BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik penduduk, penggunaan lahan, dan kondisi perekonomian yang ada di wilayah tersebut. III.1 Tinjauan Eksternal Kota Bandung III.1.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 6 (enam) wilayah pengembangan (WP), yaitu wilayah yang secara geografis berada dalam satu pusat pelayanan pusat sekunder. Adapun pembagian WP tersebut adalah sebagai berikut : 1. WP Bojanegara dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Sentrasi, mencakup Kecamatan Andir, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan Sukajadi. 2. WP Cibeunying dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Sadang Serang, mencakup Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Sumur Bandung. 3. WP Tegallega dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Kopo Kencana, mencakup Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Babakan Ciparay, dan Kecamatan Bandung Kulon. 4. WP Karees dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Turangga, mencakup Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Batununggal dan Kecamatan Kiaracondong. 32

2 5. WP Ujungberung dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Arcamanik, mencakup Kecamatan Cicadas, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Ujungberung, Kecamatan Cibiru dan Kelurahan Mekarmulya di Kecamatan Rancasari. 6. WP Gedebage dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Margasari mencakup Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan (RTRW Kota Bandung Tahun 2013) Sistem pusat pelayanan Kota Bandung yang direncanakan terdiri atas 2 (dua) pusat primer dan 6 (enam) pusat sekunder. Dua pusat primer yang direncanakan adalah Inti Pusat Kota di bagian Barat dan Gedebage di bagian Timur. Dengan mengembangkan 2 pusat primer, maka struktur pusat pelayanan Kota Bandung akan bergeser dari satu pusat (monosentrik) menjadi dua pusat (duosentrik). Adanya dua pusat ini dimaksud untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah Timur agar perkembangan kota antara bagian Barat dan Timur dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Primer Gedebage juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti pusat kota. Pengembangan pusat-pusat sekunder pada setiap wilayah pengembangan berfungsi sebagai penyangga dua pusat primer dan meratakan pelayanan pada skala bagian wilayah kota. Secara geografis pusat primer baru akan terletak di wilayah Timur Kota Bandung namun tetap bersinergi/berkaitan dengan pusat dan sub pusat yang telah ada. Pusat baru ini berperan menunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang, karena itu harus didukung oleh sistem trasnportasi yang andal untuk mobilitasi yang ulang alik antara pusat baru dengan pusat lama. III.1.2 Kependudukan Kota Bandung Jumlah penduduk Kota Bandung sampai dengan tahun 2005 berjumlah jiwa dengan komposisi penduduk perempuan Jiwa dan penduduk laki-laki jiwa. Sementara menurut kelompok umur, 26.87% penduduk berusia 0-14 tahun, 69.69% penduduk berusia tahun dan 3.45% 33

3 penduduk berusia diatas 65 tahun (Bandung dalam angka Tahun 2005, BPS Kota Bandung). Jumlah penduduk Kota Bandung tersebut menunjukan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1.24 % per tahun selama periode , walaupun LPP ini masih tinggi namun menunjukan penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebesar 3.52% per tahun. Tingginya angka pertumbuhan ini disebabkan selain karena pertumbuhan alamiah juga karena arus urbanisasi pasca krisis moneter tahun 1997 untuk mencari pekerjaan ke kota Bandung. Tabel III.1 Perkembangan Penduduk Kota Bandung Tahun Tahun Jumlah Penduduk Luas Kota Kepadatan Pertambahan LPP (Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2) (Jiwa) (%) ,809, ,819 7, ,817, ,867 (35,473) (1.95) ,782, ,655 23, ,806, ,798 62, ,868, , , ,136, ,770 10, ,146, ,830 (4,166) (0.19) ,142, ,805 86, ,228, ,320 4, ,232, ,346 38, ,270, ,575 Sumber : BPS Kota Bandung, Hasil Susenas Tahun Gambar III.1 Grafik Perkembangan Penduduk Kota Bandung Tahun ,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , Jumlah Penduduk Sumber : BPS, Hasil Susenas Tahun

