METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang dengan metode survai yang bersifat eksplanasi, yakni menjelaskan fenomena perilaku petani yang terjadi dalam tahapan proses keputusan inovasi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu, petani sebagai responden penelitian. Sebagai peubah bebas adalah karakteristik petani (karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik kepribadian petani), perilaku komunikasi petani, dukungan iklim usaha, persepsi petani terhadap penyuluhan, persepsi petani terhadap ciri-ciri inovasi, dan pengaruh media/informasi. Peubah terikat adalah keputusan adopsi inovasi teknologi dan kinerja usahatani di tingkat petani. Waktu dan Lokasi Penelitian Provinsi Jawa Barat memiliki 1,64 juta ha lahan kering atau sekitar 29 persen dari luasan lahan kering di Pulau Jawa (5,64 juta ha) yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2001). Pada tahun 2008, penggunaan lahan di Jawa Barat untuk lahan tegalan/kebun mencapai ha, lahan ladang/huma ha dan lahan yang sementara tidak diusahakan ha. Total luasan penggunaan lahan untuk pertanian baru mencapai ha atau sekitar 48,7 persen dibandingkan total potensi yang ada (Badan Pusat Statistik, 2009). Melihat potensi tersebut, maka penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2008 Maret Penentuan lokasi, berdasarkan pada agroekosistem lahan kering dengan tipologi yang berbeda, yakni dataran tinggi dan dataran rendah, masing-masing adalah Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut. Setiap kabupaten dipilih satu kecamatan, yang merupakan lokasi atau wilayah inovasi teknologi usahatani terpadu diperkenalkan dan tersentralisir pada satu desa, yakni Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur dan Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Desa Talaga, Kecamatan Cugenang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), dengan tingkat kemiringan lahan 2-15 persen. Desa Jatiwangi, Kecamatan

2 56 Pakenjeng, berada pada ketinggian meter dpl, dengan topografi datar sampai berbukit, berombak sampai berbukit dan berbukit sampai bergunung. Wilayah yang diperkenalkan inovasi usahatani terpadu di Desa Talaga berada pada ketinggian > 700 meter dpl, sehingga dikategorikan sebagai wilayah dataran tinggi, sedangkan di Desa Jatiwangi < 700 meter dpl, termasuk wilayah dataran rendah. Inovasi teknologi yang diintroduksikan kepada petani di dua kabupaten tersebut, adalah inovasi Prima Tani berupa: (1) inovasi teknologi dan (2) inovasi kelembagaan. Namun hasil pengamatan pada waktu pra survai di lapangan, inovasi kelembagaan belum berjalan dengan baik, sehingga penelitian ini dibatasi hanya pada inovasi teknologi. Secara konsep inovasi teknologi yang diperkenalkan merupakan inovasi usahatani terpadu (tanaman dengan ternak). Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan istilah inovasi teknologi usahatani terpadu. Di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur inovasi teknologi usahatani terpadu yang diperkenalkan sejak tahun 2007 berupa teknik budidaya tanaman pisang (pengaturan jarak tanam, penjarangan anakan, pemupukan, pemotongan jantung, pembrongsongan dan penggunaan trichoderma), teknik budidaya cabai rawit dan caisin. Teknologi ternak domba berupa sanitasi kandang, sistem perkandangan, pemberian obat cacing. Selain itu pembuatan kompos dari limbah ternak dan tanaman pisang, yang kemudian digunakan sebagai pupuk bagi tanaman pisang. Rincian paket inovasi teknologi yang diperkenalkan kepada petani di Desa Talaga tertera pada Lampiran 3. Inovasi teknologi usahatani terpadu yang diperkenalkan di Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, sejak tahun 2005 berupa konservasi lahan, teknik budidaya nilam, padi gogo, pisang dan kacang tanah (pembenihan, penanaman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit), penanganan pascapanen, ternak domba, pembuatan kompos serta pembibitan buah-buahan (rambutan dan durian). Rincian paket inovasi teknologi yang diperkenalkan kepada petani di Desa Talaga tertera pada Lampiran 4.

3 57 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang berada di kedua desa penelitian (Desa Talaga dan Desa Jatiwangi). Mengingat anggota populasi petani lahan kering marjinal terdapat petani yang mengadopsi inovasi teknologi usahatani terpadu dan petani yang tidak mengadopsi, maka teknik pengambilan sampel petani menggunakan teknik sampel acak stratifikasi (stratified random sampling). Penentuan banyaknya responden yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan pada tingkat representatif dan heterogenitas yang diharapkan dari populasi penelitian. Ketersediaan waktu, biaya dan tenaga juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah sampel. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993) sebagai berikut: n = { N/[1 + N(e) 2 ]} n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi) ditentukan sebesar 5 persen Data Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berada di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur dan Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut diperoleh jumlah populasi petani sebanyak Berdasarkan rumus Slovin tersebut diperoleh perhitungan sebagai berikut: n = {1.426/[ (0,05) 2 ]} n = 1.426/4,565 n = 302,38 atau dibulatkan menjadi 302 Rincian jumlah populasi petani dan sampel penelitian ditampilkan pada Tabel 6. Dengan demikian jumlah sampel sebanyak 302 petani responden di lokasi penelitian yang diambil secara acak stratifikasi telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan uji statistik. Stratifikasi dipilah berdasarkan petani adopter dan petani non adopter. Keseluruhan petani (di Cianjur dan Garut) anggota kelompok tani yang ikut serta dalam program usahatani terpadu dan menerapkan teknologi tersebut dalam penelitian ini disebut petani adopter. Fakta di lapangan yang dimaksud dengan petani adopter ialah petani kooperator Prima Tani. Petani yang

4 58 tidak masuk dalam anggota kelompok tani dan tidak ikut serta dalam program usahatani terpadu disebut petani non adopter (petani non kooperator Prima Tani). Tabel 6 Jumlah populasi petani dan sampel penelitian di lokasi penelitian Populasi Petani Lokasi Penelitian Adopsi 1) Non adopsi Sampel Petani Total 2) Adopsi Non adopsi Total (1) Kab. Cianjur Kec. Cugenang - Desa Talaga (2) Kab. Garut Kec. Pakenjeng - Desa Jatiwangi Total Sumber: 1) BPTP Jawa Barat (data diolah) 2) BPP Kecamatan Cugenang dan BPP Kecamatan Pakenjeng Termonilogi lahan marjinal dalam penelitian ini dibatasi pada lahan kering. Secara umum lahan kering, lahan pasang surut, dan sawah tadah hujan mempunyai produktivitas yang relatif rendah dibandingkan dengan sawah irigasi. Oleh karena itu, ketiga agro ekosistem ini sering digolongkan ke dalam kelompok lahan marjinal (Swastika et al., 2006). Sesuai dengan istilah sebagai lahan marjinal, berbagai masalah yang menyebabkan produktivitas rendah dijumpai di agro ekosistem ini. Lahan kering mempunyai lapisan solum yang tipis dengan kandungan hara yang rendah, serta topografi yang bergelombang, sehingga rentan terhadap erosi. Makin sering terjadi erosi makin kritis kondisi lahan, sehingga makin tidak produktif. Data Data dan Instrumentasi Data dikumpulkan berdasarkan karakteristik data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap. Data primer dikumpulkan langsung dari petani responden melalui wawancara. Data dari sumber lain (informan kunci) seperti penyuluh, ketua kelompok tani dan pamong desa atau tokoh masyarakat lain diperoleh melalui wawancara

5 59 mendalam, yang bersifat sebagai data pendukung atau untuk verifikasi. Wawancara mendalam (in depth interview) merupakan wawancara yang dilakukan secara intensif kepada informan, sehingga terelaborasi beberapa elemen dalam jawaban informan, yakni opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalamanpengalaman maupun perasaan informan. Dalam wawancara mendalam, peneliti memperhatikan jawaban verbal maupun respon-respon non verbal dari informan. Selain itu juga dilakukan pengamatan partisipatif. Cakupan data primer terdiri atas data kuantitatif (jawaban pertanyaan terstruktur dalam kuisioner yang berbentuk angka) dan data kualitatif (data penjelas dari fenomena yang diamati, baik yang diperoleh dari petani responden maupun informan kunci, berupa kalimat atau gambar). Data sekunder diperoleh dari instansi, seperti: Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kantor Desa dan Badan Pusat Statistik (BPS). Berbagai bahan atau studi yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan pertanian marjinal diperoleh dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Data sekunder yang berasal dari sumber-sumber tertulis yang diinterpretasikan, dapat dikategorikan sebagai data kualitatif (Nawawi dan Hadari, 2006). Instrumentasi Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur yang berkaitan dengan peubah-peubah yang diteliti. Penelitian dipandang ilmiah bila instrumen yang digunakan memenuhi persyaratan kesahihan (validitas), keterandalan (reliabilitas) dan dapat dipertanggungjawabkan (Kerlinger,2000; Nawawi dan Hadari, 2006). Kesahihan dan Keterandalan Kesahihan Kesahihan (validitas) menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang sahih (valid) bila digunakan untuk mengukur berat, karena timbangan

6 60 memang mengukur berat. Menurut Kerlinger (2000), tipe kesahihan dibedakan atas: (1) kesahihan isi, (2) kesahihan kriteria, dan (3) kesahihan konstrak. Penelitian ini menggunakan kesahihan isi. Mengacu pada pendapat Ancok (1995), bahwa suatu alat ukur dikatakan sahih atau valid bila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya akan diukur. Kesahihan isi suatu alat pengukur ditentukan oleh isi alat pengukur tersebut yang merepresentasikan semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Data dengan tingkat kesahihan tinggi diharapkan dapat diperoleh dari daftar pertanyaan yang memenuhi kriteria: (1) Mempelajari teori-teori yang relevan dengan substansi penelitian dan kenyataan yang telah diungkapkan di berbagai kepustakaan. (2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden. (3) Memperhatikan masukan dari para ahli, terutama dari Komisi Pembimbing (4) Melakukan uji coba instrumen (daftar pertanyaan) kepada responden yang memiliki karakteristik mirip dengan karakteristik petani contoh. Selanjutnya melakukan perbaikan daftar pertanyaan sesuai dengan hasil uji coba. Keterandalan Keterandalan (reliabilitas) merupakan indeks yang menunjukkan suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat ukur digunakan dua kali, untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut terandal. Keterandalan menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Ancok, 1995). Uji keterandalan yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik belah dua (split half reliability) dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi Pengujian kesahihan dan instrumen keterandalan dilakukan terhadap 30 petani responden yang memiliki karakteristik yang setipe lokasi penelitian. Hasil uji kesahihan menunjukkan nilai koefisien korelasi hitung yang tertera pada Tabel 7 dibandingkan dengan angka kritik nilai-r (pada db = 28) lebih tinggi. Angka kritik pada taraf nyata satu persen dan lima persen, masing-masing sebesar 0,463 dan 0,361. Dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi, maka pernyataan-

7 61 pernyataan dalam instrumen memiliki kesahihan isi yang sahih dan terandal, sehingga instrumen yang telah diujicoba, dapat digunakan dalam kegiatan penelitian. Tabel 7 Hasil uji kesahihan dan keterandalan instrumen penelitian dengan teknik belah dua No. Peubah Kisaran nilai koefisien korelasi (per item pertanyaan) Keterandalan (1) Perilaku komunikasi petani (X 2 ) 0,444 0,775* 0,9035 (2) Dukungan iklim usaha (X 3 ) 0,449 0,859** 0,8980 (3) Persepsi petani terhadap penyuluhan (X 4 ) (4) Persepsi petani terhadap ciri-ciri inovasi (X 5 ) 0,407 0,853* 0,8877 0,419 0,878* 0,8981 (5) Pengaruh media/informasi (X 6 ) 0,369 0,710* 0,7760 Keterangan: ** nyata pada taraf α = 0,01 * nyata pada taraf α = 0,05 Peubah Penelitian Terdapat enam peubah bebas dan dua peubah terikat yang diukur. Keenam peubah bebas tersebut adalah: X 1 = Karakteristik petani (karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik pribadi petani), X 2 = Perilaku komunikasi petani, X 3 = Dukungan iklim usaha, X 4 = Persepsi petani terhadap penyuluhan, X 5 = Persepsi petani terhadap ciri-ciri inovasi, X 6 = Persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi. Peubah terikat dalam penelitian ini adalah: Y 1 = Keputusan adopsi inovasi teknologi, Y 2 = Kinerja usahatani di tingkat petani.

8 62 Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Definisi operasional peubah dimaksudkan untuk memberikan batasan yang jelas, sehingga memudahkan dalam melakukan pengukuran. Definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Karakteristik petani mencakup karakteristik sosial ekonomi petani dan karakteristik pribadi petani. Karakteristik sosial ekonomi petani merupakan hal yang melekat pada diri petani. Peubah ini meliputi umur, pendidikan (formal dan non formal), status sosial, tingkat mobilitas dan luas lahan (Tabel 8): (a) Umur petani dihitung dalam jumlah tahun sejak lahir sampai ulang tahun terdekat dengan waktu penelitian dilakukan. (b) Pendidikan formal adalah lama pendidikan yang ditempuh di bangku sekolah, yang dihitung dalam jumlah tahun. (c) Pendidikan non formal adalah frekuensi mengikuti pendidikan di luar bangku sekolah, yang diukur dari jumlah mengikuti kegiatan penyuluhan ataupun plot demonstrasi. Kegiatan penyuluhan merupakan pertemuan yang dilakukan dengan penyuluh, baik berupa ceramah, diskusi maupun tanya jawab di bidang usahatani pertanian dalam periode waktu satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Kegiatan plot demonstrasi terkait dengan keterlibatan responden dalam pelaksanaan plot demonstrasi maupun kehadiran dalam temu lapang di bidang usahatani pertanian dalam periode waktu satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. (d) Tingkat pendapatan merupakan besarnya perolehan penghasilan dari kegiatan berusahatani, termasuk berburuh tani (on farm) dan kegiatan usaha lain di luar pertanian (off farm). (e) Tingkat mobilitas petani diukur berdasarkan frekuensi petani bepergian ke luar desa terkait dengan kegiatan usahatani dalam satu tahun terakhir. (f) Luas lahan merupakan luasan pengusahaan lahan garapan petani, yang mencakup luas penguasaan lahan (milik), maupun luasan garapan bukan milik (sewa, ataupun sakap), yang dinyatakan dalam satuan hektar. (g) Daya beli saprodi merupakan tingkat kemampuan atau keterjangkauan petani secara ekonomis dalam membeli benih/bibit, pupuk dan pestisida.

9 63 Tabel 8 Sub-peubah, indikator dan pengukuran karakteristik petani Sub-Peubah Indikator Pengukuran A. Karakteristik sosial ekonomi (1) Umur Lama tahun kehidupan (2) Pendidikan - Pendidikan formal - Pendidikan non formal (3) Tingkat pendapatan (4) Tingkat mobilitas Lama pendidikan yang ditempuh petani di bangku sekolah Frekuensi petani mengikuti pendidikan di luar bangku sekolah Sumber penghasilan dari pertanian dan di luar pertanian Frekuensi petani ke luar desa - Pembelian saprodi - Penjualan produk (5) Luas lahan Luasan pengusahaan lahan garapan petani (6) Daya beli saprodi Kemampuan membeli saprodi Dihitung dalam jumlah tahun sejak lahir sampai ulang tahun terdekat dengan waktu penelitian dilakukan Jumlah tahun selama mengikuti pendidikan formal - Frekuensi petani mengikuti ceramah, diskusi ataupun tanya jawab dengan penyuluh yang terkait dengan usahatani pertanian dalam periode satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. - Frekuensi petani dalam keterlibatan pelaksanaan plot demonstrasi, frekuensi petani hadir dalam temu lapang di bidang usahatani pertanian dalam periode waktu satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Besarnya perolehan penghasilan dari kegiatan berusahatani (termasuk berburuh tani) dan kegiatan di luar pertanian dari seluruh anggota keluarga dalam satu tahun terakhir Diukur berdasarkan frekuensi petani bepergian ke luar desa dan jarak tempuh terkait dengan kegiatan usahatani (pembelian saprodi dan penjualan produk) dalam satu tahun terakhir Diukur berdasarkan luas penguasaan lahan (milik), maupun luasan garapan bukan milik (sewa, ataupun sakap), yang dinyatakan dalam satuan hektar Kemampuan petani dalam membeli benih/bibit, pupuk dan obat-obatan yang dilakukan secara tunai

10 64 Tabel 8 (lanjutan) Sub-Peubah Indikator Pengukuran B. Karakteristik pribadi petani (1) Tingkat rasionalitas (2) Tingkat intelegensi (3) Sikap terhadap perubahan (4) Tingkat keberanian beresiko - Kemampuan petani dalam menilai suatu teknologi baru yang diperkenalkan - Kemampuan petani dalam hal mempertimbangkan penerapan teknologi baru dan memprediksi manfaatnya Kecenderungan sikap petani terhadap teknologi usahatani terpadu Tingkat keberanian petani dalam menanggung suatu kejadian yang buruk - Penilaian petani terhadap teknologi usahatani terpadu, baik penilaian negatif/merugikan, positif/ menguntungkan, maupun kemungkinan merugikan namun juga menguntungkan - Kemampuan petani mempertimbangkan pilihan yang ada dalam mengelola usahatani - Kemampuan petani dalam memprediksi manfaat penerapan teknologi Diukur berdasarkan: - Tingkat penerimaan petani terhadap teknologi usahatani terpadu: (1) adaptif (langsung menerima), (2) melihat dulu yang dilakukan petani lain (menerima dengan cara meniru), (3) ragu-ragu (tidak yakin meskipun telah melihat hasil petani lain), (4) menolak perubahan inovasi teknologi - Tingkat keyakinan petani terhadap peningkatan pendapatan bila menerapkan teknologi usahatani terpadu. Diukur berdasarkan tingkat keberanian dalam: - Mengganti sarana produksi - Menambah/mengurangi jenis komoditas yang diusahakan - Menjual hasil langsung ke pasar - Mengembangkan skala usahatani - Mengambil kredit dari bank untuk menambah modal usahatani Karakteristik pribadi petani merupakan ciri-ciri bawaan berupa kemampuan dalam menampilkan diri. Peubah ini meliputi: tingkat rasionalitas, tingkat intelegensi, sikap terhadap perubahan, tingkat keberanian mengambil resiko:

11 65 (a) Tingkat rasionalitas merupakan kemampuan berpikir petani yang diwujudkan dalam bentuk pendapat afirmatif (positif), pendapat negatif, dan pendapat modalitas (kemungkinan-kemungkinan); serta ungkapan perasaan yang dinyatakan dalam sikap petani, terkait dengan inovasi teknologi usahatani terpadu. (b) Tingkat intelegensi merupakan kemampuan dalam menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu, punya inisiatif sendiri (tidak menunggu perintah), dapat menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya, makin dapat bersikap kritis, mempunyai kemampuan belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. (c) Sikap terhadap perubahan, diukur berdasarkan kecenderungan petani selalu memperbarui diri, terbuka pada hal-hal baru dan giat mencari informasi, percaya atau tidaknya petani terhadap kegunaan inovasi teknologi usahatani terpadu, penilaian positif petani terhadap inovasi teknologi usahatani terpadu yang diperkenalkan. (d) Tingkat keberanian mengambil resiko merupakan tingkat keberanian petani dalam menanggung terjadinya suatu kejadian buruk yang disebabkan oleh suatu tindakan. (2) Perilaku komunikasi petani merupakan upaya petani mencari informasi tentang teknologi yang dianggap sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan, termasuk kemampuan dalam menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan usahatani, penanganan pascapanen, maupun kegiatan pemasaran (Tabel 9). Peubah ini meliputi: kerjasama, tingkat kekosmopolitan, keterdedahan terhadap media, yang merupakan sub peubah. (a) Kerjasama merupakan kemampuan petani dalam menjalin kerjasama dengan pihak lain, dilihat dari sikap keaktifan dan keuntungan yang dirasakan petani, baik yang terkait dengan kegiatan usahatani, penanganan pascapanen, maupun kegiatan pemasaran. (b) Tingkat kekosmopolitan merupakan tingkat keterbukaan petani yang berorientasi ke luar sistem sosial dengan hubungan interpersonal yang luas.

12 66 (c) Keterdedahan terhadap media merupakan frekuensi keterjangkauan pesan melalui media massa dalam satu bulan terakhir dilihat dari jumlah jam yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dari media massa, baik dari media cetak seperti dari surat kabar, buletin, brosur, leaflet, majalah dan, buku petunjuk teknis usahatani maupun dari media elektronik seperti dari televisi dan radio, yang terkait dengan kegiatan usahatani ataupun inovasi teknologi usahatani terpadu. Tabel 9 Sub-peubah, indikator dan pengukuran perilaku komunikasi petani Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Kerjasama Kemampuan dalam menjalin hubungan kerjasama dengan pihak lain Intensitas hubungan petani dengan pedagang (input/saprodi dan output/produk), pengolah/ perusahaan, lembaga pembiayaan, penangkar benih, kelompok tani, dan penyuluh (2) Tingkat kekosmopolitan (3) Keterdedahan terhadap media Orientasi ke luar sistem sosial dengan hubungan interpersonal yang luas Keterjangkauan petani terhadap informasi teknologi usahatani melalui media massa, yang dibedakan atas: Media elektronik: televisi, dan radio. Media cetak: surat kabar, buletin, brosur, leaflet, majalah maupun buku petunjuk teknis usahatani Frekuensi petani bepergian ke luar desa dalam mengakses informasi: (1) pasar (harga saprodi, harga jual produk, komoditas yang dibutuhkan konsumen), (2) pencarian teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan petani; serta (3) kompetisi usaha lain Diukur berdasarkan jumlah jam dalam satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan, yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi teknologi usahatani dari media massa, baik elektronik maupun cetak

13 67 (2) Dukungan iklim usaha, sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerjasama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit pemasaran dan unit jasa penunjang (keuangan) yang berfungsi mendukung kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani (Tabel 10). Komponen dukungan iklim usaha diuraikan sebagai berikut: (a) Ketersediaan input (sarana produksi): kemudahan petani dalam memperoleh benih atau bibit, pupuk, dan obat-obatan, baik melalui kios sarana produksi maupun kelompok tani. (b) Ketersediaan fasilitas keuangan: kemudahan petani dalam mengakses peminjaman modal usaha pada lembaga keuangan (KUD maupun Bank). (c) Ketersediaan sarana pemasaran: kemudahan petani dalam memasarkan produk yang dihasilkan, dengan tersedianya sarana pengangkutan, prasarana jalan yang memadai dan pasar. Tabel 10 Sub-peubah, indikator dan pengukuran dukungan iklim usaha Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Ketersediaan input Adanya kios saprodi yang mudah dijangkau petani - Tingkat kemudahan petani dalam mendapatkan benih/bibit, pupuk dan obat-obatan - Jarak tempat penjualan saprodi dari lahan petani (2) Ketersediaan fasilitas keuangan (3) Ketersediaan sarana pemasaran Akses petani terhadap permodalan Adanya alat transportasi, prasarana jalan dan pasar (tempat transaksi jual beli) - Prosedur peminjaman ke lembaga keuangan (koperasi, perbankan, Lembaga Perkreditan Desa) - Jaminan pinjaman yang harus dipenuhi petani - Tingkat suku bunga per tahun - Kualitas jalan dari lahan petani ke pasar terdekat (aspal, makadam, berbatu, tanah) - Jenis alat transportasi yang ada ke pasar terdekat - Lokasi pasar (desa, kecamatan, kabupaten)

14 68 (3) Persepsi petani terhadap penyuluhan. Penyuluhan merupakan kegiatan (proses) pembelajaran bagi petani, agar petani mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya (Tabel 11): (a) Persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh: penilaian petani terhadap kemampuan yang melekat pada diri penyuluh berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. (b) Persepsi petani terhadap peran penyuluh: penilaian petani terhadap peran penyuluh dalam melakukan kegiatan usahatani. (c) Persepsi petani terhadap materi penyuluhan: penilaian petani terhadap materi/bahan penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani, baik tentang usahatani maupun informasi yang dibutuhkan petani. (d) Persepsi petani terhadap metode penyuluhan: penilaian petani terhadap cara-cara penyuluh menyampaian materi penyuluhan kepada para petani, baik melalui media atau komunikasi interpersonal berupa ceramah, diskusi kelompok, dialog/tanya jawab antara petani-penyuluh, maupun plot demonstrasi. Pengukuran persepsi menggunakan skala Likert: 1 (tidak setuju), 2 (kurang setuju), 3 (setuju), dan 4 (sangat setuju), kemudian data dikategorikan menjadi tiga: 1 (rendah) = tidak setuju-kurang setuju (1,00-2,00); 2 (sedang) = kurang setuju-setuju (2,01-3,00); dan 3 (tinggi) = setuju-sangat setuju (3,01-4,00). (4) Persepsi petani terhadap ciri-ciri inovasi menunjukkan penilaian petani terhadap lima ciri-ciri inovasi. Petani adopter menilai teknologi usahatani terpadu, sedangkan petani non adopter menilai teknologi lokal (Tabel 12): (a) Keuntungan relatif merupakan penilaian petani terhadap inovasi yang diukur dalam bentuk keuntungan ekonomi, biaya awal yang rendah, berkurangnya ketidaknyamanan, prestise sosial, hemat tenaga dan waktu serta imbalan yang dapat segera diperoleh. (b) Kesesuaian suatu inovasi dilihat berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan sosiobudaya petani, teknologi yang telah diterapkan sebelumnya, dan kebutuhan petani akan inovasi.

15 69 Tabel 11 Sub-peubah, indikator dan pengukuran penyuluhan Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Kompetensi penyuluh (2) Peran penyuluh (3) Materi penyuluhan (4) Metode penyuluhan Persepsi petani terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki penyuluh Persepsi petani terhadap peran penyuluh pada kegiatan usahatani petani Persepsi petani terhadap materi penyuluhan yang disampaikan penyuluh Persepsi petani terhadap metode penyuluhan yang digunakan penyuluh Penilaian petani terhadap kemampuan penyuluh, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat pada diri penyuluh Pengetahuan: memiliki informasi dengan wawasan yang luas (inovasi, metode dan teknik, potensi sumberdaya, kebutuhan dan permasalahan serta budaya masyarakat) Sikap: positif terhadap diri sendiri, keberpihakan pada keadilan, egaliter, partisipatif dan dialogis Keterampilan: kemampuan berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, mengembangkan inovasi secara berkelanjutan, memiliki motivasi dalam mengembangkan kemampuan petani Penilaian petani terhadap peran penyuluh dalam: Mendiagnosis masalah petani Mengidentifikasi kebutuhan petani Memotivasi petani untuk berubah Membangun dan memelihara hubungan dengan sistem sosial petani Mendorong petani untuk mengadopsi inovasi Mendorong petani mengembangkan skala usaha Penilaian petani terhadap kesesuaian materi penyuluhan (seperti: informasi ataupun teknologi usahatani pertanian) yang disampaikan penyuluh dengan kebutuhan petani Penilaian petani terhadap metode yang digunakan penyuluh (ceramah, diskusi kelompok, dialog/tanya jawab, petak percontohan/plot demonstrasi ataupun penggunaan media: OHP, video, poster, brosur/leaflet, film, LCD-P)

16 70 Tabel 12 Sub-peubah, indikator dan pengukuran persepsi petani terhadap ciriciri inovasi Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Keuntungan relatif Persepsi petani terhadap suatu inovasi dianggap lebih baik daripada ide sebelumnya Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: - Keuntungan ekonomi - Biaya awal yang rendah - Berkurangnya ketidaknyamanan - Prestise (kebanggaan) sosial - Hemat waktu dan tenaga - Imbalan yang segera didapat (2) Kesesuaian Persepsi petani terhadap suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilainilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensial petani (3) Kerumitan Persepsi petani terhadap tingkat kerumitan suatu inovasi Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap kesesuaian teknologi dengan: - Nilai-nilai sosiobudaya - Ide-ide yang telah diperkenalkan sebelumnya - Kebutuhan petani akan inovasi Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: - Komponen teknologi - Teknis penerapan - Keterbatasan sumberdaya (lahan, modal, tenaga kerja) (4) Dapat diujicoba (5) Dapat diamati Persepsi petani terhadap suatu inovasi untuk dapat dicoba dengan skala yang terbatas Persepsi petani terhadap suatu inovasi untuk dapat dilihat oleh orang lain Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: - Kemudahan petani dalam melakukan ujicoba pada skala yang terbatas (sempit) - Cara petani bekerja dengan kondisi yang ada pada dirinya Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: - Kemudahan petani mengamati hasil yang dicapai dalam penerapan inovasi teknologi - Keunggulan teknologi yang diperkenalkan dengan teknologi sebelumnya - Dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas

17 71 (c) Kerumitan inovasi diukur berdasarkan pandangan petani terhadap tingkat kesulitan dalam memahami dan menerapkan inovasi teknologi usahatani. (d) Dapat diujicoba, diukur berdasarkan kemudahan petani dalam melakukan ujicoba dan cara petani bekerja dengan kondisi yang ada pada dirinya. (e) Dapat diamati merupakan tingkat kemudahan bagi petani dalam mengamati hasil yang dicapai dalam penerapan inovasi teknologi dan dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Pengukuran persepsi menggunakan skala Likert: 1 (tidak setuju), 2 (kurang setuju), 3 (setuju), dan 4 (sangat setuju), kemudian data dikategorikan menjadi tiga: 1 (rendah) = tidak setuju-kurang setuju (1,00-2,00); 2 (sedang) = kurang setuju-setuju (2,01-3,00); dan 3 (tinggi) = setuju-sangat setuju (3,01-4,00). (5) Persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi (Tabel 13): (a) Media massa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan inovasi, berupa media cetak (leaflet, brosur, buku, dan surat kabar) atau media elektronik (radio, televisi, telepon genggam dan internet). (b) Interpersonal merupakan kontak atau pertemuan tatap muka antara dua orang atau lebih yang terkait dengan penyampaian informasi tentang inovasi (pertemuan kelompok, perbincangan antar petani, diskusi atau tanya jawab antara petani dan penyuluh). Pengukuran persepsi menggunakan skala Likert: 1 (tidak setuju), 2 (kurang setuju), 3 (setuju), dan 4 (sangat setuju), kemudian data dikategorikan menjadi tiga: 1 (rendah) = tidak setuju-kurang setuju (1,00-2,00); 2 (sedang) = kurang setuju-setuju (2,01-3,00); dan 3 (tinggi) = setuju-sangat setuju (3,01-4,00). (6) Keputusan adopsi teknologi merupakan tahap penentuan petani dalam merespon inovasi teknologi yang dianjurkan. Terdapat dua keputusan yang dilakukan petani, yakni mengadopsi dan tidak mengadopsi teknologi yang dianjurkan (Tabel 14). Dengan berjalannya waktu, petani yang mengadopsi dapat terus berlanjut mengadopsi ataupun berhenti mengadopsi dengan berbagai alasan. Demikian halnya dengan petani yang tidak mengadopsi teknologi yang dianjurkan, ada dua kemungkinan keputusan petani, yakni mengadopsi dan menolak.

18 72 Tabel 13 Sub-peubah, indikator dan pengukuran persepsi petani terhadap pengaruh informasi/media Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Media massa Persepsi petani terhadap perubahan pengetahuan (2) Interpersonal Persepsi petani terhadap perubahan dan pembentukan sikap Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: pengaruh media cetak (leaflet, brosur, buku, dan surat kabar) maupun media elektronik (radio, televisi, telepon genggam dan internet) terhadap kegiatan berusahatani Diukur berdasarkan penilaian petani terhadap: pengaruh penyuluh, tokoh masyarakat, pedagang, maupun sesama petani terhadap kegiatan berusahatani Tabel 14 Sub-peubah, indikator dan pengukuran keputusan Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Adopsi - Adopsi (berlanjut) - Menolak (berhenti) Diukur berdasarkan manfaat yang diperoleh petani dari penerapan teknologi usahatani terpadu yang dianjurkan (2) Tidak mengadopsi (3) Penentuan komoditas (4) Penggunaan saprodi - Adopsi - Menolak - Penggunaan sumberdaya (lahan, tenaga kerja dan modal) Kesesuaian penggunaan saprodi dengan rekomendasi penyuluh Diukur berdasarkan tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi usahatani terpadu Diukur berdasarkan pertimbangan petani dalam menentukan komoditas yang diusahakan Diukur berdasarkan pertimbangan petani dalam menggunakan sarana produksi (7) Kinerja usahatani, diukur berdasarkan produktivitas, orientasi usaha dan penanganan hasil atau penanganan pascapanen yang dilakukan petani dalam kegiatan usahatani di lahan kering marjinal (Tabel 15). Pengukuran

19 73 produktivitas produk yang dihasilkan petani didekati dengan cara membandingkan antara produktivitas aktual di tingkat petani dengan produktivitas potensial. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani terhadap pemenuhan kebutuhan hidup, dilakukan perhitungan antara pendapatan usahatani dengan tingkat pengeluaran rumah tangga dalam satu tahun. Semakin tinggi produktivitas, orientasi usaha yang telah mengarah komersial, dan penanganan hasil ke produk olahan yang memberikan nilai tambah bagi petani, maka kinerja usahatani petani tergolong tinggi. Tabel 15 Sub-peubah, indikator dan pengukuran kinerja usahatani Sub-Peubah Indikator Pengukuran (1) Produktivitas petani (2) Orientasi usaha (3) Penanganan hasil Produksi per hektar Usahatani telah mengarah komersial atau masih subsisten - Penanganan pascapanen - Jenis produk - Produksi per hektar komoditas yang dominan diusahakan petani - Tingkat pendapatan usahatani (on farm) dan di luar pertanian (offfarm) dibandingkan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga dalam satu tahun - Produk yang dihasilkan telah dijual ke pasar atau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup - Pengetahuan tentang jenis dan mutu produk yang diinginkan pembeli - Upaya yang dilakukan petani setelah panen - Jenis produk yang dipasarkan: bahan mentah, setengah jadi atau bentuk olahan Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis statistik deskriptif, dan (2) analisis statistik inferensial. Analisis data deskriptif dilakukan melalui statistik deskriptif, yakni statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti (petani lahan kering marjinal) tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis statistik deskriptif

20 74 mencakup: (1) distribusi frekuensi dan (2) rasio Odds. Analisis data inferensial dilakukan dengan statistik inferensial, yakni statistik yang berfungsi mengeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi (Muhidin dan Abdurahman, 2007; Sugiyono, 2009). Analisis statistik inferensial yang digunakan meliputi analisis: (1) korelasi Pearson, (2) regresi ganda, dan (3) analisis jalur. Dalam penelitian ini tingkat kesalahan (alpha/α) ditentukan sebesar 15 persen. Beberapa penelitian sosial lain menggunakan tingkat kesalahan hingga 20 persen (Cahyono et al., 2006; Aritonang, 2009). Dalam ilmu sosial, tingkat kesalahan yang sering digunakan adalah 1 persen, 5 persen atau 10 persen. Pada dasarnya seorang peneliti bebas menentukan berapa besar tingkat kesalahan yang akan digunakan (Candrawita, 2010). Perbedaan nilai alpha antara lain disebabkan ukuran sampel dan seberapa besar pengaruh luar (di luar yang bisa dikontrol atau di luar peubah yang masuk dalam model) terhadap respon peneliti. Analisis Korelasi Pearson Analisis ini digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dua peubah dengan skala data interval atau rasio. Data dalam penelitian ini yang berskala ordinal ditransformasi menjadi data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI) (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Tahapan dalam melakukan transformasi dengan MSI adalah: (1) Menghitung frekuensi responden yang memberikan respon terhadap alternatif jawaban yang tersedia. (2) Menghitung proporsi dengan membagi setiap frekuensi dengan jumlah responden. (3) Menghitung proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon. (4) Menghitung nilai Z tab untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh, dengan menggunakan Tabel Distribusi normal baku. (5) Menghitung nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dari Tabel) dengan rumus: f ( Z) = 1 e 2π 2 o,5( z )

21 75 (6) Menghitung nilai skala (NS) dengan menggunakan rumus: Density at lower limit Density at upper limit NS = Area under upper limit Area under lower limit (7) Menentukan nilai transformasi (Y) dengan rumus: Y = NS + k k = 1 + NS min Data ordinal yang telah ditransformasi menjadi data interval dapat dianalisis dengan korelasi product moment Pearson. Rumus yang digunakan adalah: r xy = ( n n 2 xi x y ( i i ( x ) i xi )( 2 )( n yi 2 y ) i 2 ( y ) ) i Analisis Regresi Ganda Analisis regresi ganda merupakan analisis statistika yang memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih peubah kuantitatif, sehingga salah satu peubah dapat diramalkan dari peubah lain. Model regresi sederhana: Y i = β 0 + β 1 X i + ε i ; i = 1, 2,..., n β 0 = nilai rataan Y pada X β 1 = perubahan nilai Y untuk setiap kenaikan X satu satuan Salah satu ukuran kebaikan model adalah R 2 (koefisien determinasi: % keragaman Y yang mampu dijelaskan oleh X). Analisis Jalur (Path Analysis) Analisis jalur (path analysis) merupakan suatu bentuk terapan dari analisis multi-regresi. Diagram jalur digunakan untuk membantu konseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks. Dengan menggunakan analisis ini dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari peubah-peubah bebas terhadap suatu peubah terikat. Pengaruh-pengaruh tersebut tercermin dari koefisien jalur (path coefficients) yang sesungguhnya adalah koefisien yang telah dibakukan (beta, β). Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk menguji

22 76 berbagai model jalur untuk mengetahui kongruensinya dengan data yang teramati (Kerlinger, 2000). Penggunaan analasis jalur didasarkan pada beberapa asumsi (MacDonald, 1977; Sugiyono, 2009): a. Hubungan antar peubah berbentuk linier, aditif dan kausal. b. Peubah-peubah residual tidak berkorelasi dengan peubah yang lebih dahulu, dan tidak juga berkorelasi dengan peubah yang lain. c. Model hubungan peubah hanya terdapat jalur kausal/sebab-akibat searah. d. Data setiap peubah yang dianalisis paling tidak berada pada tingkat pengukuran interval. Model spesifik dari path analysis dijelaskan seperti pada Gambar 4, dengan persamaan sebagai berikut: Persamaan 1: X 4 = b 11 X 1 + b 12 X 2 + b 13 X 3 + e 1 Persamaan 2: X 3 = b 21 X 1 + b 22 X 2 + e 2 Persamaan 3: X 2 = b 31 X 1 + e 1 X1 X4 X2 X3 Gambar 4 Model spesifik dari path analysis (Bryman dan Gramer, 1990) Model dalam penelitian ini dijelaskan seperti pada Gambar 5, dengan persamaan sebagai berikut: Persamaan 1: X 4 * = b 1 X 1 * + b 2 X 2 * + b 3 X 3 * Persamaan 2: X 5 * = b 1 X 1 * + b 2 X 2 * + b 3 X 3 * + b 4 X 4 * Persamaan 3: Y 1 * = b 5 X 5 * + b 6 X 6 * Persamaan 4: Y 2 * = b 1 Y 1 * Keterangan: b = Koefisien jalur * = menunjukkan bahwa peubah tersebut sudah ditransformasi normal baku dengan rumus: X* = (X X )/S x

23 77 X 1 X 6 X 4 X 2 X 5 Y 1 Y 2 X 3 Keterangan: X 1 = Karakteristik petani; X 2 = Perilaku komunikasi petani; X 3 = Dukungan iklim usaha; X 4 = Persepsi petani terhadap penyuluhan; X 5 = Persepsi petani terhadap ciriciri inovasi; X 6 = Persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi; Y 1 = Keputusan adopsi inovasi teknologi; Y 2 = Kinerja usahatani di tingkat petani Gambar 5 Model pengaruh antar peubah dalam penelitian Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer untuk menjamin tingkat akurasi perhitungan. Transformasi data dari ordinal ke interval menggunakan program Microsoft Office Excel Uji korelasi Pearson, regresi ganda dan analisis jalur menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 15.0.

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Husein (998 : ). Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 60 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Variabel yang diteliti antara lain: kepemimpinan visioner sebagai variabel bebas (X 1 ) dan budaya organisasi sebagai variabel bebas (X ) serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data hasil penelitian dengan mempergunakan statistik. Penelitian ini dilakukan di tempat karaoke QYU-QYU.

BAB III METODE PENELITIAN. data hasil penelitian dengan mempergunakan statistik. Penelitian ini dilakukan di tempat karaoke QYU-QYU. 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan mengolah data hasil penelitian dengan mempergunakan statistik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun. 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Usia (X 1 ), adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan dan diukur dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian 37 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan antara peubah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut BAB III METODE PENELITIAN 3. Metode Yang Digunakan Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut Sugiyono (008 : ), yaitu : Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan pendekatan ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota Cimahi Kabupaten Bandung. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian (Sugiyono, 2010:2) pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 36 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai penelitian survey deskriptif korelasional yaitu melihat hubungan antara peubah secara mendalam. Peubah penelitian yang diamati

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian 36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis korelasi. Analisis korelasi merupakan bentuk dari penelitian deskriptif. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara.

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat explanatory (penjelasan) dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara variabel-variabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif-korelasional. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (006:118), objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu dengan pendekatan korelasional sebab-akibat yakni untuk meneliti sejauh

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, alasan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, alasan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, alasan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini karena dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam penelitian ini. atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis.

Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam penelitian ini. atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis. Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan. BAB II METODE

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah KPP Pratama Gorontalo. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah KPP Pratama Gorontalo. Penelitian ini 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah KPP Pratama Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2012 sampai dengan Bulan Desember 2012. 3.2 Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan suatu penelitian, lokasi dan waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan suatu penelitian, lokasi dan waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan waktu penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, lokasi dan waktu penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dengan adanya lokasi dan waktu penelitian

Lebih terperinci

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua 68 3.3 Populasi dan Sampel Jenuh (Sampel Sensus) Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana dalam ilmu sosial pendekatan ini mengacu kepada keakuratan deskripsi dari suatu variabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian dan

METODE PENELITIAN. (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian dan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang sifatnya ekplanatif (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (2014). Penelitian

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13).

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Pengawasan yang. dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan,

III. METODE PENELITIAN. pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Pengawasan yang. dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, 51 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Pengawasan (X 1 ), yaitu persepsi karyawan pelaksana terhadap pengawasan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai metode survei yang menurut Singarimbun dan Effendi (2011) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan terhadap pelanggan Mimoza TV yang berada di wilayah Kota Gorontalo. Waktu yang dialokasikan dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan penelitian survey yang bersifat menjelaskan hubungan kausal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian. METODE PENELITIAN Disain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey bersifat explanatory, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kejelasan tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu sejak Juni 2008 sampai September 2008 dilakukan di daerah tujuan wisata Jakarta Timur. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penyusunan adalah psikologis sebagai variabel bebas (variabel X) sementara objek

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penyusunan adalah psikologis sebagai variabel bebas (variabel X) sementara objek BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini objek yang menjadi sasaran pengamatan penyusunan adalah psikologis sebagai variabel bebas (variabel X) sementara objek

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian regresi yaitu penelitian yang tujuanya adalah melihat pengaruh dua atau lebih variable,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian asosiatif, dengan penelitian survei yang bersifat menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dalam penelitian. Sedangkan yang dimaksud metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dalam penelitian. Sedangkan yang dimaksud metode penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat descriptive research. Descriptive Research bertujuan menguji hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam suatu penelitian, turut menentukan keberhasilan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Berdasarkan buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2010 : 54) pendekatan objektif menganggap perilaku manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah kompetensi yang meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah kompetensi yang meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah kompetensi yang meliputi kompetensi berprestasi dan bertindak ( ), kompetensi melayani ( ) dan kompetensi mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent dan sebagai variabel dependent nya adalah keputusan pembelian

BAB III METODE PENELITIAN. independent dan sebagai variabel dependent nya adalah keputusan pembelian 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah, variabel budaya (X 1 ), variabel sosial (X ), dan variabel psikologis (X 3 ) sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 39 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah pertanian hortikulutra di Desa Cipendawa dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berjudul : Pengaruh Ekuitas Merek Dan Motivasi Pembelian Terhadap

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berjudul : Pengaruh Ekuitas Merek Dan Motivasi Pembelian Terhadap BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari kemauan atau minat untuk mengetahui permasalahan tertentu dan mencari jawabannya yang selanjutnya berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 75 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Sugiyono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2).

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilimiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Tujuan adanya metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive area. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive area. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive area. Menurut Suharsimi (2002) metode purposive area berarti tempat penelitian

Lebih terperinci