Gambaran Umum Wilayah Studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambaran Umum Wilayah Studi"

Transkripsi

1 Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi II.1 Gambaran Umum Wilayah Bandung II.1.1 Latar Belakang Geografi Jawa Barat Bandung terletak pada koordinat 107 BT and 6 55 LS. Luas Kota Bandung adalah hektare. Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, dengan demikian, sebagai ibu kota provinsi, Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya. Lokasi Kotamadya Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh : a. Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya : - Barat Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara. - Utara Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan). b. Letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru. Kota Bandung berbatasan dengan : Sebelah utara : Kabupaten Bandung Sebelah barat : Kota Cimahi Sebelah selatan : Kabupaten Bandung Sebelah timur : Kabupaten Bandung Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian selatan. Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 msl. Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian, Bandung Selatan sangat rentan terhadap masalah banjir (Corporate Plan PDAM Kota Bandung, 2006). II-1

2 II.1.2 Topografi Ciri utama daratan Bandung adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0,10 m dpl, dan wilayah aliran sungai (Corporate Plan PDAM Kota Bandung, 2006). II.1.3 Populasi Penduduk Kota Bandung berdasarkan hasil Susenas tahun 2005 adalah jiwa (penduduk wanita jiwa dan penduduk lelaki jiwa). Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,72%. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung adalah jiwa/km 2. Dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2. Berikut ditampilkan jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dan luas wilayah serta kepadatan per km 2 pada Tabel II.1. II-2

3 Tabel II.1 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan Luas Wilayah Serta Kepadatan Penduduk per Km 2 Pada Akhir Tahun Kecamatan Sub District Luas Km 2 Area s Region Jumlah Penduduk Total Population Kepadatan Penduduk Per Km 2 Population Density per Square [1] [2] [3] [4] 1 Bandung Kulon 6, Babakan Ciparay 7, Bojongloa Kaler 3, Bojongloa Kidul 6, Astanaanyar 2, R e g o l 4, Lengkong 5, Bandung Kidul 6, Margacinta 10, Rancasari 13, Cibiru 10, Ujungberung 10, Arcamanik 8, Cicadas 8, Kiaracondong 6, Batununggal 5, Sumur Bandung 3, A n d i r 3, Cicendo 6, Bandung Wetan 3, Cibeunying Kidul 5, Cibeunying Kaler 4, Coblong 7, Sukajadi 4, Sukasari 6, Cidadap 6, Jumlah/Total , , , , Sumber : BPS Kota Bandung (Hasil Susenas 2005) Berikut ditampilkan juga peta batas-batas kelurahan yang berlaku saat ini pada Gambar II.1. II-3

4 Isola Ledeng Ciumbuleuit Sarijadi Geger Kalong Hegar M anah Dago Cigadung Cipedes Sukawarna Sekeloa Sukapada Cipaganti Sukaraja Sadang Serang Neglasari Sukabungah Pajajaran Karang Pamulang Campaka Taman Sari Cihaurgeulis Pasir Jati Padasuka Cicadas Pasir Endah Cihapit Pasanggrahan Arjuna Antapani Garuda Babakan Ciamis Cigending Cisurupan Babakan Surabaya Ciroyom Sukamiskin Braga Kaca Piring Cibuntu Antapani Tengah Samoja Cibadak Cipadung Kulon Antapani Kidul Pasir Biru Burangrang Cisaranten Babakan Tarogong Kebon Gedang Cipadung Lengkong Babakan Asih Gempol Sari Babakan Ancol Cisaranten Wetan Sukapura Binong Pelindung Hewan Babakan Ciparay Cigereleng Cijagra Seke Jati Cipamokolan Kebon Lega Mekar Mulya Cigondewah Rahayu Cibaduyut Ciseureuh Cirangrang Mekar Wangi Cibaduyut Wetan M engger Batu Cikal Kujang Sari Marga Sari Cisaranten Kidul Derwati Gambar II.1 Peta Kelurahan Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2006) II.2 Gambaran Umum PDAM II.2.1 Kondisi PDAM Pada Umumnya Kondisi perpipaan yang ada sekarang ini di hampir seluruh PDAM di Indonesia merupakan sistem perpipaan yang tidak efisien dan pada umumnya berumur tua. Dengan kondisi yang demikian, dalam pengoperasian sistem maupun upaya penekanan kehilangan air akan banyak sekali mengalami hambatan (Nina, 1991). Secara umum kondisi PDAM adalah : a. Tekanan pada sistem cenderung rendah dan tidak merata. b. Sebagian besar pipa sudah berumur >30 tahun. c. Kurang/tidak adanya pemeliharaan pada sistem perpipaan yang berupa flushing, swabing dan air scouring menyebabkan pengecilan diameter pipa sehingga kehilangan tekanan menjadi besar. d. Kehilangan tekanan pada pipa tersier yang berdiameter >100 mm besar sekali sehingga menghambat pemerataan tekanan pada seluruh sistem yang berakibat pada penurunan tingkat pelayanan konsumen. II-4

5 e. Kondisi pipa yang korosif terutama pada pipa DCI yang telah tua. f. Pemeliharaan dan pendataan katup baik pada pipa sekunder maupun tersier kurang medapat perhatian. g. Akibat dari perkembangan kota, jalur pipa banyak yang di bawah jalur lalu lintas. II.2.2 Permasalahan Operasional Adapun permasalahan yang dihadapi PDAM pada umumnya dalam upaya pengendalian kehilangan air adalah : a. Letak pipa, katup tidak sesuai dengan arsip gambar. b. Kondisi dan letak meter pelanggan yang kurang baik dan menyulitkan pembacaan meter konsumen. c. Kurang perhatian terhadap kondisi meter pelanggan dan pembacaan ulang. d. Sulit mendeteksi kebocoran pada daerah bertekanan rendah, karena alat pencari letak kebocoran tidak efektif digunakan pada daerah tersebut. e. Untuk PDAM dengan jumlah pelanggan yang besar dan area pelayanan yang luas, sulit sekali melakukan usaha penekanan kebocoran. f. Kurang tersedianya alat deteksi atau peralatan kerja yang memadai. II.2.3 Permasalahan Manajemen Beberapa permasalahan yang sangat mempengaruhi kegiatan operasional yang perlu mendapat perhatian antara lain : a. Belum adanya keterpaduan yang jelas antara PLN, PN Gas Telkom dan PU dalam menangani pembagian/pengaturan lahan. b. Perlimpahan tugas khusus menangani kebocoran pada beberapa PDAM dibebankan pada bagian distribusi/teknik yang telah banyak mendapat beban pekerjaan rutin. c. Data-data lapangan seperti jenis dan umur pipa tidak terarsipkan dengan baik sehingga sulit membuat analisa penyelesaian dalam waktu yang singkat. II-5

6 II.2.4 Latar Belakang PDAM Kota Bandung Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 7 / 1974, jo. Perda No.22 / 1981, jo. Perda No. 08 / PDAM bergerak di bidang pengelolaan air minum dan air kotor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan, dan pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung bertujuan untuk : a. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dalam memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Kota Bandung. b. Memperoleh pendapatan yang wajar agar perusahaan mampu mengembangkan diri sesuai dengan fungsinya. c. Menyelenggarakan pemanfaatan umum yang dapat dirasakan oleh masyarakat Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dapat melakukan hubungan kerjasama dengan pihak lain yang berkepentingan serta tidak merugikan. Sesuai dengan pihak kedudukan dan tujuan perusahaan, aktivitasnya antara lain : a. Meneliti, merencanakan, membangun dan memelihara air, serta menjalankan operasi sumber-sumber air, pipa transmisi/distribusi, termasuk reservoir dan instalasi lainnya. b. Mengkoordinir pembangunan instalasi air minum secara integral sejalan dengan pelaksanaan pembangunan di Kota Bandung. c. Melaksanakan pengawasan efektif terhadap sambungan lainnya dan pemborosan dalam pemakaian air. d. Melakukan perbaikan, pengujian, dan kalibrasi meter air. e. Penyediaan dan menyalurkan air yang cukup kepada konsumen langganan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung serta pada tempattempat sistem penanggulangan kebakaran dan penyediaan air bersih untuk umum. f. Mengadakan kontrak kerja dengan perusahaan swasta di daerah untuk meningkatkan pelayanan air minum, meningkatkan pengawasan serta penyelenggaraan dan pemeliharaannya. II-6

7 Dalam melaksanakan operasinya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung lebih mengutamakan nilai sosial daripada keuntungan perusahaan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Dalam melaksanakan peranannya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung membagi Wilayah Bandung menjadi empat pelayanan, yaitu Bandung Tengah, Selatan, Timur, Barat, Utara (Fara, 2006). II. 3 Gambaran Sistem Jaringan Distribusi Primer PDAM Kota Bandung Bagian ini akan menjelaskan secara garis besar mengenai sistem distribusi air minum pada PDAM Kota Bandung. PDAM Kota Bandung melayani penduduk Kota Bandung dengan luas wilayahnya adalah ha (BAWS-2 PDAM Kota Bandung, 1990). Sejak tahun 1990, PDAM Kota Bandung tidak melakukan pengembangan jaringan pada perpipaan primernya. Dalam hal ini, pipa primer merupakan semua pipa yang memiliki diameter 200 mm atau lebih, serta beberapa pipa berdiameter 150 mm. Berikut ditampilkan gambar sistem penyediaan air bersih secara umum PDAM Kota Bandung pada Gambar II.2. Gambar II.2 Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Kota Bandung II-7

8 Pada tahun 2006, jumlah penduduk yang terlayani oleh sistem penyediaan air minum dari PDAM Kota Bandung adalah jiwa, sehingga jika diperhitungkan dari jumlah penduduk Kota Bandung yang sebesar jiwa (Proyeksi penduduk, 2006), cakupan pelayanan air minum PDAM Kota Bandung sampai dengan Bulan Agustus 2006 adalah 78,6%. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar II.2. Dari jumlah tersebut di atas, penduduk yang terlayani dengan sambungan langsung adalah jiwa atau sebesar 49.2% dari total jumlah penduduk Kota Bandung dan jiwa dan sebesar 10.21% terlayani dengan sambungan KU/HU. Jumlah sambungan PDAM Kota Bandung sendiri adalah sebanyak sambungan, dimana 15,81% merupakan sistem gilir. Gambar II.3 Peta Jumlah Sambungan Langganan Bulan Agustus 2006 (PDAM Kota Bandung, 2006) Pada saat ini, jaringan distribusi primer PDAM Kota Bandung dibagi menjadi dua zona, yaitu: a. Zona Utara, meliputi Bandung bagian utara di atas garis kontur 720 m dpl. b. Zona Selatan, meliputi Bandung bagian selatan di bawah garis kontur 720 m dpl. II-8

9 Kedua zona tersebut disuplai oleh delapan sumber air, yaitu Sungai Cibeureum, IPAM Pakar, IPAM Badak Singa, mata air Cikutra (Reservoir-IX), mata air Cipedes (R-X), mata air Ledeng (R-XI), sumur bor lokal, dan IPAM Cipanjalu. Tetapi ada perubahan pada pola distribusinya dibanding pada tahun Skema pola distribusi air bersihnya yang terbaru dapat dilihat pada Gambar II.3. Jaringan pipa distribusi primer menggunakan berbagai jenis pipa sesuai dengan diameternya. Berikut ditampilkan klasifikasi beberapa jenis pipa berdasarkan diameternya pada Tabel II.2. Gambar II.4 Skema Pola Distribusi Air Bersih PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2006) II-9

10 Tabel II.2 Klasifikasi Jenis Pipa Berdasarkan Diameter Diameter Pipa Jenis Pipa 200 mm PVC mm Semen asbes 500 mm Baja Sumber : PDAM Kota Bandung, 1990 II.3.1 Suplai dan Zona Tekanan Pada saat jaringan pipa dibangun, jaringan pipa dibagi menjadi empat dimana masing-masing bagian disuplai oleh reservoirnya masing-masing. Satu bagian terletak di utara Kota Bandung, sedangkan yang lainnya terletak secara paralel dengan ketinggian yang hampir sama (Barat, Selatan-Tengah dan Timur). Masingmasing bagian yang saling berhubungan dihubungkan oleh valve pada titik perhubungan, tetapi biasanya kondisi valve dalam keadaan tertutup. Detail suplai utama di tiap bagian dijelaskan melalui Tabel II.3. Tabel II.3 Suplai Utama Masing-Masing Zona Suplai Sebelum BWSAI Phase 2 Data Reservoir Area Suplai Inflow Nama ( LPS ) Elevasi ( m dpl ) Elevasi Terendah yang Tekanan Statik Disuplai ( m dpl ) Maksimum ( mwc ) Pakar , Utara R-XI , Cikendi Cibeureum Selatan-Tengah BadakSinga , Selatan-Barat R-X , Timur R-IX , Sumber : BWSAI-Phase 2, Volume 4A, PDAM Kota Bandung, 1988 Dengan kondisi seperti ini, pada tahun 1988 pun kondisi tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandung akan air minum. Pada beberapa bagian di wilayah selatan pun walau tampaknya mempunyai kondisi II-10

11 tekanan statik yang baik, tetapi dalam kenyataannya di lapangan air minum tidak pernah bergerak sedemikian jauhnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Melalui program BWSAI Phase , keempat zona telah ditransformasi menjadi dua zona saja, yaitu zona suplai Utara dan Selatan. Suplai zona Utara terdiri dari R-XI, Pakar, IPAM Cikapundung dan Cibeureum. R-XI, Pakar dan IPAM Cibeureum akan mensuplai kebutuhan air bagi masyarakat di Barat Daya Kota Bandung (Kelurahan Sarijadi, Sukawarna, Cipedes, Sukabungah dan Husein Sastaranagara) dan di tenggara Kota Bandung (Kelurahan Ciumbuleuit, Dago, Cibeunying, Sekeloa dan Sadangserang) sedangkan daerah di kelurahan Isola dan Ledeng akan menerima suplai dari Cibeureum. Zona utara ini akan dibagi menjadi beberapa subzone untuk mempertahankan kelebihan tekanan. sedangkan zona selatan merupakan gabungan dari bagian selatan-tengah, selatan-barat dan timur namun memilliki pelayanan yang lebih luas. Jika pada awalnya interkoneksi antar bagian dihubungkan oleh valve tertutup maka pada saat ini seluruh zona selatan merupakan gabungan dari bagian selatan-tengah, selatan-barat dan timur yang dihubungkan oleh valve yang terbuka penuh, sehingga bagian selatan merupakan bagian yang saling terinterkoneksi. Berikut ditampilkan perubahan suplai utama masing-masing zona suplai setelah program BWSAI Phase 2 dan sumber air untuk masing-masing reservoar pada Tabel II.4 dan II.5. II-11

12 Tabel II.4 Suplai Utama Masing-Masing Zona Suplai Setelah BWSAI Phase 2 Area Suplai Data Reservoir Elevasi Terendah yang Tekanan Statik Inflow Elevasi Nama Disuplai ( m dpl ) Maksimum ( mwc ) ( LPS ) ( m dpl ) Pakar , R-XI , Utara IPAM Cikapundung Cibeureum Selatan- Tengah BadakSinga , Selatan-Barat R-X , Timur R-IX , Sumber : BWSAI-Phase 2, Volume 4A, PDAM Kota Bandung, 1988 Tabel II.5 Sumber Air untuk Masing-Masing Reservoir Data Reservoir Area Suplai Inflow Sumber Air Nama ( LPS ) Kolam PLN Pakar 60 Utara Mata Air Ledeng R-XI 150 S.Cikapundung IPAM Cikapundung 600 S. Cibeureum Cibeureum 40 Selatan- S.Cikapundung, Tengah S.Cikalong BadakSinga 1800 Selatan-Barat Sumur Bor,Mata Air Cipedes R-X 40 Timur Sumur Bor, IPA Pakar, Mata Air Cikutra R-IX 60 Sumber : PDAM Kota Bandung, 2006 II-12

13 Tekanan minimum pada jaringan distribusi primer adalah 15 mwc pada saat kondisi aliran puncak dan tekanan maksimum pada kondisi aliran malam dibatasi dengan menggunakan alat penurunan tekanan sedemikian rupa sehingga tekanan pada jaringan distribusi sekunder adalah 60 mwc. Untuk pipa dengan fungsi sebagai jaringan distribusi primer atau sebagai pipa transmisi maka tekanan yang lebih besar dari 60 mwc masih diperkenankan. Tekanan itu sendiri diperoleh dari perbedaan elevasi antara titik suplai tertinggi dengan titik penerima terendah dan diperhitungkan dengan besarnya headloss yang terjadi sepanjang pipa yang menghantarkannya. Zona utara dan zona selatan dibagi atas beberapa zona tekanan yang lebih kecil berdasarkan penurunan tekanannya. II.3.2 Faktor Aliran Puncak dan Faktor Aliran Malam Faktor aliran puncak (faktor peak) merupakan perbandingan antara debit maksimum harian dengan debit harian rata-rata. Faktor peak merupakan salah satu parameter penting dalam membuat desain jaringan distribusi air bersih. Faktor peak berbeda-beda untuk setiap wilayah tergantung pada tata guna lahannya, tetapi untuk kota Bandung secara keseluruhan digunakan satu nilai yang menunjukkan rata-rata faktor peak di seluruh wilayahnya. Faktor aliran malam adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara debit harian minimum dengan debit harian rata-rata. Sama halnya dengan faktor peak, faktor aliran malam yang berbeda-beda untuk setiap wilayahnya karena dipengaruhi oleh tata guna lahannya. Pada tahun 1988, PDAM Kota Bandung telah menetapkan faktor peak dan faktor aliran malam rencana sebagai berikut ditampilkan pada Tabel II.4. Akan tetapi, sampai saat ini, belum pernah dilakukan validasi sehingga tidak diketahui nilai faktor peak dan faktor aliran malam yang sebenarnya. Tabel II.6 Perencanaan Faktor Aliran Puncak dan Faktor Aliran Malam Tahun Faktor aliran puncak 1,78 1,82 1,81 Faktor aliran malam 0,5 0,45 - Sumber : PDAM Kota Bandung,1988 II-13

14 II.3.3 Gambaran Sistem Jaringan Distribusi Primer untuk Zona Utara Pada saat proyek BWSAI-Phase 2 dimulai, diperoleh tambahan debit sebesar 600 LPS dari IPAM Cikapundung sehingga tambahan debit tersebut sangat mempengaruhi desain yang direncanakan melalui proyek BWSAI-Phase 2 tersebut. Pada tahun 1990, debit sebesar 200 LPS dialirkan dari IPAM Cikapundung untuk mensuplai kebutuhan masyarakat di zona suplai selatan melalui R-IX dan direncanakan pada tahun 2000 tidak akan ada lagi suplai dari IPAM Cikapundung. Saat ini. tahun 2007, R-IX tetap memperoleh suplai dari IPAM Cikapundung dengan debit sebesar 40 LPS. IPAM Cikapundung yang berada pada elevasi +928,5 m dpl dan R-IX yang berada pada elevasi +745,5 m dpl sehingga akan memberikan tekanan statik sebesar 183 mwc. Hal tersebut membuat penggunaan aksesoris yang bertujuan untuk mengurangi tekanan menjadi tak terhindarkan. Sepanjang pipa transmisi dari IPAM Cikapundung sampai dengan R-IX digunakan dua buah bak pelepas tekanan (Break Pressure Tank). II Batas Zona Utara Zona suplai uatara itu sendiri dibatasi oleh : Utara - R-XI - Cigadung Utara-Barat - Gegerkalong Girang - Pajajaran Utara-Timur - Sidomukti - Bojongkacor Timur - Surapati - Sungai Cidurian Selatan - Pasteur Selatan-Barat - Baladewa II-14

15 II Produksi Air Produksi air pada tahun 1990 sejumlah 830 LPS dan berangsur-angsur menurun menjadi 812 LPS pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 850 LPS pada tahun 2006 seperti pada Tabel II.5. Tabel II.7 Produksi Air Zona Utara Pada Tahun 1990, 2003 dan 2006 Sumber Kapasitas Tahun 1990 Kapasitas Tahun 2003 Kapasitas Tahun 2006 ( LPS ) ( LPS ) ( LPS ) R-XI Cibeureum Pakar IPAM Cikapundung Total Sumber : BWSAI-Phase 2, 1988 dan PDAM Kota Bandung 2006 II Tekanan dan Zona Tekanan Di awal desain dengan kapasitas sebesar 830 LPS dapat memenuhi kebutuhan air di zona utara namun dengan berkurangnya kapasitas produksi sebesar 20 LPS sedangkan kebutuhan yang meningkat menyebabkan beberapa wilayah harus mendapat penggiliran suplai air. Zona utara memiliki karakteristik slope yangcukkup tajam dan dibeberapa wilayah elevasi turun dengan drastis pada jarak yang cukup pendek. Sistem zona tekanan dilakukan sedemikian rupa sehingga tekanan maksimum di jaringan sekunder tidak melebihi 60 mwc sedangkan tekanan yang melebihi 60 mwc pada jaringan distribusi primer dan pipa transmisi masih bisa diterima. Dengan karakteristik zona utara seperti itu, maka penempatan BPT dan PRV (Pressure Reducer Valve) tidak dapat dihindari dan ditempatkan di jaringan distribusi sekunder. Pada zona utara ditempatkan empat buah BPT, yaitu : - Reservoir Cikapundung dengan volume 7500 m 3 - BPT di Tubagus Ismail dengan volume 50 m 3 - BPT di Jalan Setiabudi - Reservoir di Jalan Sarijadi dengan volume 400 m 3 II-15

16 II Kebutuhan Air Pada tahun 1988 jumlah penduduk di zona utara yang terlayani oleh PDAM Kota Bandung sebanyak 24% dari total penduduk di zona utara. Sedangkan pada tahun 1990, setelah proyek BWSAI-Phase 2, pelayanan ditingkatkan menjadi 65% dimana 63 % dilayani melalui sambungan pelanggan dan 37% dilayani melalui sambungan umum. Berikut ditunjukkan besarnya kebutuhan air pada tahun 1984, 1990 dan 2003 pada Tabel II.6. Tabel II.8 Kebutuhan Air Zona Utara Pada Tahun 1984, 1990 dan 2003 Keterangan Jumlah Penduduk, jiwa Yang Terlayani, jiwa Kebutuhan per Kapita, L/hari Kebutuhan Total, L/detik 0,144 0,455 0,493 Sumber: BWSAI-Phase 2 dan PDAM Kota Bandung 2006 II Reservoir dan Tanki Kapasitas produksi dari IPAM dan kapasitas reservoir penampung yang ada di zona utara akan ditunjukkan oleh Tabel II.7. Penentuan besarnya reservoir diambil dengan mengasumsikan bahwa besarnya kebocoran di dalam jaringan distribusi, baik di zona utara maupun zona selatan, sebanyak 30% pada tahun Meningkatnya angka kebocoran akan menurunkan volume reservoir yang dibutuhkan. II-16

17 Tabel II.9 Kapasitas Produksi dan Daya Tampung Reservoir Zona Utara Lokasi Kapasitas Produksi Daya Tampung LPS m 3 /hari Reservoir R-XI IPAM Pakar IPAM Cikapundung Reservoir Sarijadi Sumber: BWSAI-Phase 2, 1988 II.3.4 Gambaran Sistem Jaringan Distribusi Primer untuk Zona Selatan Zona selatan disuplai, pada awalnya oleh empat reservoir utama dan sumur bor lokal. Masing-masing reservoir tersebut adalah R-X, R-IX dan R-Badaksinga serta R-Cipanjalu untuk mensuplai kebutuhan air masyarakat sebagian kecamatan Cicadas dan Kecamatan Ujungberung sedangkan sumur bor lokal digunakan untuk mensuplai masyarakat di sekitar Kecamatan Arcamanik. Pertumbuhan masyarakat Kota Bandung yang menyebar ke pinggiran kota dan angka pertambahan penduduk yang tinggi menyulitkan PDAM dalam mengimbangi kebutuhan airnya, disatu sisi sumber air semakin berkurang dan kondisi jaringan perpipaan yang semakin tua sedangkan disisi lain kebutuhan masyarakat akan air yang terus melonnjak. Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun , surplus yang dialami zona utara akan ditransfer menuju zona selatan melaui R-IX dengan debit sebesar 200 LPS dan direncanakan berakhir pada tahun Karena itu, maka yang terjadi pada tahun 2003, air tanah yang diproduksi di R-IX sudah tidak ada lagi sehingga jika reservoir Pakar dan Cikapundung tidak mensuplai kembali R-IX akan menyebabkan masyarakat di kecamatan Cibeunying Kaler tidak akan memperoleh air maka diambil keputusan untuk tetap mensuplai R-IX dari Pakar dan Cikapundung sebesar 40 LPS. II Utara Batas Zona Selatan : Pasteur, R-Badak Singa, Jalan Surapati II-17

18 Barat Timur Selatan : Jalan Soekarno-Hatta, Cimindi : R-IX, Ujung Berung, Kiara Condong : Jalan Soekarno-Hatta II Produksi Air Suplai zona selatan terdiri dari Reservoir Badak Singa, R-9, R-10 dengan masing-masing produksi airnya dapat dilihat pada Tabel II.8. Tabel II.10 Produksi Air Zona Selatan Sumber Kapasitas (LPS) Reservoir Badak Singa 1550 R-IX 60 R-X 40 Jumlah 1650 Sumber : PDAM Kota Bandung, 2006 II Tekanan dan Zona Tekanan Kondisi topografi zona selatan cukup landai dengan perbedaan elevasi terbesar sebesar 80 m terbentang sepanjang 9000 m. Dengan slope rata-rata sebesar 0,8% memungkinkan tidak digunakannya aksesoris pengurang tekanan, baik itu BPT maupun PRV tidak seperti halnya zona suplai utara. Dengan topografi yang cukup landai namun head yang tersedia mencukupi untuk mengantarkan air dari R-Badaksinga sampai titik terjauh di zona selatan namun walaupun demikian air tidak akan pernah mencapai titik sejauh itu, dikarenakan air telah habis di perjalanan, baik karena konsumsi, pemasangan liar maupun kebocoran. Seperti yang terjadi di kelurahan Margasari, pemasangan pipa yang masih relatif baru, menjadi tidak berguna karena air tidak pernah mencapai daerah tersebut sehingga pipa yang menuju daerah tersebut akhirnya ditutup. demikian juga pipa lain yang tidak dapat mengantarkan air harus mengalami nasib serupa. Berdasarkan perhitungan yang dibuat pada tahun 1988, saat peak flow, tekanan yang tersedia di titik terjauh mencapai 60,25 mwc sedangkan saat night flow II-18

19 tekanan yang tersedia di titik terjauh berkisar 81,73 mwc dengan menggunakan asumsi besarnya kebocoran air ditekan hingga mencapai 25% sedangkan pada kenyataannya pada tahun 1988 tingkat kebocoran mencapai 30,7%. II Kebutuhan Air Pada tahun 1988 jumlah penduduk di zona selatan yang dilayani oleh PDAM Kota Bandung sebanyak 43% dari total penduduk di zona selatan. Sedangkan pada tahun 1990, setelah proyek BWSAI-Phase 2, pelayanan PDAM ditingkatkan menjadi 79% dimana 61% dilayani melalui sambungan pelanggan dan 39% dilayani melalui sambungan umum. Kebutuhan air pada tahun 1984, 1990 dan 2003 dapat dilihat pada Tabel II.9. Tabel II.11 Kebutuhan Air Zona Selatan Pada Tahun 1984, 1990 dan 2003 Keterangan Jumlah Penduduk, jiwa Yang Terlayani, jiwa Kebutuhan per Kapita, L/hari Kebutuhan Total, L/detik 0,844 1,818 1,946 Sumber : BWSAI-Phase 2, 1988 dan PDAM 2006 II Reservoir dan Tanki Tabel II.10 di bawah ini menunjukkan kapasitas reservoir penampung yang ada di zona selatan. Tabel II.12 Kapasitas Produksi dan Daya Tampung Reservoir Zona Selatan Lokasi Kapasitas Kapasitas Daya Tampung (LPS) (m 3 /hr) (m 3 ) R-Badak Singa R-IX R-X Sumber : PDAM Kota Bandung,2006 II-19

20 Penentuan besarnya reservoir diambil dengan mengasumsikan bahwa besarnya kebocoran di dalam jaringan distribusi, baik di zona utara dan zona selatan, sebanyak 30% pada tahun Meningkatnya angka kebocoran akan menurunkan volume reservoir yang diperlukan. II-20

BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG

BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG IV.1 SUMBER AIR BAKU Air baku yang digunakan dalam sistem produksi air bersih PDAM Kota Bandung saat ini berasal dari 3 (tiga) jenis sumber,

Lebih terperinci

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

TAHUN : 2006 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN WILAYAH KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 29 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELUARAHAN KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANDUNG Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 Tanggal 27 Juli 1987 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 08 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka pemikiran studi serta sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp.

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN 01 Andir Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. 022-6011304, Email: Kec.adr@bandung.go.id 1 / 28 1. Campaka 2. Ciroyom 3. Dunguscariang

Lebih terperinci

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1.

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1. DAFTAR SASARAN PROGRAM DNAS ESEHATAN OTA BANDUNG TAHUN BAY BAY L AJA 45-59 60-69 =Ž70 NO ECAMATAN ESMAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 SUASAR 1 Sukarasa 1 Sukarasa 10,832 154

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penerbitan sertipikat tanah, pemerintah telah membuat kebijakan yang secara normatif memberikan kepastian

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung Bentuk bentang alam Kota Bandung berupa cekungan dengan ketinggian ratarata 791 meter di

Lebih terperinci

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp Daftar Kelurahan Di Kota Bandung No. Kecamatan Kelurahan Alamat Kecamatan Andir Kebon Jeruk Jl. Babatan 2, Telp. 421-2036 Ciroyom Jl. Ciroyom 27, Telp. 601-6697 Dungus Cariang Jl. Terusan Rajawali 20,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) Oleh: Lili Somantri 24060/1-6/259/06 LATAR BELAKANG Terjadinya

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel. 3.1. SUMBER DATA KEPENDUDUKAN 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan setiap 5 tahun sekali

Lebih terperinci

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG SEMINAR LAPORAN AKHIR Kajian Satuan Tugas Pelaku Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Data kependudukan yang dikumpulkan bersumber pada : 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR NO NAMA KECAMATAN / KELURAHAN ALAMAT TELP. KANTOR 4 I KECAMATAN SUKASARI Jln. Gegerkalong Hilir No. 55 0-906 Kelurahan Isola Jln. Gegerkalong Girang No. 0-900 Kelurahan Gegerkalong Jln. Sukajadi Atas Blk

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Letak Geografis Kota Bandung Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 6.1 Umum Perencanaan suatu sistem distribusi air bersih meliputi : 1. perhitungan kebutuhan air bersih di daerah perencanaan 2. perhitungan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Kelurahan Sadang Serang merupakan salah satu bagian wilayah di Kecamatan Coblong Kota Bandung yang dibentuk pada tahun 1976 dengan memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN 3.1 Administrasi Wilayah Kota Bandung Kota Bandung terletak di provinsi Jawa Barat dan merupakan ibukota provinsi. Kota Bandung terletak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pembangunan wilayah di Kotamadya Bandung diprioritaskan untuk menanggulangi kepadatan lalulintas yang kian hari semakin padat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah administratif Kota Bandung.

Lebih terperinci

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi NO KELURAHAN LOKASI KEGIATAN YANG DIUSULKAN KECAMATAN BUAH BATU 1 Jatisari RW.04 Penyediaan Roda sampah 4 unit - KECAMATAN

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kota Bandung terletak pada posisi 107º36 Bujur Timur dan 6º55 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDUNG JAWA BARAT KOTA BANDUNG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki kepadatan

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA DAN KELUARGA PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KOTA BANDUNG I. IDENTITAS RESPONDEN. Nama:. Alamat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09 LAMPIRAN I : PETUNJUK PELAKSANAAN PPDB KOTA BANDUNG NOMOR :...TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 A. PENSKORAN USIA CALON PESERTA DIDIK SD/MI NO. USIA SKOR 1. 7 tahun 7,00 2. 6 tahun lebih 11 bulan 6,11 3. 6 tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 480/Kep.179.Diskominfo/2015 TANGGAL : 16 Februari 2015 PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG Pembina : 1. Walikota 2. Wakil Walikota

Lebih terperinci

TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO REKOMENDASI GEDUNG

TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO REKOMENDASI GEDUNG TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT 2015-01-08 011 REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO. 23 2015-01-14 046 REKOMENDASI GEDUNG UTAMA HERITAGE JL. PATEUR NO. 28 2015-01-19 064 REKOMENDASI

Lebih terperinci

International Financial Centre 6th & 8th floor Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23, Jakarta GF/SST /42 42 G-SETRAMURNI RI II NO 14

International Financial Centre 6th & 8th floor Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23, Jakarta GF/SST /42 42 G-SETRAMURNI RI II NO 14 DATA MENARA TELEKOMUNIKASI KOT (BERDASARKAN DATA DARI PEMILIK MENARA) TAHUN 2015 NO URUT NO URUT MILIK KD MILIK KD KEL KD KEC ID_SITE NAMA_SITE LOKASI KELURAHAN KECAMATAN NAMA PERUSAHAAN ALAMAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2000 TAHUN : 2000 NOMOR : 14 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-25 Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung Firga Yosefa dan Hariwiko Indarjanto

Lebih terperinci

LAPORAN INTERIM. Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung

LAPORAN INTERIM. Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rinci

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 07 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

24 Pasar Minggu (Bantaran Sungai Cisaranten Kulon) 25 Pasar Modern Batununggal 26 Gasibu Mini Antapani

24 Pasar Minggu (Bantaran Sungai Cisaranten Kulon) 25 Pasar Modern Batununggal 26 Gasibu Mini Antapani Zona Kuning 1. Zona kuning yang berdasarkan waktu adalah seluruh pasar tumpah di daerah hanya boleh berdagang pada jam tertentu yaitu mulai pukul 22.00 WIB sampai 06.00 WIB. 2. Zona kuning yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3.1 Arahan Kebijakan Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Bandung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung penjelasan mengenai permasalahan permukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG

PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG Oleh : Bambang Winarno / 3110 040 703 Program Diploma 4 Teknik Perancangan Lingkungan Permukiman Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang Timur

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang Timur 67 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung 3.1.1 Letak Geografis Kota Bandung Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota

Lebih terperinci

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG No. Nama Lembaga Jenis Satuan No. NPSN/NILEK/ NILEM Status 1 BUNGA ALAMI TK 20254852 Swasta 2 BUNGA HARAPAN TK 20254855 Swasta 3

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari penelitian ini adalah dampak layanan Go-Food terhadap penjualan Rumah Makan di

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG

DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG No DATA LEMBAGA WARGA BELAJAR TENAGA PENDIDIK 0-2 Thn 3-4 Thn 5-6 Thn > 6 Thn Jumlah Nama Lembaga Jenis Satuan Alamat Kelurahan Kecamatan L P L P L P L P L P Total

Lebih terperinci

DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 No Nama Sekolah NPSN Jenjang Alamat Kecamatan Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 Tingkat 6

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH

NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH 1 Kamis 12 Juni 2014 421.1/498-PTKSD/2014 Kabupaten Bogor Bogor SDN Nilem 1 2 Senin, 16 Juni 2014 421.1/451-PTKSD/2014 Propinsi Jawa Barat Jl. Dr.

Lebih terperinci

Zonasi Merah. Dengan uraian:

Zonasi Merah. Dengan uraian: Zonasi Merah Zonasi merah yaitu lokasi yang tidak boleh terdapat PKL Adalah wilayah sekitar tempat ibadat, rumah sakit, komplek militer, jalan nasional, jalan provinsi dan tempat-tempat lain yang telah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN WILAYAH KERJA INSPEKTORAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Lampiran.1 Data rekam medik

Lampiran.1 Data rekam medik NO No. RM UMUR JK ALAMAT Bulan Ht Trom IgM IgG Ns- 1 Ag Diagnosis 1 913599 4 th L kel. Cigereleng 2 feb-3 maret DHF kec. Regol 2 889399 8 th L kel.ciseureuh 16 jan-22 jan DHF Kec.Regol 3 842429 2 th P

Lebih terperinci

TAHUN : 2012 NOMOR : 44 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 888 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

TAHUN : 2012 NOMOR : 44 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 888 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2012 NOMOR : 44 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 888 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian, karena objek penelitian merupakan sumber diperolehnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN OLEH: DICKY RIZKI ROMEL (3306 100 022) DOSEN PEMBIMBING: Ir. HARI WIKO INDARYANTO, M.Eng JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 SISTEMATIKA I. DASAR HUKUM II. ANALISA SITUASI III. PELAKSANAAN IZIN PRAKTEK DOKTER IV. BENTUK PENGAWASAN V.

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA BANDUNG TAHUN 2015-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 62 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian awal dilakukan pada periode 10 September 2012 dengan menghimpun data PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tahun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

KECAMATAN. Jl.Rajawali timur, no.167, RT/RW:01/09, KEL.Dungusc GUSCAR ANDIR RT/SST/20 20 ariang, KEC.

KECAMATAN. Jl.Rajawali timur, no.167, RT/RW:01/09, KEL.Dungusc GUSCAR ANDIR RT/SST/20 20 ariang, KEC. DATA MENARA TELEKOMUNIKASI KOT BANDUNG (BERDASARKAN DATA DARI PEMILIK MENARA) TAHUN 2015 NO URUT NO URUT MILIK KD KELUR MILIK KD KEL KD KEC ID_SITE NAMA_SITE LOKASI AHAN 1 1 1 120487109 2 2 1 120330109

Lebih terperinci

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG Oleh : Aditiya Ramdani 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, Bandung email : adityaramdani@mail.unpas.ac.id ABSTRAK Rencana

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO DISUSUN OLEH: ADE IWAN KURNIAWAN _ 3307100094 1 TEKNIK LINGKUNGAN -ITS Bab I Pendahuluan Latar Belakang * IPA

Lebih terperinci

Bab V Analisa dan Diskusi

Bab V Analisa dan Diskusi Bab V Analisa dan Diskusi V.1 Pemilihan data Pemilihan lokasi studi di Sungai Citarum, Jawa Barat, didasarkan pada kelengkapan data debit pengkuran sungai dan data hujan harian. Kalibrasi pemodelan debit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG Bab ini menguraikan perkembangan fisik Kota Bandung, perkembangan dan pertumbuhan penduduk, sistem penyediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan mampu hidup, begitu halnya dengan manusia yang sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan industri jasa yang memiliki fungsi pelayanan publik dan misi pengembangan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai pendukung

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE

TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE Pada bagian ini memuat tinjauan umum kota Bandung dengan uraian tentang sejarah kota bandung, letak geografis, penggunaan tanah, keadaan penduduk, keadaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten D150 Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten Ana Tri Lestari dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

TPS DI KOTA BANDUNG. Existing Kontainer. Sampah Masuk/ Timbulan Sampah (M 3 /hari) atau 3. Jalan Kartika 1 ± 15,86 13 atau 1 Umum/masya

TPS DI KOTA BANDUNG. Existing Kontainer. Sampah Masuk/ Timbulan Sampah (M 3 /hari) atau 3. Jalan Kartika 1 ± 15,86 13 atau 1 Umum/masya TPS DI KOTA BANDUNG No Nama Lokasi Lokasi/Alamat TPS I. TPS WILAYAH OPERASIONAL BANDUNG UTARA Kecamatan Sukasari 1 TPS. ORARI Jl Lemah Neundeut 2 TPS Sarimadu Jl Sarimadu Komp Sarijadi 3 TPS Komp KPAD

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Lili Somantri Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS, UPI, L_somantri@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON Brian Victori Langi Isri R. Mangangka, Sukarno Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

PERMASALAHAN ALIRAN AIR PERMASALAHAN ALIRAN AIR A. Mengapa air tidak mengalir? Penyebab air tidak mengalir pada pelanggan adalah : - Permasalahan di sistem perpipaan pelanggan. - Stopkran yang ada di pelanggan rusak (dalam posisi

Lebih terperinci

BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah dan Kependudukan 2.1.1 Geografis Kota Bandung terletak pada koordinat 107º 36 Bujur Timur dan 6º 55 Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 16.767

Lebih terperinci