BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea. Salah satu tajuk berita yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah dibukanya kembali Kawasan Industri Kaesong menyusul tercapainya kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara pada 15 Agustus 2013 (Radio Australia AFP, 2013). Berita ini dimuat di berbagai media internasional dan menandai penurunan tensi keamanan di Semenanjung Korea yang sempat memanas sepanjang Januari hingga Agustus Memanasnya situasi politik dan keamanan yang melibatkan Korea Selatan, Korea Utara, Amerika Serikat (AS), serta Jepang ini dikenal dengan Krisis Korea 2013 (The Guardian, 2013). Kawasan Industri Kaesong atau Kaesong Industrial Complex (KIC) merupakan sebuah kawasan industri yang mulai dioperasikan sejak Desember 2004 sebagai bagian dari reformasi kebijakan ekonomi Korea Utara oleh Kim Jong-il dan kebijakan Sunshine Policy oleh mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung yang diteruskan oleh Roh Moo-hyun. 1 Kawasan industri ini mencakup wilayah seluas enam puluh enam kilometer persegi dan berada sekitar sepuluh kilometer di utara dari 1 Reformasi kebijakan ekonomi Korea Utara merupakan serangkaian perubahan paket kebijakan di bidang ekonomi yang digagas oleh pemimpin Korea Utara pada saat itu, Kim Jong-il, pasca negara tersebut mengalami masa krisis pada pertengahan dekade 90-an. Perubahan tersebut meliputi keterbukaan terhadap bantuan dan perdagangan dengan negara luar dalam jumlah yang terbatas, yang mana pada masa sebelumnya bantuan dan hubungan dagang dengan negara luar sama sekali tidak diperbolehkan. Sunshine Policy adalah sikap politik yang diperkenalkan oleh mantan Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung, yang bertujuan untuk menunjukkan rasa persahabatan dengan Korea Utara dengan mengagendakan berbagai upaya rekonsiliasi dan juga kerjasama antar kedua Korea (Bleiker, 2005). 1

2 perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan. Dari Seoul, hanya dibutuhkan satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan untuk mencapai kawasan ini karena terdapat akses jalan langsung dan rel kereta api yang menghubungkannya (BBC, 2007). Lebih dari sepuluh tahun beroperasi, KIC mampu memberikan dampak positif terhadap perekonomian Korea Utara. Menurut laporan Wall Street Journal, sekitar lima puluh tiga ribu penduduk Korea Utara mendapatkan pekerjaan di kawasan industri ini dan keseluruhan total gaji mereka langsung disetorkan kepada Pemerintah Korea Utara (WSJ, 2008). Belum lagi ditambah dengan keuntungan dari berbagai jenis pajak yang dibebankan oleh Pemerintah Korea Utara terhadap perusahaanperusahaan Korea Selatan yang melakukan kegiatan produksi di sana. Tentu saja keuntungan finansial ini sedikit banyak akan membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat Korea Utara. Dengan melihat potensi ekonomi yang dimiliki KIC, wajar saja jika Korea Utara memiliki kepentingan untuk mempertahankan iklim industri di sana. Fenomena pembukaan KIC pada tahun 2004 merupakan fenomena HI yang cukup unik karena merepresentasikan harmonisasi kepentingan dari dua negara yang secara de facto berada pada situasi konflik. Masing-masing negara, Korea Utara dan Korea Selatan, tentunya memiliki alasan tersendiri sehingga pada akhirnya bersedia melakukan kerjasama di tengah kondisi konflik. Korea Selatan jelas mengarahkan kerjasama ini demi menjalankan janji presiden terpilih Kim Dae-jung yang pada saat kampanyenya menjanjikan hubungan yang lebih baik dengan Korea Utara. Lalu, Bagaimana dengan Korea Utara sendiri? Bagaimanapun, proses pengambilan keputusan atas kebijakan pembukaan KIC oleh Korea Utara merupakan suatu proses intelektual sehingga kajian atas kebijakan ini perlu dipusatkan pada penelaahan atas kepentingan nasional serta rasionalisasi keputusannya. 2

3 B. Pertanyaan Penelitian Tema besar dari penulisan skripsi ini adalah mengenai situasi keamanan di Semenanjung Korea. Dalam pembahasan awal, skripsi ini akan mendeskripsikan alasan pemerintah Korea Utara dalam membuka kawasan industri bersama dengan Korea Selatan di Kaesong. Kemudian, fokus penelitian akan diarahkan pada signifikansi kebijakan tersebut dengan upaya reunifikasi Korea serta dampak yang menyertainya. Untuk memudahkan proses analisis, pertanyaan yang akan diangkat adalah : Mengapa pemerintah Korea Utara bersedia bekerja sama dengan pemerintah Korea Selatan dalam membuka kawasan industri bersama di Kaesong dan apa saja dampak kebijakan tersebut terhadap upaya reunifikasi Korea? C. Kerangka Konseptual Untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan pemerintah Korea Utara melakukan kerjasama dengan Korea Selatan dalam bentuk pembukaan kawasan industri bersama di Kaesong, penulis akan menggunakan pendekatan pola perilaku aktor dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Menurut Kegley dan Wittkopf (2006), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan aktor-aktor yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri atau dengan kata lain pola perilakunya. Tentu saja dari banyak faktor tersebut, akan sangat sulit untuk menentukan apakah hanya terdapat satu faktor yang menentukan pilihan kebijakan atau kombinasi dari beberapa faktor karena setiap negara berada pada kondisi yang beragam. Untuk menentukan dampak relatif dari masing-masing faktor di dalam kondisi yang berbeda, diperlukan adanya pemisahan antara pengaruh yang sifatnya global atau eksternal dan pengaruh yang sifatnya internal. Pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi pilihan-pilihan para pembuat 3

4 kebijakan di suatu negara diantaranya adalah faktor kondisi geopolitik, hukum internasional, dan jumlah sekutu militer. 1. Kondisi Geopolitik Bagaimana sebuah negara berinteraksi dengan negara disekitarnya dapat dilihat dengan kacamata geopolitik. Istilah geopolitik sendiri dalam studi HI dikenal sebagai sebuah strategi untuk mencapai tujuan politis oleh sebuah negara dalam politik internasional (Osterud, 1988: 192). Fokus dalam geopolitik adalah hubungan antara political power dengan kondisi geografis yang meliputi lokasi atau wilayah spasial, topografi teritorial, serta demografi negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, Swiss dengan topografi negara yang dikelilingi pegunungan terkenal dengan pilihan kebijakan politik luar negeri yang netral. Selain Swiss, fakta sejarah lainnya mengungkapkan bahwa Kerajaan Inggris melakukan continental politics selama berabad-abad demi menjaga otoritasnya di wilayah persemakmuran. Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi pengambil keputusan dalam pembuatan kebijakan akan dipengaruhi oleh geopolitik (Kegley and Wittkopf, 2006: 60-62). 2. Hukum Internasional Hukum internasional adalah produk dari rezim internasional berupa seperangkat aturan main yang mengatur perilaku aktor-aktor negara sehingga tercipta harmoni dalam struktur politik internasional. Bagi negara-negara yang termasuk dalam struktur politik ini, hukum internasional dapat menjadi incentive maupun disincentive. Dalam konteks pengaruh terhadap bagaimana sebuah kebijakan luar negeri diputuskan, menurut Keohane dan Nye (1977), rezim internasional merupakan 4

5 intermediate factor (variabel antara) antara struktur kekuasaan dan perilaku aktor-aktor mengenai suatu isu internasional. Untuk itu, hukum internasional membutuhkan kepatuhan atau compliance dari aktor pembuat kebijakan sehingga dapat dikatakan hukum internasional akan membatasi perilaku politik sebuah negara dalam kerangka rezim tersebut. Malcolm Shaw (2008) percaya bahwa ketika perilaku politik sebuah negara dibatasi oleh kekuatan dari eksternal seperti hukum internasional, maka yang akan terjadi adalah melemahnya konsep kedaulatan sebuah negara. Hal ini dapat mengakibatkan pilihan kebijakan politik luar negeri yang dapat diambil oleh aktor pengambil keputusan juga akan mengalami keterbatasan (Shaw, 2008: 44). 3. Jumlah Sekutu Militer Secara umum, terdapat keterkaitan antara pola kebijakan luar negeri dengan jumlah sekutu militer yang dimiliki sebuah negara. Semakin banyak sekutu militer yang dimiliki, maka akan semakin agresif pola kebijakan luar negerinya. Demikian pula sebaliknya, semakin sedikit jumlah sekutu militer yang dimiliki, maka negara tersebut akan lebih berhati-hati dalam memutuskan kebijakan luar negeri yang akan diambil (Kegley and Wittkopf, 2006: 60). Sedangkan pengaruh internal lebih difokuskan pada state attributes yang dimiliki negara. State attributes adalah karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh negara semisal kemampuan militer, kondisi ekonomi, serta tipe pemerintahan dan dapat digunakan sebagai perbandingan dengan negara lain. Contoh state attributes yang dapat mempengaruhi pola pengambilan keputusan sebuah negara diantaranya: 5

6 1. Kemampuan Militer Asumsi bahwa kemampuan militer sebuah negara dapat mempengaruhi pilihan kebijakan luar negeri awalnya merupakan gagasan utama konsep power dalam pendekatan realis. Para pendukung asumsi ini percaya pada fakta bahwa setiap negara selalu bersiap untuk menghadapi perang dan berbagai persiapan tersebut akan mempengaruhi penggunaan power negara tersebut dalam mencapai kepentingan nasional. Pada akhirnya, kemampuan negara untuk merealisasikan tujuan tersebut akan dipengaruhi oleh kemampuan militer mereka (Kegley and Wittkopf, 2006: 62-63). 2. Kondisi Ekonomi Selain kemampuan militer yang dimiliki sebuah negara, tingkat kemajuan ekonomi dan industri juga akan mempengaruhi seberapa besar tujuan politik luar negeri yang mampu dicapai oleh negara tersebut. Secara umum, semakin maju sebuah negara secara ekonomi, semakin besar pula peluang negara tersebut untuk terlibat aktif dalam politik ekonomi global. Sebaliknya, semakin buruk kondisi ekonomi sebuah negara, kemungkinan negara tersebut untuk lebih tunduk pada negara yang kuat secara ekonomi-pun cenderung lebih besar (Kegley and Wittkopf, 2006: 63-64). 3. Tipe Pemerintahan Tipe pemerintahan akan menentukan bagaimana partisipasi masyarakat luas dalam menentukan arah kebijakan luar negeri. Dalam sistem yang terbuka seperti pemerintahan yang representatif, masyarakat luas lebih besar peluangnya untuk turut serta dalam menentukan kebijakan melalui kelompok kepentingan, media, dan opini publik. Sedangkan dalam sistem yang lebih tertutup atau otoritarian, masyarakat luas cenderung tidak 6

7 punya kesempatan untuk menentukan kebijakan. (Kegley and Wittkopf, 2006: 65-68). Faktor-faktor di atas kemudian akan menunjukkan bargaining position sebuah negara, apakah berada pada domain of losses atau domain of gains. Tujuan penulisan selanjutnya diarahkan untuk menjelaskan dampak kebijakan pemerintah Korea Utara membuka KIC terhadap upaya reunifikasi Korea. Pada umumnya, sebuah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah sebuah negara akan memberikan dampak positif atau dampak negatif terhadap sebuah fenomena politik internasional. Kebijakan pembukaan KIC oleh pemerintah Korea Utara ini dapat dikatakan mencerminkan posisi tawar menawar atau bargaining position mereka dalam proses reunifikasi Korea. Posisi tawar menawar inilah yang nantinya akan menentukan dampak atau outcome seperti apa yang terjadi setelah sebuah kebijakan dikeluarkan. Penulis akan menggunakan alat bantu game theory untuk melihat pola tingkah laku pemerintah Korea Utara terkait kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Game theory pada awalnya merupakan konsep untuk mempelajari strategi serta pola tingkah laku atau behavior dalam pengambilan keputusan pada ranah ekonomi dengan menggunakan model matematika (Myerson, 1991: 1). Game theory sebagai sebuah studi mengalami perkembangan yang cukup signifikan sehingga saat ini banyak diaplikasikan ke dalam ranah keilmuan lainnya seperti ilmu politik, psikologi, teknologi informasi, biologi, dsb. Adapun skenario game theory yang akan digunakan haruslah yang dapat mencerminkan hubungan posisi tawar menawar dengan outcome yang dihasilkan dan bargaining game penulis rasa cocok dalam menjelaskan hubungan permasalahan ini. Bargaining Game merupakan sebuah skenario permainan dimana dua pemain atau lebih di dalamnya dihadapkan pada alternatif-alternatif pilihan tertentu, akan tetapi setiap pihak menyadari hanya akan memperoleh mutual gain apabila semua pemain memilih untuk bekerjasama dan secara konsisten menjalankannya. Skenario 7

8 ini biasanya digunakan untuk menganalisis outcome dari bargaining problem, dimana pemain-pemain di dalamnya memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan mengadakan tawar-menawar dalam mencapai kepentingan masing-masing. Kondisi di dalam skenario ini memungkinkan masing-masing pemain memiliki proyeksi tersendiri mengenai bagaimana cara agar kerjasama tersebut menghasilkan keuntungan setidaknya bagi diri sendiri sehingga negosiasi dan tawar menawar menjadi tidak terhindarkan. Secara umum, asumsi yang menjadi prasyarat dalam skenario ini yaitu masing-masing pemain adalah rasional, memiliki kemampuan dan posisi tawar menawar yang sederajat, dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai aktor lainnya (Nash, 1950a: 155). Dalam Bargaining Problem, terdapat tiga kemungkinan outcome yang dapat dihasilkan. Pertama, negosiasi akan menghasilkan persetujuan untuk bekerjasama ketika masing-masing pemain merasa akan mendapatkan keuntungan dari apa yang ditawarkan dari aktor lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai feasibility set. Setelah itu, negosiasi akan dapat dilanjutkan ke isu yang lebih luas karena masingmasing pemain akan menjadi lebih kooperatif dan dapat melaksanakan cooperative games pada tahap negosiasi selanjutnya. Dengan kata lain, kondisi ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan aksiomatis yang bertujuan menguntungkan semua pihak (Neumann and Morgenstern, 2004: 19). Untuk itu, apa yang dibutuhkan untuk mencapai outcome ini adalah win-win solution yang menjadi syarat terjadinya kondisi Nash Equilibrium. Kedua, akan terjadi kondisi disagreement point dimana proses negosiasi tidak menemui kata sepakat yang diakibatkan oleh salah satu pemain merasa tidak puas terhadap apa yang ditawarkan oleh pemain lainnya. Meskipun pada titik ini dapat dikatakan bahwa negosiasi menemui kegagalan, masing-masing pemain dapat kembali memikirkan posisi tawar menawar dan strategi selanjutnya yang akan digunakan. 8

9 Hal yang perlu diingat adalah dalam kondisi ini, pihak yang merasa tidak puas cenderung akan mengajukan threat atau ancaman untuk menaikkan posisi tawar menawar mereka. Ketika ancaman ini dilihat sebagai bentuk action, maka pemain yang melancarkan ancaman tersebut dapat mengkonstruksikan area permainan yang terpisah dari isu utama dan kemudian mendapat keuntungan dari proses tawar menawar ini. Kemungkinan dampak yang ketiga yaitu status quo dimana masingmasing pemain tidak memperoleh apapun yang diakibatkan kedua pemain tidak menghendaki adanya kerjasama (Nash, 1950b: 48-49). Ketiga kondisi inilah yang kemungkinan akan terjadi ketika pemerintah Korea Utara mengeluarkan sebuah kebijakan yang berkaitan dengan KIC. Lebih jelasnya, hubungan antara proses negosiasi dengan dampak yang dihasilkan dalam Bargaining Problem dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hubungan Proses Negosiasi dengan Dampak yang Dihasilkan dalam Bargaining Problem Jalannya proses negosiasi Tercapainya Nash Equilibrium, adanya winwin solution Salah satu pihak merasa tidak puas dengan apa yang ditawarkan pihak lainnya Kedua pihak sama-sama tidak menghendaki adanya kerjasama Possible Outcome Dampak Feasibility set - Negosiasi dapat dilanjutkan ke isu yang lebih luas - Masing-masing pemain menjadi lebih kooperatif Disagreement point Pihak yang merasa tidak puas akan cenderung untuk mengajukan threat atau ancaman Status quo - Masing-masing pemain tidak mendapatkan apa-apa - Kembali pada noncooperative game 9

10 Dengan mempertimbangkan pemahaman di atas, penulis berharap tulisan ini akan dapat menjelaskan apa saja dampak kebijakan-kebijakan pemerintah Korea Utara terkait KIC terhadap upaya menuju reunifikasi Korea. D. Argumen Utama Mengacu pada faktor-faktor yang dikemukakan oleh Kegley dan Wittkopf di atas, penulis berargumen bahwa alasan pemerintah Korea Utara bersedia bekerjasama dengan pemerintah Korea Selatan dalam membuka kawasan industri bersama di Kaesong yaitu karena kondisi ekonomi Korea Utara pada saat kerjasama tersebut dimulai sedang berada dalam keadaan terpuruk. Kondisi ekonomi yang terpuruk ini merupakan contoh ketika state attributes dapat mempengaruhi keputusan aktor pembuat kebijakan. Dengan menjalin kerjasama yang dalam bayangan pemerintah Korea Utara dapat menguntungkan dari sisi ekonomi, pemerintah Korea Utara juga memperoleh keuntungan berupa daerah strategis yang sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai bargaining power. Lalu dalam menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, penulis meyakini bahwa dengan bersedianya pemerintah Korea Utara untuk membuka kawasan industri bersama dengan Korea Selatan akan menciptakan tahapan cooperative games selanjutnya menyangkut situasi keamanan di Semenanjung Korea. Penulis melihat fenomena ini sebagai contoh kondisi feasibility set yang lahir dari adanya win-win solution dimana bagi Korea Utara pembukaan KIC dapat memperbaiki kondisi ekonomi domestik yang tengah terpuruk dan bagi Korea Selatan untuk sebagai pemenuhan janji Kim Dae-jung untuk mengaplikasikan Sunshine Policy. Meskipun demikian, tahapan negosiasi yang lebih luas menyangkut masalah keamanan di Semenanjung Korea secara umum perlu terus dilaksanakan dalam situasi yang kondusif karena bagaimanapun juga, Korea Utara dapat menggunakan 10

11 kawasan industri bersama ini sebagai bargaining power ketika pemerintahnya merasa tidak puas terhadap situasi keamanan di Semenanjung Korea ataupun ketika mendapatkan tekanan dari dunia internasional. Contohnya saja, ketika terjadi Krisis Korea 2013, pemerintah Korea Utara mengeluarkan kebijakan untuk menutup KIC yang berlangsung hingga lebih dari empat bulan lamanya. Penulis berpendapat bahwa kejadian ini merupakan bentuk reaksi Korea Utara terhadap tekanan dari dunia internasional sehingga menyebabkan kondisi disagreement point. E. Metode Penelitian Untuk menyempurnakan tulisan ini, penulis akan menggunakan data-data kualitatif yang kemudian akan dianalisis dengan metode deskriptif. Data-data yang diperoleh berasal dari sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber data yang primer yaitu seperti laporan pemerintah atau factsheet dari lembaga-lembaga formal dan pemerintah, yang tersedia secara online di internet maupun studi pustaka. Sedangkan sumber data yang sekunder yaitu berasal dari jurnal dan karya ilmiah, sumber pustaka seperti buku, majalah, dan koran serta artikel dan berita di internet yang terpercaya. F. Sistematika Penulisan Sebuah karya ilmiah perlu mengikuti kaidah penulisan yang sistematis agar dapat dipahami dengan baik. Dikarenakan tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai sebuah karya ilmiah, maka penulis akan memaparkan sistematika penulisan berupa susunan bab-bab yang terdapat dalam skripsi ini. Adapun bab pertama dalam skripsi ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang mengapa penulis mengambil tema ini, rumusan masalah yang akan diteliti, landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan, kerangka berpikir berupa hipotesis atau 11

12 argumen utama sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Kemudian, dalam rangka membantu pembaca dalam memahami konteks historis dari tema yang diangkat yaitu kerjasama pembukaan KIC, penulis akan mendeskripsikan proses pembuatan kebijakan ini pada bab kedua. Dimulai dari tahapan inisiasi, masalah-masalah legislasi yang menyertai, serta eksekusi pembukaan KIC itu sendiri. Selain itu, di dalam bab ini juga akan dijabarkan perkembangan situasi di KIC setelah dibuka serta bagaimana operasional industri di sana berjalan. Proses pengambilan keputusan pada kebijakan luar negeri oleh aktor negara cenderung akan melewati dinamika-dinamika politik tertentu, termasuk kebijakan pembukaan KIC ini. Bab ketiga akan berisi analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemerintah Korea Utara sebagai aktor pembuat kebijakan sehingga mau bekerjasama dengan Korea Selatan dalam membuka kawasan industri bersama di Kaesong sesuai dengan faktor-faktor yang dijelaskan dalam kerangka teori. Pada dasarnya, dalam bab ketiga ini penulis berargumen bahwa pada saat kebijakan kerjasama tersebut dibuat, rezim Kim Jong-il sedang dihadapkan pada persoalan tertentu, baik secara internal maupun eksternal. Secara eksternal, kondisi geopolitik yang tidak menentu di Semenanjung Korea serta jumlah sekutu militer yang minim membuat rezim Kim Jong-il perlu memikirkan strategi selain memperkuat militernya. Secara internal, rezim Kim Jong-il sedang menghadapi krisis legitimasi yang diakibatkan oleh proses transisi yang tidak berjalan mulus. Selain itu, Korea Utara sedang berada dalam kondisi krisis ekonomi berkepanjangan sebagai akibat dari kesalahan manajemen lahan yang diterapkan oleh negara sejak tahun 1990-an. Sebagai negara yang menganut filosofi juche atau bergantung pada diri sendiri, pada awalnya Korea Utara menutup diri terhadap bantuan-bantuan maupun 12

13 tawaran kerjasama dari negara lain. Namun setelah kondisi ekonomi terasa semakin parah, Korea Utara mau tidak mau harus menelan obat manjur berupa keterbukaan ekonomi, meskipun dalam dosis-dosis tertentu dan salah satu bentuknya adalah kebijakan kerjasama ini. Penulis berargumen bahwa pembukaan KIC memiliki signifikansi terhadap masalah keamanan di Semenanjung Korea. Signifikansinya terletak pada cara pandang Korea Utara dalam melihat kawasan ini. Korea Utara memandang KIC sebagai sebuah alat tawar-menawar yang dapat digunakan sewaktu-waktu dalam menghadapi konflik, baik konflik dengan Korea Selatan maupun dengan sekutusekutunya serta dunia internasional. Dengan asumsi bahwa Korea Utara menggunakan KIC sebagai bargaining power, maka dampaknya Korea Utara dapat meningkatkan posisi tawarnya ketika dihadapkan pada negosiasi isu reunifikasi Korea. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bab keempat. Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari studi kasus ini adalah Korea Utara memperoleh keuntungan ekonomi serta politik dengan dibukanya KIC. Kemudian, kebijakan pembukaan KIC yang dikeluarkan pemerintah Korea Utara ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap proses reunifikasi Korea. Dampaknya yaitu terjaganya kelangsungan rezim pemerintah Korea Utara sehingga proses reunifikasi Korea dapat terus berjalan. Dari sini, akan terlihat juga seberapa kooperatif pemerintah Korea Utara dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea. 13

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam: Hutan Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya, karena hal tersebut merupakan sebuah hubungan mutualisme dalam tatanan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Mas'ud, Y. S.-y. (2005). Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada university press.

DAFTAR PUSTAKA. Mas'ud, Y. S.-y. (2005). Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada university press. DAFTAR PUSTAKA BUKU Mas'ud, Y. S.-y. (2005). Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada university press. Mas'ud, M. (1998). Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: pusat antar universitas-studi

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, semakin meningkat pula frekuensi kegiatan bisnis yang terjadi di berbagai negara. Perlu diragukan jika ada seseorang yang berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa pertimbangan yang mendorong penulis tertarik untuk memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan disuatu negara, karena hampir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah melalui bukti-bukti dari beberapa blue print, pidato dan peryataan-peryataan maupun penjelasan-penjelasan maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah

BAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanasan global (global warming) adalah isu yang akan terus menghangat dalam beberapa dekade kedepan. Terakhir, isu pemanasan global juga mencuat dalam pertemuan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Definisi, Signifikansi, & Ruang Lingkup Politik Luar Negeri Sifat & Tujuan Politik Luar Negeri Keterkaitan

Lebih terperinci

Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia. Refleksi Satu Windu Reformasi

Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia. Refleksi Satu Windu Reformasi Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia Refleksi Satu Windu Reformasi Saiful Mujani Lembaga Survei Indonesia (LSI) Mei 2006 Reformasi Indonesia sudah genap satu windu (Mei 1998 dan Mei 2006). Reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL RESUME SKRIPSI LATAR BELAKANG KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL Disusun oleh: DAHLIA NUR FARIDA NIM. 151040188 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, diketahui bahwa ternyata pelayanan kesehatan kerja oleh dokter perusahaan pada dua perusahaan di kota Yogyakarta tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam BAB IV KESIMPULAN Harapan akan adanya kerjasama yang menguntungkan dari masing-masing pihak menjadi fondasi terjadinya negosiasi antara kedua belah pihak seperti pembahasan sebelumnya. Ketersediaan minyak

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa merupakan basis bagi upaya penumbuhan demokrasi, karena selain jumlah penduduknya masih sedikit yang memungkinkan berlangsungnya proses demorasi secara

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK Memdefinisikan kekuasaan dan hubungannya dengan otoritas dan pengaruh Menjelaskan sumber-sumber kekuasaan Taktik kekuasaan Perilaku Politik dalam organisasi Definisi Kekuasaan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORATIF

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORATIF RUANG KAJIAN STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORATIF M. Harun Alrasyid Abstrak Implementation UU No. 32 Tahun 2004 makes consequence in relationship between the state government and local government.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE

KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE South Korean Policy Towards North Korean In The Cases Of Kaesong

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Reunifikasi merupakan proses penyatuan kembali yang dilakukan 2 Negara atau lebih yang sebelumnya terpisah karena peristiwa sejarah. Upaya reunifikasi ini dilakukan

Lebih terperinci

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 2016-2021 BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja ( Performance ) menjadi tolak ukur dalam penilaian prestasi suatu pekerjaan,

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah 4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal KOPI, Permasalahan dunia kian hari kian sulit dan semakin kompleks, mulai dari kemiskinan, krisis ekonomi, pemanasan global, terorisme hingga epidemi penyakit baru. Permasalahan-permasalahan itu akan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL Dalam Bab 4 ini akan membahas tentang Kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) sebagai Organisasi Internasional dalam menangani konflik

Lebih terperinci

GEOPOLITIK Program Studi Manajemen

GEOPOLITIK Program Studi Manajemen Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis GEOPOLITIK Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu geo dan politik. Maka, Membicarakan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA ZULHEFI 55215120049 Program Studi Magister www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL 1 REALIST PARADIGM PERANG POWER FENOMENA POLITIK DAMAI KEPENTINGAN 2 Apakah kekuasaan dipandang secara kritis sebagai atribut perseorangan, kelompok,

Lebih terperinci