BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI"

Transkripsi

1 BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah dan Kependudukan Geografis Kota Bandung terletak pada koordinat 107º 36 Bujur Timur dan 6º 55 Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar hektar. Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, dengan sungai utamanya, yaitu Sungai Cikapundung yang mengalir ke arah selatan dan bermuara ke Sungai Citarum. Dilihat dari aspek geologisnya, kondisi tanah Kota Bandung sebagian besar merupakan lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung. Kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya karena berada pada lokasi yang sangat strategis bagi perekonomian nasional. Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan utama di Pulau Jawa, yaitu: 1) Sebelah Barat dan Timur, pada posisi ini Kota Bandung menjadi poros tengah yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Banten dan Jawa Tengah. 2) Sebelah Utara dan Selatan, selain menjadi penghubung utama ibukota negara dengan wilayah selatan, juga menjadi lokasi titik temu antara daerah penghasil perkebunan, peternakan, dan perikanan. 2-1

2 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional Topografis Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian m dpl, dan titik terendah berada di sebelah selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan permukaan tanahnya relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian utara permukaannya berbukit-bukit. Wilayahnya yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin) Kondisi Administratif Kota Bandung Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota lainnya, yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Wilayah Kota Bandung tersebut dibagi menjadi beberapa wilayah administratif, yang terdiri atas: 1) 30 Kecamatan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat, 2) 151 Kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah, 3) Rukun Warga (RW) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RW (Data dari Bagian Pemerintahan Umum), dan 4) Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RT (Data dari Bagian Pemerintahan Umum). Secara lengkap, pembagian wilayah administratif Kota Bandung diuraikan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel

3 No Kecamatan Wilayah Administrasi Kota Bandung Jumlah Kelurahan 1. Bandung Kulon 8 2. Babakan Ciparay 6 3. Bojongloa Kaler 5 4. Bojongloa Kidul 6 5. Astanaanyar 6 6. Regol 7 7. Lengkong 7 Nama Kelurahan Gempolsari, Cigondewah Kaler, Cigondewah Kidul, Cigondewah Rahayu, Caringin, Warungmuncang, Cibuntu, Cijerah Margasuka, Cirangrang, Margahayu Utara, Babakan Ciparay, Babakan, Sukahaji Kopo, Suka Asih, Babakan Asih, Babakan Tarogong, Jamika Cibaduyut Kidul, Cibaduyut Wetan, Mekarwangi, Cibaduyut, Kebonlega, Situsaeur Karasak, Pelindung Hewan, Nyengseret, Panjunan, Cibadak, Karang Anyar Ciseureuh, Pasirluyu, Ancol, Cigereleng, Ciateul, Pungkur Balonggede Cijagra, Turangga, Lingkar Selatan, Malabar, Burangrang, Cikawao, Paledang 8. Bandung Kidul 4 Wates, Mengger, Batununggal, Kujangsari 9. Buah Batu 4 Cijawura, Margasari, Sekejati, Jati Sari 10. Rancasari 4 Darwati, Cipamokolan, Manjahlega, Mekar Jaya 11. Gedebage 4 Rancabolang, Rancanumpang, Cisaranten Kidul, Cimincrang 12. Cibiru 4 Pasirbiru, Cipadung, Palasari, Cisurupan 13. Panyileukan 4 Mekar Mulya, Cipadung Kidul, Cipadung Wetan, Cipadung Kulon 14. Ujung Berung 5 Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi, Cigending, Pasirendah 15. Cinambo 4 Cisaranten Wetan, Babakan Penghulu, Pakemitan, Sukamulya 16. Arcamanik 4 Cisaranteun Kulon, Cisaranteun Binaharapan, Sukamiskin, Cisaranten Endah 17. Antapani 4 Antapani Kidul, Antapani Tengah, Antapani Wetan, Antapani Kulon 18. Mandalajati 4 Jatihandap, Karang Pamulang, Sindang Jaya, Pasir Impun 19. Kiaracondong 6 Kebonkangkung, Sukapura, Kebonjayanti, Babakansari, Babakansurabaya, Cicaheum 20. Batununggal 8 Gumuruh, Binong, Kebongedang, Maleer, Cibangkong, Samoja, Kacapiring, Kebonwaru 21. Sumur Bandung 4 Braga, Kebonpisang, Merdeka, Babakanciamis 22. Andir Cicendo 6 Campaka, Maleber, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom, Kebon jeruk Arjuna, Pasirkaliki, Pamoyanan, Pajajaran, Husensastranegara, Sukaraja 24. Bandung Wetan 3 Tamansari, Citarum, Cihapit 25. Cibeunying Kidul 6 Sukamaju, Cicadas, Cikutra, Padasuka, Pasirlayung, Sukapada 26. Cibeunying Kaler 4 Cihaurgeulis, Sukaluyu, Neglasari, Cigadung 27. Coblong 6 Cipaganti, Lebak Siliwangi, Lebak Gede, Sadang Serang, Sekeloa, Dago 2-3

4 No Kecamatan Jumlah Kelurahan Nama Kelurahan 28. Sukajadi 5 Sukawarna, Sukagalih, Sukabungah, Cipedes, Pasteur 29. Sukasari 4 Sarijadi, Sukarasa, Gegerkalong, Isola 30. Cidadap 3 Hegarmanah, Ciumbuleuit, Ledeng Jumlah 151 Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014 Adapun gambaran wilayah Kota Bandung dalam Peta Administratif dapat dilihat pada Gambar 2.1. Berdasarkan dari Peta Administratif Kota Bandung dapat diketahui kondisi terkini penggunaan luas wilayah per kecamatan yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini NO Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Administrasi Luas Wilayah (%) terhadap total Luas Administratif Terbangun (%) terhadap total Luas Administratif (Ha) (Ha) 1 Bandung Kulon ,86 490,3 3,360 2 Babakan Ciparay ,45 653,5 4,478 3 Bojongloa ,81 Kaler 306,3 2,099 4 Bojongloa ,74 Kidul 485,6 3,328 5 Astanaanyar ,73 285,5 1,957 6 Regol ,57 418,2 2,866 7 Lengkong ,53 866,5 5,938 8 Bandung Kidul ,62 577,1 3,955 9 Buah Batu ,74 656,9 4, Ranca Sari ,38 589,6 4, Gedebage , , Cibiru , , Panyileukan ,05 426,3 2, Ujungberung ,83 499,2 3, Cinambo ,20 278,6 1, Arcamanik , , Antapani ,27 399,1 2, Mandalajati ,99 650,6 4, Kiaracondong , , Batununggal ,01 449,7 3, Sumur , ,

5 NO Nama Kecamatan Bandung Jumlah Kelurahan Administrasi (Ha) Luas Wilayah (%) terhadap total Luas Administratif Terbangun (Ha) (%) terhadap total Luas Administratif 22 Andir ,22 360,6 2, Cicendo ,10 801,6 5,493 Bandung ,03 24 Wetan 338,1 2,317 Cibeunying ,14 25 Kidul 508,9 3,488 Cibeunying ,69 26 Kaler 422,2 2, Coblong ,39 703,5 4, Sukajadi ,57 4,3 0, Sukasari ,75 585,3 4, Cidadap ,65 477,6 3,273 TOTAL , ,10 100,000 Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014 Merujuk pada Tabel 2.2 di atas maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Astanaanyar merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu hanya 2,89 Km 2 atau sekitar 1,73% dari Kota Bandung. Sedangkan kecamatan dengan luas terbesar adalah Gedebage dengan 9,58 Km 2 atau sekitar 5,73% dari Kota Bandung. 2-5

6 Gambar 2. 1 Peta Wilayah Administrasi Kota Bandung Sumber : RTRW Kota Bandung

7 Gambar 2.2 berikut mendeskripsikan proporsi luas administratif per kecamatan dalam luas wilayah Kota Bandung. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah per kecamatan di Kota Bandung relatif tidak jauh berbeda satu sama lain yang berarti pemerataan pembagiaan pemerintahan telah cukup proporsional. Namun tingkat kependudukan dan kondisi sosial ekonomi per kecamatan dapat dijadikan bahan analisis selanjutnya untuk mengukur kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman. 4% 3% 3% 2% 4% 3% 4% 4% 4% 4% 2% 4% 2% 3% 4% 4% Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar 2% 2% 3% 4% 4% 2% 4% 2% 4% 3% 4% 6% 4% 5% Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Gambar 2. 2 Proporsi Luas Wilayah Administrasi per Kecamatan di Kota Bandung Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, Kondisi Kependudukan Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Hanya dengan adanya penduduk yang berkualitas, keberadaan potensi sumber daya yang beraneka ragam dapat dimanfaatkan secara tepat, efisien, dan berkesinambungan. Perkembangan jumlah penduduk Kota Bandung selama periode cukup mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Bandung berjumlah jiwa, pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi sebanyak jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 1,16%. Pada tahun 2014 jumlah penduduk berjumlah jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 0,92% (LKPJ Walikota Bandung. 2014). Kota Bandung yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan magnet penarik bagi penduduk dari daerah lain untuk datang ke Kota Bandung, baik yang bertujuan untuk menetap ataupun komuter. Aktivitas sosial dan ekonomi yang semakin kompleks dan berkembang pesat di Kota Bandung juga menjadikan salah satu daya tarik (pull factors) bagi 2-7

8 sebagian orang untuk mencari penghidupan di Kota Bandung. Selain akibat pertumbuhan penduduk secara alami (fertilitas), adanya migrasi masuk yang lebih besar dari migrasi keluar inilah yang menyebabkan jumlah penduduk Kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya. Tabel 2.3 berikut mencantumkan Jumlah Penduduk serta Komposisi Penduduk di Kota Bandung. Tabel 2.3 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun Peningkatan/ Uraian * Penurunan Periode (%) Jumlah Penduduk (jiwa) ,92 Rata-rata Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) ,92 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,26 1,16 0,92-0,24 Komposisi Penduduk, menurut: a. Jenis Kelamin Pria (orang) ,92 Perempuan (orang) ,92 b. Angkatan Kerja (orang) Jumlah yang Bekerja (orang) Jumlah pengangguran (orang) Tingkat Pengangguran (%) 9,17 10,98 c. Pendidikan (penduduk usia> 10 th dan Ijazah tertinggi). Tidak/belum pernah sekolah/tidak/belum tamat SD (orang) SD/MI/sederajat (orang) SMP/MTs/sederajat (orang) SLTA/sederajat (orang) Perguruan Tinggi (orang) Sumber: BPS Kota Bandung, *) Angka Sementara 2-8

9 Dengan luas wilayah sekitar 167,31 Km 2, maka kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2013 adalah jiwa/km 2 dan tahun 2014 adalah jiwa/km 2. Seluruh jumlah penduduk tersebut tersebar di kecamatan yang ada. Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Babakan ciparay, yaitu mencapai jumlah jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk jiwa dengan kepadatan Jiwa/Km 2. Dari kecamatan yang ada, sekitar 50% penduduk tinggal di 10 kecamatan saja, yaitu Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4%. Distribusi persentase jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut. 2-9

10 No Nama Kecamatan Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk (orang) Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Ha) 1 BANDUNG KULON 0, , BABAKAN CIPARAY 0, , BOJONGLOA KALER 0, , BOJONGLOA KIDUL 0, , ASTANAANYAR 0, , REGOL 0, , LENGKONG 0, , BANDUNG KIDUL 0, , BUAH BATU 0, , RANCA SARI 0, , GEDEBAGE 0, , CIBIRU 0, , PANYILEUKAN 0, , UJUNGBERUNG 0, ,

11 No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (orang) Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Ha) CINAMBO 0, , ARCAMANIK 0, , ANTAPANI 0, , MANDALAJATI 0, , KIARACONDONG 0, , BATUNUNGGAL 0, , SUMUR BANDUNG 0, , ANDIR 0, , CICENDO 0, , BANDUNG WETAN 0, , CIBEUNYING KIDUL 0, , CIBEUNYING 0, ,21 KALER COBLONG 0, , SUKAJADI 0, , SUKASARI 0, ,

12 No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (orang) Jumlah KK CIDADAP Total Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014 Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Ha) 0, ,

13 Berdasarkan Tabel 2.4 jumlah penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 (lima) tahun kedepan maka dapat dianalisis bahwa kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Bandung Kulon, Kiaracondong, Bojongloa kidul, Batununggal. Sedangkan wilayah Bandung Timur khususnya Gedebage, Arcamanik, Rancasari relatif jumlah penduduknya masih lebih sedikit dibandingkan Bandung Tengah dan Kulon sehingga telah sesuai pengembangan pembangunan dan pemerintahan ke depannya menurut RTRW Kota Bandung akan diarahkan ke wilayah Bandung Timur. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan kesiapan operasional teknis infrastruktur permukiman yang memadai. Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Kota Bandung pada tahun 2013 adalah jiwa atau sebesar 27,75 % dari jumlah penduduk Kota Bandung. Menelaah lebih jauh jumlah dan pemetaan rumah tangga miskin di Kota Bandung maka dapat diperoleh informasi dari Gambar 2.3 bahwa sebaran rumah tangga miskin berada di mana saja. Informasi ini sangat berguna untuk mengetahui potensi tingkat resiko sanitasi yang cukup tinggi yang dapat berada di lokasi rumah tangga miskin yang berjumlah besar. Hal ini berdasarkan dari pemikiran bahwa kemiskinan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas dan akses terhadap infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman yang minim sehingga perlu diprioritaskan untuk ditangani. Gambar 2. 3 Peta Sebaran Rumah Tangga Miskin di Kota Bandung Sumber : Dit. Pengembangan Kawasan Permukiman, DJCK Kemen PU

14 Dari Gambar 2.3 di atas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah rumah tangga miskin yang sangat tinggi yaitu kisaran KK berada di Kecamatan Bandung Kulon, Bojongloa Loa Kaler, Babakan Ciparay, Kiaracondong dan Batununggal. Kecamatan dengan persentase penduduk miskin tertinggi (perbandingan penduduk miskin dengan jumlah penduduk) berada di Kecamatan Bojongloa Kaler dengan persentase 45,43% kemudian Kecamatan Batununggal dengan persentase 40,24%. Kecamatan dengan persentase penduduk miskin terendah adalah Kecamatan Rancasari dengan persentase 9,67% dan Kecamatan Bandung Wetan Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat Kota Bandung sejak awal merupakan masyarakat yang heterogen, dan semakin lama semakin dibanjiri oleh pendatang yang menumpang hidup, dan turut menghidupi. Studi Bruner tersebut menunjukkan bagaimana kebudayaan Sunda menjadi pedoman pergaulan antar budaya di tempat-tempat umum. Menurutnya, acuan ke kebudayaan setempat yang dominan ini menunjang integrasi antar golongan penduduk yang beragam di kota. Meskipun studi itu tidak sampai memperlihatkan bagaimana peranannya dalam pembangunan kota. Namun dewasa ini interaksi sosial di beberapa jenis tempat umum tidak lagi berpedoman kepada kebudayaan Sunda, melainkan pada kebudayaan nasional atau diwarnai oleh unsur-unsur kebudayaan para pelaku yang dominan di bidang kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian peranan kebudayaan Sunda (terutama dari sisi bahasa) sebagai sarana komunikasi umum di Kota Bandung, telah melemah. Namun studi lain oleh Parsudi Suparlan (1974) memperlihatkan penyerapan bahasa Sunda oleh generasi kedua pendatang di Kota Bandung. Demikian pula, rasa turut memiliki Kota Bandung juga menguat di kalangan para pendatang yang telah tinggal di sini beberapa generasi. Bahkan beberapa tokoh yang terkemuka dalam upaya pelestarian peninggalan sejarah Bandung dan tradisi budaya Sunda, adalah orang-orang bukan-sunda. Mereka ini juga menjadi semacam fasilitator antar golongan budaya, meski jumlahnya terlalu kecil. Sementara itu, kiranya juga dapat diterima bahwa di kalangan pendatang yang tinggal sementara, atau belum lama, belum tumbuh sense of belonging yang kuat untuk menumbuhkan sikap turut memelihara keadaan Kota Bandung, juga tidak memiliki legitimasi sosial untuk turut mengendalikan keadaan kota ini. Perkumpulan para pendatang banyak, perkumpulan penduduk asli juga banyak, namun belum terjalin. Di Kota Bandung belum tumbuh perasaan kewargaan yang kuat yang mengikat, baik orang Sunda maupun bukan-sunda sebagai warga kota, meskipun ada juga potensinya pada pertandingan-pertandingan olahraga tingkat tinggi dengan daerah lain, yang anggotanya juga meliputi warga Bandung yang bukan-sunda. 2-14

15 Pemetaan mata pencahariaan di Kota Bandung berdasarkan gender dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kota Bandung Tahun 2013 No Lapangan Usaha Utama Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah 1 Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya TOTAL Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014 Mengacu dari data pada Tabel 2.5 di atas maka dapat diketahui bahwa Kota Bandung sebagai Kota Jasa dan Pariwisata memiliki sektor pedagangan dan jasa tertinggi sebagai sumber ekonomi dan sosial sehingga hal ini perlu didukung dengan kualitas dan kesiapan teknologi pengelolaan lingkungan hidup yang menunjang agar pergerakan ekonomi tersebut semakin positif dan berkembang sebagai entitas Kota Bandung sebagai Kota Metropolitan Kebijakan Penataan Ruang Kota Bandung Perkembangan Kota Bandung yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor secara sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu perencanaan pembangunan sanitasi periode tahun ini perlu dimutakhirkan dengan perencanaan tata ruang dan wilayah Kota Bandung yang dituangkan dalam Perda Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandung Perencanaan Pembangunan Sanitasi Perkotaan Kota Bandung berdasarkan pada kebijakan dan aturan rencana ruang dan pola ruang agar dapat berkelanjutan dan terpadu dengan sektor lainnya. Stategi Sanitasi Kota Bandung harus disesuaikan dengan tujuan penataan ruang Kota Bandung yaitu Mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional. Untuk itu telah ditetapkan kebijakan rencana struktur ruang dan pola ruang sebagai basis perencanaan fisik di Kota Bandung. Berikut ini uraian dari kebijakan penataan ruang Kota Bandung tersebut. 2-15

16 Kebijakan Struktur Ruang Kota Bandung : 1. Perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional; Dalam rangka upaya perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien tersebut maka strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut : - mengembangkan 2 (dua) PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung Timur; - membagi kota menjadi 8 (delapan) SWK, masing-masing dilayani oleh 1 (satu) SPK; - mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata; - menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala pelayanannya; dan - menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan kapasitas jaringan jalan. 2. Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali; Dalam rangka upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana tersebut maka strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut : - membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi; - mengawasi fungsi dan hirarki jalan; - meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan; - memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu; - menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan; - mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan; - mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi kota. 3. Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional. Dalam rangka upaya Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional maka strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 2-16

17 - menjaga keseimbangan ketersediaan air baku; - mempertahankan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal; - Mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan pembangunan; - mengupayakan ketersediaan sumber air baku melalui kerjasama antardaerah; - mengurangi tingkat kebocoran air minum; - memperluas jaringan prasarana air limbah; - mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada setiap kegiatan yang menghasilkan limbah; - meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi permasalahan banjir dan genangan; - mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPAS dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang ramah lingkungan; - meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah; - menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan kota dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya; - mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada; - mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru skala kota dan wilayah ke Wilayah Bandung Timur; - melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah kota; - menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi fasilitas yang sudah jenuh; - mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum; dan - mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran. Rencana struktur ruang disusun untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan ruang dan keefektifan sistem pelayanan. Struktur ruang Kota Bandung terdiri dari unsur-unsur pusat-pusat pelayanan kota secara berjenjang, pembagian wilayah kota, sebaran kegiatan fungsional, dan sistem jaringan prasarana transportasi. Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, Rencana hirarki pusat pelayanan wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 3 jenjang yaitu: a. pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; b. subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan 2-17

18 c. pusat lingkungan (PL) Pusat pelayanan kota yang direncanakan sampai dengan tahun 2031 adalah pusat Alun-alun dan Gedebage. Pusat Pelayanan Alun-alun melayani Subwilayah Kota (SWK) Cibeunying, Karees, Bojonegara, dan Tegalega, sedangkan Pusat Pelayanan Gedebage melayani Subwilayah Kota Arcamanik, Derwati, Kordon, dan Ujungberung. Pusat Pelayanan Alun-Alun (PPK Alun-alun) melayani Subpusat Pelayanan Kota (SPK) Setrasari, Sadang Serang, Kopo Kencana dan Turangga. Kebijakan dasar pengembangannyaadalah urban renewal. Wilayah belakang Pusat Pelayanan Alun-alun adalah: 1. Subpusat Pelayanan Setrasari, melayani: Kecamatan Andir Kecamatan Sukasari Kecamatan Cicendo Kecamatan Sukajadi 2. Subpusat Pelayanan Sadang Serang, melayani: Kecamatan Cidadap Kecamatan Coblong Kecamatan Bandung Wetan Kecamatan Cibeunying Kidul Kecamatan Cibeunying Kaler Kecamatan Sumur Bandung 3. Subpusat Pelayanan Kopo Kencana, melayani: Kecamatan Astana Anyar Kecamatan Bojongloa Kidul Kecamatan Bojongloa Kaler Kecamatan Babakan Ciparay 4. Subpusat PelayananMaleer, melayani: Kecamatan Regol Kecamatan Lengkong Kecamatan Batununggal Kecamatan Kiaracondong Artinya berdasarkan rencana pengembangan struktur ruang RTRW Kota Bandung maka pembangunan infrastruktur termasuk sanitasi diprioritaskan dalam rangka peremajaan atau pemeliharaan terhadap fasilitas sanitasi yang telah ada. Adapun peningkatan cakupan pelayanan masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi lebih dititikberatkan pada PPK Gedebage. 2-18

19 Pusat Pelayanan Gedebage melayani Subpusat Pelayanan Arcamanik, Ujungberung, Kordon dan Derwati. Kebijakan dasar pengembangannya adalah urban development. Wilayah belakang Pusat Pelayanan Gedebage adalah: 1. Subpusat Pelayanan Arcamanik, melayani: Kecamatan Arcamanik Kecamatan Mandalajati Kecamatan Antapani 2. Subpusat Pelayanan Ujungberung, melayani: Kecamatan Ujungberung Kecamatan Cibiru Kecamatan Cinambo Kecamatan Panyileukan 3. Subpusat Pelayanan Kordon, melayani: Kecamatan Bandung Kidul Kecamatan Buahbatu 4. Subpusat Pelayanan Derwati, melayani: Kecamatan Gedebage Kecamatan Rancasari Berdasarkan hasil analisis yang dituangkan dalam RTRW Kota Bandung maka pengembangan ruang yang memerlukan peningkatan infrastruktur adalah Wilayah Bandung Timur terutama di wilayah perumahan yaitu Arcamanik, Ujungberung, Kordon, dan Gedebage. Rencana Struktur Ruang Kota Bandung yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini. 2-19

20 Gambar 2. 4 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandung 2-20

21 Berdasarkan Rencana Struktur Ruang dalam RTRW Kota Bandung , telah ditetapkan pula rencana pengembangan jaringan prasarana kota. Terkait Perencanaan Pembangunan Sanitasi termasuk pada Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan Kota terdiri atas: a. sistem penyediaan air minum; b. sistem pengolahan air limbah kota; c. sistem persampahan kota; d. sistem jaringan drainase kota; e. sistem penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki; f. sistem jalur evakuasi bencana. Berikut hasil telaahan rencana pengembangan prasarana pengelolaan lingkungan kota yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung khususnya sektor sanitasi: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Kota Berdasarkan hasil analisis dalam RTRW Kota Bandung , terlihat bahwa pada tahun 2031 produksi air limbah diperkirakan mencapai l/detik. Kapasitas pelayanan IPAL Bojong Soang hanya 936 (l/dtk). Dengan demikian, terlihat bahwa kondisi pelayanan air kotor masih jauh dari yang dibutuhkan sehingga perlu penambahan kapasitas jaringan air kotor dan IPAL. Namun demikian, pengembangan sistem publik prasarana air kotor ini tidak memungkinkan untuk dikembangkan dalam jangka pendek, mengingat investasi yang cukup besar, dan perbaikan kondisi air bersih lebih mendapatkan prioritas. Rencana lokasi IPAL baru Kota Bandung berdasarkan perencanaan tahun yang belum terealisir dapat menjadi alternatif pengembangan pada tahun tentunya dengan studi yang lebih dalam. Dalam menentukan lokasi IPAL yang tepat, faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan, yaitu: a) Ketersediaan lahan yang memadai b) Jarak terhadap badan air penerima c) Ketersediaan sarana jalan dan listrik d) Berada jauh dari pemukiman penduduk e) Lokasi yang apabila ditinjau dari topografinya memungkinkan untuk pengaliran secara gravitasi f) Tata ruang kota, atau tata guna lahan kota. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan Air Limbah Kota Bandung, selain dengan menambah pembuatan IPAL baru, dimana direncanakan sebanyak 2 buah dengan kapasitas pelayanan mencapai l/detik, IPAL baru ini sebaiknya direncanakan dengan 2-21

22 menggunakan teknologi yang mengurangi kebutuhan lahan dan memberikan kinerja yang baik. Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Bandung adalah sebagai berikut: a) revitalisasi IPAL Bojongsoang; b) optimalisasi dan pengembangan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah terlayani; dan c) pengembangan sistem pengolahan air limbah publik setempat bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat dengan prioritas di permukiman kumuh. Adapun untuk jangka pendek Pengembangan jaringan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada. Air limbah di wilayah Bandung Barat belum tertangani secara optimal. Air limbah dari daerah tangkapan barat masih dialirkan langsung ke badan air (sungai Citepus) daerah Karasak. Air limbah dari daerah tangkapan ex jaman Belanda secara langsung dibuang ke sungai Citepus sehubungan dengan bangunan inhoftank ex Belanda yang sudah tidak berfungsi lagi. Rencana tindak perbaikannya adalah: a) Penyambungan dari tangkapan Nyengseret dan inhoftank ke trunk sewer barat berupa pemasanga pipa 800 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan infoftank. b) Penggabungan daerah tangkapan barat ke Trunk Sewer bagian Timur berupa pemasangan pipa-pipa 110 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan Soekarno Hatta dari simpang inhoftank sampai dengan MH. Eksisting (samsat) dan pebangunan bangunan pumping. Selanjutnya perlu adanya peningkatan kinerja IPAL Bojongsoang yang saat ini masih belum optimal. Hal ini disebabkan karena terganggunya proses kolam akibat adanya daerah mati (dead zone) yang menyebabkan sistem aliran pada kolam fakultatif tidak baik. Pertumbuhan rumput pada areal kolam tidak dapat tertangani untuk seluruh areal kolam. Terjadi penumpukan lumpur pada bak penampung (slump well). Rencana tindak perbaikannya adalah: a) Revitalisasi IPAL Bojongsoang b) Perbaikan kolam plus unit bak pengering lumpur dan pengangkat lumpur kolam (sludge pump) c) Kajian teknis IPAL Bojongsoang untuk pengabungan buangan air kotor Bandung Barat. d) Pemanfaatan saluran Air Kotor yang tersedia belum optimal. Keterbatasan pipa pengumpul di wilayah timur. Terkait permasalahan yaitu masih rendahnya kapasitas air limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Bojongsoang dan pencemaran air limbah domestik terhadap sungai masih cukup tinggi, maka rencana tindak perbaikannya adalah: a) Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air minum. 2-22

23 b) Optimasi pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat. c) Pengembangan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat dan diprioritaskan bagi daerah kumuh. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, sebaiknya dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya,sehingga tidak ekonomis apabila langsung dikembangkan sistem terpusat. b. Sistem Persampahan Kota Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung, pelayanan pengangkutan sampah tahun 2014 mencapai 1.070,6 ton/hari dengan beban pengolahan 1.258,1 ton./hari dan timbulan sampah sebesar 1.510,7 ton/hari. Jika dilihat dari aspek persebaran penduduk per wilayah operasional, tingkat pelayanan persampahan Kota Bandung hingga saat ini mencapai 44,92% untuk Bandung Utara, 40,49% untuk Bandung Barat, 16,93% untuk Bandung Selatan, dan 11,43% untuk Bandung Timur. Dapat disimpulkan kinerja Pemerintah Kota Bandung dalam pelayanan dan pengelolaan persampahan perkotaan tahun 2014 adalah telah tercapai 16% (Melalui 3R: Reduce, Reuse, Recycle), tercapai 74% (Landfill) serta Pemanfaatan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomis masih dalam progress. Dalam program pengelolaan persampahan Kota Bandung sesuai dengan RPJM Kota Bandung bahwa sampai tahun 2018 tingkat pengelolaan sampah adalah 90% dengan menggunakan TPA/TPST adalah 25 % dan menggunakan 3R, biodegester dan teknologi ramah lingkungan adalah 65 %, sedangkan untuk program jangka panjang sampai tahun 2025 adalah tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang berwawasan lingkungan adalah 100%, menggunakan teknologi biodigester dengan cakupan pelayanannya diharapkan mencapai 1% sampai tahun 2018 dan 1% per tahun sampai tahun 2025, menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan dengan target cakupan pelayanan 34%, %sampah yang dikelola secara landfill adalah 25%, prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) adalah 30 %. Untuk mencapai target tersebut perlu 2-23

24 memunculkan program prioritas. Program prioritas lebih menitikberatkan kepada partsipasi masyarakat Kota Bandung dalam mengelola sampah Kota Bandung. Untuk meningkatkan pelayanan persampahan Kota Bandung, maka diperlukan penambahan TPA yang akan melayani Kota Bandung. Lokasi TPA yang akan digunakan harus sesuai dengan SNI yang menyatakan tempat pemrosesan akhir sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk mengkarantinakan sampah kota secara aman. Kriteria lokasi TPA harus memenuhi persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup dengan AMDAL serta tata ruang yang ada. Kelayakan lokasi TPA ditentukan berdasarkan: a) kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone meliputi kondisi geologi, hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari lapangan terbang, cagar alam banjir dengan periode 25 tahun; b) kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai tambahan meliputi iklim, utilitas,lingkungan biologis, kondisi tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika, dan ekonomi; dan c) kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat. Melihat dari ketersediaan lahan di wilayah Kota Bandung, maka lokasi baru TPA kemungkinan besar berada di Bandung Timur, namun demikian diperlukan studi kelayakan lebih lanjut baik secara teknis maupun sosial ekonomis dan lingkungan. Rencana untuk sistem persampahan Kota Bandung adalah sebagai berikut: a) pembangunan paling kurang 1 (satu) TPS di setiap PL; b) pembangunan infrastruktur perkotaan pengolahan sampah di Gedebage. c) operasionalisasi TPA Regional di Legok Nangka, Kabupaten Bandung; d) peningkatan pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan dan skala kota; dan e) optimalisasi TPA Sarimukti. c. Sistem Drainase Kota Secara umum sistem drainase di Kota Bandung terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai sepanjang 265,05 km. Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Namun, sekitar 30% ruas jalan belum memiliki saluran drainase sehingga beberapa daerah 2-24

25 rawan banjir dan genangan. Kondisi saluran mikro ini di beberapa tempat terputus (tidak berhubungan dengan saluran di bagian hilirnya). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas jalan yang memiliki saluran drainase. Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum terencana dengan baik. Pada tahun 2014 panjang drainase yang tidak berfungsi dengan baik adalah , 83 m dan terdapat 38 titik di Kota Bandung yang merupakan lokasi banjir yang tertangani lebih dari 2 jam. Penyebab terjadinya daerah rawan banjir ini adalah karena tertutupnya street inlet oleh beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam saluran drainase, adanya pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi drainase yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, serta pengalihfungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan fungsi komersil seperti pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain lain sehingga tutupan lahan pun berubah yang meningkatkan debit limpasan. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait infrastruktur drainase seperti terjadinya banjir dan genangan yang semakin meluas di Kota Bandung akibat pertambahan penduduk dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat sehingga terjadi perubahan tata guna lahan dapat diterapkan Sustainable Drainage System (SUDS) atau Sistem Drainase Berkelanjutan. Konsep ini merupakan sistem penyaluran air hujan yang dirancang untuk mengalirkan air permukaan sekaligus sebagai upaya konservasi air. Dalam RTRW Kota Bandung , Rencana pengembangan prasarana drainase secara umum adalah sebagai berikut : 1) Penataan dan pengembangan sistem drainase secara terpadu dengan brandgang. Pada saat ini masih banyak jaringan drainase yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain, sehingga perlu pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi. Dalam hal ini perlu ditinjau ulang kondisi eksisting saluran drainase dan melakukan perbaikan secara teknis untuk saluran yang memerlukan perbaikan. Untuk perbaikan ini mungkin bisa dilakukan secara bertahap dengan membuat sektor-sektor perbaikan yang direncanakan dalam beberapa jangka waktu, sehingga diharapkan pada tahun 2031 semua saluran drainase telah berfungsi dengan baik. 2) Peningkatan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro umumnya berupa sungai atau anak sungai. Pada saat ini banyak sungai di Kota Bandung yang fungsinya mengalami penurunan, yang disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai dan erosi. 3) Pengintegrasian sistem drainase dengan wilayah resapan. Untuk mengaplikasikan sistem drainase berkelanjutan, sebaiknya fasilitas drainase dilengkapi dengan daerah resapan, sehingga dapat juga untuk menambah cadangan air tanah. Fasilitas resapan dapat berupa parit resapan, sumur resapan, kolam resapan, dan perkerasan resapan. Selain fasilitas 2-25

26 resapan juga dapat digunakan fasilitas penyimpan seperti : retrading basin, wetland, kolam regulasi, taman, pekarangan, ruang terbuka. 4) Penurunan tingkat sedimentasi pada sistem drainase melalui normalisasi sungai, reboisasi hulu sungan dan pengerukan sungai yang berkelanjutan. Pemeliharaan saluran drainase dari sampah dan sedimen dengan secara rutin melakukan pengerukan pada musim kemarau dan memasang grit atau barscreen di tempat-tempat yang berpotensi masuknya sampah ke dalam saluran drainase. Setelah ditetapkannya struktur ruang Kota Bandung maka yang perlu ditelaah lebih lanjut dalam kebijakan penataan ruang adalah Pola Ruang Kota Bandung. Berikut ini uraian dari Kebijakan Pola Ruang Kota Bandung RTRW : Kebijakan Pola Ruang : 1. perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung; strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah : - menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di Kawasan Bandung Utara; - mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan hutan kota; - mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi; - mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api; - mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau; - melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural; - meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana. 2. optimalisasi pembangunan wilayah terbangun. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah : - mengembangkan pola ruang kota yang kompak, intensif dan hijau, serta berorientasi pada pola jaringan transportasi; - mendorong dan memprioritaskan pengembangan ke Bandung bagian timur yang terdiri dari SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon, dan SWK Gedebage; - mengendalikan bagian barat kota yang telah berkembang pesat dengan kepadatan relatif tinggi, yang terdiri atas SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK Karees; 2-26

27 - membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung bagi kawasan bawahannya; - mempertahankan fungsi dan menata RTNH; dan - menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan lahan dan fasilitas parkir yang memadai bagi kegiatan pada kawasan peruntukan lainnya. Kebutuhan Pembangunan infrastruktur sanitasi terikat erat dengan Kebutuhan perumahan. Kebutuhan Perumahan di Kota Bandung terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota Bandung sebagai Kota Jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk perumahan pada tahun 2031 disiapkan untuk menampung lebih kurang jiwa. Sementara itu pada tahun 2000, luas lahan permukiman sudah mencapai ±53% dari lahan keseluruhan yaitu seluas 8.866,715 ha menampung jiwa. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat pelayanan permukiman dan yang memenuhi persyaratan pelayanan prasarana dasar selain pengembangan horizontal juga pengembangan vertikal berupa rumah susun. Pengembangan secara vertikal ini dilakukan kecuali di kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, atau kapasitas prasarananya terbatas, dan kawasan dengan tingkat pelayanan jalan rendah. Pengembangan perumahan diklasifikasikan menjadi perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen, direncanakan di Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, Bojong Loa Kidul, Regol, Babakan Ciparay, Bojong Loa Kaler, Astana Anyar, Lengkong, Sumur Bandung, Buah Batu, Batununggal, Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul. Perumahan kepadatan sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150 m 2, yaitu di Kecamatan Bandung Wetan, Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, Mandala Jati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru. Perumahan kepadatan rendah rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m2, yaitu di Kecamatan Cidadap, Ujung Berung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan yang direncanakan ini untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Dari rencana luas kavling perumahan ini menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota Bandung semakin terbatas sehingga pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif di wilayah kota dan makin ekstensif ke wilayah luar Kota Bandung. Berdasarkan dari hasil analisis rencana pola ruang khususnya ruang untuk perumahan maka perlu disesuaikan strategi sanitasi kota dengan jenis kepadatan penduduk baik kebijakannya maupun teknologi pengelolaan sanitasi yang dipilih. Untuk melihat gambaran Pola Ruang Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini. 2-27

28 Gambar 2. 5 Peta Pola Ruang Kota Bandung 2-28

29 2.1.7 Kondisi Kesehatan Kota Bandung Kualitas lingkungan hidup sebagai habitat manusia sangat erat korelasinya dengan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat tersebut sebagai bagian dari ekosistem. Untuk itu perlu ditelaah kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandung yang tercatat hingga tahun 2014 terutama dalam hal status penyakit yang ada kaitannya dengan sektor sanitasi. Berdasarkan dari RPJMD Kota Bandung tahun diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA serta Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Kota Bandung juga sudah optimal. Selama periode cakupan penemuan dan penanganan penderita kedua jenis penyakit tersebut sudah mencapai 100%. Kinerja cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin selama 3 tahun terakhir ( ) sudah mencapai 100%. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat miskin telah mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Berdasarkan dari angka kesakitan (morbiditas) dapat diketahui informasi di masyarakat (community based data) mengenai permasalahan penyakit, perkembangan dan penyebarannya. Data kesakitan di Kota Bandung didapat dari laporan- laporan layanan rawat jalan di puskesmas. Berdasarkan laporan yang masuk dari puskesmas tahun 2013 didapat 20 penyakit terbanyak dan yang berkaitan erat dengan kualitas sanitasi sebagai faktor pemicu adalah penyakit Acute Flacid Paralysis (AFP). Tahun 2013 di Kota Bandung ditemukan kasus AFP sebanyak 14 kasus pada anak < 15 tahun, kasus ini ditemukan di 13 kecamatan di Kota Bandung yaitu Kecamatan Sukajadi, Cicendo, Andir, Cidadap, Sumur Bandung, Cibeunying Kidul, Kiaracondong, Bojongloa Kaler, Bandung Kulon, Mandalajati, Arcamanik, Ujungberung, dan Rancasari. Jumlah temuan kasus AFP terbesar ditemukan di Kecamatan Andir yaitu sebanyak 4 kasus. Bila dihitung angka kesakitannya yaitu jumlah kasus AFP pada anak usia < 15 tahun dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia <15 tahun per nya terdapat 3,37 per penduduk. Selanjutnya menelaah mengenai kasus Penyakit Diare di mana merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk Kota Bandung, karena besarnya jumlah kasus yang ada di masyarakat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja sejalan dengan perilaku hidup individu (personal hygiene) dan lingkungan yang tak sehat terutama pada bayi dan balita. Jumlah kasus Diare pada balita tahun 2013, yang didapat dari puskesmas termasuk oleh kader kesehatan, sebesar kasus, menurun kasus dari tahun sebelumnya ( kasus). Kejadian Diare pada semua usia di Kota Bandung tahun 2013 terlaporkan sebanyak kasus menurun kasus dari tahun 2012 yang sebesar kasus. Kasus Diare terbanyak, bila dilihat wilayahnya, terdapat di Kecamatan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay. Perhatian khusus juga dapat diberikan kepada Kecamatan Bandung Kulon yang menjadi wilayah dengan jumlah Kasus Diare terbesar dalam dua tahun berturut ini. 29

30 Selain penyakit diare diperoleh informasi mengenai Jumlah kasus DBD di Kota Bandung yaitu tahun 2012 sebanyak kasus, sedangkan di tahun 2013 ditemukan kasus (Profil Kesehatan Kota Bandung, 2013). Jumlah penderita meninggal akibat DBD 13 orang dengan Case Fatal Rate (CFR) 0,23%, sedangkan di tahun ,22%. Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue paling banyak terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 540 kasus. Kecamatan Buah Batu dapat menjadi perhatian dalam permasalahan DBD karena dalam kurun waktu 3 tahun berturut-turut menjadi kecamatan dengan kasus DBD terbesar di Kota Bandung dengan 407 kasus pada tahun 2011 lalu. 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK Pada sub bab ini akan dijelaskan progress dari implementasi SSK Kota Bandung tahun Perkembangan pembangunan sanitasi di Kota Bandung dari tahun dapat dilihat dari hasil sandingan target sasaran dalam Dokumen SSK Kota Bandung tahun 2010 dengan capaian kinerja atau implementasi rencana saat ini Air Limbah Domestik Berdasarkan hasil review BPS, SSK dan MPS Kota Bandung 2010, Terdapat informasi mengenai tujuan program dan kegiatan yang kiranya telah direncanakan pada tahun Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan yang direncanakan SSK Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Air Limbah Kota Bandung 2010 No Strategi Program Kegiatan Sasaran I : Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah dari kegiatan industri dan komersial lainnya pada akhir tahun Penanganan Air Limbah 1. Penyambungan dari tangkapan Bandung Barat Nyengseret & INHOFTANK ke trunk sewer barat (diameter pipa 800 mm) 2. Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Limbah Terpusat Kota Bandung 3. Pembebasan lahan untuk pumping station dan pemasangan pipa pda perlintasan sungai 4. Pembangunan bangunan pumping dan pemasangan pipa pada perlintasan sungai Sasaran II : Mengurangi pencemaran sungai di Kota Bandung dengan 2-30

31 melakukan pengawasan dan pengandalian pembuangan limbah cair industry dan komersial ke sungai pada akhir tahun Perluasan/Penambahan Jaringan Air Limbah Pengembangan pemasangan jaringan pipa air limbah diprioritaskan pada pelanggan air minum per tahun 2000 sambungan rumah 2. Pengembangan pemasangan jaringan pipa air limbah diprioritaskan pada pelanggan air minum di area pelayanan program Bandung barat (6 Km ) per tahun 3000 sambungan rumah Sasaran III : Berfungsinya IPAL yang dimiliki oleh industry dan kegiatan komersial lainnya pada akhir tahun Pengadaan Fasilitas Penunjang Pelayanan Air Limbah Pengadaan Sarana Operasi & Maintenance Sasaran IV : Tersedianya dan berfungsinya IPAL komunal untuk industry usaha kecil dan menengah sebanyak 3 unit pada tahun Optimalisasi IPAL Bojongsoang Sumber: SSK Kota Bandung, Revitalisasi IPAL Bojongsoang 2. Review Master Plan Air Limbah 3. Kajian Teknik & DED Optimalisasi IPAL 4. Review FS/DED Ujungberung Dari Tabel 2.6 dapat dilihat program dan kegiatan subsektor air limbah domestik yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun Pada dokumen ini akan dilihat progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk Progress yang telah dilakukan dikelompokkan berdasarkan sasaran dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut. Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah Domestik Kota Bandung SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini Meningkatkan kualitas lingkungan sehat dan bersih di Kota Bandung melalui pengelolaan Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah dari kegiatan industri dan Penangan air limbah yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung hanya terbatas kepada limbah Dokumen Masterplan Air Limbah Kota Bandung telah disusun pada tahun 2011 tetapi tidak 2-31

32 SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini air limbah industri komersial lainnya industri dalam skala mencakup dan kegiatan pada akhir tahun besar tetapi untuk pengelolaan air komersial lainnya 2014 industri kecil dan limbah dari kegiatan yang efektif dan sumber lainnya industri dan kegiatan ekonomis seperti industri komersial lainnya. Menurunnya pencemaran sungai di Kota Bandung dengan melakukan makanan seperti produksi tahu, limbah pasar, Rumah Potong hewan masyarakat, Tingkat pencemaran sungai yang melewati Kota Bandung menurut SK Gubernur pengawasan dan sablon dan garmen Jabar No 39 Tahun pengendalian pembuangan limbah kaos dan akifitas industri kecil lainnya 2000 termasuk pada status air mutu cemar cair industri dan masih belum berat. Hal ini masih komersial ke sungai tertangani dengan disebabkan oleh pada akhir tahun baik. Pembuangan air 2014; limbah domestik yang langsung ke sungai sebelum diolah. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya industri di Kota Bandung yang masih belum seluruhnya memiliki standar IPAL yang berkualitas sehingga buangannya aman di lingkungan. Berfungsinya IPAL IPAL yang berfungsi yang dimiliki oleh saat ini IPAL Bojong industri dan kegiatan Soang komersial lainnya pada akhir tahun 2014; 2-32

33 SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini Tersedianya dan - berfungsinya IPAL komunal untuk industri usaha kecil dan menengah sebanyak 3 unit pada tahun 2014; Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung, Pengelolaan Persampahan Sektor persampahan adalah salah satu aspek dalam pengembangan sanitasi perkotaan. Untuk program dan kegiatan yang dituangkan dalam Dokumen PPSP Kota bandung tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8 Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung tahun 2010 No Strategi Program Kegiatan Sasaran I : Meningkatkan pengurangan sampah di sumber sehingga dapat mengurangi pengangkutan sampah pada akhir tahun Penataan TPS 3R Perbaikan dan Penataan TPS - TPS Peningkatan Pengelolaan Sampah Perkotaan 1. Pengadaan Sarana Pengumpul (Pick Up 3M3) 2. Pengandaan Sarana Pengumpul (Motor Roda Tiga / Trida 1,5M3) 3. Pengadaan Alat Berat berupa Bull Dozer 4. Master Plan Revitalisasi TPA Sasaran II : Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3R (Reuse, Reduse dan Recycle) sampah rumah tangga dan komersial pada tahun Pengelolaan Sampah Dengan Pola 3R 1. Pengadaan Mesin Pencacah Sampah Organik di TPS 2. Pembangunan Tempat Pengomposan (Composting Site) 3. Pengadaan Truk LH ( 10 m 3 ) 60 Unit 4. Pembangunan Sarana Composting Skala Kota di Cieunteung 5. Pendampingan dan Pembangunan 3 R Sasaran III : Melakukan kampanye kepada masyarakat serta sekolah berbudaya 2-33

34 No Strategi Program Kegiatan lingkungan dan peran serta stake holder dan masyarakat dalam mensukseskan program adipura pada tahun Pilot Project 3R di RW Penataan Sarana Prasarana Persampahan di Lingkungan RW Sumber : SSK Kota Bandung, 2010 Dari Tabel 2.8 di atas dapat dilihat program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun Pada dokumen ini akan dilihat progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan oleh Pokja AMPL Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun 2010 yang dituangkan dalam Tabel 2.9 berikut. Meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Bandung untuk berperan serta melakukan pengelolaan persampahan dengan kegiatan 3R (Reuse, Reduse dan Recycle) untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Tabel 2.9 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini Meningkatkan pengurangan sampah di sumber sehingga dapat mengurangi pengangkutan sampah pada akhir tahun 2014; Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3R (Reuse, Reduse dan Recycle) sampah rumah tangga dan komersial pada tahun 2014; Melakukan kampanye kepada masyarakat melalui sekolah berbudaya sumber sampah Kota Bandung adalah sebesar m 3 /hari dengan berat jenis 200 Kg/M 3. Tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah masih sangat rendah. Telah dilakukan upaya penanganan sampah di sumber seperti pengolahan melalui 3R di TPST, Bank Sampah, serta Stasiun Peralihan Antara (SPA) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah secara 3R telah ada dalam sistem pengelolaan sampah di Kota Bandung, namun belum terinstitusikan secara formal sehingga belum berkembang dengan signifikan dan optimal. Kota Bandung telah memiliki Forum Organisasi Masyarakat yang 2-34

35 SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini lingkungan dan peran serta stake holder dan bergerak dalam edukasi, advokasi dan masyarakat dalam gerakan sosial mensukseskan pengelolaan sampah. program adipura Komunitas yang pada tahun 2014; terdiri dari partisipan NGO, Akademik, Ikatan Ahli Teknik Lingkungan, Mahasiswa, PKK, dan lainnya dikenal dengan nama Bandung Juara Bebas Sampah. Salah satu contoh Kampanye yang telah dilakukan adalah dengan tagline bandung bebas sampah.id dan mulai diadakan tiap tahun. Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung, Drainase Perkotaan Jaringan Drainase Perkotaan adalah salah satu aspek dalam pengembangan sanitasi perkotaan. Untuk program dan kegiatan yang dituangkan dalam Dokumen PPSP Kota bandung tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah ini. Tabel 2.10 Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Drainase Kota Bandung Tahun 2010 No Strategi Program Kegiatan Sasaran I : Tersedianya dokumen perencaan pemantauan kualitas air sungai di Kota Bandung dari 16 sungai yang di pantau (35%) meningkat menjadi 23 sungai (50%) pada tahun Perencanaan Pembangunan Saluran Drainase/Goronggorong 1. Sudetan drainase Jl. Soekarno Hatta dari Sal. Cisalatri/Perumahan Panyileukan ke. S. Cilameta 2. Sudetan drainase Jl. Cilengkrang II-Jl. A.H Nasution/Perumahan Cilengkrang ke S. Cilameta 3. Sudetan drainase Jl. Cibogo/Perumahan DAM ke Sal. Cibodas-Jl.Tol Pasteur 4. Sudetan drainase Jl. S. Hatta dari Pasar Induk Gedebage ke S. Cilameta dan Cinambo Lama 5. Sudetan drainase Perumahan Cibaduyut Indah (di perbatasan Tol Padaleunyi Kab. Bandung) ke 2-35

36 2 Pembangunan Saluran Drainase/Goronggorong: S. Ranjeng 6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi Panjang ke S. Ranjeng 7. -Sudetan drainase Ters. Jl.Jakarta /Perumahan Antapani Tengah ke S.Cipamokolan 8. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke S. Cianting 1. Sudetan drainase Jl. Soekarno Hatta dari Sal. Cisalatri/Perumahan Panyileukan ke. S. Cilameta (500 meter) 2. Sudetan drainase Jl. Cilengkrang II-Jl. A.H Nasution/Perumahan Cilengkrang ke S. Cilameta (700 meter) 3. Sudetan drainase Jl. Cibogo/Perumahan DAM ke Sal. Cibodas-Jl.Tol Pasteur (300 meter) 4. Sudetan drainase Jl. S. Hatta dari Pasar Induk Gedebage ke S. Cilameta dan Cinambo Lama (500 meter) 5. Sudetan drainase Perumahan Cibaduyut Indah (di perbatasan Tol Padaleunyi Kab. Bandung) ke S. Ranjeng (500 meter) 6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi Panjang ke S. Ranjeng (500 meter) 7. Sudetan drainase Jl. Soekarno-Hatta dari Perum Guru Minda ke S. Cijalupang (500 meter) 8. Sudetan drainase Jl.Soekarno-Hatta dari Perum Sanggar Hurip ke S.Cidurian (700 meter) 9. Sudetan drainase Perum Cimincrang ke S.Cinambo Baru Gedebage (600 meter) 10. Sudetan drainase Perum Sriwijaya ke S.Cipalasari (600 meter) 11. Sudetan drainase Ters. Jl. Jakarta/ Perum Antapani Tengah ke S.Cipamokolan (600 meter) 12. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke S.Cianting (700 meter) 13. Sudetan drainase Perum Sentosa ke S.Cipamokolan (1,5 km) 14. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Barat ke S.Cibodas (2 km) 15. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Timur ke S.Cidurian (500 meter) 16. Sudetan drainase Perum Riung Bandung ke S.Cinambo Baru (700 meter) 17. Sudetan drainase Perum Kawaluyaan ke S.Cibodas (400 meter) Sumber: SSK Kota Bandung, 2010 Pada Tabel 2.10 di atas dapat dilihat program dan kegiatan subsektor drainase perkotaan yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun Pada dokumen ini akan dilihat progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi 2-36

37 program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan oleh Pokja AMPL Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun 2010 yang dituangkan dalam Tabel 2.11 berikut. Meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Bandung melalui perbaikan kualitas air dan kebersihan di saluran drainase primer (sungai) Tabel 2.11 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Drainase Lingkungan Kota Bandung SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat Ini) Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini Tersedianya dokumen perencanaan pemantauan kualitas air sungai di Kota Bandung dari 16 sungai yang di pantau (35%) meningkat menjadi 23 sungai (50%) pada Tahun 2014; Meningkatnya kesadaran masyarakat di sekitar sungai di Kota Bandung untuk turut serta menjaga kebersihan sungai dari sampah dan limbah pada tahun 2014; Meningkatnya kawasan ruang terbuka hijau pada daerah tangkapan air untuk mengurangi banjir di musim hujan dan sedimentasi di sungai pada tahun 2014; Meningkatkan perlindungan kepada situ dan pembuatan sarana penampungan sementara air larian (kolam retensi seperti embungembung); Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung Terjadinya banjir Cileuncang pada musim hujan dan keringnya saluran drainase primer (sungai) pada saat musim kemarau, serta tingginya pencemaran sungai oleh limbah domesik dan limbah industri. Cepatnya terjadi pendangkalan sungai karena erosi lahan di hulu menyebabkan meningkatnya kekeruhan air sungai. Sosialisasi perda K3 telah banyak dilakukan oleh Pemerintah namun belum ditindaklanjuti dengan penegakan hukum secara tegas bagi pelanggaran K3. Telah adanya upaya Proporsi Ruang Terbuka Hijau Terhadap LuasWilayah Kota Bandung pada tahun 2013 adalah sebesar 12,14% atau 2.030,47 ha. Hal ini berarti masih harus ditingkatkan untuk memenuhi amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu 30% dari Luas wilayah. Belum terealisasi secara optimal hingga akhir tahun

38 2.3 Profil Sanitasi Saat Ini Bab ini menjelaskan profil sanitasi yang dirangkum dari Buku Putih Sanitasi dan diperbaharui dengan data yang terbaru. Pada bab ini akan terbagi,menjadi 3 (tiga) sektor, yaitu sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan Pengelolaan Air Limbah Domestik Sistem dan Infrastruktur Dalam rangka mewujudkan Kota Bandung tahun yaitu sebagai Kota yang unggul, nyaman dan sejahtera maka langkah yang utama dilakukan dalam mencapainya adalah mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung sebagai urusan wajib pelayanan dasar Pemerintah Daerah perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan pengelolaannya baik dari sisi kebijakan, kelembagaan, teknis dan lainnya mengingat saat ini cakupan layanan air limbah Kota Bandung oleh PDAM tercatat baru mencapai 66% (Offsite: 37,9 %; Onsite: 28,1 %) (LKPJ Walikota Bandung, 2014). Dan kini dengan adanya tantangan universal akses , peran pemerintah kota bandung sebagai pelayan masyarakat sekaligus dapat memfasilitasi seluruh stakeholders di Kota Bandung dapat meningkatkan target capaian akses masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi menjadi 100% (tahun 2019). Jika bekerja sendiri, tentunya akan mustahil tercapai oleh karena itu perlu adanya pemikiran bagaimana pembaharuaan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik kota Bandung. Capaian kinerja pengelolaan air limbah Kota Bandung dapat dijabarkan sebagai berikut : Indikator Pengendalian pada Sumber Pencemar (dari 250 sumber pencemar), dari target sebanyak 7 (tujuh) perusahaan dapat terealisasi sebanyak 43 (empat puluh tiga) perusahaan. Berdasarkan rekomendasi teknis air buangan yang dikeluarkan sebagai dasar penerbitan Izin Pembuangan Air Buangan Ke Badan Air Penerima, di mana persyaratannya adalah limbah cairnya harus memenuhi standar baku mutu kualitas air. Persyaratan teknis untuk mendapatkan rekomendasi pembuangan air buangan ke badan air penerima adalah menyertakan hasil uji sampling kualitas limbah cair dari outlet/titik pembuangan instalasi pengolahan yang harus, memenuhi standar baku mutu. Setelah mendapatkan ijin pembuangan air buangan ke badan air penerima, perusahaan pun wajib melakukan pemantauan terhadap kualitas limbah cairnya dan harus dipastikan selalu memenuhi standar baku mutu. 2-38

39 Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa indikator cakupan pelayanan air limbah dai target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target. Jumlah sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai SR yang melayani jiwa atau 21,4% penduduk Kota Bandung dari total keseluruhan penduduk Kota Bandung yang tercatat di BPS yaitu jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau tangki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya, sehingga tidak ekonomis apabila langsung dikembangkan sistem terpusat. 2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang belum dimanfaatkan. 3. Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung meliputi : 1. Aspek Peraturan Perundang-undangan a. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran dalam Perda K3 belum terimplemenasi dengan optimal 2. Aspek Teknis a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah domestik disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami kerusakan, disfungsi, dan lainnya. 2-39

40 b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak diimbangi dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan operasi tidak dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan. 3. Aspek Pembiayaan a. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya operasional dan pemeliharaan serta investasi di sektor ini. b. Proporsi pembiayaan untuk menangani air limbah domestik di Kota Bandung selama ini masih belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan Urusan Pekerjaan Umum lainnya seperti Bina Marga dan Pengembangan Sumber Daya Air. c. Operasi penarikan retribusi mempunyai efektifitas yang rendah akibat ketidakmampuan menghadapi kendala (misal landasan hukum, sistem dan kemauan dan kemampuan bayar masyarakat). d. Belum terbukanya peluang pendanaan dan investasi dari stakeholders non pemerintah. 4. Aspek Kelembagaan a. Secara struktural, status unit pengelola di kebanyakan kota mempunyai keterbatasan wewenang, tidak seimbang dengan tanggung jawab yang diperlukan yang menyangkut suatu sistem kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dengan sistem dalam masyarakat luas. Kewenangan ini menyangkut masalah teknik maupun keuangan serta manajemen. b. Belum adanya SOP atau aturan yang mengurus pelimpahan kewenangan dalam mengelola output pembangunan khususnya yang ditangani oleh Dinas SKPD sehingga infrastruktur yang telah dibangun selesai pada tahun anggaran atau berbasis proyek saja tanpa ada kejelasan siapa yang akan mengurus dan memeliharanya. c. Manajemen operasional masih sederhana, hanya menonjolkan aspek pelaksanaan, sementara itu aspek perencanaan dan pengendalian tidak terperhatikan. d. Tenaga terdidik bidang sistem penyaluran air limbah di daerah masih sangat terbatas. Untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan peningkatan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung maka perlu ditelaah sistem dan infrastrutur air limbah domestik yang ada saat ini. Lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini. 2-40

41 Gambar 2.6 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Sumber : Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung Pengelolaan dilakukan oleh Divisi Air Kotor PDAM Kota Bandung. Air limbah diolah hanya menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang (Kabupaten Bandung) yang dibangun tahun 1988 dengan kapasitas m3/hari atau jiwa (15%) dari penduduk Kota Bandung. Di sebagian wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase. Berikut ini skema umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung. Wialyah Utara Wilayah Barat Sungai Citepus Cakupan layanan 60% Wialyah Utara Wilayah Barat IPAL Gambar 2. 7 Skema Umum Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung Sumber : PDAM KotaBandung,

42 IPAL Bojongsoang yang terletak di Kabupaten Bandung perlu terus ditingkatkan kinerja pengolahannya melalui perbaikan dan perubahan teknologi yang digunakannya sehingga kapasitas pengolahannya akan lebih optimal baik untuk Kota Bandung maupun nantinya untuk Kabupaten Bandung. Berikut data cakupan layanan IPAL Bojongsoal per wilayah Bandung. Tabel Cakupan Layanan IPAL Bojongsoang per wilayah Bandung No Uraian Kel. terlayani %pelayanan 1 Bandung Barat Bandung Tengah/Selatan Bandung Timur Bandung Utara Sumber : IPAL Bojongsoang,2011 Adapun kondisi eksisting penanganan air limbah domestik kota bandung tahun 2013 melalui sistem terpusat menuju IPAL Bojong Soang dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini. Tabel Konsidi Eksisting Penanganan Air Limbah Domestik Kota Bandung Tahun 2014 No Item Volume Satuan 1 Kapasitas Maks IPAL m3/hari 2 Kapasitas terpasang m3/hari 3 Kapasitas terpakai 93,16 % 4 Idle Capacity 6,84 % 5 Jumlah Sambungan SR 6 Cakupan Pelayanan 66 % Sumber : PDAM Kota Bandung,2014 Adapun peta layanan dan lokasi sarana penanganan Air Limbah Domestik dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut ini. 2-42

43 Gambar 2. 8 Peta Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Bandung Sumber : PDAM Kota Bandung, 2013 Berdasarkan dari kondisi eksisting penanganan air limbah domestik di Kota Bandung maka dapat diuraikan sebagai berikut analisis kebutuhan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung Aspek Teknis Perangkat jaringan air kotor untuk melayani pengelolaan dan pengolahan air kotor di Kota Bandung adalah: 1. Saluran air kotor lama yang dibangun pada jaman Belanda (tahun 1916) sepanjang 14 km yang dilengkapi dengan bangunan Inhoff Tank. 2. Saluran tercampur yang berfungsi untuk menyalurkan air kotor dan air hujan. 3. Tangki Septik dengan jumlah buah yang tersebar di seluruh Kota Bandung. 4. BUDP Tahap I, saluran air kotor sepanjang 176 km dengan bangunan pelengkap untuk melayani jiwa. 5. BUDP Tahap II : Saluran air kotor sepanjang 128 km yang dilengkapi dengan bangunan pelengkap untuk melayani jiwa Pumping Station sebanyak 2 (dua) unit (Jalan Jakarta dan Jalan Cijaura Hilir) 2-43

44 Instalasi pengolahan air kotor yang dilengkapi dengan Kolam Stabilisasi seluas 85 Ha yang berlokasi di Kecamatan Bojongsoang, untuk areal pelayanan Bandung Timur dan Tengah Selatan Pendanaan Biaya perencanaan pelayanan air limbah di kota Bandung berasal dari APBD Kota Bandung dan Pendapatan PDAM Kota Bandung. Biaya Operasional Air limbah PDAM Kota Bandung diperoleh dari: a. Jasa Pelayanan Air limbah dari Pelanggan Air Minum sebesar 30% dari pemakaian air bersih (PERDA No 17 /PD/ 1986). b. Jasa Pelayanan Air Kotor bagi non Pelanggan Air Minum yang ditetapkan sesuai dengan SK. Walikota No 194 Tahun c. Pelayanan Tanki Tinja (SK Direksi No. 23/2004). d. Pelayanan Toilet Container. e. Pelayanan Kendaraan Maintenance ROM Combi. Tarif Pelayanan Tanki Tinja (SK.Direksi No.23/2004): Pelanggan PDAM Jasa Pelayanan Penyedotan Septik Tank Gratis hanya membayar biaya transportasi saja sebesar Rp Pelanggan Non PDAM Biaya Penyedotan Rp ,-/m3 Biaya Transportasi Rp ,- Lengkapnya biaya pelayanan air limbah melalui perpipaan non air bersih adalah sebagaimana tertuang dalam Tabel 2.14 berikut Tabel Besaran Biaya Pelayanan Air Limbah Perpipaan Non Air Bersih (SK.Walikota No.194/2002) NO JENIS GOLONGAN KELAS BESAR TARIF 1. Gol. Sosial I A, I B Rp ,- 2. Gol. Rumah Tangga II A1 II A2 II A3 II A4 II B Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- 3. Gol.Niaga III A Rp ,- 2-44

45 NO JENIS GOLONGAN KELAS BESAR TARIF III B Rp ,- 4. Gol. Industri Sumber : PDAM Kota Bandung, 2009 IV A IV B Rp ,- Rp , Kelembagaan Institusi yang terlibat dalam penanganan air limbah domestik di Kota Bandung adalah: 1. Bappeda Kota Bandung; kapasitasnya sebagai perencana sistem air limbah di Kota Bandung 2. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung; kapasitasnya sebagai regulator pelayanan air limbah di kota Bandung dan penanganan air limbah domestik secara on site. 3. PDAM Tirtawening Divisi Air Kotor; kapasitasnya sebagai operator pelayanan air limbah kota Bandung untuk penanganan air limbah off site yaitu penyaluran air limbah domestik melalui perpipaan menuju IPAL Bojongsoang dan Penyedotan Lumpur Tinja dari dari Tangki Septik komunal atau individual. Berikut ini struktur organisasi pelaksana teknis pengelolaa Air Limbah Domestik Kota Bandung yang berada di PDAM Tirtawening Kota Bandung Gambar 2. 9 Struktur Organisai PDAM Kota Bandung 2-45

46 Peraturan Perundangan Hingga saat ini, Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung tetap diatur dengan Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bandung yang sama dengan SSK Kota Bandung , yaitu sebagai berikut : 1. Peraturan Daerah No. 23 / PD/ Peraturan Daerah No. 8 / PD/ Peraturan Daerah No. 17/ PD / Peraturan Daerah No. 29 / PD / SK.Walikota No. 194 / Peraturan Daerah No. 11 /PD / 2005 Sesuai dengan PERDA No. 8 / PD / 1982, diperbaharui dengan PERDA No. 17 / PD / 1986, SK.Walikota No. 194 /2002, dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 937 Tahun 2009 tentang Pengaturan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung adalah mengenai Retribusi pembuangan air limbah. 1. Pelanggan air minum (PDAM) dikenakan 30 % dari pemakaian air minum 2. Pelanggan non air minum (non PDAM) dikenakan tarif pelayanan pembuangan air limbah 3. Bagi pelanggan air minum yang pada meter airnya tercatat tidak ada pemakaian air dan menggunakan saluran pembuangan air limbah PDAM Tirtawening, maka dikenakan tarif pelayanan air limbah. 4. Pelanggan air limbah non air minum kelompok niaga dan industri yang menggunakan sumber air tanah dan/atau sumber air lainnya, dan pembuangan air limbahnya menggunakan jaringan air limbah PDAM Tirtawening, dikenakan biaya jasa pelayanan pembuangan Peran Serta Masyarakat dan Swasta Peran serta swasta dan masyarakat dalam sektor air limbah domestik masih perlu ditingkatkan. Peran swasta saat ini belum menyeluruh dalam pengelolaan air limbah domestik. Sebagai contoh PDAM selalu berkerja sama dengan pihak swasta selaku pengembang hotel yang memerlukan fasilitas sanitasi sambungan perpipaan dari PDAM. PDAM merencanakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak swasta dalam mengembangkan fasilitas sanitasi dengan pendapatan yang diterima oleh pihak PDAM sebanyak 10% dari total nilai proyek pengembangan fasilitas sanitasi. Selain berfungsi sebagai fasilitator, PDAM juga menerima bantuan seperti truk tinja dan bantuan dalam penyedotan lumpur tinja untuk kawasan 2-46

47 perumahan yang terlayani dengan sistem pengelolaan air limbah secara on site sebagai bentuk maintenance. Bentuk peran serta masyarakat dapat dijelaskan dari sisi pemanfaatan saja yaitu sebagai pemanfaat sistem Air Limbah/Kotor dan tangki septik. Melihat permasalahan tentang air limbah dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola air limbah diperlukan upaya untuk mendorong peran serta masyarakat dan meningkatkan kampanye atau sosialisasi tentang penanganan air limbah terutama limbah domestik Permasalahan dan Tantangan Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.15 di bawah ini. Tabel 2.15 Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Dihadapi No I Aspek Pengelolaan Air Limbah Aspek Teknis Permasalahan Yang Dihadapi belum tersedianya data pengelolaan air limbah (off site dan on site) pemanfaatan jaringan air (eks irigasi) masih adanya limbah non domestik yang masuk ke dalam SPAL secara off site Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan pendataan yang meliputi evaluasi sambungan rumah pada jalur pipa existing dan saluran tercampur brandgang) ex Belanda, evaluasi sambungan rumah pada jalur pipa ex BUDP, membuat sistem billing (penagihan) khusus air kotor. Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air minum dilokasi: RW 09 Kelurahan Babakan Ciparay, Komplek Margahayu Raya Jalan Mars Selatan dan sekitarnya, Jalan Kebon Gedang RW 08, Jalan Simpang (bantaran sungai Cicadas), RW. 10 Babakan Garut Kelurahan Cibangkong Batununggal, kelurahan Sukapura-kecamatan Kiaracondong, Babakan desa RW 2-47

48 No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Rencana Tindak Lanjut 06 Kiaracondong. Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air minum di lokasi area pipa induk 6 km Bandung Barat, seperti perumahan Mekarwangi (DED sudah siap), perumahan Pasirluyu Pasirsalam, perumahan Kembar (Sriwijaya), pemukiman Sekejati. Pelayanan sistem setempat di kawasan kumuh (communal/mck plus-plus) sepanjang sungai lokasi Lebaksiliwangi, lokasi Pasirluyu, lokasi Sekekuda. Pelayanan sistem setempat (MCK plus) di lokasi RT 03/RW 06 kel Pasir Endah, serta lokasi RW 01 kel Cigending. Keduanya di kecamatan Ujungberung. Penyambungan dari tangkapan Nyengseret dan inhoftank ke trunk sewer barat berupa pemasangan pipa 800 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan inhoftank. Penggabungan daerah tangkapan Barat ke Trunk Sewer bagian Timur berupa pemasangan pipapipa 110 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan Soekarno- Hatta dari simpang inhoftank sampai dengan MH. Existing (Samsat) dan pembangunan bangunan pumping adanya penanganan akhir buangan air limbah untuk wilayah Bandung Barat A. Sistem On-Site Sanitation Belum dipahaminya secara teknis pengolahan air limbah domestik melalui tangki septik. Tangki septik Adanya sosialisasi dan pengarahan teknis untuk masyarakat dan pengembang terkait kewajiban untuk membangun tangki septik 2-48

49 No B. Aspek Pengelolaan Air Limbah Sistem Off Site Sanitatioan Permasalahan Yang Dihadapi terutama di perumahanperumahan masih belum sesuai standar sehingga kenyataannya masih seperti cubluk. Belum optimalnya pemanfaatan pelayanan tangki tinja. Belum adanya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melakukan sedot tinja dari tangki septiknya minimal 1 tahun sekali. belum optimalnya pemanfaatan jaringan induk air limbah wilayah Bandung Timur operasional Pumping Station belum optimal Kinerja IPAL Bojongsoang belum optimal. Terganggunya proses kolam akibat adanya daerah mati (dead zone) yang menyebabkan sistem aliran pada kolam facultatif tidak baik. Pertumbuhan rumput pada areal kolam tidak dapat tertangani untuk seluruh areal kolam. Terjadinya penumpukan lumpur pada bak penampung (slump well). Rencana Tindak Lanjut sebagai syarat izin mendirikan bangunan berupa permukiman. Adanya monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh aparat pemerintah terkait kontrol fungsi dari Tangki Septik yang digunakan oleh masyarakat Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat yang diawali dari pelanggan PDAM terkait pelayanan PDAM dalam menyedot tinja secara gratis. Revitalisasi IPAL Bojongsoang. Perbaikan kolam plus unit bak pengering lumpur dan mechanical pengangkat lumpur kolam (sludge pump): a. Perbaikan tanggul kolam. b. Perbaikan buffle stone. c. Perbaikan proteksi kolam. d. Pembuatan dan perbaikan bak pengering lumpur. e. Mechanical pengangkat lumpur (sludge pump). Kajian teknik dan DED IPAL Bojongsoang untuk penggabungan buangan air kotor Bandung Barat: a. Evaluasi IPAL setelah penggabungan wilayah Barat. Kajian teknik dan DED IPAL Bojongsoang. 2-49

50 Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota Bandung meliputi: 1. Tantangan Internal meliputi : a. Tingkat pencemaran Sungai Citepus cukup tinggi. b. Jaringan yang telah tersedia sebagian besar belum dimanfaatkan. c. Outfal dari setiap area jaringan dibuang secara bebas ke badan air. d. Sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang sudah melebihi umur teknis. Struktur baffle stone pada kolam sudah roboh dan tidak berfungsi. Struktur proteksi pada area kolam sudah rusak. Belum adanya unit mekanikal pompa pengangkat lumpur. e. Jalur pipa induk dan IPAL belum dimanfaatkan secara optimal/cakupan masih rendah. f. Keterbatasannya pipa pengumpul di Wilayah Timur sehingga sambungan rumah tidak dapat disambungkan langsung terhadap pipa utama. g. Sampah yang terbawa dari perpipaan ke Instalasi Pumping dan IPAL belum terangkut secara optimal. h. Sebagian masyarakat belum memiliki tanggung jawab untuk mengurus tangki septiknya dengan sedot tinja secara rutin melalui layanan PDAM atau swasta. i. Pencapaian target dari hasil pelayanan penyedotan tangki septik tidak tercapai. j. Luasnya daerah pelayanan operasi pemeliharaan dan kurangnya tenaga operasional. k. Pompa sering macet mengalami gangguan sehingga air yang masuk ke IPAL tidak maksimal. l. Kondisi kendaraan tidak maksimal kurang laik pakai. m. Kendaraan untuk penanggulangan operasi pemeliharaan dan tenaga operasional tidak sesuai dengan daerah cakupan layanan. n. Banyaknya muatan sampah yang masuk ke bangunan pompa. Umur teknis pintu penstok sudah melampaui batas tidak dapat difungsikan. Belum memiliki data base kepelangganan air kotor serta sistem billingnya. Belum adanya master plan pengelolaan air limbah di kota Bandung o. Belum adanya penanganan akhir buangan air limbah domestik untuk wilayah Bandung Barat 2. Tantangan Eksternal a. Meningkatkan cakupan pelayanan air kotor dari 60% menjadi 100% sejalan target universal akses. 2-50

51 b. Meningkatkan pengelolaan saluran air kotor sehingga kapasitas terpakai IPAL Bojongsoang meningkat dari 28% menjadi 65%. c. Mengoptimalkan penerimaan dari sektor air kotor khususnya dari pelanggan air kotor non air bersih dari 5% menjadi 35% Persampahan Sistem dan Infrastruktur Kebijakan prasarana dan sarana persampahan dalam Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana ditinjau dari pengembangan wilayah berdasarkan RTRW adalah: Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Perencanaan sistem persampahan dikelompokkan ke dalam dua kelompok kebijakan, yaitu: peningkatan pelayanan penduduk sampai dengan 80% di wilayah urban, dan mengintegrasikan sistem pengolahan di TPA. Lokasi TPA usulan untuk Metropolitan Bandung: Gedebage/Bojongsoang, Kota Bandung; TPA Tujuan: TPA Nagrek Baleendah, Kabupaten Bandung ; TPA Tujuan: TPA Nagrek Jatisari, Soreang, Kabupaten Bandung; TPA Tujuan: TPA Leuwigajah Dewasa kini, tengah dibangun Tempat Pemrosesan Akhir Regional (TPA Regional) Legok Nangka yang berlokasi di Nagrek dimana Kota Bandung termasuk Kabupaten/Kota yang menyepakati penggunaan TPA Regional Legok Nangka untuk ke depannya mengingat TPA Sarimukti saat ini sudah cukup memprihatinkan. Secara teknis, PD Kebersihan bertugas dalam hal pengumpulan dan pengangkutan sampah terutama dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Pengelolaan sampah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu bagian hulu dan hilir. Operasi di bagian hulu berupa pewadahan oleh sumber sampah dan pengumpulan sampah, sedangkan di bagian hilir berupa pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan samapah dipermukiman, pasar, daerah komersial dan perkantoran dilakukan oleh gerobak yang selanjutnya membawa sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk atau arm roll truk menuju TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan Fasilitas umum dilakukan oleh truk yang secara langsung akan mengangkut sampah ke TPA. Sistem operasional pelayanan persampahan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini. 2-51

52 Gambar Diagram Sistem Sanitasi Persampahan di Kota Bandung Sumber : hasil FGD tim pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung Pada diagram tersebut di atas tampak bahwa telah terjadi perubahan dalam sistem pengelolaan persampahan di Kota Bandung yaitu di antaranya adalah upaya mengurangi sampah sedemikian rupa mulai dari sumber dan TPS. Selain program pengelolaan sampah secara 3R, Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan teknologi biogester sampah skala TPS seperti di TDS Bandung Trade Mall dan Biogester skala RW seperti di RW 08 Cibangkong. Selain itu upaya untuk menambah muatan yang dapat diangkut ke TPA telah dibangun Stasiun Peralihan Antara yang berlokasi di TPS Pasar Induk Gedebage dan TPS Tegallega. Melalui SPA ini telah terbukti dapat mengefektifkan dan mengefesiensikan volume pengangkutan sampah ke TPA (sebelum dipress sampah terangkut 4-5 ton/truk, setelah di press sampah yang terangkut menjadi 7-8 ton/truk). Adapun Teknik dan Operaisonal Kegiatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan di Kota Bandung mengacu pada Perda 09/2011 PASAL 20) seperti yang tergambar dalam Gambar 2.10 di atas adalah : a. Pemilahan sampah di TPS/TPS 3R ; b. penyapuan jalan utama dan Pengumpulan ke TPS/TPS 3R; c. Pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke Tempat Pengolahan sampah dan/atau TPA/TPST; 2-52

53 d. Pengolahan sampah; dan e. Pemrosesan akhir sampah Pada tahun 2014, timbulan sampah Kota Bandung dapat dilihat pada gambar berikut. Selisih (kg) Sampah yang terangkut (kg/hari) Perkiraan timbulan sampah total (kg/hari) Gambar Timbulan Sampah Kota Bandung Sumber : Masterplan Persampahan Kota Bandung.2015 Komposisi sampah yang ada di Kota Bandung berdasarkan jenisnya terbagi menjadi 63% sampah organik, 23% sampah anorganik recycle, dan 14% sampah residu. Sedangkan komposisi sampah berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut: Tabel Komposisi Sampah di Kota Bandung No Sumber Volume (ton) Persentase (%) Timbulan Sampah Terangkut (ton/hari) 1 Pemukiman 983,4 65,56 954,53 2 Pasar 281,55 18,77 273,29 3 Pertokoan dan Restoran 82,8 5,52 80,37 4 Penyapu jalan 89,85 5,99 87,21 5 Kawasan Industri 42,15 2,81 40,91 6 Fasilitas Umum 12,94 1,35 19,66 Jumlah 1492, ,97 Sumber : PD Kebersihan, 2015 Sampah yang diangkut ke TPA rata-rata ton/hari, sedangkan sampah yang dimanfaatkan oleh sektor Informal baik di Sumber & TPS melalui 3R ton/hari. Gambar 2.12 berikut menggambarkan peta pelayanan persampahan di Kota Bandung. 2-53

54 Gambar Peta Pelayanan Persampahan di Kota Bandung Sumber : PD Kebersihan Dari peta layanan persampahan di Kota Bandung tersebut dapat lebih didetailkan pola pelayanan persampahan sebagai berikut : a) Pola Pelayanan Penanganan Sampah dari Rumah Tinggal, dapat tergambar pada Gambar 2.13 berikut : Gambar Pola Layanan Sampah dari Rumah Tinggal Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung b) Pola Pelayanan Penanganan Sampah Komersil dan Non Komersil, dapat tergambar pada Gambar 2.14 berikut : 2-54

55 Gambar Pola Layanan Persampahan Komersial dan Non Komersial Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung c) Pola Pelayanan Sampah Jalan, Fasum, dan Fasos dapat tergambar pada Gambar 2.15 berikut : Gambar Pola Pelayanan Penanganan Sampah Jalan, Fasum dan Fasos Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam penanganan sampah di Kota Bandung adalah seperti tergambar dalam Gambar 2.16 berikut. 2-55

56 Gambar Jumlah sarana dan prasarana Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Aspek Teknis Saat ini Pemerintah Kota Bandung telah berupaya untuk mengefektifkan beban sampah yang diangkut di TPS melalui Stasiun Peralihan Antara (SPA). Teknologi yang digunakan adalah Mesin Press sampah. SPA Ini berlokasi di TPS Tegallega dan TPS Pasar Induk Gedebage yang merupakan Bantuan dari Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Ciptakarya Kemen PU (bangunan, seperangkat mesin press, 1 unit truk dan pengolah lindi). Fungsi dan manfaat yang telah dirasakan dari SPA tersebut adalah lebih efektif dan efisiennya volume pengangkutan sampah ke TPA (sebelum dipress sampah terangkut 4-5 ton/truk, setelah di press sampah yang terangkut menjadi 7-8 ton/truk). Selain SPA terobosan lainnya pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah dengan memperindah dan memperbaiki unsur estetika dari sarana dan prasarana pengelolaan sampah yaitu di antaranya TPS Kota Bandung seperti di TPS Pasteur yang tampak pada Gambar 2.17 berikut. 2-56

57 Gambar TPS Jalan Pasteur yang telah dipercantik dan diperindah Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Kemudian mobil penyapu jalan dan Truk compactor seperti yang terlihat pada Gambar 2.18 dan Gambar 2.19 berikut. Gambar Mobil Penyapu Jalan yang telah dipercantik dan diperindah Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Gambar Truk Compactor yang telah dipercantik dan diperindah Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Adapun TPS 3R yang ada di Kota Bandung tercatat sebagai berikut : 2-57

58 Tabel 2.17 Jumlah dan Lokasi TPS 3R di Kota Bandung No Lokasi TPS 3R 1 TPS Pasar Induk Gedebage 2 TDS Ciroyom 3 TDS Tegallega 4 TDS Indramayu 5 TDS Ciwastra 6 TDS Astana Anyar 7 TD Subang 8 TD Sekelimus 9 TD Nyengseret 10 Ex. FDS Jelekong Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Berdasarkan indikator sarana dan prasarana 3R dan sarana persampahan RW yang terintegrasi mulai dari sumber sampai dengan TPA, dari target sebanyak 500 RW dapat terealisasi sebanyak 617 RW. Dari 617 RW, 50 RW berkembang menjadi bank sampah. Serta didukung oleh penyebaran komposter dan tong sampah dua warna ke masyarakat/rw serta sekolah dan pemasangan tong sampah dua warna untuk pejalan kaki di trotoar di beberapa jalan utama, serta sosialisasi di tingkat RW/Kelurahan/Kecamatan. Sedangkan untuk indikator revitalisasi TPA yang tidak berfungsi lagi menjadi ruang publik, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target, yaitu dengan revitalisasi eks TPA Pasir Impun dan eks TPA Cicabe. Capaian tersebut antara lain ditunjang oleh perencanaan dan penataan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan. Sementara itu, berdasarkan indikator peningkatan prasarana Penampungan Sampah Sementara (TPS), dari target sebanyak 3 TPS dapat terealisasi 1 TPS. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan lahan TPS. Upaya yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan pengelola kawasan sesuai Peraturan Daerah 09 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah pasal 12 yang mewajibkan setiap pengelola kawasan menyediakan lokasi TPS dan fasilitas pemilahan sampah. Kegiatan yang dilakukan pada TPS 3R adalah Pemilahan dan Pencacahan, Pengomposan, serta Mengolah sampah organik yang menghasilkan biogas. Kemudian, Walikota Bandung Ridwan Kamil mulai tahun 2013 kemarin telah memilih Biodegester sebagai teknologi yang dapat mengurangi sampah mulai dari sumbernya. Adapun perkembangannya saat ini adalah sebagai berikut 2-58

59 Tabel 2.18 Lokasi dan Kapasitas Biogester skala TPS di Kota Bandung Nama Kapasitas (kg/day) TD. Sekelimus 1000 TDS. Kebaktian TDS. Bandung Trade Mall 250 Tabel 2.19 Lokasi dan Kapasitas Biogester skala RW di Kota Bandung Nama Lokasi Kapasitas (Kg/day) Cibangkong RW 08 ± 20 Cibangkong RW Mustika Hegar Ciwastra 75 Cipadung RW 2 & RW Babakan Surabaya ± 100 RW 05 Nyengseret ± 20 Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung Tabel 2.20 Timbunan Sampah Tiap Kecamatan Kota Bandung Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Timbulan Sampah Berat Volume Total orang (%) (ton/hari) (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 / hari) BANDUNG KULON ,71 86,21 5,71 434,09 5,71 434,09 BABAKAN CIPARAY ,90 89,05 5,90 448,37 5,90 448,37 BOJONGLOA KALER ,83 72,89 4,83 367,01 4,83 367,01 BOJONGLOA KIDUL ,43 51,82 3,43 260,92 3,43 260,92 ASTANAANYAR ,77 41,74 2,77 210,17 2,77 210,17 REGOL ,27 49,32 3,27 248,32 3,27 248,32 LENGKONG ,86 43,10 2,86 216,98 2,86 216,98 BANDUNG KIDUL ,37 35,69 2,37 179,71 2,37 179,71 BUAH BATU ,82 57,67 3,82 290,37 3,82 290,37 RANCA SARI ,12 47,07 3,12 237,01 3,12 237,

60 Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Timbulan Sampah Berat Volume Total orang (%) (ton/hari) (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 / hari) GEDEBAGE ,51 22,84 1,51 114,98 1,51 114,98 CIBIRU ,93 44,17 2,93 222,41 2,93 222,41 PANYILEUKAN ,64 24,68 1,64 124,28 1,64 124,28 UJUNGBERUNG ,12 47,08 3,12 237,03 3,12 237,03 CINAMBO ,02 15,44 1,02 77,76 1,02 77,76 ARCAMANIK ,81 42,36 2,81 213,27 2,81 213,27 ANTAPANI ,99 45,18 2,99 227,48 2,99 227,48 MANDALAJATI ,57 38,71 2,57 194,92 2,57 194,92 KIARACONDONG ,31 80,07 5,31 403,17 5,31 403,17 BATUNUNGGAL ,86 73,37 4,86 369,43 4,86 369,43 SUMUR BANDUNG ,48 22,39 1,48 112,74 1,48 112,74 ANDIR ,92 59,18 3,92 297,99 3,92 297,99 CICENDO ,01 60,52 4,01 304,71 4,01 304,71 BANDUNG WETAN ,26 18,95 1,26 95,39 1,26 95,39 CIBEUNYING KIDUL ,33 65,34 4,33 329,00 4,33 329,00 CIBEUNYING KALER ,85 42,99 2,85 216,44 2,85 216,44 COBLONG ,28 79,72 5,28 401,40 5,28 401,40 SUKAJADI ,36 65,76 4,36 331,08 4,36 331,08 SUKASARI ,29 49,70 3,29 250,22 3,29 250,22 CIDADAP ,37 35,69 2,37 179,68 2,37 179,68 KOTA BANDUNG Sumber: Masterplan persampahan Kota Bandung, 2011 Tabel 2.21 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kota Bandung 3R Volume Sampah yang terangkut Nama Kecamatan % daur % real DU kg/hari real m3/hari ulang terangkut (kg/hr) BANDUNG KULON 1, ,917 78,4 151,13 3,43 514,8 BABAKAN CIPARAY 1, , ,71 6,83 858,6 BOJONGLOA KALER 0, , ,12 1,14 44,1 BOJONGLOA KIDUL 0, , ,80 2,54 436,26 ASTANAANYAR 20, , ,33 4, ,2 REGOL 2, , ,14 275,93 6, ,34 LENGKONG 5, ,396 56,3 108,53 2, ,16 BANDUNG KIDUL 2, ,722 55,95 107,85 2,45 962,3 BUAH BATU 0, ,770 31,1 59,95 1,36 142,5 RANCA SARI 0, ,336 71,5 137,83 3,13 171,86 GEDEBAGE 0, ,803 6,86 13,22 0,30 58,

61 3R Volume Sampah yang terangkut Nama Kecamatan % daur % real DU kg/hari real m3/hari ulang terangkut (kg/hr) CIBIRU 0, , ,97 1,23 411,93 PANYILEUKAN 0, ,981 73,58 141,84 3,22 206,29 UJUNGBERUNG 2, ,737 52,27 100,76 2, ,42 CINAMBO 0, ,552 20,75 40,00 0,91 310,75 ARCAMANIK 0, ,540 63,5 122,41 2,78 204,23 ANTAPANI 2, , ,33 216,53 4, ,92 MANDALAJATI 0, ,179 25,98 50,08 1,14 317,13 KIARACONDONG 4, , ,54 348,02 7, ,02 BATUNUNGGAL 2, , ,76 225,07 5,12 982,1 SUMUR BANDUNG 2, ,134 88,4 170,41 3, ANDIR 22, , ,84 313,90 7, ,34 CICENDO 4, , ,7 197,97 4, ,4 BANDUNG WETAN 3, ,259 67,55 130,21 2, ,82 CIBEUNYING KIDUL 1, ,210 62,62 120,71 2, CIBEUNYING KALER 2, ,084 43,81 84,45 1, ,57 COBLONG 1, ,000 75,02 144,61 3,29 484,16 SUKAJADI 2, , ,94 204,22 4, ,06 SUKASARI 8, ,403 93,22 179,70 4, ,14 CIDADAP 0, ,451 17,5 33,73 0,77 56,93 KOTA BANDUNG 100, , , ,54 Sumber: PD Kebersihan, Kelembagaan Lembaga yang menangani pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah PD Kebersihan (Perda 09 Tahun 2011). Maksud dan tujuan dibentuknya Perusahaan Daerah Kebersihan (Perda 14 Tahun 2011) adalah : a. menyelenggarakan usaha berupa penyediaan: 1. Pelayanan jasa pengelolaan sampah kota; 2. Pengolahan dan pemanfaatan sampah; 3. Pelayanan kebersihan; 4. Perbengkelan sarana pengelolaan sampah; dan 5. Usaha lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi atas Persetujuan Walikota. b. melaksanakan penugasan Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan sampah dalam rangka memberikan pelayanan kebersihan kepada masyarakat dan memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah. 2-61

62 Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dalam usaha jasa pelayanan Kebersihan di Kota Bandung. Sebagai BUMD maka seluruh permodalanya berasal dari asset yang dipisahkan dari asset Pemerintah Kota Bandung, PD Kebersihan didirikan pada tahun 1985 sebagaiman tertuang dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 02/PD/1985. Perusahaan Daerah Kebersihan dibentuk untuk menggantikan peran dan fungsi pelayanan pengelolaan kebersihan atau kebersihan kota yang sebelumnya diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan Kota yang merupakan alih status dari Dinas Kebersihan Kota oleh karena itu seluruh modal dasarnya berasal dari asset eks Dinas Kebersihan Kota demikian pula personilnya. Gambar Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Peraturan Perundangan Untuk peraturan yang terkait dalam pengelolaan persampahan di Kota Bandung mengacu pada: UU No.18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah. UU No.32 Tahun 2009, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup PP RI No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengeolaan Sampah 2-62

63 Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga PERDA Prov Jawa Barat No12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Barat PERDA No.02/PD/1985, Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Kebersihan Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung jo Perda No 15 Tahun 1993 sebagaimana telah diubah menjadi Perda No. 14 Tahun 2011 tentang Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. bersumber dari : PERDA No.11 Tahun 2005, Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Perda No. 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun PERDA No. 09 Tahun 2011, Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bandung PERWAL No. 316 Tahun 2013, Tentang Tarif Jasa pengelolaan Sampah Adapun Anggaran Biaya pengelolaan sampah Kota Bandung Tahun 2015 Rp. 120 M, Jasa Pelayanan Pengelolaan Sampah (Retribusi) APBD Kota Bandung (Subsidi dan Pelayanan Publik) Berikut tarif jasa pengelolaan sampah sesuai Perwal 316 Tahun 2013 (mulai berlaku 1 Mei 2013) : Tabel 2.22 Tarif Jasa Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Tahun 2013 Golongan Wajib Bayar Jasa Pengelolaan Sampah Rumah Tinggal : Kelas 1 (DL. 450 VA, LT. 60 M 2, LB. 27 M 2 ) Kelas 2 (DL VA, LT. > M 2, LB. >27-60 M 2 ) Kelas 3 (DL. > VA, LT. > M 2, LB. > M 2 ) Kelas 4 (DL. > VA, LT. > M 2, LB. > M 2 ) Kelas 5 (DL. > VA, LT. > M 2, LB. > M 2 ) Kelas 6 (DL. >6600 VA, LT. >500 M 2, LB. >350 M 2 ) Komersial Non Komersial Sosial Pedagang Sektor Informal Angkutan Umum : 1. Angkutan Kota 2. Taxi 3. Minibus/Non Bus 4. Bus Umum Besaran Tarif (Rp) 3.000,00/bulan 5.000,00/bulan 7.000,00/bulan ,00/bulan ,00/bulan ,00/bulan ,00/M ,00/M ,00/M ,00/hari 1.000,00/hari 1.000,00/hari 3.000,00/hari 2-63

64 Golongan Wajib Bayar Jasa Pengelolaan Sampah Besaran Tarif (Rp) 5. Bus Pariwisata 5.000,00/hari Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung ,00/hari Peran Serta Mayarakat Berikut ini list kegiatan yang telah dilakukan antara PD Kebersihan dengan masyarakat dan swasta : Bantuan Penyapuan Jalan Shift 2, pada 16 jalur jalan utama dan jalur jalan wisata oleh petugas Outsourcing (PT. Guna Kasih Mulia) sebanyak 86 orang, melalui bantuan dana dari Paguyuban Pengusaha Bandung Juara /PPBJ (saat ini masih berjalan); Bantuan dari pengusaha Mall, 2 jalur jalan utama dan jalan wisata; Bantuan dari pihak Perbankan, 23 jalur jalan (sedang berjalan); Tempat sampah untuk pejalan kaki sebanyak 214 pasang dan 5000 lembar Trashbag, dari para pengusaha; Bantuan truk sampah dari pengusaha sebanyak 14 unit dan 1 unit mobil pick up; Gerakan Pungut sampah (GPS), dilakukan setiap hari SENIN, RABU, JUM AT, 30 menit sebelum bekerja; Kampanye publik dengan tagline BebasSampah.ID yang dimotori oleh Forum Bandung Juara Bebas Sampah; Pengomposan dari sampah organi serta daur ulang kertas koran, botol plastik, bungkus kopi, mie dan sabun detergen oleh RW-RW di Kota Bandung seperti RW 11 Kelurahan Cibangkong, RW 04 Kelurahan Kebonwaru, RW 08 Kelurahan Kacapiring, RW 02 Kelurahan Kebonkangkung, RW 10 Kelurahan Babakansari, RW 13 Kelurahan Babakan Surabaya, RW 12 Kelurahan Babakan, RW 02 Kelurahan Antapani Tengah, RW 1 Kelurahan Karasak, RW 09 Kelurahan Karang Anyar, RW 02 dan RW 05 Kelurahan Maleber, RW 09 Kelurahan Pasirimpun, RW 06 Kelurahan Palasari, RW 05 dan RW 07 Kelurahan Cipamokolan, RW 04 Kelurahan Manjahlega, RW 03 Kelurahan Cipadung, dan RW 13 Kelurahan Babakan Surabaya; Pemilahan, pencacahan dan pengomposan sampah di Pasar Gedebage; Pengomposan di lingkungan perkantoran seperti BPLH, Kantor Kecamatan Coblong, PD. Kebersihan, PT Pindad, dan PT Biofarma; Pemilahan sampah medis di Rumah Sakit Al-Islam, Borromeus, Rajawali, Santo Yusuf, Immanuel, Hasan Sadikin, Muhammadiyah, Sariningsih dan Teja; 2-64

65 Pemilahan sampah, pengomposan, pemanfaatan sampah an organik, dan daur ulang sampah di lingkungan sekolah SDN Sukapura, SDN Karang Pawulang I, SDN Sukaluyu, SDN Sejahtera 4, SDN Pajagalan 58, SDN Cijawura, SD Al Fitrah, SD Krida Nusantara, SD Muhammadiyah 7, SD Salman Alfarisi, SD BPI, SMPN 2, SMPN 9, SMPN 5, SMPN 11, SMPN 12, SMPN 13, SMPN 21, SMPN 33, SMPN 28, SMPN 39, SMPN 45, SMPN 48, SMPN 50, MTSN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 15, SMAN 20, SMAN 24, SMKN 7; Pendirian Bank Sampah sebanyak 30 unit di 23 kelurahan di Kota Bandung Permasalahan dan tantangan 1. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Bandung meliputi:isu Pengelolaan Sampah Berbasis 3R Dari sisi BPLH Kota Bandung : Melakukan kegiatan kampanye melalui program Bandung Green and Clean (BGC) merupakan program kerjasama BPLH Kota Bandung dengan Yayasan PT. Unilever Tbk, PT. Pikiran Rakyat, Radio RASE FM, dan LSM Lembaga Penerapan Teknologi Tepat (LPTT), dengan tahapan kegiatan melakukan beberapa kegiatan seperti : Pelatihan pengelolaan sampah di tingkat RW, Pelatihan bercocok tanam di tingkat RW, Pelatihan kerajinan dari sampah anorganik. Merencanakan pembangunan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dengan menggunakan teknologi tinggi merubah sampah menjadi energi (waste to energy) sehingga sampah yang akan di buang ke TPA dapat dikurangi volumenya dan bisa memperpanjang waktu operasional TPA. Dari sisi Dinas Tata Ruang Cipta Karya : Rumah tangga merupakan sumber timbulan sampah terbesar di Kota Bandung. Perlu adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Penerapan 3R yang belum optimal, sehingga beban TPA sangat tinggi. Telah dilakukan upaya peningkatan pelayanan persampahan melalui pembangunan TPS Terpadu 3R untuk melayani wilayah yang belum mendapat akses sistem pengelolaan sampah perkotaan oleh PD Kebersihan. 2. Isu Kebijakan Daerah Dan Kelembagaan Menurut Perda No. 02 Tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung sebagaimana telah diubah dengan Perda No. 03 Tahun 2006, Arahan kebijakan untuk penanganan masalah persampahan adalah sebagai berikut: 2-65

66 1. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan cara pengelolaan setempat perwilayah dengan teknis-teknis yang berwawasan lingkungan; 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah; 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya; Pada Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Kewajiban bagi setiap produsen wajib untuk melakukan pemilahan sampah, mencantunkan label atau tanda yang berhubungan dengan pengurangan dan penganan sampah, serta produsen wajib mengelola kemasan barang yang di produksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh alam. Tantangan kedepannya untuk peningkatan pelayanan persampahan di Kota Bandung adalah meningkatkan kapasitas organisasi PD. Kebersihan, didukung dengan struktur yang komprehensif untuk menjalankan UU Pengelolaan Sampah dan SDM yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Selain itu, diperlukan penyusunan dan penerbitan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan sampah. 3. Isu Keuangan Biaya untuk kampanye pengurangan sampah saat ini terdorong oleh dana dari pelaksanaan program adipura Kota Bandung sehingga pelaksanaan kampanye berjalan dengan baik; Adanya swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan pelaku usaha lainnya yang konsern kepada pentingnya pengurangan pemanfaatan sampah yang tidak dapat di uraikan secara alamiah. Tantangan ke depan dari sisi keuangan untuk pengelolaan sampah adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran biaya pengelolaan sampah, meningkatkan pendapatan retribusi pelayanan pengelolaan sampah, dan mengembangkan sistem pembiayaan pengelolaan sampah yang mencakup seluruh kegiatan pengelolaan sampah. 4. Isu Komunikasi Sudah dilakukan upaya penyebarluasan informasi tentang pentingnya pengurangan sampah di sumbernya melalui beberapa media, mulai dari media elektronik sampai dengan media cetak; 2-66

67 Masih kurang mengertinya masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, selokan dan saluran lainnya sehingga perlu adanya propaganda penegakan hukum K3 Kebersihan sehingga masyarakat lebih sadar dan jera. Perlu adanya kerjasama antar lembaga terkait dengan masalah pengurangan sampah di sumber mulai dari lembaga pemerintahan terkecil sampai dengan pemerintah daerah 5. Isu Keterlibatan Pelaku Bisnis Pelaku bisnis yang ikut dalam membantu pengolahan sampah hanya pada pengusaha yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain atau mendaur ulang sampah sehingga menghasilkan profit; Timbulan sampah dari pelaku usaha yang tidak terurai biasanya pelaku usaha mencari pemanfaat sampah memberikan sampahnya untuk dimanfaatkan kembali dengan di jual atau diberikan begitu saja; Pelaku usaha perlu melakukan upaya pengurangan sampah terutama terhadap cara pengemasan bahan baku dengan mengganti kemasan yang susah terurai secara biologi di substitusi dengan yang mudah terurai Selain itu, diperlukan pembangunan dan pengembangan kerjasama antara Pemerintah Kota Bandung dengan Swasta dalam pengelolaan sampah melalui penerapan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dan skala kota yang lebih efektif dan efisien dengan memilih dan menetapkan badan usaha swasta untuk kerjasama pengelolaan sampah. Tantangan lain adalah menyusun dan menerbitkan ketentuan dan peraturan daerah tentang kemitraan dan kerjasama antara pemerintah Kota Bandung dengan pihak lain untuk dijadikan landasan hukum pelaksanaan kemitraan dan kerjasama peningkatan pelayanan pengelolaan sampah. 6. Isu Peran Serta Masyarakat Masyarakat telah di dorong untuk berpartisipasi dalam program BGC (Bandung Green and Clean) melalui Media kampanye, baik berupa flyer, papan-papan, pengecatan dan ide kreatif lainnya, yang muncul dari masyarakat Beberapa RW sudah melakukan upaya pemanfaatan kembali sampah menjadi produk lain yang lebih bermanfaat dan bisa mengurangi volume sampah. Kegiatan ini dikenal dengan nama Bank Sampah yang dikelola oleh komunitas masyarakat peduli lingkungan. 2-67

68 Sudah ada gerakan masyarakat yang aktif dan mendukung Pemerintah dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengolah sampah mulai dari sumber, gerakan pungut sampah dan saat ini tagline yang dikenal adalah Bebas Sampah.ID. Gerakan ini dimotori dalam forum bernama Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) yang terdiri dari partisipan dari berbagai latar belakang yaitu NFO, Akademisi, Pemerintah, Ikatan Ahli Teknik Lingkungan, PKK, Mahasiswa dan lainnya. Forum BJBS ini sangat bermanfaat untuk menjaga stabilitas pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat. Tantangan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya terhadap pengelolaan sampah di Kota Bandung dengan memperluas kegiatan sosialisasi Peraturan pengelolaan sampah sampai ke tingkat RT dan kelembagaan yang ada di tingkat RT dan menjalankan komunikasi yang efektif dengan masyarakat melalui memberikan pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, khususnya mata pelajaraan Pengelolaan sampah sebagai Muatan Lokal Drainase Sistem dan Infrastruktur Saluran drainase di Kota Bandung terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran pembuangan yang sudah alami ada di Kota Bandung (drainase makro) dan saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan (drainase mikro). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas jalan yang memilki saluran drainase. Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum terencana dengan baik. Sistem Drainase Kota Bandung pada umumnya memanfaatkan beberapa sungai besar dari utara ke selatan, yaitu Sungai Cikapundung dan dari selatan ke utara, yaitu Sungai Citarum. Sungaisungai tersebut dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan dan juga sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK. Saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Cipamokolan, Cidurian, Cidadas, Cinambo, Ciwastra, Citepus, Cibedug, Currug Dog-dog, Cibaduyut, Cikahiyangna, Cibuntu, Cigondewah, Cibereum dan Cianjur.Sungai Utama yang menampung air hujan Kota Bandung adalah Sungai Cikapundung dengan panjang 62,10 km yang memiliki anak sungai yang mengalir dari utara ke selatan. Umumnya bermuara di Sungai Cikapundung 2-68

69 Saluran mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada akhirnya saluran ini bermuara pada saluran makro yang dekat dengan saluran mikro tersebut. Berdasarkan karakteritiknya, saluran mikro terbagi atas: Saluran yang berada di kota lama, sudah tidak dapat lagi menampung/menyalurkan limpahan air hujansehingga sering terjadi flash flood terutama di wilayah Bandung Utara. Saluran yang berada di wilayah pengembangan, sebagian letaknya lebih rendah dari permukaan sungai, pembangunannya tidak terintregrasi secara internal dalam wilayah Kota Bandung maupun secara eksternal dengan Kabupaten Bandung. Kondisi saluran mikro ini dibeberapa tempat terputus (tidak berhubungan dengan saluran di bagian hilirnya). Sebagai dampak dari permasalahan tersebut di atas adalah timbulnya daerahdaerah rawan banjir di beberapa lokasi, misalnya di wilayah Gedebage dan Arcamanik. Pengelolaan saluran drainase/sungai di Kota Bandung dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan melalui Bidang Pengairan dengan kewenangan sebagai berikut : 1. Pengelolaan Sumber Daya Air Permukaan 2. Pelaksanaan eksploitasi & pemeliharaan jaringan irigasi dan drainase beserta bangunan pelengkapnya 3. Perijinan mengadakan perubahan dan atau pembongkaran bangunan-bangunan serta jaringan sarana dan prasarana 4. Perijinan untuk mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-bangunan lain termasuk yang berada dalam, di atas maupun melintasi saluran drainase 5. Pelaksanaan pembangunan & perbaikan jaringan irigasi dan drainase beserta bangunan pelengkapnya. 6. Pelestarian Sumber Daya Air 7. Pengumpulan data, pengamatan dan pelaksanaan pengukuran hidrometri & hidrologi lokal 8. Izin pemanfaatan air dari jaringan irigasi, mata air dan situ alam/buatan lainnya. Kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi di Kota Bandung yaitu Gerakan Cikapundung Bersih dan Trash Rake (jaring sampah). Gerakan Cikapundung Bersih pertama kali dilakukan di Kota Bandung pada tanggal 7 Februari 2004 bertujuan untuk memotivasi masyarakat Kota Bandung agar memelihara lingkungan khususnya di sekitar Sungai Cikapundung, kegiatan yang dilakukan antara lain : pengerukan sedimentasi sungai, pembersihan alur sungai dan babadan rumput. Trash Rake (jaring sampah) bertujuan untuk memelihara sungai dari sampah sehingga mengurangi volume sampah yang masuk ke sungai membuat aliran sungai menjadi lancar dan sedimentasi berkurang. Selain sebagai penampung air hujan/air permukaan, saluran drainase di 2-69

70 dalam Kota Bandung berfungsi ganda sebagai saluran limbah rumah tangga dan air limbah dan tempat pembuangan sampah padat maupun cair/limbah industri. Untuk lebih mengetahui dan memahami kondisi dan sistem sanitasi sektor drainase perkotaan di Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.21 berikut : Gambar Diagram Sistem Sanitasi Drainase Perkotaan di Kota Bandung Sumber : hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung Untuk mengetahui peta sebaran lokasi genangan air/banjir di Kota Bandung maka dapat dilihat pada Gambar 2.22 berikut ini 2-70

71 Gambar Peta Sebaran Lokasi Genagan Kota Bandung PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG

72 Aspek Teknis Kawasan rawan banjir/genangan umumnya adalah daerah di sepanjang tepi Sungai Citarum bagian hulu, dengan muara-muara anak sungainya yang sering menyebabkan banjir. Kawasan banjir di Kota Bandung merupakan daerah Cekungan Bandung antara km sampai dengan km , meliputi Kawasan Sapan, Andir, Buah Batu, Ujung Berung, Manggahan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi drainase di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.23 berikut. Tabel 2.23 Kondisi Genangan Air di Kota Bandung Tahun 2013 WILAYAH GENANGAN NO LOKASI GENANGAN Sukaluyu, Cibeunying Kaler Husen / Pajajaran, Cicendo Situsaeur, Bojongloa Kaler Pagarsih, Bojong Loa Kaler Braga, sumur bandung Babakan Penghulu, Cinambo Cipadung Kidul, panyileukan Mekarmulya, Gedebage LUAS (HA) KETINGGI AN (M) LAMA (JAM/HARI) FREKUENSI (KALI/TAHUN) 0,40-2 Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 0,80-5 Pada saat terjadi hujan 0,40-1 Pada saat terjadi hujan 0,20-3 Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 9 Garuda, Andir Pada saat terjadi hujan 10 Kebon Gedang, KiaraCondong Pada saat terjadi hujan 11 Ujung Berung Pada saat terjadi hujan Pasirkaliki, Cicendo Hegarmanah, Cidadap Sukawarna, Cidadap Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan PENYEBAB 2-72

73 15 16 Pasteur, Sukajadi Cirangrang, Bojong Kidul Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 17 Arjuna, Cicendo Pada saat terjadi hujan Cicadas dan Pasirlayu, Cibeunying Kidul Sukaraja, Cicendo Cihaurgeulis, Cibeunying Kidul Sal.Cikapayang - Gasibu Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 22 Lengkong Pada saat terjadi hujan Sukagalih Sukajadi - Gegerkalong - Sukasari Gegerkalong, Sukasari Kali Cibaduyut - Pasar Kosambi 0,90-3 Pada saat terjadi hujan 0,40-2 Pada saat terjadi hujan 0,40 - Pada saat terjadi hujan - Pada saat terjadi hujan 27 - Sumurbandung - Pada saat terjadi hujan 28 -Sumurbandung - 3 Pada saat terjadi hujan Cibeunying kidul Jl. Moch. Toha - Sal.Cipalasari / Sal.Ciateul S.Cirangrang RW.01 / RT.01 - Pasirluyu - Lengkong - Sadangserang - Coblong - Sadangserang - Ujung berung - Antapani tengah - Antapani - Karangpamulang - Antapani Jl.Caringin Sal.Leuwi Limus 0,40-2 Pada saat terjadi hujan 0,80 - Pada saat terjadi hujan 0,50 - Pada saat terjadi hujan 0,30 - Pada saat terjadi hujan 0,50 - Pada saat terjadi hujan 0,60 - Pada saat terjadi hujan 0,40 - Pada saat terjadi hujan 0,60 - Pada saat terjadi hujan 0,40 - Pada saat terjadi hujan 38 Jl Molek Cibuntu Pada saat terjadi hujan 39 Sukamaju, Cibeunying Pada saat terjadi hujan 2-73

74 Kidul Antapani Tengah, Antapani Antapani Kidul, Antapani Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 42 Husen, Cicendo Pada saat terjadi hujan Cikutra, Cibeunying Kidul Pasanggarahan, Ujung Berung Kebonwaru, Batununggal Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 46 Sumur Bandung Pada saat terjadi hujan 47 Andir Pada saat terjadi hujan Batununggal dan Sumur Bandung Cibeunying Kidul Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 50 Bandung kidul Pada saat terjadi hujan Persimpangan Jl Pasirkoja - Sal. Cilimus I Persimpangan Jl.Pasirkoja -Sal Cilimus I Sal.Irigasi Dungusema Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 54 Jl.Moch.Toha - Pada saat terjadi hujan Sal.Crossing Jl Soekarno Hattasal Cijagra (depan Hotel Lingga) S.Ciroyom, Jln Kopo Pada saat terjadi hujan Pada saat terjadi hujan 57 Batununggal Pada saat terjadi hujan Sukaraja, Cicendo Terusan Jl.Kiaracondong- Jl Soekarno Hatt Sal.Cilimus, Jln Sukajadi Braga, Sumur Bandung Manjahlega, RancaSari - Pada saat terjadi hujan - 3 Pada saat terjadi hujan - 3 Pada saat terjadi hujan 0,8-5 Pada saat terjadi hujan 1,60-4 Pada saat terjadi hujan 2-74

75 Cipamokolan, Rancasari Margasari, Buah Batu Margasari, Buah Batu Sukamiskin, Arcamanik Panyileukan, Bandung Kidul Perumahan Riung Bandung, Jln Braga 0,50-2 Pada saat terjadi hujan 1,00-3 Pada saat terjadi hujan 0,50-2 Pada saat terjadi hujan 0,30-3 Pada saat terjadi hujan 0,50-4 Pada saat terjadi hujan 0,50-6 Pada saat terjadi hujan Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2015 Berdasarkan data dari LKPJ tahun 2014, pengelolaan drainase diwujudkan dengan cara berikut : Perencanaan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong Berdasarkan indikator panjang saluran drainase yang ditingkatkan, dari target sepanjang m dapat terealisasi sepanjang m. Ketercapaian melebihi target merupakan hasil kumulatif dari pekerjaan paket kegiatan pembangunan saluran sebesar m; peningkatan saluran drainase yang terdapat pada paket kegiatan pembangunan jalan sebesar m. Berdasarkan data capaian kinerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dalam LKIP Tahun 2014 disebutkan bahwa Presentase minimal saluran drainase yang berfungsi dengan baik (58,46%) serta Presentase minimal penanganan rutin banjir kurang dari 2 jam (44,11%). Dari indikator panjang saluran drainase yang dipelihara, dari target sepanjang m dapat terealisasi sebesar ,5 m. Ketercapaian melebihi target merupakan hasil dari pekerjaan pemeliharaan kondisi saluran yang terdapat pada paket kegiatan Rehabilitasi Saluran Drainase/ Gorong-gorong. Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kondisi saluran drainase / gorong-gorong.umn ya adalah daerah di 2-75

76 Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007, tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandung, Dinas Bina Marga dan Pengairan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Daerah di bidang pekerjaan umum lingkup kebinamargaan dan pengairan. Susunan organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan yang mengelola drainase adalah Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan Pengairan yang terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pengairan, Seksi Pembangunan Pengairan, Seksi Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai, Seksi Perencanaan Teknis Pengairan serta Unit Pelaksana Teknis Daerah Aliran Sungai. Sedangkan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung adalah: Merumuskan kebijaksanaan teknik kebinamargaan dan pengairan. Melaksanakan tugas operasional kebinamargaan dan pengairan. Pembinaan dan pelaksanaan tugas operasional kebinamrgaan dan pengairan. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugasnya Peraturan dan Perundangan Adapun Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah: UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti menjadi UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan; PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan; PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Perda No. 08 Tahun 2008 tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung Tahun ; Perda No. 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung. Perda No. 07 Tahun 2008 tentang Rencana Strategis SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. 2-76

77 Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung; Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung Tahun ; Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Bandung Tahun Permasalahan dan Tantangan Isu strategis Pengelolaan Drainase Perkotaan di Kota Bandung Peningkatan kualitas dan pola pemeliharaan sistem drainase kota serta penentuan skala prioritas dan dukungan anggaran pembangunan infrastruktur untuk mempercepat pembangunan Pusat Primer Kedua di Bandung Timur. 2.4 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi Pada bagian ini akan digambarkan dan dijelaskan lokasi area beresiko dari 3 (tiga) sektor sanitasi Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada subbab di bawah ini Area Beresiko Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Area Beresiko air limbah di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat dilihat di bawah ini. 2-77

78 Gambar Area Beresiko Air Limbah Domestik Kota Bandung Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung No Tabel 2.24 Area Beresiko Air Limbah Kota Bandung Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH 1 Pelindung Hewan Astanaanyar 1 Caringin Bandung Kulon 2 Karang Anyar Astanaanyar 2 Cirangrang Babakan Ciparay 3 Cijagra Lengkong 3 Margahayu Utara Babakan Ciparay 4 Jati Sari BuahBatu 4 Babakan Ciparay Babakan Ciparay 5 Derwati RancaSari 5 Kopo Bojongloa Kaler 6 Cipamokolan RancaSari 6 Babakan Asih Bojongloa Kaler 7 Mekar Mulya Panyileukan 7 Babakan Tarogong Bojongloa Kaler 8 Pasirendah UjungBerung 8 Jamika Bojongloa Kaler 9 Antapani Kidul Antapani 9 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul 2-78

79 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 10 Antapani Wetan Antapani 10 Mekarwangi Bojongloa Kidul 11 Sukapura KiaraCondong 11 Kebonlega Bojongloa Kidul 12 Gumuruh Batununggal 12 Situsaeur Bojongloa Kidul 13 Binong Batununggal 13 Panjunan Astanaanyar 14 Maleer Batununggal 14 Cibadak Astanaanyar 15 Cibangkong Batununggal 15 Ciseureuh Regol 16 Dunguscariang Andir 16 Ancol Regol 17 Sukamaju Cibeunying Kidul 17 Cigereleng Regol 18 Pasirlayung Cibeunying Kidul 18 Ciateul Regol 19 Sukaluyu Cibeunying Kaler 19 Pungkur Regol 20 Sarijadi Sukasari 20 Balonggede Regol C AREA BERESIKO TINGGI 21 Malabar Lengkong 1 Gempolsari Bandung Kulon 22 Burangrang Lengkong 2 Cigondewah Kidul Bandung Kulon 23 Paledang Lengkong 3 Cigondewah Rahayu Bandung Kulon 24 Wates Bandung Kidul 4 Warungmuncang Bandung Kulon 25 Mengger Bandung Kidul 5 Cibuntu Bandung Kulon 26 Batununggal Bandung Kidul 6 Cijerah Bandung Kulon 27 Kujangsari Bandung Kidul 7 Margasuka Babakan Ciparay 28 Margasari BuahBatu 8 Babakan Babakan Ciparay 29 Sekejati BuahBatu 9 Suka Asih Bojongloa Kaler 30 Manjahlega RancaSari 10 Cibaduyut Kidul Bojongloa Kidul 31 Mekar Jaya RancaSari 11 Karasak Astanaanyar 32 Rancabolang GedeBage 12 Nyengseret Astanaanyar 33 Cisaranten Kidul GedeBage 13 Pasirluyu Regol 34 Cimincrang GedeBage 14 Turangga Lengkong 35 Pasirbiru Cibiru 15 Lingkar Selatan Lengkong 36 Cipadung Cibiru 16 Cikawao Lengkong 37 Palasari Cibiru 17 Cijawura BuahBatu 38 Cisurupan Cibiru 18 Rancanumpang GedeBage 39 Cipadung Kidul Panyileukan 19 Pasirwangi UjungBerung 40 Cipadung Wetan Panyileukan 20 Cigending UjungBerung 41 Cipadung Kulon Panyileukan 21 Karang Pamulang MandalaJati 42 Pasanggrahan UjungBerung 22 Sindang Jaya MandalaJati 43 Pasirjati UjungBerung 23 Babakan Surabaya KiaraCondong 44 Cisaranten Wetan Cinambo 24 Braga SumurBandung 45 Babakan Penghulu Cinambo 25 Merdeka SumurBandung 46 Pakemitan Cinambo 2-79

80 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 26 Babakan Ciamis SumurBandung 47 Sukamulya Cinambo 27 Ciroyom Andir 48 Cisaranten Kulon Arcamanik 28 Arjuna Cicendo 49 Cisaranten Bina Harapan Arcamanik 29 Pajajaran Cicendo 50 Sukamiskin Arcamanik 30 Sukaraja Cicendo 51 Cisaranten Endah Arcamanik 31 Cihaurgeulis Cibeunying Kaler 52 Antapani Tengah Antapani 32 Cigadung Cibeunying Kaler 53 Antapani Kulon Antapani 33 Cipaganti Coblong 54 Jatihandap MandalaJati 34 Lebak Siliwangi Coblong 55 Pasir Impun MandalaJati 35 Sadang Serang Coblong 56 Kebon Kangkung KiaraCondong 36 Sekeloa Coblong 57 Kebonjayanti KiaraCondong 37 Dago Coblong 58 Babakansari KiaraCondong RESIKO SANGAT D TINGGI 59 Cicaheum KiaraCondong 1 Cigondewah Kaler Bandung Kulon 60 Kebongedang Batununggal Babakan Sukahaji 2 Ciparay 61 Samoja Batununggal 3 Cibaduyut Bojongloa Kidul 62 Kacapiring Batununggal 63 Kebonwaru Batununggal 64 Kebon Pisang SumurBandung 65 Campaka Andir 66 Maleber Andir 67 Garuda Andir 68 Kebon Jeruk Andir 69 Pasirkaliki Cicendo 70 Pamoyanan Cicendo 71 Husein Sastranegara Cicendo 72 Tamansari Bandung Wetan 73 Citarum Bandung Wetan 74 Cihapit Bandung Wetan 75 Cicadas Cibeunying Kidul 76 Cikutra Cibeunying Kidul 77 Padasuka Cibeunying Kidul 78 Sukapada Cibeunying Kidul 79 Neglasari Cibeunying Kaler 80 Lebak Gede Coblong 81 Sukawarna Sukajadi 2-80

81 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 82 Sukagalih Sukajadi 83 Sukabungah Sukajadi 84 Cipedes Sukajadi 85 Pasteur Sukajadi 86 Sukarasa Sukasari 87 Gegerkalong Sukasari 88 Isola Sukasari 89 Hegarmanah Cidadap 90 Ciumbuleuit Cidadap 91 Ledeng Cidadap Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk SPAL di Kota Bandung, maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung saat ini sesuai dengan Tabel Tabel 2.25 Permasalahan Mendesak Sub Sektor Pengelolaan Air Limbah No Aspek Permasalahan Mendesak Pengelolaan Air Limbah 1 Aspek Teknis Pelayanan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung oleh PDAM baru mencapai 66% 1 (Offsite: 37,9 %; Onsite: 28,1 %) 2 Aspek Kelembagaan Lemahnya Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah Onsite 3 Sistem Off Site Sanitatioan Pemanfaatan IPAL Bojong Soang saat ini belum optimal Pemanfaatan saluran Air limbah yang tersedia belum optimal. Sumber: FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung Sumber: LKPJ

82 2.4.2 Area Beresiko Persampahan Area Beresiko persampahan di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat dilihat di bawah ini. Gambar Area Beresiko Persampahan Kota Bandung Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung Tabel 2.26 Area Beresiko Persampahan Kota Bandung No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH 1 Babakan Tarogong Bojongloa Kaler 1 Pelindung Hewan Astanaanyar 2 Mekarwangi Bojongloa Kidul 2 Karang Anyar Astanaanyar 3 Kebonlega Bojongloa Kidul 3 Cijagra Lengkong 4 Sekejati BuahBatu 4 Jati Sari BuahBatu 5 Rancabolang GedeBage 5 Derwati RancaSari 6 Cisaranten Kidul GedeBage 6 Cipamokolan RancaSari 7 Cimincrang GedeBage 7 Mekar Mulya Panyileukan 8 Pasirbiru Cibiru 8 Antapani Kidul Antapani 9 Palasari Cibiru 9 Gumuruh Batununggal 10 Campaka Andir 10 Maleer Batununggal 2-82

83 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 11 Maleber Andir 11 Dunguscariang Andir 12 Padasuka Cibeunying Kidul 12 Pasirlayung Cibeunying Kidul 13 Sukapada Cibeunying Kidul 13 Sukaluyu Cibeunying Kaler 14 Lebak Gede Coblong 14 Caringin Bandung Kulon 15 Sukawarna Sukajadi 15 Cirangrang Babakan Ciparay 16 Cipedes Sukajadi 16 Margahayu Utara Babakan Ciparay 17 Cibuntu Bandung Kulon 17 Babakan Ciparay Babakan Ciparay 18 Cijerah Bandung Kulon 18 Kopo Bojongloa Kaler 19 Babakan Babakan Ciparay 19 Babakan Asih Bojongloa Kaler 20 Pasirluyu Regol 20 Jamika Bojongloa Kaler 21 Braga SumurBandung 21 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul 22 Babakan Ciamis SumurBandung 22 Situsaeur Bojongloa Kidul 23 Ciroyom Andir 23 Panjunan Astanaanyar 24 Arjuna Cicendo 24 Ciseureuh Regol 25 Sadang Serang Coblong 25 Ancol Regol C RESIKO TINGGI 26 Cigereleng Regol 1 Pasirendah UjungBerung 27 Ciateul Regol 2 Antapani Wetan Antapani 28 Pungkur Regol 3 Sukapura KiaraCondong 29 Balonggede Regol 4 Binong Batununggal 30 Malabar Lengkong 5 Cibangkong Batununggal 31 Burangrang Lengkong 6 Sukamaju Cibeunying Kidul 32 Paledang Lengkong 7 Sarijadi Sukasari 33 Wates Bandung Kidul 8 Cibadak Astanaanyar 34 Batununggal Bandung Kidul 9 Mengger Bandung Kidul 35 Kujangsari Bandung Kidul 10 Pasanggrahan UjungBerung 36 Margasari BuahBatu 11 Pasirjati UjungBerung 37 Manjahlega RancaSari 12 Cisaranten Wetan Cinambo 38 Mekar Jaya RancaSari 13 Babakan Penghulu Cinambo 39 Cipadung Cibiru 14 Cisaranten Kulon Arcamanik 40 Cisurupan Cibiru 15 Babakansari KiaraCondong 41 Cipadung Kidul Panyileukan 16 Samoja Batununggal 42 Cipadung Kulon Panyileukan 17 Gempolsari Bandung Kulon 43 Pakemitan Cinambo 18 Cigadung Cibeunying Kaler 44 Sukamulya Cinambo 19 Cigondewah Kaler Bandung Kulon 45 RESIKO SANGAT TINGGI Cisaranten Bina Harapan Arcamanik 46 Sukamiskin Arcamanik D 1 Cipadung Wetan Panyileukan 47 Cisaranten Endah Arcamanik 2 Cijawura BuahBatu 48 Antapani Tengah Antapani 2-83

84 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 49 Antapani Kulon Antapani 50 Jatihandap MandalaJati 51 Pasir Impun MandalaJati 52 Kebon Kangkung KiaraCondong 53 Kebonjayanti KiaraCondong 54 Cicaheum KiaraCondong 55 Kebongedang Batununggal 56 Kacapiring Batununggal 57 Kebonwaru Batununggal 58 Kebon Pisang SumurBandung 59 Garuda Andir 60 Kebon Jeruk Andir 61 Pasirkaliki Cicendo 62 Pamoyanan Cicendo 63 Husein Sastranegara Cicendo 64 Tamansari Bandung Wetan 65 Citarum Bandung Wetan 66 Cihapit Bandung Wetan 67 Cicadas Cibeunying Kidul 68 Cikutra Cibeunying Kidul 69 Neglasari Cibeunying Kaler 70 Sukagalih Sukajadi 71 Sukabungah Sukajadi 72 Pasteur Sukajadi 73 Sukarasa Sukasari 74 Gegerkalong Sukasari 75 Isola Sukasari 76 Hegarmanah Cidadap 77 Ciumbuleuit Cidadap 78 Ledeng Cidadap 79 Cigondewah Kidul Bandung Kulon 80 Cigondewah Rahayu Bandung Kulon 81 Warungmuncang Bandung Kulon 82 Margasuka Babakan Ciparay 83 Suka Asih Bojongloa Kaler 84 Cibaduyut Kidul Bojongloa Kidul 85 Karasak Astanaanyar 86 Nyengseret Astanaanyar 87 Turangga Lengkong 88 Lingkar Selatan Lengkong 89 Cikawao Lengkong 2-84

85 No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan 90 Rancanumpang GedeBage 91 Pasirwangi UjungBerung 92 Cigending UjungBerung 93 Karang Pamulang MandalaJati 94 Sindang Jaya MandalaJati 95 Babakan Surabaya KiaraCondong 96 Merdeka SumurBandung 97 Pajajaran Cicendo 98 Sukaraja Cicendo 99 Cihaurgeulis Cibeunying Kaler 100 Cipaganti Coblong 101 Lebak Siliwangi Coblong 102 Sekeloa Coblong 103 Dago Coblong 104 Sukahaji Babakan Ciparay 105 Cibaduyut Bojongloa Kidul Sumber: FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung, 2015 Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk pengelolaan persampahan di Kota Bandung, maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak pengelolaan persampahan di Kota Bandung saat ini adalah: Tabel 2.27 Permasalahan Mendesak Sub Sektor Persampahan NO ASPEK PERMASALAHAN MENDESAK 1 Sosial Mayarakat - Masih ada Sampah yang dibuang ke sungai atau sembarangan - Masih rendahnya tingkat pengelolaan sampah melalui 3R (baru 16%) 2 Lokasi Penampungan Sementara Masih ada TPA/TPS Swadaya yang belum dilayani oleh pemerintah dan PD Kebersihan 3 Tingkat Pelayanan 26% penduduk Kota Bandung masih belum dilayani oleh PD Kebersihan Kota Bandung 4 Lokasi Pembuangan TPA Sarimukti sudah tidak memungkinkan untuk pembuangan akhir Sumber: Hasil Analisis,

86 2.4.3 Area Beresiko Pengelolaan Drainase Area Beresiko drainase di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat dilihat di bawah ini. Gambar Area Beresiko Drainase Kota Bandung Sumber: Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung Tabel 2.28 Area Beresiko Drainase Kota Bandung No Wilayah prioritas Wilayah prioritas No Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH 1 Karang Anyar Astanaanyar 1 Kebonlega Bojongloa Kidul 2 Jati Sari BuahBatu 2 Sekejati BuahBatu 3 Babakan Asih Bojongloa Kaler 3 Cisaranten Kidul GedeBage 4 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul 4 Cimincrang GedeBage 5 Panjunan Astanaanyar 5 Pasirbiru Cibiru 6 Ciseureuh Regol 6 Palasari Cibiru 7 Ciateul Regol 7 Campaka Andir 8 Pungkur Regol 8 Maleber Andir 9 Balonggede Regol 9 Sukapada Cibeunying Kidul 2-86

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

TAHUN : 2006 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN WILAYAH KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 29 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELUARAHAN KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 08 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp.

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN 01 Andir Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. 022-6011304, Email: Kec.adr@bandung.go.id 1 / 28 1. Campaka 2. Ciroyom 3. Dunguscariang

Lebih terperinci

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1.

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1. DAFTAR SASARAN PROGRAM DNAS ESEHATAN OTA BANDUNG TAHUN BAY BAY L AJA 45-59 60-69 =Ž70 NO ECAMATAN ESMAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 SUASAR 1 Sukarasa 1 Sukarasa 10,832 154

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANDUNG Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 Tanggal 27 Juli 1987 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG SEMINAR LAPORAN AKHIR Kajian Satuan Tugas Pelaku Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penerbitan sertipikat tanah, pemerintah telah membuat kebijakan yang secara normatif memberikan kepastian

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung Bentuk bentang alam Kota Bandung berupa cekungan dengan ketinggian ratarata 791 meter di

Lebih terperinci

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR NO NAMA KECAMATAN / KELURAHAN ALAMAT TELP. KANTOR 4 I KECAMATAN SUKASARI Jln. Gegerkalong Hilir No. 55 0-906 Kelurahan Isola Jln. Gegerkalong Girang No. 0-900 Kelurahan Gegerkalong Jln. Sukajadi Atas Blk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka pemikiran studi serta sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel. 3.1. SUMBER DATA KEPENDUDUKAN 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan setiap 5 tahun sekali

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Kelurahan Sadang Serang merupakan salah satu bagian wilayah di Kecamatan Coblong Kota Bandung yang dibentuk pada tahun 1976 dengan memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Data kependudukan yang dikumpulkan bersumber pada : 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp Daftar Kelurahan Di Kota Bandung No. Kecamatan Kelurahan Alamat Kecamatan Andir Kebon Jeruk Jl. Babatan 2, Telp. 421-2036 Ciroyom Jl. Ciroyom 27, Telp. 601-6697 Dungus Cariang Jl. Terusan Rajawali 20,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) Oleh: Lili Somantri 24060/1-6/259/06 LATAR BELAKANG Terjadinya

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kota Bandung terletak pada posisi 107º36 Bujur Timur dan 6º55 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pembangunan wilayah di Kotamadya Bandung diprioritaskan untuk menanggulangi kepadatan lalulintas yang kian hari semakin padat.

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah Studi

Gambaran Umum Wilayah Studi Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi II.1 Gambaran Umum Wilayah Bandung II.1.1 Latar Belakang Geografi Jawa Barat Bandung terletak pada koordinat 107 BT and 6 55 LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi NO KELURAHAN LOKASI KEGIATAN YANG DIUSULKAN KECAMATAN BUAH BATU 1 Jatisari RW.04 Penyediaan Roda sampah 4 unit - KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN 3.1 Administrasi Wilayah Kota Bandung Kota Bandung terletak di provinsi Jawa Barat dan merupakan ibukota provinsi. Kota Bandung terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3.1 Arahan Kebijakan Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Bandung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung penjelasan mengenai permasalahan permukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM 6 6.1 Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung berdasarkan kepemilikannya terbagi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDUNG JAWA BARAT KOTA BANDUNG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA BANDUNG TAHUN 2015-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Lampiran.1 Data rekam medik

Lampiran.1 Data rekam medik NO No. RM UMUR JK ALAMAT Bulan Ht Trom IgM IgG Ns- 1 Ag Diagnosis 1 913599 4 th L kel. Cigereleng 2 feb-3 maret DHF kec. Regol 2 889399 8 th L kel.ciseureuh 16 jan-22 jan DHF Kec.Regol 3 842429 2 th P

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 480/Kep.179.Diskominfo/2015 TANGGAL : 16 Februari 2015 PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG Pembina : 1. Walikota 2. Wakil Walikota

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Letak Geografis Kota Bandung Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107 0

Lebih terperinci

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki kepadatan

Lebih terperinci

BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

International Financial Centre 6th & 8th floor Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23, Jakarta GF/SST /42 42 G-SETRAMURNI RI II NO 14

International Financial Centre 6th & 8th floor Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23, Jakarta GF/SST /42 42 G-SETRAMURNI RI II NO 14 DATA MENARA TELEKOMUNIKASI KOT (BERDASARKAN DATA DARI PEMILIK MENARA) TAHUN 2015 NO URUT NO URUT MILIK KD MILIK KD KEL KD KEC ID_SITE NAMA_SITE LOKASI KELURAHAN KECAMATAN NAMA PERUSAHAAN ALAMAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09 LAMPIRAN I : PETUNJUK PELAKSANAAN PPDB KOTA BANDUNG NOMOR :...TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 A. PENSKORAN USIA CALON PESERTA DIDIK SD/MI NO. USIA SKOR 1. 7 tahun 7,00 2. 6 tahun lebih 11 bulan 6,11 3. 6 tahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 47 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kelurahan Tamansari yang diantaranya berisi tentang kondisi geografis dan kependudukan, kondisi eksisting ruang

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang Timur

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang Timur 67 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung 3.1.1 Letak Geografis Kota Bandung Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota

Lebih terperinci

LAPORAN INTERIM. Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung

LAPORAN INTERIM. Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rinci

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

1 BAB III TINJAUAN LOKASI

1 BAB III TINJAUAN LOKASI 1 BAB III TINJAUAN LOKASI 1.1 Profil Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1 Letak Geografis Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Bekasi Sumber : bekasikab.bps.go.id Kabupaten Bekasi mempunyai

Lebih terperinci

24 Pasar Minggu (Bantaran Sungai Cisaranten Kulon) 25 Pasar Modern Batununggal 26 Gasibu Mini Antapani

24 Pasar Minggu (Bantaran Sungai Cisaranten Kulon) 25 Pasar Modern Batununggal 26 Gasibu Mini Antapani Zona Kuning 1. Zona kuning yang berdasarkan waktu adalah seluruh pasar tumpah di daerah hanya boleh berdagang pada jam tertentu yaitu mulai pukul 22.00 WIB sampai 06.00 WIB. 2. Zona kuning yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Dalam rangka mencapai sasaran Program PPSP 2016-2020 di yang selaras dengan kebijakan perencanaan daerah yang tertuang dalam RPJMD tahun 2013-2018 maka perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011

PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011 PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011 Kota Bandung merupakan salah kota terbesar di Indonesia, dengan penduduknya yang padat dan perkembangan yang pesat, juga suasana kota Bandung yang menjadikan ciri khas

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

KECAMATAN. Jl.Rajawali timur, no.167, RT/RW:01/09, KEL.Dungusc GUSCAR ANDIR RT/SST/20 20 ariang, KEC.

KECAMATAN. Jl.Rajawali timur, no.167, RT/RW:01/09, KEL.Dungusc GUSCAR ANDIR RT/SST/20 20 ariang, KEC. DATA MENARA TELEKOMUNIKASI KOT BANDUNG (BERDASARKAN DATA DARI PEMILIK MENARA) TAHUN 2015 NO URUT NO URUT MILIK KD KELUR MILIK KD KEL KD KEC ID_SITE NAMA_SITE LOKASI AHAN 1 1 1 120487109 2 2 1 120330109

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari penelitian ini adalah dampak layanan Go-Food terhadap penjualan Rumah Makan di

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota,

Lebih terperinci

DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG

DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG No DATA LEMBAGA WARGA BELAJAR TENAGA PENDIDIK 0-2 Thn 3-4 Thn 5-6 Thn > 6 Thn Jumlah Nama Lembaga Jenis Satuan Alamat Kelurahan Kecamatan L P L P L P L P L P Total

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273. 1660 Katalog BPS : 9213.3273.240 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG Oleh : Aditiya Ramdani 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, Bandung email : adityaramdani@mail.unpas.ac.id ABSTRAK Rencana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah administratif Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 53 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Adanya suatu perangkat kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di suatu kota pada dasarnya berawal / berangkat untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 03 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA DAN KELUARGA PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KOTA BANDUNG I. IDENTITAS RESPONDEN. Nama:. Alamat:

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung memiliki angka pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi, yaitu sekitar 0,972% (Kota Bandung dalam Angka, 2004). Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB II GAMBARAN UMUM. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan a. Tugas Pokok Melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. b. Fungsi. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG No. Nama Lembaga Jenis Satuan No. NPSN/NILEK/ NILEM Status 1 BUNGA ALAMI TK 20254852 Swasta 2 BUNGA HARAPAN TK 20254855 Swasta 3

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 SISTEMATIKA I. DASAR HUKUM II. ANALISA SITUASI III. PELAKSANAAN IZIN PRAKTEK DOKTER IV. BENTUK PENGAWASAN V.

Lebih terperinci