PROFIL SANITASI SAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL SANITASI SAAT INI"

Transkripsi

1 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana dan prasarana belum lengkap, Tabel lokasi genangan kosong, Tabel kondisi sarana dan prasarana Drainase kosong 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Tegal Gambaran umum Kabupaten Tegal menguraikan kondisi geografis, administrasi, tata guna lahan dan demografi sampai dengan tahun Wilayah Administrasi Secara geografis Kabupaten Tegal terletak pada posisi antara " BT " BT dan " LS " LS, dengan luas wilayah ha atau 878,79 km 2. Adapun batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Tegal Sebelah Timur : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas Sebelah Selatan : Kabupaten Brebes dan Kota Tegal Sebelah Barat : Kabupaten Pemalang Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di wilayah administratif Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota kabupaten berada di Kota Slawi, yang terletak di pesisir Utara bagian Barat dan sebagian wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa atau dikenal dengan pantai Utara BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 1

2 (Pantura). Dengan keberadaan sebagai salah satu daerah yang melingkupi wilayah pesisir utara bagian barat Jawa Tengah, Kabupaten Tegal menempati posisi strategis di persilangan arus transportasi Semarang-Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Tegal-Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal. Kecamatan-kecamatan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah Kecamatan Suradadi, Kecamatan Kramat dan Kecamatan Warureja. Kabupaten Tegal secara administratif terdiri dari 18 kecamatan yang terdiri dari 281 desa dan 6 kelurahan. Pembagian kecamatan di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Tegal No. Nama Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Desa Kel Administrasi (Ha) 1 Margasari ,53 2 Bumijawa ,70 3 Bojong ,05 4 Balapulang ,00 5 Pagerbarang ,87 6 Lebaksiu ,00 7 Jatinegara ,65 8 Kedung Banteng ,91 9 Pangkah ,37 10 Slawi ,00 11 Dukuhwaru ,13 12 Adiwerna ,10 13 Dukuhturi ,64 14 Talang ,00 15 Tarub ,64 16 Kramat ,77 17 Suradadi ,00 18 Warureja ,45 JUMLAH , Letak dan Kondisi Geografis Secara topografis wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari 3 katagori daerah, yaitu (1) Daerah pantai meliputi Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja; (2) Daerah dataran rendah meliputi Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 2

3 sebagian wilayah Suradadi, Warureja, Kedungbanteng dan Pangkah; dan (3) Daerah dataran tinggi/pegunungan meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang, Bumijawa, Bojong, sebagian Pangkah dan Kedungbanteng Topografi, Morfologi, Jenis Tanah, dan Klimatologi Dari segi topografi, wilayah Kabupaten Tegal mempunyai kemiringan tanah yang bervariasi antara 0% hingga lebih dari 40%. Bila ditinjau ketinggiannya terhadap permukaan laut, secara garis besar wilayah Kabupaten Tegal terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu dataran rendah, kawasan dengan ketinggian m dpl, kawasan dengan ketinggian m dpl, dan kawasan dengan ketinggian di atas 750 m dpl. Ditinjau dari aspek morfologi, wilayah Kabupaten Tegal terbagi atas daerah dataran rendah, daerah perbukitan landai, daerah perbukitan bergelombang, dan daerah perbukitan terjal. Berdasarkan jenis tanahnya, wilayah Kabupaten Tegal terdiri atas tanah aluvial, litosol, regosol, dan grumosol. Sedangkan berdasarkan iklim, Kabupaten Tegal beriklim tropis dengan dua musim bergantian sepanjang tahun, yaitu musim penghujan dan kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan September. Kelembaban udara rata-rata berkisar 78 persen; tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan September Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Tegal didominasi oleh area non terbangun. Lahan sawah dapat ditemui di daerah Utara kabupaten yang relatif datar; sementara daerah Selatan yang relatif berbukit didominasi oleh hutan. Dua jalur regional utama (pantura pulau Jawa dan jalur Tegal- Purwokerto) menjadi generator utama pertumbuhan wilayah. Kawasan terbangun tumbuh seturut kedua jaringan jalan tersebut. Luasan lahan sawah terus mengalami penurunan, sedangkan luasan permukiman mengalami kenaikan. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat kecenderungan yang terjadi adalah maraknya konversi dari lahan pertanian subur beririgasi teknis menjadi lahan permukiman. Jika hal ini terjadi pada daerah hulu dan menutup saluran irigasi, maka sawah pada daerah hilir akan otomatis mati. Dengan adanya kebijakan lahan sawah berkelanjutan dan prioritas untuk menguatkan ketahanan pangan, isu konversi lahan ini sepatutnya menjadi hal yang diprioritaskan penanganannya. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 3

4 2.1.5 Konstelasi dengan Wilayah Sekitarnya Kabupaten Tegal memiliki posisi yang unik pada kawasan Provinsi Jawa Tengah, karena memiliki 3 karakteristik fisik wilayah: kawasan pantai, kawasan dataran rendah, dan kawasan dataran tinggi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Jawa-Bali, posisi Kabupaten Tegal (secara hirarki perkotaan) merupakan Pusat Kegiatan Lokal, sedangkan kawasan waduk Cacaban ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Dalam konstelasinya dengan Kabupaten Brebes dan Kota Tegal, maka kawasan Bregas ditetapkan sebagai kawasan andalan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 4

5 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 1 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Tegal Terhadap Prov. Jawa Tengah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 5

6 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 6

7 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 3 Peta Tutupan Lahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 7

8 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 4 Peta Sebaran Kepadatan Penduduk BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 8

9 SSK Kabupaten Tegal Gambaran Wilayah Kabupaten Tegal No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Rasio Rumah Luas Wilayah Kepadatan Jumlah Rata - Jenis Tangga Administrasi Terbangun Penduduk Desa Kel Laki - Laki Perempuan Penduduk (Jiwa) Rata (KK) Kelamin (KK) (Ha) (%) (Ha) (%) (Org/Ha) 1 KECAMATAN MARGASARI , , ,53 10,09% 1.133,71 13,06% 84,05 2 KECAMATAN BUMIJAWA , , ,70 10,29% 1.265,35 14,29% 67,48 3 KECAMATAN BOJONG , , ,05 5,01% 0,00% #DIV/0! 4 KECAMATAN BALAPULANG , , ,00 8,70% 594,00 7,93% 138,51 5 KECAMATAN PAGERBARANG , , ,87 4,84% 419,06 10,06% 125,08 6 KECAMATAN LEBAKSIU , , ,00 4,76% 713,00 17,41% 117,27 7 KECAMATAN JATINEGARA , , ,65 9,02% 659,86 8,50% 81,70 8 KECAMATAN KEDUNG BANTENG , , ,91 10,18% 322,08 3,68% 125,04 9 KECAMATAN PANGKAH , , ,37 4,13% 884,15 24,90% 113,61 10 KECAMATAN SLAWI , , ,00 1,59% 831,00 60,88% 85,56 11 KECAMATAN DUKUHWARU , , ,13 3,16% 765,18 28,13% 77,45 12 KECAMATAN ADIWERNA , , ,10 2,77% 1.102,47 46,20% 108,17 13 KECAMATAN DUKUHTURI , , ,64 2,03% 741,07 42,40% 119,64 14 KECAMATAN TALANG , , ,00 2,14% 691,00 37,57% 145,31 15 KECAMATAN TARUB , , ,64 3,12% 685,00 25,53% 113,42 16 KECAMATAN KRAMAT , , ,77 4,47% 1.185,34 30,81% 91,96 17 KECAMATAN SURADADI , , ,00 6,48% 854,50 15,33% 95,13 18 KECAMATAN WARUREJA , , ,45 7,24% 583,35 9,36% 102,78 Jumlah , ,81 100% Sumber: Tegal Dalam Angka (diolah), 2015 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 9

10 SSK Kabupaten Tegal Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Tegal Tahun JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) NO. NAMA KECAMATAN Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total TAHUN TAHUN TAHUN KECAMATAN MARGASARI KECAMATAN BUMIJAWA KECAMATAN BOJONG KECAMATAN BALAPULANG KECAMATAN PAGERBARANG KECAMATAN LEBAKSIU KECAMATAN JATINEGARA KECAMATAN KEDUNG BANTENG KECAMATAN PANGKAH KECAMATAN SLAWI KECAMATAN DUKUHWARU KECAMATAN ADIWERNA KECAMATAN DUKUHTURI KECAMATAN TALANG KECAMATAN TARUB KECAMATAN KRAMAT KECAMATAN SURADADI KECAMATAN WARUREJA Jumlah Sumber: Tegal Dalam Angka (diolah), 2015 Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik (bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : P n = P o (1 + r) n P n = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir P o = jumlah penduduk tahun awal r = rata-rata pertumbuhan penduduk n = selisih tahun Asumsi: laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 10

11 SSK Kabupaten Tegal Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kabupaten Tegal Tahun NO. NAMA KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total TAHUN TAHUN TAHUN KECAMATAN MARGASARI KECAMATAN BUMIJAWA KECAMATAN BOJONG KECAMATAN BALAPULANG KECAMATAN PAGERBARANG KECAMATAN LEBAKSIU KECAMATAN JATINEGARA KECAMATAN KEDUNG BANTENG KECAMATAN PANGKAH KECAMATAN SLAWI KECAMATAN DUKUHWARU KECAMATAN ADIWERNA KECAMATAN DUKUHTURI KECAMATAN TALANG KECAMATAN TARUB KECAMATAN KRAMAT KECAMATAN SURADADI KECAMATAN WARUREJA Jumlah Sumber: Tegal Dalam Angka (diolah), 2015 Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik (bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : P n P n P o r n = P o (1 + r) n = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir = jumlah penduduk tahun awal = rata-rata pertumbuhan penduduk = selisih tahun Asumsi: laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 11

12 SSK Kabupaten Tegal Gambar Persebaran Tingkat Kepadatan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 12

13 SSK Kabupaten Tegal Perdesaan, Perkotaan dan Daerah CBD BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 13

14 S S K K a b u p a t e n T e g a l P r o y e k s i T i n g k a t P e r t u m b u h a n P e n d u d u k K a b u p a t e n T e g a l T a h u n T i n g k a t P e r t u m b u h a n ( % ) No N a m a K e c a m a t a n K E C A M A T A N M A R G A S A R I 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 2 K E C A M A T A N B U M I J A W A 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 3 K E C A M A T A N B O J O N G 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 4 K E C A M A T A N B A L A P U L A N G 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 5 K E C A M A T A N P A G E R B A R A N G 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 6 K E C A M A T A N L E B A K S I U 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 7 K E C A M A T A N J A T I N E G A R A 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 8 K E C A M A T A N K E D U N G B A N T E N G 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 9 K E C A M A T A N P A N G K A H 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 10 K E C A M A T A N S L A W I 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 11 K E C A M A T A N D U K U H W A R U 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 12 K E C A M A T A N A D I W E R N A 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 13 K E C A M A T A N D U K U H T U R I 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 14 K E C A M A T A N T A L A N G 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 15 K E C A M A T A N T A R U B 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 16 K E C A M A T A N K R A M A T 1, % 1, % 1, % 1, % 1, % 1, % 17 K E C A M A T A N S U R A D A D I 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 18 K E C A M A T A N W A R U R E J A 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % 0, % S u m b e r : T e g a l D a l a m A n g k a ( d i o l a h ), B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I

15 S S K K a b u p a t e n T e g a l P r o y e k s i K e p a d a t a n P e n d u d u k K a b u p a t e n T e g a l T a h u n K e p a d a t a n P e n d u d u k ( o r a n g / H a ) No N a m a K e c a m a t a n K E C A M A T A N M A R G A S A R I 8 4, , , , , , K E C A M A T A N B U M I J A W A 6 7, , , , , , K E C A M A T A N B O J O N G 0, 0 0 0, 0 0 0, 0 0 0, 0 0 0, 0 0 0, K E C A M A T A N B A L A P U L A N G 1 3 8, , , , , , K E C A M A T A N P A G E R B A R A N G 1 2 5, , , , , , K E C A M A T A N L E B A K S I U 1 1 7, , , , , , K E C A M A T A N J A T I N E G A R A 8 1, , , , , , K E C A M A T A N K E D U N G B A N T E N G 1 2 5, , , , , , K E C A M A T A N P A N G K A H 1 1 3, , , , , , K E C A M A T A N S L A W I 8 5, , , , , , K E C A M A T A N D U K U H W A R U 7 7, , , , , , K E C A M A T A N A D I W E R N A 1 0 8, , , , , , K E C A M A T A N D U K U H T U R I 1 1 9, , , , , , K E C A M A T A N T A L A N G 1 4 5, , , , , , K E C A M A T A N T A R U B 1 1 3, , , , , , K E C A M A T A N K R A M A T 9 1, , , , , , K E C A M A T A N S U R A D A D I 9 5, , , , , , K E C A M A T A N W A R U R E J A 1 0 2, , , , , , 7 3 J u m l a h , , , , , , 7 0 S u m b e r : T e g a l D a l a m A n g k a ( d i o l a h ), B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I

16 S S K K a b u p a t e n T e g a l A d a p u n p e n d u d u k m i s k i n K a b u p a t e n T e g a l p e r k e c a m a t a n d a p a t d i g a m b a r k a n s e b a g a i b e r i k u t : J u m l a h P e n d u d u k M i s k i n p e r K e c a m a t a n No N a m a K e c a m a t a n J u m l a h P e n d u d u k ( K K ) SM M HM R M L ( S a n g a t M i s k i n ) ( M i s k i n ) ( H a m p i r M i s k i n ) ( R e n t a n M i s k i n ) T o t a l 1 K E C A M A T A N M A R G A S A R I K E C A M A T A N B U M I J A W A K E C A M A T A N B O J O N G K E C A M A T A N B A L A P U L A N G K E C A M A T A N P A G E R B A R A N G K E C A M A T A N L E B A K S I U K E C A M A T A N J A T I N E G A R A K E C A M A T A N K E D U N G B A N T E N G K E C A M A T A N P A N G K A H K E C A M A T A N S L A W I K E C A M A T A N D U K U H W A R U K E C A M A T A N A D I W E R N A K E C A M A T A N D U K U H T U R I K E C A M A T A N T A L A N G K E C A M A T A N T A R U B K E C A M A T A N K R A M A T K E C A M A T A N S U R A D A D I K E C A M A T A N W A R U R E J A J u m l a h S u m b e r : D a t a K e m i s k i n a n P P L S B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I

17 2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun , maka pengembangan Kabupaten Tegal memperhatikan pola ruang dan struktur ruang wilayah. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Sedangkan Struktur ruang adalah susunan pusat pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tegal yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Tegal adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah Kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah Kabupaten, rencana struktur ruang wilayah Kabupaten, rencana pola ruang wilayah Kabupaten, penetapan kawasan strategis Kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten. Penataan ruang wilayah bertujuan mewujudkan ruang Kabupaten Tegal berbasis industri yang didukung oleh pertanian berkelanjutan dan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Tegal terdiri atas: a. Pengembangan kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga di seluruh wilayah Kabupaten serta industri menengah dan besar di bagian utara dan selatan wilayah Kabupaten; b. Pengembangan kawasan agropolitan di bagian selatan wilayah Kabupaten; c. Pengendalian kawasan pertanian pangan berkelanjutan secara ketat; d. Pengembangan kawasan minapolitan di bagian utara wilayah Kabupaten; e. Pengembangan sistem pelayanan perkotaan didukung infrastruktur wilayah yang terpadu; f. Pengembangan dan pemantapan sistem prasarana wilayah untuk mendukung kegiatan industri dan sentra produksi pertanian; g. Pemantapan pelestarian kawasan lindung; h. Pengembangan kawasan pariwisata; dan i. Peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan negara. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 17

18 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l R e n c a n a P o l a R u a n g K a b u p a t e n T e g a l K a w a s a n L o k a s i A. K a w a s a n L i n d u n g 1. K a w a s a n H u t a n L i n d u n g a. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; d a n c. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g. K a w a s a n h u t a n l i n d u n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h , 4 1 h a 2. K a w a s a n y a n g m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p k a w a s a n b a w a h n y a b e r u p a k a w a s a n r e s a p a n a i r d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ha a. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( ti g a r a t u s t u j u h p u l u h s a t u ) h e k t a r ; b. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h (li m a r a t u s ti g a p u l u h d e l a p a n ) h e k t a r ; c. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 6 2 ( e n a m p u l u h d u a ) h e k t a r ; d. K e c a m a t a n L e b a k s i u d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( e m p a t r a t u s ti g a b e l a s ) h e k t a r ; d a n e. K e c a m a t a n P a n g k a h d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( s e r a t u s d e l a p a n p u l u h e n a m ) h e k t a r. 3. K a w a s a n P e r l i n d u n g a n S e t e m p a t a. K a w a s a n s e m p a d a n s u n g a i d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ha s e l u r u h K e c a m a t a n d i K a b u p a t e n. b. K a w a s a n s e m p a d a n p a n t a i d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h a. a. K e c a m a t a n K r a m a t ; b. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n c. K e c a m a t a n W a r u r e j a. c. K a w a s a n s e k i t a r m a t a a i r d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h a. a. S u m b e r M a t a A i r B a n y u m u d a l d i K e c a m a t a n B o j o n g ; b. S u m b e r M a t a A i r B u m i j a w a d i K e c a m a t a n B u m i j a w a ; c. S u m b e r M a t a A i r S e r a n g d i K e c a m a t a n B o j o n g ; d. S u m b e r M a t a A i r S u r e n d i K e c a m a t a n B u m i j a w a ; e. S u m b e r M a t a A i r S u c i di K e c a m a t a n B o j o n g ; f. S u m b e r M a t a A i r G o m b o n g d i K e c a m a t a n B o j o n g ; g. S u m b e r M a t a A i r W a n g o n d i K e c a m a t a n B o j o n g ; h. S u m b e r M a t a A i r C a w i t a l i d i K e c a m a t a n B u m i j a w a ; i. S u m b e r M a t a A i r B a t u m i r a h d i D e s a B a t u m i r a h K e c a m a t a n B u m i j a w a ; j. S u m b e r M a t a A i r C i n t a m a n i k d i D e s a C i n t a m a n i k K e c a m a t a n B u m i j a w a ; k. S u m b e r M a t a A i r B u m i j a w a d i D e s a B u m i j a w a K e c a m a t a n B u m i j a w a ; l. S u m b e r M a t a A i r D u k u h B u l a k a n d i D e s a B u m i j a w a K e c a m a t a n B u m i j a w a ; m. S u m b e r M a t a A i r D u k u h B u l a k a n d i D e s a B u m i j a w a K e c a m a t a n B u m i j a w a ; n. S u m b e r M a t a A i r W i n o n g I di D e s a M u n c a n g l a r a n g K e c a m a t a n B u m i j a w a ; o. S u m b e r M a t a A i r W i n o n g I I d i D e s a M u n c a n g l a r a n g K e c a m a t a n B u m i j a w a ; p. S u m b e r M a t a A i r W i n o n g I I I d i D e s a M u n c a n g l a r a n g K e c a m a t a n B u m i j a w a ; q. S u m b e r M a t a A i r L a n g e n T i r t a d i D e s a M u n c a n g l a r a n g K e c a m a t a n B u m i j a w a ; r. S u m b e r M a t a A i r P a g e r k a s i h d i D e s a B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 18

19 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i P a g e r k a s i h K e c a m a t a n B u m i j a w a ; s. S u m b e r M a t a A i r D u k u h t e n g a h d i D e s a D u k u h t e n g a h K e c a m a t a n B o j o n g ; t. S u m b e r M a t a A i r D u k u h t e n g a h d i D e s a D u k u h t e n g a h K e c a m a t a n B o j o n g ; u. S u m b e r M a t a A i r R e m b u l d i D e s a R e m b u l K e c a m a t a n B o j o n g ; v. S u m b e r M a t a A i r S u n i a r s i h d i D e s a S u n i a r s i h K e c a m a t a n B o j o n g ; w. S u m b e r M a t a A i r D a n a s a r i d i D e s a D a n a s a r i K e c a m a t a n B o j o n g ; x. S u m b e r M a t a A i r K e d a w u n g d i D e s a K e d a w u n g K e c a m a t a n B o j o n g ; y. S u m b e r M a t a A i r B o j o n g d i D e s a B o j o n g K e c a m a t a n B o j o n g ; z. S u m b e r M a t a A i r C u r u g K a l i w i r u di D e s a K a r a n g m a l a n g K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; a a. S u m b e r M a t a A i r K a l i s u s u d i D e s a K a r a n g a n y a r K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; b b. S u m b e r M a t a A i r J e n a w i d i D e s a D e r m a s u c i K e c a m a t a n P a n g k a h ; c c. S u m b e r M a t a A i r D u r e n d i D e s a D e r m a s u c i K e c a m a t a n P a n g k a h ; d d. S u m b e r M a t a A i r J i m a t d i D e s a D e r m a s u c i K e c a m a t a n P a n g k a h ; e e. S u m b e r M a t a A i r S u m u r D u r e n d i D e s a D a n a r a j a K e c a m a t a n Margasari ; ff. S u m b e r M a t a A i r N y a i K u n i d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; g g. S u m b e r M a t a A i r A r e s d i D e s a D u k u h b e n d a K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; h h. S u m b e r M a t a A i r L i m u t K i d u l d i D e s a C e r i h K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; d a n ii. S u m b e r M a t a A i r d i D e s a T i m b a n g r e j a K e c a m a t a n L e b a k s i u. d. K a w a s a n s e k i t a r w a d u k d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h a a. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; d a n b. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a. t e r l e t a k d i W a d u k C a c a b a n. e. R u a n g t e r b u k a h i j a u ( R T H ) k a w a s a n p e r k o t a a n R T H p e r k o t a a n t e r s e b a r d i s e l u r u h i b u k o t a k e c a m a t a n d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h e k t a r a t a u 3 0 % d a r i l u a s w i l a y a h k a w a s a n p e r k o t a a n. 4. K a w a s a n s u a k a a l a m, p e l e s t a r i a n a l a m, d a n c a g a r b u d a y a. a. C a g a r a l a m ; a. C a g a r A l a m G u c i d i K e c a m a t a n B u m i j a w a d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 2 ( d u a ) h e k t a r ; d a n b. C a g a r A l a m S u b V a k 1 8 c, 1 9 b J a t i n e g a r a d i K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g d e n g a n l u a s 6, 6 ( e n a m k o m a e n a m ) h e k t a r. b. K a w a s a n s u a k a a l a m l a u t d a n p e r a i r a n l a i n n y a ; K a w a s a n K o n s e r v a s i P e r a i r a n D a e r a h K a r a n g J e r u k K e c a m a t a n K r a m a t d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 1 0, ( s e p u l u h k o m a e n a m r a t u s t i g a p u l u h li m a ) h e k t a r. c. K a w a s a n p a n t a i b e r h u t a n b a k a u ; d a n p e s i s i r K e c a m a t a n W a r u r e j a. d. C a g a r b u d a y a d a n il m u p e n g e t a h u a n. a. M a k a m K i G e d e S e b a y u d i D e s a D a n a w a r i h K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; b. M a k a m B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 19

20 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i P a n g e r a n P u r b a y a d i D e s a K a l i s o k a K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; c. M a k a m K i A g e n g H a n g g a w a n a d i D e s a K a l i s o k a K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; d. M a k a m S u n a n A m a n g k u r a t I d i D e s a P e s a r e a n K e c a m a t a n A d i w e r n a ; e. M a k a m S y e c h M a u l a n a M a g h r i b i d i D e s a D a n a r a j a K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; f. M a k a m D a t u k K a f i d i D e s a P a g o n g a n K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; g. M a k a m S u r o p o n o l a w e n d i D e s a P a g i y a n t e n K e c a m a t a n A d i w e r n a ; h. S i t u s S e m e d o d i D e s a S e m e d o K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; i. S i t u s C a n d i K e b e r k a h a n M a k a m M b a h T r o n d o l d i D e s a L e b a k s i u K i d u l K e c a m a t a n L e b a k s i u ; j. M a k a m S a y i d A b d u l r a c h m a n I b r a h i m A l Z a m z a m i d i D e s a P e s a r e a n K e c a m a t a n P a g e r b a r a n g ; k. J e m b a t a n M e r a h d i K e c a m a t a n T a l a n g ; l. C a n d i B u l u s d i D e s a P e d a g a n g a n K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; m. C a n d i K e s u b e n, d i D e s a K e s u b e n K e c a m a t a n L e b a k s i u ; n. C a n d i B u m i j a w a d i D e s a B u m i j a w a K e c a m a t a n B u m i j a w a ; o. M a k a m M b a h T a n j u n g d i D e s a L e b a k s i u K i d u l K e c a m a t a n L e b a k s i u ; p. M a k a m M b a h J i n t e n d i D e s a B a l a m o a K e c a m a t a n P a n g k a h ; q. M a k a m M b a h B u y u t d i D e s a B a n j a r a g u n g K e c a m a t a n W a r u r e j a ; r. M a k a m M b a h R i n d i k d i D e s a T u w e l K e c a m a t a n B o j o n g ; s. R a n d u a l a s d i K e c a m a t a n S l a w i ; t. M e n a r a A i r d i K e c a m a t a n S l a w i ; u. G a r d u P L N d i K e c a m a t a n T a l a n g ; v. G e d u n g S D N e g e r i 4 D e s a S l a w i K u l o n di K e c a m a t a n S l a w i ; w. J e m b a t a n t a l a n g a i r S u n g l o n R o n t a s d i D e s a L e b a k s i u L o r K e c a m a t a n L e b a k s i u ; x. M a k a m D e p o k d i D e s a S l a r a n g L o r K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; y. R u m a h D i n a s d a n l o k o a n t i k P a b r i k G u l a P a n g k a d i K e c a m a t a n P a n g k a h ; z. R u m a h D i n a s d a n s e b a g i a n R u m a h S a k i t U m u m D r. S o e s e l o d i K e c a m a t a n S l a w i ; a a. P e n d o p o K a n t o r K e c a m a t a n B u m i j a w a d i K e c a m a t a n B u m i j a w a ; b b. M a k a m M b a h P e n g i l o n d i D e s a S l a w i K u l o n K e c a m a t a n S l a w i ; d a n c c. J e m b a t a n K a l i G u n g T u w e l d i K e c a m a t a n B o j o n g. 5. K a w a s a n r a w a n b e n c a n a a l a m. a. k a w a s a n r a w a n b e n c a n a t a n a h l o n g s o r ; a. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; c. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; e. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; f. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; g. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; d a n h. K e c a m a t a n P a n g k a h b. K a w a s a n r a w a n b e n c a n a b a n j i r ; a. K e c a m a t a n K r a m a t ; b. K e c a m a t a n A d i w e r n a ; c. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; d. B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 20

21 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i K e c a m a t a n B o j o n g ; e. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; f. K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; g. K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; h. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; i. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; j. K e c a m a t a n P a n g k a h ; k. K e c a m a t a n T a l a n g ; l. K e c a m a t a n T a r u b ; m. K e c a m a t a n W a r u r e j a ; n. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; o. K e c a m a t a n S l a w i ; d a n p. K e c a m a t a n M a r g a s a r i. c. K a w a s a n r a w a n a b r a s i ; a. K e l u r a h a n D a m p y a k K e c a m a t a n K r a m a t ; b. D e s a M a r i b a y a K e c a m a t a n K r a m a t ; c. D e s a K e d u n g k e l o r K e c a m a t a n W a r u r e j a ; d. D e s a D e m a n g h a r j a K e c a m a t a n S u r a d a d i ; e. D e s a S u r a d a d i K e c a m a t a n S u r a d a d i ; f. D e s a B o j o n g s a n a K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n g. D e s a P u r w a h a m b a K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d. K a w a s a n r a w a n a n g i n a t o p a n ; s e l u r u h k e c a m a t a n d i K a b u p a t e n e. K a w a s a n r a w a n k e k e r i n g a n ; a. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; c. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a; e. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; f. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; g. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; h. K e c a m a t a n P a g e r b a r a n g ; i. K e c a m a t a n P a n g k a h ; d a n j. K e c a m a t a n W a r u r e j a. f. K a w a s a n g e l o m b a n g p a s a n g ; d a n a. K e c a m a t a n K r a m a t ; b. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n c. K e c a m a t a n W a r u r e j a. g. K a w a s a n r a w a n k e b a k a r a n l a h a n a. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; c. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; e. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; f. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; g. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; h. K e c a m a t a n P a n g k a h ; d a n i. K e c a m a t a n W a r u r e j a. 6. K a w a s a n l i n d u n g g e o l o g i. a. K a w a s a n r a w a n b e n c a n a a l a m g e o l o g i ; d a n a. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d a n b. K e c a m a t a n B o j o n g. b. K a w a s a n y a n g m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p a i r t a n a h a. K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; b. K e c a m a t a n T a r u b ; c. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d. K e c a m a t a n b e r u p a k a w a s a n i m b u h a n a i r t a n a h u n t u k C A T T e g a l - B r e b e s W a r u r e j a ; e. K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; f. K e c a m a t a n S l a w i ; g. K e c a m a t a n d a n C A T B u m i a y u. P a g e r b a r a n g ; h. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; i. K e c a m a t a n M a r g a s a r i. j. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; k. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; l. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; d a n m. K e c a m a t a n B o j o n g 7. K a w a s a n l i n d u n g l a i n n y a. K a w a s a n li n d u n g d i l u a r k a w a s a n h u t a n y a n g m e m i l i k i k r i t e r i a a. K e c a m a t a n B u m i j a w a d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( d e l a p a n r a t u s l i m a p u l u h d u a ) h e k t a r ; b. K e c a m a t a n B o j o n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 5 3 ( li m a p u l u h t i g a ) h e k t a r ; fi s i o g r a f i s e p e r t i h u t a n l i n d u n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h a. c. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 9 1 ( s e m b i l a n p u l u h s a t u ) h e k t a r ; d. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( s e r a t u s t i g a b e l a s ) h e k t a r ; B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 21

