensi yang berbeda beda pula. Terdapat konsekuensi yang menguntungkan dan terdapat konsekuensi yang merugikan. Negara sebagai aktor yang rasional akan mempertimbangkan segala konsekuensi baik itu konsekuensi yang merugikan atau menguntungkan sebelum memilih strategi dalam menyelesaikan masalah negaranya dan mencapai tujuan negaranya. Dengan mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan yang diambil, Australia dapat memprediksi sebaik apa kebijakan untuk bekerjasama dengan Cina nantinya.

7 d. Choice Tahap ini merupakan tahap akhir dalam model aktor rasional. Setelah menagkap kepentingan nasional dalam sebuah fenomena internasional, lalu merumuskan kebijakan yang apa yang akan diambil oleh pemerintah serta mempertimbangkan konsekuensi apa saja yang akan diterima oleh pemerintah apabila memilih kebijakan tertentu. Maka pemerintah akan sampai pada tahapan memilih kebijakan yang akan diambil sebagai kebijakan luar negerinya. Dalam kasus tulisan ini adalah Australia memilih untuk bekerjasama dengan Cina dalam bidang militer dan keamanan, tidak lagi mengkonfrontasinya. Keempat tahapan di atas akan digunakan penulis untuk mlihat mengapa kebijakan luar negeri Australia untuk tidak mengkonfrontasi Cina atas perkembangan kapasitas militernya yang besar dan menjadikan Cina sebagai teman dapat dihasilkan. Sehingga tidak digunakan untuk mengukur rasionalitas dari kebijakan tersebut tetapi hanya dalam batasan memahami proses pembuatan kebijakan luar negeri Australia Teori Kebijakan Luar Negeri Untuk memahami dan menganalisis kebijakan luar negeri satu negara, tidak ada satu teori khusus yang dapat menjelaskan mengapa suatu negara memutuskan untuk mengambil kebijakan tertentu pada masa tertentu. Menurut Beasley dalam tulisannya The Analysis of Foreign Policy in Comparative Perspective salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memahami mengapa kemudian suatu pemerintahan negara mengambil kebijakan luar negeri tertentu dapat dilakukan dengan melihat hal-hal yang sekiranya mempengaruhi para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan. 10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara ini dapat digolongkan menjadi dua kategori faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal melihat hal-hal yang terjadi di luar batas teritorial negara yang sekiraya dapat mempengaruhi kebijakan luar negerinya, sementara faktor internal melihat 10 J. Kaarbo, J. S. Lantis, dan R. K. Beasley, The Analysis of Foreign Policy in Comparative Perspective, dalam R.K. Beasley, Foreign policy in Comparative Perspective: Domestic and International Influences on State Behavior, CQ Press, Washington, DC., 2012, hlm. 7-8.

8 dari kondisi domestik suatu negara yang mendorong para pembuat kebijakan untuk merumuskan kebijakan tertentu yang sesuai dengan kondisi domestiknya. Dalam tulisan ini, penulis mengambil faktor eksternal sebagai landasan konseptual untuk menganalisis alasan mengapa teradi perubahan pandangan Australia terkait military rising yang dilakukan oleh Cina. Beasley mengungkapkan bahwa untuk menganalisis faktor eksternal apa yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara, analis harus menggunakan perpektif dari teori hubungan internasional yang umum, dalam tulisannya Beasley menawarkan tiga perspektif yaitu realis, liberalis, dan konstruktivis. Dalam tulisan ini penulis menggunakan perspektif liberal dalam melihat kondisi internasional yang dapat berpengaruh tehadap keputusan Australia mengubah perspektifnya terkait military rising yang dilakukan Cina. Liberalisme secara umum merupakan teori yang fokus pada pernyataan bahwa distribusi kemakmuran ekonomi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi negara dalam mengambil suatu kebijakan luar negeri, sehingga tujuan utama dari negara dalam membuat kebijakan luar negeri adalah untuk mendapatkan porsi terbesar yang bisa didapatkan dalam distribusi kemakmuran global. Dalam pencapaian tujuan tersebut kaum liberalis beranggapan bahwa negara harus saling bekerjasama, hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah kerjasama ekonomi maupun kerjasama di bidang lain antar negara pasca perang dingin berakhir. Akibat yang timbul dari peningkatan kerjasama dan semakin majunya teknologi saat ini adalah efek yang disebut dengan interdependensi, yaitu situasi dimana negara-negara saling terkait dan membutuhkan satu sama lainnya untuk tetap bertahan. Menurut pandangan liberal, kebijakan luar negeri suatu negara dapat dipengaruhi oleh interdependensi karena negara melihat bahwa dengan kerjasama negara akan lebih dapat mencapai kepentingannya dibandingkan dengan cara konflik. 11 Perjanjian gencatan senjata, kerjasama militer, kerjasama ekonomi, dan pertukaran budaya merupakan contoh kebijakan luar negeri yang mengedepakan kerjasama yang mana menguntungkan negara. Satu poin utama yang penulis ambil sebagai dasar tulisan ini adalah negara melihat bahwa kerjasama akan lebih sesuai dengan kepentingannya dibandingkan konflik. Hal ini dapat dilihat dalam studi kasus tulisan ini dimana Australia lebih memilih untuk mengubah kebijakan luar negerinya yang 11 R.K Beasley, hlm. 9.

9 mengkonfrontasi Cina atas military rising yang dilakukannya pada tahun 2009 menjadi seruan kerjasama dan kebijakan luar negeri yang tidak lagi ofensif terhadap Cina. Interdependensi juga membawa dampak dimana keleluasaan negara dalam mengambil kebijakan luar negeri terbatas dengan kepentingan negara lain. Dalam artian jika kedua negara atau lebih memiliki interdependensi, maka saat saat negara ingin membuat kebijakan luar negeri maka negara tersebut harus memikirkan apakah kebijakan yang dibuatnya bertentangan dengan kepentingan negara yang lain atau apakah kebijakan tersebut akan mengganggu proses interdependensi atar negara tersebut, yang berakibat pada konflik dimana negara tersebut akan kehilangan keuntungan yang didapat dari kerjasama dengan negara lainnya. 12 Inilah poin kedua yang akan penulis gunakan untuk melihat apakah perubahan pandangan Australia terhadap Cina ini merupakan pilihan terbatas yang dapat Australia ambil karena terdapat interdependensi antara Cina dan Australia, dan interdependensi seperti apa yang terjadi antara kedua negara ini. Dengan menggunakan teori liberalisme yang difokuskan pada dua poin di atas maka penulis akan melihat fenomena internasional manakah yang berperan sebagai faktor eksternal yang berkontribusi dalam pengambilan kebijakan luar negeri Australia terkait military rising yang dilakukan oleh Cina. 1.4 Hipotesis Menurut penulis adanya pergeseran kebijakan luar negeri Australia yang kemudian memutuskan unutk menjalin kerjasama militer dengan Cina sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dari Australia seperti lingkungan politik internasional dimana Australia yang memiliki julukan the misplaced continent berusaha untuk memposisikan diri dalam pertumbuhan kemajuan region Asia Pasifik, serta hubungan bilateral Australia dengan Cina yang semakin dekat dari tahun ke tahun. Australia yang selama ini menjadi semacam wakil Amerika Serikat 13 di kawasan Asia 12 R. K. Beasley, hlm Analogi bahwa Australia adalah sebagai wakil dari Amerika di kawasan Asia Pasifik dikemukakan oleh mantan Perdana Mentri Australia John Howard, pada saat itu Howard diwawancarai terkait sebutan terhadap kebijakannya yaitu Howard Doctrine dan bagaimana Australia memandang hubungannya dengan Amerika Serikat. Wartawan yang mewawancarai kemudian menggunakan istilah deputy pada tulisannya yang kemudian tersebar

10 Pasifik pada akhirnya melihat bahwa kebangkitan dari Asia Pasifik ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Australia, sehingga Australia yang awalnya berusaha mempertahankan diri dari kebangkitan kekuatan Asia Pasifik mengalihkan strategnya untuk merangkul kebangkitan tersebut dan memperkuat posisi disana. Pengaruh eksternal dalam kebijakan luar negeri Australia terhadap Cina sangat terlihat dimana Australia berharap dengan merangkul dan ikut masuk menyambut kebangkitan Asia ini maka Australia dapat memanfaatkannya dan mengontrol kebangkitan Asia sesuai dengan kepentingan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk masuk bergabung ke Asia Pasifik Australia harus terlebih dahulu menjalin hubungan baik dengan negara-negara besar di Asia, salah satunya adalah dengan Cina. Terkait dengan kebijakan luar negeri Australia tentang perkembangan militer Cina, berdasarkan landasan konseptual yang penulis pakai yaitu rational actor model dan faktor eksternal, penulis melihat bahwa objective yang Australia tangkap sebagai kepentingan nasionalnya adalah membuka hubungan kerjasama militer dengan Cina. Menurut penulis terdapat setidaknya dua alasan mengapa Australia pada akhirnya memilih untuk menjadikan kerjasama militer dengan Cina sebagai objective dalam kebijakan luar negerinya. Mengunakan konsep eksternal penulis melihat bahwa hubungan Australia dengan negara-negara di Asia Pasifik termasuk hubungannya dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat, mendorong Austalia untuk menggandeng Cina dalam sebuah kerjasama militer demi menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Pasifik. Australia yang mengintensifkan hubungan militernya dengan Amerika Serikatpastinya akan mengganggu stabilitas kawasan Asia Pasifik karena hubungan yang unuk antara Amerika Serikat dan Cina, apabila diteruskan maka Cina akan merasa terdapat ancaman dari kerjasama Australia dan Amerika Serikat tersebut. Alasan kedua adalah karena adanya interdependensi Australia dengan Cina, karena hubungan dagangnya yang sangat intens Australia akan cenderung memilih untuk menjaga hubungan baik dengan Cina dibandingkan mengkonfrntasinya seperti kebijakan-kebijakan luar negerinya terdahulu, hal ini sesuai dengan landasan konseptual penulis tentang interdependensi dalam hubungan eksternal Australia dengan ke dunia internasional. Meskipun kemudian telah diklarifikasi oleh John Howard, keterlambatan klarifikasi ini membuat dunia internasional telan mencap Australia sebagai pengawas dari Amerika Serikat, termasuk Cina yang menerbitkan tentang analogi ini di surat kabar nasionalnya.

11 Cina, membuat Australia memiliki batasan-batasan dalam membuat pilihan dalam oembuatan kebijakan luar negerinya. Dengan objective yang telah disebutkan di atas, maka dalam tahapan opsi tentu Australia akan memilih untuk mengintensifkan hubungan kerjasama militernya dengan Cina. Sebagai konsekuensi dari pilihan tersebut Australia harus menunjukkan komitmen yang cukup tinggi agar kerjasama militer Australia dengan Cina ini tidak tertutupi dengan intensitas kerjasama militer Australia dengan AS. Oleh karena itu Australia mengadakan latihan bersama antara militer AS, Australia, dan Cina untuk menunjukkan kepada Cina seberapa besar komitmen yang Australia akan jalankan. Sehingga setelah melalui proses tahapan tersebut Australia memilih untuk mengintensifikasi hubungan kerjasama militernya dengan Cina. 1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam menulis skripsi ini adalah deskriptif kualitatif yang berarti data diambil dari sumber-sumber yang akurat tentang materi yang diangkat oleh penulis. Data primer yang akan penulis gunakan adalah studi literatur mengenai White Paper, baik keamanan ataupun kebijakan luar negeri secara keseluruhan. Australia merupakan negara yang sangat terbuka dengan arip arsip kenegaraannya sehingga memudahkan penulis mendapatkan data asli dari sumber pemerintah Australia. Data sekunder, jika memungkinkan, penulis akan melakukan wawancara dengan perwakilan Australia untuk Asia teruama di bidang keamanan. Indikator yang penulis akan gunakan adalah daftar kerjasama Australia dan Cina dalam kurun waktu antara Defense White Paper 2009 dan Defense White Paper 2013 untuk melihat kedekatan hubungan antara Australia dan Cina, termasuk tabel atau grafik perdagangan Australia dengan Cina sebagai salah satu argument pendukung Level analisis yang penulis gunakan dalam menganalisis kebijakan Australia dalam tulisan ini adalah level sistem internasional, dimana level analisis ini berfokus pada interaksi antar negara dan bagaimana sebuah sistem internasional dimana dua negara atau lebih saling berinteraksi dapat berpengaruh terhada kebijakan luar negeri negara tertentu.

12 1.6 Organisasi Penulisan Karya ini akan terdiri dari empat bab. Pada bab pertama, penulis akan menyajikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, landasan konseptual, hipotesis, metode penelitian, serta organisasi penulisan. Pada bab kedua, penulis akan membahas Dinamika hubungan Australia dengan Cina sejak pertama kali PRC lahir dan mengapa Australia sejak awal telah melihat Cina sebagai sebuah ancaman dan juga akan dibahas bagaimana Cina telah bangkit menjadi kekuatan abaru di Asia. Selanjutnya, pada bab ketiga, penulis akanmemaparkan bagaimana respon Australia dalam menghadapi kekuatan militer Cina, penulis akan membagi respon Australia menjadi dua bagian, pertama respon yang menolak dan kedua adalah respon yang lebih bersahabat dengan kebijakan militer Cina, akan dibahas juga mengenai kerjasama militer Asutralia-Cina-Amerika Serikat yaitu KOWARI 14. Pada bab keempat penulis akan menjelaskan analisis dari kebijakan luar negeri Australia untuk melihat mengapa Australia pada akhirnya memilih untuk melakukan kerjasama militer dengan Cina. Pada bab kelima, bab terakhir, penulis akan menyimpulkan hasil karya ini.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. DAFTAR PUSTAKA Buku: Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. Firth, Stewart. Australian in International Politics: Introduction

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara harus memenuhi syarat-syarat tertentu berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 untuk dapat disebut sebagai negara yang berdaulat. Negara harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. p C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996,

BAB I PENDAHULUAN. p C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa penjajahan Jepang hingga akhir Perang Dunia II Pemerintah Jepang membentuk sebuah sistem bernama comfort station dimana para tentara Jepang bisa mencari hiburan

Lebih terperinci

BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA

BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA Setiap negara tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya, oleh karena itu negara tersebut harus berinteraksi dengan negara

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keterlibatan Australia dalam Perang Irak 2003 dianggap sebagai sebuah momentum bagi kembalinya prinsip forward defence policy sebagai basis kebijakan pertahanan Australia.

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai apa saja bentuk kerjasama militer antara Australia dan Amerika Serikat sebagai upaya counter-terrorism. Skripsi ini lebih lanjut akan

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di kawasan Timur Tengah. Selain tiu, kedua

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT TERBATAS TERKAIT SURAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Globalisasi yang tengah menjadi fenomena kehidupan masyarakat dunia, telah membawa dampak dan perubahan yang besar terhadap pola hubungan ekonomi antar negara. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 sampai 1998 lalu. Peristiwa ini telah membawa dampak yang merugikan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN. Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia

DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN. Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia DOKTRIN PERTAHANAN (buku Doktrin Pertahanan Negara, DEPHAN-RI, 2008) Prinsip-prinsip fundamental pertahanan negara yang diyakini

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI KONVENSI BOM CLUSTER Oleh: Sanatul Zadidah ABSTRACT This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia signed the Convention

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA)

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Dosen Pengampu : Indrawati, M.A A. Deskripsi Mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. MOU. RI-Brunei Darussalam. Pertahanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5152) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swiss adalah negara berbentuk konfederasi yang terletak di jantung Eropa antara Perancis, Jerman, Austria, Italia dan Liechtenstein, dengan total luas wilayah hanya

Lebih terperinci

SINGKATAN DAN ISTILAH...

SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KOMITE KEBIJAKAN INDUSTRI PERTAHANAN (KKIP) DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci