BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Sonny Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) dalam bukunya yang berjudul Product Design and Development, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu: 1. Fase 0 (Perencanaan) Disebut sebagai zero phase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. 2. Fase 1 (Pengembangan Konsep) Konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan produk dan disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. 3. Fase 2 (Perancangan Tingkatan Sistem) Output fase ini meliputi tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsitem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. 4. Fase 3 (Perancangan Detail) Output fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponenkomponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk. 5. Fase 4 ( Pengujian dan Perbaikan) Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) dibuat menggunakan komponen dalam bentuk dan jenis meterial pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe beta dibuat dengan komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan akhir seperti
2 7 pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. 6. Fase 5 ( Produksi Awal) Tujuan produksi awal ini adalah melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Telah banyak perusahaan yang mengubah cara pengembangan produkproduknya sebagai dampak telah meningkatnya pemahaman terhadap pengembangan produk yang berkelanjutan (Sousa & Wallace, 2006) Fase 0 Perencanaan Fase 1 Pengembangan konsep Fase 2 Peranangan Tingkat Sistem Fase 3 Perancangan Deatail Fase 4 Pengujian dan Perbaikan Fase 5 Produksi Awal Sumber: Ulrich-Eppinger (2012) Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich & Eppinger 2.2 Pernyataan Misi Pernyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan informasi sebagai berikut yaitu : Uraian Produk Ringkas Mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik, berupa pernyataan visi produk. Sasaran Bisnis Utama Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan produk, informasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar). Pasar target untuk produk Bagian ini mengidentifikasikan pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan. Asumsi batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan
3 8 Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun dibatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan. Stakeholder Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder terdiri dari pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan dan departemen produksi. Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi Pernyataan Misi : *** Deskripsi Produk *** Sasaran Bisnis Utama *** *** *** Pasar Utama *** Pasar Kedua *** *** Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan *** *** Stakeholder *** *** (Sumber : Ulrich-Eppinger, 2012) 2.3 Anthropometri Anthropometri menurut Stevenson dan Nurmianto (Nurmianto, 2008) adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
4 9 Distribusi normal ditandai adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standard deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimesinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Di dalam anthropometri, persentil 95 menunjukan ukuran tubuh yang besar, sedangkan untuk persentil 5 menunjukan ukuran tubuh kecil. Perancangan tinggi meja sering kali dirumitkan dengan adanya interaksi dengan tempat duduk. Dalam perancangan meja kerja salah satu kriterianya adalah tinggi permukaan meja kerja tetap berada dibawah siku, akan tetapi perancangan tersebut akan memperpersempit ruang untuk lutut bergerak. Kadang-kadang pengetik akan menjadi terbiasa, sehingga hal ini lebih fleksibel untuk memperoleh ukuran meja dengan kemiringan serta mempunyai ruang yang cukup untuk gerak lutut. Namun meja yang tidak dapat disetel sesuai dengan ketinggian yang diinginkan akan mengakibatkan pada operator yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Operator yang memiliki tubuh lebih kecil dari pada rata-rata perlu menaikan ketinggian bangkunya agar siku mereka akan pada posisi tepat, sehingga kaki operator akan menggantung yang mengakibatkan kelelahan pada otot bagian paha operator. Perlunya pengadaan sadaran kaki dianggap cukup layak. Pendekatan ini digunakan E. Grandjean (1986), yang dijelaskan berikut ini; Untuk menjamin cukup ruang bagi lutut orang dewasa (besar) maka direkomendasikan menggunakan persentil 95 dari ukuran-ukuran telapak kaki sampai puncak lutut (tinggi lutut) dan menambahakan kelonggarankelonggaran lainnya. Kebanggaan orang adalah dengan memiliki kursi yang bisa disetel dan mempunyai sandaran kaki. Untuk penyederhanaan dan untuk memberikan pengertian yang mudah dari posisinya lebih baik menghindari sandaran kaki dan hal ini biasanya dapat dicapai dengan membuat tinggi meja yang dapat disetel. Untuk kegiatan membaca dan menulis, orang biasanya mengistirahakan lengan mereka pada meja sehingga perlu permukaan yang lebih tinggi. Granjean memberikan nilai antara mm untuk laki-laki dan untuk perempuan mm.
5 Arsitektur Produk Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi. Elemen fisik produk dibagi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk (Ulrich-Eppinger,2012). Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri dari operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan (Ulrich-Eppinger, 2012): 1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengetian terhadap elemn-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional. Sumber: Ulrich-Eppinger, 2012 Gambar 2.2 Skema Produk 2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk.
6 11 Sumber: Ulrich-Eppinger, 2012 Gambar 2.3 Function Diagram 3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar,yaitu susunan geometris dibuat dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 dan 3 dimensi, penyusunan Geometri yang masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antara chunk yang paling saling bertentangan. 2.5 Design for Manufacturing (DFM) Design for manufacturing (DFM) merupakan metode yang memiliki tujuan mengurangi biaya manufaktur dengan tetap menjaga fungsi dan kualitas yang diinginkan dengan mengoptimalkan rancangan suatu produk hingga pabrikasi (Widodo, 2003).
7 12 Usulan Rancangan Perkiraan biaya biaya manufaktur Mengurangi biaya biaya komponen Mengurangi biaya biaya perakitan Mengurangi niaya -biaya penunjang produksi Mempertimbangkan pengaruh terhadap keputusan DFM terhadap faktor lain Menghitung ulang biaya manufaktur Tidak Cukup Baik? Ya Desain yang Diterima Sumber: Widodo, Gambar 2.4 Metode Design For Manufacturing Metode DFM terdiri dari 5 langkah (Ulrich-Eppinger, 2012) 1. Memperkirakan biaya manufaktur. Input biaya manufaktur meliputi bahan mentah komponen yang dibeli, usaha-usaha karyawan, energi manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dana untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori : a Biaya-biaya komponen Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.
8 13 b Biaya-biaya perakitan Barang-barang diskrit dirakit dari komponen-komponen. Proses perakitan mencakup biaya upah tenaga kerja dan biaya peralatan serta perlengkapan. c Biaya-biaya overhead Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe: biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tercakup dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa menghiraukan beberapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variable adalah biaya yang mencakup dalam proposi langsung dari jumlah unit yang dihasilkan. Biaya variabel mencakup material,waktu mesin, dan upah. Biaya tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak berulang seperti peralatan khusus dan biaya set up. 2. Mengurangi biaya komponen. a. Memahami batasan-batasan proses dan dasar-dasar biaya. Beberapa komponen dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena perancang tidak memahami kemampuan biaya dasar, dan batasan-batasan proses produksi. Dalam merancang ulang komponen untuk mendapatkan kinerja yang sama dan menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi yang sulit dilakukan dalam produksi, dan dengan dasar biaya. b. Merancang ulang komponen untuk mengurangi langkah pemrosesan. Kecermatan rancangan yang diusulkan mengarah pada usulan rancangan ulang menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasil pengurangan biaya. c. Pemilihan skala ekonomi yang sesuai untuk pemrosesan komponen. Biaya manufaktur suatu produk turun bila volume produksi meningkat, yaitu pengertian dari skala ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1. Biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit
9 14 2. Biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan proses-proses dan peralatan yang lebih luas dan efisien. d. Menstandarkan komponen-komponen dan proses-proses. Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen akan berkurang. Kualitas dan kinerja meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi karena pihak penghasil komponen dapat menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan perbaikan dalam perancangan komponen dan proses produksinya. 3. Mengurangi Biaya Perakitan. Untuk kebanyakan produk, perakitan memberikan total biaya yang relatif kecil. Walaupun demikian, dengan memfokuskan perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung. 4. Mengurangi Biaya Pendukung Produksi. Biaya manufaktur sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang secara aktual menyebabkan beban overhead. Meskipun demikian, sasaran rancangan untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah. 5. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya. Keterkaitan di antara DFM dan waktu pengembangan adalah kompleks. Penggunaaan beberapa petunjuk DFM dapat menghasilkan komponen-komponen yang sangat kompleks. 2.6 Assembly Chart Peta rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk (Apple, 1990). Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami: 1. Komponen-komponen yang membentuk produk. 2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama. 3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian. 4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan. 5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian. 6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan.
10 15 7. Urutan waktu komponen bergabung bersama. 8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan. Tujuan dari Assembly Chart terutama untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen. Sumber : Apple, Gambar 2.5 Assembly Chart 2.7 Operation Process Chart Operation Proses Chart (OPC) akan menunjukkan langkah-langkah secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan di dalam satu proses manufaktur yaitu mulai datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan dari produk jadi yang dihasilkan. Dalam membuat OPC ini ada 3 simbol yang digunakan yaitu simbol lingkaran yang menggambarkan aktivitas operasi, persegi yang menunjukan inspeksi dan segitiga yang menunjukan penyimpanan. Pada pembuatan OPC ini garis vertikal menggambarkan aliran proses yang dilakukan, garis horizontal yang mengarah pada garis vertikal menggambarkan material yang bergabung dengan komponen yang dibuat.
11 16 Sumber : Wignjosoebroto, 2009 Gambar 2.6 Operation Process Chart 2.8 Struktur Produk Struktur produk dapat didefinisikan sebagai cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufaktur. Struktur produk menggambarkan proses perakitan yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk jadi dalam bentuk tingkatan. Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu metode explotion dan implotion. Metode explotion adalah penyajian struktur produk, dimana pada level 0 terdapat produk jadi, hingga pada level paling bawah menunjukkan komponen paling awal dirakit. Sebaliknya, struktur produk implotion merupakan kebalikan dari struktur produk explotion. Perbedaan antara struktur produk explotion dan implotion hanya pada penyusunan levelnya. Manfaat dari struktur produk adalah memberikan informasi mengenai material, komponen atupun sub-assembly yang diperlukan dalam pembuatan suatu produk. 2.9 Bill Of Material (BOM) Bill of material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan sub assembly, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent assembly (Ulrich-Eppinger, 2012). Tiga jenis BOM yang digunakan dalam dunia perindustrian, yaitu:
12 17 1. Phantom Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk material yang tidak untuk disimpan atau untuk material yang hanya lewat saja. 2. Modular Bill, digunakan untuk material dalam menyusun produk dengan sejumlah option yang berbeda. 3. Pseudo Bill, digunakan untuk menyusun daftar kebutuhan material yang bukan untuk disusun menjadi produk melainkan untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Jenis bill dapat juga dibagi berdasarkan tingkatan level yang disampaikannya, yaitu single level BOM dan multilevel BOM. Jenis bill lainnya adalah planning bill, yang merupakan jenis bill yang digunakan untuk keperluan peramalan dan perencanaan. Manfaat dari BOM adalah sebagai alat pengendali produksi yang menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk, 2.10 Prototipe Prototipe didenifisikan sebagai tiruan dari produk berhubungan dengan satu atau lebih dimensi kepentingan (Ulrich-Eppinger,2012). Dimensi kepentingan tersebut meliputi fungsi, penampilan, manfaat dan keamanan produk jika telah digunakan oleh konsumen. Prototipe dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu berdasarkan alam/sifatnya dan berdasarkan cakupannya: a. Berdasarkan alam/sifatnya. Berdasarkan alam/sifatnya prototipe dapat dibedakan dalam dua kategori untama, yaitu : 1) Prototipe fisik: merupakan obyek yang tangible yang dapat dilihat dan dipegang. 2) Prototipe analitik: merupakan prototipe yang non-tangible, seperti model matematika, simulasi, 3D video image, dan lain lain. b. Berdasarkan pandangannya (cakupan). Berdasarkan pandangannya prototipe terbagi atas dua, yaitu : 1) Prototipe terfokus: menggambarkan hanya sebagian dari produk, untuk memenuhi kepentingan tertentu. 2) Prototipe komprehensif: menggambarkan seluruh bagian produk, meliputi seluruh fungsi dan tampilannya.
13 Analisa Komparatif k Sampel Independen untuk Data Interval/Rasio Untuk data interval atau rasio independen yang terdiri dari k sampel, analisis komparatifnya menggunakan Uji One Way Anova dan Two Way Anova (Ihsan, 2009). a. One Way Anova untuk k Sampel Independen Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang berkorelasi dengan satu faktor yang berpengaruh. One Way Anova dibedakan menjadi dua yaitu : 1) One Way Anova dengan sampel yang sama banyaknya yaitu di mana setiap kelompoknya memliki jumlah atau ukuran sampel sama banyaknya. 2) One Way Anova dengan sampel yang tidak sama banyaknya yaitu di mana setiap kelompoknya memiliki jumlah atau ukuran sampel yang tidak sama banyak. b. Two Way Anova untuk k Sampel Independen Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan dua faktor yang berpengaruh. Two Way Anova dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Two Way Anova Tanpa Interaksi Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi kedua faktor tidak dihitung. 2) Two Way Anova dengan Interaksi Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi kedua faktor diperhitungkan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Tujuan dari Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) yaitu untuk mengembangkan dan menguji metode standar kuesioner yang meliputi
14 19 perbandingan dari punggung, leher, bahu dan keluhan secara umum untuk digunakan dalam pembelajaran epidemiologis. Sumber: (Dickinson, Campion, Foster, Newman, O'Rourke, & Thomas, 1992) Gambar 2.7 Nordic Musculoskeletal Quetionnaire (NMQ) 2.13 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb) (McAtamney & Corlett, 1993). RULA dapat membantu untuk mengurangi resiko cedera pada seorang pekerja. RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Analisa RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah percobaan untuk mengetahui apakah resiko cedera sudah berkurang. Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:
15 20 1. Jumlah gerakan 2. Kerja otot statis 3. Beban 4. Dimensi perlatan 5. Lama kerja tanpa istirahat Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil dari metode RULA: 1. Merekam postur tubuh ketika sedang bekerja. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku tangan (lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki. Padalangkah ini, peneliti merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software RULA. Kemudian, dari data tersebut dapat diketahui bagian tubuh yang mempunyai kemungkinan terbesar mengalami cedera. 2. Menghitung nilai Data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya untuk masing-masing bagian tubuh. 3. Action Level. Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut action level yang dibedakan menjadi 4 action level sebagai berikut : a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
16 21 Sumber: (McAtamney & Corlett, 1993) Gambar 2.8 RULA Employee Assessment Worksheet 2.14 Titik Impas (Breakeven Point) pada Permasalahan Produksi Nilai suatu parameter atau variabel yang menyebabkan dua atau lebih alternative sama baiknya disebut nilai titik impas (breakeven point). Aplikasi analisa titik impas pada permasalahan produksi biasanya digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan perusahaan pada kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsifungsi biaya manapun pendapatannya. Pada saat kedua fungsi tersebut bertemu maka total biaya sama dengan total pendapatan. Ada tiga komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisa ini yaitu : 1. Biaya-biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Beberapa yang termasuk biaya tetap adalah biaya gudang, biaya tanah, biaya mesin, dan peralatan dan sebagainya 2. Biaya-biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besarnya tergantung pada tingkat volume produksinya. Biaya-biaya yang tergolong biaya variabel diantanya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.
17 22 Bila dimisalkan X adalah volume produk yang dibuat, dan c adalah ongkos variabel yang terlibat dalam pembuatan satu buah produk maka ongkos variabel untuk membuat X buah produk adalah (Pujawan, 2004): VC= cx Karena ongkos total adalah jumlah dari ongkos-ongkos tetap dan ongkos-ongkos variabel maka berlaku hubungan (Pujawan, 2004): TC = FC + Vc = FC + cx Dimana : TC = ongkos total untuk membuat X produk FC = ongkos tetap VC = ongkos variabel untuk membuat X produk c = ongkos variabel untuk mebuat satu produk Dalam analisa titik impas selalu diasumsikan bahwa total pendapantan (total revenue) diperoleh dari penjualan semua produk yang diproduksi. Bila harga satu buah produk adalah p maka harga X buah produk akan menjadi total pendapatan, atau (Pujawan, 2004) : TR = px Dimana ; TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk p = harga jual per satuan produk Titik impas akan diperoleh apabila total ongkos-ongkos yang terlibat persis sama dengan total pendapatan, atau;
18 23 TR=TC Atau px = FC + cx X= FC/p-c Dimana x dalah hal ini adalah volume produksi yang menyebabkan perusahaan pada titik impas (BEP). Tentu saja perusahaan akan mendapat untung apabila bisa berproduksi diatas X.
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum dilakukan perancangan produk yang akan dibuat, terlebih dahulu pernyataan misi yang nantinya akan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir dibuat untuk mempermudah urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian yaitu dalam melakukan perancangan dan pembuatan produk meja notebook
Lebih terperinciBab 3. Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan
Lebih terperinciBAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL
BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses
Lebih terperinciPERANCANGAN PROSES 81
PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan dan Perancangan Produk Baru Pengembangan produk baru (New Product Development) adalah suatu bagian yang penting dalam dunia bisnis. Produk-produk baru dapat memberikan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR
Lebih terperinciM A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )
M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Alur Pemecahan Masalah 87 Studi kepustakaan dilakukan yakni dengan mempelajari pengetahuan teoritis dan non teoritis yang berkaitan
Lebih terperinciSYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci
Lebih terperinciPERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK PENGGUNA NOTEBOOK DI INDONESIA
PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK PENGGUNA NOTEBOOK DI INDONESIA Faradina Rizki Amalia 1, Nanda Agung Astrabawa Nugroho 2, Rizky Kaharuddin 3, Rida Zuraida 4 1 faradinamalia@yahoo.com, +62 812 864 15065, 2
Lebih terperinciMODUL 4 PERENCANAAN PROSES
MODUL 4 PERENCANAAN PROSES 1. Deskripsi Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses produksi dan perakitan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA
PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural
Lebih terperinciSystematic Layout Planning
Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram
Lebih terperinciPERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN
PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu
Lebih terperinciPERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014
PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -
Lebih terperinciANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN
Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING
Lebih terperinci93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014
USULAN PERBAIKAN UKURAN MEJA PEWARNAAN DI STASIUN KERJA PEWARNAAN BATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (STUDI KASUS RUMAH BATIK KOMAR) 1 Rama Abdurrafi Mutaqi, 2 Rino Andias Anugraha,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT X bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi karet sebagai hasil utamanya. Operator mengalami keluhan sakit pada leher, punggung, lengan, dan kaki akibat pekerjaan yang dilakukan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA
ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA Henny *, Iyan Andriana dan Jazim Alkhamidi 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PAC PUZZLE ALARM CLOCK Indra Julianto Tjakra NIM: 0700678396 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk
Lebih terperinciGambar 3.1 Metodologi Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto
Lebih terperinci19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus
Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom.
Lebih terperinciANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING
ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi senjata untuk angkatan darat. Pada awalnya PT Pindad (Persero) bernama
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan dan Pengembangan Konsep Produk 2.1.1 Desain Adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, dan menyusun suatu sistem (fisik/ nonfisik) yang optimum
Lebih terperinciPerancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo
Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam proses pengembangan produk ada tiga Departement yang ada diperusahaan, yang diperlukan kontribusinya dan peranannya dalam menjalankan suatu proyek atau proses
Lebih terperinciABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.
Lebih terperinciPERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA
BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA Hasil pengolahan data postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI- DPFRZR-BAPETEN dengan metode RULA, dapat dilihat
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE
PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Teknik Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan
Lebih terperinciLampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire
Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap
Lebih terperinciPerbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ
Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ Tri Yanuar 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng
Lebih terperinciPRODUCT ARCHITECTURE. Ir. Erlinda Muslim, MEE
1 PRODUCT ARCHITECTURE Arsitektur produk adalah penugasan elemen elemen fungsional dari produk terhadap kumpulkan bangunan fisik. Tujuan arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X
PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciPERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI
Lebih terperinciTUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh MATYANTO M. TUMANGGOR NIM.
PERANCANGAN FASILITAS KERJA MENGGUNAKAN METODE QFD (Quality Function Deployment) DENGAN PENDEKATAN AHP (Analytical Hierarchy Process) DAN MEMPERHATIKAN PRINSIP ERGONOMI DI PT. CARSURINDO TUGAS SARJANA
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN
IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan interaksi dari tenaga kerja, metode kerja, fasilitas kerja dan lingkungan kerja untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk. Peranan manusia
Lebih terperinciERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR
ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang
Lebih terperinciPERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri
Lebih terperinciRAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAKSI Meja Printing merupakan salah satu fasilitas dan sarana yang sangat penting dan menunjang dalam kegiatan proses produksi. Karena Meja printing tempat dimana aktivitas operator untuk melaksanakan
Lebih terperinciABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam
Lebih terperinciPERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ENAM FASE PROSES PENGEMBANGAN GENERIK Fase 0 Perencanaan Fase 1 Pengembangan Konsep Fase 2 Perancangan tingkat Sistem Fase 3 Perancangan rinci Fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan
Lebih terperinciEVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol
Lebih terperinciANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK
ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.
Lebih terperinciUSULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ
USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ Muhammad Zein Anwar 1, Abdul Rahim Matondang 2, Anizar 3 Departemen Teknik
Lebih terperinci1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X
Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode
Lebih terperinciPERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA
PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITAN
BAB III METODOLOGI PENELITAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian
Lebih terperinciPERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL
PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri
Lebih terperinciMODUL I DESAIN ERGONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia
Lebih terperinciErgonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina
Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 17-22 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Amri 1*, Syarifuddin, As
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu dari bentuk usaha menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan menginginkan produktivitas kerja karyawannya semakin meningkat, untuk mewujudkan hal itu di perlukan lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Kuesioner NMQ berisi pertanyaan mengenai rasa sakit dan ketidaknyamanan di sembilan area tubuh, yaitu leher, bahu, siku tangan, pergelangan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI (LANJUTAN)
DAFTAR ISI (LANJUTAN) BAB HALAMAN 5.6.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test... V-45 5.7. Penetapan Data Antropometri... V-48 5.7.1. Perancangan dengan Menggunakan Dimensi Tubuh yang Ekstrim...
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA
DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek
Lebih terperinciB A B III METODOLOGI PENELITIAN
B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang
Lebih terperinciPERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS Agung Kristanto 1 dan Yusuf Arifin 2 Abstrak: Jamboel Kipas adalah UKM yang memproduksi
Lebih terperinciUSULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z
Jurnal Riset Industri Vol. 0 No., April 06, Hal. - USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z THE PROPOSED DESIGN OF WORK
Lebih terperinci