22 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i e. K e c a m a t a n P a n g k a h d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h ( d u a r a t u s d u a p u l u h s e m b i l a n ) h e k t a r ; d a n B. K a w a s a n B u d a y a 1. K a w a s a n p e r u n t u k a n h u t a n p r o d u k s i ; a. K a w a s a n h u t a n p r o d u k s i t e r b a t a s d e n g a n l u a s , 4 ha a. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; c. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; d. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; e. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; f. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; d a n g. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g. b. K a w a s a n h u t a n p r o d u k s i t e t a p d e n g a n l u a s , 3 4 h a. a. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; b. K e c a m a t a n B o j o n g ; c. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; d. K e c a m a t a n P a g e r b a r a n g ; e. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; f. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; g. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; h. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; d a n i. K e c a m a t a n P a n g k a h. 2. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a n i a n ; K e c a m a t a n S u m b a n g ; K e c a m a t a n B a t u r a d e n ; K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; K e c a m a t a n C i l o n g o k ; K e c a m a t a n K a r a n g l e w a s ; K e c a m a t a n P e k u n c e n ; K e c a m a t a n G u m e l a r ; K e c a m a t a n A j i b a r a n g ; K e c a m a t a n L u m b i r ; K e c a m a t a n W a n g o n ; K e c a m a t a n J a t il a w a n g ; K e c a m a t a n P u r w o j a t i ; K e c a m a t a n R a w a l o ; K e c a m a t a n K e b a s e n ; d a n K e c a m a t a n T e g a l. 3. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a n i a n ; a. K a w a s a n b u d i d a y a t a n a m a n p a n g a n ; a. k a w a s a n p e r t a n i a n l a h a n b a s a h s e l u a s k u r a n g l e b i h h e k t a r t e r s e b a r di s e l u r u h w i l a y a h K a b u p a t e n ; d a n b. k a w a s a n p e r t a n i a n l a h a n k e r i n g s e l u a s k u r a n g l e b i h h e k t a r t e r s e b a r d i s e l u r u h w i l a y a h K a b u p a t e n. b. K a w a s a n b u d i d a y a h o r t i k u l t u r a ; a. K e c a m a t a n B u m i j a w a d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h 4 4 h e k t a r ; d a n b. K e c a m a t a n B o j o n g d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h e k t a r. c. K a w a s a n b u d i d a y a p e r k e b u n a n ; d a n K a w a s a n b u d i d a y a p e r k e b u n a n d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h h e k t a r t e r d i r i a t a s : a. P e r k e b u n a n k e l a p a m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; 2. K e c a m a t a n B o j o n g ; d a n 3. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; b. P e r k e b u n a n c e n g k e h m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n B o j o n g ; 2. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; 3. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; d a n 4. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a. c. P e r k e b u n a n k a p u k m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; d a n 2. K e c a m a t a n B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 22

23 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i B a l a p u l a n g. d. P e r k e b u n a n t e h m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d a n 2. K e c a m a t a n B o j o n g. e. P e r k e b u n a n k a k a o m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n J a ti n e g a r a ; 2. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; d a n 3. K e c a m a t a n B o j o n g. d. K a w a s a n b u d i d a y a p e t e r n a k a n s e l u r u h k e c a m a t a n d i K a b u p a t e n t e r d i r i a t a s : a. p e t e r n a k a n s a p i p o t o n g ; b. p e t e r n a k a n s a p i p e r a h ; c. p e t e r n a k a n iti k ; d. p e t e r n a k a n k a m b i n g p e r a h ; e. p e t e r n a k a n d o m b a ; f. p e t e r n a k a n a y a m p o t o n g ; d a n g. p e t e r n a k a n a y a m t e l u r. 4. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r i k a n a n ; a. P e r i k a n a n t a n g k a p ; K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r i k a n a n t a n g k a p a d a l a h p e r i k a n a n t a n g k a p d i p e r a i r a n u m u m L a u t J a w a y a n g t e r d i r i a t a s : a. J a l u r p e n a n g k a p a n i k a n I A m e l i p u t i p e r a i r a n p a n t a i s a m p a i d e n g a n 2 ( d u a ) m i l l a u t y a n g d i u k u r d a r i p e r m u k a a n a i r l a u t p a d a s u r u t t e r e n d a h ; d a n b. J a l u r p e n a n g k a p a n i k a n I B m e l i p u t i p e r a i r a n p a n t a i d i l u a r 2 ( d u a ) m i l l a u t 2 ( d u a ) s a m p a i d e n g a n 4 ( e m p a t ) m i l l a u t., m e l i p u t i : a. K e c a m a t a n K r a m a t ; b. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n c. K e c a m a t a n W a r u r e j a. b. P e r i k a n a n b u d i d a y a ; d a n a. K a w a s a n p e n g e m b a n g a n b u d i d a y a t a m b a k d e n g a n k o m o d i t a s u d a n g d a n i k a n b a n d e n g m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n K r a m a t ; 2. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n 3. K e c a m a t a n W a r u r e j a. b. K a w a s a n p e n g e m b a n g a n b u d i d a y a k o l a m d e n g a n k o m o d i t a s i k a n n i l a, i k a n l e l e, i k a n p a t i n d a n g u r a m e m e l i p u t i s e l u r u h k e c a m a t a n d i k a b u p a t e n. c. P e n g e m b a n g a n p r a s a r a n a p e r i k a n a n. P e n g e m b a n g a n p r a s a r a n a p e r i k a n a n m e l i p u t i : a. P e n g e m b a n g a n B a l a i B e n i h I k a n ( B B I ) d i K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; b. P e n g e m b a n g a n p e l a b u h a n p e r i k a n a n p a n t a i b e s e r t a P e l a b u h a n P e n d a r a t a n I k a n ( P P I ) M u n j u n g a g u n g d i K e c a m a t a n K r a m a t ; d a n c. P e n g e m b a n g a n p e l a b u h a n p e r i k a n a n p a n t a i b e s e r t a T e m p a t P e l e l a n g a n I k a n ( T P I ) S u r a d a d i d i K e c a m a t a n S u r a d a d i. 5. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a m b a n g a n ; a. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a m b a n g a n m i n e r a l ; B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 23

24 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i Kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan a. b a t u g a m p i n g d i K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; Kawasan pertambangan mineral batuan. b. t a n a h li a t m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; 2. K e c a m a t a n K r a m a t ; 3. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; 4. K e c a m a t a n W a r u r e j a ; 5. K e c a m a t a n A d i w e r n a ; 6. K e c a m a t a n T a r u b ; 7. K e c a m a t a n T a l a n g ; 8. K e c a m a t a n P a g e r b a r a n g ; 9. K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; 1 0. K e c a m a t a n S l a w i ; 1 1. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; 1 2. K e c a m a t a n P a n g k a h ; 1 3. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; 1 4. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; 1 5. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; d a n 1 6. K e c a m a t a n J a t i n e g a r a. c. g i p s u m d i K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g. a. t a n a h u r u g m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; 2. K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; d a n 3. K e c a m a t a n W a r u r e j a. b. a n d e s i t ( b a t u k a l i ) m e l i p u t i ; 1. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; 2. K e c a m a t a n B o j o n g ; 3. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; 4. K e c a m a t a n L e b a k s i u ; d a n 5. K e c a m a t a n S l a w i. c. k e r i k i l b e r p a s i r a l a m i ( s i r t u ) m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; 2. K e c a m a t a n P a n g k a h ; 3. K e c a m a t a n S l a w i ; d a n 4. K e c a m a t a n L e b a k s i u. d. t r a s m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n B o j o n g ; 2. K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d a n 3. K e c a m a t a n Jatinegara. b. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a m b a n g a n p a n a s b u m i ; d a n a. W K P p a n a s b u m i B a t u r a d e n m l i p u t i : a. K e c a m a t a n B o j o n g ; d a n b. K e c a m a t a n B u m i j a w a. b. W K P p a n a s b u m i G u c i m e l i p u t i : a. K e c a m a t a n B o j o n g ; d a n b. K e c a m a t a n B u m i j a w a. c. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r t a m b a n g a n m i n y a k d a n g a s b u m i. s e l u r u h w i l a y a h k e c a m a t a n. 6. K a w a s a n p e r u n t u k a n p a r i w i s a t a ; a. K a w a s a n p a r i w i s a t a a l a m ; a. P a n t a i P u r w a h a m b a I n d a h d i K e c a m a t a n S u r a d a d i ; b. P e m a n d i a n a i r p a n a s G u c i di K e c a m a t a n B o j o n g d a n K e c a m a t a n B u m i j a w a ; c. T e l a g a P u t r i d i K e c a m a t a n B u m i j a w a ; d. G u a L a w a d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; e. G u a S a n t r i d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; f. T e l a g a a i r C e n g g i n i d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; d a n g. P a n t a i M u n j u n g a g u n g, K e c a m a t a n K r a m a t. b. K a w a s a n p a r i w i s a t a b u a t a n ; d a n a. O b y e k w i s a t a K a l i b a k u n g d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; d a n b. W a d u k C a c a b a n y a n g B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 24

25 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i t e r l e t a k d i K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g. c. K a w a s a n p a r i w i s a t a b u d a y a. a. M a k a m K i G e d e S e b a y u d i D e s a D a n a w a r i h K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; b. M a k a m P a n g e r a n P u r b a y a d i D e s a K a l i s o k a K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; c. M a k a m K i A g e n g H a n g g a w a n a d i D e s a K a l i s o k a K e c a m a t a n D u k u h w a r u ; d. M a k a m A m a n g k u r a t I d i K e c a m a t a n A d i w e r n a ; e. M a k a m S u r o p o n o l a w e n d i D e s a P a g i y a n t e n K e c a m a t a n A d i w e r n a ; f. M a k a m M b a h T a n j u n g d i B u k i t T a n j u n g K e c a m a t a n L e b a k s i u ; g. M a k a m S y e h M a u l a n a M a g h r i b i d i D e s a D a n a r a j a K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; h. S i t u s S e m e d o d i d e s a S e m e d o K e c a m a t a n K e d u n g b a n t e n g ; i. S i t u s C a n d i K e b e r k a h a n a t a u M a k a m M b a h T r o n d o l d i D e s a L e b a k s i u K i d u l K e c a m a t a n L e b a k s i u ; d a n j. M a k a m M b a h J i n t e n d i D e s a B a l a m o a K e c a m a t a n P a n g k a h 7. K a w a s a n p e r u n t u k a n i n d u s t r i ; d a n a. I n d u s t r i B e s a r ; a. k a w a s a n I n d u s t r i M a r g a s a r i d i K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; b. k a w a s a n I n d u s t r i P a n t u r a m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n K r a m a t ; 2. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n 3. K e c a m a t a n W a r u r e j a. b. I n d u s t r i M e n e n g a h ; d an a. k a w a s a n I n d u s t r i M a r g a s a r i d i K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; b. k a w a s a n I n d u s t r i P a n t u r a m e l i p u t i : 1. K e c a m a t a n K r a m a t ; 2. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; d a n 3. K e c a m a t a n W a r u r e j a. c. I n d u s t r i K e c i l d a n i n d u s t r y r u m a h t a n g g a. a. K e c a m a t a n K r a m a t ; b. K e c a m a t a n A d i w e r n a ; c. K e c a m a t a n T a l a n g ; d. K e c a m a t a n P a n g k a h ; e. K e c a m a t a n P a g e r b a r a n g ; f. K e c a m a t a n S u r a d a d i ; g. K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; h. K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; i. K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; d a n j. K e c a m a t a n W a r u r e j a. 8. K a w a s a n p e r u n t u k a n p e r m u k i m a n. a. K a w a s a n p e r m u k i m a n p e d e s a a n d e n g a n l u a s k u r a n g l e b i h t e r s e b a r d i s e l u r u h w i l a y a h K a b u p a t e n h e k t a r b. K a w a s a n p e r m u k i m a n p e r k o t a a n d e n g a n l u a s h e k t a r t e r s e b a r d i s e t i a p i b u k o t a k e c a m a t a n. 9. K a w a s a n p e r u n t u k a n l a i n n y a b e r u p a k a w a s a n p e r t a h a n a n d a n k e a m a n a n n e g a r a. a. K o m a n d o D i s t r i k M i lit e r ( K o d i m ) / T e g a l d i K e c a m a t a n D u k u h t u r i ; b. K o m a n d o R a y o n M i li t e r ( K o r a m i l ) d i s e l u r u h k e c a m a t a n ; c. B r i g a d e I n f a n t e r i ( B r i g i f ) 4 / D e w a B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 25

26 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n L o k a s i R a t n a d i K e c a m a t a n S l a w i; d. B a t a l y o n I n f a n t e r i ( Y o n i f ) / P a d m a K u s u m a di K e c a m a t a n A d i w e r n a ; e. K o m p i A B a t a l y o n Z e n i T e m p u r ( Y o n z i p u r ) 4 / T a n p a K a w a n d y a d i K e c a m a t a n S l a w i ; d a n f. S a t u a n R a d a r ( S a t r a d a r ) d i D e s a K e d u n g k e l o r K e c a m a t a n W a r u r e j a. T a b e l 2. 1 R e n c a n a S t r u k t u r R u a n g K a b u p a t e n T e g a l K a w a s a n 1. P u s a t K e g i a t a n L o k a l y a n g s e l a n j u t n y a d i s i n g k a t P K L a d a l a h k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g b e r f u n g s i u n t u k m e l a y a n i k e g i a t a n s k a l a k a b u p a t e n a t a u b e b e r a p a k e c a m a t a n. P K L d e n g a n f u n g s i s e b a g a i p e m e r i n t a h a n, p e r d a g a n g a n, p e n d i d i k a n, i n d u s t r i d a n m i l i t e r ; 2. P u s a t K e g i a t a n L o k a l p r o m o s i y a n g s e l a n j u t n y a d i s i n g k a t P K L p a d a l a h P P K y a n g s u d a h m e n u n j u k k a n a d a n y a p e r k e m b a n g a n l e b i h, m i s a l n y a t e r d a p a t b e b e r a p a k e g i a t a n y a n g m e m i l i k i j a n g k a u a n p e l a y a n a n li n t a s k e c a m a t a n, s e h i n g g a d i p r o m o s i k a n m e n j a d i P K L. P K L p d e n g a n f u n g s i s e b a g a i p e m e r i n t a h a n, p e r d a g a n g a n d a n i n d u s t r i ; 3. P u s a t P e l a y a n a n K a w a s a n y a n g s e l a n j u t n y a d i s i n g k a t P P K a d a l a h k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g b e r f u n g s i u n t u k m e l a y a n i k e g i a t a n s k a l a k e c a m a t a n a t a u b e b e r a p a d e s a. P P K d e n g a n f u n g s i s e b a g a i p u s a t p e m e r i n t a h a n, p e r d a g a n g a n, p e r m u k i m a n s k a l a k e c a m a t a n m e l i p u t i : 4. P u s a t P e l a y a n a n L i n g k u n g a n y a n g s e l a n j u t n y a d i s i n g k a t P P L a d a l a h p u s a t p e r m u k i m a n y a n g b e r f u n g s i u n t u k m e l a y a n i k e g i a t a n s k a l a a n t a r d e s a. P P L s e b a g a i p u s a t p e m e r i n t a h a n, p e r d a g a n g a n, L o k a s i K a w a s a n P e r k o t a a n S l a w i - A d i w e r n a K a w a s a n P e r k o t a a n D u k u h t u r i 1. K a w a s a n P e r k o t a a n P a n g k a h ; 2. K a w a s a n P e r k o t a a n D u k u h w a r u ; 3. K a w a s a n P e r k o t a a n L e b a k s i u ; 4. K a w a s a n P e r k o t a a n B o j o n g ; 5. K a w a s a n P e r k o t a a n T a l a n g ; 6. K a w a s a n P e r k o t a a n K r a m a t ; 7. K a w a s a n P e r k o t a a n T a r u b ; 8. K a w a s a n P e r k o t a a n S u r a d a d i ; 9. K a w a s a n P e r k o t a a n W a r u r e j a ; 1 0. K a w a s a n P e r k o t a a n B a l a p u l a n g ; 1 1. K a w a s a n P e r k o t a a n M a r g a s a r i ; 1 2. K a w a s a n P e r k o t a a n P a g e r b a r a n g ; 1 3. K a w a s a n P e r k o t a a n B u m i j a w a ; 1 4. K a w a s a n P e r k o t a a n J a ti n e g a r a ; d a n 1 5. K a w a s a n P e r k o t a a n K e d u n g b a n t e n g. 1. D e s a G e m b o n g d a d i d i K e c a m a t a n S u r a d a d i ; 2. D e s a J a t i b o g o r d i K e c a m a t a n S u r a d a d i ; 3. D e s a K e r t a s a r i d i K e c a m a t a n S u r a d a d i ; 4. D e s a G u m a l a r d i K e c a m a t a n A d i w e r n a ; 5. D e s a K e d u n g s u k u n d i K e c a m a t a n A d i w e r n a ; 6. D e s a B a l a m o a di B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 26

27 P e m u t a k h i r a n S S K K a b. T e g a l K a w a s a n p e r m u k i m a n s k a l a a n t a r d e s a m e l i p u t i : L o k a s i K e c a m a t a n P a n g k a h ; 7. D e s a P e n u s u p a n d i K e c a m a t a n P a n g k a h ; 8. D e s a C e r i h d i K e c a m a t a n J a t i n e g a r a ; 9. D e s a K a l i b a k u n g d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; 1 0. D e s a B a n j a r a n y a r d i K e c a m a t a n B a l a p u l a n g ; 1 1. D e s a J a t i l a b a d i K e c a m a t a n M a r g a s a r i ; 1 2. D e s a J a t i m u l y a d i K e c a m a t a n L e b a k s i u ; 1 3. D e s a G u n u n g j a t i d i K e c a m a t a n B o j o n g ; 1 4. D e s a K e d a w u n g d i K e c a m a t a n B o j o n g ; 1 5. D e s a R e m b u l d i K e c a m a t a n B o j o n g ; 1 6. D e s a C i k u r a d i K e c a m a t a n B o j o n g ; d a n 1 7. D e s a J e j e g d i K e c a m a t a n B u m i j a w a. B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 27

28 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 28

29 SSK Kabupaten Tegal Gambar 2. 6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 29

30 S S K K a b u p a t e n T e g a l K e l e m b a g a a n P e m e r i n t a h D a e r a h B e r d a s a r k a n P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r : 4 1 T a h u n t e n t a n g O r g a n i s a s i P e r a n g k a t D a e r a h, s u s u n a n O r g a n i s a s i D a n T a t a K e r j a P e m e r i n t a h K a b u p a t e n T e g a l p a d a t a h u n i n i t e l a h m e n y e s u a i k a n P e r a t u r a n P e m e r i n t a h d i m a k s u d d e n g a n P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 7 T a h u n T e n t a n g P e m b e n t u k a n O r g a n i s a s i S e k r e t a r i a t D a e r a h D a n S e k r e t a r i a t D e w a n P e r w a k i l a n R a k y a t D a e r a h. P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 8 T a h u n T e n t a n g P e m b e n t u k a n O r g a n i s a s i D i n a s - D i n a s D a e r a h, P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 9 T a h u n T e n t a n g P e r u b a h a n A t a s P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 6 T a h u n T e n t a n g P o l a O r g a n i s a s i P e m e r i n t a h D a e r a h. P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 1 0 T a h u n T e n t a n g P e r u b a h a n A t a s P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 9 T a h u n T e n t a n g P e m b e n t u k a n O r g a n i s a s i I n s p e k t o r a t d a n L e m b a g a T e k n i s D a e r a h. P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l N o m o r 1 1 T a h u n T e n t a n g O r g a n i s a s i d a n T a t a K e r j a L e m b a g a L a i n K a b u p a t e n T e g a l. B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 30

31 S S K K a b u p a t e n T e g a l BAGAN POLA ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKERTARIAT DAERAH (SEKDA) STAF AHLI LEMBAGA LAIN (18) KECAMATAN (12) DINAS DAERAH (16) LEMTEKDA (BADAN, INSPEKTORAT KANTOR DAN RSUD SEKERTARIAT DPRD UPT UPT (281) DESA (6) KELURAHAN : GARIS KOMANDO : GARIS STAF : GARIS HUBUNGAN TEKNIS : GARIS KOORDINASI G a m b a r 2. 7 B a g a n P o l a O r g a n i s a s i P e m e r i n t a h D a e r a h K a b u p a t e n T e g a l B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 31

32 BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKRETARIT DPRD SEKERTARIAT DAERAH STAF AHLI ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN ASISTEN ADMINISTRASI UMUM DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH LEMBAGA LAIN Kantor RSUD 1. Dinas Pekerjaan Umum; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; 4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 5. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; 6. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan; 7. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 8. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan; 9. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 10. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; 11. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; 12. Dinas Koperasi, UKM dan Pasar. ar. 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 2. Badan Kepegawaian Daerah; 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; 4. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 5. Badan Lingkungan Hidup. 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2.Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) 3. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) 4. Badan Narkotika Kabupaten 1. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; 2. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 3. Kantor Ketahanan Pangan; 4. Kantor Penanaman Modal; 5. Kantor Satpol PP 1. RSUD dr. Soeselo Slawi; 2. RSUD Suradadi. Gambar 2. 8 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 32

33 S S K K a b u p a t e n T e g a l BUPATI BAPPEDA Badan Lingkungan Hidup Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas Pekerjaan Umum Bidang Perekonomian dan Pengembangan Infrastruktur Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Bidang Pemberdayaan Kelembagaan dan Kesejahteraan Masyarakat Bidang Cipta Karya Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan Bidang Tata Ruang, Pertamanan dan Kebersihan G a m b a r 2. 9 S t r u k t u r T u p o k s i P e m b a n g u n a n S a n i t a s i K a b u p a t e n T e g a l B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 33

34 S S K K a b u p a t e n T e g a l K E M A J U A N P E L A K S A N A A N S S K D a l a m r a n g k a p e m b a n g u n a n s e k t o r s a n i t a s i, K a b u p a t e n T e g a l t a h u n t e l a h m e n y u s u n P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K a b u p a t e n y a n g b e r t u j u a n s e b a g a i d o k u m e n p e r e n c a n a a n s e k t o r s a n i t a s i y a n g p e n g a n g g r a n y a b e r s u m b e r d a r i A P B D K a b u p a t e n, A P B D P r o p i n s i d a n A P B N m a u p u n d a r i m a s y a r a k a t d a n s e k t o r s w a s t a. U p a y a - u p a y a y a n g t e l a h d i l a k u k a n a n a t a r a l a i n d e n g a n p e n i n g k a t a n s a r a n a p r a s a r a n a s a n i t a s i m e l a l u i b e b e r a p a k e g i a t a n p r o g r a m s e p e r t i p r o g r a m R A D A M P L ( R e n c a n a A k s i D a e r a h A i r M i n u m d a n P e n y e h a t a n L i n g k u n g a n ), P A M S I M A S ( P e n y e d i a a n A i r M i n u m d a n S a n i t a s i B e r b a s i s M a s y a r a k a t ), S A N I M A S ( S a n i t a s i B e r b a s i s M a s y a r a k a t ). P r o g r a m i n i d il a k u k a n d e n g a n k o o r d i n a s i li n t a s s e k t o r a t a u S K P D d e n g a n m e l i b a t k a n a n t a r a la i n B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h ( B a p p e d a ), D i n a s K e s e h a t a n ( D i n k e s ), D i n a s P e k e r j a a n U m u m ( D P U ), B a d a n L i n g k u n g a n H i d u p ( B L H ), d a n B a d a n P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t d a n D e s a ( B a p e r m a s d e s ). S e l a i n m e n i n g k a t k a n j u m l a h s a r a n a s a n i t a s i, j u g a d il a k u k a n p e n y a d a r a n p e r il a k u m a s y a r a k a t u n t u k m e n d u k u n g t e r c i p t a n y a k e s e h a t a n li n g k u n g a n y a n g o p t i m a l, b a i k m e l a l u i p e n y u l u h a n m a u p u n p e r l o m b a a n d i b i d a n g k e s e h a t a n li n g k u n g a n, s e p e r t i l o m b a s e k o l a h s e h a t m a u p u n s e k o l a h h i j a u A i r L i m b a h D o m e s t i k Belum ada A d a p u n t i n g k a t p e n c a p a i a n n S S K T a h u n s u b s e k t o r a i r li m b a h d o m e s t i k d a p a t d i g a m b a r k a n d a l a m t a b e l s e b a g a i b e r i k u t : K e m a j u a n P e l a k s a n a a n S S K S u b s e k t o r A i r L i m b a h D o m e s t i k S S K P e r i o d e S e b e l u m n y a T u j u a n S a s a r a n D a t a D a s a r P e n i n g k a t a n s a r a n a p r a s a r a n a M e n i n g k a t n y a l a y a n a n I P L T y a n g a d a L a y a n a n p e n g e l o l a a n a i r li m b a h s e b e s a r 1 0 % m e n j a d i 7 5 % p a d a t a h u n d e n g a n m e n g o p t i m a l k a n I P L T M e n y u s u n d o k u m e n P e r e n c a n a a n T e r w u j u d n y a m a s t e r p l a n p e n g e m b a n g a n P e n g e m b a n g a n A i r L i m b a h k a b u p a t e n a i r li m b a h d o m e s t i k u n t u k m e n d u k u n g s e c a r a m e n y e l u r u h d a l a m j a n g k a P e l a k s a n a a n d o k u m e n R P J M D s e k t o r a i r p e n d e k, m e n e n g a h d a n p a n j a n g s k a l a li m b a h d i t a h u n K a b u p a t e n S t a t u s S a a t I n i I P L T t i d a k b e r f u n g s i s e c a r a o p t i m a l D o k u m e n S S K t a h u n j u g a d a p a t d i g u n a k a n s e b a g a i m a s t e r pl a n a i r li m b a h d o m e s t i k. B e l u m a d a n y a r e g u l a s i te n t a n g a i r li m b a h d o m e s t i k d a n n o n d o m e s t i k B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 34

35 SSK Periode Sebelumnya Tujuan Sasaran Data Dasar Meningkatkan kepemilikan jamban Berkurangnya kebiasaan masyarakat yang keluarga ditingkat masyarakat untuk buang air besar di sembarang tempat dari mengurangi BABS 54,3 % menjadi 80% pada tahun 2018 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik Meningkatnya pemahaman dan Pengetahuan masyarakat tentang sarana pengolahan air limbah di 287 desa/kelurahan di Kabupaten Tegal pada tahun 2018 Status Saat Ini Desa/Kelurahan Kabupaten Tegal berstatus ODF sebanyak 49 Hasil Data STBM Tahun 2015 Stop BABS sebesar 33%, akibatnya masih di bawah stabdar yang ditetapkan. Terbangun 49 IPAL komunal Tempat buang ari besar baik menggunakan jamban dan MCK persentasenya sebesar 77,55% Persampahan Pengelolaan persampahan di Kabupaten Tegal dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasaran, sumber daya manusia dan penerapan teknologi tepat guna bagi SKPD pengelola persampahan. Disadari bersama bahwa dalam pengelolaan sampah tidak mungkin hanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, namun peran swasta dan masyarakat harus dilibatkan, melalui peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Adapun perkembangan pengelolaan sampah adalah Tabel 2.9 sebagai berikut: Tabel 2. 2 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Persampahan SSK Periode Sebelumnya Tujuan Sasaran Data Dasar Peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengelola sampah 1. Masyarakat mampu mengelola sampah dengan benar KOSONG Status Saat ini Masih rendahnya kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah dengan membuang sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 35

36 SSK Periode Sebelumnya Tujuan Sasaran Data Dasar Terwujudnya design perencanaan pengelolaan sampah yang dapat mengatasi timbulan sampah di Kabupaten Tegal Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaa sampah Meningkatkan layanan pengangkutan sampah Meningkatkan ketrampilan pekerja dan upah sesuai dengan UMK 2. Meningkatkan nilai ekonomis sampah bagi masyarakat 3. Penyempurnaan regulasi persampahan Terumuskan sebuah dokumen perencanaan/master plan persampahan di Kabupaten Tegal 1. Mengurangi volume sampah sebanyak 20 % di akhir tahun Meningkatkan system pengelolaan TPA Penujah dari Open Dumping ke Controll Landfill di tahun Mendorong upaya pembangunan TPA Regional Bregaspemalang di tahun 2016 Peningkatan cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 60 % di tahun 2013 menjdi 80 % di akhir tahun 2018 Upah pekerja sesuai dengan UMK di akhir tahun 2018 Status Saat ini tidak pada tempatnya. Pemanfaatan sampah dengan mendaur ulang dan menjualnya kepada pemulung. Belum adanya regulasi tentang persampahan Dokumen SSK tahun 2016 juga dapat di gunakan sebagai master plan air limbah domestik. Volume sampah di Kabupaten Tegal sebesar Sistem pengelolaan TPAS masih menerapkan controll landfill. Dalam proses penyusunan Cakupan pelayanan pengangkutan sampah masih Upah pekerja UMK Kabupaten Tegal sebesar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 36

37 2.2.3 Drainase Lingkungan Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase menjadi salah satu target dalam rangka mengurangi luas wilayah, ketinggian dan waktu terjadinya genangan. Untuk lebih memadukan pembangunan dibidang drainase, perlu dibuat master plan drainase yang akan memberikan arah dan pencapaian pembangunan dibidang drainase di Kabupaten Tegal. Adapun perkembangan pembangunan drainase di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut Tabel 2. 3 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Drainase SSK Periode Sebelumnya Tujuan Sasaran Data Dasar Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan drainase Terwujudnya peraturan daerah terkait pengembangan drainase Meningkatkan anggaran operasional drainase Mengatasi dan mengurangi genangan secara bertahap Terbebasnya saluran drainase dari sampah yang dapat menghambat air pada tahun 2018 Terumuskannya peraturan daerah tentang pengembangan drainase untuk mengatasi banjir dan genangan pada tahun 2018 Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 10 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang Tersusunya review master plan drainase tingkat kabupaten di tahun 2016 kosong Status Saat ini Masih banyaknya sampah yang masuk ke drainase yang menghambat jalur air. Belum adanya Perda terkait pengembangan drainase lingkungan Masih di bawah 2% dari total Belanja Langsung untuk pembiayaan pengembangan drainase lingkungan. Dokumen SSK tahun 2016 juga dapat di gunakan sebagai master plan drainase lingkungan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 37

38 2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI Pembangunan di Kabupaten Tegal dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan yang berkelanjutan agar mekanisme pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan bermuara kepada kualitas lingkungan yang memenuhi standar kehidupan. Persoalan penting yang memerlukan prioritas penanganan dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari sistem pengembangan kawasan di wilayah permukiman. Sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan dan peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Tegal lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Tegal difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan pencegahan kontaminasi terhadap air tanah oleh limbah hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau pusat-pusat kegiatan masyarakat serta peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat. Seiring dengan aktifitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta kemungkinan timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempat-tempat yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Kabupaten Tegal. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten Kabupaten Tegal, penyebab utamanya adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan. Profil sanitasi Kabupaten Tegal saat ini, dapat digambarkan atau dilihat dari kondisi air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan Sistem dan Infrastruktur Air Limbah Domestik Kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Tegal pada dasarnya berupa pelayanan sanitasi sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa pengumpulan limbah tinja dari septik tank ke pengolahan akhir. Saat ini Kabupaten Tegal telah mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Desa Penujah Kecamatan Kedung Banteng, namun tidak berfungsi. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 38

39 Secara umum pengelolaan limbah tinja di Kabupaten Tegal dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara individual, sedangkan limbah cair langsung ke saluran drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik sehingga kebiasaan ini harus ditinggalkan. Pemerintah Kabupaten Tegal juga telah membangunkan WC umum untuk digunakan secara komunal. WC umum tersebut biasanya terdapat pada areal pasar. Untuk areal permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki WC secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah kebanyakan belum memiliki WC secara individu. Adapun Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Air Limbah Kabupaten Tegal didasarkan pada data yang ada dimana hampir di semua wilayah Kabupaten Tegal menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (onsite sanitation). Limbah manusia ditampung dalam tangki septik atau cubluk dimana penguraian terjadi secara alamiah dan cairannya dibuang ke bidang tanah atau sumur resapan. Sedangkan untuk limbah mandi dan cuci (grey water) penanganannya langsung dibuang ke saluran drainase. Ditinjau dari peran serta pemerintah, sebagian besar pengelolaan air limbah terutama limbah domestik di Kabupaten Tegal masih dilaksanakan secara individual oleh masyarakat. Sampai saat ini peran pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi terbatas dalam hal pemberian bantuan jamban kepada sebagian warga masyarakat serta fasilitasi pembangunan MCK komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah. Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah rumah tangga, dijabarkan sebagai berikut: a. Penanganan limbah secara Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (SPAL S) dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi cuci kakus umum; b. Penanganan limbah secara Sistem Pengolahan Air Limbah komunal dengan sistem perpipaan dengan membangun instalasi pengolah air limbah (ipal) komunal; c. Penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT); dan d. Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. Berikut kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: a. SPAL Setempat (Sistem Onsite), terdiri dari: i. MCK berbasis komunal terdapat 40 Unit yang berfungsi 25 Unit sedang sisanya 15 Unit tidak berfungsi karena belum optimalnya dalam perawatan dan pemeliharaan. ii. IPLT terdapat 1 Unit yaitu di Kecamatan Kedung Banteng Desa Penujah tidak berfungsi. b. Sistem Komunal, berupa IPAL Komunal terdapat 37 unit dan berfungsi dengan baik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 39

40 28,97% 59,25% 7,68% 3,18% 0,9% Kloset jongkok leher angsa Tidak punya kloset Plengsengan Cemplung Kloset duduk leher angsa Sumber: EHRA Kabupaten Tegal, 2013 Gambar Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Dari grafik di atas diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan jamban jenis kloset leher angsa (59,25%). Sedangkan yang menggunakan jamban non siram/tanpa leher angsa sebanyak 39,85% sementara masyarakat yang tidak mempunyai jamban sebesar 28,97%. 18,34% 27,65% 19,64% 27,57% langsung ke drainase tidak tahu Pipa sewer Cubluk/lubang tanah Sumber: EHRA Kabupaten Tegal, 2013 Gambar Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Berdasarkan hasil wawancara dengan responden studi EHRA jenis terbanyak penyaluran akhir tinja adalah langsung ke drainase (27,65%), sedangkan yang disalurkan ke pipa sewer sebanyak 19,64% dan yang ke lubang tanah/cubluk sebanyak 18,34%. Namun masih banyak responden yang menjawab tidak tahu kemana saluran akhir tinja rumahnya yaitu sebesar 27,57% BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 40

41 Kelembagaan Kabupaten Kabupaten Tegal belum mempunyai regulasi yang mengatur pengelolaan air limbah domestik. Aspek legal formal yang menjadi landasan pengelolaan air limbah domestik adalah Perda Kabupaten Tegal Nomor 8 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Jabatan Struktural dan Tata Kerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Tabel Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan bidang Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 41

42 STRUKTUR ORGANISASI DINAS CIPTA PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TEGAL Berdasarkan Perda Kabupaten Tegal No. 8 Tahun 2008 KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM BIDANG BINA PROGRAM BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA BIDANG PENGAIRAN BIDANG TATA RUANG, PERTAMANAN, DAN KEBERSIHAN SEKSI SURVEY DAN PENELITIAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS KEBINAMARGAAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS CIPTA KARYA SEKSI PERENCANAAN TEKNIS PENGAIRAN SEKSI TATA RUANG DAN PERKOTAAN; SEKSI DATA DAN PENYUSUNAN PROGRAM SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI PERTAMANAN SEKSI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI EKSPLOITASI DAN OPERASIONAL SEKSI KEBERSIHAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH UNIT PELAKSANA TEKNIS Penyelenggaraan Pengelolaan Air Limbah Domestik PU KECAMATAN PENGAIRAN PEMADAM KEBAKARAN PENGOLAHAN SAMPAH Gambar Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 42

43 Tabel 2. 4 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota DPU - - Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target DPU - - Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target DPU - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik DPU Ada Ada Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) DPU Ada Ada Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) DPU Ada - Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) DPU - Ada Membangun sarana IPLT dan atau IPAL DPU - - PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja DPU Ada - Mengelola IPLT dan atau IPAL DPU - Ada Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja DPU Ada - Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik DPU, BLH - - Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB DPU, BLH - - PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) DPU - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik DPU - - BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 43

44 PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Satpol PP - - MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestic Bappeda, DPU, DKK Bappeda, DPU, DKK, BLH Bappeda, DPU, DKK, BLH Bappeda, DPU, DKK, BLH Dari Tabel 2.13 di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di Kabupaten Tegal, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan subfungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Tegal untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan subfungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Namun diharapkan dapat menjadi pilot project dimasa mendatang yang dapat mendatangkan sektor swasta yang lain untuk ikut terlibat. Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi. Disamping itu diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 44

45 pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Tegal masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Tegal dapat dilihat dalam tabel 2.14 dibawah. Peraturan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah. Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septic. Tabel 2. 5 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tegal Ketersediaan Ada Tidak Efektif (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Ada (RPJMD) - V - V Ada (Perda Bang. Gedung) Ada (Perda Lingkungan) - V - V Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan - V - V - V Retribusi penyedotan air limbah domestik. Ada V V Tidak Efektif Dilaksanakan Ket. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 45

46 Peraturan Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran. Ketersediaan Ada Tidak (Sebutkan) Ada (SK Bupati) Ada (IMB) V Efektif Dilaksanakan V Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Ket. Berdasarkan Tabel di atas, ditemukan hanya ada 3 (tiga) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, contohnya target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan, tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada. Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda Tata Ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat/swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 46

47 Sistem dan Cakupan Pelayanan Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Tegal. Secara umum masih dikelola oleh masyarakat sendiri dari masing-masing rumah tangga dengan cara yang sangat minim bahkan banyak yang belum dilakukan pengelolaan dengan kaidah kaidah yang sehat. Dengan melihat kondisi yang demikian maka sejak tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Tegal berupaya untuk mengelola air limbah ini melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) dan SLBM, dimana dalam kegiatan ini adalah membangun Septiktank komunal untuk sekelompok permukiman penduduk di wilayah perkotaan, yang selama ini karena kondisi topografi Tegal yang memiliki alur alur sebagai drainase alam sangat banyak sehingga masyarakat dengan mudah membuang limbah ke saluran/ alur tersebut. Peta Lokasi septictank komunal pada program SLBM/Sanimas dapat dilihat pada Gambar 2.16, di bawah. Air limbah domestik di Kabupaten Tegal yang dibuang dari permukiman, pada umumnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga berdampak pada penurunan kualitas air pada perairan di wilayah Kabupaten Tegal. Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh kontaminasi dari air limbah yang dibuang dari daerah pemukiman penduduk. Penurunan kualitas perairan dapat berdampak pada penurunan kualitas air permukaan maupun air tanah. Padahal sebagian besar penduduk di wilayah Kabupaten Tegal masih menggunakan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air minum. Hal ini dapat membahayakan kesehatan penduduk. Oleh karena itu maka pengelolaan air limbah yang terpadu sangat perlu dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan. Untuk mengetahui sistem dan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal, digunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan air limbah domestik mulai dari pengguna (user interface), pengumpulan dan penampungan / pengolahan awal, pengangkutan / pengaliran, (semi) pengolahan akhir terpusat dan daur ulang / pembuangan akhir. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 47

48 Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 48

49 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 49

50 Produk Input Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Tegal User Interface Pengumpulan & Pengangkutan/ (semi) Pengolahan Daur Ulang dan Penampungan / Pengaliran Akhir Terpusat Pembuangan Akhir Pengelolaan Awal A B C D E WC Helikopter: KK BABS Jamban Tidak Layak: Black Water: Grey Water: KK Jamban Layak : KK Sistem Komunal : KK Septic Tank : Unit Cubluk : Unit Ipal Komunal : 37 Unit Truk Tinja: Swasta: 4 Unit Pemerintah: 2 Unit Drainase: Banyak digunakan untuk pembuangan air limbah 1 Unit IPLT: Belum berfungsi Semua sungai menjadi tempat pembuangan Black & Grey Water BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 50

51 Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal, adalah sebagai berikut: 1. Di Kabupaten Tegal masih terdapat masyarakat yang masih melakukan praktek buang air besar dengan menggunakan WC helikopter atau WC yang dibangun di atas badan air dengan tanpa melakukan pengolahan sama sekali. Masyarakat yang melakukan ini adalah yang tinggal disekitar bantaran sungai atau badan air yang lainnya. Untuk masyarakat wilayah perkotaan disekitar bantaran sungai, masyarakat langsung membuang limbah black water dan grey water langsung ke badan air, meskipun menggunakan closet untuk buang air besar, namun limbah black dan grey water tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu dan langsung dibuang ke badan air. 2. Masyarakat yang telah sadar akan pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga telah membuat jamban dengan system jongkok maupun duduk untuk kemudian dilakukan pengolahan awal limbah black water di instalasi tangki septic sedangkan untuk grey water langsung dialirkan ke drainase lingkungan. Setelah jangka waktu tertentu, lumpur tinja di tangki septic dilakukan pengurasan untuk selanjutnya diolah di instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). 3. Seiring dengan perkembangan penduduk, maka lahan untuk membangun tangki septic di Kabupaten Tegal semakin terbatas. Pemerintah melalui program SANIMAS telah memfasilitasi mesyarakat dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal. Dengan IPAL komunal, masyarakat dapat melakukan praktek buang air besar dengan menggunakan jamban keluarga, namun limbah tinja tersebut dialirkan ke IPAL komunal untuk dilakukan pengolahan sementara. Setelah waktu tertentu, lumpur tinja dari IPAL komunal tersebut disedot dengan menggunakan mobil sedot tinja untuk selanjutnya dilakukan pengolahan di IPLT. Sesuai pembahasan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), berdasarkan isu pokok sanitasi air limbah domestik, permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal, sebagai berikut: 1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 51

52 Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi luas terhadap PHBS dan kualitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk. 2. Hampir semua pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Tegal baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum optimal. 3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off site system. 4. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik dilingkungan Pemerintah, masyarakat, maupun swasta. 5. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah. 6. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang, belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat. 7. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 52

53 No. Kecamatan Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik Kabupaten Tegal Jml. Penduduk (KK) Jumlah KK yang BABS Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) Jumlah KK menggunakan cubluk/tangki septik individual belum aman Jumlah KK menggunakan tangki septik individual Jumlah KK menggunakan Sistem Komunal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 53 jamban bersama Jumlah KK yang terkoneksi ke MCK Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL Komunal Jumlah KK yang terkoneksi ke Tangki Septik Komunal (>10 SR) 1 KECAMATAN MARGASARI KECAMATAN BUMIJAWA KECAMATAN BOJONG KECAMATAN BALAPULANG KECAMATAN PAGERBARANG KECAMATAN LEBAKSIU KECAMATAN JATINEGARA KECAMATAN KEDUNG BANTENG KECAMATAN PANGKAH KECAMATAN SLAWI KECAMATAN DUKUHWARU KECAMATAN ADIWERNA KECAMATAN DUKUHTURI (SPAL-T) Skala Perkotaan Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL skala kawasan /perkotaan)

54 No. Kecamatan Jml. Penduduk (KK) Jumlah KK yang BABS Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) Jumlah KK menggunakan cubluk/tangki septik individual belum aman Jumlah KK menggunakan tangki septik individual Jumlah KK menggunakan jamban bersama Jumlah KK yang terkoneksi ke MCK Sistem Komunal Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL Komunal Jumlah KK yang terkoneksi ke Tangki Septik Komunal (>10 SR) 14 KECAMATAN TALANG KECAMATAN TARUB KECAMATAN KRAMAT KECAMATAN SURADADI KECAMATAN WARUREJA TOTAL (SPAL-T) Skala Perkotaan Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL skala kawasan /perkotaan) BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 54

55 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Jumlah/ Kondisi Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal - MCK Komunal unit 37 Berfungsi 2. Truk Tinja unit 2 Berfungsi 3 IPLT : kapasitas M 3 /hari Berfungsi SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal >10KK unit - IPAL Komunal unit 2 IPAL Kawasan/Terpusat - kapasitas M 3 /hari - sistem Kondisi eksisting sistem dan infrastruktur air limbah di kabupaten Tegal dapat digambarkan sebagai berikut: BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 55

56 Gambar Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 56

57 Peta Tingkat Layaan Air LImbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 57

58 2.3.2 Sistem dan Infrastruktur Persampahan Sampah merupakan timbulan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah. Sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pembedaan sampah dapat pula dilakukan pada kandungan racun sehingga sampah dibedakan menjadi sampah beracun dan tidak beracun. Pembedaaan yang dikenal luas adalah pembedaan sampah organik dan anorganik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat sedangkan definisi Pengelolaan Sampah adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Kegiatan pengurangan meliputi: 1. Pembatasan timbulan sampah; 2. Pendauran ulang sampah; dan/atau 3. Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi: 1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu; 3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); 4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau 5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Penanganan persampahan di Kabupaten Tegal telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat pembuangan sementara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 58

59 Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan sampailah pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Berdasar sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya. Pada prinsipnya sampah harus dikelola, karena adanya sampah dapat mengancam keberlanjutan keberadaan, kehidupan dan kesejahteraan manusia. Sampah merupakan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah. Pengelolaan persampahan rumah tangga di Kabupaten Tegal dimulai sejak dari pewadahan, pengangkutan dan pengumpulan di tempat pembuangan sementara (TPS). Sampah dari TPS tersebut kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Identifikasi pengelolaan sampah rumah tangga dalam studi EHRA di Kabupaten Tegal dibedakan berdasarkan cara pembuangan dan perilaku pemilahan sampah. Pada Gambar 2.18 disajikan pengelolaan sampah rumah tangga Kabupaten Tegal menurut kecamatan di bagian atas dan kelurahan di bagian bawah. Berdasarkan grafik tersebut cara pengelolaan sampah yang lebih banyak dilakukan di Kabupaten Tegal secara berurutan adalah: BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 59

60 Persentase SSK Kabupaten Tegal % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 17, ,86 9,8 74,51 15,69 10,63 60,05 26,87 4,76 42,86 5,91 62,58 27,87 46, ,42 49,68 42,86 0,8 0 1,16 2,42 19,45 0,48 10,39 6,52 1,09 9,52 29,98 54,07 25,09 21,73 87,13 14,58 1,53 8,91 28,08 85,94 0,7 7,81 3,96 4,59 6,25 0, , TOTAL Kluster desa/kelurahan Tidak tahu Lain-lain Dibuang di lahan kosong & dibiarkan busuk Dibiarkan sampai busuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke lubang tapi tak ditutup Dibuang ke lubang & ditutup di tanah Dibakar Dibuang di TPS Didaur ulang Sumber: EHRA Kabupaten Tegal, 2013 Gambar Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara mendetail tabel di atas yang menggambarkan cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kabupaten Tegal. Dalam tabel di bawah terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang membuang sampahnya dengan cara dibakar yakni sebesar 54,07%. Sisanya adalah perlakuan sampah dengan cara dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (19,45%), dibuang ke sungai/kali/danau (10,39%), di buang ke lubang tapi tidak ditutup (6,52%), dikumpulkan dan dibuang di TPS (4,59%), dikumpulkan ke kolektor untuk didaur ulang (1,45%), lain-lain (1,16%), dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah (1,09%) dan responden yang menjawab tidak tahu sebanyak 0,8% sedangkan persentase yang paling sedikit adalah responden membiarkan sampah tersebut sampai membusuk (0,48%). BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 60

61 100% 90% 80% 70% 15, ,79 60% 50% 40% Sampah tidak dipisah/dipilah 30% 20% 14,53 42,64 42,83 Sampah dipilah/dipisahkan 10% 0% TOTAL Kluster desa/kelurahan Sumber: EHRA Kabupaten Tegal, 2013 Gambar Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga Masyarakat Kabupaten Tegal di semua kluster dari studi EHRA lebih banyak tidak memilah sampah rumah tangganya yauit sebesar 87% bahkan di salah satu kluster yaitu kluster 4 sebesar 100% rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang. Kelembagaan Kabupaten Kabupaten Tegal belum mempunyai regulasi yang mengatur pengelolaan air limbah domestik. Aspek legal formal yang menjadi landasan pengelolaan air limbah domestik adalah Perda Kabupaten Tegal Nomor 8 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Jabatan Struktural dan Tata Kerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Tabel Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan Sektor Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 61

62 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TEGAL Berdasarkan Perda Kabupaten Tegal No. 8 Tahun 2008 KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM BIDANG BINA PROGRAM BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA BIDANG PENGAIRAN BIDANG TATA RUANG, PERTAMANAN, DAN KEBERSIHAN SEKSI SURVEY DAN PENELITIAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS KEBINAMARGAAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS CIPTA KARYA SEKSI PERENCANAAN TEKNIS PENGAIRAN SEKSI TATA RUANG DAN PERKOTAAN; SEKSI DATA DAN PENYUSUNAN PROGRAM SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI PERTAMANAN SEKSI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI EKSPLOITASI DAN OPERASIONAL SEKSI KEBERSIHAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH UNIT PELAKSANA TEKNIS Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan PU KECAMATAN PENGAIRAN PEMADAM KEBAKARAN PENGOLAHAN SAMPAH Gambar Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 62

63 Tabel 2. 6 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten/Kota PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, DPU Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target DPU Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target BAPPEDA & DPU PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah BLH & DPU Ada Ada Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) DPU Ada Ada Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) DPU Ada Ada Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) DPU Ada Membangun sarana TPA DPU Menyediakan sarana composting BLH & DPU Ada Ada PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS DPU Ada Mengelola sampah di TPS DPU Ada Mengangkut sampah dari TPS ke TPA DPU Ada Mengelola TPA DPU Melakukan pemilahan sampah* BLH & DPU Ada Melakukan penarikan retribusi sampah DPU Memberikan izin usaha pengelolaan sampah DPU PENGATURAN DAN PEMBINAAN BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 63

64 PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) DPU Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah BLH & DPU Ada Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah DPU, Satpol PP MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan BAPPEDA & DPU BAPPEDA & DPU Bappeda, DPU, & BLH 1. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belum ditangani oleh stakeholder, yaitu; Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Selama ini meski sudah ada peraturan tentang pelanggaran sampah, namun tidak ada upaya penegakan hukum. 2. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri, yaitu: Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah; Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS); Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS); Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik dan; Menyediakan sarana composting. Hanya saja dalam hal pemilahan sampah yang sudah dilakukan masyarakat terkesan sia-sia, karena begitu diangkut ke dalam armada sampah akhirnya menjadi satu bagian. Hal ini karena belum adanya armada yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. 3. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola sampah. Keterlibatan swasta ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat/corporate social responsibility (CSR), yaitu; Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah; Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS); Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS); Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan ; Menyediakan sarana composting. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 64

65 Peraturan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Tabel 2. 7 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Kabupaten Tegal Ketersediaan Pelaksanaan Tidak Efektif Belum Efektif Ada (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Ada (RPJMD Ada (Melakukan pengumpulan dan pengangkutan serta pengelolaan sampah) Ada (Mengikutsertakan masyarakat dalam mengurangi timbulan sampah) Ada (Setiap warga wajib menyediakan tong sampah tertutup) Ada (Sekolahan, badan, kantor dan warga diharapkan melakukan 3R untuk mengurangi sampah dan bertanggung jawab sampai ke TPS) Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 65

66 Peraturan Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Ada (Pengelolaan sampah menggunakan sistem modul. Jadi warga, kantor, badan usaha bertanggung jawab sampai TPS. TPS ke TPA menjadi tanggung jawab DInas Pengelola Persampahan) Ada (Hibah tempeh sampah) Retribusi sampah atau kebersihan Ada (khususnya di perumahan) Dari tabel 2.18 di atas, peta peraturan persampahan di atas, tampaknya di Kabupaten Tegal sudah memenuhi ketersediaan peraturan persampahan. Meksipun sudah ada, namun pelaksanaannya ada yang belum efektif. Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, diantaranya: Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah; dan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 66

67 Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif: Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS; Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS; Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA; dan Retribusi sampah atau kebersihan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 67

68 Sistem dan Cakupan Layanan Pengelolaan sampah di Kabupaten Tegal bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga masyarakat dan swasta. Paradigma yang mengatakan bahwa masalah sampah adalah urusan pemerintah, pada dasarnya adalah salah besar, semestinya sampah adalah urusan masyarakat. Keterlanjuran paradigma harus terpaksa untuk dilanjutkan dengan kegiatan pengelolaan sampah yang dipimpin oleh pemerintah. Meskipun demikian, pemerintah bertanggung jawab dalam mengkoordinasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Untuk menunjang ketugasannya, seperti pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata Ruang Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Tegal melakukan pengangkutan 2-3 kali per hari. Timbulan sampah harian di Kabupaten Tegal berdasarkan jumlah penduduk dan konstanta yang telah ditentukan sebesar m 3 /hari. Berdasarkan jumlah timbulan sampah dapat diketahui bahwa penghasil sampah terbesar adalah areal permukiman perkotaan dan pasar. Sehingga sisa sampah yang tidak dapat dikirim ke TPA jumlahnya masih sangat besar dan perlu diperhatikan untuk dikelola agar tidak memberikan gangguan pada keberlanjutan keberadaaan, kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh DPU Kabupaten Tegal adalah pengolahan limbah sampah. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Penujah telah digunakan sejak tahun Luas area yang ditempati seluas 4,17 Ha. Tempat Pembuangan Akhir (TPAS) terletak di Desa Penujah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal, tepatnya pada koordinat ,9 dan ,5 BT. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 68

69 Gambar 2.1 PETA TPAS PENUJAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL Deskripsi Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung Kegiatan utama yang dilakukan pada TPAS PENUJAH adalah pemadatan limbah sampah yang berasal dari sampah di Kabupaten Tegal. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh TPAS PENUJAH antara lain sebagai berikut : 1. Peruntukkan Lahan TPAS PENUJAH menempati areal lahan seluas 4,17 Ha (41,691 m 2 ) milik Pemda bersertifikat, secara rinci pemanfaatan lahan digunakan sebagai berikut : a. Luas Area Non Aktif TPAS Penujah m 2 b. Luas Area Aktif TPAS Penujah ,75 m 2 c. Luas Area Pengembangan TPAS Penujah m 2 d. Luas Kantor Jaga TPAS Penujah 42 m 2 e. Luas Garasi Alat Berat 90 m 2 f. Luas Gudang Kompos 34,77 m 2 g. Luas Gudang Limbah B.3 23,76 m 2 h. Luas Rumah Pencacah Kompos 36,72 m 2 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 69

70 2. Pengelolaan Bahan Sampah yang berasal dari tempat sampah diangkut dengan gerobak kemudian ditampung di TPS atau container sampah yang ada, baru dari TPS atau container diangkut dengan menggunakan dum truk menuju TPAS PENUJAH dari wilayah angkut yang paling jauh 50 km yang terdekat 15 km sampai ke TPAS, sampah terangkut perhari = 251 m 3 3. Penggunaan Air Menggunakan air sumur hanya untuk keperluan mencuci sedangkan keperluan air minum menggunakan air yang lain (air galon). 4. Penggunaan Listrik Listrik yang digunakan dalam operasi TPAS PENUJAH menggunakan listrik dari PT. PLN dengan kapasitas daya listrik sementara baru 900 watt. 5. Peralatan Kegiatan TPAS PENUJAH Peralatan yang digunakan dalam menjalankan kegiatan pada TPAS PENUJAH antara lain: Alat Utama : Buldozer yang berfungsi untuk memadatkan material sampah sejumlah 2 unit. Excavator 1 unit. Dump Truk dan amprol yang berfungsi untuk mengangkut material sampah dari TPS atau container menuju TPAS Alat Pendukung : Gerobak yang berfungsi untuk mengangkut sampah menuju TPS atau container yang tersedia. 6. Kapasitas Kegiatan Target sampah yang bisa diangkut ke TPAS PENUJAH sebesar ± 350 m 3 per hari tetapi yang dapat terlaksana hanya ± 251 m 3 per hari. 7. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang berada di TPAS PENUJAH berjumlah 9 orang dengan rincian 3 orang sebagai operator buldozer, 1 orang sebagai pembantu operator bulldozer, 1 orang sebagai operator exsavator, 3 orang sebagai penjaga malam, 1 orang sebagai petugas pencatat sampah. Waktu kerja dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore dan dari jam 4 sore sampai jam 8 malam. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 70

71 Proses pengolahan limbah Sampah di TPAS PENUJAH menggunakan system control landfill. Adapun tahapan pengelolaan limbah yaitu : a. Proses Penampungan Awal 1. Pengangkutan sampah dengan Dump Truck Pengangkutan sampah di TPS menggunakan kendaraan Dump Truck, setiap Dump Truck terdiri dari 1 orang supir, dan 3 orang pekerja bongkar muat yang bertugas untuk memindahkan sampah dari TPS ke alat angkut. Gambar 2.1 Pengangkutan Sampah Dengan Dump Truck b. Pengangkutan sampah dengan amproll truck Pengangkutan sampah dengan container menggunakan kendaraan amproll dimana setiap amproll truck terdiri dari 1 sopir yang melakukan pengangkutan sampah dari mulai mengoperasikan amproll sampai pengangkutan menuju TPAS. Setelah proses pemindahan sampah baik dari semua TPS atau container telah selesai dilaksanakan, sampah ditutup dengan terpal sebelum menuju ke TPAS untuk menghindari tercecernya sampah selama proses pengangkutan ke TPAS. Pengangkutan sampah dilakukan dua shift dalam sehari. Pengangkutan dilakukan dengan pembagian kerja yang sudah diatur selama satu minggu baik itu dengan dump truck maupun dengan amproll. Jumlah TPS yang sampahnya diangkut dengan dump truck ada sebanyak 51 TPS dengan jumlah armada dump truck sebanyak 19 buah. Sedangkan untuk jumlah armada amproll sebanyak 4 buah. Tim dump truck maupun amproll saling bekerjasama apabila terjadi kesulitan dalam pengangkutan supaya tidak terjadi penumpukan sampah di TPS. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 71

72 Gambar 2.2 Pengangkutan Sampah Dengan Kontainer SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG TPAS PENUJAH No. Uraian Volume / Satuan Keterangan 1 Peta TPAS Penujah 1 Lembar Ada 2 Luas AreaTPAS Penujah m 2 3 Kantor Jaga TPAS Penujah 1 Unit (42 m 2 ) 4 Luas Area Non Aktif TPAS Penujah m 2 Ada 5 Papan Nama TPAS Penujah 1 Unit Ada 6 Dermaga Pembuangan Sampah TPAS Penujah 1 Unit Ada 7 Luas Area Aktif TPAS Penujah m² Ada 8 Luas Area Pengembangan TPAS Penujah m 2 9 Perangkap Gas Metan TPAS Penujah 24 Titik Ada & Perlu Penambahan Perlu Perbaikan / Pemindahan Perlu Penambahan Perlu Penambahan 10 Garasi Bouldozer D.3 & HITACHI 1 Unit (42 m²) Perlu Perbaikan 11 Garasi Bouldozer D.4 1 Unit (48 m²) Perlu Perbaikan 12 Gudang Kompos TPAS Penujah 1 Unit Ada 13 Rumah Pencacah Kompos TPAS Penujah 1 Unit Ada 14 Mesin Kompos TPAS Penujah 1 Unit Ada 15 Alat Berat / Bouldozer : HITACHI DX 75 M, Seri T D CATERPILAR D3 LGP 3046, Seri CAT 00 D 36 JBYR CATERPILAR D4K LGP CANOPY 1 Unit 1 Unit 1 Unit Rusak Baik Baik 16 Exavator KOMATSU PC Unit Rusak BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 72

73 17 Bak Penampung Air TPAS Penujah I Unit Ada 18 Jalan Tanah Menuju Saluran Lindi dan Bak Leachet 100 m Belum ada 19 Saluran Lindi TPAS Penujah 109 m Ada 20 Bakl Leachete TPAS Penujah I Unit Ada 21 Penghijauan / Vegetasi di TPAS Penujah 22 Pagar Tembok Keliling 256 m 23 Pagar Duri TPAS Penujah 30 m 24 Mesin potong rumput 2 Unit 365 Phn Mahoni 2500 Phn Sengon 25 Penerangan Area TPAS Penujah 12 Titik Lampu Ada Ada & Perlu Penambahan Ada & Perlu Perbaikan Ada & perlu penambahan Ada & Perlu Penambahan Gambar Peralatan Alat Berat TPAS Penujah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 73

74 TABEL II.5 PRODUKSI SAMPAH KABUPATEN TEGAL TAHUN NO. URAIAN Produksi Sampah 967 m3/hari 970 m3/hari 973 m3/hari 2. Sampah Terangkut 203 m3/hari 198 m3/hari 251 m3/hari 3. Rasio Daya Tampung TPS 288 m3/hari 300 m3/hari 306 m3/hari 4. Jumlah TPS 48 buah 50 buah 51 buah 5. Jumlah Roda 4 18 buah 19 buah 23 buah Daya Tampung rata Rata Tiap TPS Daya Tampung Rata rata Tiap Kontainer Sumber : DPU Kab. Tegal 20 m3/hari 20 m3/hari 20 m3/hari 6 m3/hari 6 m3/hari 6 m3/hari c. Proses Pemadatan Sampah Sampah yang sudah diangkut menuju TPAS PENUJAH diratakan dan dipadatkan menggunakan buldoser. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 74

75 Gambar Pemadatan Sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 75

76 Gambar Peta Cakupan Layanan Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 76

77 Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 77

78 Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Data Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik Kabupaten Tegal Tahun 2015 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 78

79 Produk Input Timbulan Sampah : M3/Hari Peng- Daur Ulang Pengumpulan Penampungan (semi) Pengolahan User Interface angkutan dan/pembuang-an Setempat Sementara Akhir Terpusat Akhir A B C D E Tong/ Tempat Dump Truk : Gerobak Sampah : TPS : sampah : 20 Unit Pupuk Tanaman 98 Unit 58 Unit 6,4 % (EHRA) Halaman : 70,3 % TPS-T : 1 Unit TPA Control Landfill : Lubang Tanah : Motor Sampah : Kontainer : Amroll Truk : 1 Unit Sungai 8,2 % 3 Unit 18 Unit 4Unit Transfer Stasiun : 2 Sungai : 3,3 % Unit Untuk mengetahui sistem dan infrastruktur pengelolaan persampahan di Kabupaten Tegal, digunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan persampahan mulai dari pengguna (user interface), pengumpulan setempat, penampungan sementara (TPS), pengangkutan, (semi) pengolahan akhir terpusat, daur ulang / pembuangan akhir. Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tegal. Adapun sistem dan infrastruktur pengelolaan persampahan di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut : 1. Di Kabupaten Tegal, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengelola sampah dengan baik, namun langsung dibakar. Kebiasaan ini sebenarnya kurang baik karena dapat menimbulkan pencemaran dan bahaya kebakaran. Masyarakat yang melakukan kebiasaan ini biasanya yang tinggal di perdesaan dan belum masuk dalam cakupan wilayah pelayanan persampahan di Kabupaten Tegal. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 79

80 2. Bagi masyarakat yang tinggal dipinggir sungai atau badan air masih banyak yang membuang sampahnya langsung ke sungai atau badan air. Kebiasaan ini sangat merugikan bagi lingkungan dikarenakan dapat menimbulkan pencemaran air dan berdampak pada penimbulan sampah di badan air yang akan menyebabkan banjir. 3. Untuk masyarakat yang tinggal diwilayah cakupan pelayanan persampahan, masyarakat membuang sampah ditempat sampah rumah tangga, untuk selanjutnya diambil oleh gerobag sampah dan dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS). Dari TPS sampah diangkut dengan menggunakan dump truck ke TPA. 4. Masyarakat yeng telah mengolah sampah dilingkungannya dengan menggunakan komposter / takakura sehingga jumlah timbulan sampah yang diangkut oleh gerobag sampah sudah berkurang. Selanjutnya gerobag sampah akan membuangnya ke TPS atau container sampah, yang kemudian akan diambil oleh dump truk atau truk arm roll ke TPA. 5. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di sebagian wilayah Kabupaten Tegal sudah cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya bank sampah yang mengolah sampah an organik menjadi produk yang laku dijual. Residu sisa sampah yang tidak dapat diolah diangkut dengan gerobag sampah untuk dibuang ke TPS atau container sampah. Dari TPS atau container sampah kemudian diambil oleh dump truk atau truk arm roll ke TPA. Sebagian sampah organik yang masih terbawa diolah menjadi kompos di dalam instalasi pengolahan pupuk granule, sedangkan residu yang tidak dapat diolah ditempatkan dalam zona penimbunan sampah. Cairan sampah/lindi diolah dalam instalasi pengolahan lindi dan selanjutnya dibuang ke badan air. Tabel BANYAK KOLOM YANG KOSONG TANPA Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan KETERANGAN No Jenis Prasarana / Kondisi Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari Sarana Baik Rusak ringan Rusak Berat Keterangan* (I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VII) (IX) (X) 1. Pengumpulan Setempat - Gerobak sampah unit 98 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 80

81 Jenis Prasarana / Kondisi No Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari Keterangan* Sarana Baik Rusak ringan Rusak Berat (I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VII) (IX) (X) - Motor sampah unit 3 - Pick up sampah unit 2. Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak biasa unit 57 - Kontainer unit 18 - Transfer Depo unit - SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit 3. Pengangkutan - Dump Truck unit 20 - Arm Roll Truck unit 4 - Compactor Truck unit 4. Pengolahan Sampah - TPS 3R unit 1 - ITF unit - Bank Sampah unit - Incinerator unit 5. TPA/TPA Regional: Lahan urug saniter Lahan urug terkendali Penimbunan terbuka - Luas total lahan TPA Ha 4,17 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 81

82 Jenis Prasarana / Kondisi No Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari Keterangan* Sarana Baik Rusak ringan Rusak Berat (I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VII) (IX) (X) - Luas sel Landfill Ha 1,33 - Daya tampung TPA (m3/hari) Alat Berat - Bulldozer unit 2 - Excavator / unit 1 backhoe - Truk tanah unit 7. IPLT Hasil pemeriksaan lab (BOD mg/l dan COD): - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 82

83 Tabel 2. 8 Timbulan Sampah Per Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Volume Timbulan Sampah NO. NAMA KECAMATAN Wilayah Wilayah Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan TOTAL Total Perkotaan Perdesaan (%) (M 3 /hari) (%) (M 3 /hari) (%) (M 3 /hari) 1 KECAMATAN MARGASARI ,83% 121,50 7,75% 116,73 6,64% 238,23 2 KECAMATAN BUMIJAWA ,98% 41,32 11,43% 172,14 5,95% 213,46 3 KECAMATAN BOJONG ,56% 53,35 9,06% 136,43 5,29% 189,77 4 KECAMATAN BALAPULANG ,69% 97,82 7,17% 107,87 5,73% 205,69 5 KECAMATAN PAGERBARANG ,12% 23,45 7,15% 107,59 3,65% 131,05 6 KECAMATAN LEBAKSIU ,99% 103,99 6,98% 105,04 5,82% 209,03 7 KECAMATAN JATINEGARA ,95% 19,73 7,64% 115,05 3,75% 134,78 8 KECAMATAN KEDUNG BANTENG ,54% 11,35 5,93% 89,33 2,80% 100,69 9 KECAMATAN PANGKAH ,38% 216,47 2,30% 34,65 6,99% 251,12 10 KECAMATAN SLAWI ,53% 177,76 0,00% 0,00 4,95% 177,76 11 KECAMATAN DUKUHWARU ,40% 112,62 2,36% 35,55 4,13% 148,17 12 KECAMATAN ADIWERNA ,19% 275,03 1,54% 23,12 8,30% 298,15 13 KECAMATAN DUKUHTURI ,01% 208,65 0,86% 13,01 6,17% 221,66 14 KECAMATAN TALANG ,49% 239,64 0,76% 11,38 6,99% 251,02 15 KECAMATAN TARUB ,86% 101,25 6,18% 92,99 5,41% 194,24 16 KECAMATAN KRAMAT ,09% 168,66 6,90% 103,87 7,59% 272,52 17 KECAMATAN SURADADI ,99% 83,18 7,97% 120,05 5,66% 203,23 18 KECAMATAN WARUREJA ,40% 29,22 8,02% 120,68 4,17% 149,90 Jumlah % 2.084,95 100% 1.505,48 100% 3.590,43 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 83

84 Nama Kecamatan KECAMATAN MARGASARI KECAMATAN BUMIJAWA KECAMATAN BOJONG KECAMATAN BALAPULANG KECAMATAN PAGERBARANG KECAMATAN LEBAKSIU KECAMATAN JATINEGARA KECAMATAN KEDUNG BANTENG KECAMATAN PANGKAH KECAMATAN SLAWI KECAMATAN DUKUHWARU KECAMATAN ADIWERNA KECAMATAN DUKUHTURI KECAMATAN TALANG KECAMATAN TARUB KECAMATAN KRAMAT KECAMATAN SURADADI KECAMATAN WARUREJA Tabel 2. 9 Tabel Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Per Kecamatan 3R Volume sampah yg terangkut ke TPA Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan Total Wilayah Perkotaan Total (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 84

85 2.3.3 Sistem dan Infrastruktur Drainase Lingkungan Kegiatan pengelolaan drainase, Jaringan drainase di Kabupaten Tegal pada dasarnya telah memenuhi syarat sesuai dengan klasifikasinya baik primer, sekunder dan tersier. Namun ada beberapa lokasi yang tidak memenuhi syarat jaringan tersebut. Syarat tersebut berupa besaran ukuran, kedalaman dan jenis perkerasan. Selain itu, jaringan drainase utama yang berupa sungai tertutup oleh timbunan sampah dan berkembangnya permukiman di tepi sungai yang terkesan kumuh. Dengan kondisi tersebut mengakibatkan jaringan dranase utama tidak dapat berfungsi secara baik dalam mengalirkan air, Kondisi drainase yang ada banyak yang tidak berfungsi dengan baik dalam mengalirkan air hujan dengan lancar ke badan air penerima (sungai/laut), karena rusak dan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah. Selain itu, sistem drainase yang ada arah pembuangannya banyak tidak beraturan, ada yang membuang langsung ke sungai/laut dan ada pula yang membuang ke rawa-rawa atau ke lahan-lahan kosong disekitarnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab sering terjadinya banjir yang menggenangi daerah permukiman, jalan dan sarana/prasarana umum lainnya di Kabupaten Tegal 100% 90% 80% 70% 60% 50% 83,3 88,80 83,50 90,90 86,5 Tidak banjir Ya, banjir 40% 30% 20% 10% 0% 16,7 11,2 16,5 9,1 13, TOTAL Gambar Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir Studi EHRA di Kabupaten Tegal menemukan proporsi rumah tangga yang cukup besar atau sekitar 13,5% rumah tangga yang melaporkan pernah mengalami banjir dan yang menyatakan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 85

86 mengalami banjir secara rutin sebesar hampir separuhnya yaitu 41,2%. Banjir yang dialami secara rutin sebagian besar responden mengatakan waktu banjir antara 1 sampai 3 jam yaitu sebesar 25,17%. Lokasi genangan paling sering terjadi di halaman rumah (74,6%) dan yang paling jarang terjadi di dekat kamar mandi (5,2%). 100% 90% 80% 70% 49,1 59,3 62,6 58,8 60% 50% 40% 100,0 Tidak rutin Ya, rutin 30% 20% 50,9 40,70 37,40 41,20 10% 0% 0, TOTAL Gambar Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin 100% 90% 80% 70% 17,69 15,10 11,80 11,88 11,80 0,00 3,96 6,93 14,20 50,00 13,18 9,80 9,63 60% 50% 16,65 13,00 43,6 0,00 12,16 Tidak tahu Lebih dari 1 hari 40% 30% 20% 10% 0% 20,28 30,1 26,7 50,00 15,1 33,66 22,50 25,17 15, TOTAL Satu hari Setengah hari Antara 1-3 jam Gambar Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 86

87 Lainnya 6,20 Di dekat bak penamp Di dekat kamar mandi 6,40 5,20 Didekat dapur 9,6 Dihalama n rumah 74,6,0 20,0 40,0 60,0 80,0 Gambar Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Tak punya SPAL 21,5% Punya SPAL 78,5% Gambar Grafik Persentase Kepemilikan SPAL BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 87

88 100% 90% 80% 70% 60% 50% 83,4 86,9 78,7 97,7 84,3 Tidak ada genangan Ada genangan 40% 30% 20% 10% 0% 16,6 13,10 21,30 15,70 2, TOTAL Gambar Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Kelembagaan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Tegal,maka unit SKPD pengelola drainase adalah DPU Kabupaten Tegal Bidang Cipta Karya Seksi Perumahan dan Permukiman. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel Dalam pengelolaan drainase tingkat kabupaten sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Tegal Nomor 08 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang seksi Tata Lingkungan. Tupoksi dari seksi tersebut lebih terfokus pada pembangunan fisik, sedangkan aspek pemeliharaan belum terdefinisi secara jelas. Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan Sektor Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 88

89 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TEGAL Berdasarkan Perda Kabupaten Tegal No. 8 Tahun 2008 KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM BIDANG BINA PROGRAM BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA BIDANG PENGAIRAN BIDANG TATA RUANG, PERTAMANAN, DAN KEBERSIHAN SEKSI SURVEY DAN PENELITIAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS KEBINAMARGAAN SEKSI PERENCANAAN TEKNIS CIPTA KARYA SEKSI PERENCANAAN TEKNIS PENGAIRAN SEKSI TATA RUANG DAN PERKOTAAN; SEKSI DATA DAN PENYUSUNAN PROGRAM SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI PERTAMANAN SEKSI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN PERMUKIMAN SEKSI EKSPLOITASI DAN OPERASIONAL SEKSI KEBERSIHAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH UNIT PELAKSANA TEKNIS Penyelenggaraan Drainase Lingkungan PU KECAMATAN PENGAIRAN PEMADAM KEBAKARAN PENGOLAHAN SAMPAH Gambar Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 89

90 Tabel Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Swasta Kabupaten/Kota PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota DPU Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target BAPPEDA & DPU Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target BAPPEDA & DPU Masyarakat PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan DPU v v PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan DPU v v Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak DPU v v Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB DPU & BPMPP PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan BAPPEDA & DPU BAPPEDA & DPU DPU, Bagian Hukum Setda, Bappeda Satpol PP MONITORING DAN EVALUASI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 90

91 FUNGSI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktu rsarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Kabupaten/Kota BAPPEDA & DPU BAPPEDA & DPU BAPPEDA & DPU Masyarakat Berdasarkan tabel 2.23 di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang melibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. Tabel Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Tegal Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Efektif Belum Efektif Tidak Efektif (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Ada Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan - V Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase - V Keterangan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 91

92 lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ada (IMB) V Dari tabel 2.24, terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian peayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi emerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 92

93 Sistem dan Cakupan Layanan Sistem jaringan drainase di Kabupaten Kabupaten Tegal dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu drainase alam, drainase pedesaan dan drainase perkotaan. Drainase alam pada umumya merupakan sungai-sungai yang melintas di Kabupaten Kabupaten Tegal, berfungsi sebagai penampung pengaliran drainase Kabupaten dan air hujan yang kemudian dipatuskan ke laut. Drainase pedesaan pada umumnya sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga dan saluran pembuangan air hujan menuju saluran tersier. Drainase perkotaan pada umumnya sebagai saluran pembuangan limbah dan saluran pembuangan air hujan menuju saluran sekunder. Sistim drainase di Kabupaten Kabupaten Tegal terdiri dari saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Kondisi saluran-saluran tersebut sebagian ada yang sudah permanen, sebagian lagi semi permanen dan bahkan terdapat saluran yang masih berupa tanah. Saluran primer merupakan muara dari saluran-saluran drainase sekunder dan/atau tersier yang seterusnya akan mengalirkan air hujan maupun air limbah ke laut. Saluran sekunder merupakan muara bagi saluran drainase tersier atau drainase lingkungan. Kondisi saluran drainase sekunder saat ini bervariasi, dimana sebagian masih berupa saluran tanah serta sebagian lagi merupakan pasangan batu. Secara garis besar kondisi saluran tersebut masih cukup baik dan terawat dengan baik terbukti dengan pengaliran air yang relatif lancar. Saluran tersier merupakan upstream dari sistem drainase secara keseluruhan, terdapat di kanan-kiri jalan yang ada di permukiman yang bermuara pada saluran drainase sekunder. Kondisi saluran tersier di Kabupaten Kabupaten Tegal pada umumnya masih berupa saluran tanah dan hanya sebagian kecil saja yang telah dibangun dengan kontruksi pasangan. Kondisi saluran yang ada saat ini kurang terpelihara dimana banyak saluran tersumbat sampah, terjadi pendangkalan karena tingginya lumpur/ sedimen, sehingga aliran air kurang lancar. Kondisi sungai-sungai di Kabupaten Kabupaten Tegal adalah sungai-sungai alam yang sampai sekarang masih mampu untuk menampung air hujan, hanya saja perlu ditingkatkan pemeliharaanya baik secara rutin maupun periodik terhadap endapan lumpur dan pasir pada sungai-sungai tersebut. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 93

94 Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 94

95 Dalam memudahkan identifikasi sistem dan infrastruktur pengelolaan drainase di Kabupaten Tegal, dikembangkan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan drainase lingkungan mulai dari sumbernya, pengaliran dan pembuangan akhir. Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Tegal. Permasalahan yang paling mendasar adalah masih tercampurnya air hujan dan grey water, sehingga kemungkinan dalam pengaliran terdapat pencemaran masih besar. Untuk kedepan perlu dikembangkan sistem yang terpisah antara air hujan dan grey water rumah tangga. Adapun sistem dan infrastruktur pengelolaan drainase di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: 1. Di Kabupaten Tegal masih terdapat pola pengaliran drainase, dimana air hujan dan grey water dialirkan semua ke selokan tanah untuk selanjutnya akan dibuang ke sungai. Model ini biasanya ditemukan di kawasan perdesaan, dimana saluran drainase belum dibuat permanen. 2. Pengembangan permukiman yang semakin banyak di Kabupaten Tegal mengharuskan perbaikan sarana dan prasarana drainase permanen. Dengan drainase model ini diharapkan pola pengaliran air buangan dapat berjalan lebih baik dan mengurangi pencemaran air permukiman apabila air buangan masih mengandung limbah cair yang tercemar. 3. Di Kabupaten Tegal masih terdapat sistem pengelolaan drainase yang kurang baik, dimana diwilayah tersebut belum terlayani sarana drainase, sehingga air hujan dan grey water tergenang di halaman atau kebun warga. Keadaan ini apabila dibiarkan akan menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit dikarenakan genangan air tersebut dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit dan nyamuk. Wilayah perdesaan dan kawasan kumuh paling banyak terdapat sistem ini dikarenakan belum terbangunnya sarana drainase, tidak tersedianya lahan untuk pembangunan atau pola hidup masyarakat yang belum menyadari pentingnya sarana drainase dilingkungannya. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 95

96 No Lokasi Genangan Tabel Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab (Ha) (M) (jam /hari) (kali /tahun) Infrastruktur* Jenis Keterangan** BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 96

97 No Jenis Prasarana / Sarana Tabel Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Tegal Satuan Bentuk Penampang Saluran* Dimensi Kondisi B** H*** Ber-fungsi Tdk berfungsi Frekuensi Pemeli-haraan (kali/ tahun) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Saluran 1 - S. Primer A m - Saluran Sekunder A1 m - Saluran Sekunder A2 m Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa - Pintu Air unit - Kolam retensi unit - Trash rack/ saringan unit sampah 2 - S. Primer B m - Saluran Sekunder B1 m. Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa unit - Pintu Air unit - Kolam retensi unit - Trash rack/ saringan unit sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 97

98 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 98

99 2.4 AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI Area beresiko sanitasi kabupaten Tegal ditetapkan berdasarkan elaborasi antara data sekunder, persepsi SKPD dan hasil study EHRA. Elaborasi data tersebut dilakukan dengan menggunakan Istrumen Profil Sanitasi. Adapun data sekunder dalam instrumen profil sanitasi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Informasi Umum tentang Kabupaten Tegal meliputi : a. Luas Administrasi (ha); b. Luas Terbangun (ha); c. Pertumbuhan Penduduk; d. Jumlah Penduduk (org) 2015; e. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 2015; f. Kepadatan Penduduk (org/ha) 2015; g. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural) saat ini; h. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural) 20 Tahun Mendatang; i. Area CBD Saat Ini; dan j. Jumlah Penduduk Miskin (org) Data Air Limbah Domestik meliputi : a. Jumlah Kepala Keluarga BABS; b. Jumlah KK yang memiliki akses ke Jamban/Cubluk tidak layak ; c. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban/cubluk yang layak ; d. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban bersama yang layak ; e. Jumlah unit MCK; f. Jumlah unit IPAL Komunal; g. Jumlah unit tanky septic komunal >10 KK; h. Jumlah unit yang terkoneksi dengan MCK; i. Jumlah KK yang terkoneksi dengan IPAL Komunal; dan j. Jumlah KK yang terkoneksi dengan tanky septic komunal. 3. Data Persampahan a. Prosentase jumlah sampah rumah tangga yang terkumpul dan terangkut (%); b. Jumlah TPS yang ada (unit); c. Jumlah TPS 3 R yang ada; dan d. Jumlah pasar. 4. Data Drainase a. Area terpengaruh oleh pasang surut ; dan b. Prosentase area permukiman rawan genangan Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Permasalahan yang ada dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tegal adalah: Tabel BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 99

100 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik No. Permasalahan Mendesak 1 Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awal Pengangkutan-Pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis BABS: 33,91 % / KK Akses terhadap jamban yang tidak layak : 8,71%/ KK Praktek Pengurasan Septic tank Tinja sangat rendah per tahun Ada IPLT Penujah tapi tidak difungsikan Belum optimal pemanfaaatan limbah cair tangki septik di masyarakat tidak pernah dikuras sebanyak 60,08 % (EHRA 2013) KK yang tidak membuang tinjanya pada tangki septik masih sebesar 16 %. (EHRA 2013) Sosialisasi kemanfaatan IPLT masih kurang 2 Aspek Non Teknis: Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta Masyararkat dan Dunia usaha, Komuniksi Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah Akses terhadap jamban yang tidak layak : KK Belum teralokasi anggaran untuk pengelolaan air limbah pada instansi terkait Kelembagaan; Dalam hal ini belum ada instansi yang bertugas mengelolah air limbah secara tersendiri. Air limbah masih ditangani oleh berbagai instansi, sehingga sulit dalam mengkoordinasikan kegiatannya di lapangan. Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah Sosialisasi kemanfaatan IPLT masih kurang Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem yang berbasis masyarakat Permasalahan mendesak air limbah diperoleh dari hasil FGD bersama sanitarian dan juga perwakilan wilayah Kecamatan. Permasalahan paling utama yaitu, masih tingginya angka BABs untuk masing-masing wilayah. Selanjutnya juga terkait kualitas tangki septik menjadi permasalahan mendesak berikutnya yang diharapkan dapat segera tertangani pada tahun implementasi Strategi sanitasi Kabupaten ini. Tabel Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan Tingkat Risiko Kecamatan Margasari Desa Jembayat 4 Desa Margasari 3 Desa Dukuh Tengah 4 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 100

101 Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan Tingkat Risiko Desa Marga Ayu 3 Desa Kalisalak 4 Desa Karangdawa 4 Desa Jatilaba 3 Kecamatan Bumijawa Kecamatan Balapulang Kecamatan Pagerbarang Kecamatan Lebaksiu Desa Cempaka 3 Desa Dukuh Benda 3 Desa Begawat 3 Desa Gunung Agung 3 Desa Jejeg 3 Desa Cawitali 3 Desa Sumbaga 3 Desa Sokatengah 3 Desa Sokasari 3 Desa Cenggini 3 Desa Sangkanjaya 3 Desa Batuagung 3 Desa Wringin Jenggot 3 Desa Pamiritan 3 Desa Balapulang Wetan 3 Desa Balapulang Kulon 3 Desa Cibunar 3 Desa Kertaharja 3 Desa Surokidul 3 Desa Dukuhlo 3 Desa Pendawa 3 Desa Balaradin 3 Desa Kambangan 3 Desa Tegalandong 3 Desa Dukuhdamu 3 Desa Slarang Kidul 3 Kecamatan Jatinegara BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 101

102 Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan Tingkat Risiko Desa Kedungwungu 4 Desa Mokaha 4 Desa Penyalahan 3 Desa Sitail 3 Desa Cerih 3 Desa Gantungan 4 Desa Argatawang 3 Desa Padasari 3 Desa Capar 3 Desa Lebakwangi 4 Desa Dukuhbangsa 4 Desa Luwijawa 4 Desa Lembasari 4 Desa Wotgalih 4 Kecamatan Kedung Banteng Kecamatan Pangkah Kecamatan Slawi Desa Penujah 3 Desa Karang Anyar 3 Desa Kedung Banteng 3 Desa Semedo 3 Desa Dermasuci 3 Desa Grobog Kulon 4 Desa Grobog Wetan 4 Desa Talok 4 Desa Paketiban 3 Desa Rancawiru 3 Desa Balamoa 4 Desa Dermasandi 4 Desa Purbayasa 3 Desa Jenggawur 4 Desa Kalikangkung 4 Desa Pecabean 4 Desa Bedug 3 Desa Dukuh Salam 3 Kelurahan Slawi Wetan 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 102

103 Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan Tingkat Risiko Kecamatan Adiwerna Desa Pedeslohor 3 Desa Lumingser 3 Desa Kedungsukun 3 Desa Pagiyanten 3 Desa Penarukan 3 Desa Harjosari Lor 3 Desa Harjosari Kidul 3 Desa Tembok Kidul 3 Desa Ujungrusi 3 Desa Pecangakan 4 Desa Gumalar 3 Desa Bersole 3 Kecamatan Dukuhturi Kecamatan Talang Kecamatan Tarub Desa Lawatan 3 Desa Pegirikan 3 Desa Pekiringan 3 Desa Gembong Kulon 3 Desa Langgen 3 Desa Bengle 3 Desa Dukuhmalang 3 Desa Pesayangan 3 Desa Kebasen 3 Desa Tegalwangi 3 Desa Kaligayam 3 Desa Kaladawa 3 Desa Cangkring 3 Desa Dawuhan 3 Desa Getaskerep 3 Desa Pacul 3 Desa Wangandawa 3 Desa Jatirawa 3 Desa Kabukan 3 Desa Setu 3 Desa Purbasana 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 103

104 Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan Tingkat Risiko Desa Karangmangu 3 Desa Lebeteng 3 Desa Brekat 3 Desa Karangjati 4 Desa Tarub 3 Desa Kedung Bungkus 3 Desa Kedokan Sayang 3 Desa Bumiharja 3 Kecamatan Kramat Kecamatan Suradadi Desa Mejasem Timur 3 Desa Tanjungharja 3 Desa Plumbungan 3 Desa Bongkok 3 Desa Padaharja 3 Desa Harjasari 3 Desa Jatimulya 3 Kecamatan Warureja Desa Kedungjati 3 Desa Kreman 3 Desa Kendayakan 3 Desa Sukareja 4 Desa Warureja 3 Desa Rangimulya 3 Desa Banjarturi 3 Desa Banjar Agung 3 Desa Kedungkelor 3 Desa Demangharjo 3 Sumber: Hasil Instrumen Profil Sanitasi Kabupaten Tegal 2016 Berdasarkan hasil rekapitulasi, dapat diperoleh bahwa area beresiko air limbah domestik di Kabupaten Tegal sebagai berikut: Tabel Rekapitulasi Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah Domestik No. Tingkat Risiko Jumlah Desa/Kelurahan Persentase 1 1 = Kurang Berisiko (Hijau) 53 18,47% BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 104

105 2 2 = Berisiko Sedang (Biru) ,33% 3 3 = Risiko Tinggi (Kuning) ,19% 4 4 = Risiko Sangat Tinggi (Merah) 23 8,01% Jumlah % BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 105

106 Gambar Peta Beresiko Air Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 106

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Tegal ditentukan berdasarkan efisiensi

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang

Lebih terperinci

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM A. INDUSTRI Kepercayaan diri sektor sub sektor Industri Besar/Sedang di Kabupaten Tegal mulai bangkit semenjak 1999 setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK Penduduk A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA penduduk Kabupaten Tegal tahun 2007 mencapai 1.492.548 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 124.920 jiwa dan yang

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Jumlah penduduk Kabupaten Tegal tahun 2009 mencapai 1.420.760 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 118.824 jiwa dan yang paling

Lebih terperinci

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL KABUPATEN TEGAL Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan

Lebih terperinci

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan dalam Penghitungan Regional Income adalah semua balas jasa yang diterima oleh pedagang besar, pedagang eceran, rumah makan dan sebagainya. Adapun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografis dan Demografis Kabupaten Tegal 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1. Luas Wilayah Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di wilayah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 205 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 03 Urusan Wajib Pekerjaan Umum Organisasi :. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

Banyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal. Perkara Yang Diterima

Banyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal. Perkara Yang Diterima Pidana Biasa Sumir Ringan Ekonomi Pelanggaran Gugatan Permohonan Tabel 4.9.2 Banyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun 2007 Kejahatan Perkara Yang Diterima Jumlah ( 1 ) (

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN

BAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN BAB IV SOSIAL BUDAYA Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk Sumber Daya

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Sapusapuan 1% Furniture Rotaan 0% Wooden Cable 4% Komponen 13% Benang Tenun. Perabot Kayu. Furniture. Kayu 51% 17% BAB VII PERDAGANGAN A.

Sapusapuan 1% Furniture Rotaan 0% Wooden Cable 4% Komponen 13% Benang Tenun. Perabot Kayu. Furniture. Kayu 51% 17% BAB VII PERDAGANGAN A. A. PERDAGANGAN BAB VII PERDAGANGAN Pembangunan di Sektor Perdagangan diarahkan pada terciptanya sistem perdagangan yang makin efisien dan efektif, mampu memperluas pasar serta dapat membentuk harga yang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN

BAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN BAB IV SOSIAL BUDAYA Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk Sumber Daya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KOTA TEGAL Kramat. Dukuhturi. Talang. Tarub. Adiwerna. Pangkah Kedung Banteng. Dukuhwaru. Slawi. Lebaksiu Jatinegara. Balapulang. Bojong.

KOTA TEGAL Kramat. Dukuhturi. Talang. Tarub. Adiwerna. Pangkah Kedung Banteng. Dukuhwaru. Slawi. Lebaksiu Jatinegara. Balapulang. Bojong. 2.1.1.5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Tegal didominasi oleh area non terbangun. Lahan sawah dapat ditemui di daerah Utara kabupaten yang relatif datar; sementara daerah Selatan yang relatif

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEREKONOMIAN KECAMATAN ADIWERNA TAHUN 2006

BAB III PROFIL PEREKONOMIAN KECAMATAN ADIWERNA TAHUN 2006 BAB III PROFIL PEREKONOMIAN KECAMATAN ADIWERNA TAHUN 2006 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Adiwerna merupakan suatu daerah dengan potensi ekonomi yang strategis mengingat posisi geografis terletak pada pertemuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografis a. Luas dan Batas Wilayah Kabupaten Tegal merupakan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH RTRW KABUPATEN TEGAL TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH RTRW KABUPATEN TEGAL TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH RTRW KABUPATEN TEGAL TAHUN 2012-2032 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai garis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN PENDAHULUAN Jawa Tengah memiliki beberapa buah unggulan yang cukup layak untuk dikembangkan antara lain manggis, durian, jeruk, mangga,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II PEMERINTAHAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB II PEMERINTAHAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB II PEMERINTAHAN A. PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI Kabupaten Tegal mempunyai wilayah administrsi yang terdiri atas 18 Kecamatan, 281 Desa dan 6 Kelurahan. Dasar hukum pembagian wilyah administrasi tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tegal Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tegal Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tegal Tahun 2013 sebanyak 105.987 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Tegal Tahun 2013 sebanyak 13 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci