BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sebesar jiwa per km 2 dengan luas kawasan 167,29 km 2 (BPS Kota Bandung Tahun 2006). Dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk tersebut, Kota Bandung terbagi dala0m 26 kecamatan yang masing-masing luas area, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduknya dapat dilihat pada tabel III.1. TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG No. Kecamatan Luas Area (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1 Bandung Kulon 6, ,97 2 Babakan Ciparay 7, ,88 3 Bojongloa Kaler 3, ,26 4 Bojongloa Kidul 6, ,17 5 Astanaanyar 2, ,67 6 Regol 4, ,91 7 Lengkong 5, ,39 8 Bandung Kidul 6, ,812 9 Margacinta 10, ,49 10 Rancasari 13, , Cibiru 10, , Ujungberung 10, ,83 13 Arcamanik 8, Cicadas 8, ,42 15 Kiaracondong 6, ,8 16 Batununggal 5, ,06 17 Sumur Bandung 3, ,24 18 Andir 3, ,61 19 Cicendo 6, ,38 20 Bandung Wetan 3, ,162

2 No. Kecamatan Luas Area (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 21 Cibeunying Kidul 5, ,67 22 Cibeunying Kaler 4, ,33 23 Coblong 7, ,21 24 Sukajadi 4, ,56 25 Sukasari 6, ,23 26 Cidadap 6, ,845 Sumber : BPS Kota Bandung, 2007 Diantara 26 kecamatan yang tertulis pada Tabel III.1, Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar ,26 jiwa per km 2. Dengan luas wilayah 3,03 km 2 (BPS Kota Bandung Tahun 2006), wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler (Gambar 3.1) terbagi dalam lima kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Kelurahan Babakan Tarogong, Kecamatan Babakan Asih, Kecamatan Kopo, dan Kecamatan Suka Asih. Batas wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler secara administratif adalah sebai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Andir Sebelah Selatan : Kecamatan Bojongloa Kidul Sebelah Barat : Kecamatan Babakan Ciparay Sebelah Timur :Kecamatan Astana Anyar dan Kecamatan Bojongloa Kidul Coburn (1994:38) mengatakan satu konsentrasi orang yang semakin padat akan selalu mempunyai potensi yang lebih besar terkena bencana dibandingkan apabila penduduk itu semakin tersebar. Sebagai kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bandung, maka Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dikatakan memiliki potensi yang besar terkena bencana kebakaran. Besarnya potensi bencana kebakaran di Kecamatan Bojongloa Kaler didukung pula dengan data Podes Kota Bandung 2003 yang menyebutkan luas wilayah terbangun di Kecamatan Bojongloa Kaler mencapai 95,65 % luas wilayah total. Dengan luas wilayah terbangun yang besar maka sulutan api yang muncul akan lebih mudah menjalar, dan potensi bencana kebakaran akan semakin besar.

3 Tabel III.2 Menunjukkan luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk per kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler tahun 2007 No. TABEL III.2 LUAS, JUMLAH PENDUDUK,DAN KEPADATAN PENDUDUK KECAMATAN BOJONGLOA KALER TAHUN 2007 Kelurahan / Desa Luas (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) RW RT L P Jumlah Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 1 Jamika 0, ,30 2 Babakan Tarogong 0, ,90 3 Babakan Asih 0, ,06 4 Kopo 0, ,82 5 Suka Asih 0, ,43 Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler,2007 Berdasarkan data Kecamatan Bojongloa Kaler tahun 2007, dua kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika yaitu sebesar ,06 jiwa/km 2 dan ,30 jiwa/km 2. Dengan jumlah kepadatan penduduk lebih dari jiwa/km 2, maka Keluarah Babakan Asih dan Jamika termasuk dalam klasifikasi kawasan sangat padat (SNI , Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan). Dengan memiliki kedapatan penduduk tertinggi, maka di antara kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler, Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memiliki potensi terjadinya bencana kebakaran yang paling tinggi pula.

4 KEC. BANDUNG KULON KEC. CICENDO KEC. ANDIR KEC. BABAKAN CIPARAI KEC. SUKASARI KEC. SUKAJADI Jamika Babakan KEC. Tarogong ASTANA ANYAR Babakan Asih Sukaasih Kopo Isola Ledeng KEC. BOJONGLOA KIDUL Ciumbuleuit KEC. CIDADAP KEC. COBLONG KEC. REGOL KEC. SUMUR BANDUNG KEC. BANDUNG WETAN KEC. LENGKONG KEC. BANDUNG KIDUL KEC. CIBEUNYING KALER KEC. CIBEUNYING KIDUL KEC. BATUNUNGGAL KEC. KIARA CONDONG KEC. CICADAS KEC. MARGACINTA KEC. ARCMANIK KEC. UJUNG BERUNG KEC. RANCASARI KEC. CIBIRU GAMBAR 3.1 Jl. Jend. Sudirman Kelurahan Jamika Jl. Pagarsih Jl. Cibadak PETA BATAS WILAYAH Kecamatan Astana Anyar LEGENDA : Batas Kecamatan Kecamatan Babakan Ciparay Kelurahan BabakanTarogong Batas Kelurahan Kelurahan Suka Asih Kelurahan Babakan Asih Jl. Lingkar Selatan Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler Kelurahan Kopo Jl. Kopo U Jl. Sukarno Hatta Kecamatan Bojongloa Kidul Tanpa Skala KECAMATAN BOJONGLOA KALER Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

5 3.1.1 Gambaran Wilayah Kelurahan Babakan Asih Kelurahan Babakan Asih memiliki luas wilayah 24,1 Ha yang terdiri dari 7 RW dan 59 RT. Berdasarkan administratif, batas wilayah kelurahan ini adalah sebagai beriku : Sebelah Utara : Kelurahan Panjunan Sebelah Selatan : Kelurahan Suka Asih Sebelah Barat : Kelurahan Babakan Tarogong Sebelah Timur : Kelurahan Situsaeur Untuk lebih jelasnya, wilayah Kelurahan Babakan Asih dapat dilihat pada Gambar 3.2.

6 Jl. Bbk Tarogong Kelurahan Panjunan GAMBAR 3.2 PETA BATAS WILAYAH 01 Kelurahan Babakan Tarogong LEGENDA : Batas Kelurahan Gg. Sukaleueur Batas RW Jl. Kopo 03 Kelurahan Situsaeur Kelurahan Suka Asih 01 Gg. Sukarma Sumber : Kelurahan Babakan Asih U Jl. Peta Tanpa Skala KELURAHAN BABAKAN ASIH Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

7 3.1.2 Gambaran Wilayah Kelurahan Jamika Kelurahan ini memiliki luas wilayah 54 Ha dengan 11 RW dan 105 RT. Secara administratif, batas wilayah kelurahan ini adalah : Sebelah Utara : Kelurahan Ciroyom Sebelah Selatan : Kelurahan Babakan Tarogong Sebelah Barat : Kelurahan Suka Haji Sebelah Timur : Kelurahan Cibadak di sebelah timur. Peta batas wilayah Kelurahan Babakan Asih dapat dilihat pada Gambar 3.3.

8 GAMBAR 3.3 Kelurahan Ciroyom PETA BATAS WILAYAH Jl. Jend. Sudirman Kelurahan Sukahaji 07 Jl. Jamika Jl. Pagarsih 04 Jl. Cibadak Kelurahan Cibadak LEGENDA : Batas Kelurahan Batas RW Kelurahan Babakan Tarogong Kelurahan Babakan Tarogong Jl. Terusan Pasir Koja Sumber : Kelurahan Jamika 10 U Kelurahan Babakan Tarogong Tanpa Skala KELURAHAN JAMIKA Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

9 3.2 Gambaran Kejadian Kebakaran Di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Oleh karena data laporan kejadian kebakaran berdasarkan waktu, penyebab, dan lokasi kejadian yang dimiliki oleh dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung tidak lengkap, maka gambaran kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika selama tujuh tahun terakhir diperoleh dari wawancara dengan para ketua RT di seluruh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. Gambaran kejadian kebakaran berdasarkan waktu, penyebab, dan lokasi kejadian yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel III.3. TABEL III.3 KEJADIAN KEBAKARAN YANG PERNAH TERJADI DI KELURAHAN BABAKAN ASIH No. RW RT Tahun Penyebab Lokasi Kejadian kompor minyak rumah listrik rumah lilin konveksi kompor minyak rumah lilin toko listrik rumah listrik perusahaan karpet Sumber : Wawancara, 2008 Pada tabel III.3 dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 59 ketua RT yang ada di Kelurahan Babakan Asih, kejadian kebakaran yang pernah terjadi sejak tahun 2000 hingga sekarang adalah sebanyak 7 kali kejadian kebakaran. Diantara 7 kejadian kebakaran tersebut, empat diantaranya terjadi di rumah warga, sedangkan sisanya terjadi di tempat industri dan toko. Untuk melihat persentase banyaknya kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih berdasarkan penyebabnya, maka berdasarkan tabel III.3 dibuatlah pie chart gambar 3.4.

10 GAMBAR 3. 4 PIE CHART JUMLAH KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH BERDASARKAN PENYEBABNYA Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel III.3,2008 Gambar 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian kebakaran disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik yaitu sebesar 43 %, sedangkan kejadian kebakaran lainnya yaitu sebesar 28 % disebabkan oleh ledakan kompor minyak, dan 29 % dikarenakan lilin. Gambaran kejadian kebakaran berdasarkan waktu, penyebab, dan lokasi kejadian yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel III.4. TABEL III.4 KEJADIAN KEBAKARAN YANG PERNAH TERJADI DI KELURAHAN JAMIKA No. RW RT Tahun Penyebab Lokasi Kejadian listrik rumah kompor minyak industri rumah tangga listrik rumah listrik rumah korek api toko kompor minyak rumah kompor minyak rumah listrik rumah Sumber : Wawancara, 2008

11 Berbeda dengan jumlah kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih, dalam rentang waktu yang sama yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007, di Kelurahan Jamika telah terjadi 8 kali kejadian kebakaran. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai persentase kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika berdasarkan penyebabnya, dapat dilihat pada Gambar 3.5 GAMBAR 3.5 PIE CHART JUMLAH KEBAKARAN DI KELURAHAN JAMIKA BERDASARKAN PENYEBABNYA Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel III.4,2008 Pada Gambar 3.5 terlihat bahwa jumlah kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Jamika sejak tahun 2000 hingga 2007 sebesar 50 % disebabkan oleh listrik, 37 % disebabkan oleh ledakan kompor minyak, dan 13 % disebabkan oleh korek api. Selain berdasarkan penyebabnya, kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat pula dilihat berdasarkan tahun kejadian, yang dapat dilihat pada Tabel III.5.

12 TABEL III.5 JUMLAH KEJADIAN KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA BERDASARKAN TAHUN KEJADIAN Sumber : Wawancara, 2008 Tahun Jumlah Kejadian Babakan Asih Jamika Jumlah 7 8 Berdasarkan tahun terjadinya kebakaran, di Kelurahan Babakan Asih kebakaran paling sering terjadi pada tahun 2000 dan 2007 yaitu sebanyak 2 kali, sedangkan di Kelurahan Jamika pada tahun 2000, 2004, 2006 yaitu sebanyak 2 kali. Jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, jumlah kejadian kebakaran terbanyak terjadi di Kelurahan Jamika, tetapi jika perbandingan dilakukan antara jumlah kebakaran di kedua kelurahan dengan jumlah kebakaran yang pernah terjadi di Kota Bandung dari tahun 2000 hingga tahun 2007 (lihat Bab 1, Tabel 1.1), maka jumlah kejadian kebakaran baik di Kelurahan Babakan Asih maupun di Kelurahan Jamika dapat dikatakan kecil. Kejadian kebakaran di Kelurahan Babakan Asih merupakan 0,5 % dari kejadian kebakaran yang pernah ada di Kota Bandung, sedangkan kejadian kebakaran di Kelurahan Jamika merupakan 0,57 % dari seluruh kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kota Bandung. Melalui pemaparan mengenai gambaran kejadian kebakaran yang pernah terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat diketahui bahwa Kelurahan Babakan Asih memiliki potensi terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh konsleting listrik, ledakan kompor minyak, dan lilin. Sedangkan Kelurahan

13 Jamika memiliki potensi terjadi kebakaran akibat konsleting listrik, ledakan kompor minyak, dan penyalaan korek api. Meskipun telah diketahui jenis-jenis bahaya kebakaran yang pernah terjadi di kedua kelurahan, namun untuk lebih mengetahui seberapa besar resiko bencana kebakaran, jenis potensi sumber bahaya kebakaran, serta kerentanan dan ketahanan yang dimiliki kedua kelurahan dalam menghadapi bahaya kebakaran maka dilakukan pengidentifikasian dan penilaian pada tiap-tiap variabel. 3.3 Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian variabel dan tolok ukur yang mempengaruhi munculnya api akibat kelalaian manusia di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Identifikasi munculnya bahaya kebakaran dapat dapat dilihat berdasarkan sistem pemasangan kawat sambungan listrik, keberadaan bahan bakar minyak dan LPG, keberadaan SPBU/pedagang bensin eceran, keberadaan cairan kimia yang mudah terbakar, keberadaan industri rumah tangga yang menggunakan bahan mudah terbakar, keberadaan generator listrik, pemanas air, keberadaan penerangan non-listrik, kebiasaan merokok, serta penyalaan api secara langsung Sistem Pemasangan Kawat Sambungan Listrik yang Buruk dan Tidak Sesuai SPLN Untuk mengukur kondisi sistem pemasangan kawat sambungan listrik terdapat tiga tolok ukur yang perlu diperhatikan yaitu kondisi instalasi listrik yang buruk, banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang yang lebih dari tujuh, dan kondisi kabel listrik yang terbuka. Informasi untuk melakukan penilaian diperoleh

14 dari wawancara dengan ketua RT serta dari hasil observasi penulis. Oleh karena informasi diperoleh melalui wawancara dan observasi lingkungan luar rumah penduduk, maka kondisi sambungan listrik yang terlihat terbatas pada sambungan listrik yang berada di luar rumah penduduk. Sistem pemasangan kawat sambungan listrik di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika telah dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu Perusahaan Listrik Negara dan tidak ada pemasangan secara ilegal. Tidak adanya pemasangan secara ilegal di kedua kelurahan, dikarenakan pihak PLN sering melakukan operasi terhadap masyarakat yang menggunakan listrik secara ilegal, pengecekan kondisi kabel sambungan listrik, serta pengecekan meteran. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh narasumber di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika mengatakan bahwa kondisi sambungan listrik telah baik. Meskipun terdapat beberapa rumah yang belum memiliki meteran sendiri atau masih menyantol, namun hal tersebut tidak membahayakan dan sepengetahuan pihak PLN. Berbeda dengan kabel sambungan listrik yang ada di Kelurahan Babakan Asih yang seluruhnya telah menggunakan kawat tertutup dan telah sesuai standar PLN, kabel sambungan listrik di beberapa wilayah di Kelurahan Jamika seperti RW 02 dan RW 06 masih dalam kondisi terbuka sehingga lebih mudah mengalami gangguan seperti hubungan arus pendek listrik atau terbakar. Gambar 3.6 akan menunjukkan kondisi kabel listrik di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.

15 GAMBAR 3.6 KONDISI KABEL LISTRIK YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDAR PLN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kabel listrik yang menggantung dengan ketinggian hanya 4 meter dari tanah di Kelurahan Jamika Sambungan listrik yang lebih dari 7sambungan di Kelurahan Babakan Asih Sumber : Obervasi, Agustus 2008 Melalui Gambar 3.6 dapat diketahui bahwa selain permasalahan kabel listrik yang masih terbuka, jalur sambungan kabel listrik yang ada di kedua kelurahan tidak teratur dan banyak kabel yang menggantung dengan ketinggian hanya 4 meter dari permukaan tanah. Kabel yang menggantung dengan ketinggian 4 meter dari tanah jika dalam kondisi tidak berisolasi dapat membahayakan karena akan mudah terbakar. Dengan melihat tolok ukur yang ada, maka Kelurahan Jamika memiliki potensi sumber api yang lebih besar dari pada Kelurahan Babakan Asih. Di Kelurahan Babakan Asih bahaya kebakaran muncul akibat adanya tiang listrik yang memiliki sambungan yang lebih dari tujuh, sedangkan di Kelurahan Jamika selain permasalahan tiang listrik yang memiliki sambungan lebih dari tujuh, terdapat pula kabel listrik yang masih terbuka. Dengan demikian, maka Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai potensi sumber bahaya 1, sedangkan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 2.

16 Keberadaan Kompor/Tabung Minyak Tanah dan LPG yang Rusak dan Disimpan Di Tempat yang Tidak Benar Keberadaan pedagang maupun pemakai minyak tanah dan LPG sebagai bahan bakar memasak menjadi salah satu potensi sumber api. Untuk mengukur seberapa besar potensi sumber api yang berasal dari keberadaan minyak tanah dan LPG, maka digunakan empat buah tolok ukur yaitu keberadaan pedagang minyak tanah dan LPG, keberadaan pengguna minyak tanah dan LPG, kondisi kompor minyak tanah dan LPG yang rusak/buruk, serta cara penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan informasi bahwa seluruh RT yang ada di kelurahan Babakan Asih telah mendapatkan bantuan pemerintah berupa kompor dan tabung LPG. Dalam rangka menindaklanjuti program bantuan tersebut, pihak kelurahan telah memberikan pengarahan kepada masyarakat mengenai pemakaian kompor dan tabung LPG. Tetapi, walaupun telah diberi pengarahan mengenai pemakaian kompor LPG oleh pihak kelurahan namun masih banyak warga yang takut untuk menggunakan kompor LPG dan lebih memilih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak. Kondisi kompor gas yang dimiliki warga sebagian besar dalam kondisi baik, tetapi beberapa ketua RT di Kelurahan Babakan Asih menyatakan bahwa terdapat kompor LPG yang kondisinya sudah rusak. Di Kelurahan Jamika sebagian besar warganya juga masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak, namun perbedaanya di Kelurahan Jamika sebagian besar warganya belum mendapat bantuan kompor LPG dari pemerintah, hanya warga RW 06 yang telah diberikan bantuan. Di kelurahan ini, masyarakat yang menggunakan LPG sebagian besar berada di RW 06 dan 04, kompor LPG yang digunakan adalah kompor dengan tabung bervolume 12 kg dengan kondisi yang baik. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat tiga agen penjual minyak tanah yang berlokasi di RT 10 RW 01, RT 01 RW 04, dan RT 04 RW 05, 96 warung penjual minyak tanah eceran, serta empat puluh warung penjual LPG berat 3 kg. Sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat 166 warung penjual minyak tanah

17 eceran, tujuh belas warung penjual LPG berat 3 kg, dan tiga agen menjual minyak tanah dan LPG. Para agen dan pedagang eceran menyimpan minyak tanah tersebut didalam drum, sedangkan tabung LPG diletakkan begitu saja di depan toko. Kedua bahan bakar tersebut disimpan di ruang terbuka tanpa perlindungan apapun. Dari penjelasan kondisi keberadaan minyak tanah dan LPG di kedua kelurahan, maka potensi munculnya api di Kelurahan Babakan Asih berasal dari minyak tanah dan LPG, kondisi kompor gas yang tidak baik, serta penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Bahaya kebakaran di Kelurahan Jamika berasal dari keberadaan minyak tanah dan LPG serta penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak sesuai standar. Dengan demikian, maka nilai bahaya kebakaran akibat keberadaan minyak tanah dan LPG di Kelurahan Babakan Asih adalah 4, sedangkan di Kelurahan Jamika adalah 3. Gambar 3.7 memperlihatkan cara penyimpanan tabung LPG yang tidak sesuai dengan standar yang ada. GAMBAR 3.7 TABUNG LPG YANG DISIMPAN DI PINGGIR JALAN KELURAHAN JAMIKA Sumber : Observasi, Agustus 2008

18 Ledakkan SPBU atau Pedagang Bensin Eceran Penilaian terhadap potensi munculnya api dapat diukur melalui keberadaan SPBU/penjual bensin eceran di dalam lingkungan studi dan jarak SPBU terdekat dengan lingkungan yang langsung menempel dengan permukiman. Di Kecamatan Bojongloa Kaler terdapat empat buah SPBU yaitu yang terletak di Jl. Kopo 288 Kelurahan Kopo, Jl. Peta 144 Kelurahan Suka Asih, Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong, dan Jl. Peta Kelurahan Suka Asih. Keempat SPBU tersebut tidak ada yang berlokasi di dalam lingkungan Kelurahan Babakan Asih maupun di Kelurahan Jamika. Meskipun tidak terdapat SPBU di dalam lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, namun di kedua kelurahan terdapat penjual bensin eceran yaitu di RW 04 Kelurahan Babakan Asih dan RW 07 Kelurahan Jamika masing-masing satu pedagang. Selain SPBU yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler, terdapat pula satu buah SPBU terdekat dengan Kelurahan Jamika yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay. SPBU tersebut berjarak kurang lebih 200 meter dari bangunan terluar Kelurahan Jamika. Seluruh SPBU yang ada bersebelahan langsung dengan permukiman penduduk dan tidak memiliki zona aman. Dengan tidak adanya zona aman, maka ketika terjadi ledakkan pada SPBU, permukiman penduduk akan terkena rambatan api. Tabel III.6 akan menunjukkan lokasi SPBU yang ada di kedua kelurahan dan kapasitas tangki yang dimiliki masing-masing SPBU TABEL III.6 JARAK SPBU DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER TERHADAP KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA No. 1 2 Jarak Dengan (meter) SPBU Kelurahan Kelurahan Jamika Babakan Asih Jl. Kopo no. 288 Kelurahan Kopo 500 >1500 Jl. Peta Kelurahan Suka Asih 250 > Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong 100 >1500

19 No. 4 5 SPBU Jl. Peta no. 144 Kelurahan Suka Asih Jl. Jenderal Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay Jarak Dengan (meter) Kelurahan Kelurahan Jamika Babakan Asih 200 >1500 > Sumber : Wawancara SPBU, 2008 Berdasarkan Tabel III.6, jika terjadi ledakan di salah satu SPBU yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler, maka Kelurahan Babakan Asih merupakan wilayah yang paling berpotensi terkena ledakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar SPBU yang ada di sekitar Kecamatan Bojongloa Kaler lokasinya berdekatan dengan Kelurahan Babakan Asih, bahkan SPBU Jl. Terusan Pasir Koja berjarak hanya 100 meter dari bangunan terluar RW 10 dan RW 08 Kelurahan Babakan Asih. Oleh karena di dalam Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak terdapat SPBU namun terdapat penjual bensin eceran, namun karena keberadaan SPBU yang tidak terdapat zona aman di dekat lingkungan kedua kelurahan, maka nilai potensi sumber api di Kelurahan Babakan Asih dan di Kelurahan Jamika adalah 1. Untuk lebih memperjelas lokasi persebaran SPBU terdekat dari Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat dari Gambar 3.8.

20 Jl. Jend. Sudirman GAMBAR 3.9 Kelurahan Jamika Jl. Cibadak SPBU Jl. Jend. Sudirman Kelurahan Babakan Ciparay Jl. Pagarsih SPBU Jl. Terusan Pasir Koja Kelurahan Babakan Tarogong PETA LOKASI SPBU Kecamatan Babakan Ciparay Kecamatan Astanaanyar LEGENDA : Kelurahan Babakan Tarogong Jl. Lingkar Selatan Kelurahan Babakan Asih Batas Kecamatan Batas Kelurahan SPBU Kelurahan Babakan Asih Kelurahan Kopo Jl. Kopo SPBU Jl. Peta 144 Kelurahan Suka Asih Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler U SPBU Jl. Peta Kelurahan Suka Asih Jl. Sukarno Hatta SPBU Jl. Kopo 288 Kelurahan Kopo Tanpa Skala KECAMATAN BOJONGLOA KALER Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

21 Bahan Kimia Mudah Terbakar Keberadaan pedagang dan pemakai bahan kimia mudah terbakar menjadi tolok ukur untuk menilai besar kecilnya potensi munculnya bahaya kebakaran. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat dua toko yang menjual bahan-bahan kimia mudah terbakar dan dua buah industri rumah tangga pengguna bahan kimia mudah terbakar. Bahan kimia yang dijual dan digunakan merupakan bahan untuk jasa penyablonan seperti tinner yang jika terkena sulutan api atau bercampur dengan senyawa kimia lainnya akan mudah terbakar. Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika jumlah pedagang bahan-kimia mudah terbakar lebih banyak, yaitu lima toko yang menjual bahan kimia mudah terbakar dan empat industri rumah tangga pemakai bahan-bahan kimia mudah terbakar. Tabel III.7 menunjukkan jumlah dan lokasi keberadaan pedagang dan pengguna bahan-bahan kimia yang mudah terbakar di kedua kelurahan. TABEL III.7 JUMLAH DAN LOKASI PEDAGANG DAN PENGGUNA BAHAN KIMIA MUDAH TERBAKAR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Wawancara, 2008 Kelurahan Lokasi Pedagang Pemakai Babakan Asih RT 01 RW 07 RT 04 RW 03 RT 02 RW 02 RT 07 RW 03 Jumlah 2 2 Jamika RT 07 RW 01 RT 07 RW 04 RT 02 RW 03 RT 07 RW 04 RT 07 RW 04 RT 16 RW 04 RT 06 RW 05 RT 04 RW 11 RT 03 RW 06 Jumlah 5 4 Berdasarkan Tabel III.7 jumlah pedagang dan pengguna bahan-bahan kimia yang mudah terbakar lebih banyak berlokasi di Kelurahan Jamika terutama di RW 04. Dengan demikian potensi terjadinya kebakaran akibat percikan api ke

22 bahan-bahan kimia mudah terbakar di Kelurahan Jamika lebih besar dari pada di Kelurahan Babakan Asih. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar, maka dari itu Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai potensi sumber api 1. Melalui Gambar 3.9 dan 3.10, dapat dilihat lokasi persebaran pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dengan lebih jelas.

23 GAMBAR 3.10 Kelurahan Panjunan PETA LOKASI PERSEBARAN PEDAGANG DAN PENGGUNA BAHAN KIMIA MUDAH TERBAKAR Kelurahan Babakan Tarogong LEGENDA : Batas Kelurahan Gg. Sukaleueur Batas RW Jl. Kopo Kelurahan Situsaeur Pedagang bahan kimia mudah terbakar Pengguna bahan kimia mudah terbakar Jl. Bbk Tarogong Gg. Sukarma Sumber : Kelurahan Babakan Asih Kelurahan Suka Asih 04 U Jl. Peta Tanpa Skala KELURAHAN BABAKAN ASIH Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

24 Industri Rumah Tangga Dengan Peralatan Produksi Mudah Terbakar Keberadaan industri rumah tangga yang menggunakan peralatan produksi mudah terbakar sebagai bahan utama produksi di kawasan permukiman padat merupakan salah satu sumber potensi munculnya api. Sulutan api dapat terjadi akibat kerusakkan mesin produksi atau ledakan salah satu alat-alat proses produksi misalnya kompor. Pada pembahasan ini, untuk menilai tinggi rendahnya potensi munculnya api tolok ukur yang digunakan adalah keberadaan industri rumah tangga dengan peralatan produksi mudah terbakar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT di Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Babakan Asih terdapat 3 buah pabrik pakaian berskala besar serta 30 industri rumah tangga yang sebagian besar adalah industri pembuatan kue kering dan industri pembuatan kerupuk. Keberadaan industri rumah tangga tersebut tersebar di seluruh Kelurahan Babakan Asih. Sementara itu berdasarkan data UKM Kelurahan Jamika Tahun 2006, di Kelurahan Jamika terdapat 14 industri rumah tangga yang dalam proses produksinya menggunakan bahan mudah terbakar. Industri tersebut berupa industri pembuatan kue kering, industri kerupuk, dan industri pembuatan mie. Dalam proses produksinya, industri-industri tersebut menggunakan bantuan kompor minyak tanah dan kompor gas serta beberapa mesin produksi yang dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kerusakkan atau kelalaian manusia. Berdasarkan pemaparan mengenai kondisi industri rumah tangga yang menggunakan bahan produksi mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka kedua kelurahan sama-sama memperoleh nilai 1. Gambar 3.11 merupakan salah satu contoh industri rumah tangga yang menggunakan peralatan produksi mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika.

25 GAMBAR 3.11 INDUSTRI RUMAH TANGGA BERBAHAN PRODUKSI MUDAH TERBAKAR Industri Tempe di Kelurahan Jamika Industri Kerupuk di Kelurahan Babakan Asih Sumber : Observasi, Agustus Peralatan Listrik yang Rusak Pengguaan peralatan listrik dapat menjadi salah satu potensi munculnya api. Peralatan listrik seperti generator listrik, pemanas air, dan lain sebagainya yang berada dalam kondisi tidak layak pakai atau diletakkan di tempat yang memudahkan terjadi hubungan pendek arus listrik dapat menjadi penyebab kebakaran. Semakin banyak pemakai dan sering intensitas pemakaian peralatan listrik rumah tangga, maka potensi munculnya api akan semakin besar pula. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai potensi sumber datanganya api pada variabel ini adalah keberadaan peralatan listrik rumah tangga, kondisi peralatan listrik rumah tangga, dan intensitas penggunaan peralatan listrik rumah tangga. Seluruh warga di kedua kelurahan menggunakan peralatan listrik rumah tangga dalam kegiatan sehari-hari. Penggunaan tersebut dengan intensitas yang cukup tinggi. Sebagai contoh peralatan rumah tangga yang dapat memicu munculnya api adalah generator listrik digunakan oleh beberapa orang untuk membantu pada saat terjadi pemadaman arus listrik dan pemanas air. Dari seluruh rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, tidak ada rumah yang menggunakan generator listrik. Namun demikian, di Kelurahan Babakan Asih terdapat lima toko yang menggunakan generator listrik dengan kondisi yang baik.

26 Sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat sembilan toko, dua bank, serta satu sekolah yang menggunakan generator listrik. Di Kelurahan Babakan Asih jumlah rumah tangga yang menggunakan pemanas air kurang lebih berjumlah tiga belas rumah atau sekitar 0,6 % rumah yang ada, dengan kondisi pemanas air yang digunakan dalam keadaan masih berfungsi dengan baik. Di Kelurahan Jamika pengguna pemanas air berjumlah tiga puluh delapan rumah atau sekitar 0,8 % rumah yang ada. Diantara tiga puluh delapan rumah pemakai pemanas air terdapat satu rumah tangga yang kondisi pemanas airnya sudah tidak aktif lagi atau rusak. Dalam melakukan pengukuran besar kecilnya potensi bahaya kebakaran akibat peralatan listrik, maka digunakan tiga tolok ukur yaitu keberadaan peralatan listrik, kondisi peralatan listrik, dan intensitas penggunaan peralatan listrik. Karena di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika seluruh warganya menggunakan peralatan listrik rumah tangga dengan intensitas pemakaian yang cukup tinggi, serta terdapat kondisi ada yang rusak, maka Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memperoleh nilai 3. GAMBAR 3.12 PEMANAS AIR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH Sollar Water Heater Sumber : Observasi, Agustus 2008

27 Penerangan Non-Listrik Penggunaan penerangan non-listrik dapat menimbulkan bahya kebakaran. Bahaya kebakaran akibat penerangan non-listrik ini biasanya disebabkan oleh kelalaian manusia. Untuk menilai seberapa besar potensi bahaya kebakaran yang ada di suatu lingkungan maka tolok ukur yang digunakan adalah keberadaan pengguna dan intensitas penggunaan peralatan penerangan non-listrik. Seluruh masyarakat Kelurahan Babakan Asih tidak ada yang menggunakan alat penerangan non-listrik sebagai alat penerangan utama. Alat penerangan non-listrik seperti lilin atau lampu tempel hanya digunakan jika terjadi pemadaman arus listrik sementara (jarang terjadi di kelurahan ini). Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika selain pada saat terjadi pemadaman arus listrik sementara, terdapat dua puluh pedagang di RT 01 RW 05 yang dalam kesehariannya menggunakan alat penerangan non-listrik berupa lampu tempel. Dengan demikian maka Kelurahan Jamika memiliki potensi sumber api yang lebih besar dari pada Kelurahan Babakan Asih, karena dengan semakin banyaknya penggunaan alat penerangan non-listrik seperti lilin atau lampu tempel maka potensi terjadinya kebakaran semakin tinggi. Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai 1, sedangkan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 2. Hal ini dikarenakan meskipun masyarakat di kedua kelurahan masih suka menggunakan penerangan non listrik, tetapi di Kelurahan Jamika intensitas penggunaannya lebih tinggi Puntung Rokok yang Dibuang Sembarangan Dalam Keadaan Masih Menyala Salah satu sumber api adalah puntung rokok. Untuk menilai seberapa besar potensi yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terhadap bahaya kebakaran yang berasal dari puntung rokok dapat dilihat berdasarkan kebiasaan masyarakat merokok. Berdasarkan wawancara yang dilakukan didapatkan informasi bahwa, lebih dari setengah masyarakat Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika merupakan perokok aktif. Dengan jumlah perokok yang tinggi, maka potensi munculnya bahaya kebakaran akibat kelalaian masyarakat yaitu

28 dengan membuang puntung rokok secara sembarangan di kedua kelurahan ini menjadi tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai Penyalaan Api Secara Langsung Penyalaan api secara langsung dapat terjadi dari pembakaran sampah, pembuatan api unggun, atau penyalaan kembang api yang dilakukan masyarakat. Untuk mengukur potensi sumber api akibat penyalaan api secara langsung, maka dilakukan pengukuran berdasarkan dua tolok ukur yaitu ada atau tidaknya masyarakat yang suka membakar sampah/menyalakan api unggun/kembang api dan seberapa besar intensitas penyalaanya. Meskipun bukan merupakan kebiasaan masyarakat, namun terkadang masyarakat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika melakukan pembakaran sampah, menyalakan api unggun, ataupun menyalakan kembang api. Intensitas penyalaan api unggun/pembakaran sampah/penyalaan kembang api oleh masyarakat sangat kecil. Pembakaran sampah dilakukan jika petugas pengangkut sampah tidak mengambil sampah dalam beberapa hari sehingga sampah di lingkungan masyarakat menumpuk, sedangkan penyalaan api unggun dan kembang api dilakukan oleh masyarakat pada saat ada kegiatan kebersamaan seperti perayaan hari kemerdekaan atau kegiatan kesiswaan yang dilakukan di beberapa sekolah yang ada di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. Oleh karena terdapat masyarakat yang suka melakukan pembakaran sampah/ menyalakan api unggun/menyalakan kembang api dengan intensitas penyalaan api yang kecil, maka masing-masing kelurahan memperoleh nilai Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Akibat Kelalaian Manusia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Berdasarkan penjelasan berupa pengidentifikasian tolok ukur dan variabel penentu sumber datangnya api di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka

29 dapat dibuat suatu tabel hasil penilaian sumber datangnya api di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. TABEL III.8 PENILAIAN TERHADAP VARIABEL SUMBER BAHAYA KEBAKARAN AKIBAT KELALAIAN MANUSIA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Variabel Sistem Pemasangan Kawat Sambungan Listrik yang Buruk dan Tidak Sesuai SPLN Keberadaan Kompor/Tabung Minyak Tanah dan LPG yang Rusak dan Disimpan Pada Tempat yang Tidak Benar Ledakkan SPBU/pedagang bensin eceran Bahan kimia mudah terbakar Industri rumah tangga dengan peralatan produksi mudah terbakar Peralatan Listrik yang Rusak Penerangan nonlistrik Tolok Ukur Kondisi instalasi listrik yang buruk Banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang Penilaian Babakan Asih Jamika Kondisi kabel listrik yang terbuka 0 1 Keberadaan pedagang minyak tanah dan LPG Keberadaan pengguna minyak tanah dan LPG kondisi kompor minyak tanah dan LPG yang rusak Cara penyimpanan minyak tanah dan LPG yang tidak baik Keberadaan SPBU/pedagang bensin eceran di dalam lingkungan Jarak SPBU terdekat dengan lingkungan Keberadaan pedagang dan pengguna bahan kimia mudah terbakar Keberadaan industri rumah tangga dengan bahan mudah terbakar Keberadaan peralatan listrik rumah tangga Kondisi peralatan listrik rumah tangga Intensitas penggunaan peralatan listrik rumah tangga Keberadaan pengguna penerangan non-listrik Intensitas penggunaan penerangan non-listrik Puntung Rokok Keberadaan perokok

30 Variabel yang Dibuang Sembarangan dalam Kondisi Masih Menyala Penyalaan api secara langsung Tolok Ukur Keberadaan masyarakat yang suka membakar sampah/menyalakan api unggun/menyalakan kembang api Intensitas penyalaan api secara langsung Penilaian Babakan Asih Jamika 0 0 Jumlah nilai variabel sumber bahaya kebakaran (H) Sumber : Hasil analisis, 2008 Pada Tabel III.8 diketahui bahwa jumlah nilai variabel sumber bahaya kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika adalah sebesar 12. Jumlah nilai sumber bahaya kebakaran maksimal akan terjadi jika seluruh tolok ukur variabel sumber bahaya kebakaran yang ada tidak sesuai dengan standar. Sebaliknya nilai sumber bahaya minimal terjadi jika seluruh tolok ukur telah sesuai standar. Karena pada variabel sumber bahaya kebakaran terdapat 19 tolok ukur maka dengan nilai sumber bahaya kebakaran maksimal adalah sebesar 19, dan nilai sumber bahaya kebakaran minimum adalah sebesar Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Kerentanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian variabel dan tolok ukur kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dalam menghadapi bahaya kebakaran.

31 3.4.1 Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Kerentaan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat berdasarkan kondisi ekonomi, sosial kependudukan, budaya masyarakat lokal, dan kondisi fisik bangunan dan lingkungan. Kondisi-kondisi tersebut dijelaskan dalam beberapa variabel yang telah ditentukan masuk dalam kategori kerentanan Kondisi/Tingkat Ekonomi Masyarakat yang Rendah Kerentanan suatu kawasan terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat dari kondisi perekonomian masyarakat di dalamnya. Kerentanan ekonomi dapat menggambarkan besar kerugian yang akan dialami masyarakat. Dalam mengukur kerentanan ekonomi di kedua kelurahan maka tolok ukur yang digunakan adalah mata pencaharian penduduk dan keberadaan rumah tangga miskin. Keberadaan penduduk yang bekerja di lokasi yang berdekatan dengan kawasan permukiman padat atau bahkan didalam lingkungan permukiman padat menjadi suatu kerentanan tersendiri dalam menghadapi bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan jika terjadi kebakaran di salah satu rumah di kawasan perukiman padat tersebut, maka tempat kerja yang berlokasi di kawasan permukiman tersebut juga akan terancam terkena rambatan api. Berdasarkan data monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tahun 2007, jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih yang bekerja sebanyak jiwa yaitu kurang lebih 39,69 % dari jumlah total penduduk Kelurahan Babakan Asih, sedangkan kelurahan Jamika sebesar 34,13 % dari total penduduk Kelurahan Jamika. Pada Tabel III.9 akan terlihat jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang memiliki pekerjaan.

32 TABEL III.9 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Jenis Pekerjaan Jumlah Babakan Asih Jamika Pegawai Negeri Sipil TNI / POLRI Karyawan Swasta Wiraswasta / Pedagang Tani 0 0 Pertukangan Buruh Tani 0 0 Pensiunan Nelayan 0 0 Pemulung 0 0 Jasa 0 0 Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, 2007 Berdasarkan data pada Tabel III.9, persentase jumlah penduduk bermatapencaharian kemudian digambarkan pada Gambar GAMBAR 3.13 PIE CHART JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Hasil Pengolahan Tabel III.9, 2007 Dapat dilihat pada Gambar 3.13, sebesar 40 % penduduk Kelurahan Babakan Asih yang memiliki pekerjaan, bekerja sebagai karyawan swasta yaitu

33 sebagai pegawai pabrik. Berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, pada Kelurahan Jamika sebesar 47 % dari total penduduk yang bermatapencaharian, bekerja sebagai pedagang. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa narasumber, masyarakat yang bekerja sebagai pedagang merupakan pedagang kecil yang lokasi kerjanya masih berada di dekat kawasan permukiman Kelurahan Jamika. Jika terjadi kebakaran di kawasan permukiman tersebut maka mata pencaharian masyarakat yang lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman akan terancam. Selain mata pencaharian penduduk, keberadaan rumah tangga miskin juga menjadi tolok ukur penentu kerentanan suatu lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Lingkungan yang memiliki jumlah rumah tangga miskin akan lebih rentan terhadap bahaya kebakaran, karena jika terjadi kebakaran dan menghabisi seluruh harta yang ada di rumah penduduk maka rumah tangga miskin cenderung tidak memiliki apapun lagi. Jumlah rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika berdasarkan data kelurahan akan ditunjukkan pada Tabel III.10. TABEL III.10 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan RW Jumlah Persentase Jumlah KK (%) Babakan Asih , , , , , , ,3 Jumlah ,9 Jamika , , , , , ,8

34 Kelurahan RW Jumlah Persentase Jumlah KK (%) , , , ,6 Jumlah ,3 Sumber : Data Kelurahan, 2008 Melalui Tabel III.10 dapat diketahui bahwa meskipun jumlah rumah tangga miskin di Kelurahan Jamika lebih besar daripada di Kelurahan Babakan Asih, namun jika jumlah rumah tangga miskin tersebut dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada di masing-masing kelurahan maka Kelurahan Babakan Asih memiliki persentase jumlah penduduk miskin lebih besar dari pada Kelurahan Jamika. Sebesar 35,9 % warga di Kelurahan Babakan Asih merupakan keluarga miskin, sedangkan di Kelurahan Jamika sebesar 27,3%. Pada Kelurahan Babakan Asih, RW yang memiliki persentase rumah tangga miskin terbesar adalah RW 05 yaitu sebesar 50,3 %, sedangkan pada Kelurahan Jamika persentase jumlah penduduk miskin tertinggi berada pada RW 08 yaitu sebanyak 44,8 %. Jumlah rumah tangga yang tergolong miskin menurut data Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tahun 2008 berbeda dengan data jumlah rumah tangga miskin berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT yang ada. Jumlah rumah tangga miskin menurut seluruh ketua RT yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat pada Tabel III.11.

35 TABEL III.11 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Wawancara, 2008 Berdasarkan Tabel III.11 jumlah rumah tangga miskin di Kelurahan Babakan Asih berjumlah kepala keluarga. Jumlah tersebut merupakan 53,47 % dari jumlah total kepala keluarga yang ada. Persentase banyaknya penduduk miskin paling besar berada di RW 04 yaitu sebanyak 76,59 % jumlah penduduk RW 04. Di Kelurahan Jamika, jumlah total keluarga prasejahtera yang ada berjumlah kepala keluarga atau kurang lebih 28,45 % dari total kepala keluarga yang ada. RW yang memiliki persentase jumlah masyarakat prasejahtera terbesar adalah RW 05 yaitu sebesar 46,47 %. Meskipun terdapat dua buah sumber data jumlah rumah tangga miskin yang berbeda, namun jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka Kelurahan Babakan Asih lebih memiliki kerentanan ekonomi yang lebih tinggi terhadap bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat yang tergolong keluarga prasejahtera di Kelurahan Babakan Asih lebih banyak dari pada di Kelurahan Jamika.

36 Walaupun berdasarkan perbandingan langsung antara kedua kelurahan Kelurahan Babakan Asih lebih rentan dari segi ekonomi, tetapi karena di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sama-sama terdapat rumah tangga miskin dan terdapat penduduk yang bekerja di tempat yang berlokasi di dekat kawasan permukiman padat, maka kedua kelurahan memperoleh nilai kerentanan Kepadatan Penduduk yang Dapat Memperbanyak Jumlah Korban Pada Saat Terjadi Kebakaran Salah satu tolok ukur kerentanan ekonomi suatu kawasan permukiman terhadap bahaya kebakaran adalah kepadatan penduduk. Tingginya kepadatan penduduk di suatu lingkungan mengindikasikan tingginya aktivitas di dalamnya, dengan tingginya aktivitas penduduk maka potensi munculnya api akan semakin tinggi pula. Kepadatan penduduk di Kelurahan Babakan Asih adalah sebesar ,06 jiwa/km 2, sedangkan di Kelurahan Jamika adalah sebesar ,03 jiwa/km 2. Kedua kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Bojongloa Kaler. Jumlah kepadatan penduduk diatas jiwa/km 2 termasuk kedalam kategori kepadatan sangat tinggi, dengan demikian maka kedua kelurahan termasuk dalam kategori kepadatan sangat tinggi. Dengan tingginya kepadatan penduduk di kedua kelurahan maka aktivitas di dalamnya pasti juga sangat tinggi, sehingga potensi munculnya kebakaran akibat kelalaian manusia pun menjadi tinggi. Nilai kerentanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah Penduduk Usia Balita dan Lansia yang Mempersulit Proses Evakuasi/Pelarian Penduduk lansia dan penduduk usia balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap bahaya. Semakin besar jumlah penduduk usia balita dan lansia maka tingkat kerentanan yang dimiliki suatu wilayah akan semakin besar. Hal ini dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kerentanan wilayah

37 terhadap bahaya kebakaran. Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan usia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat melalui Tabel III.12. TABEL III.12 JUMLAH PENDUDUK KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA BERDASARKAN STRUKTUR USIA No. Usia Babakan Asih Jamika Jumlah Sumber : Data Kelurahan Babakan Asih, 2007 Pada Tabel III.12 dapat terlihat bahwa jumlah penduduk usia balita di Kelurahan Babakan Asih adalah sebanyak jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia lansia adalah sebanyak 384 jiwa. Pada kelurahan ini jumlah penduduk usia rentan yaitu usia balita ditambah usia lansia adalah sebanyak 13,82 % dari jumlah penduduk Kelurahan Babakan Asih secara keseluruhan. Di Kelurahan Jamika, jumlah penduduk usia rentan terhadap bahaya adalah jiwa atau 13,76 % dari penduduk total Kelurahan Jamika, yang terdiri dari jiwa penduduk usia balita dan jiwa jumlah usia lanjut. Jika dilihat berdasarkan banyaknya jumlah penduduk usia rentan yaitu usia balita dan usia lanjut, Kelurahan Babakan Asih memiki kerentanan yang lebih besar karena jumlah persentase penduduk usia rentan lebih besar dari pada

38 Kelurahan Jamika yaitu 13,82 %. Nilai kerentanan yang akan diberikan untuk kedua kelurahan adalah 1, karena adanya penduduk balita dan lansia Penduduk Berpenyakit Permanen dan Cacat yang Mempersulit Proses Evakuasi/Pelarian Keberadaan penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau berpenyakit permanen menjadi suatu tolok ukur kerentanan yang dimiliki suatu kawasan dalam menghadapi bahaya kebakaran. Tabel III.13 akan menunjukkan data jumlah penduduk di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang memiliki kekurangan fisik dan penduduk yang memiliki penyekit permanen sehingga sulit melakukan evakuasi jika terjadi kebakaran. TABEL III.13 JUMLAH PENDUDUK CACAT DAN BERPENYAKIT PERMANEN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Wawancara, 2008 Pada Tabel III.13 terlihat bahwa di kelurahan Babakan Asih terdapat enam puluh enam jiwa atau 0,48 % dari penduduk total yang memiliki kekurangan fisik

39 atau cacat dan berpenyakit menetap. Jumlah terbanyak berada di RW 07 khususnya RT 02, 03, dan 05 yang masing-masing memiliki lima orang berkondisi cacat tubuh. Berbeda dengan di Kelurahan Babakan Asih, 0,53 % penduduk Kelurahan Jamika merupakan penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau berpenyakit permanen. Dari 11 RW yang ada, jumlah penduduk cacat atau berpenyakit permanen terbanyak berada di RW 05, namun RT yang memiliki jumlah penduduk cacat terbanyak berada di RT 05 RW 08 yaitu sebanyak delapan orang. Jadi, RT 05 RW 08 merupakan RT yang paling rentan terhadap bahaya kebakaran. Jika dilakukan perbandingan antara Kelurahan Babakan Asih dengan Kelurahan Jamika, maka kelurahan yang memiliki tingkat kerentanan menurut jumlah penduduk cacat dan berpenyakit menetap paling tinggi adalah Kelurahan Jamika, khususnya RT 05 RW 08. Karena di kedua kelurahan terdapat penduduk yang berpenyakit menetap atau cacat fisik, maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai kerentanan Bahan Bangunan Tidak Tahan Api Keberadaan bangunan hunian tunggal dengan jenis non-permanen dan semi permanen menjadi suatu tolok ukur kerentanan suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Bahan bangunan yang tidak tahan api akan mempercepat perambatan api ke bangunan lain yang bersebelahan dengan bangunan yang terbakar. Berikut merupakan tabel jumlah rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika berdasarkan bahan bangunannya. TABEL III.14 JUMLAH RUMAH BERDASARKAN BAHAN BANGUNANNYA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Jenis Rumah Permanen (menggunakan bahan bangunan tahan api seperti batu bata atau batako) Jumlah Rumah Babakan Asih Jamika

40 Jenis Rumah Jumlah Rumah Babakan Asih Jamika Semi Permanen (menggunakan bahan bangunan sebagian batu bata atau batako sebagian triplek/kayu/bilik) Non Permanen (menggunakan bahan bangunan mudah terbakar seperti bilik/triplrk/kayu) Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, 2007 Berdasarkan Tabel III.14 dapat diketahui bahwa bangunan rumah yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terbagi kedalam tiga kelompok rumah berdasarkan bahan bangunannya, yaitu permanen (terbuat dari batu bata atau batako), semi permanen (sebagian batu bata atau batako, sebagian triplek, kayu, atau bilik), dan non-permnanen (seluruh bangunan terbuat dari kayu, triplek, atau bilik). Untuk memperjelas persentase jumlah bangunan per jenis rumah yang ada, maka berdasarkan Tabel III.14 dibuatlah pie chart pada Gambar GAMBAR 3.14 PIE CHART JUMLAH RUMAH BERDASARKAN JENISNYA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Hasil pengololahan Tabel III.14,2008 Pada Gambar 3.14 terlihat bahwa di Kelurahan Babakan Asih jumlah rumah dengan jenis semi permanen mendominasi bangunan rumah yang ada yaitu

41 sebesar 45 %. Jumlah bangunan yang masih non-permanen dan semi permanen lebih banyak dari pada jumlah rumah permanen. Berbeda dengan kondisi di Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika sebesar 62 % rumah yang ada sudah permanen, jumlah non-permanen dan semi permanen masing-masing berjumlah berjumlah 12 % dan 26%. Dengan jumlah rumah non-permanen dan semi permanen yang lebih banyak dari pada Kelurahan Jamika, maka Kelurahan Babakan Asih memiliki kerentanan yang lebih tinggi. Meskipun jumlah rumah non-permanen dan semi permanen di Kelurahan Babakan Asih lebih banyak dari pada Kelurahan Jamika, namun dalam penilaian kedua kelurahan memperoleh nilai 1 karena keberadaan rumah non-permanen dan semi permanen tersebut. Gambar 3.15 memperlihatkan bangunan non permanen dan semi permanen yang mudah terbakar di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang masih menggunakan bahan triplek atau bilik. GAMBAR 3.15 RUMAH DENGAN BAHAN BANGUNAN YANG MUDAH TERBAKAR DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Rumah Berbahan Bangunan Kayu yang Mudah Terbakar di Kelurahan Babakan Asih Rumah Berbahan Bangunan Setengah Triplek Setengan Batu Bata yang Mudah Terbakar di Kelurahan Jamika Sumber : Observasi, Agustus Konstruksi Bangunan yang Tidak Tahan Api Keberadaan bangunan dengan konstruksi yang tidak tahan api dapat mempercepat runtuhnya bangunan yang terbakar. Hal tersebut pula yang akan menjadi tolok ukur penilaian besar kecilnya kerentanan suatu wilayah terhadap

42 bahaya kebakaran. Sebagian besar jenis konstruksi yang digunakan di kedua kelurahan adalah konstruksi biasa. Dinding rumah terbuat dari batu bata atau batako, bagian lain bangunan seperti tiang penyangga rumah, langit-langit, atap, dan tangga terbuat dari kayu, sedangkan lantai telah menggunakan keramik. Untuk penutup atap bangunan sebagian besar telah menggunakan genteng tanah. Hampir setiap bangunan rumah yang ada telah memiliki dinding sendiri yang menempel dengan dinding tetangga. Jenis konstruksi ini termasuk tidak tahan api meskipun masih lebih kuat dari pada konstrusi kayu. Dengan struktur bangunan yang demikian, maka kedua kelurahan ini memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bahaya kebakaran, karena api akan mudah menjalar dengan cepat meskipun tidak secepat jika bangunan menggunakan struktur konstruksi kayu. Berdasarkan hal tersebut, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika sama-sama memperoleh nilai Kepadatan Bangunan yang Mempermudah Perambatan Api Tingginya kepadatan bangunan dapat menjadi tolok ukur kerentanan suatu lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Dengan kepadatan bangunan yang tinggi, maka rambatan api akan semakin cepat sehingga jumlah kerugian atau rumah yang terbakar semakin banyak pula. Tabel III.15 berikut menunjukkan data kepadatan penduduk per kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler. TABEL III.15 KEPADATAN BANGUNAN DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER No. Kelurahan Kepadatan Bangunan (unit/ha) 1 Jamika 78,37 2 Babakan Tarogong 39,59 3 Babakan Asih 87,55 4 Kopo 30,76 5 Suka Asih 42,77 Sumber : Data Kecamatan Bojongloa Kaler, 2007

43 Pada Tabel III.15 terlihat bahwa Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan dua kelurahan dengan kepadatan bangunan tertinggi. Setiap satu hektar wilayah Kelurahan Babakan Asih terdapat 87 bangunan, sedangkan setiap satu hektar wilayah Kelurahan Jamika terdapat 78 bangunan. Kepadatan bangunan di Kelurahan Babakan Asih lebih tinggi dari pada Kelurahan Jamika, namun karena jumlah kepadatan bangunan diatas 40 unit per hektar, maka kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dikategorikan dalam wilayah dengan kepadatan bangunan yang tinggi. Oleh karena itu, nilai kerentanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah 1. Untuk memperjelas visualisasi mengenai kepadatan bangunan di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, dapat dilihat pada Gambar GAMBAR 3.16 FOTO UDARA BANGUNAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan Babakan Asih Kelurahan Jamika Sumber : Google Earth, 3 Agustus Akses Jalan yang Mempersulit Proses Evakuasi dan Masuknya Kendaraan Pemadam Kebakaran Keberadaan akses jalan, lebar jalan, jarak antar jalan dan kondisi jalan menjadi tolok ukur yang digunakan dalam menilai kerentanan terhadap bahaya kebakaran dilihat dari ketersediaan akses jalan, baik untuk keluar masuk kendaraan pemadam kebakaran maupun jalur pelarian/evakuasi masyarakat. Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan mempermudah

44 proses pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran. Kawasan permukiman di Kelurahan Babakan Asih sebagian besar memiliki jalur lalu lintas berupa gang dengan lebar kurang lebih 1,2 meter dengan perkerasan berupa semen tanpa adanya trotoar ataupun selokan di kedua sisinya. Jalan utama untuk menuju kawasan Kelurahan Babakan Asih adalah melalui Jalan Kopo yang memiliki lebar jalan kurang lebih 8 meter dengan perkerasan aspal. Khusus untuk beberapa rumah yang berlokasi di sepanjang Jalan Kopo yang memiliki lebar kurang lebih 8 meter dan beberapa rumah di sepanjang Jalan Babakan Tarogong yang memiliki lebar jalan kurang lebih 6 meter, akan lebih mudah terjangkau mobil pemadam kebakaran. Selain gang dengan lebar 1,2 meter dan jalan utama dengan lebar 6 dan 8 meter, di wilayah Kelurahan Babakan Asih terdapat pula jalan kecil penghubung antara jalan utama dengan gang lingkungan, yaitu Gang Sukaleueur yang memiliki lebar kurang lebih 2,5 meter dengan perkerasan paving block dan Gang Sukarma yang memiliki lebar kurang lebih 2,5 meter dengan perkerasan aspal tanpa adanya trotoar atau selokan di sisi jalannya. Jarak antar gang dengan lebar 2,5 meter di Kelurahan Babakan Asih adalah sekitar 100 meter, sedangkan jarak rumah terjauh wilayah Kelurahan Babakan Asih dengan jalan kecil atau jalan utama adalah sekitar 300 meter. Dengan panjang selang pemadam kebakaran kurang lebih 30 meter, maka tidak akan dapat menjangkau wilayah terjauh Kelurahan Babakan Asih. Di Kawasan permukiman Kelurahan Jamika, sebagian besar lebar gang lingkungan yang ada adalah 1,2 meter hingga meter dengan perkerasan semen dan selokan di tiap sisi jalan. Wilayah Kelurahan Jamika dilalui Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Jamika, Jalan Terusan Pasir Koja yang masing-masing memiliki lebar jalan 12 meter dengan perkerasan aspal dan trotoar di setiap sisinya, serta Jalan Pagarsih dengan lebar jalan kurang lebih 8 meter. Sebagian besar RT yang ada di Kelurahan Jamika sulit dicapai dengan menggunakan mobil, namun khusus di RW 04 akses jalan menuju wilayah tersebut lebih mudah, karena selain sebagian besar jalannya memiliki lebar kurang lebih 2 meter, wilayah ini dilalui

45 Jalan Luna yang lebarnya kurang lebih 3 meter dengan perkerasan aspal dan selokan disetiap sisinya. Jalan ini menghubungkan antara Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan Pagarsih. Jika dilakukan perbandingan antara kelurahan Babakan Asih dengan Kelurahan Jamika, maka tingkat kerentanan Kelurahan Jamika terhadap bahaya kebakaran lebih besar karena jumlah wilayah yang tidak terjangkau oleh mobil pemadam kebakaran lebih banyak dari pada Kelurahan Babakan Asih. Meskipun demikian, nilai kerentanan yang diperoleh kedua kelurahan adalah 2. Hal ini dikarenakan meskipun di kedua kelurahan terdapat banyak akses jalan dengan kondisi yang baik, namun lebar jalan, dan jarak antar jalan tidak sesuai standar yang ada. Untuk mempermudah visualisasi akses jalan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat melalui Gambar 3.17 dan 3.18.

46

47

48 Ketiadaan Jarak Antar Bangunan Sehingga Mempercepat Perambatan Api Jarak antar bangunan dan keberadaan dinding pembatas tiap rumah menjadi tolok ukur penilaian kerentanan yang dimiliki suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Semakin tidak terdapat jarak dan dinding pembatas maka nilai yang diberikan adalah 2, sebaliknya jika sudah terdapat jarak dan dinding pembatas maka nilai yang diberikan adalah 0. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, jarak antar bangunan yang memiliki ketinggian maksimum 8 meter harus mempunyai jarak minimum 3 meter, namun pada kenyataannya jarak bangunan yang ada di Kelurahan babakan Asih dan Jamika dapat dikatakan rapat. Jarak yang ada hanyalah gang selebar kurang lebih 1,2 meter, namun atap antar rumah yang dibatasi gang tersebut tetap saja menempel. Selain itu, pembatas antara satu rumah dengan rumah lainnya yang tidak dibatasi gang hanyalah dinding bangunan rumah yang dimiliki tiap-tiap rumah. Bahan dinding bangunan sekaligus dinding pembatas yang dimiliki sebagian besar penduduk adalah batu bata atau batako. Meskipun sebagian besar telah memiliki dinding pembatas, namun di kedua kelurahan masih ditemui rumah yang tidak memiliki dinding bangunan dan menempel dengan dinding tetangga. Dengan jarak bangunan yang rapat dan adanya beberapa rumah yang tidak memiliki dinding pembatas dengan bangunan lain, maka Kelurahan Babakan Asih dan Jamika menjadi rentan terhadap bahaya kebakaran. Pada saat terjadi kebakaran di satu bangunan, api akan mudah menjalar ke bangunan lainnya dan akan menyebabkan kerugian yang lebih besar. Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memperoleh nilai kerentanan 2. Gambar 3.19 memperlihatkan contoh kondisi lingkungan yang tidak memiliki jarak antar bangunan.

49 GAMBAR 3.19 LINGKUNGAN YANG TIDAK MEMILIKI JARAK ANTAR BANGUNAN Sumber : Observasi, Agustus 2008 Bangunan yang Langsung Menempel dengan Bangunan Lain di Sebelahnya di Kelurahan Jamika Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Kerentanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Berdasarkan pemaparan mengenai pengidentifikasaian variabel dan tolok ukur penentu kerentanan terhadap bahaya kebakaran di kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat dibuat suatu tabel hasil penilaian terhadap variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran. TABEL III.16 PENILAIAN VARIABEL KERENTANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Variabel Kondisi/Tingkat Ekonomi masyarakat yang Rendah Kepadatan Penduduk yang Memperbanyak Korban Pada Saat Terjadi Kebakaran Penduduk Usia Balita dan Lansia yang Mempersulit Proses Evakuasi Tolok Ukur Keberadaan penduduk bekerja di lokasi yang berdekatan dengan permukiman padat Penilaian Babakan Asih Jamika Keberadaan rumah tangga miskin Kepadatan penduduk Keberadaan penduduk usia balita dan lansia

50 Variabel Penduduk yang Memiliki Penyakit Permanen Atau Cacat yang Mempersulit Proses Evakuasi Bahan Bangunan yang Tidak Tahan Api Konstruksi Bangunan yang Tidak Tahan Api Kepadatan Bangunan yang Mempercepar Perambatan Api Akses Jalan yang Menyulitkan Evakuasi dan Masuknya Kendaraan Pemadam Kebakaran Ketiadaan Jarak Antar Bangunan yang Mempercepat Perambatan Api Tolok Ukur Keberadaan penduduk berpenyakit permanen atau cacat Penilaian Babakan Asih Jamika Keberadaan bangunan dengan jenis bahan bangunan tidak tahan api Keberadaan bangunan dengan konstruksi tidak tahan api Kepadatan bangunan Tidak ada/kurangnya akses jalan 0 0 Lebar jalan yang sempit Kondisi jalan yang buruk 0 0 Jarak antar jalan yang besar Tidak ada jarak antar bangunan Tidak ada dinding pemisah tiap rumah Jumlah nilai kerentanan terhadap kebakaran (V) Sumber : Hasil analisis, 2008 Pada Tabel III.16 diketahui bahwa Kelurahan Babakan Asih dan Jamika memiliki jumlah nilai variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran yang sama yaitu sebesar 12. Pada variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran, jumlah nilai kerentanan tertinggi akan diperoleh jika seluruh tolok ukur yang ada tidak sesuai dengan standar. Sebaliknya, nilai kerentanan terendah akan diperoleh jika seluruh tolok ukur yang ada sesuai dengan standar. Karena pada variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran terdapat 14 tolok ukur,maka nilai tertinggi yang akan dihasilkan adalah 14, sedangkan nilai terendahnya adalah 0.

51 3.5 Identifikasi serta Penilaian Tolok Ukur dan Variabel Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika Pada sub bab ini akan dilakukan pengidentifikasian serta penilaian variabel dan tolok ukur ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dalam menghadapi bahaya kebakaran Identifikasi Tolok Ukur dan Variabel Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika Ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat berdasarkan kelengkapan prasarana seperti ruang terbuka, kelengkapan sarana dan utilitas, ketersediaan sumber daya manusia terlatih, kelembagaan, serta budaya masyarakat yang ada di masing-masing kelurahan Kelembagaan yang Kuat dan Lengkap Dalam Masyarakat Keberadaan lembaga masyarakat berupa satwankar, komando penanggulangan bencana, dan perlindungan masyarakat dalam suatu lingkungan, serta kualitas masing-masing anggotanya dapat dijadikan suatu tolok ukur ketahanan suatu wilayah terhadap bahaya kebakaran. Adanya kelembagaan yang baik akan membantu suatu kawasan lebih tangguh menghadapi bahaya, misalnya apabila terjadi kebakaran maka lembaga-lembaga yang ada akan secara langsung membantu baik pada saat terjadi kebakaran maupun memberikan bantuan pada korban kebakaran. Saat ini di Kota Bandung terdapat sukarelawan kebakaran (Satwankar) yang berasal dari berbagai kelurahan yang ada di Kota Bandung. Satwankar merupakan gabungan masyarakat yang bersifat sukarela, yang diberi pelatihan mengenai tindakan-tindakan pencegahan dan penanganan jika terjadi kebakaran oleh Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Satwankar mempunyai tugas membantu masyarakat dalam upaya menjaga bangunan, penghuni, harta, dan lingkungannya serta memberikan informasi kejadian

52 kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran. Fungsi Satwankar melakukan pemadaman dini sebelum Instansi Pemadam Kebakaran datang ke tempat terjadinya kebakaran anggota satwankar ini telah diberikan pelatihan pada bulan Maret 2008 bertepatan dengan hari jadi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Satwankar yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler berjumlah 50 orang sukarelawan, yang mana masing-masing kelurahan terdiri dari 10 orang sukarelawan. Pelatihan 50 orang satwankar ini dilakukan dalam skala kecamatan. Untuk Kelurahan Babakan Asih belum pernah dilakukan pelatihan mengenai kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran oleh Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dengan skala kelurahan, 10 orang sukarelawan yang berasal dari Kelurahan Babakan Asih dipilih dari anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas). Dengan jumlah satwankar yang ada di Kelurahan babakan Asih dan Jamika yaitu sebanyak 10 orang, padahal standar yang ada adalah setiap RW harus disediakan 4 sampai dengan 6 regu satlakar yang tiap regunya minimal 5 orang, maka jumlah tersebut masih dirasa kurang untuk dapat melayani tiap kelurahan. Jumlah anggota Linmas yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dilihat pada Tabel III.17 TABEL III.17 JUMLAH ANGGOTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Kelurahan RW Jumlah Penduduk Jumlah Limas Babakan Asih Jumlah Jamika

53 Kelurahan RW Jumlah Penduduk Jumlah Limas Jumlah Sumber : Wawancara, 2008 Jumlah anggota perlindungan masyarakat (linmas) di Kelurahan Babakan Asih adalah lima puluh sembilan orang. Di setiap RW jumlah anggota linmas bermacam-macam. Pada wilayah RW 01, 02, dan 05, setiap RT yang ada memiliki paling sedikit satu orang linmas untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan RT. Sebaliknya, pada RW 03, 04, 06, dan 07 jumlah anggota linmas yang bertugas dapat dikatakan sedikit, karena tidak setiap RT yang ada memiliki angota linmas. Kelurahan Jamika memiliki 106 anggota linmas yang tersebar hampir di setiap RT yang ada, namun demikian pada RW 01, 03, dan 04 jumlah anggota linmas yang bertugas berjumlah lebih sedikit dari jumlah RT yang ada. Meskipun dalam satu RT tidak selalu terdapat satu orang linmas, tetapi jumlah linmas yang ada di kedua kelurahan telah memenuhi standar, dimana satu orang linmas harus dapat melayani jiwa penduduk. Linmas yang ada di kedua kelurahan telah diberi pelatihan oleh pihak kepolisian setempat. Selain linmas dan satwankar di Kota Bandung juga terdapat Komando penanggulangan bencana yaitu Tagana. Tagana adalah Taruna Siaga Bencana, yang beranggotakan kelompok taruna di seluruh Kota Bandung. Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan dan pelantikan anggota karang taruna gabungan seluruh Kota Bandung untuk menjadi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bandung. Tagana bertugas membantu pihak-pihak berwajib seperti Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, kepolisian, dan militer, dalam menangani kejadian bencana sewaktu-waktu secara sukarela. Tagana merupakan kelompok

54 sukarelawan yang berada di bawah naungan Dinas Sosial, anggota Tagana akan selalu siaga dalam mengahadapi bencana yang terjadi dimanapun di Kota Bandung dan siap membantu pihak berwajib. Hingga saat ini (tahun 2008) anggota Tagana berjumlah 43 orang. Dengan jumlah penduduk Kota Bandung sebanyak (BPS Kota Bandung, 2006) berarti bila terjadi kebakaran di seluruh Kota Bandung maka setiap satu orang tagana harus dapat melayani jiwa penduduk. Jumlah linmas dan kualitas linmas, satwankar, dan tagana yang ada telah sesuai standar, namun karena jumlah satwankar dan tagana yang tidak sesuai dengan standar yang ada, maka kedua kelurahan memperoleh nilai ketahanan Nilai Budaya Masyarakat yang Tinggi Penilaian terhadap kerentanan wilayah terhadap bahaya kebakaran dapat dilihat melalui budaya masyarakat. Budaya masyarakat yang baik dapat menjadi suatu ketahanan terhadap bahaya kebakaran. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai ketahanan kawasan permukiman padat terhadap bahaya kebakaran adalah kepedulian antar penduduk, keberadaan kegiatan kebersamaan, dan kondisi gotong royong. Budaya gotong royong di sebagian besar lingkungan di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika dapat dikatakan baik. Masyarakat masih sering melakukan kegiatan kebersamaan seperti pengajian, kegiatan jumat atau minggu bersih, senam bersama, dan lain-lain. Selain budaya gotong royong yang masih tinggi, tingkat kepedulian antar penduduk juga masih tinggi, jika salah seorang warga mengalami musibah, masyarakat secara langsung memberikan bantuan. Dengan tingginya tingkat kepedulian dan rasa gotong royong masyarakat, maka pada saat terjadi bencana masyarakat dapat dipastikan akan saling membantu. Hal inilah yang menjadi salah satu nilai ketahanan yang dimiliki masyarakat kedua kelurahan ini. Dengan demikian, maka baik Kelurahan Babakan Asih maupun Kelurahan Jamika memperoleh nilai 3. Hal ini dikarenakan semua tolak ukur yang ada telah sesuai standar, kondisi sosial budaya di kedua kelurahan tersebut dapat dikatakan baik.

55 Sumber Air Bukan Hydrant yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Pemadam Kebakaran Selain hydrant, pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam seperti kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi, maupun buatan seperti tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, dan mobil tangki air (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan). Sumber air bersih yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sulit diperoleh. Meskipun telah terakses air PDAM namun hingga saat ini (tahun 2008) berdasarkan hasil wawancara dengan dengan ketua RT di masing-masing kelurahan, jumlah debit air yang diterima hanya sedikit dan aliran airnya sering tidak ada. Hanya terdapat beberapa rumah tangga yang masih terakses PDAM dengan baik, sedangkan sebagian besar tidak memperoleh aliran air PDAM atau teraliri PDAM hanya setiap 2 hari sekali. Dengan debit PDAM yang tidak besar dan waktu pengaliran air yang tidak setiap hari, maka air PDAM tidak dapat diandalkan untuk menjadi sumber bahan pemadam jika terjadi kebakaran. Sumber air bersih selain PDAM yang dapat diperoleh warga Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah dengan membeli air sumur artesis (air tanah yang berada sangat jauh di dalam tanah serta berada diantara dua lapisan kedap air), yang merupakan pemberian pemerintah yang berlokasi di beberapa RT atau melalui sumur gali yang dimiliki beberapa rumah, namun volume airnya menurun di musim kemarau. Beberapa warga biasanya menampung air bersih yang mereka dapatkan pada tangki air dengan volume kurang lebih 1000 liter. Sumber air dari sumur artesis dan air yang ditampung pada tangki air terdekat yang dimiliki beberapa rumah dapat dimanfaatkan masyarakat jika terjadi kebakaran di lingkungan Kelurahan Jamika dan Babakan Asih. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat 5 RT yang areanya dilewati Anak Sungai Citepus, sedangkan di Kelurahan Jamika terdapat 1 RT yang dilewati Anak Sungai Citepus. Namun demikian, sumber air anak sungai yang melewati

56 Kelurahan Jamika dan Babakan Asih tidak dapat digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran karena debit airnya yang kecil. Gambaran sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk sumber air pemadam kebakaran selain hydrant dapat dilihat pada Gambar GAMBAR 3.20 SUMBER AIR BUKAN HYDRANT DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumur Arthesis Tangki Air Sumber : Observasi, Agustus 2008 Berdasarkan sumber air yang tersedia di masing-masing Kelurahan, maka Kelurahan Kelurahan Babakan Asih memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari pada Kelurahan Jamika. Hal tersebut dikarenakan meskipun kedua kelurahan sama-sama tidak mendapatkan pasokan air PDAM dengan lancar dan harus membeli untuk memperoleh air bersih, tetapi wilayah Kelurahan Babakan Asih lebih banyak yang terlewati anak Sungai Citepus sehingga jika terjadi kebakaran sumber air dapat diperoleh dari anak sungai tersebut. Meskipun terdapat beberapa sumber air non hydrant namun sumber air yang ada tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh dinas pemadam kebakaran karena tidak menyediakan air dengan kapasitas liter setiap saat. Dengan demikian, maka nilai ketahanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika adalah 0.

57 Keberadaan Hydrant Dengan Kapasitas yang Memadai Hydrant merupakan salah satu peralatan pemadam kebakaran yang sangat penting keberadaannya. Untuk menilai tinggi rendahnya ketahanan terhadap kebakaran berdasarkan ketersediaan hydrant, maka digunakan dua buah tolok ukur yaitu keberadaan hydrant dan kondisi hydrant di dalam wilayah studi. Hydrant yang ada di Kota Bandung tidak semuanya memiliki kondisi yang baik atau bisa dimanfaatkan, rincian jumlah dan tekanan air yang ada di setiap wilayah pengembangan di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel III.18. TABEL III.18 LOKASI PERSEBARAN HYDRANT DAN DEBIT AIR HYDRANT DI KOTA BANDUNG Jumlah No. Wilayah Hydrant Tekanan Air Terdata Besar Sedang Kecil 1 Bojonegara Cibeunying Karees Tegallega Ujung Berung Gede Bage Jumlah Sumber : Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung,2008 Saat ini di Kota Bandung terdapat 261 buah hydrant yang tersebar pada enam wilayah pengembangan Kota Bandung. Untuk memadamkan api dengan baik dibutuhkan air bertekanan besar dan debit yang besar, namun pada kenyataanya (dapat dilihat pada TABEL III.18), di Kota Bandung hanya terdapat 12 buah hydrant dalam kondisi bertekanan besar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, petugas pemadam kebakaran jarang menggunakan hydrant karena debit air dan tekananya yang kecil. Sumber air yang sering dipakai untuk mengisi tangki air adalah hydrant yang berlokasi di Jl. Supratman. Dari 261 hydrant yang ada di Kota Bandung, tidak ada hydrant yang berkondisi baik yang berlokasi di Kecamatan Bojongloa Kaler khususnya di

58 Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika. Hingga tahun 2008 berdasarkan data PDAM Kota Bandung di antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, kelurahan yang memiliki hydrant hanyalah Kelurahan Jamika yaitu sebanyak 6 buah, tetapi hydrant tersebut tidak berfungsi karena tekanan dan debitnya kecil. Dengan demikian maka Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai -2 dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai 0. Untuk lebih jelas, persebaran hydrant di Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat pada Gambar 3.21.

59 GAMBAR 3.23 Jl. Jend. Sudirman Kelurahan Jamika Jl. Pagarsih Jl. Cibadak PETA LOKASI HYDRANT Kecamatan Babakan Ciparay Kelurahan Suka Asih Kelurahan Babakan Tarogong Kelurahan Babakan Kecamatan Astana Anyar LEGENDA : Batas Kecamatan Batas Kelurahan Hydrant Kelurahan Kopo Jl. Lingkar Selatan Jl. Kopo Kecamatan Sumber : PDAM Kota Bandung U Jl. Sukarno Hatta Tanpa Skala KECAMATAN BOJONGLOA KALER Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2008

60 Keberadaan Sarana Komunikasi yang Baik Salah satu tolok ukur yang digunakan untuk menilai ketahanan wilayah terhadap kebakaran adalah keberadaan sarana komunikasi yang baik. Di Kelurahan Babakan Asih terdapat 17 telepon umum (Data Monografi Kelurahan Babakan Asih 2007) dalam kondisi baik yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Selain itu sebanyak 800 rumah tangga yang ada telah menggunakan pesawat telepon rumah dan sebagian besar warga telah memiliki telepon genggam. Alat komunikasi massal yang dapat digunakan warga Kelurahan Babakan Asih untuk memberi kabar jika terjadi sesuatu seperti kebakaran, pencurian, kematian, dan lainnya adalah dengan menggunakan speaker masjid terdekat. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Babakan Asih, di Kelurahan Jamika juga terdapat 17 telepon umum (Data Monografi Kelurahan Jamika 2007) dengan kondisi baik. Masyarakat Kelurahan babakan Asih telah terakses telepon rumah dan sebagian besar memiliki telepon genggam. Selain itu sama dengan Kelurahan Babakan Asih, Kelurahan Jamika juga menggunakan speaker masjid untuk menginformasikan suatu kejadian. Gambar 3.22 merupakan gambar salah satu sarana komunikasi yang tersedia dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi massal. GAMBAR 3.22 SARANA KOMUNIKASI DI KELURAHAN JAMIKA Sumber : Observasi, Agustus 2008 Telepon Umum

61 Pada kedua kelurahan tidak terdapat alat komunikasi massal khusus untuk penanganan bencana khususnya kebakaran. Meskipun demikian masyarakat telah memiliki alat komunikasi pribadi dan alat komunikasi masal berupa telepon untuk menghubungi pihak berwajib atau Dinas Pemadam Kebakaran untuk meminta bantuan, serta kentongan dan speaker masjid sebagai alat informasi kejadian kebakaran keseluruh warga untuk turut membantu dan waspada. Dengan demikian ketahanan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika jika dilihat dari faktor komunikasi dapat dikatakan tinggi. Nilai ketahanan yang diperoleh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah 1. Hal ini dikarenakan di kedua kelurahan telah terdapat alat komunikasi yang memiliki kondisi yang baik Alat Pemadam Portable Pada faktor ketahanan yang dilihat berdasarkan ketersediaan alat pemadam portable, yang digunakan untuk menilai besar kecilnya ketahanan adalah jumlah pemadam kebakaran portabel di dalam lingkungan warga atau di luar lingkungan seperti di pertokoan/perkantoran dan di SPBU. Bahan pemadam portable yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah berupa alat pemadam api ringan (APAR) dengan berat 16 kg dan alat pemadam api berat (APAB) dengan berat kg. Hampir di setiap pertokoan berskala sedang hingga besar, pabrik, sekolah, dan perkantoran yang ada di Kelurahan Jamika dan Babakan Asih memiliki alat pemadam api ringan. Demikian pula di setiap SPBU yang berlokasi berdekatan dengan Kelurahan BAbakan Asih dan Jamika telah dilengkapi dengan alat pemadam portable. Berbeda dengan alat pemadam api ringan yang dimiliki sebagian besar pertokoan pabrik, sekolah, perkantoran, atau SPBU alat pemadam api berat hanya terdapat di kantor Kelurahan Babakan Asih yaitu sebanyak 1 buah, kantor Kelurahan Jamika yaitu sebanyak 1 buah, dan pos RW 04 Kelurahan Jamika sebanyak 1 buah. Meskipun di kedua kelurahan telah terdapat alat pemadam kebakaran portable, namun jumlah yang ada belum sesuai dengan standar. Oleh karena itu, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai -1.

62 Gambar 3.23 menunjukkan alat pemadam api berat yang tersedia di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. GAMBAR 3.23 ALAT PEMADAM PORTABLE YANG BERADA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Sumber : Observasi, Agustus 2008 Alat Pemadam Api Berat Sistem Peringatan Dini Pada setiap bangunan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak disediakan sistem peringatan dini berupa alarm kebakaran, sistem deteksi atau kentongan, demikian pula pada kantor Kecamatan Bojongloa Kaler, kantor Kelurahan Babakan Asih, kantor Kelurahan Jamika, dan bangunan-bangunan tempat ibadah yang ada. Sebagian besar bangunan yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan bangunan hunian tunggal yang termasuk dalam kelompok fungsi 1a (lihat Bab II). Untuk bangunan hunian tunggal tidak diharuskan memiliki alarm atau sistem deteksi kebakaran tersendiri, namun pada bangunan lain seperti kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan tempat ibadah yang merupakan kelompok fungsi 9b, seharusnya disediakan alarm kebakaran yang bersifat manual. Meskipun tidak terdapat alarm kebakaran namun di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat sistem peringatan dini konvensional yaitu dengan menggunakan kentongan. Hampir di setiap pos RW yang ada di

63 kedua kelurahan, telah disediakan kentongan. Dengan adanya sistem peringatan dini konvensional di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka kedua kelurahan sama-sama memperoleh nilai ketahanan Keberadaan Ruang Terbuka yang Terjangkau Kendaraan Pemadam dan Dapat Digunakan Sebagai Tempat Evakuasi Tolok ukur ketahanan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan ketersediaan ruang terbuka adalah luas ruang terbuka dan lokasi ruang terbuka. Ruang terbuka yang ada di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika adalah tanah kosong dan lapangan. Ruang terbuka tersebut dapat dimanfaatkan untuk lahan parkir atau tempat evakuasi jika terjadi bencana. Sebagian besar lapangan dan tanah kosong yang ada berlokasi di dalam lingkungan, sehingga untuk mencapai ruang terbuka tersebut harus melewati gang-gang sempit dengan perkerasan semen. Di lingkungan Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak terdapat ruang terbuka hijau (RTH). Luas ruang terbuka yang ada di kedua kelurahan tidak mencapai 30 % luas wilayah yang ada. Persyaratan dan standar fasilitas ruang terbuka hijau (RTH) kawasan siap bangun adalah 15 m 2 per jiwa dengan lokasi menyebar. Kelurahan Babakan Asih memiliki enam lapangan dan sembilan belas tanah kosong, sedangkan Kelurahan Jamika memiliki dua puluh tanah kosong. Kecuali tanah kosong yang berlokasi di RT 06 RW 06 Kelurahan Jamika, tanah kosong dan lapangan lainnya yang ada di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika tidak ada yang dapat dijadikan tempat parkir kendaraan pemadam kebakaran karena akses menuju lapangan yang sempit dan tidak dapat dilalui mobil. Dengan demikian maka Kelurahan Jamika memperoleh nilai 0 karena meskipun jumlah ruang terbuka yang ada tidak mencapai 30 % luas wilayahnya, namun terdapat satu tanah kosong yang lokasinya terjangkau mobil pemadam kebakaran dan dapat dijadikan tempat parkir. Kelurahan Babakan Asih memperoleh nilai -2 karena lokasi dan luas ruang terbuka yang ada tidak memenuhi standar yang berlaku. Gambar 3.24 berikut memperlihatkan kondisi lapangan dan tanah kosong yang ada di kedua kelurahan.

64 GAMBAR 3.24 RUANG TERBUKA DI KELURAHAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA Lapangan RW 03 Kelurahan Babakan Asih Lapangan RW 10 Kelurahan Jamika Sumber : Observasi, Agustus Kepolisian Seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler berada dibawah perlindungan Kepolisian Sektor (POLSEK) Bojongloa Kaler. Jika terjadi peristiwa kebakaran di lingkungan kecamatan ini, maka kepolisian inilah yang akan bertugas. Kantor Polisi Sektor Kecamatan Bojongloa Kaler berlokasi di Komplek Perumahan Kopo Kencana yang berjarak kurang lebih 500 meter dari kelurahan Babakan Asih dan berjarak kurang lebih 1 km dari Kelurahan Jamika. Anggota POLSEK Bojongloa Kaler berjumlah 71 orang anggota POLRI dan 1 orang pekerja harian lepas. Setiap hari terdapat 16 orang anggota piket yang bertugas siap siaga dan mengawasi jika terjadi suatu peristiwa seperti kebakaran. Tabel III.19 merupakan penjabaran jumlah anggota Polsek Bojongloa Kaler yang melakukan piket setiap harinya. TABEL III.19 JUMLAH ANGGOTA PIKET KEPOLISIAN SEKTOR BOJONGLOA KALER No. Bagian Jumlah Keterangan 1 Reserse 4 2 Intelkom 1 3 Patroli roda mobil 4 Patroli roda 2 motor 5 Lalu lintas 1 6 Babinkantibmas 1

65 No. Bagian Jumlah Keterangan 7 SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) 4 8 Perwira / Badan Pengawas 1 Jumlah 16 Sumber : POLSEK Bojongloa Kaler,2008 Selain anggota yang bertugas piket seperti yang tertulis pada Tabel III.19, di setiap kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler, khususnya Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terdapat 1 (satu) orang anggota kepolisian yang ditempatkan di kantor kelurahan untuk bersiaga yaitu Babinkantibmas (Badan Bintara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Jika dilakukan perbandingan tingkat ketahanan antara Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika dilihat dari keberdaan kepolisian, maka Kelurahan Babakan Asih memiliki ketehanan yang lebih besar karena lokasi kantor polisi yang lebih dekat dengan wilayah Kelurahan Babakan Asih yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter. Jika terjadi kebakaran di kedua kelurahan, maka pihak kepolisian akan lebih cepat mencapai lokasi kejadian di Kelurahan Babakan Asih. Selain itu alasan lain mengapa tingkat ketahanan Kelurahan Babakan Asih lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Jamika jika dilihat dari keberadaan kantor polisi adalah lokasi Kelurahan Babakan Asih yang tepat bersebelahan dengan kantor POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul yaitu 100 meter dari bangunan terluar Kelurahan Babakan Asih. Dengan demikian jika terjadi kebakaran di bagian wilayah Kelurahan Babakan Asih yang bersebelahan dengan POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul, maka pihak POLSEK Kecamatan Bojongloa Kidul dapat memberikan respon bantuan terlebih dahulu sementara menunggu atau menghubungi pihak POLSEK Kecamatan Bojongloa Kaler. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai ketahanan wilayah terhadap kebakaran adalah jumlah anggota kepolisian yang ada dan cakupan pelayanan. Karena jumlah anggota kepolisian sektor Bojongloa Kaler sudah cukup dan dapat melayani seluruh wilayah kecamatan tersebut, maka Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika memperoleh nilai ketahanan 2.

66 Militer Nilai ketahanan terhadap kebakaran yang dilihat berdasarkan keberadaan militer dapat dilihat melalui jumlah anggota militer dan cakupan pelayanannya. Koramil yang berlokasi di Jl. Babakan Tarogong, merupakan pihak militer yang wilayah cakupannya meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Astana Anyar. Tugas pokok dari Koramil adalah membantu pihak kepolisian dalam menjaga keamanan lingkungan jika diminta. Anggota militer yang ada saat ini (tahun 2008) berjumlah 17 orang dengan jumlah anggota piket harian 2 orang. Pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler ditempatkan 1 orang bintara pembina masyarakat (Babinsa) yang merupakan anggota militer, yang bersama-sama dengan Babinkantibmas dari pihak kepolisian bertugas mengawasi keamanan dan ketertiban lingkungan kelurahan. Pihak militer telah melakukan pelatihan kepada 35 orang warga gabungan Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Astana Anyar, dengan nama Wanra (Perlawanan Rakyat) untuk secara sukarela membantu keamanan lingkungan. Jarak antara Koramil ke Kelurahan Babakan Asih kurang lebih 350 meter sedangkan Jamika adalah sekitar 150 meter. Jumlah dan cakupan pelayanan Koramil dapat dikatakan sudah memenuhi kebutuhan. Berdasarkan pemaparan kondisi di kedua kelurahan, maka kedua kelurahan memperoleh nilai ketahanan Pemadam Kebakaran yang Terampil dan Jumlahnya Memenuhi Standar Ketahanan terhadap bahaya kebakaran dipengaruhi pula oleh keberadaan pemadam kebakaran. Dalam menilai variabel ini, tolok ukur yang digunakan adalah jumlah anggota, kualitas anggota, cakupan pelayanan pemadam kebakaran, jumlah kendaraan, kelengkapan jenis, serta kondisi kendaraan pemadam kebakaran Saat ini hanya terdapat dua buah pos pemadam kebakaran yang melayani kebutuhan Kota Bandung, yaitu satu pos merupakan kantor pusat yang berfungsi pula sebagai pos siap siaga yang berlokasi di Jalan Sukabumi, sedangkan pos

67 kedua berada di Jalan Arya Graha. Saat ini, dinas tersebut memiliki tanggung jawab untuk melindungi wilayah Bandung seluas 167 kilometer persegi dengan kurang lebih 2 juta penduduk yang tinggal atau bekerja di dalamnya, serta 150 bangunan tinggi. Persebaran lokasi pos pemadam kebakaran dirasakan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung kurang merata sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan Kota Bandung. Meskipun respon dinas pencegahan dan penanggulangan kebakaran seringkali tepat waktu (15 menit), namun terkadang respon petugas melampaui ketentuan karena kondisi lalu lintas yang macet di siang hari dan jarak tempuh ke lokasi kebakaran yang jauh. Jumlah pegawai dinas pemadam kebakaran yang dimiliki Kota Bandung saat ini berjumlah 298 orang (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, 2008). 120 orang yang terbagi dalam 3 pleton yang masingmasing pleton terdiri dari 40 orang merupakan anggota pelaksana pemadam kebakaran, sedangkan 178 orang merupakan anggota dinas. Dengan jumlah anggota pelaksana sebanyak 120 orang maka 1 orang petugas pemadam kebakaran harus dapat melayani orang penduduk Kota Bandung. Setiap anggota pelaksana pemadam kebakaran telah diberi pelatihan sehingga pada saat turun ke lapangan para petugas pelaksana tersebut dapat memadamkan api dengan sesuai respon time. Tabel III.20 menunjukkan jumlah mobil pemadam kebakaran yang dimiki Kota Bandung pada tahun 2008 berdasarkan jenis dan kondisi. TABEL III.20 JUMLAH MOBIL PEMADAM KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 No. Jenis Mobil Jumlah Perlengkapan Kondisi 1 Mobil Unit Tangga 2 Tangga 32 meter baik 2 Mobil Unit Pompa 19 Tangki 4000 liter 7 mobil unit pompa dalam perbaikan 3 Mobil Unit Tangki 1 Tangki 8000 liter baik 4 Mobil Snorkle 1 Tangga baik 5 Mobil Komando 2 - baik 6 Mobil Rescue 1 Unit Rescue baik 7 Mobil (MUV) Blower 1 Unit Blower baik 8 Waterous 2 Pompa Mobile baik Sumber : Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung,2008

68 Melalui Tabel III.20 dapat diketahui bahwa kendaraan operasional Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran terdiri dari mobil pompa pengangkut air dan foam berikut kelengkapannya, seperti selang, kopling dan nozzle, mobil tangki berikut kelengkapannya, mobil tangga, snorkel, mobil BA, mobil komando, mobil rescue, mobil ambulans, perahu karet, mobil pendobrak (bridge squad), mobil angkut pasukan pemadam kebakaran, dan lain-lain. Saat ini (tahun 2008) jumlah kendaraan yang dimiliki Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran berjumlah 29 unit mobil, namun dari 29 unit mobil yang ada jumlah mobil yang memiliki kondisi baik dan dapat digunakan adalah sebanyak 22 unit mobil. Jumlah ini masih berada dibawah standar internasional, yang mana idealnya setiap satu mobil melayani orang penduduk. Saat ini satu unit mobil harus dapat melayani orang penduduk atau tujuh kali lipat dari standar pelayanan yang ada. Selain milik Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, kendaraan pemadam kebakaran berupa mobil pompa bervolume 4000 liter juga dimiliki oleh beberapa instansi non-pemerintahan seperti PT Pindad (Jl. Gatot Subroto), ITB (Jl. Ganesha), dan lainnya, serta instansi pemerintahan yaitu kantor Polwiltabes (Jl. Merdeka) sebanyak 2 unit, kantor Polda jawa Barat (Jl. Soekarno-Hatta) sebanyak 2 unit, dan Gedung Sate sebanyak 1 unit. Lokasi penempatan mobil pemadam kebakaran baik milik Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran maupun milik instansi lain tidak ada yang berlokasi di Kecamatan Bojongoa Kaler khususnya di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika, namun hingga saat ini standar waktu pemadam kebakaran mulai dari persiapan hingga pemadaman yaitu 15 menit masih dirasa cukup. Untuk mengetahui beberapa contoh kendaraan pemadam kebakaran, dapat dilihat pada Gambar 3.25.

69 GAMBAR 3.25 KENDARAAN PEMADAM KEBAKARAN Mobil (MUV) Blower Mobil Unit Tangga Sumber : Observasi, Agustus 2008 Kualitas anggota dan kelengkapan jenis kendaraan pemadam kebakaran yang telah sesuai standar, namun jumlah anggota, cakupan pelayanan pemadam kebakaran, jumlah kendaraan, serta kondisi kendaraan pemadam kebakaran, belum sesuai standar, maka dari itu nilai ketahanan yang diperoleh adalah Tenaga Medis dan Paramedis yang Jumlahnya Memenuhi Standar Keberadaan tenaga medis dan paramedis di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika merupakan suatu kapasitas tersendiri yang dimiliki kedua kelurahan tersebut dalam menghadapi bahaya kebakaran. Tolok ukur yang digunakan untuk menilai ketahanan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlah tenaga medis dan paramedis yang dimiliki masing-masing kelurahan. Tabel III.21 akan memperlihatkan jumlah tenaga medis dan paramedis yang dimiliki Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. TABEL III.21 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI KECAMATAN BABAKAN ASIH DAN JAMIKA No. Tenaga Kesehatan Jumlah Babakan Asih Jamika 1 Dokter umum Dokter spesialis Dokter gigi 0 1

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah melakukan pengidentifikasian dan analisis mengenai tingkat resiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER (Studi Kasus : Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika) TUGAS AKHIR

MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER (Studi Kasus : Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika) TUGAS AKHIR MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER (Studi Kasus : Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika) TUGAS AKHIR Oleh : FAJARESTHY DWIJAYANTI 15404003 PROGRAM STUDI PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) Oleh: Lili Somantri 24060/1-6/259/06 LATAR BELAKANG Terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Buku Teks : Jurnal :

DAFTAR PUSTAKA Buku Teks : Jurnal : DAFTAR PUSTAKA Buku Teks : Awotona,Adenrele.1997.Reconstruction After Disaster.England. Carter,W.Nick.1992.Disaster Management : A Disaster Manager s Handbook. Asian Development Bank. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 480/Kep.179.Diskominfo/2015 TANGGAL : 16 Februari 2015 PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG Pembina : 1. Walikota 2. Wakil Walikota

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Lili Somantri Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS, UPI, L_somantri@ymail.com

Lebih terperinci

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 07 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN 30 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Antapani 3.1.1 Batas Wilayah Kecamatan Antapani diresmikan oleh Walikota Bandung pada Bulan April 2007 berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan survei. Menurut Tika (2005: 4) metode deskriptif adalah penelitian yang lebih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 29 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELUARAHAN KOTA

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3.1 Arahan Kebijakan Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Bandung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung penjelasan mengenai permasalahan permukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian, karena objek penelitian merupakan sumber diperolehnya

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

TAHUN : 2006 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN WILAYAH KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

KECAMATAN BOJONGLOA KALER Jalan Kopo Nomor 258 Telp. (022) Bandung 40233

KECAMATAN BOJONGLOA KALER Jalan Kopo Nomor 258 Telp. (022) Bandung 40233 KECAMATAN BOJONGLOA KALER Jalan Kopo Nomor 258 Telp. (022) 6011418 Bandung 40233 1. Visi Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa mendatang oleh pimpinan dan seluruh staf Kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDUNG JAWA BARAT KOTA BANDUNG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung

Lebih terperinci

Kata Sambutan Untuk mewujudkan visi Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk semua, BPS terus melakukan inovasi dan

Kata Sambutan Untuk mewujudkan visi Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk semua, BPS terus melakukan inovasi dan Katalog BPS nomor : 9213.3273.030 Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Jl. Jend. Gatot Subroto No. 93 Telp. (022) 7305091 Kata Sambutan Untuk mewujudkan visi Badan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG KNM 18 2-5 November 2016 UR, Pekanbaru PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG BENNY YONG 1, LIEM CHIN 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kepadatan serta pertumbuhan penduduk yang terpusat di perkotaan menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan menyebabkan peluang

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE ANTISIPASI KEBAKARAN DI PEMUKIMAN PADAT

BAB II KAMPANYE ANTISIPASI KEBAKARAN DI PEMUKIMAN PADAT BAB II KAMPANYE ANTISIPASI KEBAKARAN DI PEMUKIMAN PADAT 2.1 Kampanye Menurut ( Drs.Anton Venus, M.A 2004 : 8 ) kampanye sosial adalah suatu kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi masyarakat dengan merencanakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANDUNG Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 Tanggal 27 Juli 1987 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN 3.1 Administrasi Wilayah Kota Bandung Kota Bandung terletak di provinsi Jawa Barat dan merupakan ibukota provinsi. Kota Bandung terletak

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 SISTEMATIKA I. DASAR HUKUM II. ANALISA SITUASI III. PELAKSANAAN IZIN PRAKTEK DOKTER IV. BENTUK PENGAWASAN V.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015... TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN A. UMUM Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak

Lebih terperinci

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG) INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG) Furi Sari Nurwulandari *) Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kota Bandung terletak pada posisi 107º36 Bujur Timur dan 6º55 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan

Lebih terperinci

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! LAPOR! Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat 1

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! LAPOR! Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat 1 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! ngaduan Online Rakyat 1 2016 ngaduan Online Rakyat 2 STRUKTUR ORGANISASI LAPOR TIM LAPOR KOTA BANDUNG Sekretaris Daera PEMBINA Penanggung Jawab Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bidang

Lebih terperinci

PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011

PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011 PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011 Kota Bandung merupakan salah kota terbesar di Indonesia, dengan penduduknya yang padat dan perkembangan yang pesat, juga suasana kota Bandung yang menjadikan ciri khas

Lebih terperinci

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Penduduk Miskin (Dalam Juta) Percentace (%)

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Penduduk Miskin (Dalam Juta) Percentace (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, dibeberapa negara menunjukan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki luas 650 KM 2 dengan jumlah penduduk tercatat 7.458.564 jiwa. Bila dibandingkan antara

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari penelitian ini adalah dampak layanan Go-Food terhadap penjualan Rumah Makan di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN WILAYAH KERJA INSPEKTORAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang sangat tinggi baik secara alami maupun akibat arus urbanisasi mengakibatkan permintaan untuk perumahan semakin besar. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Bojongloa Kaler Katalog BPS nomor : 9213.3273.030 Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1536 Katalog BPS : 9213.3273.030

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN N o m o r : Masa / Tahun Pajak : Tanggal Penerbitan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu wilayah perkotaan semakin berkembang diberbagai sektor, sehingga perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi

Lebih terperinci

BOJONGLOA KALER DALAM ANGKA TAHUN 2015

BOJONGLOA KALER DALAM ANGKA TAHUN 2015 BOJONGLOA KALER DALAM ANGKA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KECAMATAN BOJONGLOA KALER DALAM ANGKA TAHUN 2015 BOJONGLOA KALER DISTRIC IN FIGURES mor Katalog / Catalogue Number : 103.3273.150

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Tips Mencegah LPG Meledak

Tips Mencegah LPG Meledak Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang dipicu oleh kegiatan ekonomi menimbulkan berbagai efek. Salah satu efek tersebut adalah peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KATALOG BPS : 1102001.3273030 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KECAMATAN BOJONGLOA KALER DALAM ANGKA TAHUN 2016 BOJONGLOA KALER DISTRIC IN FIGURES Nomor Katalog / Catalogue Number : 1102001.3273 Nomor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka pemikiran studi serta sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Bojongloa Kaler yang terletak di Kota Bandung regional barat, tepatnya dengan letak geografis 107 35 7,08 BT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Cimahi dengan letak astronomis berdasarkan peta rupa bumi lembar Bandung dan Cimahi berada pada koordinat 107 0 30 30

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Pada bagian ini akan dibahas mengenai syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang dipakai oleh PD. Kebersihan Kota

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN TAHUN : 2009 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BABAKAN CIPARAY DALAM ANGKA

BABAKAN CIPARAY DALAM ANGKA Nomer Katalog BPS: 1102001.27210 BABAKAN CIPARAY DALAM ANGKA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KECAMATAN BABAKAN CIPARAY DALAM ANGKA TAHUN 2015 Nomor Katalog: 1102001.27210 Nomor Publikasi BPS:

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak 4.520 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak 4 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB III ANALISISI PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB III ANALISISI PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS BAB III ANALISISI PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS 3.1 Analisis Keterkaitan Ruang Perencanaan Dengan Hinterland KAB/KOTA 3.1.1 Analisis Struktur Penduduk 3.1.1.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif. Sebuah lembaga pendidikan tidak berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu bencana yang cukup sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi.

Lebih terperinci

KATALOG BPS : 110001373040 BOJONGLOA KIDUL DALAM ANGKA 015 KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL DALAM ANGKA TAHUN 015 mor Katalog: 110001.373040 mor Publikasi BPS:373.1507 Ukuran Buku: 15 cm x 1 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1555 Katalog BPS : 9213.3273.180 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 cm x 25 cm : 12 halaman Naskah: Ruhyana Gambar Kulit: Ruhyana Diterbitkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 938 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 938 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 938 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 Menimbang WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang: (1) metode penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data dan sumber data penelitian, (4) instrumen penelitian, (5)

Lebih terperinci

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya C198 Pengaruh Penataan Bangunan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya Arimudin Nurtata Adjie Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya merupakan dua hal yang kerap dijumpai, Di Indonesia Pasar tradisional telah mempunyai tempat tersendiri

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Letak Geografis Kota Bandung Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107 0

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

KECAMATAN BANDUNG WETAN DALAM ANGKA TAHUN

KECAMATAN BANDUNG WETAN DALAM ANGKA TAHUN KECAMATAN BANDUNG WETAN DALAM ANGKA TAHUN 2015 Nomor Katalog: 1102001.3273200 Nomor Publikasi BPS: 3273.1355 Ukuran Buku: 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman: xx + 104 Halaman Naskah: Ugi Nujuprono, A.Md Penyunting:

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BAB 1 PENDAHULUAN LKIP SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BAB 1 PENDAHULUAN LKIP SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung terletak pada koordinat 107 BT and 6 55 LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektar. Kota ini memiliki 30 Kecamatan dan 151 kelurahan. Dalam perkembangannya

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA DAN KELUARGA PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KOTA BANDUNG I. IDENTITAS RESPONDEN. Nama:. Alamat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Potensi Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Berbagai Negara (Sumber: Dr. Halim Alamsyah, 2011:3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Potensi Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Berbagai Negara (Sumber: Dr. Halim Alamsyah, 2011:3) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan yang dikelola secara syariah kini mulai bermunculan di berbagai daerah. Berikut adalah gambar grafik potensi perkembangan lembaga keuangan syariah

Lebih terperinci

KECAMATAN BUAH BATU DALAM ANGKA TAHUN

KECAMATAN BUAH BATU DALAM ANGKA TAHUN KECAMATAN BUAH BATU DALAM ANGKA TAHUN 2016 Nomor Katalog: 1102001.3273090 Nomor Publikasi BPS: 3273.1519 Ukuran Buku: 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman: xxi + 104 Halaman Naskah: Etsa Indra Irawan, S.Si. Penyunting:

Lebih terperinci