PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES"

Transkripsi

1 PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pembobotan Fitur pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritme Genetika adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2011 Aristoteles NRP G

3 ABSTRACT ARISTOTELES. Text Feature Weighting for Summarization of Document Bahasa Indonesia Using Genetic Algorithm. Under direction of Yeni Herdiyeni (chair), Ahmad Ridha (member). This thesis aims to perform text feature weighting for summarization of document bahasa Indonesia using genetic algorithm. There are eleven text features, i.e, sentence position (f1), positive keywords in sentence (f2), negative keywords in sentence (f3), sentence centrality (f4), sentence resemblance to the title (f5), sentence inclusion of name entity (f6), sentence inclusion of numerical data (f7), sentence relative length (f8), bushy path of the node (f9), summation of similarities for each node (f10), and latent semantic feature (f11). We investigate the effect of the first ten sentence features on the summarization task. Then, we use latent semantic feature to increase the accuracy. All feature score functions are used to train a genetic algorithm model to obtain a suitable combination of feature weights. Evaluation of text summarization uses F-measure. The F-measure directly related to the compression rate. The results showed that adding f11 increases the F-measure by 3.26% and 1.55% for compression ratio of 10% and 30%, respectively. On the other hand, it decreases the F-measure by 0.58% for compression ratio of 20%. Analysis of text feature weight showed that only using f2, f4, f5, and f11 can deliver a similar performance using all eleven features. Keywords: text summarization, genetic algorithm, latent semantic feature

4 RINGKASAN ARISTOTELES. Pembobotan Fitur Teks pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritme Genetika. Dibimbing oleh Yeni Herdiyeni, dan Ahmad Ridha. Memahami isi dokumen melalui ringkasan teks dokumen memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan membaca seluruh isi dokumen, sehingga ringkasan teks menjadi sangat penting. Namun demikian, membuat ringkasan dokumen memerlukan waktu dan biaya yang banyak bila dokumen yang diringkas berjumlah banyak dan isi dokumen yang panjang. Oleh karena itu, ringkasan teks dokumen secara otomatis diperlukan untuk mengatasi masalah waktu baca dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi peringkasan teks dengan menggunakan algoritme genetika dan menganalisa penambahan ekstraksi fitur teks kalimat semantik menggunakan teknik singular value decomposition. Penelitian ini menggunakan beberapa fitur teks dalam melakukan peringkasan teks dokumen seperti posisi kalimat, positive keyword, negative keyword, kemiripan antar-kalimat, kalimat yang menyerupai judul, kalimat yang mengandung nama entiti, kalimat yang mengandung data numerik, koneksi antarkalimat, penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat, dan kalimat semantik. Fitur teks kalimat semantik menggunakan teknik singular value decomposition (SVD). Penentuan bobot dari tiap fitur teks menggunakan teknik algoritme genetika. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pengumpulan dokumen, tahap pelatihan, dan tahap pengujian. Pada tahap pengumupulan dokumen, dokumen yang digunakan berjenis teks dengan format xml berjumlah 150 dokumen, 100 dokumen pelatihan dan 50 dokumen pengujian. Pada tahap pelatihan, terbagi atas tiga bagian utama yaitu: ringkasan dokumen, ektraksi fitur teks, dan pemodelan algoritme genetika. Ringkasan teks dokumen dilakukan oleh dua orang, dengan masing-masing meringkas 50 dokumen. Dokumen diringkas dengan batas pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10%. Tujuan dari ringkasan manual ini adalah untuk melakukan perbandingan dengan hasil ringkasan oleh sistem. Ekstraksi fitur teks adalah tahapan yang digunakan untuk mendapatkan ekstraksi skor fitur dari teks dokumen. Ekstraksi fitur teks terdiri dari sebelas fitur teks. Pemodelan algoritme genetika diterapkan pada tahap pelatihan bertujuan agar mendapatkan model atau bobot yang optimal sehingga model ini dapat digunakan pada tahap pengujian. Pemodelan algoritme genetika dimulai dari memberi nilai awal populasi secara acak. Tiap populasi berisi 1000 kromosom. Sebuah kromosom di representasikan sebagai kombinasi seluruh fitur bobot dalam bentuk. Tiap kromosom dievaluasi oleh oleh rata-rata F-measure atau fungsi evaluasi. Fungsi evaluasi berfungsi mengevaluasi tingkat akurasi antara ringkasan oleh sistem dan ringkasan manual. Setiap kromosom, diterapkan pada tiap kalimat pada dokumen pelatihan. Fungsi evaluasi dilakukan sebanyak 100 dokumen. Skor kalimat dilakukan pada tiap dokumen pelatihan dan pengujian diurutkan secara descending. Ringkasan dari sistem berdasarkan pada proses pemampatan atau compression rate (CR) sebesar 10%, 20%, dan 30%, artinya bahwa banyaknya kalimat pada tiap dokumen dikalikan dengan CR 10%, CR 20%, dan CR 30%. Hasil ringkasan dari sistem dievaluasi dengan ringkasan manual sehingga

5 menghasilkan akurasi F-measure dari tiap dokumen. Rata-rata F-measure adalah nilai akurasi dari seluruh dokumen pelatihan. Setiap satu generasi, diambil empat kromosom terbaik dan dimasukan kembali ke dalam populasi baru. Tahap pengujian menggunakan 50 dokumen (dokumen yang digunakan pada tahap pengujian berbeda dengan dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan). Proses selanjutnya adalah melakukan ekstraksi fitur teks. Proses ini sama dengan yang dilakukan ekstraksi fitur teks pada tahap pelatihan. Peringkasan teks secara otomatis didasari oleh model yang telah diciptakan di tahap pelatihan. Kombinasi bobot diterapkan pada fungsi skor untuk setiap kalimat. Akurasi didasari dari hasil ringkasan oleh sistem dengan ringkasan manual. Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai F-measure tidak mengalami kenaikan secara signifikan. Penggunaan sepuluh fitur teks dan sebelas fitur teks pada CR 10% hanya mengalami kenaikan F-measure sebesar 3.26%, pada CR 20% mengalami penurunan sebesar 0.58%, dan CR 30% mengalami peningkatan sebesar 1.55%. Namun, rata-rata F-measure mengalami kenaikan secara linier dari CR 10% ke CR 20% sebesar 6.28%, dari CR 20% ke CR 30% sebesar 6.17%. Hasil akurasi terbaik terdapat pada compression rate 30%. Semakin besar compression rate maka nilai kemiripan hasil ringkasan sistem dengan hasil ringkasan manual semakin besar. Berdasarkan Analisis fitur teks diperoleh nilai bobot tertinggi terdapat pada fitur teks kalimat yang menyerupai judul dokumen dan nilai bobot terendah terdapat pada fitur teks negative keyword. Fitur teks kalimat semantik termasuk empat terbesar dalam rangking bobot pada tiap percobaan di CR10%, CR 20%, dan CR 30% sehingga fitur teks kalimat semantik memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam peringkasan teks. Analisis kinerja fitur teks terhadap akurasi menunjukkan bahwa penggunaan fitur teks positive keyword, kemiripan antar-kalimat, kalimat yang menyerupai judul, dan kalimat semantik (f2, f4, f5, f11) pada tahap pengujian dapat merepresentasikan hasil akurasi dari sebelas fitur teks. Oleh karena itu, fitur teks (f2, f4, f5, f11) merupakan bagian yang penting dalam peringkasan teks. Kata kunci: algoritme genetika, singular value decomposition, fitur teks, compression rate

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada Program Studi Magister Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Julio Adisantoso, M.Kom

9 Judul Tesis Nama NRP : Pembobotan Fitur pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritme Genetika : Aristoteles : G Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom Ketua Ahmad Ridha, S.Kom., M.S. Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian : 3 Desember 2010 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman. Amin. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah tentang peringkasan teks sistem dengan judul Pembobotan Fitur pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritme Genetika. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penelitian dan penulisan tesis. 2. Bapak Ahmad Ridha, S.Kom, M.S sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penelitian dan penulisan tesis. 3. Bapak Ir. Julio Adisantoso, M.Kom sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran-saran dalam penulisan tesis. 4. Teman-teman Angkatan X (Pak Aziz, Rosi, Pak Toto, Defiana, Pak Altien), Wisma Lampung-Aceh (Pak Rico, Yai Agus, Pak Jekvy, Mucle, Pak Cipto), angkatan XI (Deba, Kamal, Bu Dewi, Bu Zuriati), XII yang telah memberikan saran-saran yang berguna untuk pelaksaan penelitian. Penulis mempersembahkan karya ilmiah ini untuk keluarga besar di Lampung, adinda tersayang Nina yang telah memberikan dorongan moril. Banyak kekurangan dalam tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran untuk memperbaiki tesis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2011 Aristoteles

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Telukbetung pada tanggal 21 Mei 1981 dari ayah M. Yamin Nurali (alm) dan ibu Hasnil Wati. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bandung. Tahun 2002 lulus D3 Teknik Informatika Universitas Padjadjaran, dan melanjutkan S1 Ilmu Komputer Universitas Padjadjaran lulus tahun Tahun 2008 lulus seleksi masuk Program Pascasarjana Ilmu Komputer IPB Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Pada tahun , penulis bekerja sebagai programmer di PT. Revtech Bandung. Tahun 2006 penulis bekerja sebagai dosen di Universitas Lampung, Program Studi Ilmu Komputer, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

12 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Ruang Lingkup TINJAUAN PUSTAKA Peringkasan Teks Paragraf Ekstraksi fitur teks Posisi Kalimat (f1) Positive Keyword (f2) Negative Keyword (f3) Kemiripan Antar-Kalimat (f4) Kalimat yang Menyerupai Judul Dokumen (f5) Kalimat yang Mengandung Nama Entiti (f6) Kalimat yang Mengandung Data Numerik (f7) Panjang Kalimat (f8) Koneksi Antar-Kalimat (f9) Penjumlahan Bobot Koneksi Antar-Kalimat (f10)... 12

13 ii Kalimat Semantik (f11) Algoritme Genetika Siklus Algoritme Genetika Populasi Fungsi Evaluasi Seleksi Pindah Silang Mutasi METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian Pengumpulan Dokumen Teks Tahap Pelatihan Ringkasan Dokumen Secara Manual Ekstraksi Fitur Teks Pemodelan Algoritme Genetika Tahap Pengujian Lingkungan Pengembangan Waktu dan Tempat Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Data Korpus Format Dokumen Pemotongan Kalimat Metode Evaluasi Kalimat Semantik Pemodelan Algoritme Genetika Hasil Pengujian Model Algoritme Genetika... 32

14 iii Hasil F-measure Tahap Pengujian Analisa Model Kromosom Waktu Komputasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 43

15 iv DAFTAR TABEL Halaman 1 Term frequency dan inverse sentences frequency Pembobotan term pada kalimat Vektor kalimat Data matriks kemiripan Contoh model kromosom terbaik untuk CR 30% Ilustrasi nilai bobot pada model kromosom CR 30% Perangkingan bobot... 36

16 v DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Ilustrasi kemiripan antar-kalimat Ilustrasi kalimat yang menyerupai judul Ilustrasi koneksi antar-kalimat Siklus algoritma genetika oleh Goldberg (1989) Ilustrasi penyelesaian masalah dalam algoritme genetika Diagram alir proses pindah silang Pindah silang satu titik Diagram alir mutasi Proses dan hasil mutasi Peringkasan teks secara otomatis Proses algoritme genetika Representasi kromosom pada pembobotan ekstraksi fitur teks Format dokumen pada tahap pelatihan dan pengujian Representasi kromosom Diagram alir proses pindah silang antar dua induk Diagram alir proses mutasi Perbandingan pengujian F-measure sepuluh fitur teks ( ) dan sebelas fitur teks ( ) pada CR 10%, CR 20%, dan CR 30% Kinerja fitur teks terhadap akurasi Jumlah fitur teks terhadap waktu akurasi... 38

17 vi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Model kromosom CR 30%... 44

18 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memahami isi dokumen melalui ringkasan teks dokumen memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan membaca seluruh isi dokumen, sehingga ringkasan teks menjadi sangat penting. Namun demikian, membuat ringkasan dokumen memerlukan waktu dan biaya yang banyak bila dokumen yang diringkas berjumlah banyak dan isi dokumen yang panjang. Oleh karena itu, ringkasan teks dokumen secara otomatis diperlukan untuk mengatasi masalah waktu baca dan biaya. Peringkasan teks adalah proses yang menghasilkan dokumen yang lebih kecil 50% dari ukuran dokumen (Radev et al. 2002) dengan tujuan memperoleh informasi dalam waktu singkat (Blake et. al 2001). Menurut (Edmundson 1969; Hovy & Lin 1997) untuk melakukan peringkasan teks, bagian-bagian tertentu seperti judul bab, teks tebal, dan awal kalimat merupakan bagian yang penting. Selain itu, menurut Edmundson (1969) frasa seperti pada ringkasan ini, pada kesimpulan ini, tulisan ini menjelaskan merupakan frasa yang berguna untuk mengidentifikasi bagian yang penting dalam teks. Kriteria peringkasan teks terbagi dua bagian yaitu peringkasan teks berdasarkan eksktraksi dan abstraksi (Jezek & Steinberger 2008). Teknik ekstraksi merupakan suatu teknik untuk menyalin unit-unit teks yang paling penting atau paling informatif dari teks sumber menjadi ringkasan, sedangkan teknik abstraksi adalah mengambil intisari dari teks sumber kemudian membuat ringkasan dengan menciptakan kalimat-kalimat baru yang merepresentasikan intisari teks sumber dalam bentuk berbeda (Jezek & Steinberger 2008). Beberapa metode peringkasan teks otomatis yang telah dilakukan antara lain peringkasan teks menggunakan teknik rantai leksikal (Barzilay & Elhadad 1997) sebagai metode untuk memperoleh representasi teks. Mitra et al. (1997) membuat peringkasan teks dengan menggunakan teknik bushy path untuk menghasilkan ekstraksi paragraph. Yeh et al. (2005) membuat ringkasan dengan menggunakan teknik lantent semantic analysis (LSA), hasil ringkasan ini didasari oleh kalimat

19 2 semantik. Peringkasan teks dapat dilakukan dengan menggunakan algoritme genetika (Silla et al. 2004; Khalessizadeh et al. 2006; Fattah & Ren 2008). Algoritme genetika digunakan untuk mencari bobot optimal pada fitur teks kalimat. Pembobotan kalimat merupakan bagian penting dalam peringkasan teks. (Khalessizadeh et al. 2006; Fattah & Ren 2008) telah membuat ringkasan teks dengan menggunakan algoritme genetika sebagai pembobotan kalimat. Menurut Khalessizadeh et al. (2006) algoritme genetika lebih efektif dalam penentuan bobot dibandingkan dengan menggunakan teknik TFIDF. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fattah dan Ren (2008) menunjukkan bahwa peringkasan teks yang dihasilkan dengan menggunakan teknik algoritme genetika lebih baik dibandingkan teknik regresi matematika. Akurasi dari algoritme genetika yaitu 44.94% dan 43.92% untuk peringkasan teks menggunakan teknik regresi matematika. Pada penelitian Fattah dan Ren (2008) melibatkan 10 fitur teks untuk membuat ringkasan dengan algoritme genetika, namun tidak melibatkan hubungan antar kalimat semantik. Kalimat semantik adalah kalimat yang mencirikan hubungan antar kalimat berdasarkan semantik. Kalimat semantik dapat ditentukan dengan menggunakan teknik singular value decomposition (SVD). Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk membuat ringkasan teks dengan melibatkan sepuluh fitur teks (Fattah & Ren 2008) dan fitur teks kalimat semantik. Penentuan bobot optimal atau tingkat kepentingan untuk tiap fitur teks digunakan teknik algoritme genetika. 1.2 Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi peringkasan teks dengan menggunakan algoritme genetika dan menganalisa penambahan ekstraksi fitur teks kalimat semantik menggunakan teknik singular value decomposition.

20 3 1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan ringkasan teks yang optimal dan melakukan peringkasan teks secara cepat dan menghemat waktu untuk memperoleh intisari dokumen. 1.4 Ruang Lingkup Desain dan pengembangan sistem peringkasan teks ini memiliki batasan atau ruang lingkup yang harus dikerjakan dengan cakupan sebagai berikut : 1. Ekstraksi teks yang digunakan adalah bahasa Indonesia. 2. Tema dokumen yang digunakan adalah berita nasional. 3. Dokumen yang digunakan berjenis teks.

21 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad 1997). Ada dua kriteria peringkasan teks yaitu peringkasan teks berdasarkan eksktraksi dan abstraksi (Jezek & Steinberger 2008). Teknik ekstraksi merupakan suatu teknik untuk menyalin unit-unit teks yang paling penting atau paling informatif dari teks sumber menjadi ringkasan, sedangkan teknik abstraksi adalah mengambil intisari dari teks sumber kemudian membuat ringkasan dengan menciptakan kalimat-kalimat baru yang merepresentasikan intisari teks sumber dalam bentuk berbeda (Jezek & Steinberger 2008). 2.2 Paragraf Paragraf dapat didefinisikan sebagai unit informasi yang memiliki topik atau pikiran utama atau topik sebagai dasarnya dan disatukan oleh ide pengontrol. Suatu paragraf yang baik adalah paragraf yang mampu mengarahkan dan membawa pembaca memahami dengan baik kesatuan informasi yang diberikan penulisnya melalui ide-ide pengontrolnya (Gunawan et al. 2008). 2.3 Ekstraksi fitur teks Penelitian ini menggunakan sepuluh fitur teks berdasarkan penelitian Fattah dan Ren (2008) yaitu: posisi kalimat, positive keyword negative keyword, kemiripan antar kalimat, kalimat yang menyerupai judul kalimat, kalimat yang mengandung nama entiti, kalimat yang mengandung data numerik, panjang kalimat, koneksi antar-kalimat, penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat, dan penambahan fitur teks kalimat semantik dengan menggunakan teknik SVD Posisi Kalimat (f1) Posisi kalimat adalah letak kalimat dalam sebuah paragraf. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa kalimat pertama pada tiap paragraf adalah kalimat yang

22 5 paling penting. Oleh karena itu, penelitian ini mengurutkan kalimat tersebut berdasarkan posisinya. Berikut ini contoh fitur teks posisi kalimat pada sebuah dokumen. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan contoh dokumen tersebut, maka perhitungan skor fitur teks posisi kalimat untuk kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, skor kalimat ketiga adalah, dan skor kalimat keempat adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks posisi kalimat dapat dilihat pada (2.1). (2.1) Asumsikan s adalah kalimat didalam paragraf, adalah fitur teks posisi kalimat (fitur teks kesatu), N adalah total jumlah kalimat dalam satu paragraf dan X adalah posisi kalimat dalam tiap paragraf Positive Keyword (f2) Positive keyword adalah kata yang paling banyak muncul pada sebuah kalimat. Berikut ini ilustrasi positive keyword pada dokumen pelatihan dan ringkasan manual: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Berdasarkan isi dokumen tersebut, kata merokok merupakan kata yang muncul pada kalimat dan memiliki peluang kemunculan yang tinggi pada

23 6 ringkasan (tahap pelatihan pada ringkasan manual). adalah, adalah, adalah, adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks positive keyword dapat dilihat pada (2.2). (2.2) Asumsikan s adalah kalimat dalam ringkasan dokumen, S adalah kalimat dalam dokumen, adalah fitur teks positive keyword (fitur teks kedua), n adalah jumlah keyword dalam kalimat, adalah banyaknya keyword ke-i yang muncul dalam kalimat. adalah perhitungan dari korpus pelatihan (ringkasan manual),, n, dan panjang kalimat dihitung menggunakan kalimat s pada tahap pengujian Negative Keyword (f3) Negative keyword merupakan kebalikan dari fitur teks positive keyword. Negative keyword adalah kata yang sedikit muncul dalam kalimat. Berikut ini ilustrasi negative keyword pada dokumen pelatihan dan ringkasan manual: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun.

24 7 Berdasarkan isi dokumen tersebut, kata ekstra merupakan kata yang mucul pada kalimat dan memiliki peluang yang tinggi tidak muncul pada ringkasan. adalah 1, adalah, adalah, adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks negative keyword dapat dilihat pada (2.3). (2.3) Asumsikan s adalah kalimat dalam ringkasan dokumen, S adalah kalimat dalam dokumen, adalah fitur teks negative keyword (fitur teks ketiga), n adalah jumlah keyword dalam kalimat, adalah banyaknya keyword ke-i yang muncul dalam kalimat Kemiripan Antar-Kalimat (f4) Kemiripan antar-kalimat merupakan kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang muncul dalam kalimat lain. Berikut ini contoh penerapan kemiripan antar-kalimat yaitu : Saya pergi belajar dan nonton Saya pergi makan Saya sedang nonton Berdasarkan ketiga kalimat tersebut, maka perhitungan skor fitur teks kemiripan antar-kalimat diilustrasikan pada Gambar 1. Skor kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, dan skor kalimat ketiga adalah. Pada kalimat pertama memiliki tiga kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga, yaitu kata pergi, saya, nonton. Kalimat kedua memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kesatu dan kalimat ketiga, yaitu kata pergi, saya. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kesatu dan kalimat kedua yaitu kata saya, nonton. Berdasarkan ilustrasi kemiripan antar-kalimat pada Gambar 1, maka skor fitur teks kemiripan antar-kalimat dihitung dengan menggunakan (2.4) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kemiripan antar-kalimat (fitur teks keempat). (2.4)

25 8 Gambar 1 Ilustrasi kemiripan antar-kalimat Kalimat yang Menyerupai Judul Dokumen (f5) Kalimat yang menyerupai judul dokumen adalah kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang ada dalam judul dokumen. Berikut ini contoh penerapan kemiripan antar-kalimat yaitu : Judul dokumen : Aktivitas Saya Saya pergi belajar Saya pergi makan Aktivitas saya adalah nonton Berdasarkan contoh tersebut, maka perhitungan skor fitur teks kalimat yang menyerupai judul diilustrasikan pada Gambar 2. Skor kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, dan skor kalimat ketiga adalah. Pada kalimat pertama memiliki satu kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata saya. Kalimat kedua memiliki satu kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata saya. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata aktivitas, saya. Gambar 2 Ilustrasi kalimat yang menyerupai judul.

26 9 Berdasarkan ilustrasi Gambar 2, maka skor fitur teks kalimat yang menyerupai judul dokumen dapat dihitung dengan menggunakan (2.5) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang menyerupai judul dokumen (fitur teks kelima). (2.5) Kalimat yang Mengandung Nama Entiti (f6) Nama entiti adalah sebuah kumpulan kata yang memiliki makna atau membentuk nama sebuah institusi, nama orang, nama pulau. Misalnya Institut Pertanian Bogor merupakan kumpulan kata yang memiliki makna sebuah institusi perguruan tinggi. Berikut ini ilustrasi kalimat dalam dokumen yang mengandung nama entiti: Ada dua alasan utama mengapa saya memutuskan untuk memilih Institut Pertanian Bogor setelah tamat SMU. Pertama, biaya tidak terlalu mahal. Biaya kuliah cukup murah dan boleh dibayar dua kali. Hal ini penting karena orang tua saya bukan orang kaya. Kedua, sistem pendidikan yang baik. Institut Pertanian Bogor sudah dikenal karena tenaga pengajarnya banyak yang doktor dan berpengalaman dalam mengajar. Selain itu, mahasiswanya diberi praktek baik di laboratorium maupun di lapangan. Berdasarkan teks dokumen tersebut, kalimat yang mengandung nama entiti terdapat pada kalimat kesatu dan kalimat keenam, sehingga skor untuk kalimat kesatu adalah, skor kalimat keenam adalah, dan skor untuk kalimat yang lain adalah bernilai 0. Maka perhitungan fitur teks kalimat mengandung nama entiti dapat menggunakan (2.6) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang mengandung nama entiti (fitur teks keenam). (2.6) Kalimat yang Mengandung Data Numerik (f7) Pada peringkasan teks mempertimbangkan data numerik, karena dalam kalimat yang berisi data numerik terdapat kalimat yang penting. Dokumen keuangan merupakan contoh dokumen yang banyak mengandung data numerik,

27 10 sehingga peringkasan dokumen tersebut mempertimbangkan fitur teks data nemerik. Berikut ini ilustrasi kalimat dalam dokumen yang mengandung data numerik: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan teks dokumen tersebut, kalimat yang mengandung data numerik terdapat pada kalimat kedua, sehingga skor untuk kalimat kedua adalah, sedangkan skor kalimat-kalimat lain adalah bernilai 0, maka perhitungan fitur teks kalimat mengandung data numerik dapat menggunakan (2.7) dengan s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang mengandung data numerik (fitur teks ketujuh). (2.7) Panjang Kalimat (f8) Panjang kalimat dihitung berdasarkan jumlah kata dalam kalimat dibagi jumlah kata unik dalam dokumen. Berikut ini ilustrasi panjang kalimat pada sebuah dokumen: Panjang kalimat Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan contoh dokumen tersebut, maka kata dalam kalimat pertama berjumlah 3 (tidak termasuk kata umum atau stoplist), sedangkan kata unik dalam dokumen berjumlah 25 kata, sehingga panjang kalimat pertama bernilai. Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka perhitungan fitur teks panjang kalimat dapat

28 11 menggunakan (2.8) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks panjang kalimat (fitur teks kedelapan). (2.8) Koneksi Antar-Kalimat (f9) Koneksi antar-kalimat adalah banyaknya kalimat yang memiliki kata yang sama dengan kalimat lain dalam satu dokumen. Berikut ini contoh penerapan koneksi antar-kalimat yaitu : Saya pergi belajar Saya pergi makan Saya nonton Dia sedang nonton juga Gambar 3 Ilustrasi koneksi antar-kalimat. Berdasarkan contoh kalimat tersebut, maka fitur teks koneksi antar-kalimat diilustrasikan pada Gambar 3. Kalimat pertama memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga yaitu kata pergi, saya, sehingga kalimat pertama memiliki dua koneksi. Kalimat kedua memiliki dua kata yang sama dengan kalimat pertama dan kalimat ketiga yaitu kata pergi, saya, maka kalimat kedua memiliki dua koneksi. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat keempat yaitu kata saya, nonton, maka kalimat kalimat ketiga memiliki dua koneksi. Kalimat keempat hanya memiliki kata yang sama dengan kalimat ketiga yaitu kata nonton, sehingga kalimat keempat hanya memiliki satu koneksi. Penelitian ini menggunakan normalisasi agar skor nilai pada tiap kalimat dalam jangkauan 0 sampai 1. Perhitungan fitur

29 12 teks koneksi antar-kalimat dilihat pada (2.9) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks jumlah koneksi antar-kalimat (fitur teks kesembilan). (2.9) Penjumlahan Bobot Koneksi Antar-Kalimat (f10) Fungsi fitur teks ini adalah menjumlahkan bobot koneksi antar-kalimat. Perhitungan fitur teks penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat dilihat pada (2.10) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat (fitur teks kesepuluh). (2.10) Kalimat Semantik (f11) Kalimat semantik adalah kalimat yang mencirikan hubungan antar kalimat yang didasari semantik. Asumsikan D adalah sebuah dokumen, adalah banyaknya kata dalam D, dan adalah banyaknya kalimat dalam D. Matriks kata dapat dilihat pada (2.11), dengan adalah kalimat ke-j dalam dokumen dan adalah term ke-i yang muncul didalam dokumen. Pada penelitian ini menggunakan semua keyword atau term yang ada dalam dokumen kecuali kata-kata stoplist. A = (2.11) dengan didefinisikan pada (2.12), dan adalah banyaknya kemunculan term ke-i pada kalimat. sentences frequency i merupakan banyak kalimat yang mengandung term ke-i, sedangkan merupakan ukuran diskriminan kemunculan term ke-i dalam dokumen, N adalah banyaknya kalimat dalam satu dokumen. (2.12) Pada penelitian ini, kalimat semantik ditentukan dengan menggunakan teknik SVD (Yie et al. 2005). Persamaan Singular Value Decomposition (SVD)

30 13 adalah, dengan adalah matriks vektor singular kiri, adalah matriks diagonal singular value, dan adalah matriks vektor singular kanan. Dimana vektor V merepresentasikan kalimat, sedangkan vektor U merepresentasikan kata yang ada pada suatu dokumen. Vektor S merupakan tingkat penciri dari matrik A. Skor fitur teks kalimat semantik dapat diterapkan pada (2.13) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat semantik (fitur teks kesebelas), penjelasan secara detail pada bab pembahasan. (2.13) 2.4 Algoritme Genetika Menurut Goldberg (1989) algoritme genetika atau genetic algorithm adalah algoritme pencarian yang didasari pada mekanisme genetik alamiah dan seleksi alamiah. GA dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi kombinasi, yaitu dengan mendapatkan suatu nilai solusi optimal terhadap suatu permasalahan yang mempunyai banyak kemungkinan (Hermanto 2003). GA dikarakteristik dengan lima komponen dasar yaitu: 1. Representasi kromosom untuk memudahkan penemuan solusi dalam masalah pengoptimasian. 2. Inisialisasi populasi. 3. Fitness function yang mengevaluasi setiap solusi. 4. Proses genetik yang menghasilkan sebuah populasi baru dari populasi yang ada. 5. Parameter seperti ukuran populasi, peluang proses genetik, dan jumlah generasi Siklus Algoritme Genetika Siklus dari algoritme genetika pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg (1989), dapat dilihat pada Gambar 4. Siklus ini terdiri beberapa bagian yaitu: populasi awal, evaluasi fitness, seleksi individu, pindah silang (crossover), mutasi (mutation), dan populasi baru.

31 14 Gambar 4 Siklus algoritma genetika oleh Goldberg (1989) Populasi Populasi awal adalah sekumpulan kromosom awal yang dibangkitkan secara acak dalam satu generasi. Populasi baru merupakan sekumpulan kromosom baru hasil dari proses seleksi, pindah silang dan mutasi. Jumlah populasi dalam algoritme genetika bergantung pada masalah yang akan diselesaikan. Kromosom adalah kumpulan gen yang membentuk nilai tertentu, yang direpresentasikan sebagai solusi atau individu. Gen-gen dapat berupa nilai biner, float, integer, atau string. Allele merupakan nilai dari gen. Generasi merupakan satu siklus proses evolusi atau satu iterasi didalam algoritme genetika. Gambar 5 menjelaskan ilustrasi tentang representasi penyelesaian masalah dalam algoritme genetika. Teknik untuk pembangkitan populasi awal yaitu: random generator. Random generator adalah suatu proses pembangkitan bilangan acak untuk nilai tiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. Teknik ini digunakan untuk bilangan real atau float. Penerapan random generator pada Persamaan (2.14) dengan IPOP merupakan gen berisi nilai dari bilangan acak yang dibangkitkan sebanyak (jumlah populasi) dan (jumlah gen dalam tiap kromosom). Teknik pengkodean adalah suatu teknik untuk membuat kode atau membentuk struktur kromosom. Satu gen umumnya merepresentasikan satu variabel. Teknik pengkodean ini bergantung pada pemecahan masalah yang dihadapi. Kromosom dapat direpresentasikan sebagai string bit, array bilangan real. Berikut ini contoh representasi kromosom: String bit : 11001, 10111

32 15 Array bilangan real : 7.9, 9.7, -70 Gambar 5 Ilustrasi penyelesaian masalah dalam algoritme genetika Fungsi Evaluasi Suatu individu atau kromosom dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran performansinya. Fitness function adalah suatu fungsi yang digunakan untuk mengukur nilai kesamaan atau nilai optimal suatu individu. Nilai fitness adalah suatu nilai yang menyatakan baik atau tidak suatu solusi. Nilai fitness ini yang akan dijadikan referensi dalam mencapai nilai optimal dalam algoritme genetika. Pada evolusi alam, individu yang nilai evaluasi atau fitness tinggi akan bertahan hidup, sedangkan individu yang bernilai evaluasi rendah akan mati (Suyanto 2005). Pada peringkasan teks, nilai fitness ini direpresentasikan sebagai solusi atau irisan hasil ringkasan sistem dengan hasil ringkasan manusia Seleksi Seleksi adalah tahapan dalam algoritme genetika yang berfungsi memilih kromosom yang terbaik untuk proses pindah silang dan mutasi (Cox 2005) dan mendapatkan calon induk yang baik. Semakin tinggi nilai fitness suatu individu semakin besar kemungkinannya untuk dipilih. Jika kromosom memiliki nilai fitness kecil, maka tergantikan oleh kromosom baru yang lebih baik. Tiap kromosom dalam wadah seleksi akan menerima peluang reproduksi tergantung

33 16 pada nilai objektif kromosom terhadap nilai objektif dari semua kromosom dalam wadah seleksi tersebut Pindah Silang Pindah silang merupakan komponen yang penting dalam GA (Gen & Cheng 1997). Pindah silang adalah operator dari algoritme genetika yang melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Pindah silang menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap diuji. Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua individu yang ada. Individu dipilih secara acak untuk dilakukan penyilangan dengan (peluang terjadi pindah silang) antara 0.6 sampai Jika pindah silang tidak dilakukan, maka nilai dari induk akan diturunkan kepada anak (keturunan). Prinsip dari pindah silang adalah melakukan operasi genetika (pertukaran, aritmatika) pada gen-gen yang bersesuaian dari dua induk untuk menghasilkan individu baru. Pindah silang dilakukan pada setiap individu dengan peluang pindah silang yang telah ditentukan. Gambar 6 mengilustrasikan diagram alir proses pindah silang. Gambar 6 Diagram alir proses pindah silang. Pindah Silang Satu Titik Pindah silang satu titik dan banyak titik biasanya digunakan untuk representasi kromosom dalam biner. Pada pindah silang satu titik, posisi pindah

34 17 silang k (k=1,2,,n-1) dengan N = panjang kromosom diseleksi secara acak. Variabel-variabel ditukar antar kromosom pada titik tersebut untuk menghasilkan anak. Pada Gambar 7, ilustrasi pindah silang satu titik dengan peluang pindah silang 0.65 dan Gambar 7 Pindah silang satu titik Mutasi Mutasi adalah operator sekunder atau operator pendukung dalam algoritme genetika yang berperan mengubah struktur kromosom secara spontan. Perubahan spontan ini menyebabkan terbentuknya suatu mutan, yaitu suatu kromosom baru yang secara genetik berbeda dengan kromosom sebelumnya. Mutasi diperlukan untuk mencari solusi optimum, yaitu 1) mengembalikan gen-gen yang hilang pada generasi berikutnya, 2) memunculkan gen-gen baru yang belum pernah muncul pada generasi sebelumnya (Gen & Cheng 1997). Tingkat mutasi atau peluang mutasi ( adalah rasio antara jumlah gen yang diharapkan mengalami mutasi pada setiap generasi dengan jumlah gen total dalam populasi. Peluang mutasi yang digunakan untuk running program biasanya rendah antara sampai 0.2. Jika tingkat mutasi rendah terlalu rendah, maka semakin kecil memunculkan gen-gen baru. Jika mutasi terlalu tinggi maka banyak

35 18 mutan yan muncul, akibatnya banyak karakteristik kromosom induk yang hilang pada generasi berikutnya sehingga algoritme generika akan kehilangan mengingat atau belajar dari proses sebelumnya (Gen & Cheng 1997). Gambar 8 mengilustrasikan diagram alir mutasi. Gambar 8 Diagram alir mutasi. Gambar 9 merupakan contoh penerapan mutasi pada gen yang berisi nilai biner, dengan r adalah indeks atau posisi gen yang mengalami mutasi. Mutasi biner merupakan salah satu cara sederhana untuk mengganti satu atau beberapa nilai gen dari kromosom. Pada Gambar 9, nilai acak r adalah tiga maka nilai gen ketiga yang mengalami mutasi. Gambar 9 Proses dan hasil mutasi.

36 19 3 METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu: tahap pengumpulan dokumen teks, tahap pelatihan dan tahap pengujian. Gambar 10 menunjukkan tahap pelatihan dan pengujian. Gambar 10 Peringkasan teks secara otomatis Pengumpulan Dokumen Teks Penelitian ini membutuhkan masukan dokumen teks berbahasa Indonesia dengan dokumen berjenis file teks. Pada penelitian ini digunakan sebanyak 150

37 20 dokumen berita nasional. Dokumen tersebut berasal dari berita online harian Kompas yang didapat dari korpus penelitian (Ridha 2002) Tahap Pelatihan Tahap pelatihan terbagi atas tiga bagian utama yaitu: ringkasan dokumen, fitur teks, dan pemodelan algoritme genetika. Berikut ini penjelasan masingmasing bagian utama tersebut: Ringkasan Dokumen Secara Manual Pada tahap ini, dokumen diringkas secara manual oleh tiga orang yang berbeda. Jumlah dokumen yang digunakan sebanyak 100 dokumen berita berbahasa Indonesia. Dokumen diringkas dengan pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10% Ekstraksi Fitur Teks Ekstraksi fitur teks merupakan suatu proses untuk mendapat ekstraksi teks dari dokumen. Hasil dari fitur teks adalah ektraksi teks seperti posisi kalimat (f1), positive keyword (f2), negative keyword (f3), kemiripan antar-kalimat (f4), kalimat yang menyerupai judul dokumen (f5), kalimat yang mengandung entiti nama (f6), kalimat yang mengandung data numerik (f7), panjang relatif kalimat (f8), koneksi antar-kalimat (f9), penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat (f10), dan kalimat semantik (f11). Fitur tersebut telah dijelaskan pada Bab Pemodelan Algoritme Genetika Pada tahap ini, algoritme genetika berfungsi sebagai pencarian pembobotan yang optimal pada tiap ekstraksi fitur teks. Tahap ringkasan manual dan ekstraksi fitur teks digunakan untuk menghitung fitness function yang berfungsi untuk mengevaluasi kromosom. Proses algoritme genetika ditunjukkan pada Gambar 11. Proses algoritme genetika dimulai dengan memberi nilai awal populasi. Tiap populasi berisi 1000 kromosom. Pada Gambar 12, sebuah kromosom direpresentasikan sebagai kombinasi seluruh fitur bobot dalam bentuk.

38 21 Gambar 11 Proses algoritme genetika. Gambar 12 Representasi kromosom pada pembobotan ekstraksi fitur teks. Gambar 12 merupakan representasi kromosom pada pembobotan ekstraksi fitur teks dengan bobot pada ekstraksi fitur teks (f1), bobot pada ekstraksi fitur teks (f2), dan seterusnya. Bobot bernilai antara 0 dan 1 dengan normalisasi bobot sehingga jumlah bobot menjadi 1. Berikut ini langkahlangkah proses algoritme genetika : a. Populasi awal dibangkitkan secara acak sebanyak 1000 kromosom, dimana tiap nilai kromosom merepresentasikan bobot ekstraksi fitur teks. Bobot atau nilai yang ada pada kromosom diterapkan pada (3.1) yang berfungsi untuk mendapatkan nilai skor tiap kalimat. (3.1)

39 22 b. Tiap kromosom dievaluasi oleh rata-rata F-measure, dimana nilai precision dan recall diperoleh dari irisan hasil ringkasan yang dibuat oleh mesin dan hasil ringkasan manual. Untuk setiap kromosom, proses F-measure dilakukan sebanyak 100 dokumen. Nilai rata-rata F-measure dapat dilihat pada (3.2). c. Setelah dievaluasi dilakukan seleksi kromosom menggunakan minimum fitness function. Seleksi kromosom ini berfungsi untuk memilih kromosomkromosom mana saja yang akan dipilih untuk proses pindah silang, mutasi dan mendapatkan calon induk yang baik. d. Peluang pindah silang yang digunakan pada penelitian ini adalah Pindah silang terjadi jika peluang yang dihasilkan kromosom yang dijadikan induk lebih kecil dari peluang pindah silang yang telah ditentukan. Teknik yang digunakan pada pindah silang adalah teknik pindah silang satu titik. e. Peluang mutasi yang digunakan adalah 0.2. f. 250 generasi diterapkan pada proses algoritme genetika untuk mendapatkan bobot ekstraksi fitur teks yang optimal. Berikut ini perhitungan F-measure, precision, dan recall menurut (Baeza- Yates & Ribeiro-Neto 1999): (3.2) dengan adalah bobot dari precision (P) dan recall (R), penekanan pada precision dan penekanan pada recall. Nilai F-measure diantara 0 dan 1, oleh karena itu nilai. Asumsikan bahwa S adalah hasil ringkasan teks dari mesin (proses fungsi skor dari dokumen training) dan T adalah ringkasan teks secara manual Tahap Pengujian Tahap pengujian mengunakan 50 dokumen berita berbahasa Indonesia (dokumen yang digunakan pada tahap ini berbeda dengan dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan). Proses selanjutnya yaitu ekstraksi fitur teks. Proses ini sama dengan yang dilakukan di ekstraksi fitur teks tahap pelatihan. Proses peringkasan teks secara otomatis didasari model yang telah diciptakan di

40 23 tahap pelatihan. Model ini direpresentasikan sebagai bobot pada fitur teks yang stabil atau optimal. Kombinasi bobot diterapkan pada fungsi skor untuk setiap kalimat dan dapat dilihat pada (3.1). Fungsi ini digunakan untuk mengintegrasikan semua fitur teks. Pemilihan kalimat berfungsi untuk menghasilkan sebuah ringkasan. Oleh karena itu, seluruh kalimat diurutkan berdasarkan nilai yang dihitung dari (3.1), dan jumlah kalimat yang ditetapkan top-skor menggunakan compression rate (CR) 10%, 20 %, dan 30%. 3.2 Lingkungan Pengembangan Lingkungan pengembangan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: - Perangkat lunak: Windows Vista Business, Bahasa Pemrograman PERL. - Perangkat keras: Intel Core (TM)2 Duo CPU 2.10 GHz, 2037 MB RAM. 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Pascasarjana Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor mulai bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.

41 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April Berita tersebut berasal dari berita online harian Kompas yang didapat dari korpus penelitian Ridha (2002). Dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan sebanyak 100 dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dirangkum dengan batas pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10%, rangkuman tersebut dibuat oleh dua orang yang berbeda. Hasil rangkuman manual ini digunakan untuk mengevaluasi hasil dari ringkasan yang dibuat oleh sistem. Dokumen yang digunakan pada tahap pengujian sebanyak 50 dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dirangkum dengan batas pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10%, rangkuman tersebut dibuat oleh satu orang. Hasil rangkuman manual ini digunakan untuk mengevaluasi hasil dari ringkasan yang dibuat oleh sistem. Rata-rata jumlah kalimat pada dokumen berita adalah Format Dokumen Penelitian ini menggunakan dokumen dalam bentuk format XML sederhana, dan jenis dokumen yang digunakan bertipe teks. Gambar 13 merupakan contoh format dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan dan pengujian. Gambar 13 Format dokumen pada tahap pelatihan dan pengujian.

42 Pemotongan Kalimat Penelitian ini menggunakan teknik ekstraksi teks untuk membuat ringkasan, oleh karena itu diperlukan pemotongan kalimat yang baik. Pengertian kalimat adalah satu atau lebih string kata diakhiri dengan suatu tanda berhenti sepenuhnya, tanda tanya, atau tanda seru. Penelitian ini menggunakan bentuk pemotongan kalimat berupa yaitu: 1. Batas kalimat sesudah tanda baca.?! Contoh : - Aku mau pulang ke desa. - Dia mau kemana? - Akhir dari sebuah cerita! 2. Batas kalimat sesudah tanda petik, bukan setelah tanda titik Contoh : Pindahkan lemari itu. Lemari itu bukan milik mu., kata Amir kepada Joko. 3. Dapat mengenali singkatan seperti Prof. Dr. Jaka, M.Sc akan berkunjung ke Lampung. 4.4 Metode Evaluasi Menurut Mani dan Maybury (1999) terdapat dua teknik untuk mengevaluasi hasil ringkasan teks yaitu extrinsic evaluation dan instrinsic evaluation. Extrinsic evaluation adalah proses penilaian hasil ringkasan berdasarkan pada fungsi tertentu, sedangkan instrinsic evaluation merupakan metode yang berdasarkan perhitungan antara sistem (peringkasan teks oleh sistem) dengan hasil ringkasan manual. Penelitian ini menggunakan metode instrinsic evaluation dengan menggabungkan metode recall (R), precision (P), dan F-Measure (F) pada hasil ringkasan oleh manusia (ringkasan manual) dengan hasil ringkasan yang dibuat oleh mesin. Berikut ini perhitungan F-Measure, precision, dan recall menurut (Baeza-Yates & Ribeiro-Neto 1999) : (5.1) asumsikan S adalah hasil ringkasan teks dari mesin dan T adalah hasil ringkasan teks manual.

43 Kalimat Semantik Asumsikan D adalah sebuah dokumen, adalah banyaknya kata dalam D, dan adalah banyaknya kalimat dalam D. Matriks kata dapat dilihat pada (5.2), dengan adalah kalimat ke-j dalam dokumen dan adalah term ke-i yang muncul didalam dokumen. Pada penelitian ini menggunakan semua keyword yang ada dalam dokumen kecuali kata-kata stoplist. A = dimana didefinisikan pada (5.3), dan adalah banyaknya kemunculan term ke-i pada kalimat. sentences frequency i merupakan banyak kalimat yang mengandung term ke-i, sedangkan merupakan ukuran diskriminan kemunculan term ke-i dalam dokumen, N adalah banyaknya kalimat dalam satu dokumen. (5.3) Perlakuan Singular Value Decomposition (SVD) diterapkan pada matriks dengan, dengan adalah matriks vektor singular kiri, adalah matriks diagonal singular value, dan adalah matriks vektor singular kanan. Fungsi utama dari SVD adalah mengurangi matriks yang besar menjadi matriks yang lebih kecil disebut sebagai reduksi dimensi. Kegunaan dari reduksi dimensi ini adalah mengurangi waktu komputasi tanpa menghilangkan makna dari matriks tersebut. Penelitian tetap mempertahankan dua dimensi sehingga nilai adalah 2. Penentuan nilai ini belum ada acuan yang jelas, dikarenakan masih dalam topik penelitian. Matriks reduksi berbentuk. Berdasarkan nilai SVD, maka pemberian skor pada kalimat dilakukan teknik (Berry & Dumais 1995), dikarenakan matriks adalah diagonal singular maka. Matrik V terdiri dari n baris, dimana baris tersebut merepresentasikan vektor kalimat, sehingga vektor kalimat dapat dilihat pada (5.4).

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April 2002. Berita tersebut berasal dari berita online harian

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai dengan pembuatan metode term frequency oleh Luhn pada tahun 1958. Metode ini berasumsi bahwa frekuensi kata di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang semakin banyak menjadikan ringkasan sebagai kebutuhan yang sangat penting (Mulyana, 2010). Menurut (Hovy, 2001) Ringkasan merupakan teks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan intisari dari sebuah teks, misalnya teks berita. Untuk mendapatkan intisari dari

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto Wibowo 2, Gia Septiana 3 123 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap pengumpulan data Data awal dalam penelitian ini adalah dokumen berupa artikel teks berita online dalam bahasa Indonesia yang dikumpulkan secara acak dari portal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berita pada media massa online bertambah banyak setiap waktu karena selalu ada sesuatu yang patut untuk diberitakan kepada khalayak. Hal ini membuat pembaca harus menyiapkan

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6481 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI LUH GEDE PUTRI SUARDANI NIM. 1208605018 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana tahap pertama adalah proses pengumpulan dokumen teks yang akan digunakan data training dan data testing. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA

SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Junta Zeniarja 1, Abu Salam 2, Ardytha Luthfiarta 3, L Budi Handoko

Lebih terperinci

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Nico Saputro dan Ruth Beatrix Yordan Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Katolik

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENERAPAN

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Related research Penelitian yang dilakukan oleh Abdel Fatah dan Fuji Ren membahas beberapa bentuk model pembobotan pada fitur teks pada peringkasan teks yaitu mathematical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kata Pengertian kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE SENTENCE SCORING DAN DECISION TREE

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE SENTENCE SCORING DAN DECISION TREE TESIS PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE SENTENCE SCORING DAN DECISION TREE PERIANTU MARHENDRI SABUNA No. Mhs.: 155302367/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA andra Aditya 1), Wayan Firdaus Mahmudy 2) 1) Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G651034074 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH

ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH 061401090 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

TESIS PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERINGKAS DOKUMEN DARI BANYAK SUMBER BERBASIS WEB MENGGUNAKAN SENTENCE SCORING DENGAN METODE TF-IDF

TESIS PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERINGKAS DOKUMEN DARI BANYAK SUMBER BERBASIS WEB MENGGUNAKAN SENTENCE SCORING DENGAN METODE TF-IDF TESIS PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERINGKAS DOKUMEN DARI BANYAK SUMBER BERBASIS WEB MENGGUNAKAN SENTENCE SCORING DENGAN METODE TF-IDF FABIANUS HENDY EVAN No. Mhs.: 125301915/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Informasi, Information Retreival, Ant Colony Optimization, Graph, Fitur dokumen. vii

ABSTRAK. Kata kunci : Informasi, Information Retreival, Ant Colony Optimization, Graph, Fitur dokumen. vii ABSTRAK Untuk mendapatkan sebuah informasi pada saat ini sangatlah mudah. Dengan adanya internet orang dengan mudah untuk berbagi informasi. Informasi yang dibagikan biasanya dalam bentuk dokumen, artikel,

Lebih terperinci

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU SEKOLAH PASCASARJA A I STITUT PERTA IA BOGOR BOGOR 2009 PER YATAA ME GE AI TESIS DA SUMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci