ANALISIS KAPASITAS TRAFIK REVERSE LINK MENGGUNAKAN KONTROL DAYA PADA SISTEM CDMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KAPASITAS TRAFIK REVERSE LINK MENGGUNAKAN KONTROL DAYA PADA SISTEM CDMA"

Transkripsi

1 1 ANALISIS KAPASITAS TRAFIK REVERSE LINK MENGGUNAKAN KONTROL DAYA PADA SISTEM CDMA Nia Asianti, L2F Jurusan Teknik Elektr, Fakultas Teknik, Universitas Dipnegr, Semarang Astrak - Dengan semakin meningkatnya pengguna kmunikasi ergerak pada sistem CDMA (Cde Divisin Multiple Access) yang menggunakan spektrum frekuensi yang sama, dapat menyeakan interferensi antar pengguna cukup tinggi. Beragai macam cara, seperti sektrisasi, keaktifan suara, dan kendali daya (pwer cntrl) digunakan dalam sistem CDMA dengan tujuan untuk mengurangi interferensi antar pengguna. Salah satu cara untuk mengurangi interferensi adalah dengan kendali daya (pwer cntrl), yang menggunakan standar deviasi (errr pwer cntrl) untuk memperkirakan nilai faktr reduksi errr pwer cntrl (F(,)) dan CDMA. Dimana secara teri dengan erkurangnya nilai standar deviasi (errr pwer cntrl), akan meningkatkan faktr reduksi (F(B,)), sehingga CDMA akan meningkat pula. Dalam tugas akhir ini diuat simulasi tentang analisis kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA, dengan penguahan eerapa parameter yang mempengaruhinya. Dari hasil simulasi diperleh hasil untuk jari-jari sel 30 km, jarak antara MS dengan BS0 5 km, sudut yang dientuk MS 0 derajat, ekspnen path lss 0,1, jumlah sektr antena 1, sudut verlap antena 0 derajat, daya pancar MS 2 dbm, rata-rata kedatangan call 50 call/jam/sel, rata-rata hlding time 100 detik, keaktifan suara 0,1, energi it per interferensi 5 db, standar deviasi (errr pwer cntrl) 0 db, dan prailitas lcking 0,001, menghasilkan kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA seesar 240,8557 Erlang. Kata kunci : kntrl daya (pwer cntrl), faktr reduksi errr pwer cntrl (F(,)), standar deviasi (errr pwer cntrl), CDMA 1. PENDAHULUAN Pada sistem CDMA (Cde Divisin Multiple Access) semua pengguna memakai spektrum frekuensi yang sama. Dengan demikian interferensi antar pengguna cukup tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi interferensi adalah dengan kntrl daya (pwer cntrl), yang menggunakan standar deviasi (errr pwer cntrl) untuk memperkirakan nilai faktr reduksi errr pwer cntrl (F(,)) dan kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA. Faktr reduksi errr pwer cntrl adalah faktr yang mereduksi kesalahan yang terjadi pada kntrl daya (ditentukan dengan standar deviasi). Sedangkan kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA adalah jumlah ean trafik rata-rata yang ditinjau dari jumlah ratarata pemakai yang meminta pelayanan kmunikasi erdasarkan prailitas lckingnya Tujuan Tugas akhir ini ertujuan untuk menganalisis kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA. 2. Sistem Kmunikasi Bergerak CDMA Sistem selular dewasa ini erkemang cukup pesat. Bila dilihat dari metde akses yang digunakan, pada dasarnya ada tiga sistem selular, yaitu sistem selular yang menggunakan metde akses FDMA (Frequency Divisin Multiple Access), metde akses TDMA (Time Divisin Multiple Access), dan metde akses CDMA (Cde Divisin Multiple Access). CDMA (Cde Divisin Multiple Access) adalah teknik mdulasi dan multiple access erdasarkan teknik spread spectrum direct sequence dimana pengiriman sinyal menduduki lear pita frekuensi meleihi spektrum minimal yang diutuhkan Kntrl Daya Pwer Cntrl atau kntrl daya meliputi kntrl daya uplink dan kntrl daya dwnlink. Kntrl daya dwnlink digunakan untuk memperesar kapasitas sistem, sedangkan uplink digunakan untuk mengntrl huungan dan atas threshld penerimaan MS. Pada kanal uplink kntrl daya yang digunakan kminasi kntrl daya lp tertutup dan lp teruka mendeteksi daya sinyal yang diterima dari MS. Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

2 Kapasitas Seluler CDMA Kapasitas Sel Tunggal CDMA Kapasitas sel tunggal CDMA dapat dianalisa dengan tanpa memperhatikan interferensi dari sel-sel lain. Dengan mengasumsikan kntrl daya ideal, seluruh sinyal yang diterima MS erada pada level yang sama. Untuk n uah MS yang aktif, BS akan menerima sinyal yang diinginkan dengan daya S dan seanyak (n-1) sinyal nise dengan daya seesar S pula. Sehingga kapasitas sel tunggal CDMA dierikan leh persamaan: W / R n E / N I / S 1 Dengan: n = Kapasitas sel X = Vice activatr W = Bandwidth R = Bit rate E /N = Energi it per nise S = Level sinyal penerimaan = Backgrund thermal nise (2.1) Kapasitas Multisel CDMA Untuk menghitung kapasitas multisel CDMA, interferensi dari sel lain (I) serta interferensi dari sel sendiri harus diperhitungkan yang dapat dinyatakan dengan: n W / R E / N / S I / S 1 (2.2) dengan I adalah interferensi eksternal dari selsel sekitarnya Kapasitas Reverse Link Pada Sistem CDMA Prailitas lcking pada sistem CDMA Prailitas lcking (P Blcking ) adalah prailitas dari pengguna aru yang tidak mendapatkan pelayanan karena kanal sedang siuk yang iasanya ditandai dengan nada siuk. Pada eerapa sistem kmunikasi multiuser, yang menjadi tujuan dalam kmunikasi ukanlah anyaknya sejumlah user yang dapat dilayani pada waktu ersamaan, melainkan agaimana mendapatkan kualitas yang aik dari kmunikasi terseut, sedangkan pelayanannya sangat teratas dikarenakan prailitas lckingnya. Pada semua sistem multiuser, lcking dapat terjadi ketika semua slt frekuensi atau slt waktu telah dipakai untuk kmunikasi. Pada CDMA lcking ditentukan kerapatan spektral dari ttal interferensi daya yang diakiatkan leh aktifnya MS secara serentak aik di dalam BS0 maupun di luar BS0 (I ). Interferensi daya yang diakiatkan aktifnya MS secara serentak terseut jauh leih esar dari pada kerapatan spektral ackgrund nise (N). Interferensi ini akan meningkat seiring ertamahnya user dengan pesat, hal ini menyeakan ptensi dari sistem terseut tidak stail. Sehingga lcking pada CDMA terus meningkat Kapasitas Trafik Reverse Link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA Kapasitas trafik adalah jumlah ean trafik rata-rata yang ditinjau dari jumlah ratarata pemakai yang meminta pelayanan kmunikasi erdasarkan prailitas lckingnya. Pada huungan reverse link sistem CDMA, kapasitas diatasi leh pemlckingan, dikarenakan sejumlah user yang erada pada selnya sendiri maupun sel lain mempunyai kerapatan spektral dari ttal interferensi daya (I ) jauh leih esar dari pada kerapatan spektral ackgrund nise (N). Kntrl daya adalah teknik yang mengatur daya transmisi pada BS dan MS dengan level minimum yang diperlukan untuk perfrmansi yang sesuai. Pada reverse link, kntrl daya digunakan untuk mengatur daya pancar MS. Kntrl daya pada sistem seluler CDMA ergantung pada algritma kntrl daya, kecepatan sistem adaptif kntrl daya, jarak transmitter (BS) dengan receiver (MS), ruang distriusi user, dan kndisi prpagasi. Oleh karena anyak dipengaruhi leh faktrfaktr terseut eserta efeknya, esarnya daya sinyal dapat ditentukan dengan distriusi lg nrmal erdasarkan nilai standar deviasinya. Berikut adalah kntrl daya erdasarkan nilai standar deviasinya: [10] Kntrl Daya Sempurna (Perfect Pwer Cntrl) Kntrl daya dimana MS dikntrl dengan kntrl daya sempurna sehingga setiap BS menerima daya dari setiap MS dengan level daya yang sama, dengan standar deviasi 0 db. Kntrl Daya Tidak Sempurna (Imperfect Pwer Cntrl) Kntrl daya dimana MS dikntrl dengan mengntrl nilai E /I yang diinginkan, yaitu sesuai dengan distriusi lg-nrmal dengan standar Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

3 3 deviasi pada range 1-4 db, sehingga level daya yang diterima BS sesuai dengan level daya yang diinginkan. Tanpa Kntrl Daya (Withut Pwer Cntrl) Daya pada MS tidak dikntrl, sehingga setiap BS menerima daya dari setiap pengguna/ms dengan level daya yang jauh ereda, dengan standar deviasi leih dari 4 db. Kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE) adalah seagai erikut: [11][12] CE 1 W RF B, 1 f E I GA (2.3) Dengan: = Rati interferensi t nise W = Lear andwidth (12,5 MHz). R = Kecepatan data (9,76 k/s). F(B,) = Faktr reduksi = Keaktifan suara f = Faktr interferensi eksternal E /I = Energi it per interferensi (db) GA = Gain antena Gamar 3.2. Diagram alir perhitungan gain antena (GA) 3.3. Perhitungan Kapasitas Trafik Reverse Link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE) Diagram alir cara menghitung kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE) adalah seperti pada Gamar PERANCANGAN SISTEM ANALISIS KAPASITAS TRAFIK REVERSE LINK MENGGUNAKAN KONTROL DAYA PADA SISTEM CDMA 3.1. Perhitungan Faktr Interferensi (f) Diagram alir cara menghitung faktr interferensi adalah seperti pada Gamar 3.1. Gamar 3.3. Diagram alir perhitungan kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE) Gamar 3.1. Diagram alir perhitungan faktr interferensi (f) 3.2. Perhitungan Gain Antena (GA) Diagram alir cara menghitung gain antena adalah seperti pada Gamar ANALISIS DAN PERHITUNGAN Pengujian dilakukan dengan metde analisis terhadap hasil perhitungan kapasitas trafik reverse link CDMA. Parameterparameter masukan erupa jari-jari sel (Ri), jarak antara MSj dengan BSi (r), sudut yang dientuk MS (), ekspnen path lss (m), sudut verlap antena (v), jumlah sektr antena (D), daya pancar MS (PtM), rata-rata kedatangan call (), rata-rata hlding time (), keaktifan suara (), energi it per interferensi (E /I ), standar deviasi () dan prailitas lcking (P ) yang nilainya dapat diuah-uah sehingga dapat dihitung nilai kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA (CE). Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

4 Perhitungan Faktr Interferensi Perhitungan faktr interferensi untuk CDMA yaitu dengan memilih data masukan jari-jari sel (Ri), jarak antara MSj dengan BSi (r), sudut yang dientuk MS (), dan ekspnen path lss (m). Dengan memasukkan parameter r=5 km, =0 derajat, dan m=0, dapat diuat grafik huungan hasil perhitungan faktr interferensi (f) terhadap jari-jari sel (Ri), seperti pada gamar erikut: Gamar 4.1. Grafik huungan antara faktr interferensi (f) terhadap jari-jari sel (Ri) untuk nilai r=5 km, =0 derajat, dan m=0, Perhitungan Gain Antena Perhitungan Gain antena untuk CDMA yaitu dengan memilih data masukkan jumlah sektr antena (D) dan sudut verlap antena (v). Nilai gain antena (GA) dihitung dengan rumus perhitungan: 1 GA 1 2v D 360 Dari rumus perhitungan di atas dapat diuat grafik gain antena (GA) terhadap sudut verlap antena (v), seperti pada Gamar erikut: keaktifan suara (), energi it per interferensi (E /I ), standar deviasi () dan prailitas lcking (P ). Dengan menentukan parameter yang ersifat knstan yaitu andwidth (W= Hz), kecepatan data (R=9,76 k/s), ackgrund thermal nise (N = -166 dbm) dan memilih masukan parameter utama CDMA (CE) yaitu jari-jari sel (Ri=30 km), jarak antara MSj dengan BSi (r=5 km), sudut yang dientuk MS (=0 derajat), ekspnen path lss (m=0,1), jumlah sektr antena (D=1), sudut verlap antena (v=0 derajat), daya pancar MS (PtM=2 dbm), rata-rata kedatangan call (=50 call/jam/sel), rata-rata hlding time (=100 detik), keaktifan suara (=0,1), energi it per interferensi (E /I =5 db), standar deviasi (=0 db) dan prailitas lcking (P =0,001) diperleh hasil dengan rumus perhitungan seagai erikut: Daya yang diterima MS P r M P t M 73 Perhitungan user tiap sel ku 3600 Perhitungan interferensi daya I ku 1 1 f P M N W r. Dengan rumus perhitungan terseut, untuk nilai daya yang dipancarkan MS (P t M) yang ereda didapatkan grafik huungan antara interferensi daya terhadap daya yang dipancarkan MS (P t M) seperti pada Gamar 4.3. Gamar 4.3. Grafik huungan antara interferensi daya (I) terhadap daya pancar MS (P tm) untuk nilai =100 call/jam/sel dan =100 detik Gamar 4.2. Grafik huungan antara gain antena (GA) terhadap sudut verlap antena (v) 4.3. Perhitungan Kapasitas Trafik Reverse Link pada sistem CDMA Perhitungan kapasitas trafik reverse link CDMA yaitu dengan memilih data masukan daya pancar MS (PtM), rata-rata kedatangan call (), rata-rata hlding time (), Perhitungan kerapatan interferensi daya yang diterima I I W Perhitungan rati interferensi t nise N I Perhitungan Jumlah kanal yang dipakai K W R1 E I Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

5 5 Perhitungan Faktr Reduksi InvQquad 2erfinv1 2P B InvQquad lg a 2 e 2 3 B 2 e 1 4e K 2 2 c 3 / 2 F B, a1 1 c B Dengan rumus perhitungan terseut, dengan nilai =100 call/jam/sel, =100 detik, E /I =5 db, P t M=2 dbm, dan P =0,001 didapatkan grafik hasil perhitungan seperti pada Gamar 4.4. Gamar 4.5. Tampilan grafik kapasitas trafik reverse link CDMA (CE) terhadap standar deviasi (SD) untuk nilai parameter utama Ri=30 km, r=5 km, =0 derajat, m=0,1, D=1, v=0 derajat, PtM=2 dbm, =50 call/jam/sel, =100 detik, =0,1, E /I =5 db, dan P=0,001. Gamar 4.4. Grafik huungan antara faktr reduksi (F(B,)) terhadap standar deviasi () untuk nilai P tm=2 dbm, =100 call/jam/sel, =100 detik, E /I =5 db, dan P =0,001 Perhitungan kapasitas trafik reverse link CDMA F B, GA 1 f CE K Apaila dipilih parameter utama dengan nilai jari-jari sel (Ri=30 km), jarak antara MSj dengan BSi (r=5 km), sudut yang dientuk MS (=0 derajat), ekspnen path lss (m=0,1), jumlah sektr antena (D=1), sudut verlap antena (v=0 derajat), daya pancar MS (PtM=2 dbm), rata-rata kedatangan call (=50 call/jam/sel), rata-rata hlding time (=100 detik), keaktifan suara (=0,1), energi it per interferensi (E /I =5 db), standar deviasi (SD=0 db), dan prailitas lcking (P=0,001), maka tampilan grafik kapasitas trafik reverse link CDMA (CE) adalah seagai erikut:. Gamar 4.6. Tampilan grafik kapasitas trafik reverse link CDMA (CE) terhadap prailitas lcking untuk nilai parameter utama Ri=30 km, r=5 km, =0 derajat, m=0,1, D=1, v=0 derajat, PtM=2 dbm, =50 call/jam/sel, =100 detik, =0,1, E /I =5 db, dan =0 db dbm. Pada Gamar 4.5 kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA (CE) akan semakin kecil seiring dengan kenaikkan standar deviasi (errr pwer cntrl). Sedangkan pada Gamar 4.10 terlihat ahwa semakin esar nilai prailitas lcking (P ), semakin esar pula kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA (CE). Pada sistem CDMA lcking terjadi apaila tingkat interferensi daya (I) meningkat. Meningkatnya interferensi daya ini diseakan karena anyaknya jumlah call yang datang. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari simulasi tentang kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE), diperleh kesimpulan seagai erikut: 1. Kapasitas trafik reverse link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA (CE) untuk daya pancar MS (PtM=2 dbm), energi it per interferensi (E /I =5 db), keaktifan suara (=0,1), standar deviasi / errr pwer cntrl Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

6 6 (=0 db), dan prailitas lcking (P =0,001) menghasilkan kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA (CE) seesar 240,8557 Erlang. 2. Jika nilai standar deviasi (errr pwer cntrl) mengalami kenaikkan, maka CDMA (CE) akan mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan pada tael seagai erikut: Standar Deviasi (errr pwer cntrl) Kapasitas trafik reverse link pada sistem CDMA 0 db 240,8557 Erlang 1 db 236,5480 Erlang 2 db 229,8497 Erlang 3 db 219,5497 Erlang 4 db 203,9875 Erlang 5 db 181,1205 Erlang 6 db 148,9704 Erlang 5.2. Saran Penentuan faktr reduksi dan kapasitas trafik pada sistem CDMA pada Tugas Akhir ini dapat dikemangkan dengan menganalisis jenis kapasitas yang lain yaitu dengan kapasitas frward link sistem CDMA. Untuk dianalisis faktr reduksi pada kesalahan kntrl daya, sehingga menghasilkan kapasitas frward link menggunakan kntrl daya pada sistem CDMA. DAFTAR PUSTAKA 1. Bucher, N. J, The Cellular Radi Handk, Quantum Pulishing, Califrnia, Gilhusen, K, I. Jacs, R. Pandvani, A. Viteri, L. Weaver dan C. Wheatley, On The Capacity f a Cellular CDMA System, IEEE Trans. n Vehicular Technlgy, Vl. 40, N. 2, Mei 1991, hal Glisic, S. dan Vucetic, B., Spread Spectrum CDMA Systems fr Wireless Cmmunicatin, Artech Huse, Inc., Bstn. Lndn, Hanselman, D dan B. Littlefield, Matla Bahasa Kmputasi Teknis, Penerit Andi, Ygyakarta, Lee, W.C.Y, Mile Cellular Telecmmunicatin, Mc-Graw Hill, Singapura, Lee, W.C.Y, Mile Cmmunicatins Design Fundamental, Jhn Willy- Interscience Pulicatin, Singapura, Prasad, Ramje, CDMA fr Wireless Persnal Cmmunicatin, Artech Huse Bstn, Lndn, Rappaprt, T. S, Wireless Cmmunicatin, Prentice Hall, Amerika, The Student Editin f Matla High Perfrmance Numeric Cmputatin and Visualizatin Sftware, The Math Wrks, Inc, T. Wai-Man dan Lau, F.C.M, Analysis f Pwer Cntrl and Its Imperfectins in CDMA Cellular Systems, IEEE Trans. n Vehicular Technlgy, Vl. 48, N. 5, Septemer Viteri, A.M. dan A. J. Viteri, Erlang Capacity f a Pwer Cntrlled CDMA System, IEEE JSAC, Vl. 11, Agustus 1993, hal Viteri, A.M, Principles f Spread Spectrum Multiple Access Cmmunicatin, Qualcmm, Pemiming I Nia Asianti (L2F ) Mahasiswi Jurusan Teknik Elektr, Fakultas Teknik, Universitas Dipnegr Semarang, dengan pilihan knsentrasi Elektrnika Telekmunikasi. Mengetahui/Mengesahkan : Pemiming II Wahyul Amien Syafei, ST. MT Imam Sants, ST. MT NIP NIP Seminar Tugas Akhir : Analisis Kapasitas Trafik Reverse Link Menggunakan Kntrl Daya Pada Sistem CDMA (Nia Asianti,

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas

Lebih terperinci

SIMULASI CELL BREATHING CDMA x MENGGUNAKAN DELPHI

SIMULASI CELL BREATHING CDMA x MENGGUNAKAN DELPHI SIMULASI CELL BREATHING CDMA 2000 1x MENGGUNAKAN DELPHI Alfin Hikmaturokhman, S.T *, Hesti Susilawati, S.T., M.T ** dan Ilham Perdana * * Akademi Teknik Telkom Sandhy Putra Purwokerto **Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING. Intisari

UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING. Intisari UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING Eva Yovita Dwi Utami Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-6, Salatiga 5711 Intisari Sistem yang diteliti

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Aksto Setiawan [1], Imam Santoso, ST, MT [2], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Mata Kuliah, Silabus, SAP, Penilaian, dan Aturan Perkuliahan By : Dwi Andi Nurmantris IDENTITAS MATA KULIAH KODE MK : DTG1E3 BOBOT : 3 SKS KOMPOSISI : 14 Pertemuan

Lebih terperinci

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA Analisis Aspek-Aspek Perencanaan pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA Rika Sustika LIPI Pusat Penelitian Informatika rika@informatika.lipi.go.id Abstrak Telah dilakukan analisis terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS)

Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) 1 Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Moile Telecommunication System (UMTS) Bayu Bisworo IM.916342 Pemiming: Ir. Endah Budi Purnomowati, MT dan Gaguk Asmungi, ST., MT.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Oleh : YULIE WIRASATI Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISA THROUGHPUT PADA SISTEM CDMA YANG MENDUKUNG LAYANAN MULTIMEDIA DENGAN KONTROL DAYA TIDAK SEMPURNA

ANALISA THROUGHPUT PADA SISTEM CDMA YANG MENDUKUNG LAYANAN MULTIMEDIA DENGAN KONTROL DAYA TIDAK SEMPURNA Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 1 ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 15 November 1 ANALISA THROUGHPUT PADA SISTEM CDMA YANG MENDUKUNG LAYANAN MULTIMEDIA DENGAN KONTROL DAYA TIDAK

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital (lanjutan) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA Pada Tugas Akhir ini, akan dilakukan perencanaan jaringan VSAT CDMA pada Bank Mandiri, dengan hasil akhir nanti akan didapatkan apakah perlu

Lebih terperinci

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi wireless saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat penting dalam banyak aspek di kehidupan sehari-hari. Semakin banyak komputer yang menggunakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 6 No. 2 Februari 2014

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 6 No. 2 Februari 2014 ANALISIS KAPASITAS UPLINK DAN DOWNLINK SISTEM SELULAR WCDMA ATAS KETIDAKSEMPURNAAN SEKTORISASI SEL Gatot Santoso 1, Samuel Kristiyana 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogjakarta

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

Metode Pembelajaran [Estimasi Waktu] Tatap Muka (TM) PT (paper) o o

Metode Pembelajaran [Estimasi Waktu] Tatap Muka (TM) PT (paper) o o PUSTAKA: 1. Sklaar, Bernard, Digital Cmmunicatins : Fundamentals and Applicatins, Prentice Hall, 2001 2. Haykin, Simn, Cmmunicatin Systems, Jhn Wiley & Sns Inc, 4 th Editin, 2011 3. Haykin, Simn, Digital

Lebih terperinci

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana : Frekuensi Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Terbatasnya spektrum frekuensi

Lebih terperinci

Code Division multiple Access (CDMA)

Code Division multiple Access (CDMA) Code Division multiple Access (CDMA) 1.1 Konsep Dasar CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA

TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Sulistyaningsih P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI folin@ppet.lipi.go.id

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami konsep multiple access.

Lebih terperinci

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access?? Teknik multiplex untuk menyalurkan banyak kanal ke dalam sebuah medium transmisi yang sama. Teknik Multiple Akses merupakan penggunaan medium transmisi yang sama oleh banyak user secara simultan. Apa perbedaan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan : 2. Daftar Singkatan :

1. Pendahuluan : 2. Daftar Singkatan : Sharing Alkasi Frekuensi 3.5 GHz di Indnesia BWA 3.5 GHz dan Satellite Ext-C (dwn link 3.4-3.7 GHz) FSS Rev.2, 9 Nvember 2006 Penulis : Yhan Suryant ----------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23 i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktikum Sistem Komunikasi saat ini hanya sebatas pada pengamatan terhadap prinsip kerja berbagai

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, 31358-TE Tito Maulana, 31475-TE Ashif Aminulloh, 32086-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan komunikasi tanpa

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MULTIPLEXING Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Multiplexing: Proses penggabungan beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1]. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Radio Detecting and Ranging (Radar) Radio Detecting and Ranging (Radar) adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan posisi, bentuk, dan arah pergerakan dari suatu objek yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sistem komunikasi bergerak seluler GSM (Global System For Mobile Communication) merupakan sebuah sistem komunikasi dengan daerah pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 206 ISSN : 2085-428 Perancangan Alat Pemuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis Mujiono,*, Erni Junita Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM Isa Falaq Albashar, 31285-TE Umar Sidiq An Naas, 31768-TE Rezky Mahendra, 31789-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 PENDAHULUAN Komunikasi bergerak (mobile

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) 1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA Linda Nurmalia, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER 6:59 DTGG Konsep Dasar Sistem Seluler by : Dwi Andi Nurmantris DEFINISI Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv - - USAHA DAN ENERGI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp2usaha Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor agaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG

PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG Jurnal llmiah PoIi Rekayasa Volume 3. Nomor f, Oktoer 2007 ISSN : Ig5g-3209 PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG Oleh : Adul Hafid, Efendi Muchtar & Tri Artono Jurusan

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Nurdeni 1, Witri Lestari 2, dan Seruni 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI [Email:

Lebih terperinci

6.2. Time Division Multiple Access (TDMA)

6.2. Time Division Multiple Access (TDMA) 6.2. Time Division Multiple Access (TDMA) Pada sistem FDMA, domain frekuensi di bagi menjadi beberapa pita non-overlaping, oleh karena itu setiap pesan pengguna dapat dikirim menggunakan band yang ada

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto http://sigitkus.lecture.ub.ac.id Multicarrier CDMA adalah merupakan suatu kombinasi antara CDMA dengan Orthogonal Frequency Division Multiplexing

Lebih terperinci

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 21 BAB III IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 3. 1 Sejarah Singkat Wireless Fidelity Wireless fidelity (Wi-Fi) merupakan teknologi jaringan wireless yang sedang berkembang pesat dengan menggunakan standar

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang) PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran Semarang) Arfan Bakhtiar, Diana Puspita Sari, Hendy Tantono Industrial

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 44 BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 4. Identifikasi Masalah Secara Administratif Pantai Suradadi terletak di Desa Suradadi dan Bjngsana Kecamatan Suradadi Kaupaten Tegal, Jawa Tengah. Batas

Lebih terperinci

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK Arantika Desmawati, Respatiwulan, dan Dewi Retno Sari S Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Seelas Maret Astrak.

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR Oleh ARI PRABOWO 06 06 04 229 2 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PERENCANAAN JARINGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PILOT POLLUTION TERHADAP KUALITAS LAYANAN TEKNOLOGI WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)

ANALISIS PENGARUH PILOT POLLUTION TERHADAP KUALITAS LAYANAN TEKNOLOGI WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA) AALISIS PEGARUH PILOT POLLUTIO TERHADAP KUALITAS LAYAA TEKOLOGI WIDEBAD CODE DIVISIO MULTIPLE ACCESS (WCDMA) Dewi Yustianingsih 1, Ir. Endah Budi Purnmwati, M.T. 2, dan Rusmi Ambarwati, S.T., M.T. 3 1

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan dan Analisa 1. Perancangan Ideal Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget FSL (db) 101,687 Absorption Loss (db) 0,006 Total Loss 101,693 Tx Power (dbm) 28 Received

Lebih terperinci

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION MAKSUM PINEM Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan e-mail : maksum.pinem@gmail.com ABSTRAK-

Lebih terperinci

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA 20001X CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA 2000 1X Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK

PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 007 PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR

Lebih terperinci

Dasar Sistem Transmisi

Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Sistem transmisi merupakan usaha untuk mengirimkan suatu bentuk informasi dari suatu tempat yang merupakan sumber ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pada

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R. PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Taita R. Matana ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pereptions

Lebih terperinci

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites : KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST Websites : www.dennycharter.wordpress.com E-mail : dennycharter@gmail.com Future Wireless Personal Communication Sistem layanan komunikasi dari siapa, kapan saja, dimana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONTROL DAYA TERHADAP KAPASITAS SISTEM CDMA X

ANALISIS PENGARUH KONTROL DAYA TERHADAP KAPASITAS SISTEM CDMA X TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KONTROL DAYA TERHADAP KAPASITAS SISTEM CDMA 2000-1X Diajukan guna memenuhi persyaratan Dalam mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun oleh : Nama : FATAH SYAHPUTRA

Lebih terperinci

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV Pertemuan XIV SISTEM SELULAR Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak disebut dengan sistem cellular karena daerah layanannya dibagi bagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH 2.1 Multipath fading pada kanal nirkabel Sinyal yang ditransmisikan pada sistem komunikasi bergerak nirkabel akan mengalami banyak gangguan akibat pengaruh

Lebih terperinci

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi

Lebih terperinci

DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS

DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Teknlgi dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Analisa Kinerja Space Time Block Coding pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Andhini Dwitasari, Yoedy Moegiharto Jurusan

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS 2.1 Pendahuluan Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh perusahaan Bell Telephone di Amerika, yang sebelumnya menggunakan pemancar berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA Ari Purwanto, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak ABSTRAK Nur Hidayati Hadiningrum 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci