4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April Berita tersebut berasal dari berita online harian Kompas yang didapat dari korpus penelitian Ridha (2002). Dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan sebanyak 100 dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dirangkum dengan batas pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10%, rangkuman tersebut dibuat oleh dua orang yang berbeda. Hasil rangkuman manual ini digunakan untuk mengevaluasi hasil dari ringkasan yang dibuat oleh sistem. Dokumen yang digunakan pada tahap pengujian sebanyak 50 dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dirangkum dengan batas pemampatan (compression rate) sebesar 30%, 20%, dan 10%, rangkuman tersebut dibuat oleh satu orang. Hasil rangkuman manual ini digunakan untuk mengevaluasi hasil dari ringkasan yang dibuat oleh sistem. Rata-rata jumlah kalimat pada dokumen berita adalah Format Dokumen Penelitian ini menggunakan dokumen dalam bentuk format XML sederhana, dan jenis dokumen yang digunakan bertipe teks. Gambar 13 merupakan contoh format dokumen yang digunakan pada tahap pelatihan dan pengujian. Gambar 13 Format dokumen pada tahap pelatihan dan pengujian.

2 Pemotongan Kalimat Penelitian ini menggunakan teknik ekstraksi teks untuk membuat ringkasan, oleh karena itu diperlukan pemotongan kalimat yang baik. Pengertian kalimat adalah satu atau lebih string kata diakhiri dengan suatu tanda berhenti sepenuhnya, tanda tanya, atau tanda seru. Penelitian ini menggunakan bentuk pemotongan kalimat berupa yaitu: 1. Batas kalimat sesudah tanda baca.?! Contoh : - Aku mau pulang ke desa. - Dia mau kemana? - Akhir dari sebuah cerita! 2. Batas kalimat sesudah tanda petik, bukan setelah tanda titik Contoh : Pindahkan lemari itu. Lemari itu bukan milik mu., kata Amir kepada Joko. 3. Dapat mengenali singkatan seperti Prof. Dr. Jaka, M.Sc akan berkunjung ke Lampung. 4.4 Metode Evaluasi Menurut Mani dan Maybury (1999) terdapat dua teknik untuk mengevaluasi hasil ringkasan teks yaitu extrinsic evaluation dan instrinsic evaluation. Extrinsic evaluation adalah proses penilaian hasil ringkasan berdasarkan pada fungsi tertentu, sedangkan instrinsic evaluation merupakan metode yang berdasarkan perhitungan antara sistem (peringkasan teks oleh sistem) dengan hasil ringkasan manual. Penelitian ini menggunakan metode instrinsic evaluation dengan menggabungkan metode recall (R), precision (P), dan F-Measure (F) pada hasil ringkasan oleh manusia (ringkasan manual) dengan hasil ringkasan yang dibuat oleh mesin. Berikut ini perhitungan F-Measure, precision, dan recall menurut (Baeza-Yates & Ribeiro-Neto 1999) : (5.1) asumsikan S adalah hasil ringkasan teks dari mesin dan T adalah hasil ringkasan teks manual.

3 Kalimat Semantik Asumsikan D adalah sebuah dokumen, adalah banyaknya kata dalam D, dan adalah banyaknya kalimat dalam D. Matriks kata dapat dilihat pada (5.2), dengan adalah kalimat ke-j dalam dokumen dan adalah term ke-i yang muncul didalam dokumen. Pada penelitian ini menggunakan semua keyword yang ada dalam dokumen kecuali kata-kata stoplist. A = dimana didefinisikan pada (5.3), dan adalah banyaknya kemunculan term ke-i pada kalimat. sentences frequency i merupakan banyak kalimat yang mengandung term ke-i, sedangkan merupakan ukuran diskriminan kemunculan term ke-i dalam dokumen, N adalah banyaknya kalimat dalam satu dokumen. (5.3) Perlakuan Singular Value Decomposition (SVD) diterapkan pada matriks dengan, dengan adalah matriks vektor singular kiri, adalah matriks diagonal singular value, dan adalah matriks vektor singular kanan. Fungsi utama dari SVD adalah mengurangi matriks yang besar menjadi matriks yang lebih kecil disebut sebagai reduksi dimensi. Kegunaan dari reduksi dimensi ini adalah mengurangi waktu komputasi tanpa menghilangkan makna dari matriks tersebut. Penelitian tetap mempertahankan dua dimensi sehingga nilai adalah 2. Penentuan nilai ini belum ada acuan yang jelas, dikarenakan masih dalam topik penelitian. Matriks reduksi berbentuk. Berdasarkan nilai SVD, maka pemberian skor pada kalimat dilakukan teknik (Berry & Dumais 1995), dikarenakan matriks adalah diagonal singular maka. Matrik V terdiri dari n baris, dimana baris tersebut merepresentasikan vektor kalimat, sehingga vektor kalimat dapat dilihat pada (5.4).

4 27 (5.4) Penelitian ini memodifikasi hasil Persamaan 5.4 dengan perkalian antar-matriks S*V (Baker 2005). Untuk mencari hubungan kemiripan antar kalimat digunakan Persamaan 5.5. Sehingga akan terbentuk matriks kemiripan antar-kalimat yaitu: (5.5) Vektor U merepresentasikan term yang ada pada suatu dokumen. Vektor S merupakan tingkat penciri dari matrik A. Proses pembobotan matrik A dilakukan pada tiap-tiap dokumen pelatihan dan dokumen pengujian. Proses SVD dilakukan setelah pembobotan telah dilakukan. Berikut ini contoh perhitungan kalimat semantik menggunakan proses SVD: s1 : Pengiriman emas rusak karena kebakaran s2 : Pengiriman perak tiba di sebuah truk perak s3 : Pengiriman emas tiba di truk Tabel 1 Term frequency dan inverse sentences frequency S1 s2 s3 SF ISF emas kebakaran pengiriman perak rusak tiba truk Matriks A dibentuk dari perkalian antara Pada Tabel 2 menunjukkan hasil pembobotan term pada tiap kalimat. Tahap selanjutnya adalah proses SVD dilakukan dengan tujuan mendapatkan vektor kalimat. Vektor kalimat ini yang digunakan sebagai perhitungan kemiripan antar kalimat.

5 28 Tabel 2 Pembobotan term pada kalimat Tabel 3 Vektor kalimat s1 s2 s3 emas kebakaran pengiriman perak rusak tiba truk s s s Berdasarkan vektor kalimat, dilakukan perhitungan kemiripan antar kalimat menggunakan Persamaan 5.5, sehingga terbentuk matriks kemiripan, ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil akhir dari proses kalimat semantik adalah kalimat 1 memiliki skor terendah dan kalimat 3 memiliki skor tertinggi, sehingga makna yang didapat bahwa kalimat 3 memiliki hubungan semantik yang tinggi, sedangkan kalimat 1 memiliki hubungan semantik yang rendah. Tabel 4 Data matriks kemiripan s1 s2 s3 Total skor s s s jumlah Pemodelan Algoritme Genetika Pemodelan algoritme genetika dilakukan pada tahap pelatihan dengan lima percobaan. Pemodelan algoritme genetika dilakukan terhadap compression rate (CR) 10%, CR 20%, dan CR 30%. Tujuan dari pemodelan algoritme genetika adalah menentukan bobot yang optimal pada tiap-tiap fitur teks. Hasil dari pemodelan algoritme genetika berupa model kromosom terbaik dari CR 10%,

6 29 CR 20%, dan CR 30%. Model-model kromosom tersebut digunakan pada tahap pengujian. Pemodelan algoritme genetika terdiri beberapa bagian yaitu: 1. Representasi kromosom Salah satu komponen penting pada algoritme genetika adalah kromosom. Kromosom pada pemodelan algoritme genetika direpresentasikan sebagai gen yang berisi nilai bobot fitur teks dalam bentuk. Nilai bobot tersebut dihasilkan dari proses acak antara 0 sampai 1 dan dilakukan proses normalisasi agar jumlah bobot bernilai 1. Bentuk representasi kromosom ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 Representasi kromosom. 2. Penentuan nilai awal Penentuan nilai awal pada pemodelan algoritme genetika terdiri atas 1000 kromosom untuk tiap populasi, 250 generasi, peluang pindah silang adalah 0.88, dan peluang mutasi adalah 0.2 sedangkan penentuan peluang pindah silang dan peluang mutasi ditentukan berdasarkan eksperimental. 3. Fungsi evaluasi Pada tahap pelatihan, proses evaluasi pada algoritme genetika berfungsi sebagai evaluasi tingkat akurasi irisan antara ringkasan oleh sistem dan manual, ditunjukkan pada Persamaan 5.2. Proses fungsi evaluasi adalah sebagai berikut: - Pada satu generasi, sebuah kromosom yang berisi gen ( ) diterapkan pada setiap kalimat pada dokumen pelatihan dan pengujian. Namun pada tahap pengujian hanya digunakan model kromosom yang terbaik yang didapat pada tahap pelatihan. - Skor(S) = - Skor kalimat dilakukan pada tiap dokumen pelatihan dan pengujian, diurutkan secara descending.

7 30 - Ringkasan dari sistem berdasarkan pada proses pemampatan atau compression rate (CR) sebesar 10%, 20 %, dan 30%, artinya bahwa banyaknya kalimat pada tiap dokumen dikalikan dengan CR 10%, CR 20%, dan CR 30%. - Hasil ringkasan dari sistem dievaluasi dengan ringkasan manual (5.1), sehingga menghasilkan akurasi atau F-measure dari tiap dokumen. - F-measure pada sebuah kromosom adalah rata-rata F-measure atau nilai akurasi dari seluruh dokumen pelatihan. - Setiap satu generasi, diambil empat kromosom terbaik dan dikembalikan kedalam populasi. 4. Seleksi kromosom Proses seleksi kromosom pada pemodelan algoritme genetika didasari oleh F- measure dari tiap-tiap kromosom, bila F-measure di bawah batas minimum maka kromosom tersebut tidak akan diseleksi. Penelitian ini tidak menggunakan F- measure statis, artinya batas minimun F-measure yang diciptakan berdasarkan nilai terendah F-measure terbaik dari masing-masing generasi atau tiap iterasi. Jumlah F-measure terbaik dari masing-masing generasi ditentukan berdasarkan jumlah kromosom dibagi dengan jumlah iterasi. 5. Proses pindah silang Proses pindah silang terjadi jika peluang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan peluang pindah silang. Pada penelitian ini, gen yang mengalami pindah silang diantara gen nomor 1 sampai gen nomor 11 dan diseleksi secara acak. Pertukaran antar kromosom dilakukan pada titik gen yang telah diseleksi secara acak. Pertukaran antar kromosom ini bertujuan untuk mendapat kromosom yang terbaik. Nilai gen ditentukan berdasarkan nilai acak diantara nol sampai satu. Nilai gen yang mengalami pindah silang akan dinormalisasi kembali dengan tujuan menjaga nilai gen dalam kromosom berjumlah satu. Gambar 15 menunjukkan proses pindah silang antar dua induk. 6. Proses mutasi Proses mutasi terjadi jika peluang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan peluang mutasi. Gen yang dimutasi adalah gen yang berada diantara gen nomor 1 sampai gen nomor 11 sedangkan nilai gen ditentukan berdasarkan

8 31 nilai acak diantara nol sampai satu dan dilakukan secara acak. Mutasi gen hanya berjumlah satu. Nilai gen yang mengalami mutasi akan dinormalisasi kembali dengan tujuan menjaga nilai gen dalam kromosom berjumlah satu. Pada Gambar 16 menunjukkan diagram alir proses mutasi. Gambar 15 Diagram alir proses pindah silang antar dua induk. Gambar 16 Diagram alir proses mutasi. 7. Model kromosom terbaik Proses algoritme genetika dimulai dari penentuan nilai awal, evaluasi fitness, proses pindah silang, sampai proses mutasi. Pada penelitian ini, proses algoritme genetika berhenti jika nilai generasi telah mencapai 250, diasumsikan bahwa jika

9 32 iterasi selesai maka didapat model kromosom yang terbaik. Model kromosom terbaik ini yang akan digunakan sebagai bobot yang optimal pada tahap pengujian. Pada Tabel 5 menunjukkan hasil model kromosom terbaik pada CR 30% untuk 10 fitur dan 11 fitur. Tabel 5 Contoh model kromosom terbaik untuk CR 30% 10 fitur fitur Hasil Pengujian Model Algoritme Genetika Pengujian dilakukan sebanyak lima percobaan untuk masing-masing CR 10%, CR 20%, dan CR 30%. Hasil F-measure dihitung berdasarkan rataan dari seluruh dokumen pengujian. Pada tahap ini, pengujian dilakukan pada model kromosom terbaik pada CR 10%, CR 20%, dan CR 30% Hasil F-measure Tahap Pengujian Gambar 17 menunjukkan rata-rata F-measure pada tahap pengujian untuk masing-masing compression rate (CR 10%, CR 20%, dan CR 30%). F-measure tersebut terdiri dari F-measure yang menggunakan sepuluh fitur teks dan F- measure yang menggunakan sebelas fitur teks. Berdasarkan Gambar 17, F- measure tidak mengalami kenaikan secara signifikan di tiap compression rate. Penggunaan sepuluh fitur teks dan sebelas fitur teks pada CR 10% hanya mengalami kenaikan F-measure sebesar 3.26%, pada CR 20% mengalami penurunan sebesar 0.58%, dan CR 30% mengalami peningkatan sebesar 1.55%. Namun, rata-rata F-measure mengalami kenaikan secara linier dari CR 10% ke CR 20% sebesar 6.28%, dari CR 20% ke CR 30% sebesar 6.17%. Pada CR 30% menunjukkan tingkat akurasi paling tinggi dibandingkan dengan hasil akurasi dari CR 10%, dan CR 20%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar compression rate maka nilai kemiripan hasil ringkasan sistem dengan hasil ringkasan manual semakin besar.

10 33 100% 90% 80% 70% Akurasi 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% Compression rate Gambar 17 Perbandingan pengujian F-measure sepuluh fitur teks ( ) dan sebelas fitur teks ( ) pada CR 10%, CR 20%, dan CR 30% Analisa Model Kromosom Berdasarkan Gambar 17, CR 30% memiliki F-measure paling tinggi dibandingkan dengan hasil F-measure dari CR 10%, dan CR 20%. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan analisa model kromosom menggunakan model kromosom CR 30%. Tujuan analisa model kromosom pada penelitian ini adalah menentukan bobot fitur teks yang penting didalam peringkasan teks sehingga bobot-bobot fitur teks yang tidak penting dapat diabaikan didalam peringkasan teks. Model kromosom CR 30% (lampiran 1) diilustrasikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6, bobot tertinggi diberi nilai 10 dan bobot terendah diberi nilai 0 sehingga total maksimum bobot berjumlah 50. Tujuan ilustrasi tersebut adalah melakukan perangkingan bobot fitur teks dan menganalisa fitur-fitur teks. Berdasarkan Tabel 6, bobot tertinggi terdapat pada fitur teks kalimat yang menyerupai judul yaitu. Pada memiliki rata-rata nilai bobot yang tinggi setiap percobaan yang dilakukan pada tahap pelatihan. Artinya fitur teks kalimat yang menyerupai judul sering muncul di setiap kalimat dalam dokumen dan fitur

11 34 teks tersebut memiliki peluang tinggi untuk menentukan kalimat yang penting dalam dokumen. Oleh karena itu, fitur teks kalimat yang menyerupai judul memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi dalam peringkasan teks. Tabel 6 Ilustrasi nilai bobot pada model kromosom CR 30% Bobot Percobaan Jumlah total bobot Bobot (fitur teks kemiripan antar-kalimat ) merupakan nilai bobot tertinggi kedua setelah fitur teks kalimat yang menyerupai judul. Berdasarkan Tabel 6, fitur teks kemiripan antar-kalimat rata-rata memiliki nilai 9 pada tiap percobaan kecuali pada percobaan tiga. Makna skor bobot tersebut adalah fitur teks kemiripan antar-kalimat mempertimbangkan kemunculan kata dalam kalimat sama dengan kemunculan kata dalam kalimat lain sehingga keterlibatan fitur teks kemiripan antar-kalimat dalam peringkasan teks dapat memberikan kontribusi untuk menentukan kalimat yang penting dalam dokumen teks. Oleh karena itu, fitur teks kemiripan antar-kalimat merupakan bagian penting dalam peringkasan teks. Fitur teks positive keyword memiliki nilai bobot ( ) tertinggi ketiga dari sebelas fitur teks. Analisa skor bobot tersebut adalah fitur teks positive keyword

12 35 mempertimbangkan kemunculan kata di setiap kalimat dalam dokumen sehingga fitur teks tersebut memberikan kontribusi untuk menentukan kalimat yang penting dalam dokumen. Oleh karena itu, fitur teks positive keyword perlu dilibatkan dalam peringkasan teks. Fitur teks kalimat semantik dan fitur teks kalimat yang mengandung data numerik memiliki nilai bobot yang sama yaitu 28. Namun nilai bobot fitur teks kalimat yang mengandung data numerik pada percobaan tiga memiliki nilai bobot paling rendah yaitu 1, artinya stabilitas bobot relatif rendah sedangkan nilai bobot fitur tek kalimat semantik relatif stabil. Analisa dari skor bobot tersebut adalah fitur teks kalimat semantik mempertimbangkan hubungan makna semantik antar kalimat dalam dokumen sehingga fitur teks tersebut memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam peringkasan teks dan penelitian ini menggunakan bobot untuk melakukan pengujian (penentuan empat fitur teks). Fitur teks seperti posisi kalimat (f1), kalimat yang mengandung nama entiti (f6), panjang kalimat (f8), koneksi antar-kalimat (f9), penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat (f10) mempunyai peranan penting dalam peringkasan teks namun nilai bobot dari fitur-fitur teks tersebut masih dibawah nilai 25. Maknanya adalah beberapa fitur teks tersebut dapat diabaikan dalam peringkasan teks tetapi akurasi tetap dapat dipertahankan (lihat Gambar 18). Fitur teks negative keyword memiliki bobot terendah dengan ratarata nol pada setiap percobaan yang dilakukan pada tahap pelatihan. Analisa dari skor bobot tersebut adalah fitur teks negative keyword mempertimbangkan ketidakmunculan kata di setiap kalimat dalam dokumen sehingga fitur teks tersebut tidak memberikan kontribusi untuk menentukan kalimat yang penting dalam dokumen. Oleh karena itu, fitur teks negative keyword dapat diabaikan dalam peringkasan teks. Tabel 7 menunjukkan perangkingan bobot fitur teks dari bobot terbesar sampai bobot terkecil. Tujuan dari perangkingan bobot fitur teks adalah menganalisa fitur teks yang penting dalam peringkasan teks. Berdasarkan perangkingan bobot tersebut, penelitian ini melakukan pengujian dengan menggunakan dua bobot fitur teks empat bobot fitur teks

13 36, enam bobot fitur teks, delapan bobot fitur teks dan sebelas bobot fitur teks Tujuan pengujian dengan menggunakan beberapa macam fitur teks adalah menentukan jumlah fitur teks yang mewakili sebelas fitur teks namun bisa mempertahankan akurasi tetap tinggi. Tabel 7 Perangkingan bobot Ranking Bobot Fitur Teks Jumlah Bobot Gambar 18 menunjukkan kinerja fitur teks terhadap akurasi. Berdasarkan Gambar 18, penggunaan dua bobot fitur teks pada tahap pengujian menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 41.16%, empat bobot fitur teks menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 46.44%, enam bobot fitur teks menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 47.12%, delapan bobot fitur teks menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 47.20%, dan sebelas bobot fitur teks menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 47.63%. Penggunaan empat fitur teks pada tahap pengujian meningkat 5.28% dibandingkan dengan menggunakan dua fitur teks. Namun, perbedaan tingkat akurasi dengan menggunakan enam fitur teks, delapan fitur teks, dan sebelas fitur

14 37 teks adalah sebesar 1%. Oleh karena itu, penggunaan empat fitur teks (f5, f4, f2, f11) pada tahap pengujian dapat merepresentasikan hasil akurasi dari sebelas fitur teks. 100% 90% 80% 70% Akurasi 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jumlah Fitur Teks Gambar 18 Kinerja fitur teks terhadap akurasi. 4.8 Waktu Komputasi Analisa waktu komputasi digunakan untuk mengukur waktu komputasi terhadap penggunaan jumlah fitur teks. diperlukan agar menunjukkan perbandingan waktu komputasi pemodelan algoritme genetika yang menggunakan compression rate 10%, 20% dan 30%. Penelitian ini menggunakan lima percobaan pemodelan algoritme genetika (tahap pelatihan). Perbedaan waktu running program dengan lima percobaan (tahap pelatihan) pada compression rate 10%, 20%, dan 30% dengan satuan jam. Pembentukan model kromosom dengan sebelas fitur teks pada CR 30% membutuhkan waktu

15 38 komputasi rata-rata jam, CR 20% membutuhkan waktu komputasi rata-rata jam, dan CR 10% membutuhkan waktu komputasi rata-rata 5.41 jam. Berdasarkan Gambar 19, dua bobot fitur teks terhadap akurasi memerlukan waktu komputasi rata-rata 256 detik, empat bobot fitur teks memerlukan waktu komputasi rata-rata detik, enam bobot fitur teks membutuhkan waktu komputasi rata-rata detik, delapan bobot fitur teks memerlukan waktu komputasi rata-rata detik, dan sebelas bobot fitur teks membutuhkan waktu komputasi rata-rata detik. Selisih waktu komputasi dengan menggunakan dua fitur teks dan empat fitur teks adalah detik, artinya terjadi kenaikan secara signifikan dengan menggunakan empat fitur teks. Kenaikan waktu komputasi tersebut disebabkan karena empat fitur teks tersebut menggunakan fitur teks tambahan yaitu kalimat semantik. Waktu komputasi untuk fitur teks kalimat semantik membutuhkan rata-rata 300 detik Waktu (detik) Jumlah Fitur Teks Gambar 19 Jumlah fitur teks terhadap waktu akurasi.

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap pengumpulan data Data awal dalam penelitian ini adalah dokumen berupa artikel teks berita online dalam bahasa Indonesia yang dikumpulkan secara acak dari portal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang semakin banyak menjadikan ringkasan sebagai kebutuhan yang sangat penting (Mulyana, 2010). Menurut (Hovy, 2001) Ringkasan merupakan teks

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai dengan pembuatan metode term frequency oleh Luhn pada tahun 1958. Metode ini berasumsi bahwa frekuensi kata di

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto Wibowo 2, Gia Septiana 3 123 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung,

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6481 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan intisari dari sebuah teks, misalnya teks berita. Untuk mendapatkan intisari dari

Lebih terperinci

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Junta Zeniarja 1, Abu Salam 2, Ardytha Luthfiarta 3, L Budi Handoko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berita pada media massa online bertambah banyak setiap waktu karena selalu ada sesuatu yang patut untuk diberitakan kepada khalayak. Hal ini membuat pembaca harus menyiapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan delaskan tahapan yang dilalui dalam melakukan perancangan penelitian yang akan dilakukan dalam tugas akhir ini. Tahapan tersebut meliputi perancangan implementasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana tahap pertama adalah proses pengumpulan dokumen teks yang akan digunakan data training dan data testing. Kemudian

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO

PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA DENGAN PEMILIHAN FITUR C4.5 DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYES SEPTIANDI WIBOWO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF)

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) 1 Dhony Syafe i Harjanto, 2 Sukmawati Nur Endah, dan 2 Nurdin Bahtiar 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang sangat luas dan tidak terbatas merupakan sebuah bukti nyata bahwa informasi sangat diperlukan bagi pencari informasi [16]. Dengan munculnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang memiliki kekayaan tumbuhan obat. Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies tanaman (Bappenas 2003). Sampai tahun 2001 Laboratorium

Lebih terperinci

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN FITUR KALIMAT YOZI SUKMATUL AHDA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang sangat luas dan tidak terbatas seiring dengan sumber informasi yang banyak merupakan suatu bukti konkret bahwa informasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. dengan melampirkan tabel data precision dan recall serta diagram-diagramnya Precision Recall Interpolasi

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. dengan melampirkan tabel data precision dan recall serta diagram-diagramnya Precision Recall Interpolasi 67 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Evaluasi 4.1.1 Hasil Penelitian Berikut disajikan beberapa data hasil query dari penelitian yang dilakukan dengan melampirkan tabel data precision dan

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Nico Saputro dan Ruth Beatrix Yordan Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN 22 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Video dan Ektraksi Frame Video yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan gabungan dari beberapa cuplikan video yang berbeda. Tujuan penggabungan beberapa

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan BAB III Analisis Bab ini memuat analisis yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir, berupa analisis terhadap rancangan pemrosesan, yang dibagi menjadi bagian Preprosesor, Algoritma Genetika, dan bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kata Pengertian kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Related research Penelitian yang dilakukan oleh Abdel Fatah dan Fuji Ren membahas beberapa bentuk model pembobotan pada fitur teks pada peringkasan teks yaitu mathematical

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

INTEGRASI PERINGKAS DOKUMEN OTOMATIS SEBAGAI FEATURE REDUCTION PADA CLUSTERING DOKUMEN

INTEGRASI PERINGKAS DOKUMEN OTOMATIS SEBAGAI FEATURE REDUCTION PADA CLUSTERING DOKUMEN INTEGRASI PERINGKAS DOKUMEN OTOMATIS SEBAGAI FEATURE REDUCTION PADA CLUSTERING DOKUMEN Abu Salam 1, Catur Supriyanto 2, Amiq Fahmi 3 1,2 Magister Teknik Informatika, Univ. Dian Nuswantoro Email: masaboe@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI LUH GEDE PUTRI SUARDANI NIM. 1208605018 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tes Secara harfiah kata tes berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Sistem Lama Pada sistem peringkasan dokumen sebelumnya sistem sudah bisa dijalankan namun masih adanya kekurangan pada sistem tersebut yaitu penginputan dokumen

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Otomatis Peringkasan teks otomatis adalah proses mengurangi teks pada dokumen dengan menggunakan program komputer untuk membuat ringkasan yang berisikan poin-poin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Pengenalan pola (pattern recognition) adalah proses klasifikasi dari suatu objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas, yang mana bertujuan untuk

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE MAXIMUM MARGINAL RELEVANCE LUTFIA AFIFAH

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE MAXIMUM MARGINAL RELEVANCE LUTFIA AFIFAH PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE MAXIMUM MARGINAL RELEVANCE LUTFIA AFIFAH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental dimana metode ini bekerja dengan memanipulasi dan melakukan kontrol pada objek penelitian

Lebih terperinci

Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam].

Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam]. Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam]. Gambar 3.2 Panel Kontrol Pompa Air PDAM Karang Pilang II Surabaya. Formulasi Matematika Optimisasi Konsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA

SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA SISTEM PERINGKASAN DOKUMEN BERITA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER MERI MARLINA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output,

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output, 5 II INJAUAN PUSAKA.1 Fitur Scale Invariant Feature ransform (SIF) Fitur lokal ditentukan berdasarkan pada kemunculan sebuah objek pada lokasi tertentu di dalam frame. Fitur yang dimaksudkan haruslah bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Short Text Similarity dengan Metode Latent Semantic Analysis Untuk Mengetahui Kesamaan Ayat al-quran

Analisis dan Implementasi Short Text Similarity dengan Metode Latent Semantic Analysis Untuk Mengetahui Kesamaan Ayat al-quran Analisis dan Implementasi Short Text Similarity dengan Metode Latent Semantic Analysis Untuk Mengetahui Kesamaan Ayat al-quran Short Text Similarity Analysis and Implementation with Latent Semantic Analysis

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini memberikan dampak yang besar terhadap kinerja manusia khususnya dalam bekerja. Segala sesuatu yang dahulu

Lebih terperinci

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi. Fitur yang digunakan untuk pelatihan pada algoritme VFI5 diperoleh dari tiap-tiap piksel pada citra tanda tangan. Fitur pada pelatihan yang semula berupa matriks berukuran 3 4 piksel disusun menjadi matriks

Lebih terperinci

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU PRESENTASI TUGAS AKHIR KS091336 PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU Oleh : Maya Sagita W. 5208

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI No. Dokumen 02-3.04.1.02 Distribusi Tgl. Efektif RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Rumpun MK Bobot (SKS) Semester

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIK SEBAGAI FUNGSI PRUNING ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TRIPLE TRIAD CARD.

ALGORITMA GENETIK SEBAGAI FUNGSI PRUNING ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TRIPLE TRIAD CARD. ALGORITMA GENETIK SEBAGAI FUNGSI PRUNING ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TRIPLE TRIAD CARD. Nico Saputro [1] dan Erico Darmawan Handoyo [2] Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG Nico Saputro dan Joice Aritonang Email : nico@home.unpar.ac.id, jo_aritonang@yahoo.com A matrix that has lots of zero elements is called

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2]

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini dibahas teori mengenai focused crawler dengan algoritma genetik, text mining, vector space model, dan generalized vector space model. 2.1. Focused Crawler 2.1.1. Definisi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CROSS METHOD LATENT SEMANTIC ANALYSIS UNTUK MERINGKAS DOKUMEN BERITA BERBAHASA INDONESIA

IMPLEMENTASI CROSS METHOD LATENT SEMANTIC ANALYSIS UNTUK MERINGKAS DOKUMEN BERITA BERBAHASA INDONESIA IMPLEMENTASI CROSS METHOD LATENT SEMANTIC ANALYSIS UNTUK MERINGKAS DOKUMEN BERITA BERBAHASA INDONESIA Fernando Winata 1, Ednawati Rainarli 2 1,2 Teknik Informatika, Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH SINGULAR VALUE DECOMPOSITION TERHADAP METODE METODE CLUSTERING

PENGARUH SINGULAR VALUE DECOMPOSITION TERHADAP METODE METODE CLUSTERING ENGARUH SINGULAR VALUE DECOMOSITION TERHADA METODE METODE CLUSTERING Novita Hidayati 1) Muhammad Ihsan Jambak 2) Danny Matthew Saputra 3) 1),2),3) Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI

BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI 3.1 Perhitungan Hasil Simulasi Analisis dimulai dengan melakukan pemodelan dan perhitungan numerik menggunakan program simulasi DINI. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisis sistem. Pada pengujian akan dijelaskan tentang kriteria pengujian serta analisis dari pengujian 4.1. Kriteria Pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa landasan teori yang digunakan untuk perancangan dan pembuatan aplikasi rekomendasi informasi yang bisa dijadikan sebagai acuan. 3.1 Media

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian. 4 penelitian i, kata diasosiasikan dengan anotasi citra (kata) dan dokumen diasosiasikan dengan citra. Matriks kata-citra tersebut didekomposisi meadi : A USV T dengan A adalah matriks kata-citra, matriks

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama proses pembuatan tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat dilihat

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISA AN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Pada masa sekarang ini, proses pencarian dokumen dalam web seperti Google, Yahoo, dan sebagainya dilakukan dengan menginput query yang diinginkan pada kotak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL

PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PEDAHULUA Kata kunci atau yang biasa disebut dengan query pada pencarian informasi dari sebuah search engine digunakan sebagai kriteria pencarian yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam media internet artikel merupakan suatu kebutuhan dan pengetahuan. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat tanpa membaca

Lebih terperinci

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI

PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI PERINGKASAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY R. AHMAD SOMADI GERBAWANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan beberapa komponen yakni ruang kuliah, dosen serta mahasiswa. Seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Text mining Text mining adalah proses menemukan hal baru, yang sebelumnya tidak diketahui, mengenai informasi yang berpotensi untuk diambil manfaatnya dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, segala sesuatu harus dilakukan secara cepat, begitu juga dengan pembaca yang ingin secara cepat mengetahui keseluruhan infomasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma Genetika merupakan metode yang menggunakan evolusi alam sebagai gagasan utamanya dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Algoritma ini diterapkan

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tinjauan atau review seseorang yang ditujukan kepada suatu objek atau produk sangat berpengaruh terhadap penilaian publik atas produk tersebut (Sahoo, 2013). Review

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN 28 BAB 3 PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan percobaan pada penelitian segmentasi dokumen ini. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan mengenai gambaran umum proses segmentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diformulasikan digunakan dalam proses temu kembali selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diformulasikan digunakan dalam proses temu kembali selanjutnya. beberapa kata. Menurut Baeza-Yates dan Ribeiro-Neto (1999), tidak semua kata dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah dokumen secara signifikan Pemrosesan teks yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci