BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk Menurut Eppinger (2001) Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek pengembangan produk, yaitu : Pemasaran Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang produk, pendefinisian segmen pasar dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk

2 9 Perancangan (Design) Fungsi perancangan memainkan peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut tugas bagian perancangan mencakup desain engineering (mekanik, elektrik, software dan lain-lain) dan desain industri (estetika, ergonomi, user interface) Manufaktur Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Secara luas, fungsi manufaktur seringkali mencakup pembelian, distribusi dan instalasi. Kumpulan aktivitas-aktivitas ini disebut juga sebagai rantai pemasok (supply chain). Proses pengembangan produk adalah urutan langkah langkah atau kegiatan kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang dan mengkomersialkan suatu produk. Menurut Karl T. Ulrich dan Steve D. Eppinger secara keseluruhan ada enam fase dalam proses pengembangan produk yaitu :

3 10 Gambar 2.1 Fase Proses Pengembangan Produk Menurut Ulrich & Eppinger Fase 0. Perencanaan : Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zerofase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsepkonsep produk dibangkitkan dan evaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep yang dimaksud disini merupakan uraian dari bentuk, fungsi dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisa produk-produk peasing serta pertimbangan ekonomis proyek. Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem subsistem serta komponen komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mecakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara

4 11 fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan toleransi toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk : gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen komponen yang dibeli, serta rencana untuk parikasi dan perakitan produk. Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat

5 12 dengan komponen komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan perubahan secara teknik untuk produk akhir. Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

6 Pernyataan Misi Pernyataan Misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : Uraian Produk Ringkas : Mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik, berupa pernyataan visi produk Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi Pernyataan Misi : *** Deskripsi Produk *** Sasaran Bisnis Utama *** *** *** Pasar Utama *** Pasar Kedua *** *** Asumsi - asumsi dan Batasan - batasan *** *** Stakeholder *** *** (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Sasaran utama bisnis : Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya

7 14 mencakup waktu, biaya dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan produk, performansi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar) Pasar target untuk produk : Terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan. Asumsi asumsi dan batasan batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan : Asumsi asumsi harus dibuat dengan hati hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan. Stakeholder : Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang

8 15 membuat keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan., seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan dan departemen produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi oleh produk. 2.3 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, dan pemesanan tender sesuai dengan kebutuhan konsumen (make to order). Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri merupakan sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap dan sebagai titik awal perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus. Lima tahap tersebut adalah : 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Proses pengumpulan data yang dipaparkan akan mencakup kontak

9 16 dengan pelanggan dan siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dengan lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus dan observasi produk pada saat digunakan. Hasil dari pengumpulan data mentah yang menggunakan metode wawancara didokumentasikan dan dikumpulkan dengan rekaman suara (audio recording), catatan, rekaman video atau dengan foto. Berikut ini adalah merupakan format hasil wawancara

10 17 Tabel 2.2 Contoh Format Wawancara Nama Responden : Sekarang Menggunakan : Alamat : Pewawancara : No.Telp : Bersedia jika difollow up atau dihubungi kembali? Ya / Tidak* *coret salah satu Pertanyaan Menurut anda, hal apa yang perlu di pertimbangkan dalam memilih tas laptop? Hal-hal yang anda sukai dari tas laptop yang digunakan saat ini? Hal-hal apa yang anda khawatirkan saat laptop anda terbungkus oleh tas laptop? Apakah penting penggunaan alas / meja laptop ketika anda menggunakan laptop? Usulan perbaikan Pernyataan Pelanggan Interpretasi Kebutuhan (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

11 18 2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis. Setiap pernyataan atau hasil observasi diterjemahkan menjadi nomer berapa pun sebagai kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki, tujuan dari langkah 3 ini adalah mengorganisasikan kebutuhan kebutuhan ini menjadi beberapa hierarki. Daftar kebutuhan ini terdiri dari beberapa kebutuhan primer, dimana masing masing kebutuhan primer akan tersusun dari kebutuhan sekunder dan dapat dipecah lagi menjadi kebutuhan tertier apabila kasus produk yang terbilang sangat komplek. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci. 4. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah

12 19 dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting. 5. Merefleksikan hasil dan proses, langkah terakhir pada metode indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dari proses, menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.beberapa pertanyaan yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi acuan dalam langkah ini adalah : a. Sudahkah kita berinteraksi dengan semua tipe pelanggan penting dalam target pasar kita? b. Apakah kita sanggup menangkap lebih jauh kebutuhan yang berhubungan dengan produk sekarang untuk menangkap kebutuhan yang tersembunyi dari pelanggan? c. Manakah diantara pelanggan yang diwawancara merupakan partisipan yang baik yang dapat membantu kita pada usaha pengembangan produk lebih lanjut?

13 20 d. Apakah yang kita ketahui sekarang, namun belum kita ketahui waktu memulai proses? SPSS Menurut Islandscript (2011), SPSS ( Statistical Product and Solution Service ) adalah sebuah software yang berfungsi untuk mengolah data statistik. Berbagai tipe data statistik yang dapat diolah menggunakan SPSS, mulai dari data dalam jumlah sedikit sampai kepada data jumlah besar. Mengaktifkan aplikasi SPSS sangat mudah, adapun cara membukanya baik pada windows XP maupun pada Windows 7 adalah sebagai berikut: Klik Start All Programs IBM SPSS Statistik IBM SPSS Statistik 19

14 21 Gambar 2.2 Tampilan Jendela SPSS Pada tampilan pertama ini kita disodorkan beberapa pilihan, masing masing pilihan bersifat tombol radio, yaitu bulatan kecil yang bila diklik akan terisi. Adapun pilihan-pilihan sebagai berikut : - Opening an existing data source, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka file SPSS yang sudah ada. - Open another tipe of file, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka jenis file lain yang sudah ada. - Run the tutorial, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka tutorial yang disediakan oleh SPSS. - Type in data, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka data ke dalam table data editor. - Run an existing query, pilihan ini berfungsi jika kita akan menjalankan kueri yang sudah ada. - Create new query using Database Wizard, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuat kueri dari sebuah database. Secara garis besar, mengoprasikan SPSS adalah : membuka file, menginput dan mengolah data, dan menyimpan data. Umumnya berikut ini langkah-langkah awal dalam mengoprasikan SPSS : 1. Membuka file, membuka file baru dengan cara : Klik File Open Data

15 22 Gambar 2.3 Tampilan Jendela SPSS Keseluruhan 2. Menginput data a. Memasukkan Variabel Sebagai contoh masukkan data variable yang beruba Nama, Berat dan Jenis kelamin. Namun perlu diingat nama variable tidak boleh berspasi. Untuk memasukkan ketiga variable tersebut dengan cara sebagai barikut : - Klik Variabel View atau double klik kata var pada bagian kolom di bawah dibawah jendela. Gambar 2.4 Hasil Pengaturan Tipe Pada Variabel View

16 23 - Lalu masukkan contoh variable data yang akan diolah : b. Masukan data Langkah berikutnya setelah variable dibuat adalah memasukan data langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : - Pindah mode table data dengan mengklik Data View - Isikan data seperti contoh diatas, dari responden 1 sampai dengan seterusnya. Gambar 2.5 Tampilan Setelah Data Diinput 3. Menyimpan data Menyimpan data seperti pada aplikasi pada umumnya adalah langkah yang tidak boleh terlewat. Adapun untuk menyimpan data pada SPSS adalah sebagai berikut : Klik menu File Save, maka akan muncul kotak dialog dan seperti

17 24 pada proses menyimpan dokumen pada umumnya tentukan drive dan folder tempat menyimpan data, lalu klik Save. 2.4 Spesifikasi Produk Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang menjelaskan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Tabel 2.3 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan No Kebutuhan Kepentingan 1 (Produk) 2 (Produk) (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Sebagai contoh waktu rata rata untuk memasang adalah metrik, sementara kurang dari 75 detik adalah nilai metrik. Nilai terdiri dari beberapa bentuk,

18 25 termasuk angka tertentu, kisaran atau ketidaksamaan. Nilai selalu diikuti dengan suatu yang sesuai ( contoh : detik, kilogram dan joule ). Metrik dan nilai bersama sama membentuk spesifikasi. Ada dua tahap pembuatan spesifikasi yang merupakan bagian dari proses pengembangan produk yaitu membuat target spesifikasi dan menetapkan spesifikasi akhir setelah konsep produk dipilih. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses dipasaran. Kemudian target spesifikasi ini akan diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang akhirnya dipilih. Bencmarking adalah sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sistematis dan terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu produk dibandingkan dengan produk perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul. Baganbagan digunakan untuk membandingkan persepsi pelanggan mengenai derajat relative produk dalam memuaskan kebutuhan mereka. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat langkah yaitu Dalam menetukan target spesifikasi hal yang diperlukan adalah menyiapkan daftar metrik. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan

19 26 kebutuhan pelanggan. Asumsinya adalah menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan dan upaya dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait. Matriks kebutuhan-metrik (needs metrics matrix) memperlihatkan hubungan antar kebutuhan dan metrik, dan juga merupakan elemen kunci dari rumah kualitas, suatu teknik grafis yang digunakan dalam pengembangan fungsi kualitas (Quality Function Deployment) atau biasa disingkat menjadi QFD. Hal yang harus dipertimbangkan bahwa tidak semua kebutuhan dapat diterjemahkan menjadi metrik yang terukur. Sehingga dapat bersifat subyektif. Berikut ini contoh daftar metrik : Tabel 2.4 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan No. Metrik Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan 1 2 (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

20 Quality Function Deployment (QFD) Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode perencanaan untuk memenuhi harapan konsumen, yaitu menerjemahkan atau mengkonversikan suara konsumen dalam karakteristik kualitas yang dikembangkan menjadi kebutuhan spesifik engineering dalam bentuk perencanaan dan desain produk, pengembangan bagian dan komponen dari produk, perencanaan semua proses yang diperlukan, perencanaan produksi untuk membuat produk akhir dan perencanaan jasa terkait produksi yang diperlukan. Menurut Widodo (2003), Quality Function Deployment diilustrasikan sebagai rumah yang sangat komplek. Kemudian rumah tersebut dapat dibagi kedalam ruangan ruangan yang berisi atribut atribut yang satu dengan lainnya saling berhubungan untuk memberikan kontribusi untuk analisis pengembangan produk. Penjelasan tentang House of Quality (HOQ). Setelah data siap diolah, maka untuk selanjutnya dibentuk matriks House Of Quality (HOQ). Data yang dibutuhkan dalam matriks HOQ ini adalah:

21 28 1. Data tentang kebutuhan dan tingkat kepentingan masingmasing kebutuhan tersebut, yang merupakan output dari data preferensi konsumen. 2. Data tentang penilaian atau evaluasi konsumen terhadap dua produk treker bearing yang dikomparasi (benchmarking), yang merupakan output dari data persepsi konsumen. Importance Ratings Core lationship HOWs (Technical Requirements) WHATs (Voice of Customers) Relationship Customers Competitive Assessment Target Technical Requirements Competitive Technical Assessment Column Weight Gambar 2.6 House of Quality (Sumber : Perancangan dan pengembangan produk, Imam Djadi Widodo) WHAT s (Voice of Customers), kata WHAT s akan dikembangkan dengan mendefinisikan kebutuhan yang lebih jelas. Kata WHAT s

22 29 akan dikembangkan secara detail dengan kata HOW s (kebutuhan teknis). Proses ini sama dengan proses pengolahan tujuan pemasaran kedalam tingkat spesifikasi teknik produk. Selanjutnya customer requirement diterjemahkan kedalam karakteristik produk global yang disebut dengan kebutuhan desain. Kebutuhan desain tersebut biasanya dihitung nilai karakteristiknya yang dapat dievaluasi pada sebuah produk yang lengkap. Importance Ratings, digunakan untuk usaha prioritas dan membuat keputusan trade-off. Tabel berangka atau grafik akan menggambarkan kepentingan relatif dari setiap WHAT atau HOW untuk memperlihatkan hasil akhir. Importance Rating untuk HOWs disebut sebagai bobot kolom. Importance Rating untuk WHATs dibentuk secara mendasar dari customer assessment dan diekspresikan sebagai sebuah skala relatif atau dengan angka konsumen yang biasanya menggunakan skalat relatif (missal : 1 9 atau 1 5). Dalam melakukan penyimbolan terhadap hubungan antara WHATs dan HOWs yang bersifat hubungan kuat, menengah, atau lemah. HOWs (Technical Requirement), salah satu proses dalam matrik perencanaan produk adalah menerjemahkan kebutuhan konsumen kedalam kebutuhan teknis (HOWs) agar lebih mengspesifikasikan

23 30 sebuah desain umum. Sehingga, kebutuhan teknis tidak lain merupakan bahasa teknis yang akan kemudian dikembangkan. Sebagai ciri dari bahasa teknis adalah terukur yang berarti bahwa tiap bahasa teknis pasti akan memiliki satuan ukuran. Untuk mendapatkan kebutuhan teknis ini setiap keinginan konsumen diterjemahkan kedalam bahasa teknis (HOWs). Satu keinginan konsumen mungkin dapat diterjemahkan dalam satu HOW atau lebih. Core-lationship, adalah sebuah table segitiga yang sering dipadukan dengan HOWs, dalam arti bahwa matrik korelasi menjelaskan hubungan antar item HOW. Matrik hubungan menggunakan simbol simbol untuk menjelaskan hubungan yang terjadi. Hubungan POSITIVE adalah sebuah HOW bisa mendukung HOW yang lainnya. Hal ini sangat penting karena mungkin dapat melakukan efisiensi sumber daya dengan tidak melakukan kemampuan duplikasi pada hasil yang sama. Lalu hubungan NEGATIVE adalah antara sebuah HOW dengan HOW yang lainnya menimbulkan akibat yang saling merugikan atau salah satu yang dirugikan. Relationship WHATs and HOWs, dalam hubungan yang kompleks antara WHATs dan HOWs dapat dijelaskan bahwa

24 31 sebuah WHAT dapat dijelaskan lebih dari satu makna pada HOWs. Tingkat hubungan WHATs dan HOWs menggunakan tiga kunci utama yang digambarkan oleh simbol simbol pada hubungan antara WHATs dan HOWs yang dihubungkan. Hubungan kuat jika keinginan teknis tertentu merupakan interpretasi langsung suatu keinginan konsumen. Sedangkan hubungan sedang dan lemah umumnya dari hubungan keinginan konsumen dengan kebutuhan teknis yang bukan dari interpretasi langsungnya. Customer Competitive Assessment, digunakan sebagai informasi customer oriented (orientasi pelanggan). Bagian ini lebih untuk mengerti tentang persepsi konsumen tentang produk yang dibuat dengan produk pesaing yang ada dipasar. Competitive Technical Assessment, digunakan secara teknis untuk menganalisa kompetisi produk dibanding produk pesaing. Competitive Assessment dapat digunakan untuk membuat nilai tujuan (HOW MUCH s) dicapai. Ini dikerjakan oleh seleksi nilai yang kompetitif untuk setiap isu isu penting. Disamping itu dengan dibuatnya Competitive Assessment dapat diketahui posisi produk dengan produk sejenis perusahaan lainnya secara objektif. Dengan demikian dapat ditentukan keunggulan dan kekurangan produk yang akan dikembangkan.

25 32 Target Technical Requirement, bagian ini merupakan bagian terukur dari HOWs yang berisi nilai target spesifikasi yang akan dicapai. Target ini merupakan bagian dari kualifikasi teknis, sehingga semua target harus terukur dan dipertimbangkan dengan baik, merefleksikan kebutuhan pelanggan, kemampuan bersaing dan teknik penjualan. Column Weight 2.5 Seleksi Konsep Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Metode pada seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.

26 33 Gambar 2.7 Seleksi Konsep (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Pemilihan konsep seringkali ditampilkan dalam dua tahapan sebagai cara mengatasi kesulitan dalam mengevaluasi lusinan konsep produk. Kedua tahapan dari pemilihan konsep tersebut adalah penyaringan konsep dan penilaian konsep. Penyaringan konsep didasarkan pada metode yang dikembangankan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan seringkali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh, 1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep. Langkah yang diambil selanjutnya adalah menyiapkan matriks seleksi untuk penyaringan konsep.

27 34 Tabel 2.5 Matriks Penyaringan Konsep Kriteria Konsep Seleksi A B C Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah Nilai akhir Peringkat Lanjutkan? Ya Tidak Ya (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Penyaringan konsep merupakan penilaian yang sederhana menggunakan nilai relatif lebih baik (+) jika kriteria tersebut lebih baik dari alternatif konsep yang lain, sama dengan (0) jika kriteria yang ada sama dengan kriteria yang ada pada konsep yang lain atau lebih buruk (-) jika kriteria tersebut lebih buruk dari pada alternatif konsep yang lain. Kemudian jumlah bobot kriteria tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan bobot kriteria tersebut didapatkan ranking untuk dipilih dan dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu penilaian konsep.

28 35 Konsep yang telah terpilih dari tahap penyaringan konsep akan dihitung kembali untuk mendapatkan konsep yang paling baik diantara konsep yang lainnya. Tahapan ini menggunakan matriks penilaian konsep dengan cara menambahkan bobot kepentingan kedalam matriks. Tabel 2.6 Matriks Penilaian Konsep Konsep A C Kriteria Seleksi Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban Kriteria 1 5% 3 0,15 3 0,15 Kriteria 2 15% 3 0,45 4 0,6 Kriteria 3 10% 2 0,2 3 0,3 Kriteria 4 25% 3 0,75 3 0,75 Kriteria 5 15% 2 0,3 5 0,75 Kriteria 6 20% 3 0,6 3 0,6 Kriteria 7 10% 3 0,3 3 0,3 Total Nilai 2,75 3,45 Peringkat 2 1 Lanjutkan? Tidak Kembangkan (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria, seperti menandai nilai kepentingan dari 1 sampai 5 atau mengalokasi nilai 100 persen pada kriteria kriteria tersebut.

29 36 Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan ranking tiap konsep yang memiliki rangking tertinggi. Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan dan dibuat prototipe untuk memperoleh feedback dari pelanggan. 2.6 Antropometri Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata rata) dan SD (standard deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

30 37 sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi Antropometri sebagai berikut : 1. Keacakan/random Dengan ada nya suatu kelompok populasi yang sudah jelas, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. 2. Jenis kelamin Perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita.oleh karena itu, data Antropometri kedua jenis kelamintersebut selalu disajikan secara terpisah. 3. Suku Bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya akibat jumlah angka imigrasi dari satu negara ke negara lain. 4. Usia Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu : - Balita

31 38 - Anak anak - Remaja - Dewasa, dan - Lanjut usia 5. Jenis Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan / staf nya. 6. Pakaian Variabilitas yang disebabkan oleh bervariasi nya iklim / musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. 7. Faktor Kehamilan Pada Wanita Faktor ini memiliki pengaruh yang berbeda di bandingkan dengan wanita yang tidak hamil. 8. Cacat Tubuh Secara Fisik Di berikan skala prioritas pada rancang bangu fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik, sehingga mereka dapat merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomic.

32 39 Perancangan yang akan menggunakan data Antropometri statis, yaitu : 1. Tinggi genggaman kopor Analisa bahwa kopor tersebut tidak boleh menggeser dilantai pada saat dibawa. Oleh karenanya dimensinya tidak boleh lebih dari dimensi tinggi genggaman tangan, pada saat berdiri atau disebut sebagai knuckle height 2. Ukuran handle (pegangan tangan) Henry Dreyfuss memberi contoh yang baik pada perancangan produk yang akan dikonsumsi oleh populasi yang berada pada ujung ujung distribusi normal, yaitu untuk komponen perancangan produk yang berukuran tetap (tanpa ada rentang ukuran). Misalnya : Perancangan handle kopor. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : a. Ruang dalam handle (L x W), sebaiknya cukup besar untuk tangan. b. Diameter handle (D). 2.7 Arsitektur Produk Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik dan menjelaskan

33 40 bagaimana setiap chunk berinteraksi. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk.. Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan : 1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.

34 41 Gambar 2.8 Contoh Skema Produk (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi adalah semua komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih kompleks.

35 42 Gambar 2.9 Contoh Function Diagram (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.

36 Design for Manufacturing (DFM) Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Design for Manufacturing (DFM) merupakan salah satu metode yang memiliki tujuan utama mengurangi biaya manufaktur dengan tetap menjaga fungsi dan kualitas yang diinginkan dengan mengoptimalkan rancangan suatu produk hingga pabrikasi. Gambar 2.10 Metode DFM

37 44 (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Metode DFM terdiri dari 5 langkah : 1. Memperkirakan biaya manufaktur Input dalam biaya manufaktur meliputi bahan mentah, komponen-komponen yang dibeli, usaha-usaha karyawan, energi dan peralatan. Output meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan dan untuk proses pembuanga output yang dihasilkan oleh sistem. Sebagai biaya untuk produk, perusahaan biasanya menggunakan unit biaya manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufaktur untuk beberapa periode. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori : 1. Biaya-biaya komponen Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok. Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

38 45 2. Biaya-biaya perakitan Barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponenkomponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan. 3. Biaya-biaya Overhead Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe : biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biaya-biaya berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitasfasilitas dan pemeliharaan perelatan/perlengkapan. Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tercakup dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa menghiraukan berapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variabel adalah biaya yang tercakup dalam proporsi langsung dari jumlah unit yang dihasilkan.

39 46 Tabel 2.7 Perkiraan Daftar Material (Bill of Material) Komponen Material yang Dibeli Pemrosesan (Mesin+T.kerja) Perakitan (T.Kerja) Total Biaya Variabel perunit Peralatan dan Biaya tak berulang lainnya Umur pakai perelatan Total Biaya tetap perunit Biaya Total Total Biaya Langsung Beban overhead Biaya Total (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Kolom pada BOM menunjukkan perkiraan biaya yang terurai menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mencakup material, waktu mesin, dan upah. Biaya tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak berulang seperti peralatan khusus dan biaya set up. Umur pakai peralatan digunakan untuk menghitung biaya tetap perunit. untuk menghitung biaya total, overhead ditambahkan sesuai dengan gambaran akunting biaya yang diharapkan perusahaan. Sebagai catatan bahwa tambahan biaya tetap seperti depresiasi peralatan yang digunakan untuk beberapa produk sering juga tercakup dalam overhead.

40 47 2. Mengurangi Biaya Komponen - Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya Beberapa komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena perangcang tidak memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Untuk merancang ulang komponen guna mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi, dan dengan dasar biaya apa. - Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkahlangkah Pemrosesan Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulan rancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasil pengurangan biaya. - Pemilihan Skala Ekonomi yang Sesuai untuk Pemrosesan Komponen Biaya manufaktur suatu produk biasanya turun bila volume produksi meningkat. Gejala ini dinamakan skala

41 48 ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1. biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit dan 2. biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan proses-proses dan peralatan yang lebih luas dan efisien. - Menstandarkan Komponen-komponen dan Proses-proses Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen akan berkurang. Kualitas dan kinerja sering meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi dikarenakan pihak penghasil komponen dapat menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan perbaikan dalam perancangan komponen dan proses produksinya. Untuk volume komponen yang lebih tinggi dapat dicapai melalui penggunaan komponen standar. - Mengikuti Black Box Pengadaan Komponen

42 49 3. Mengurangi Biaya Perakitan Perancangan untuk perakitan (DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Untuk kebanyakan produk, perakitan memberikan bagian total biaya yang relatif kecil. Walaupun demikian, dengan memfokuskan perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat. Sering suatu hasil yang menekankan pada DFA, keseluruhan hitungan komponen, kerumitan proses manufaktur dan biaya pendukung, seluruhnya mengurangi biaya perakitan. Pada bagian ini, kami memberikan beberapa prinsip yang berguna untuk mengarahkan keputusan DFA. 4. Mengurangi Biaya Pendukung Produksi Dalam bekerja untuk meminimasi biaya komponen dan biaya perakitan, tim mungkin juga mencapai pengurangan dalam permintaan fungsi pendukung produksi. Sebagai contoh, suatu pengurangan jumlah komponen mengurangi permintaan untuk manajemen persediaan. Suatu pengurangan dalam isi rakitan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk produksi sehingga mengurangi biaya pengawasan dan manajemen sumber daya manusia.

43 50 Adalah penting untuk mengingat bahwa perkiraan biaya manufaktur sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang secara aktual menyebabkan beban overhead. Meskipun demikian, sasaran rancangan tim untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah. 5. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya - Pengaruh DFM pada waktu Pengembangan Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Untuk suatu proyek pengembangan mobil, waktu adalah sangan berarti seperti ratusan ribu dolar perhari. Keterkaitan di antara DFM dan waktu pengembangan adalah kompleks. Dalam hal ini, terdapat beberapa aspek hubungan. Penggunaaan beberapa petunjuk DFM dapat menghasilkan komponen-komponen yang sangat kompleks. Manfaat biaya dari keputusan DFM mungkin tidak berarti menunda jangka waktu proyek. Hal ini sebagian besar adalah benar untuk persaingan produk dalam pasar yang dinamis.

44 Pembuatan Prototype Prototype didenifisikan sebagai tiruan dari produk berhubungan dengan satu atau lebih dimensi kepentingan. Dimensi kepentingan tersebut meliputi fungsi, penampilan, manfaat dan keamanan produk jika telah digunakan oleh konsumen. Prototype yang baik adalah prototype yang memenuhi tujuan pembuatan prototype tersebut. Ada beberapa tipe prototype yang dapat dibuat dengan segala keunggulan dan kelemahannya, sehingga untuk memenuhi tujuan pembuatan prototype tersebut hatus terlebih dahulu di ketahui klasifikasi dari prototype. Prototype dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu berdasarkan alam/sifatnya dan berdasarkan cakupannya. a. Berdasarkan alam/sifatnya Berdasarkan alam/sifatnya prototype dapat dibedakan dalam dua kategori untama, yaitu : Prototype fisik : merupakan obyek yang tangible yang dapat dilihat dan dipegang. Prototype seperti ini sering ditampilkan langsung kegunaannya didepan konsumen agar konsumen menjadi lebih tertarik setelah melihat prototype asli tersebut. Prototype analitik : merupakan Prototype yang non-tangible, seperti model matematika, simulasi, 3D video image, dan lain

45 52 lain. Amat jarang Prototype produk ditampilkan seperti Prototype analitik ini. Bagi konsumen penjelasan mengenai uraian matematik tidak lebih baik jika produk langsung ditampilkan dalam bentuk fisik yang sebenarnya. b. Berdasarkan pandangannya (cakupan) Berdasarkan pandangannya Prototype terbagi atas dua, yaitu : Prototype terfokus : menggambarkan hanya sebagian dari produk, untuk memenuhi kepentingan tertentu. Prototype komprehensif : menggambarkan seluruh bagian produk, meliputi seluruh fungsi dan tampilannya. Ada empat langkah untuk merencanakan sebuah Prototype selama usaha pengembangan produk. Metode ini digunakan pada seluruh tipe Prototype, yaitu terfokus, menyeluruh, fisik dan analitik. 1. Menetapkan Tujuan Prototype. Adapun empat tujuan Prototype, yaitu : pembelajaran, komunikasi, penggabungan dan milestone. Pada tahap ini tim harus membuat sebuah table model perencanaan Prototype yang terdiri dari tujuan, tingkat perkiraan, jumlah yang harus dibuat (jika fisikal), garis besar rencana pengujian dan jadwal. 2. Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep.

46 53 Merencanakan sebuah Prototype membutuhkan tingkatan dimana produk akhir akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah Prototype fisik diperlukan atau apakah Prototype analitik yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dalam banyak kasusk, Prototype yang terbaik adalah Prototype yang paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang ditetapkan langkah Menggariskan Rencana Percobaan. Pengguna Prototype dalam pengembangan produk dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan Prototype. Rencana percobaan meliputi identifikasi variable percobaan (jika ada), protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan ditampilkan dan sebuah rencana untuk menganalisa data hasil. 4. Membuat Jadwal untuk perolehan, Pembuatan dan Pengujian Computer Aided Three Dimensional Interractive Application (CATIA) Konsultan digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah Computer Aided Three Dimensional Interactive Application (CATIA), peranti lunak untuk membantu proses desain, rekayasa dan

47 54 manufaktur. Peranti lunak yang diusung IBM ini lazim dikategorikan sebagai Computer Aided Design (CAD), Computer Aided Manufacturing (CAM), dan Computer Aided Engineering (CEA). Dengan proses CATIA, proses-proses pemodelan seluruhnya di lakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual.dengan di bantu oleh software CATIA,dengan pemodelan secara digital,baru lah di lanjutkan membuat prototype, suatu produk yang hampir menuju produk kesempurnaan yang selanjut nya akan menjadi prototype Analisis Ekonomi Dalam sebuah tim pengembangan produk membutuhkan alat untuk membantunya menentukan keputusan yang akan diambil. Ada dua jenis metode analisis ekonomi untuk membantu tim pengembangan produk membuat keputusan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. 1. Analisis Kuantitatif adalah aliran dasar kas masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya) dalam sebuah pembuatan produk baru. Kas masuk berasal dari penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi ramp-up seperti pembelian perlengkapan dan alat-alat, biaya

48 55 pemasaran dan penyokong produk, dan biaya produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang sukses adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas masuk (pendapatan) lebih besar daripada jumlah kumulatif kas keluar (biaya). Pada tingkat perhitungan kas yang masuk lebih besar dari nilai bersih saat ini (Net Present Value / NPV) proyek, atau nilai ukur dolar dari semua aliran kas yang sudah diperkirakan. Bagian kuantitatif dari metode analisis yang dijelaskan memperkirakan NPV aliran kas yang diperkirakan dari suatu proyek. Metode ini menggunakan teknik NPV karena lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Nilai analisis kuantitatif tidak hanya menyediakan evaliasi objektif proyek-proyek, tetapi juga membuat suatu perhitungan terhadap struktur dan disiplin pada penilaian proyek pengembangan produk. Metode analisis NPV menggunakan rumus : PV C = 1+ ( r) t Diketahui : PV = Present Value

49 56 C = Jumlah uang yang diinvestasikan r = Suku bunga t = Periode Tabel 2.8 Aliran Kas, Nilai Saat Ini dan Nilai Bersih Saat Ini N ilai dalam ribuan (Rp) Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Biaya Pengembangan Biaya Perakitan Biaya Pemasaran dan penunjang Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit Aliran kas/periode N ilai saat ini tahun 1, r+10% N ilai bersih Proyek saat ini (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppi nger)

50 57 2. Analisis Kualitatif adalah adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah lingkungan proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro tadi. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan dinamik Peta Rakitan (Assembly Chart) Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami : 1. Komponen-komponen yang membentuk produk 2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama 3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian 4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan

51 58 5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian 6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan 7. Urutan waktu komponen bergabung bersama 8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut: 1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut. 2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut. 3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm. 4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang

52 59 menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan langlah Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub assembly. Gambar 2.11 Gambar Assembly Chart - Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator. Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar-terurai.

53 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) Peta proses operasi (Operation Process Chart) atau yang biasa dikenal dengan OPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan operasi dan pemeriksaan. Jadi, dalam suatu peta proses operasi yang dicatat hanyalah kegiatan operasi dan pemeriksaan saja. Peta proses operasi memiliki beberapa manfaat yang berkaitan dengan produksi dari suatu produk. Manfaat dari peta proses operasi diantaranya adalah untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya, untuk memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan saat ini, serta sebagai alat untuk melakukan pelatihan kerja Struktur Produk Struktur produk dapat didefinisikan sebagai cara komponenkomponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. Struktur produk berisi informasi mengenai material, komponen, sub-assembly yang diperlukan untuk membuat produk jadi. Struktur produk menggambarkan proses perakitan yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk jadi dalam bentuk tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan sebagai level.

54 61 Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu metode explotion dan implotion. Metode explotion adalah penyajian struktur produk, dimana pada level 0 terdapat produk jadi, hingga pada level paling bawah menunjukkan komponen paling awal dirakit. Sebaliknya, struktur produk implotion merupakan kebalikan dari struktur produk explotion. Perbedaan antara struktur produk explotion dan implotion hanya pada penyusunan levelnya. Manfaat dari struktur produk adalah dapat memberikan informasi mengenai material, komponen atupun sub-assembly yang diperlukan dalam pembuatan suatu produk. Selain itu, melalui struktur produk juga dapat diketahui proses perakitan dalam pembuatan suatu produk dengan bentuk tingkatan atau level Bill of Material (BOM) Bill of material atau yang biasa dikenal dengan BOM merupakan daftar dari semua material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent assembly. Tiga jenis BOM yang yang digunakan dalam dunia perindustrian, yaitu: 1. Phantom Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk material yang tidak untuk disimpan atau untuk material yang hanya lewat saja.

55 62 2. Modular Bill, digunakan untuk material yang menyusun produk dengan sejumlah option yang berbeda. 3. Pseudo Bill, digunakan untuk menyusun daftar kebutuhan material yang bukan untuk disusun menjadi produk melainkan untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Jenis bill dapat juga dibagi berdasarkan tingkatan level yang disampaikannya, yaitu single level BOM dan multilevel BOM. Jenis bill lainnya adalah planning bill, yang merupakan jenis bill yang digunakan untuk keperluan peramalan dan perencanaan. Planning bill terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Planning bills dengan item yang dijadwalkan merupakan komponen atau sub assembly untuk pembuatan produk akhir, dimana item-item yang dijadwalkan itu secara fisik lebih kecil daripada produk akhir. 2. Planning bills dengan item yang dijadwalkan memiliki produk akhir sebagai komponen-komponennya, dimana item-item yang dijadwalkan secara fisik lebih besar daripada produk akhir. Manfaat dari BOM diantaranya adalah sebagai alat pengendali produksi yang menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk, pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk membuat satu batch, bill of material juga digunakan untuk peramalan barang yang keluar masuk dari inventori maupun transaksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam proses pengembangan produk ada tiga Departement yang ada diperusahaan, yang diperlukan kontribusinya dan peranannya dalam menjalankan suatu proyek atau proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) dalam bukunya

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di BAB II LANDASAN TEORI Perdagangan Internasional Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fase Pengembangan Produk Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan dan Pengembangan Konsep Produk 2.1.1 Desain Adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, dan menyusun suatu sistem (fisik/ nonfisik) yang optimum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan dan Perancangan Produk Baru Pengembangan produk baru (New Product Development) adalah suatu bagian yang penting dalam dunia bisnis. Produk-produk baru dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PAC PUZZLE ALARM CLOCK Indra Julianto Tjakra NIM: 0700678396 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk BAB I PENDAHULUAN Semua organisasi mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan menjual berbagai produk atau menawarkan jasa-jasa tertentu. Organisasiorganisasi perusahaan harus selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 TIN305 Perancangan dan Pengembangan Produk Deskripsi Mata Kuliah 2 Mata kuliah Perencanaan dan Perancangan Produk memuat tentang tahapan dalam perancangan produk dengan aplikasinya pada dunia

Lebih terperinci

*Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya?

*Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya? Amalia, S.T., M.T. *Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya? *Bagaimana tim dan manajemen memahami apa yang menentukan

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam

Lebih terperinci

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES MODUL 4 PERENCANAAN PROSES 1. Deskripsi Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses produksi dan perakitan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto

Lebih terperinci

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah...

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah... SEGMENTASI PASAR Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan dari praktikum segmentasi pasar. 1. Untuk dapat menentukan segmen pasar sebagai pertimbangan merancang dan mengembangkan produk. 2. Untuk dapat menentukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ENAM FASE PROSES PENGEMBANGAN GENERIK Fase 0 Perencanaan Fase 1 Pengembangan Konsep Fase 2 Perancangan tingkat Sistem Fase 3 Perancangan rinci Fase

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Misi Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam suatu sistem kerja, Setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan hendaknya selalu berpegangan pada prinsip ergonomis karena

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 3 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 29/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Alur Pemecahan Masalah 87 Studi kepustakaan dilakukan yakni dengan mempelajari pengetahuan teoritis dan non teoritis yang berkaitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING Oleh: I Wayan Sukania iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Tri Juwita Nurcahyawening NRP 9113201301 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Moses L. Singgih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( ) M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan

7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan 7 INTEGRASI DESAIN Tahapan integrasi desain merupakan tahap pengintegrasian dari metodemetode yang digunakan sebelumnya. Pada tahapan ini, baik bobot yang diperoleh menggunakan analytical hierarchi process

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Kegiatan merancang dan mengembangkan produk, baik yang berupa jasa maupun barang, tidak terlepas dari konsep pemasaran yang bertujuan memenuhi kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 147 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Populasi dan sampel Studi Pendahuluan -Analisa Tas Laptop yang sudah ada Studi Pustaka Online Book ReferenceJournal Group Forum Materi Kuliah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia 69 3. METODE PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan, maka perlu disusun langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut : Keterangan flowchart : 1. Survey Pendahuluan Studi litaratur dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses

Lebih terperinci

Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm

Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm M. Junaidi Hidayat *1), Lukmandono 2), Ni Luh Putu Hariastuti 3) 1) Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PENGEMBANGAN PRODUK REMOTE PRESENTASI Bayunanda NIM: 0700703611 Dilihat dari banyaknya banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Anthropometri Tubuh Manusia 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Anthropometri Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu di buat alur penelitian adapun alur penelitian dapat dilihat dari flow chart berikut

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Objek Pembelajaran Klasifikasi Sistem Informasi (SI) SI Berdasarkan Level Organisasi Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Klasifikasi Menurut Arsitektur

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka Perancangan dan pengembangan produk secara garis besar adalah rangkaian aktivitas yang dimulai dengan analisis dan peluang dan kemudian diakhiri dengan tahap produksi,

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian berisi tentang gambaran objek yang ada dalam suatu penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Pemesanan

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD Perancangan Alat Perajang Umbi-umbian dengan Metode Quality (Nuning Artati dkk.) PERANCANGAN ALAT PERAJANG UMBI-UMBIAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) Nuning Artati*, Sutarno, Nugrah Rekto

Lebih terperinci

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER 11.1 Sistem Berbasis Komputer (Computer-based System) Sistem berbasis komputer bertujuan untuk mendukung berbagai fungsi bisnis atau untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena suatu perusahaan sebelumnya pasti membutuhkan suatu sistem proses produksi yang perencanaan

Lebih terperinci

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Definisi QFD QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menentapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk Wanita Berbasis Web pada Butik Rumah Azka Cimahi yang berlokasi di Jalan Terusan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Gabungan Kelompok Tani Sugih

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN)

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN) ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN) Ir. Syamsul Bahri, M.Si 1, Ir. Amri, MT 2 dan Elza Ayu Alviany 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk

Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk 5.1. Analisis Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data dengan cara observasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Bundling Product bundling adalah strategi penjualan yang diterapkan di pemasaran. Product bundling mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK LAMPU BELAJAR Like Lanita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. Terlihat

Lebih terperinci

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting Pengujian Produk Perancangan Produk Identifikasi Kondisi Eksisting Identifikasi Kondisi Eksisting Membungkus kedelai yang telah diberi ragi Menimbang ukuran berat Labelling Memanaskan ujung-ujung plastik

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP BAB I PENGEMBANGAN KONSEP Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga perlu dimunculkan konsep untuk memperbarui mekanisme produk meja setrika yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek penelitian Obyek penelitian yang diamati adalah sasaran yang menjadi sumber informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Industri Desain industri merupakan salah satu elemen penting dalam proses pengembangan produk dimana kegiatan desain industri ini memiliki peranan cukup penting

Lebih terperinci

Materi #12. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #12. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n Materi #12 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu mengidentifikasi kebutuhan otomasi dalam suatu sistem manufaktur/jasa dan mampu menganalisa aspek teknis dan non teknis perancangan sistem otomasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Unit Operasi Hydrocracking Complex (HCC) di PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan, Jalan Yos Sudarso No 1 Balikpapan, Kalimantan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA Rony Prabowo, SE. ST. MT Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, email : rony_prabowomt@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 45 tahun yang digunakan untuk aktivitas harian selain bekerja dan kuliah. Aktivitas

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d Materi #12 Pendahuluan 2 Manajemen manufaktur menggunakan komputer sebagai: Sistem konseptual (pada area persediaan: Titik pemesanan kembali, MRP, JIT). Elemen dalam sistem produksi fisik (CAD, CAM, dan

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) TOPIK 4: QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas. 46 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1.Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh dari pengguna jam weker. pengumpulan data dilakukan dengnan langkah awal penyebaran kuisioner terbuka

Lebih terperinci

Sejarah Quality Function Deployment

Sejarah Quality Function Deployment Rahmi Yuniarti Sejarah Quality Function Deployment Diperkenalkan Yoji Akao, profesor Manajement Engineering dari Tamagawa University Dikembangkan 1972 oleh Mitsubishi 1978 diadopsi oleh Toyota WHAT IS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Studi pendahuluan Studi kepustakaan Pengumpulan data: * kuesioner *wawancara *observasi lapangan Data cukup, data reliabel, data valid? Ya tidak Identifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY Disusun oleh : Nama : Alfonsa Radite Asthingkara NIM : 122110085 Kelas : B PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek data penulis adalah Program Aplikasi Penjualan pada Butik Sally Lovely Berbasis Web Menggunakan PHP yang berlokasi di Jalan Bidadari No. 9 Flores NTT.

Lebih terperinci

Pengenalan SPSS 15.0

Pengenalan SPSS 15.0 Pengenalan SPSS 15.0 1.1 Pengantar SPSS SPSS atau kepanjangan dari Statistical Product and Service Solution merupakan salah satu dari sekian banyak software statistika yang banyak digunakan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SPK

BAB IV PERANCANGAN SPK 17 BAB IV PERANCANGAN SPK Proses perancangan SPK ini dilakukan dengan berdasarkan pada hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan proses perancangan jadwal produksi, serta pihakpihak yang

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL Saufik Luthfianto, Siswiyanti Teknik Industri Universitas Pancasakti Tegal Email : saufik34@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

PROSES MODEL DESAIN PERANGKAT LUNAK

PROSES MODEL DESAIN PERANGKAT LUNAK PROSES MODEL DESAIN PERANGKAT LUNAK Di Susun Oleh : Linda Liana 41813120100 Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Semakin ketatnya persaingan akan produk pangan agroindustri merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk baru adalah suatu hal

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk baru adalah suatu hal BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan dan Pengembangan Produk 2.1.1 Perancangan Menurut Ginting (2010), perancangan adalah menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk

Lebih terperinci