4 Dari gambar III.1 diatas dapat diamati bahwa penduduk kota Bandung mengalami peningkatan yang relatif konstan. Hanya mengalami penurunan di tahun 1997 karena kemungkinan disebabkan oleh dampak krisis moneter sehingga banyak penduduk yang mengalami PHK dan kembali ke kampung halaman. Namun setelah perekonomian kembali membaik, jumlah penduduk kota Bandung kembali meningkat secara signifikan di tahun 2000 dan kembali menigkat secara konstan hingga tahun 2005 Persebaran penduduk memperlihatkan wilayah-wilayah yang menjadi pemusatan penduduk. Berikut adalah jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan pada tiap kecamatan di Kota Bandung pada tahun Tabel III.2 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandung Tahun 2005 No. Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Penduduk (Jiwa) Kepadatan Km 2 ) (jiwa/ 1 Bandung Kulon ,929 19,494 2 Babakan Ciparay ,151 17,067 3 Bojongloa Kaler ,948 39,257 4 Bojongloa Kidul ,626 11,921 5 Astanaanyar ,992 25,603 6 R e g o l ,690 18,300 7 Lengkong ,621 12,648 8 Bandung Kidul ,119 8,270 9 Margacinta ,299 10, Rancasari ,659 4, Cibiru ,968 7, Ujungberung ,096 7, Arcamanik ,777 7, Cicadas ,561 11, Kiaracondong ,600 20, Batununggal ,650 24, Sumur Bandung ,594 11, A n d i r ,447 25, Cicendo ,139 14, Bandung Wetan ,404 9, Cibeunying Kidul ,337 20, Cibeunying Kaler ,546 15, Coblong ,161 16, Sukajadi ,943 23, Sukasari ,750 12, Cidadap ,962 7,686 Jumlah ,270,970 13,505 Sumber : BPS, Hasil Susenas

5 Dari tabel III.2 di atas terlihat bahwa kepadatan penduduk rata-rata di Kota 2 Bandung sebesar jiwa/kmp P, dimana jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Babakan Ciparay sebanyak jiwa dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Bandung Wetan sebanyak jiwa. Sedangkan berdasarkan kepadatan penduduk, kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah 2 Kecamatan Bojongloa Kaler dengan kepadatan jiwa/kmp P dan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Rancasari dengan 2 kepadatan jiwa/kmp P. Perbedaan kepadatan penduduk yang sangat besar antara kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi dengan kecamatan yang mempunyai kepadatan terendah, menunjukkan bahwa persebaran kepadatan penduduk antar kecamatan tidak merata. Gambar III.2 Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Bandung Tahun 2005 Dari gambar III.2 di atas terlihat bahwa wilayah perluasan berdasarkan PP No. 16 Tahun 1987 yang meliputi wilayah pengembangan Gedebage dan Ujungberung merupakan wilayah dengan kepadatan rendah. Namun diperhatikan populasi 36

6 penduduk Tahun 2000, tahun 2003 dan tahun 2005 di semua wilayah kecamatan rata-rata meningkat. III.1.3 Perekonomian Kota Bandung Kondisi perekonomian Kota Bandung yang bercirikan struktur perekonomian urban atau kota yang tengah mengalami perbaikan dan peningkatan dalam semua sektor. Hal ini dapat dilihat indikasinya dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung yang mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu pada masa awal krisis (1998) LPE sebesar -19,69%. Seiring dengan pulihnya perekonomian pada tingkat nasional dan regional, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung sejak tahun 2000 mengalami perbaikan dan peningkatan positif sebesar 5,41% pada tahun 2000, 7,57% pada tahun 2001, 7,13% pada tahun 2002, 7.43% pada tahun 2004 dan sebesar 7,53% pada tahun 2005 (Bandung Dalam Angka tahun ). Peningkatan laju pertumbuhan ini menunjukan adanya peningkatan pada produksi maupun harga seluruh sektor produksi di Kota Bandung. Struktur ekonomi Kota Bandung pada tahun 2005 terdiri atas: Upertama,U sektor primer yang berkontribusi 0,31% terhadap produk domestik regional bruto (PDRB); Ukedua,U sektor sekunder yang berkontribusi 37.98% terhadap PDRB; dan Uketiga,U sektor tersier (jasa) yang berkontribusi 61.72% terhadap PDRB. Dari struktur ekonomi tersebut, menunjukan bahwa sektor tersier (jasa) merupakan sektor yang dominan dalam struktur ekonomi kota. Sektor tersier ini terdiri atas: sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan, persewaan, jasa-jasa perusahaan serta jasa pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut telah berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kota. Hal ini ditunjukkan dengan makin meningkatnya PDRB perkapita (atas dasar harga konstan tahun 2000) yaitu pada tahun 2000 sebesar Rp ,00, naik menjadi Rp ,00 pada tahun 2001, Rp ,00 pada tahun 2002, Rp ,00 pada tahun 2003, Rp ,00 pada tahun 2004 dan naik menjadi Rp ,00. pada tahun Ini berarti telah terjadi kenaikan sebesar 7.06% pada tahun 2001, 7.30 pada 37

7 tahun 2002, 6.88% pada tahun 2003, 6.39% pada tahun 2004 dan sekitar 6.51% pada tahun Tampaknya kenaikan PDRB perkapita ini sejalan dengan kenaikan sektorsektor yang mempunyai sumbangan cukup besar, dalam hal ini adalah industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Gambar III.3 Grafik Pendapatan Per kapita Penduduk Kota Bandung Tahun ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Pendapatan Perkapita III.1.4 Penggunaan Lahan Dengan tingginya arus urbanisasi di kota Bandung Penggunaan lahan di Kota Bandung pada tahun 2003 di dominasi oleh pemukiman (berupa perumahan dan kampung) sebesar 57.50% dan lahan pertanian (berupa sawah tadah hujan, tegalan dan kebun campuran) sebesar 23.62% sementara penggunaan lahan untuk jasa, termasuk perdagangan dan perkantoran memiliki proporsi sebesar 7,48% berada pada urutan berikutnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel III.5 38

8 Tabel III.4 Penggunaan Lahan di Kota Bandung Tahun 2003 (Ha) No. Jenis Guna Lahan Luas Lahan (Ha) % 1 Permukiman 9, Jasa 1, Sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran 3, Industri Tanah kosong Kolam Lain-lain Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bandung, Tahun 2003 III.1.5 Sebaran Fasilitas Ritel Pertumbuhan fasilitas ritel modern di Kota Bandung sangat pesat. Fasilitas ritel dalam kategori ini meliputi department store, pasar swalayan, supermarket, minimarket, pertokoan dan toserba. Sejalan dengan konsep kota wisata belanja, perkembangan fasilitas ritel di Kota Bandung terus bertambah.. Sampai dengan tahun 2007 tercatat sudah mencapai 156 pusat ritel modern di Kota Bandung (Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Bandung). Jika dibanding dengan tahun 2002 yaitu sebanyak 93 unit (Bappeda, 2002), jumlah ini telah berkembang cukup pesat. Dalam kurun waktu 5 tahun jumlahnya telah meningkat sebesar 67.74% (63 unit). Tabel III.5 Prosentase Sebaran Ritel Modern per Wilayah Pengembangan Tahun 2007 Luas Gerai Wilayah Kurang dari 2000 m2 Diatas 2000 m2 Total Freq % Freq % Freq % Bojonagara Cibeunying Tegallega Karees Ujungberung Gedebage Total

9 40

10 Pola perkembangannya ritel di Kota Bandung, saat ini mengalami pergeseran pertumbuhan ke wilayah pinggiran. Sejak tahun 2000 pertambahan pusat ritel modern di pusat kota sudah tidak ada. Sementara itu sejak tahun 2000 di pinggiran juga sudah mulai mengecil pertambahannya. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan pusat ritel modern di pusat kota sudah jenuh dan mulai mencari segmen pasar di wilayah sub-pusat mendekati guna lahan permukiman. Pola seperti ini akan mengubah pergerakan penduduk perkotaan dari yang orientasi ke pusat kota kemudian menyebar ke kawasan sub-pusat (Bappeda, 2002). Tabel III.6 Perkembangan ritel modern di Kota Bandung Tahun Pusat % Sub-pusat % Pinggiran % Jumlah , , , , , , ,0 3 7,5 3 9,7 6 Jumlah , , ,0 93 Sumber: Bappeda Kota Bandung tahun 2002 Adanya rencana pelayanan Kota Bandung dengan konsep dua pusat, ternyata hingga saat ini persebaranya belum selaras dengan konsep tersebut. Pembangunan pusat ritel baru masih berada di sekitar subpusat kota lama (pelayanan Bandung Barat). Sementara untuk melayani penduduk di kawasan Bandung Timur, beberapa pusat ritel mulai berkembang di Kecamatan Ujung Berung, Arcamanik, koridor Soekarno Hatta dan Margacinta. Namun demikian secara agregat, pertumbuhan ritel modern masih menumpuk di kawasan pusat kota lama dan kawasan sub-urban di sekitar pusat kota lama. 41

11 III.2 Tinjauan Wilayah Bandung Bagian Timur III.2.1 Pola Penggunaan Lahan Karakteristik penggunaan lahan wilayah Bandung bagian Timur yang merupakan wilayah pengembangan Gedebage dan Ujung Berung saat ini menunjukan pola mixed land used (campuran) dimana tidak terdapat zona-zona khusus untuk kegiatan yang bersifat khusus, yang ada hanya kawasan campuran dengan suatu fungsi yang menonjol. Karakteristik penggunaan lahan campuran seperti diantaranya sepanjang jalan Gedebage, berkembang kegiatan industri, perumahan, pedagangan dan jasa serta pergudangan yang letaknya saling tidak beraturan, Jalur jalan Ujung Berung terdapat industri yang berkembang diantara daerah perkotaan dan perkampungan. Semuanya ini menunjukan pola penggunaan lahan yang menempati ruang secara bercampur. Secara administrasi, WP Ujungberung dengan luasan lahan 4.050,16 Ha (± 24,21% dari luas seluruh Kota Bandung) terdiri dari empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Cicadas, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Ujungberung, Kecamatan Cibiru ditambah Kelurahan Mekar Mulya Kecamatan Rancasari. Sedangkan WP Gedebage dengan luasan lahan 2.602,12 Ha (±15,55% dari luas seluruh Kota Bandung) terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Rancasari (diluar Kelurahan Mekar Mulya), Kecamatan Margacinta dan Kecamatan Bandung Kidul (RTRW Kota Bandung Tahun 2013). Berdasarkan RUTRK Bandung , fungsi utama WP Ujungberung dan Gedebage adalah fungsi permukiman, industri non polutif, pusat perdagangan grosir terutama dengan adanya Pasar Induk Gedebage, perkantoran dan jasa serta pendidikan. Adapun pola penggunaan lahan pada kedua Wilayah Pengembangan tersebut saat ini meliputi : WP Gedebage, penggunaan lahan belum terbangun (sawah, tegalan dan tanah kosong) menempati porsi yang paling besar yakni 55,34 %, disusul pemukiman/ perumahan yang terdiri atas perkampungan dan Perumnas/BTN/ Real Estate sebesar 35,83 %. Perkampungan merupakan perumahan campuran yang umumnya dibangun sendiri oleh masyarakat, dengan kondisi bangunan 42

12 bersifat temporer, semi permanen dan permanen tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik/masyarakat. Pada beberapa bangunan perumahan ada yang berfungsi ganda sebagai tempat usaha seperti bengkel, warung, salon kecantikan, rumah makan dan sebagainya. Kondisi bangunan yang baik dan permanen banyak dibangun oleh pihak Perumnas maupun swasta. WP Ujungberung, penggunaan tanah di wilayah ini menunjukkan sebagian besar didominasi oleh penggunaan untuk sawah dan permukiman dengan proporsi sebesar 40.12% dan 50.07%. Penggunaan untuk areal terbangun meliputi : Perumahan yang terdiri dari perkampungan, Perumnas/BTN/Real Estate. Perkampungan merupakan perumahan campuran yang dibangun sendiri oleh masyarakat. Bangunan ini ada juga yang berfungsi sebagai tempat usaha Industri memanfaatkan lahan sebesar 6,9% dari luas wilayah Ujungberung yang penyebarannya disepanjang jalur Jalan Raya Ujungberung, Jasa terdiri dari perdagangan, pemerintahan, ABRI, pendidikan dan perguruan tinggi dan sebagainya sebesar 11,04%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.3 berikut ini : Tabel III.7 Penggunaan Lahan Wilayah Bandung Bagian Timur per WP Tahun 2003 (dalam Ha) Guna Lahan Ujungberung Gedebage Permukiman Jasa Sawah, Tegalan, Kebun Campuran Industri Tanah Kosong Kolam lain-lain Total Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2003 III.2.2 Kependudukan Jumlah penduduk wilayah kota Bandung bagian Timur sampai dengan Tahun 2005 telah berkembang menjadi jiwa atau 24.24% dari total penduduk Kota Bandung. Dibandingkan dengan tahun 2000, penduduk wilayah 43

13 Bandung Timur mengalami pertumbuhan 1.2% per tahun. Angka ini mengalami penurunan jika dibanding dengan periode dimana pertumbuhan penduduknya pertahunnya adalah 9.58%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena wilayah Bandung Timur yang rawan banjir dan prasarana dan sarana dengan kualitas yang buruk. Sebagai wilayah perluasan yang memiliki porsi 41.07% dari luas kota 2 Bandung (68.71 KmP P), wilayah Bandung Timur mempunyai kepadatan penduduk yang lebih rendah dari rata-rata Kota Bandung yaitu sebesar jiwa/km2 (tahun 2005). Hal ini disebabkan karena sebagian besar wilayahnya masih berupa sawah dan tegalan. Penduduk Bandung Timur banyak terkonsentrasi di wilayah perkotaan, yang berupa ibukota kecamatan maupun di sepanjang jalan utama dan jalan lokal. Tabel III.8 Perkembangan Penduduk Wilayah Bandung Bagian Timur Wilayah Gedebage 135, , ,077 1 Bandung Kidul 30,959 47,286 50,119 2 Margacinta 61, , ,299 3 Rancasari 43,442 61,005 64,659 Ujungberung 215, , ,402 1 Cibiru 43,007 75,450 79,968 2 Ujungberung 53,363 72,749 77,096 3 Arcamanik 42,296 59,241 62,777 4 Cicadas 76,621 92,053 97,561 Total 351, , ,479 III.2.3 Ekonomi Wilayah Berdasarkan guna lahan eksisting, pemanfaatan lahan di Bandung bagian Timur didominasi oleh pemukiman dan ruang terbuka berupa persawahan dan tegalan. Kegiatan perdagangan dan jasa atau industri hanya sedikit sekali, jumlahnya tidak melebihi 10% dari total keseluruhan lahan (tabel III.3). Indikasi pola pemanfaatan ruang tersebut adalah belum optimalnya sektor industri, perdagangan dan jasa. Pada umumnya, peranan industri sangat besar dalam hal 44

14 meningkatkan perekonomian wilayah, salah satunya adalah melalui kas daerah dan penciptaan lapangan kerja yang luas bagi penduduk. Dengan jumlah kontribusi pendapatan dari sektor industri, perdagangan dan jasa yang ada, otomatis pemerintah Kota Bandung tidak banyak memiliki sumber pembiayaan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di wilayah tersebut. Hal ini berimplikasi pada buruknya kualitas prasarana dan sarana dasar perkotaan yang ada di wilayah tersebut. Aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Bandung bagian Timur terdiri dari sarana perdagangan (pasar/toko), industri dan jasa pemerintahan/swasta. Kegiatan perdagangan itu berupa Pasar Tradisional seperti Pasar Induk Gedebage (skala Regional), Pasar Ciwastra, Pasar Kordon, dan Pasar Sanggar Hurip di samping pertokoaan yang terdiri dari pertokoaan skala besar dan kecil seperti Pertokoaan Metro Trade Centre (MTC), Pertokoan Metro dan Pertokoan Makro yang terletak di sepanjang Jalan Soekarno Hatta sedangkan pertokoaan skala kecil berada di kompleks perumahan dan permukiman seperti Borma, Indomaret, pasar swalayan dan Griya dan beberapa toko kecil lainnya. Untuk lokasi industri bagi wilayah Gedebage berpusat di sekitar Jalan Gedebage terutama di Jalan Gedebage bagian Utara karena daerah itu merupakan daerah strategis untuk pengiriman dan pengangkutan barang serta dekat dengan akses Jalan Arteri Soekarno Hatta dan Terminal Peti Kemas. Sebagian industri yang berada di wilayah ini adalah industri besar seperti Industri Tekstil dan Industri Bahan Bangunan sedangkan industri kecil/rumah tangga berupa Industri Kerajinan. Sedangkan untuk wilayah Ujungberung terdiri dari industri tekstil, industri buku, perdagangan ekspor/import, perdagangan besar, industri farmasi, industri bordir, industri mesin tekstil yang merupakan penanaman modal asing. 45

15 46

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN 3.1 Administrasi Wilayah Kota Bandung Kota Bandung terletak di provinsi Jawa Barat dan merupakan ibukota provinsi. Kota Bandung terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Maraknya pertumbuhan pusat-pusat ritel modern di Kota Bandung tidak terlepas dari pertumbuhan pendpuduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Duncan dan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDUNG JAWA BARAT KOTA BANDUNG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 480/Kep.179.Diskominfo/2015 TANGGAL : 16 Februari 2015 PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG Pembina : 1. Walikota 2. Wakil Walikota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang sangat tinggi baik secara alami maupun akibat arus urbanisasi mengakibatkan permintaan untuk perumahan semakin besar. Salah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 53 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Adanya suatu perangkat kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di suatu kota pada dasarnya berawal / berangkat untuk

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN 30 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN RESPONDEN 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Antapani 3.1.1 Batas Wilayah Kecamatan Antapani diresmikan oleh Walikota Bandung pada Bulan April 2007 berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu wilayah perkotaan semakin berkembang diberbagai sektor, sehingga perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi

Lebih terperinci

BAB I DESKRIPSI PROYEK

BAB I DESKRIPSI PROYEK BAB I DESKRIPSI PROYEK 1.1 Lokasi Berada di kawasan strategis wilayah Bojonagara yaitu jalan DR. Djunjunan Kel. Sukawarna Kec. Sukajadi Bandung dekat dengan area perbelanjaan, pendidikan maupun perkantoran.

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014 SISTEMATIKA I. DASAR HUKUM II. ANALISA SITUASI III. PELAKSANAAN IZIN PRAKTEK DOKTER IV. BENTUK PENGAWASAN V.

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 07 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian, karena objek penelitian merupakan sumber diperolehnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE

TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE Pada bagian ini memuat tinjauan umum kota Bandung dengan uraian tentang sejarah kota bandung, letak geografis, penggunaan tanah, keadaan penduduk, keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

DATA STRATEGIS KOTA BANDUNG 2015

DATA STRATEGIS KOTA BANDUNG 2015 DATA STRATEGIS KOTA BANDUNG 2015 INFLASI KETENAGAKERJAAN KEPENDUDUKAN IPM TINGKAT KEBAHAGIAAN PDRB BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG 1 Angka Inflasi Data Strategis BPS Kota Bandung 2015 1 Konsep dan Definisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki kepadatan

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kota Bandung terletak pada posisi 107º36 Bujur Timur dan 6º55 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan dicirikan dengan campuran yang rumit antara aktivitas jasa komersial dan permukiman (Rustiadi et al., 2009). Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pasar sampel.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui

Lebih terperinci

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! LAPOR! Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat 1

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! LAPOR! Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat 1 2016 FLOWCHART SOP LAPOR! ngaduan Online Rakyat 1 2016 ngaduan Online Rakyat 2 STRUKTUR ORGANISASI LAPOR TIM LAPOR KOTA BANDUNG Sekretaris Daera PEMBINA Penanggung Jawab Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bidang

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penghitungan Aspek Kependudukan Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI / BADAN N o m o r : Masa / Tahun Pajak : Tanggal Penerbitan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3.1 Arahan Kebijakan Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Bandung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung penjelasan mengenai permasalahan permukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN TAHUN : 2009 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak 4.520 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota Bandung Tahun 2013 sebanyak 4 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

KATALOG:

KATALOG: KATALOG: 110001.37330 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KECAMATAN COBLONG DALAM ANGKA TAHUN COBLONG DISTRIC IN FIGURES 016 mor Katalog / Catalogue Number : 110001.373.30 mor Publikasi BPS / BPS Publication

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara harus memiliki Good Governance (Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik). Untuk mencapai Good Governance tersebut harus dimulai dari terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 47 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi Kota Bandung merupakan wilayah yang terletak pada 107º bujur timur, 6º-55º lintang selatan dan berada di ketinggian 791 m di

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pembangunan wilayah di Kotamadya Bandung diprioritaskan untuk menanggulangi kepadatan lalulintas yang kian hari semakin padat.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN WILAYAH KERJA INSPEKTORAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG Oleh : Aditiya Ramdani 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, Bandung email : adityaramdani@mail.unpas.ac.id ABSTRAK Rencana

Lebih terperinci

BAB I DESKRIPSI PROYEK

BAB I DESKRIPSI PROYEK BAB I DESKRIPSI PROYEK A. Lokasi Lokasi Zulfix Apartement ini berada di kawasan strategis di wilayah Bojonagara yaitu jalan Sukawangi Kel. Sukawarna Kec. Sukajadi, Kota Bandung dekat dengan area perbelanjaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang: (1) metode penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data dan sumber data penelitian, (4) instrumen penelitian, (5)

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG KNM 18 2-5 November 2016 UR, Pekanbaru PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG BENNY YONG 1, LIEM CHIN 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR Pada bab ini akan dianalisis pola pergerakan belanja wilayah Bandung Timur. Pola pergerakan belanja meliputi dua aspek yaitu karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Potensi Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Berbagai Negara (Sumber: Dr. Halim Alamsyah, 2011:3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Potensi Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Berbagai Negara (Sumber: Dr. Halim Alamsyah, 2011:3) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan yang dikelola secara syariah kini mulai bermunculan di berbagai daerah. Berikut adalah gambar grafik potensi perkembangan lembaga keuangan syariah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci