Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E)"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E) Pengelolaan Batas Wilayah Negara & Kawasan Perbatasan November

2 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... i ii iii iii iii Bab 1 PENDAHULUAN... I 1 A. Latar Belakang... I 1 B. Tujuan... I 3 C. Hasil Yang Diharapkan... I 3 D. Ruang Lingkup... I 3 Bab 2 TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KEBIJAKAN... II 1 A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi... II 1 B. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi... II 2 C. Peran dan Prinsip Monitoring... II 4 D. Indikator Kinerja Pembangunan... II 4 E. Pengukuran Kinerja... II 7 F. Tinjauan Kebijakan... II 8 Bab 3 KERANGKA KERJA LOGIS M/E... III 1 A. Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi... III 1 B. Objek Sasaran Monitoring dan Evaluasi... III 2 Daftar Pustaka... Lampiran... i D aftar Isi

3 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kedudukan M/E dalam Konteks Manajemen Pembangunan... II 3 Gambar 3.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi... III 1 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Aspek, Fokus, dan Indikator Kinerja Kunci... II 10 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelola BWN KP... Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Kawasan Perbatasan Darat... Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Darat... III 4 III 5 III 8 Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Perbatasan Laut... III 16 Matrik Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Laut... III 19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Petunjuk Teknis Penggunaan Indikator Monitoring dan Evaluasi... Lampiran 2 Panduan Survei Kepuasan dari Perspektif Masyarakat... Lampiran 3 Panduan Kajian Kelembagaan... Lampiran 4 Data dasar yang Digunakan dalam Indikator Monitoring dan Evaluasi... ii D aftar Isi

4 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia di bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan negara. Disisi lain pemerintah menyadari begitu banyak permasalahan baik dari sisi delimitasi-demarkasi batas, pertahanan keamanan, maupun manajemen pembangunan kawasannya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: (a) masih banyaknya segmen batas yang belum tuntas disepakati sehingga dapat mengancam kedaulatan dan integritas wilayah NKRI; (b) banyaknya aktivitas pelanggaran hukum seperti pembalakan liar, penyelundupan barang, perdagangan manusia, dsb.; (c) dari sudut pembangunan kawasan, sebagian besar kawasan perbatasan cenderung merupakan daerah tertinggal. Hal ini terjadi karena kawasan perbatasan kurang tersentuh oleh dinamika pembangunan sehingga masyarakat cenderung berorientasi kepada negara tetangga, terutama dalam hal pelayanan sosial dan perekonomian. Akibatnya pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan membutuhkan reorientasi kebijakan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, penegakan hukum, kerjasama antar negara di kawasan perbatasan disamping pendekatan keamanan secara bersamaan. Pendekatan ini kemudian direfleksikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) , dimana kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Selanjutnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , ditetapkan bahwa pembangunan kawasan perbatasan sebagai prioritas nasional seperti yang dilaksanakan oleh negara-negara tetangga dalam rangka menumbuhkan perdagangan lintas batas antar negara-negara ASEAN. Dalam RPJMN secara khusus, pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu: i) Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara; ii) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta penegakkan hukum; iii) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan; iv) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan v) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Sejalan dengan reorientasi kebijakan yang baru, pemerintah kemudian menerbitkan UU No.43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara yang memberi mandat kepada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) dan Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah (BPPD) untuk mengelola kawasan perbatasan; yang kemudian diikuti dengan terbitnya Perpres No.12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. I-1

5 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Pada UU No. 43 Tahun 2008 (pasal 15) dinyatakan bahwa tugas Badan Pengelola adalah: a. menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan; b. menetapkan rencana kebutuhan anggaran; c. mengoordinasikan pelaksanaan; dan d. melaksanakan evaluasi dan pengawasan. Untuk mendukung BNPP/BDPP dalam menjalankan tugasnya, maka kelembagaan tersebut perlu diperkuat, dalam hal: - pertama, peningkatan kapasitas pengumpulan dan analisis data dalam rangka penyusunan kebijakan yang relevan; - kedua, reformulasi kebijakan untuk pengembangan kawasan perbatasan; - ketiga, sinergitas lembaga-lembaga yang menangani pembangunan kawasan perbatasan (pusat dan daerah); dan - keempat, peningkatan kapasitas dalam rangka peningkatan pelayanan instansiinstansi di kawasan perbatasan perbatasan. Kegiatan penguatan di atas direfleksikan dalam pelaksanaan kegiatan Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas (IBADBA) yang diselenggarakan oleh Bappenas. Adapun Salah satu output dari kegiatan ini adalah penyusunan kerangka kerja logis Monitoring dan Evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Kerangka ini mengacu pada indikator pencapaian sasaran strategis (baik pada tingkat impact maupun outcome) dalam Rencana Induk Pengelolaan BWN-KP periode Sasaran strategis pada level impact/dampak mengacu pada tujuan yang termaktub di dalam rencana induk. Adapun level outcome mengacu pada sasaran-sasaran strategis yang dituangkan dalam agenda program prioritas. Agenda ini meliputi aspek-aspek yang menjadi fokus prioritas RPJMN, yaitu: a. Penetapan dan Penegasan batas wilayah negara; b. Peningkatan pertahanan-keamanan dan penegakan hukum; c. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan; d. Peningkatan Pelayanan sosial dasar; e. Peningkatan kapasitas kelembagaan; Dengan mengacu pada Kerangka ini, diharapkan pemerintah pusat maupun daerah melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan secara berkala dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan menuju kesejahteraan masyarakat. I-2

6 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area B. TUJUAN Tujuan penyusunan Kerangka Kerja ini adalah 1. Memperoleh umpan balik (feed back) dalam rangka memberikan dukungan bagi pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan; 2. Memastikan bahwa pokok-pokok kebijakan strategis telah dilaksanakan secara konsisten; 3. Untuk memudahkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menilai dan mengoreksi dampak program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan terhadap solusi isu/masalah strategis kawasan perbatasan. C. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari penyusunan kerangka ini adalah: 1. Terumuskannya kerangka kerja logis untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan kawasan perbatasan; 2. Tersedianya baseline data pembangunan kawasan perbatasan di wilayah pilot proyek dan 12 provinsi untuk mendukung monitoring dan evaluasi kinerja berdasarkan indikator hasil (outcome); 3. Tersedianya panduan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun database/sistem informasi yang berkelanjutan untuk mendukung upaya monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan kawasan perbatasan. D. RUANG LINGKUP Adapun ruang lingkup pembahasan terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang lingkup pengelolaan. 1. Ruang Lingkup Materi: a. tinjauan terhadap literatur yang terkait kerangka logis monitoring dan evaluasi; b. tinjauan terhadap kebijakan pembangunan, khususnya untuk kegiatan monitoring dan evaluasi; c. penentuan indikator kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan; d. perumusan kesimpulan dan saran implementasi kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 2. Ruang Lingkup aspek Pengelolaan: Indikator kinerja yang akan diukur adalah indikator dampak (impact) dan indikator hasil (outcome) dari implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Negara dan Kawasan Perbatasan yang bersifat jangka menengah. Adapun aspek yang ditinjau adalah: I-3

7 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area a. Pengelolaan batas wilayah negara terdiri dari aspek: - Penegasan dan Penetapan batas negara, - Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum, dan - Peningkatan kapasitas kelembagaan b. Pengelolaan kawasan perbatasan terdiri dari aspek: - Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum, - Pengembangan ekonomi kawasan dan lingkungan hidup, - Peningkatan pelayanan sosial dasar, dan - Peningkatan kapasitas kelembagaan I-4

8 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area BAB II TINJAUAN TEORITIS dan TINJAUAN KEBIJAKAN A. PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan M/E merupakan bagian dari siklus manajemen pembangunan (Solihin, 2008) yang terdiri dari perencanaan, penganggaran, implementasi, dan monitoringevaluasi. Berbagai definisi mengenai monitoring dan evaluasi telah banyak dirumuskan oleh para pakar. Diantara definisi-definisi tersebut diuraikan sebagai berikut: Menurut Paul J. Gertler... [et al.] 1, monitoring adalah proses yang berkelanjutan yang menelusuri hal-hal yang terjadi dalam suatu program dengan menggunakan data yang dikumpulkan untuk menginformasikan implementasi program dan pengelolaannya. Dengan menggunakan data administratif yang biasa digunakan, kegiatan monitoring dapat menelusuri kinerja program apakah sesuai dengan hasil yang diharapkan, membuat perbandingan dengan program lain, dan menganalisis kecenderungan sepanjang waktu. Biasanya, monitoring meliputi input, proses, output. Namun, dibutuhkan pula monitoring terhadap outcome, seperti perkembangan dari tujuan pembangunan nasional. Adapun evaluasi adalah analisis tujuan yang bersifat periodik dari suatu proyek, program, ataupun kebijakan yang sudah direncanakan, sedang berjalan, maupun telah dilaksanakan/telah selesai. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan spesifik yang berkaitan dengan rancangan, implementasi, dan hasil. Sebaliknya dengan monitoring yang berkelanjutan, evaluasi berkenaan dengan waktu tertentu (diskret) dan sering kali mengambil perspektif diluar pakar teknis. Secara substansial, rancangan, metode, dan biaya evaluasi bervariasi tergantung pada jenis pertanyaan yang akan dijawab melalui evaluasi. Lebih jauh lagi, evaluasi dapat menjawab 3 tipe pertanyaan (Imas and Rist 2009 dalam Gertler. Et.al (2011)) 2 : a. Pertanyaan deskriptif: evaluasi akan diarahkan untuk menentukan apa yang akan disusun dan menjelaskan proses, kondisi, hubungan organisasi, dan pandangan pihak-pihak terkait. b. Pertanyaan normatif: evaluasi membandingkan apa yang telah disusun dan apa yang seharusnya disusun; hal ini dilakukan untuk menganalisis kegiatan dan 1 Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J. Vermeersch The IBRD/ The World Bank 2 Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist The Road to Results: Designing and Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank. II-1

9 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area target apakah telah tercapai atau belum. Pertanyaan normatif dapat diterapkan pada input, proses, dan output. c. Pertanyaan sebab-akibat: evaluasi memeriksa outcome/hasil dan berusaha untuk menganalisis perubahan yang terjadi karena adanya aktivitas outcome. Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan Big Six P s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk (products), personil (personnel), kinerja (performance), dan usulan (proposals). Mengacu pada pendapat Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi adalah bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan bukan apa yang akan dievaluasi. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut: This leads him (Scriven, pen.) to describe evaluations as a trans-discipline.. at a fundamental level, the logic of evaluation is the same regardless of what being evaluated. Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari Big Six P s yang seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah kinerja (performance), khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan. Namun demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan sendirinya tetap akan menjadi focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan disusun. B. KEDUDUKAN MONITORING DAN EVALUASI Sejalan dengan implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan di lapangan, diperlukan suatu kerangka monitoring dan evaluasi (M/E) untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Induk. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi dalam konteks manajemen pembangunan dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah. Di dalam manajemen pembangunan, dilakukan beberapa tahapan yaitu: (a) Perumusan Strategis, (b) Perencanaan Strategis, (c) Penyusunan program dan kegiatan, (d) Penganggaran, (e) Implementasi, dan (f) Laporan. Di dalam proses perumusan strategis yang akan menghasilkan visi, misi, prinsip/nilai dasar, dan tujuan diperlukan identifikasi terhadap isu/masalah strategis yang ada. Isu ini selanjutnya diperkuat dengan data untuk memudahkan analisis sehingga akan menghasilkan Fakta. II-2

10 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Dengan mengacu pada Gambar 2.1, terlihat bahwa ukuran keberhasilan atau ukuran hasil (Outcome Measure atau Lag Indicators) dalam pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan adalah kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan rencana. Fakta Perumusan Strategis Visi Dan Misi, Prinsip/Nilai Dasar, Tujuan (Goals) Analisa Data Perencanaan Strategis Arah Kebijakan Sasaran Strategis Target M O N E V Isu/Masalah Strategis Penyusunan Program dan Kegiatan Program Dan Kegiatan (Jangka Panjang) I A T & L O U Penganggaran (Budgeting) Anggaran (Jangka Pendek) R I A S N I Implementasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan G Laporan Umpan Balik (Feed Back) Gambar 2.1. Kedudukan M & E Dalam Konteks Manajemen Pembangunan C. PERAN DAN PRINSIP MONITORING Di dalam memastikan tercapainya sasaran dalam suatu program dan kegiatan, maka peran monitoring sangat penting karena: a. Monitoring membantu para pelaku program (masyarakat, aparat pemerintah, konsultan, dan stakeholders lain) mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai oleh program. Temuan-temuan dari kegiatan pemantauan tersebut sekaligus juga membantu para pelaku program untuk mengecek apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana atau tidak. b. Monitoring adalah alat manajemen yang sangat berguna. Informasi yang digali dari kegiatan monitoring dapat memberikan masukan kepada pengambil II-3

11 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat diambil jika diperlukan. c. Monitoring penting karena kegiatan ini mendokumentasikan berbagai pengalaman yang muncul di dalam pelaksanaan program dan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang terjadi. Kegiatan ini juga membuat para pelaku program dan berbagai pihak lain untuk belajar dari apa yang terjadi di lapangan. Agar tercapai efektivitas monitoring, terdapat beberapa prinsip-prinsip monitoring yang harus dipenuhi: a. Monitoring harus dilihat sebagai alat penting untuk memperbaiki program. b. Ada 2 (dua) prinsip penting dalam kegiatan M & E, yakni partisipasi dan transparansi c. Semua pelaku mempunyai kewajiban untuk melaporkan informasi seakurat mungkin D. INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN Di dalam mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan, diperlukan suatu indikator. Menurut Solihin (2008) 3, indikator kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), pelaksanaan (on-going), maupun setelahnya (ex-post). Selain itu dapat digunakan untuk petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran. Dalam mengembangkan indikator kinerja, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada penghitungan biaya keluaran (efisiensi). Tujuan kebijakan dan pendekatan program juga harus dianalisa b. Indikator bisa diterapkan untuk: (i) Masukan; (ii) Efisiensi Keluaran; (iii) Efektivitas Hasil; (iv) Kualitas; dan (v) Kepuasan Pelanggan. c. Bisa dikaitkan dengan kesepakatan kinerja antara Menteri dan Kepala Lembaga dan para pejabat di bawahnya d. Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati seringkali diformulasikan, diimplementasikan dan ditafsirkan dengan buruk e. Harus dikembangkan untuk masing-masing program/kegiatan ada yang sulit misalnya pertahanan beberapa lebih mudah misalnya penyelenggara jasa. Selain itu, indikator kinerja yang disusun harus memenuhi syarat: a. SPESIFIC -jelas, tidak mengundang multi interpretasi b. MEASUREABLE -dapat diukur ( What gets measured gets managed ) 3 Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin Plaza-Jakarta, 26 Juli 2008 II-4

12 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area c. ATTAINABLE -dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection method) d. RELEVANT (information needs of the people who will use the data) e. TIMELY -tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many manage decision) Adapun indikator keberhasilan pembangunan menurut Deddy T. Tikson (2005) adalah sebagai berikut 4 : 1. Pendapatan perkapita Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negaranegara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumberdaya ekonomi. 2. Struktur ekonomi Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun. 4 Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand II-5

13 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area 3. Urbanisasi Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan. 4. Angka Tabungan Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah. 5. Indeks Kualitas Hidup IKH atau Physical Quality of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia. II-6

14 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area 6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, di samping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya. Indikator-indikator tersebut, menjadi dasar pengembangan indikator yang disusun dalam Rencana Induk pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. E. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja ini mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring) dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah pengukuran kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi lebih menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi bagi kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi kemudian didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola sumberdaya (bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai II-7

15 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area dengan rencana yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian evaluasi kinerja organisasi akan memberikan manfaat dalam: a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e) Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi. f) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan untuk: a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya. b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas program-program. c) Mengelola program secara efisien. d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program. e) Membuat kebijaksanaan anggaran. f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam rangka meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada manajemen. F. TINJAUAN KEBIJAKAN Pada saat ini berbagai peraturan dan perundangan mengamanatkan kepada K/L untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Perundangan tersebut diantaranya: 1. PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 2. PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; dan 3. PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah. II-8

16 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Berdasarkan penjelasan PP No. 39 tahun 2006, pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan; mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana yang telah ditetapkan, seperti antara lain; melakukan koreksi atas penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan, atau pun klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana. Adapun evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu; (i) Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya; (ii) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan (iii) Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. II-9

17 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Pada PP No. 39 tersebut juga dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RPJM Nasional dan Renstra-KL untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari suatu program. PP No. 6 tahun 2008 menjelaskan, Sistem Pengukuran Kinerja adalah sistem yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan membandingkan secara sistematis dan berkesinambungan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif yang terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu kegiatan. Adapun Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah capaian atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Sedangkan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selanjutnya disingkat EPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan pada Daerah yang baru dibentuk. Di dalam Pasal 3, dinyatakan bahwa EPPD harus berlandaskan asas: spesifik, obyektif, berkesinambungan, terukur, dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dukungan sistem informasi juga diperlukan, sebagaimana disuratkan dalam Pasal 15, sebagai berikut: Untuk kelancaran pelaksanaan EPPD, Pemerintah dan pemerintahan daerah mengembangkan sistem informasi. Beberapa aspek yang diukur dalam Lampiran PP ini, ditampilkan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH PARAMETER INDIKATOR PENINGKATAN KUALITAS INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT FOKUS INDIKATOR FORMULA 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan a. Pertumbuhan PDRB (PDRB (t+1) - PDRB (t)} / PDRB (t) X 100% ekonomi Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi (Inf (t +1) - Inf (t)} / Inf (t) X 100% Pendapatan per kapita Ketimpangan kemakmuran c. PDRB per kapita PDRB d. Indeks Gini k G = l - fp i (Fc i + Fc i-l ) Penduduk pertengahan tahun II-10

18 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area FOKUS INDIKATOR FORMULA Pemerataan pendapatan Ketimpangan regional e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) I Dimana: fpi = frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke i Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada pendapatan ke i k = banyak kelas Fc i - l = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i 40 - Pi YD 4 = Q i-l - X q i P i P i-l YD 4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah Q i -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 P i = Persentase kuraulatif penduduk ke i = Persentase pendapatan ke i q i IW = Y (Y i Y) 2 f i l n Tingkat kabupaten/kota Y i = PDRB perkapita di kecamatan I Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota f i = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di kab/kota Tingkat Provinsi Yi = PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi f i = jumlah penduduk di kab/kota i n = jumlah penduduk di provinsi 2. Kesejahteraan Sosial Pendidikan a. Angka melek huruf b. Angka rata-rata lama sekolah c. Angka partisipasi murni d. Angka partisipasi kasar e. Angka pendidikan yang ditamatkan Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis X 100 Penduduk usia 15 th ke atas Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, th Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th x 100 Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15, th Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA x Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, x 100 Univ)/Jumlah penduduk II-11

19 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Kesehatan f. Angka kelangsungan hidup bayi g. Angka usia harapan hidup h. Persentase balua gizi buruk Kemiskinan i. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang memiliki iahan Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang bekerja Kriminalitas l. Angka kriminalitas yang tertangani (1 - angka kematian bayi) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Jumlah balita gizi buruk Jumlah balita x 100 (100 -angka kemiskinan ) Penduduk memiliki Iahan Jumlah penduduk x 100 Penduduk yang bekerja Angkatan kerja Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun x Jumlah penduduk 3. Seni Budaya dan Olah Raga Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian Jumlah grup kesenian per penduduk Gedung kesenian b. Jumlah gedung kesenian Jumlah gedung kesenian per penduduk Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga Jumlah klub olah raga per penduduk Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah raga Jumlah gedung olah raga per penduduk B. ASPEK PELAYANAN UMUM Pelayanan Dasar Pendidikan Pendidikan dasar: Jumlah murid usia pendidikan dasar x 1000 a. Angka partisipasi Jumlah penduduk usia pendidikan dasar sekolah b. Rasio ketersediaan Jumlah sekolah pendidikan dasar sekolah/ penduduk x Penduduk usia pendidikan dasar usia sekolah c. Rasio guru/murid Jumlah guru pendidikan dasar x 1000 Jumlah murid pendidikan dasar d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata Pendidikan menengah: e. Angka partisipasi sekolah Jumlah guru sekolah pendidikan dasar per kelas Jumlah murid pendidikan dasar Jumlah murid usia pendidikan menengah Jumlah penduduk usia pendidikan menengah x 1000 x 1000 II-12

20 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Kesehatan f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah g. Rasio guru terhadap murid h. Rasio guru terhadap murid per kelas ratarata i. Rasio posyandu per satuan balita Jumlah sekolah pendidikan menengah Penduduk usia pendidikan menengah x Jumlah guru pendidikan menengah x 1000 Jumlah murid pendidikan menengah Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per kelas Jumlah murid pendidikan menengah Jumlah posyandu Jumlah balita x 1000 j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk. k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu Jumlah penduduk Jumlah rumah sakit Jumlah penduduk Jumlah dokter Jumlah penduduk x 1000 x 1000 x 1000 l. Rasio dokter per satuan penduduk m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk Jumlah tenaga medis Jumlah penduduk x 1000 Lingkungan hidup n. Persentase penanganan sampah o. Persentase penduduk berakses air minum p. Persentase luas permukiman yang tertata Volume sampah yang ditangani Volume produksi sampah Penduduk berakses air minum Jumlah penduduk Luas area permukiman tertata Luas area permukiman keseluruhan x 100 x 100 x 100 Sarana dan Prasarana Umum q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik r. Rasio jaringan irigasi s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk t. Persentase rumah tinggal bersanitasi u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Panjang jalan kondisi baik Panjang jalan seluruhnya Panjang saluran irigasi Luas lahan budidaya pertanian Jumlah tempat ibadah Jumlah penduduk Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi Jumlah rumah tinggal Jumlah daya tampung tempat pemakaman umum Jumlah penduduk Jumlah daya tampung TPS Jumlah penduduk Jumlah rumah layak huni Jumlah penduduk x 100 x 1000 x 1000 II-13

21 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area w. Rasio rumah layak huni x. Rasio permukiman layak huni Luas pemukiman layak huni Luas wilayah permukiman II-14

22 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Penataan Ruang Perhubungan 2. Pelayanan Penunjang Penanaman Modal KUKM Kependudukan dan catatan sipil y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB z. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum ab. Rasio ijin trayek ac. Jumlah uji kir angkutan umum ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) c. Rasio daya serap tenaga kerja d. Persentase koperasi aktif e. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM f. Jumlah BPR/LKM g. Rasio penduduk berktp per satuan penduduk h. Rasio bayi berakte kelahiran i. Rasio pasangan berakte nikah Luas ruang terbuka hijau Luas wilayah ber HPL/HGB Jumlah bangunan ber - IMB Jumlah bangunan Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan Jumlah penduduk Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN Jumlah seluruh PMA/PMDN Jumlah koperasi aktif Jumlah seluruh koperasi Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM aktif x 100 Jumlah penduduk usia > 17 yang berktp Jumlah penduduk usia > 17 atau telah menikah Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran Jumlah keseluruhan bayi lahir Jumlah pasangan nikah berakte nikah Jumlah keseluruhan pasangan nikah Ketenagakerjaan j Angka partisipasi angkatan kerja Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Angkatan kerja 15 tahun ke atas Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas Jumlah sengketa pengusaha pekerja Jumlah Perusahaan Pekerja perempuan di lembaga pemerintah Jumlah pekerja perempuan x 100 x 1000 x 100 II-15

23 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n. Rasio KDRT o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur Pekerja perempuan di lembaga swasta Jumlah pekerja perempuan Jumlah KDRT Jumlah rumah tangga Pekerja anak usia 5-14 tahun Jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas x 100 x 100 x 100 KB dan KS Komunikasi dan Informatika Pertanahan Pemberdayaan masyarakat dan desa Perpustakaan p. Rata-rata jumlah anak per keluarga q. Rasio akseptor KB r. Jumlah jaringan komunikasi s. Rasio wartel/warnetterhadap penduduk t. Jumlah surat kabar nasional/lokal u. Jumlah penyiaran radio/tv lokal v. Persentase luas lahan bersertifikat w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK y. Jumlah LSM z. Jumlah perpustakaan Jumlah anak Jumlah keluarga Jumlah akseptor KB Jumlah pasangan usia subur x 100 Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner Jumlah wartel/warnet Jumlah penduduk x 100 Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah Jumlah penyiaran radio/tv yang masuk ke daerah Jumlah luas lahan bersertifikat Jumlah luas wilayah x 100 Jumlah kelompok binaan LPM Jumlah LPM Jumlah kelompok binaan PKK Jumlah PKK Jumlah LSM yang aktif Jumlah perpustakaan aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Pemuda dan olahraga ab. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk ac. Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan ae. Jumlah organisasi pemuda Jumlah polisi pamong praja Jumlah penduduk Jumlah Linmas Jumlah penduduk Jumlah pos siskamling Jumlah desa/kelurahan Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olahraga x x II-16

24 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area af. Jumlah organisasi olahraga ag. Jumlah kegiatan kepemudaan ah. Jumlah kegiatan olahraga Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga C. ASPEK DAYA SAING DAERAH 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Nilai tukar petani Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita Produktivitas total daerah a. Angka konsumsi RT per kapita b. Perbandingan faktor produksi dengan produk c. Persentase Konsumsi RT untuk non pangan d. Dihitung produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrik 5) Bangunan 6) Perdagangan 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan 9) Jasa 2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Aksesibilitas daerah a. Rasio panjangjalan per jumlah kendaraan b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun Total pengeluaran RT Jumlah anggota RT NTP = indeks yangditerima petani (It) indeks yang dibayar petani (Ib) x 100 Total pengeluaran RT non - pangan Total pengeluaran x 100% nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja Nilai tambahan sektor ke - i Jumlah angkatan kerja dimana i = sektor 1 s/d sektor 9 Panjang Jalan Jumlah Kendaraan Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun Penataan wilayah d. Ketaatan terhadap RTRW e. Luas wilayah produktif f. Luas wilayah industri Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah -RTRW/Rencana Peruntukan Jumlah luas wilayah ke I Jumlah luas keseluruhan wil.budidaya x 100 II-17

25 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area g. Luas wilayah kebanjiran h. Luas wilayah kekeringan i. Luas wilayah perkotaan i.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan Fasilitas bank dan non bank Ketersediaan air bersih Fasilitas listrik dan telepon j. Jenis dan jumlah bank dan cabangcabangnya k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi 1. Persentase dan cabang- Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih m. Rasio ketersediaan daya listrik n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/relepon Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabangcabangnya Jumlah RT menggunakan air bersih Jumlah RT Daya listrik terpasang Jumlah kebutuhan Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik Jumlah Rumah Tangga Jumlah penduduk menggunakan HP/telpon Jumlah penduduk x 100 x 100 x 100 Ketersediaan restoran p. Jenis, kelas, dan jumlah Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas restoran Ketersediaan penginapan q. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ Persentase jumlah penginapan/ hotel menurut jenis dan kelas hotel 3. Iklim Berinvestasi Keamanan dan ketertiban a. Angka kriminalitas Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun Jumlah penduduk seluruhnya b. Jumlah demo Jumlah demo dalam 1 tahun x Kemudahan penjinan Pengenaan pajak daerah Perda Status desa c. Lama proses perijinan d. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha f. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa 4. Sumber Daya Manusia Kualitas tenaga kerja a. Rasio lulusan S1/S2/S3 Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari) Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha Jumlah desa/kelurahan berswasembada Jumlah desa/kelurahan Jumlah lulusan S1/S2/S3 Jumlah penduduk x x 100 II-18

26 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tingkat ketergantungan b. Rasio ketergantungan Penduduk usia < 15 th + usia > 64 Penduduk usia x 100 Sementara itu, pada PP No. 8 tahun 2008, Bab VI mengenai Pengendalian dan Evaluasi menerangkan bahwa, yang dimaksud dengan pengendalian meliputi pengendalian terhadap: a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah; dan b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Dalam pelaksanaannya, pengendalian dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah. Sedangkan Pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh SKPD meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan disusun dalam bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda. Selanjutnya Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana pembangunan kepada kepala daerah, disertai dengan rekomendasi dan langkahlangkah yang diperlukan. Adapun evaluasi, sebagaimana dimaksud dalam PP No. 8 tahun 2008 adalah evaluasi yang meliputi: a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah; b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan c. Hasil rencana pembangunan daerah. Sama halnya dengan kegiatan pengendalian (monitoring), kegiatan evaluasi ini dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode sebelumnya. Evaluasi oleh Bappeda meliputi: a. penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah; b. menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya. Agar kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dijalankan dengan baik, diperlukan suatu sistem informasi yang dapat didukung dengan fasilitas internet (berbasis web) dan smart maps (sistem informasi geografi). II-19

27 Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Namun demikian, monitoring dan evaluasi yang ditekankan dalam pembahasan ini adalah monitoring dan evaluasi terhadap rencana induk yang bersifat jangka menengah ( ). Alhasil, pencapaian indikator yang perlu dipantau bukan indikator output, melainkan indikator yang bersifat outcome (menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang menyangkut kepentingan banyak pihak). II-20

28 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area BAB III KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI RENCANA INDUK PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN A. KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI Dengan dilandasi pada Gambar 1.1 (Bab I), maka Kerangka monitoring dan evaluasi dirumuskan seperti pada Gambar 3.1 berikut: KERANGKA MONITORING DAN EVALUASI Logika Vertikal Struktur Rencana Indikator RENCANA INDUK PENGELOLAAN PERBATASAN Impact/Dampak Visi dan Misi Indikator Dampak Benefit/Manfaat Tujuan Indikator Manfaat Result/Hasil Strategi dan Program Indikator Hasil Output/Keluaran Kegiatan RENCANA AKSI (TAHUNAN) Indikator Output Input/Masukan Sumberdaya Indikator Input ISU DAN PERMASALAHAN STRATEGIS BASELINE DATA Gambar 3.1. Kerangka Monitoring dan Evaluasi Dari Gambar 3.1 diatas, berbagai indikator sebagai ukuran hasil (Outcome Measure atau Lag Indicators) dari visi dan misi, tujuan (goals) dan strategi/program sebagai berikut: a) INPUT, berupa segala sesuatu yang dibutuhkan, baik program dan kegiatan, sumber dana, sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun berupa teknologi III-1

29 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area dan informasi, agar kegiatan pelaksanaan dapat berjalan dan menghasilkan keluaran b) PROSES, upaya yang dilakukan dalam mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini umumnya dikaitkan dengan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders) termasuk penerima manfaat, serta dikaitkan dengan mekanisme pelaksanaannya, termasuk koordinasi dan hubungan kerja antar unit organisas c) KELUARAN (OUTPUT), yaitu pencapaian sasaran dari suatu kegiatan, baik dalam wujud fisik maupun non-fisik. d) OUTCOME, yaitu menunjukkan telah dicapainya maksud dan tujuan dari kegiatan-kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau indicator yang mencerminkan fungsi dan manfaat keluaran kegiatan e) MANFAAT adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. f) DAMPAK adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. B. OBJEK SASARAN MONITORING DAN EVALUASI Adapun yang menjadi objek sasaran untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah: 1. Kebijakan (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) Operasional dan Pendanaan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan; 2. Perencanaan pada Pengelolaan Batas wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan (Batas Wilayah Negara, Hankam dan Hukum, Ekonomi Kawasan, Sosial Dasar, dan Kelembagaan); 3. Pelaksanaan; 4. Kelembagaan Pengelola Perbatasan dan Masyarakat. Dalam penyusunan kerangka monitoring di sini, objek sasaran nya adalah poin 2 yaitu Rencana Induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan (suatu rencana jangka menengah 5-tahunan dimana indikator yang digunakan adalah indikator hasil (outcome) dan indikator dampak (impact) yang dianalisis berdasarkan tujuan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan) dengan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara; 2. Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum; 3. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan; 4. Pelayanan Sosial Dasar Dan Budaya Kawasan Perbatasan; 5. Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Perbatasan. Monitoring dan evaluasi terhadap rencana pembangunan ini telah dinyatakan pulan dalam UU No. 25 tahun 2004, bahwa tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) III-2

30 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. Dimana kegiatan pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. (PP No. 39 tahun 2006). Mengacu pada PP No. 39 tahun 2006 dan PP No. 6 tahun 2008, kegiatan monitoring dan evaluasi telah diimplementasikan oleh K/L dan SKPD. Proses pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi tersebut dapat diterapkan dalam Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sebagaimana digambarkan Tabel 3.1. di bawah. Berdasarkan berbagai uraian sebelumnya, maka disusun matriks kerangka monitoring dan evaluasi dengan menampilkan indikator-indikator outcome dan impact, baseline data, dan sumber datanya (Tabel 3.2. Tabel 3.5.) C. PENUTUP Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini tentunya ada pihak yang berkompeten. Dalam hal ini, BNPP adalah pihak yang berkompeten untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan perbatasan. Namun demikian, dukungan dan afirmasi yang positif dari berbagai kementerian dan lembaga maupun pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Perlu diketahui bersama bahwa instrumen ini bukanlah instrumen untuk mengukur kinerja pemerintah daerah ataupun K/L tetapi dapat digunakan untuk memantau pengelolaan kawasan perbatasan sehingga hasilnya dapat menjadi perenungan bersama, apakah pengelolaan kawasan perbatasan sudah optimal dijalankan. III-3

31 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tabel 3.1. Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan BWN-KP Tahun Rencana Indikator Yang diukur Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Jan Jan Jan Jan input output outcome impact Rencana Induk Monitoring x x x x x x Evaluasi Midterm x x Evaluasi Tematik x x x Rencana Aksi Monitoring x X x x x x x x x x x x x x Evaluasi: (kinerja dan tematik) On Going Evaluation (3 kali setiap tahun) x x x x x expose evaluation-2010 x x evaluasi tematik-2010 expose evaluation-2011 X x evaluasi tematik-2011 expose evaluation-2012 x x evaluasi tematik-2012 expose evaluation-2013 x x evaluasi tematik-2013 expose evaluation-2014 evaluasi tematik-2014 x x III-4

32 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tabel. 3.2 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Kawasan Perbatasan Darat TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN 1 Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan darat 2 Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan darat 1. Rata-rata PDRB non migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 2. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 3. Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal 1. Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di Tahun 2008 : Rp ,1 miliar Rp miliar prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2008 : 7,00 % 7,14 % prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009 : 9 kabupaten/kota Sumber Data 16 BNPP melakukan kajian analisis tipologi ekonomi wilayah (tipologi klassen) secara periodik Berdasarkan prinsip II pada Rencana Induk, mengukuhkan kapasitas Indonesia dalam Persaingan Global, maka seluruh kab (16) tidak boleh berstatus tertinggal lagi. a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP Tahun 2009: 66,2 70 prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009: 6,67 tahun 7,25 tahun prediksi dari trend 5 tahun terakhir III-5

33 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN kawasan perbatasan 3. Rata-rata Angka Melek Huruf (AMH) darat penduduk usia tahun kabupaten/kota di kawasan perbatasan 4. Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat Tahun 2009: 84% 87,88% prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009: 66,64 tahun 67,93 tahun prediksi dari trend 5 tahun terakhir 5. Rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan kabupaten/kota di kawasan perbatasan Tahun 2009: Rp. 612,25 ribu Rp. 630 ribu prediksi dari trend 5 tahun terakhir 6. Rata-rata APM SD (7-12 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan 7. Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 8. Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan darat Tahun 2009: 91,87% Tahun 2009: 53,40% Tahun: 39,38% Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 III-6

34 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN 3. Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan. 9. Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/ kota di kawasan perbatasan darat 10. Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan Tahun 2009 : Rp. 6,8 juta Rp. 8,83 juta prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009 : 17,63 % 14 % target RPJMN : 8%-10% Sumber Data a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS Belum ada baseline secara nasional. Sumber Data BNPP dan BPPD menyelenggarakan survei tingkat kepuasan masyarakat secara periodik. Saat ini belum pernah dilakukan survei tingkat kepuasan secara nasional, direkomendasilan perlu dilakukan penelitian secara periodik. III-7

35 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tabel. 3.3 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Darat SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH 1.1. Terwujudnya kesepakatan dalam penegasan batas negara (demarkasi) 1.2. Terwujudnya peta batas negara yang komprehensif 1.3. Terpeliharanya patok/pilar batas negara Jumlah pelaksanaan perundingan terkait demarkasi batas darat Jumlah NLP peta batas negara (joint mapping) koridor perbatasan darat skala 1: Jumlah NLP pemetaan kecamatan kawasan perbatasan darat skala 1: serta skala 1: Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki ASUMSI Perundingn setiap tahun 2 kali Sumber Data Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal Sumber Data KET. Target per tahun bersifat akumulatif Target berdasarkan laporan dari Bakosurtanal Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal 25% 50% 75% 100% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Jumlah di kalimantan: 437/9685=5% Jumlah di NTT: 50/145=35% perlakuan semua tipe pilar sama menurut Bakosurtanal : kalimantan: pilar; III-8

36 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE OUTCOME 2 : ASPEK PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN PENEGAKAN HUKUM 2.1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana Pos Pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas beserta sarana pendukungnya INDIKATOR Persentase pos pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang (jalan, listrik, air bersih, transportasi, komunikasi) yang memadai Jumlah di Papua : ( tugu perapatan) Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi BASELINE jalan baik: 1 pos dari total 163 pos=0,6% ASUMSI ASUMSI KET. Papua 14 MM dan 38 titik densifikasi KET. 25% 40% 60% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP lap. Dit. Wilhan tahun 2007 listrik: 16,35% kondisi PJU di desa (Podes) air bersih: 6% Akses PAM di desa (Podes) komunikasi: 47% akses hp di desa (Podes) Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi altf: BPS, Podes III-9

37 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2.2. Meningkatnya ketersediaan fasillitas dan kualitas pelayanan PLB dalam mengawasi dan memfasilitasi arus barang dan manusia antar negara pada exit/entry point di Lokasi Prioritas serta Berkurangnya tumpang tindih penanganan pelanggaran lintas batas oleh instansi terkait di PLB OUTCOME 3 : ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH, SDA, DAN LH 3.1. Optimalisasi pengeolaan potensi SDA di lokasi prioritas secara berkelanjutan dengan pola pengusahaaan yang didesain khusus dengan memperhatikan kearifan lokal bagi kepentingan masyarakat di wilayah perbatasan. Jumlah Exit-Entry Point (PLB) pada Lokasi Prioritas dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu INDIKATOR ASUMSI 1 (entikong) Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI altf: Laporan BNPP BASELINE ASUMSI Rata-rata produktivitas komoditi pertanian Data baseline berasal dari: kabupaten/kota pada kawasan perbatasan darat (Kuintal/ha) : a. Padi 31,42 52,36 53,65 54,72 55,98 Target bdsrkn 16 dari 16 kab b. Sawit 14,78 35,94 38,23 38,53 39,60 Prediksi Trend data 9 dari 16 kab WKP c. Kelapa 5,91 12,19 12,35 12,52 12,73 nasional 16 dari 16 kab WKP d. Cengkeh 0,15 2,82 2,82 2,99 3,03 3 dari 16 kab e. Kopi 2,36 7,62 7,86 7,94 8,13 13 dari 16 kab WKP f. Lada 2,93 7,51 7,76 7,87 8,03 11 dari 16 kab WKP g. Karet 3,71 9,43 9,26 9,19 9,29 9 dari 16 kab KET. KET. III-10

38 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE ASUMSI WKP KET Terwujudnya kemudahan birokrasi perizinan investasi 3.3. Terbangunnya sarana dan prasarana perkotaan pada PKSN sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan 3.4. Meningkatnya kegiatan usaha produktif yang dilaksanakan oleh masyarakat Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTS) dengan kualifikasi minimal bintang 1 Jumlah PKSN yang dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih. Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS dan Basis Data Kementan Tahun 2011 : Target per kabupaten/kota tahun bersifat akumulatif Tahun 2011 : 0 kabupaten/kota Sumber Data Target per tahun bersifat akumulatif Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2010 : 5 PKSN Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data 1. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum 2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan 3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM 4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo Tahun 2008 : 2 IRT dalam 100 KK 2,11 2,23 2,36 2,49 Target prediksi dari ratarata pertmbhn IRT nasional, hasilnya cenderung tidak bertambah Target per tahun bersifat akumulatif Rata-rata Pertumbhn IRT nasional 5,63% per tahun III-11

39 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 3.5. Meningkatnya sarana prasarana, pelayanan transportasi (darat, sungai, udara) secara terpadu untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas 3.7. Meningkatnya infrastruktur jaringan telekomunikasi dan informasi untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas 3.8. Terselenggaranya perdagangan lintas batas Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun Rata-rata Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler Persentase exit-etry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas Sumber Data 2011 Data Potensi Desa, BPS dan Kemenperin Tahun 2008: 17,67% Tahun 2008: 58,15% Sumber Data Podes, BPS ASUMSI Tahun 2008 : 18,49% 40 % 60 % 80 % 100 % Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Tahun 2008 : 57 % 60 % 75 % 85 % 100 % Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data BPS, Podes Sumber Data KET. 3.9 Meningkatnya infrastruktur jaringan listrik di lokasi prioritas Rata-rata Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki Tahun 2008: 16,35% 20% 40% 60% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP III-12

40 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE OUTCOME 4 : ASPEK PELAYANAN SOSIAL DASAR penerangan jalan utama INDIKATOR Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN Sumber Data BPS, Podes ASUMSI BASELINE PLN: 9,76% 60% 70% 75% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Non-PLN: 9,70% KET Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan kesehatan di Lokasi Prioritas yang memadai Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan Sumber Data BPS, Podes Tahun 2008 : 14,51% Tahun 2008 : 18,82% Tahun 2008 : 53,78% Tahun 2008 : orang untuk 1 puskesmas atau pustu Sumber Data BPS, Podes III-13

41 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 4.5. Terpenuhinya satuan lingkungan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan dan tata ruang di Lokasi Prioritas 4.6. Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan pendidikan di Lokasi Prioritas OUTCOME 5 : ASPEK KELEMBAGAAN 5.1. Tersusunnya Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanatkan UU 43/2008 pasal 10 s.d. 13 Jumlah Lokasi prioritas yang ditingkatkan sarana, prasarana permukimannnya - Rata-rata prosentase KK yang tinggal di rumah kumuh - Rata-rata prosentase KK yang memiliki jamban Rata-rata rasio Gurumurid SD di kecamatan perbatasan Rata-rata rasio Gurumurid SMP di kecamatan perbatasan INDIKATOR Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan Tahun 2008: 2,31% Tahun 2008: 48,73% Sumber Data 2011 BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong Tahun 2009: 16,41 Tahun 2009: 13,57 Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS BASELINE 2011 : Belum tersedianya PP Pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan Sumber Data 2011 Tersusunnya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP Ditetapkan nya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan ASUMSI ASUMSI - - Tahun 2012 masalah PP sudah terselesaikan KET. KET. III-14

42 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 5.2. Tercapainya sinergi K/L dan Pemda dalam melaksanakan pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan mengacu kepada dokumen grand design, rencana induk, dan rencana aksi 5.3. Terwujdnya kemandirian daerah di kawasan perbatasan dalam pembiayaan pembangunan 5.4. Terwujudnya satuan kerja perbatasan di daerah 5.5. Meningkatnya Kinerja lembaga Pengelola Perbatasan Persentase realisasi alokasi dana K/L dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Jumlah WKP dengan kapasitas Fiskal di atas kategori sedang (indeks >0,5) Jumlah Kabupaten pada WKP I dan WKP II di kawasan perbatasan darat yang memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan Hasil Evaluasi kinerja kelembagaan dengan kategori Baik Tahun 2012 : 15,5 % - 15,15 % 30 % 50 % tidak ada 15 % 30 % 50 % Sumber Data Rencana Aksi BNPP Tahun 2010: 9 kab/wkp Sumber Data ASUMSI KET NOMOR 245/PMK.07 /2010 Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS Kemenkeu 3 (Sanggau, Nunukan, Keroom) Sumber Data BNPP Belum dilakukan kajian Sumber Data Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir) III-15

43 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area III-16

44 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tabel. 3.4 Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Perbatasan Laut TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN 1 Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan laut 1. Rata-rata PDRB non migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 2. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 3. Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal Tahun 2009 : Rp ,1 miliar Rp ,7 miliar prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009 : 6,37 % 6,39% prediksi dari trend 5 tahun terakhir Tahun 2009 : 10 kabupaten/kota Sumber Data 22 BNPP melakukan kajian analisis tipologi ekonomi wilayah (tipologi klassen) secara periodik 2 Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan laut 1. Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan c. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS d. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP Tahun 2009: 71,45 73,56 Trend 5 tahun terakhir Tahun 2009: 7,89 tahun 8,58 tahun Trend 5 tahun terakhir III-17

45 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN 3. Rata-rata Angka Melek Huruf (AMH) darat penduduk usia tahun kabupaten/kota di kawasan perbatasan 4. Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut Tahun ,11 % 98,83 % Trend 5 tahun terakhir Tahun 2009: 68,70 tahun 65, 71 tahun Trend 5 tahun terakhir menurun 5. Rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan kabupaten/kota di kawasan perbatasan Tahun 2009 Rp. 616,11 ribu 634,59 ribu Trend 5 tahun terakhir 6. Rata-rata APM SD (7-12 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 7. Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 8. Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan laut 9. Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/ kota di kawasan perbatasan laut Tahun 2009: 94,80% 100% Target MDGS 100% Tahun 2009: 65,50% Tahun 2009: 52,21% Tahun 2009 : Rp. 8,445 juta Rp. 11,483 juta Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Trend 5 tahun terakhir III-18

46 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE 2014 ASUMSI KETERANGAN 3 Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan. 2. Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan Tahun 2009 : 14,86 % 10 % target RPJMN : 8%-10% Sumber Data a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS Belum ada baseline secara nasional. Sumber Data BNPP dan BPPD menyelenggarakan survei tingkat kepuasan masyarakat secara periodik. Saat ini belum pernah dilakukan survei tingkat kepuasan secara nasional, direkomendasilan perlu dilakukan penelitian secara periodik. III-19

47 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area Tabel. 3.5 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Laut SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH 1.1 Terwujudnya kesepakatan antara negara RI dan negara tetangga pada segmen batas laut (teritorial dan yurisdiksi) yang belum disepakati 1.2. Terwujudnya kejelasan peta batas negara di laut yang komprehensif OUTCOME 2 : ASPEK PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN PENEGAKAN HUKUM 2.1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana Pos Pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas beserta sarana pendukungnya Jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan laut Jumlah NLP peta batas negara di laut INDIKATOR Persentase pos pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang segmen batas Sumber Data Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal Laporan tahunan Kemenlu Seluruh Indonesia: a. 1:250ribu 246 NLP dari target 306 b. 1:50ribu, dari target NLP Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi BASELINE jalan baik: 1 pos dari total 163 pos=0,6% ASUMSI Target bdsrkn Rinduk BWN-KP 25% 40% 60% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP KET. lap. Dit. Wilhan tahun 2007 III-20

48 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE (jalan, listrik, air bersih, transportasi, komunikasi) yang memadai listrik: 35,34% air bersih: 10,45% komunikasi: 21,44% Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi altf: BPS, Podes 2014 ASUMSI kondisi PJU di desa (Podes) ketersediaan PAM di desa (Podes) aksesibilitas hp di desa (Podes) KET Meningkatnya cakupan pengawasan dan pengamanan pada Lokasi Prioritas Jumlah PPKT dengan tingkat pengawasan dan pengamanan yang memadai 9 PPKT di 9 kec Lokpri Sumber Data Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi ada penjaga TNI dan suar atau alat lain serta merupakan PPKT prioritas 2.3. Meningkatnya ketersediaan fasillitas dan kualitas pelayanan PLB dalam mengawasi dan memfasilitasi arus barang dan manusia antar negara pada exit/entry point di Lokasi Prioritas serta Berkurangnya tumpang Jumlah Exit-Entry Point (PLB) pada Lokasi Prioritas dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu 1 (batam) Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data III-21

49 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE tindih penanganan pelanggaran lintas batas oleh instansi terkait di PLB OUTCOME 3 : ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH, SDA, DAN LH 3.1. Optimalisasi pengeolaan potensi SDA di lokasi prioritas secara berkelanjutan dengan pola pengusahaaan yang didesain khusus dengan memperhatikan kearifan lokal bagi kepentingan masyarakat di wilayah perbatasan Terwujudnya kemudahan birokrasi perizinan investasi INDIKATOR Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI altf: Laporan BNPP BASELINE ASUMSI Rata-rata produktivitas komoditi pertanian kabupaten/kota pada kawasan perbatasan Data baseline diperoleh dari: darat (ton/ha) : Tahun 2009: a. Padi 1,844 52,36 53,65 54,72 55,98 Target berdasarkan 13 dari 22 kab b. Sawit 1,907 35,94 38,23 38,53 39,60 trend data 6 dari 22 kab c. Kelapa 0,593 12,19 12,35 12,52 12,73 nasional 19 dari 22 kab d. Cengkeh 0,079 2,82 2,82 2,99 3,03 7 dari 22 kab e. Kopi 0,263 7,62 7,86 7,94 8,13 7 dari 22 kab f. Lada 0 7,51 7,76 7,87 8,03 5 dari 22 kab g. Karet 0,593 9,43 9,26 9,19 9,29 9 dari 22 kab Sumber Data Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTS) dengan kualifikasi minimal bintang 1 Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS Tahun 2011 : 15 kabupaten/kota Tahun 2011 : 1 kabupaten/kota Sumber Data KET Target per tahun bersifat akumulatif Target per tahun bersifat akumulatif Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 3.3. Terbangunnya sarana dan Jumlah PKSN yang Tahun 2010 : 0 PKSN Target per III-22

50 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE prasarana perkotaan pada PKSN sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan 3.4. Meningkatnya kegiatan usaha produktif yang dilaksanakan oleh masyarakat 3.5. Meningkatnya sarana prasarana, pelayanan transportasi (darat, sungai, udara) secara terpadu untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih. Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun Sumber Data Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum 6. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan 7. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM 8. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo Tahun 2008 : 3 IRT dalam 100 KK Sumber Data Data Potensi Desa, BPS Tahun 2008: 35,35% Tahun 2008: 60,64% Sumber Data Podes, BPS 2014 ASUMSI 3,17 3,35 3,54 3,73 Target prediksi dari rata-rata pertmbhn IRT nasional, hasilnya cenderung tidak bertambah KET. tahun bersifat akumulatif Rata-rata Pertumbhn IRT nasional 5,63% per tahun III-23

51 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 3.7. Meningkatnya infrastruktur jaringan telekomunikasi dan informasi untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas 3.8. Terselenggaranya perdagangan lintas batas 3.9 Meningkatnya infrastruktur jaringan listrik OUTCOME 4 : ASPEK PELAYANAN SOSIAL DASAR 4.1. Meningkatnya ketersediaan listrik di lokasi-lokasi prioritas Rata-rata Persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Rata-rata persentase desa pada masingmasing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler Persentase exit-etry point yang telah merealisasikan perdagangan lintas batas sesuai dengan border trade agreement. Rata-rata Persentase desa pada masingmasing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama INDIKATOR Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN Tahun 2008 : 30,30 % ASUMSI 40 % 60 % 80 % 100 % Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Tahun 2008 : 79 % 80 % 90 % 95 % 100 % Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data BPS, Podes Sumber Data Tahun 2008: 35,54% 40% 50% 60% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data BPS, Podes BASELINE Tahun 2008: 26,29% 60% 70% 75% 80% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP Sumber Data BPS, Podes KET. III-24

52 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE 4.2. Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan kesehatan di Lokasi Prioritas yang memadai 4.5. Terpenuhinya satuan lingkungan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan dan tata ruang di Lokasi Prioritas 4.7. Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan pendidikan di Lokasi Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan Jumlah Lokasi prioritas yang ditingkatkan sarana, prasarana permukimannnya - Rata-rata prosentase rumah kumuh terhadap jumlah KK - Rata-rata prosentase rumah memiliki jamban terhadap jumlah KK Rata-rata rasio Gurumurid SD di kecamatan perbatasan Tahun 2008 : 20,46% Tahun 2008 : 28,50% Tahun 2008 : 72,51% Tahun 2008 : orang per satu puskesmas/pustu Sumber Data BPS, Podes ASUMSI Tahun 2008: 1,62% Target bdsrkn Rinduk BWN-KP rmh dg jamban: 60,78% Sumber Data BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong Tahun 2009: 13,74 KET. III-25

53 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE Prioritas OUTCOME 5 : ASPEK KELEMBAGAAN 5.1. Tersusunnya Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanatkan UU 43/2008 pasal 10 s.d Tercapainya sinergi K/L dan Pemda dalam melaksanakan pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan mengacu kepada dokumen grand design, rencana induk, dan rencana aksi Rata-rata rasio Gurumurid SMP di kecamatan perbatasan INDIKATOR Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan Persentase realisasi alokasi dana K/L dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Tahun 2009: 24 Sumber Data 2011 Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS BASELINE 2011 : Belum tersedianya PP Pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan Sumber Data 2011 Tersusunnya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP Ditetapkannya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan ASUMSI PP ini telah diselesaikan pada tahun 2012 Tahun 2012 : 15,5 % - 15,15 % 30 % 50 % tidak ada 15 % 30 % 50 % Sumber Data Rencana Aksi BNPP 5.3. Terwujdnya kemandirian Jumlah WKP dengan Tahun 2010: NOMOR KET. III-26

54 Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE daerah di kawasan perbatasan dalam pembiayaan pembangunan 5.4. Terwujudnya satuan kerja perbatasan di daerah 5.5. Meningkatnya Kinerja lembaga Pengelola Perbatasan kapasitas Fiskal di atas kategori sedang (indeks >0,5) Jumlah Kabupaten pada WKP I dan WKP II di kawasan perbatasan darat yang memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan Hasil Evaluasi kinerja kelembagaan dengan kategori Baik Sumber Data Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS (Bintan, Talaud) Sumber Data BNPP Belum dilakukan kajian Sumber Data Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir) 2014 ASUMSI KET. 245/PMK.07 /2010 Penjelasan teknis mengenai penggunaan indikator dalam kerangka Monitoring dan Evaluasi di atas, terlampir. III-27

55 DAFTAR PUSTAKA -----Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, BNPP Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin Plaza- Jakarta, 26 Juli Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand Syamsiah Badruddin, Maret 2009, Pengertian Pembangunan, Kuncoro Mudrajad, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan, UPPAMPYKPN, Yogyakarta Simrenas, Sistem Informasi dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Nasional- Bappenas Rajesri Govindaraju, Pengembangan Sistem Informasi-Manajemen Sistem Informasi- ITB Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J. Vermeersch The IBRD/ The World Bank Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist The Road to Results: Designing and Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank Perpres No 12 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah PP No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.

56 Lampiran 1 Penjelasan Teknis Indikator yang Digunakan I. Indikator Dampak A. Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan meliputi : (1) Rata-rata PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan kabupaten/kota di kawasan perbatasan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun yang berada di daerah/ regional tertentu, diukur dalam nilai rupiah. PDRB harga konstan adalah nilai PDRB yang dihitung dengan harga konstan pada satu tahun dasar tertentu, PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan kapasitas dan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, digunakan rata-rata PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Nilai PDRB non-migas digunakan dalam pengukuran indikator ini untuk memperoleh kapasitas ekonomi riil tanpa memperhitungkan peranan sektor migas. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan Pertumbuhan PDRB merupakan indikator yang dapat digunakan mengetahui kondisi perekonomian secara makro yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah, diukur dalam persentase. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, digunakan indikator rata-rata pertumbuhan PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut

57 Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal dibandingkan dengan ratarata provinsinya. Pendekatan analisis tipologi klassen (Klassen Typology) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tipologi perkembangan ekonomi tiap-tiap daerah meliputi : (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), (2) daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth), (3) daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan (4) daerah relatif tertinggal (lowgrowth and low income). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagikabupaten/kota berdasarkan dua indikator utama,yaitu pertumbuhan ekonomi daerah danpendapatan per kapita daerah. Di masing-masing kabupaten, kedua variabel ini kemudian dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi, kemudian digambarkan dalam grafik scattered plot. Pendekatanini akan menghasilkan empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yang dibagi ke empat kuadran yang manggambarkan tipologi perkembangan ekonomi tiap-tiap daerah. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, dihitung jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan setiap provinsi yang tidak termasuk tipologi daerah tertinggal (low growth and low income). Jika jumlah kabupaten/kota yang rekatif tinggal di setiap provinsi semakin menurun, maka kinerjanya dinilai semakin baik. B. Tujuan 2 : Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan meliputi : (1) Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan IPM merupakan Indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Ukuran IPM diwakili oleh 3 (tiga) parameter yang terdiri atas angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan paritas dayabeli. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.

58 (2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, dihitung rata-rata RLS kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan Sedangkan Angka rata-rata Melek Huruf adalah rata-rata persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Untuk menghitung AMH dapat menggunakan rumus sebagai berikut: dimana: = angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun keatas) pada tahun t = Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis pada tahun t = Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Adapun untuk menghitung Rata-rata indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (4) Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka Harapan Hidup (AHH) menggambarkan persentase perkiraan rata-rata lamanya hidup dengan penduduk (dalam tahun) sejak lahir. Untuk mengukur

59 pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata AHH kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata pengeluaran perkapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Sedangkan bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, dihitung ratarata pengeluaran per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (6) Rata-rata APM SD (7-12 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka partisipasi murni sekolah dasar adalah perbandingan antara murid sekolah dasar (SD) dan sederajat usia 7-12 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SD adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia 7-12 tahun di tingkat SD. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan

60 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP adalah persentase siswa SMP dan sederajat usia tahun dari jumlah penduduk di usia tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SMP adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia tahun di tingkat SMP. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata nilai APM SMP kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka partisipasi murni SMU adalah perbandingan antara murid SMU dan sederajat usia tahun dengan penduduk usia tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SMU adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia tahun di tingkat SMU. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (9) Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahari tahun. PDRB per kapita berguna untuk menunjukkan rata-rata tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata nilai PDRB per kapita di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (10) Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan

61 Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin menurun nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. C. Tujuan 3 : Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan. Tingkat kepuasan masyarakat diukur melalui survei kualitatif dengan menggunakan kuisioner untuk menilai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lintas batas di kawasan perbatasan. Gambaran Panduan Pelaksanaan Survei terlampir. II. Indikator Hasil (Outcome) Pembangunan Kawasan Perbatasan A. Aspek Batas Wilayah Indikator yang digunakan untuk mengukuran sasaran-sasaran hasil pada aspek batas wilayah negara meliputi : (1) Jumlah NLP peta batas negara di laut skala 1: Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta batas negara di kawasan perbatasan darat/laut setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh koridor perbatasan telah dilengkapi oleh peta batas hasil Joint Mapping skala 1: (2) Jumlah NLP pemetaan kecamatan kawasan perbatasan skala 1: serta skala 1: Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta kecamatan di kawasan perbatasan darat setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh koridor kecamatan perbatasan telah dipetakan dengan skala 1 : dan 1: (3) Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki adalah proporsi patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki terhadap jumlah kebutuhan

62 perbaikan pilar batas setiap tahun. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemajuan perbaikan pilar/patok batas di kawasan perbatasan darat. Semakin meningkat nilaui indikator ini maka kinerjanya dinilai semakin baik. (4) Jumlah Pelaksanaan Perundingan Perbatasan Perundingan untuk menyelesaikan kesepakatan segmen batas ini sangat penting, mengingat masih banyaknya segmen batas yang harus disepakati. Dalam penyusunan kerangka monitoring ini, indikator pelaksanaan perundingan digunakan untuk memantau perkembangan kesepakatan antara negara RI dan negara tetangga pada segmen batas laut (teritorial dan yurisdiksi) yang belum disepakati. B. Aspek Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum meliputi : (1) Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan kualitas sarana- prasarana penunjang yang memadai Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang (yang memadai adalah proporsi jumlah pos pamtas yang telah dilengkapi oleh fasilitas jalan akses, listrik, air bersih, transportasi, dan dan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Jumlah PPKT dengan tingkat pengawasan dan pengamanan yang memadai Pulau-pulau Kecil Terluar/Terdepan (PPKT) perlu mendapat perhatian. Jumlah PPKT yang dimiliki negara RI adalah 92 pulau, dimana 12 pulau diantaranya menjadi prioritas dalam aspek pertahanan dan keamanan. Adapun kondisi ke-12 pulau prioritas ditampilkan sebagai berikut: NO NAMA LOKASI KONDISI 1. P. Rondo Prov. NAD (berbatasan dg India) Luas 0,25 mil 2 dan tdk berpenghuni. Tempat penyelundupan senjata Fungsi : pertahanan negara 2. P. Berhala Prov. Sumut (berbatasan dg Tidak berpenghuni

63 NO NAMA LOKASI KONDISI Malaysia) Tempat penyelundupan & rawan perampokan Fungsi : pertahanan negara 3. P. Nipa Prov. Riau (berbatasan dg Singapura) Luas 10 ha, tdak berpenghuni. Terjadi perubahan garis pantai akibata pengambilan pasir. Fungsi : pertahanan negara 4. P. Sekatung Prov. Riau (berbatasan dg Vietnam) Luas 22 km 2, tidak berpenghuni Rawan penyelundupan & imigran gelap Fungsi : Pertahanan negara 5. Kep. Anambas Prov. Riau (berbatasan dg Malaysia 6. P. Sebatik Prov. Kaltim (berbatasan dg Malaysia) 7. P. Marore Prov. Sulut (berbatasan dg Philipina) 8. P. Miangas Prov. Sulut ( berbatasan dg Philipina) 9. P. Fani Prov. Papua (berbatasan dg Palau) 10. P. Fanildo Prov. Papua (berbatasan dg Palau) Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Cukup luas, berpenghuni, ada kegiatan kebun yang tertata & aktivitas ekonomi lain. Terbentuk sistem kota-kota, ada rencana pengembangan kawasan industri dan dermaga Luas 168,5 ha, jml penduduk 842 jiwa Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Luas 62,2 ha, jml penduduk 631 jiwa Rawan penyelundupan senjata dan narkotika serta pendatang ilega Rawan subversi, intervensi, penyelundupan & perompakan Rawan okupasi oleh negara lain Jml penduduk 110 jiwa Rawan subversi & intervensi negara lain 11. P. Asutubun (Kep. Tanambar) Prov. Maluku Tenggara (berbatasan dg Timor Leste) Rawan subversi dan interensi pihak asing 12. P. Batek Prov. NTT (berbatasan dg Timor Leste) 12. P. Wetar Prov. Maluku tenggara (beratasan dg Timor Leste) Luas 400 m 2, tidak berpenghuni Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Sumber : Dephankam Dalam Diamar, Son (2010) Pembangunan Perkotaan Perbatasan Maritim

64 (3) Persentase Exit-Entry Point dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas sarana- prasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu Persentase exit-entry point dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu adalah proporsi jumlah exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement yang telah dilengkapi oleh fasilitas CIQS. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan terhadap aktivitas lintas batas tradisional dan internasional di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut: Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. C. Aspek Perekonomian Wilayah, Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup meliputi : (1) Rata-rata produktivitas komoditi pertanian (padi, sawit, kelapa, cengkeh, kopi, lada, karet) kabupaten/kota pada kawasan perbatasan Produktivitas komoditas pertanian adalah rasio jumlah produksi komoditi pertanian (ton) terhadap luasan lahan (Ha). Indikator ini digunakan untuk mengukur optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam atau komoditi setempat. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator ratarata produktivitas pertanian kabupaten/kota di kawasan perbatasan meliputi padi, sawit, kelapa, cengkeh, kopi, lada, dan karet. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut : Semakin meningkat dinilai semakin baik. nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya (2) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh mana ketersediaan kebijakan daerah yang mendukung iklim investasi/berusaha berupa pelayanan perizinan terpadu satu pintu, yang dihitung dengan mengindentifikasi Kabupaten/Kota di kawasan

65 perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan kualifikasi minimal bintang 1 Indikator ini digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan perizinan terpadu satu pintu yang ada di tingkat kabupaten/kota yang dihitung dengan mengidentifikasi Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan kualifikasi/grade minimal bintang 1 setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. Melalui standar kualifikasi yang ditetapkan, Pemerintah menjadikan PTSP memiliki 4 kategori kualifikasi, yakni Bintang 4, Bintang 3, Bintang 2 dan Bintang 1. Adapun gambaran kinerja bintang PTSP, sebagai berikut: PTSP tingkat kabupaten/kota yang berkualifikasi Bintang 4 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan yang sudah menjadi kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintah di bidang penanaman modal yang lebih luas dari kualifikasi bintang 3 yang merupakan kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi; PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 3 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal tertentu yang merupakan kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi; PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 2 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima bimbingan pelaksanaan kewenangan pelayanan yang merupakan kewenangan Pemerintah dari Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi;

66 PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 1 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; (4) Jumlah PKSN yang dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih. Indikator ini digunakan untuk mengukur implementasi pembangunan infrastruktur perkotaan di kawasan perbatasan yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah Pusat Kegiatan Strategis Nasional di kawasan perbatasan (WKP) yang menjadi target bagi pembangunan jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan atau air bersih oleh Kementerian terkait setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan. Rasio jumlah Industri Rumah Tangga (IRT) terhadap jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan perbatasan adalah perbandingan jumlah IRT di kecamatan perbatasan terhadap jumlah KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kewirausahaan masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor sekunder/pengolahan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai berikut : Semakin meningkat dinilai semakin baik. nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya (6) Rata-rata rasio jumlah toko terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan Rasio jumlah toko terhadap jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan perbatasan adalah perbandingan jumlah toko di kecamatan perbatasan terhadap jumlah KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kewirausahaan masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor tersier. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah toko

67 terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang dikembangkan sebagai kawasan transmigrasi Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang dikembangkan sebagai kawasan transmigrasi adalah kabupaten yang menjadi target bagi pengembangan UPT tranmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri. Indikator ini digunakan untuk mengukur implementasi kebijakan transmigrasi di kawasan perbatasan, yang dihitung dengan mengidentifikasi jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang menjadi target bagi pengembangan kawasan transmigrasi setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton terhadap jumlah total desa. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (9) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun

68 Persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (10) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas informasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (11) Rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas komunikasi kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran

69 pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (12) Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas adalah proporsi jumlah kecamatan exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement yang telah dilengkapi oleh fasilitas pasar atau marketing point terhadap jumlah total exit-entry point. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan terhadap aktivitas perdagangan lintas batas tradisional di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator ratarata jumlah exit-entry point di kecamatan perbatasan yang dilengkapi dengan fasilitas perdagangan lintas batas seperti pasar dan marketing outlet, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (13) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan dengan peneranagan jalan utama terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan listrik untuk kegiatan pelayanan public di keamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

70 Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, kinerjanya dinilai semakin baik. D. Aspek Pelayanan Sosial Dasar Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek pelayanan sosial dasar meliputi : (1) Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non PLN Persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non PLN adalah proporsi KK di kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN atau non-pln terhadap jumlah total KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan listrik di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non-pln, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek dokter, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

71 Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan adalah proporsi desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek bidan, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (4) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas di kecamatan perbatasan adalah proporsi desa di kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

72 Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas dan pustu per penduduk. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasansebagai berikut: Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (6) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki rumah kumuh Rasio persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki kawasan rumah kumuh adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki kawasan rumah kumuh terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata presentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki kawasan rumah kumuh, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Semakin menurun nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki jamban Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki jamban adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki jamban terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian

73 sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata presentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki jamban, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata rasio Guru-murid SD di kecamatan perbatasan Rasio guru SD terhadap murid SD adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar serta untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio guru-murid SD di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut : (9) Rata-rata rasio Guru-murid SMP di kecamatan perbatasan Rasio guru SMP terhadap murid SMP adalah jumlah guru tingkat menengah pertama per jumlah murid pendidikan menengah pertama. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar serta mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio guru-murid SMP di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut: E. Aspek Kelembagaan (1) Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai amanat UU 43 pasal 13 Berdasarkan UU pasal 13 tentang Wilayah Negara, perlu disusun Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan kewenangan Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan

74 Pemerintah Kabupaten sebagai penjelasan rinci tentang pembagian kewenangan dalampasal 10, 11, dan 12. Kejelasan pelaksanaan kewenangan sangat penting, karena dalam prakteknya di lapangan, terdapat berbagai persoalan yang terjadi akibat kaburnya pembagian kewenangan Pemerintah Pusat, provinsi, dan Kabupaten/Kota. Indikator ini mengukur kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai amanat UU 43 pasal 13, dimana ditargetkan pada tahun 2013 PP ini sudah dapat diselesaikan. (2) Persentase rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBN dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100% maka kinerjanya dinilai baik. (3) Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase rencana alokasi dana APBD provinsi dan Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBD dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100 % maka kinerjanya dinilai baik.

75 (4) Rata-rata rasio kemandirian daerah Rasio kemandirian adalah proporsi nilai Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah. Semakin tinggi porsi PAD dalam pendapatan daerah maka kabupaten/kota perbatasan dinilai semakin mandiri. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek kelembagaan secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio kemandirian daerah, yang dihitung sebagai berikut : (5) Jumlah Kabupaten/kota kawasan perbatasan dengan satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan. Indikator ini digunakan untuk mengukur kelembagaan dalam pengelolaan perbatasan sevara terintegrasi yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah Kabupaten/Kota yang telah memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan.

76 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Kecamatan... Border Data-E Tahun... S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t

77 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pembangunan kawasan perbatasan negara merupakan amanat yang telah tertulis pada Perpres No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN Perpres tersebut menetapkan sasaran-sasaran pokok pembangunan 5 (lima) tahun kedepan terkait pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Adapun sasaran-sasaran pokoknya adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya kedaulatan wilayah nasional yang ditandai dengan kejelasan dan ketegasan batas-batas wilayah negara; b. Menurunnya kegiatan ilegal dan terpeliharanya lingkungan hidup di kawasan perbatasan; c. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di kecamatan perbatasan dan pulau kecil terluar; d. Berfungsinya Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan; dan e. Meningkatnya kondisi perekonomian kawasan perbatasan, yang ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di 38 kabupaten/kota perbatasan yang diprioritaskan penanganannya, khususnya pada 27 kabupaten perbatasan yang tergolong daerah tertinggal. Berdasarkan sasaran pembangunan jangka menengah di atas, maka fokus prioritas pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan difokuskan pada: (1) Penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah negara; (2) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum; (3) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 1

78 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... perbatasan; (4) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan (5) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap pembangunan di kawasan perbatasan, maka perlu dilakukan survei terhadap perspektif masyarakat Tujuan Untuk mengetahui perspektif masyarakat terhadap pembangunan kawasan perbatasan yang ditinjau dari dimensi Hankam/Hukum, Perekonomian, Sosial dasar, dan Kelembagaan. Selain itu, pertanyaanpertanyaan terbuka pun diberikan untuk mendapatkan pemahaman mendalam terhadap perspektif tersebut Keluaran (Output) Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap responden, output yang dicapai adalah: a. Analisis deskriptif mengenai tingkat kepuasan masyarakat dalam skala likert 1-5. b. Analisis berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden. II. METODOLOGI 2.1. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Perka BNPP No. 2 tahun 2011) telah dimulai pada tahun Dalam rangka melihat pencapaian salah satu tujuan dari S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 2

79 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... pengelolaan BWN-KP secara jangka menengah, yaitu tingkat kepuasan masyarakat, maka perlu dilakukan survei Populasi dan Sampel Penentuan lokasi survey adalah sampel dari lokasi prioritas (kecamatan) yang telah ditetapkan di Rencana Induk.Alasan pemilihan sampel adalah Menghemat biaya dan tenaga; Data yang dikumpulkan dan dianalisis relatif lebih sedikit dibanding sensus sehingga kualitas data yang dihasilkan relatif lebih baik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling (yakni setiap masyarakat memiliki peluang yang sama besarnya untuk menjadi responden). Lebih detail lagi, metode sampling yang digunakan adalah metode simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel. Dengan ini, masyarakat dianggap homogen, meskipun pada kenyataannya heterogenitas masyarakat tidak dapat dihindarkan dan tetap diperhatikan (tampak pada hasil survey: table frekuensi responden).sementara untuk memperoleh data kualitatif menggunakan non-probability sampling, yang mana secara detail menggunakan purposive sampling.merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah: 1) Mengetahui isu perbatasan; 2) Dapat merepresentasikan masyarakat Data Penelitian Data yang digunakan adalah data primer melalui instrumen yaitu kuesioner. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam skala likert. Selain itu, survey ini juga S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 3

80 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... menggunakan metode pertanyaan terbuka untuk mendapatkan data kualitatif Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data dan olah data statistik dilakukan dengan: 1. Studi literatur mengenai profil Kecamatan 2. Survey lapangan untuk memperoleh data yang relevan dengan memberikan kuesioner. 3. Wawancara dan diskusi mendalam dengan tokoh masyarakat, serta masyarakat yang terdiri dari berbagai latarbelakang Metode Analisis Hasil dari pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan baik secara desk study, survey lapangan secara internal ataupun eksternal serta diskusi yang dilakukan dengan masyarakat. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. III. HASIL SURVEY Hasil survey terdiri dari hasil olah data kuantitatif dan hasil survey kualitatif dengan wawancara mendalam Data Kuantitatif TABEL FREKUENSI RESPONDEN Statistics Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Pendapatan Lama domisili S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 4

81 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... N Valid Missing Jenis Kelamin Valid Pria Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Wanita Total Usia Valid Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pekerjaan Valid Pengangguran Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Nelayan Petani Serabutan Wiraswasta Tukang Bangunan Guru Pembantu rumah tangga Pegawai swasta Tour guide PNS Total Pendapatan S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 5

82 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... Valid < > Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Lama domisili Valid <5 tahun Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 5-10 tahun >10 tahun Total STATISTIK DESKRIPTIF Kondisi Pos Pamtas Kondisi PLB Kondisi Fasilitas Keimigrasian di PLB Kondisi Fasilitas Karantina di PLB Kondisi Fasilitas Kepabeanan di PLB Penegakan hukum dari pelanggaran Sarana/ prasarana ekonomi Aksesibilitas perekonomian Pemasaran produk lokal Pemenuhan kebutuhan barang/ jasa Sarana/ prasarana pendidikan Sarana/ prasarana pendidikan Infrasturktur jalan Air bersih Air bersih Alat transportasi Telekomunikasi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 6

83 Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun... Pelabuhan darat dan laut Peran pemerintah dalam pembangunan kaw. perbatasan Valid N (listwise) 3.2. Data Kualitatif Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, perlu dikaji lebih lanjut dengan wawancara mendalam dengan beberapa responden yang terdiri dari tokoh masyarakat, dan masyarakat yang memiliki keragaman latarbelakang. Adapun pertanyaan terbuka yang diajukan adalah sbb: Pertanyaan Terbuka: 1. Program Pemerintah yang ada dari tahun: tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun Apakah memilih tinggal di NKRI atau negara tetangga? 3. Dimana berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Apakah lebih sering di Indonesia atau negara tetangga? Dimana yang lebih nyaman/lebih dipilih? Alasan? 4. Jika pernah tinggal di daerah non-perbatasan: apa perbedaan yang dirasakan antara tinggal di kawasan perbatasan dengan non-perbatasan? 5. Apa saran Anda untuk pemerintah dalam rangka pembangunan kawasan perbatasan? S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t Halaman 7

84 KAJIAN EVALUASI KINERJA KELEMBAGAAN Pengelolaan Batas wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Konsep evaluasi sering dianggap sinonim dengan monitoring. Keduanya kendati berkaitan, sebenarnya dapat dibedakan. Apabila mengikuti alur pikir Suchman (1967), evaluasi merupakan proses melekatkan sesuatu nilai pada beberapa tujuan tertentu, dan dari tujuan itulah kemudian ditentukan derajat keberhasilannya dalam mencapai nilai-nilai yang sudah dilekatkan pada tujuan-tujuan tadi. Konsep evaluasi adakalanya juga dihubungkan dengan program atau proyek pembangunan tertentu. Casley dan Kumar (1987) misalnya, merumuskan evaluasi itu sebagai penilaian terhadap kinerja proyek dan dampaknya pada kelompok sasaran dan daerah tertentu. Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan Big Six P s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk (products), personil (personnel), kinerja (performance), dan usulan (proposals). Mengacu pada pendapat Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi adalah bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan bukan apa yang akan dievaluasi. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut: This leads him (Scriven, pen.) to describe evaluations as a trans-discipline.. at a fundamental level, the logic of evaluation is the same regardless of what being evaluated. Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari Big Six P s yang seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah kinerja (performance), khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan. Namun demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan sendirinya tetap akan menjadi focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan disusun. Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja ini mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring) dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah pengukuran kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi lebih

85 menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi bagi kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi kemudian didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola sumberdaya (bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian evaluasi kinerja organisasi akan memberikan manfaat dalam: a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e) Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi. f) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan untuk: a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya. b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas program-program. c) Mengelola program secara efisien. d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program. e) Membuat kebijaksanaan anggaran. f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam rangka meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada manajemen. Dalam pelaksanaannya, evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan meliputi : A. Tataran Kebijakan

86 Pada tataran ini, evaluasi kinerja yang dinilai adalah kinerja kelembagaan terkait dengan peran, fungsi, dan tugasnya. Evaluasi Kinerja Kelembagaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan secara umum menggunakan indikator 4K, yakni: - Konsistensi: menilai (a) ketersediaan mekanisme dan strategi pelaksanaan, (b) ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan, (c) ketersediaan strategi pengelolaan pada tingkat operasional dan (d) keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan; - Koordinasi: menilai (a) ketersediaan forum koordinasi perencanaan dan pelaksanaan dan (b) efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan; - Konsultasi: menilai (a) ketersediaan fasilitasi stakeholders (termasuk masyarakat) dan (b) ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders (termasuk masyarakat); - Kapasitas: menilai kapasitas kelembagaan pemerintah (pusat dan daerah) dalam (a) penyediaan pedoman operasional, (b) penyediaan mekanisme pemantauan, pengendalian dan pengawasan dan (c) ketersediaan sumber pembiayaan (pusat dan daerah); Terkait dengan indikator diatas, sejumlah pertanyaan dapat terlihat pada Tabel 1 dibawah. INDIKATOR KONSISTENSI Menilai: (a) Ketersediaan mekanisme dan strategi pelaksanaan (b) Ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan (c) Ketersediaan strategi pengelolaan pada tingkat operasional dan (d)keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT Sejauhmana Arah Kebijakan, Strategi Pengolahan, Target Dan Agenda Program Prioritas serta Lokasi Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Darat oleh K/L dan Daerah Tabel 1 Evaluasi Kinerja Pengelolaan Batas A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM DAN PENEGAKAN HUKUM Sejauhmana Arah Kebijakan, Strategi Pengolahan, Target Dan Agenda Program Prioritas serta Lokasi Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat Oleh K/L dan Daerah PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN Sejauh mana Kelembagaan Yang Permanen Dan Terintegrasi dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan yang telah ditetapkan oleh Pusat telah ditindaklanjuti di tingkat daerah PENDANAAN Sejauhmana alokasi pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/ Kota serta dari sumber lainnya Yang Sah telah dimanfaatkan sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

87 INDIKATOR PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM DAN PENEGAKAN HUKUM PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENDANAAN KOORDINASI Menilai (a) Ketersediaan forum koordinasi perencanaan dan pelaksanaan dan (b)efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan KONSULTASI Menilai (a) Ketersediaan fasilitasi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha) (b) Ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha) Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Negara Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Penetapan Dan Penegasan Batas Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L) Sejuhmana stakeholders (termasuk masyarakat) memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program terkait dengan Penetapan dan Penegasan Batas Darat Yang Terdapat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Negara Dan Kawasan Perbatasan Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L) Sejuhmana Stakeholders (termasuk Masyarakat, Swasta/Dunia Usaha) telah memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program di bidang Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Keberadaan Forum Koordinasi Perencanan dan Pelaksanan Sejauhmana peran BNPP dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dengan pemangku kepentingan Lainnya (K/L dan Daerah ) Sejauhmana peran Badan Daerah Pengelola Perbatasan Dalam Melaksanakan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan Lainnya seperti SKKPD Sejauhmana Kelembagaan yang Dibentuk Secara Khusus Telah Mampu Memberikan Informasi dan Fasilitasi Berkaitan Dengan Rencana Induk Dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Kepada Stakeholders (termasuk masyarakat, swasta/dunia usaha) Sejauh mana koordinasi penganggaran telah dilaksanakan oleh pusat dan daerah dan antar sector terkait dalam penyusunan RAPBN dan RAPBD yang diperuntukkan bagi pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Sejauhmana Musrenbang mulai dari tingkat desa hingga propinsi serta nasional menyediakan pendanaan yang memadai dalam rangka kebutuhan Pengelolaaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Sejauhmana Rencana Induk dan Rencana Aksi Sebagai Pedoman Penyelenggaraan Musrenbang Telah Dilaksanakan Sehingga Pendanaan Yang Direncanakan Sesuai dengan Kebutuhan Stakeholders KAPASITAS Kapasitas kelembagaan Pemerintah dalam : Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur organisasi, langkah Sejauhmana Sektor (K/L) dan daerah telah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang kebijakan dan Sejauhmana skema rencana pendanaan dan pengalokasian dana untuk penetapan dan

88 INDIKATOR i) Penyediaan Pedoman Operasional ii) Penyediaan Mekanisme pemantauan, pengendalian dan pengawasan PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT organisasi, langkah pelaksanaan, komponen program, mekanisme pencairan dan penyaluran dana serta rencana penggunaan anggaran sudah disosialisasikan di Pusat dan Daerah Berkaitan Dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Darat A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM DAN PENEGAKAN HUKUM pelaksanaan, komponen program, mekanisme pencairan dan penyaluran dana serta rencana penggunaan anggaran sudah disosialisasikan di Pusat dan Daerah Berkaitan Dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Di Batas Darat PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN strategi serta perlu disusunnya Rencana Induk Dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Dan Kawasan Perbatasan Secara Terintegrasi PENDANAAN penegasan batas darat, peniongkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas darat telah terrealisisr sebagai dasar untuk menentukan pendanaan yang masih diperlukan. Dengan dilandasi berbagai pertanyaan pada Tabel 1 diatas, selanjutnya Kriteria Kinerja Kelembagaan dengan indikator 4K diatas dijabarkan lebih mendetail dengan Sub- Kriteria sebagai berikut: a. Proses Pembentukan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator : - Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan - Tahapan Rancangan SK - Sudah Ada Surat Keputusan Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan Perbatasan b. Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator : - Belum dirumuskan - Sudah ada perumusan - Sudah ada ketetapan c. Jenis Kegiatan yang dilaksanakan, dengan indikator : - Perijinan - Kasus penyelesaian masalah - Membahas tugas pokok organisasi ( koordinasi, sosialisasi, konsultasi dsb ) d. Frekwensi Sidang/Pertemuan, dengan indikator: - < kali - > 6 kali e. Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan, dengan indikator : - Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan - Hadir, tapi sering diwakili - Selalu dihadiri anggota Badan f. Tantangan dan Kendala, dengan indikator: - Didominasi masalah keuangan

89 - Didominasi masalah administrasi - Didominasi masalah teknis B. Tataran Operasional Lingkup Penyusunan Instrumen Evaluasi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan mencakup ruang lingkup Perencanaan, Pemanfaatan dan Pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan, dan Pengawasan Dan Pengendalian terhadap Pelaksanaan dari perencanaan yang telah dirumuskan, beserta komponennya. Substansi yang harus ada dalam perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Substansi Kriteria-Sub Kriteria dalam Aspek Perencanaan NO. SUB KRITERIA INDIKATOR - Kinerja Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 1. Peran Badan Nasional/ Daerah Pengelola - Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Sendiri Perbatasan - Merumuskan dan melibatkan instansi lain secara terkoordinatif - Mengikutsertakan masyarakat 2. Kelengkapan Muatan Rencana Induk 3. Pengesahan Rencana Induk - Tingkat kelengkapan dan kedalaman/keabsahan data; - Metode pendekatan dan hasil analisa telah digunakan dengan tepat, tajam, mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa; - Adanya keterkaitan antara visi, misi, dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), dan program pada rencana pengelolaan BWN & KP; - Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan serta terstrukturnya tidaknya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP; - Muatan Rencana (Induk dan Aksi) meliputi Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat dan Kawasan Perbatasan Darat, dan Rencana Induk Pengelolaan Batas Maritim dan Kawasan Perbatasan Maritim. - Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas darat ; (ii) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas darat, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas darat; - Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Darat yang meliputi : (i) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan darat, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan kawasan perbatasan darat, (iii) aspek pelayanan sosial dasar dan budaya kawasan perbatasan darat, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan darat; - Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Maritim meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas laut; (ii) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas laut, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas laut; - Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Maritim meliputi: (i) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan laut, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan laut, (iii) aspek peningkatan pelayanan social dasar dan budaya di kawasan perbatasan laut, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan laut; - - Rencana Induk Belum Disahkan - Rencana Induk dalam Proses Pengesahan - Rencana Induk Sudah Disahkan

90 NO. SUB KRITERIA INDIKATOR - Kinerja Pemanfaatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 1. Efektivitas Program yang Termuat dalam - < 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk Rencana Induk % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk - > 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk 2. Penggunaan Rencana - Rencana Induk tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang Induk Dalam - Rencana Induk dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang Musrenbang - Rencana Induk telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang - Kinerja Pengawasan dan Pengendalian Pengeloaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Kegiatan Pengawasan dan Penertiban kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan - Belum dilaksanakan - Sudah dilaksanakan tapi tidak teratur dan tidak berkelanjutan - Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan Penetapan peraturan perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi Pembagian tugas antar instansi aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: - Belum ada - Masih dalam proses - Sudah ada dalam bentuk perundangan Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: - dilaksanakan oleh Badan Nasional/daerah Pengelola Perbatasan - Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan - Ada pembagian tugas antar instansi Dengan didasari uraian pada Tabel 2 diatas, maka dibuat format evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan kriteria, sub-kriteria serta pembobotannya dalam rangka Evaluasi Kinerja Pengelolaan batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan serta pembobotannya dapat dilihat pada Tabel 3-6. Tabel 3 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan A. Kriteria: Badan Nasional/ Daerah Pengelola Perbatasan BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR G = D X F A B C D E F Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan 10 Proses Pembentukan Tahapan Rancangan SK Kelembagaan Pengelola 0, Perbatasan Sudah Ada Surat Keputusan 0,2500 Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan Perbatasan 30 Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan 0,0417 Belum dirumuskan Agenda Kegiatan 10 Sudah ada Perumusan 20 Sudah Ada Ketetapan 30

91 BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR G = D X F A B C D E F Perijinan 10 Jenis Kegiatan Yang Dilaksanakan 0,0417 Frekwensi Sidang/ Pertemuan 0,0417 Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan 0,0417 Tantangan dan Kendala 0,0417 Kasus penyelesaian masalah 20 Membahas tugas pokok organisasi (koordinasi, 30 sosialisasi, konsultasi dsb) < 3 per tahun kali/tahun 20 > 6 kali/tahun 30 Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan 10 Hadir, tapi sering diwakili 20 Selalu dihadiri anggota Badan 30 Didominasi masalah keuangan 10 Didominasi masalah administrasi 20 Didominasi masalah teknis 30 0,2500 Tabel 4 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi B. Kriteria: Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR F = C X E A B C D E F Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan 10 Peran Badan Kawasan Perbatasan Sendiri Nasional/Daerah 0,0625 Merumuskan dan melibatkan instansi Pengelola Perbatasan 20 lain secara terkoordinatif Mengikutsertakan masyarakat 30 Kelengkapan Muatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Pengesahan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan 0,0625 0,0625 Tidak memenuhi 4 persyaratan: 1) Tingkat kelengkapan dan kedalaman/keabsahan data 2) Metode pendekatan dan hasil analisa telah digunakan dengan tepat, tajam mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa 3) Adanya keterkaitan antara visi, misi, 10 dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), program rencana pengelolaan BWN & KP 4) Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan BWN & KP serta terstrukturnya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP Ada diantara 4 persyaratan tidak 20 dipenuhi Memenuhi seluruh persyaratan 30 Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP 10 Belum Disahkan Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP 20 dalam Proses Pengesahan Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP 30 Sudah Disahkan

92 BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR F = C X E A B C D E F Rencana Induk Disebarkan Di kalangan Terbatas 10 Publikasi/ Rencana Telah Dikirim Ke Stakeholders 0,0625 Pemasyarakatan Terkait Secara Meluas 20 Rencana Telah Dipublikasikan ke Radio, Koran, talkshow dan Media Lainnya 30 0,2500 Tabel 5 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi C. Kriteria: Pemanfaatan Rencana Induk BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR F = C X E A B C D E F < 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk pengelolaan 10 BWN & KP Efektivitas Program Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan dan Pembiayaannya Penggunaan Rencana Induk Dalam Musrenbang 0,1250 0, % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP > 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang Tabel 6 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi D. Kriteria: Pengawasan dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan BWN dan KP BOBOT SUB BOBOT NILAI SUB KRITERIA INDIKATOR KRITERIA KRITERIA INDIKATOR F = C X E A B C D E F kegiatan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan BWN & KP 0,250 untuk menjamin terlaksananya Kegiatan Pengawasan 0,0833 peraturan perundang-undangan, dan Penertiban terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan BWN & KP: 10

93 BOBOT KRITERIA SUB KRITERIA SUB BOBOT INDIKATOR KRITERIA INDIKATOR A B C D E F Belum dilaksanakan Sudah dilaksanakannya, tapi tidak Penetapan peraturan perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi : Pembagian tugas antar instansi 0,0833 0,0833 teratur dan tidak berkelanjutan Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: Belum ada masih dalam proses 20 Sudah ada yang disahkan dalam 30 bentuk peraturan perundangan Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan 10 perbatasan dilaksanakan oleh: Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola 20 Perbatasan Ada pembagian tugas antar instansi NILAI F = C X E Berdasarkan Tabel 3-6 diatas, maka pengelompokan atau kategori hasil evaluasi kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Range Skor Penentuan Hasil Penilaian Evaluasi Kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan No Range Skor Hasil Penilaian (Kategori) Amat Baik Cukup Baik Kurang Baik

94 Dibuat sebagai ilustrasi wilayah kedaulatan dan yurisdiksi untuk menjadi sarana komunikasi dan pendidikan politik bagi masyarakat tentang bentuk visual wilayah Nusantara. Peta ini menggambarkan pencapaian hasil berbagai perundingan bilateral, trilateral maupun multilateral sejak Deklarasi Djuanda sampai sekarang. Perbatasan Darat RI-Malaysia Panjang Garis batas Indonesia Malaysia Km Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kal-Bar. Batas yang memisahkan wilayah NKRI dengan wilayah Serawak Malaysia: 966 Km Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kalimantan Timur. Batas yang memisahkan wilayah NKRI dengan Negara bagian Sabah dan Serawak Malaysia: Km Jumlah Pilar terpasang Pilar batas - Adanya kendala teknologi penentuan posisi (astronomi, Doppler dan GPS) diperlukan CBDRF - Masih dilaksanakan Joint Mapping ( skala 1: , 45 nlp) Perbatasan Darat RI-PNG Perjanjian Tahun 1973 hasil demarkasi terdapat 14 MM dan densifikasi 38 titik Peta Batas Skala 1: sebanyak 27 lembar Masih dilaksanakan pengukuran CBDRF di 14 pilar ( kendala teknologi penentuan posisi) Perbatasan darat antara Indonesia dan PNG berjarak: 820 Km

95 Perbatasan Darat RI-Timor Leste - Demarkasi & pemeliharaan pilar batas - Pembuatan peta wilayah kecamatan perbatasan RI-RDTL 45nlp skala 1: pembangunan sistem datum geodesi bersama - Perbatasan darat RI - Timor Leste berjarak: 268,8 Km - Perbatasan Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonaro (Timor Leste): 149,1 Km - Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi yang merupakan wilayah enclave Timor Leste: 119,7 Km Produk Peta Dasar Rupabumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal tersedia pada : Skala 1: ; 1: ; 1: diproduksi secara sistematis mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cakupan Peta Dasar RBI skala 1: telah diperluas, status cakupan produksi terakhir s/d tahun Untuk skala 1:50.000, akumulasi setiap tahunnya selalu bertambah, mencakup wilayah Kalimantan, Maluku, Papua, dan sebagian Sumatera, status cakupan produksi s/d tahun Untuk skala 1:25.000, hanya mencakup wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, serta sebagian Maluku, termasuk wilayah Pulau Nias - Sumatera Utara dan Memberamo - Papua, status cakupan produksi s/d tahun 2000 Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1: Skala 1: tersedia 246 nlp dari 306 nlp Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1: Skala 1: tersedia 2363 nlp dari 3888 nlp Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1: Skala 1: tersedia 1775 nlp dari nlp

96 PETA KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI 12 PROVINSI BERDASARKAN DESAIN BESAR PENGELOLAAN BWN-KP (BNPP) DAN RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (BKPRN)

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106 ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas Sarana Rondo, Berhala, Salaut Besar, Salaut Kecil, Rusa, Raya, Simeulucut Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, Nongsa Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, Kakarutan Berhala Liki, Bepondi, Bras, Fanildo, Miossu, Fani, Budd, Jiew Simuk, Wunga Sibarubaru, Sinyaunyau, Mega Enggano Batu Kecil Deli Manuk, Nusakambangan Panehan, Sekel, Barung Sophialouisa Dana (ada 2), Batek, Alor, Mangudu, Liran Wetar, Kisar, Leti, Meatimiarang Masela, Selaru, Batarkusu, Asutubun, Larat, Batu Goyang, Enu, Karang, Kultubai Selatan, Kultubai Utara, Panambulai, Karaweira, Ararkula, Laag, Kolepon Peta Ilustrasi Letak 92 Pulau Kecil Terluar (PPKT)

107 DAFTAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas Sarana 1 Sentut Mapur Bintan Pesisir Bintan Kep. Riau Suar 2 Tokongmalangbiru Kiabu Siantan Natuna Kep.Riau Suar 3 Damar Mampok Jemaja Natuna Kep.Riau Suar 4 Mangkai Keramut Jemaja Natuna Kep.Riau penjaga mercusuar 2.27 Suar 5 Tokongnanas Telaga Siantan Natuna Kep.Riau Suar 6 Tokongbelayar Mubur Palmatak Natuna Kep.Riau Suar 7 Tokongboro Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau Suar 8 Semiun Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau 0 1 Suar 9 Sebetul Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau Suar 10 Sekatung Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau Suar, Radio satelit, SSB dan jaringan listrik 11 Senua Sepempang Bunguran Timur Natuna Kep.Riau Subi Kecil Subi Kecil Subi Natuna Kep.Riau ada 7 Suar, bangunan ibadah, bangunan sekolah, jalan aspal 13 Kepala Air Nusa Serasan Natuna Kep.Riau Suar 14 Sebatik Tanjung Karang, Sebatik Nunukan Kal-Tim ada Gosong makasar Sebelah tenggara sebatik Sebatik Nunukan Kal-Tim Menara lampu navigasi. 16 Maratua Bohe silian, Maratua Berau Kal-Tim Jiwa (th 2004) Suar 17 Sambit Talisayang Berau Kal-Tim Suar 18 Lingian Ogotua Dampal Utara Toli-toli Sul-Teng ada 200 Suar 19 Salando Kapas Tolitoli Utara Toli-toli Sul-Teng Suar 20 Dolangan Sentigi Tolitoli Utara Toli-toli Sul-Teng Bangkit Kwangdang Pinogaluman Boolang Mongondaw Sulut Suar Utara 22 Manterawu Tangkasi, Buhias, Tinongko, Bango Wori Minahasa Utara Sulut 4 kampung: tangkasai, buhias, tinongko, bangu 7 23 Makalehi Makalehi Siau Barat Siau Tagulandang Biaro Sulut 4 desa Kawalusu Kawalusu Kendahe Sangihe Sulut ada Kawio Kawio Kendahe Sangihe Sulut 3 dusun Marore Marore Tabukan Utara Sangihe Sulut Suar 27 Batubawaikang Tabukan Utara Sangihe Sulut n/a 0.9 Suar 28 Miangas Miangas Nanusa Kepulauan Talaud Sulut Suar 29 Marampit Marampit Nanusa Kepulauan Talaud Sulut Intanta Kakarutan Nanusa Kepulauan Talaud Sulut ada Kakarutan Kakarutan Nanusa Kepulauan Talaud Sulut

108 ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas Sarana 32 Jiew Gemia Patani Utara Halmahera Tengah Malut ada Budd Dorekar Ayau Raja Ampat Papua Barat Fani Rutum Ayau Raja Ampat Papua Barat prajurit TNI AD 9 Suar 35 Miossu Werur Sausapor Sorong Papua Barat Suar 36 Fanildo Mapia Supiori Utara Supiori Papua Bras Mapia Supiori Utara Supiori Papua ada Bepondi Masyai Supiori Utara Supiori Papua ada Liki Liki (Sobey) Sarmi Sarmi Papua ada 6 Suar 40 Kolepon Kumbis, Batu Merah, Turiram, Komolom, Tabonji, Iramoro, Yeraha Kimaam Marauke Papua Laag Omor Agats Asmat Papua Ararkula Selmona Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku Karaweira Mariri Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku Penambulai Warabal (Rabal) Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku Kultubai Utara Mesiang/Gomo-Gomo Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku Kultubai Selatan Longgar/ Apara Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku Karang Longgar/ Apara Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku Enu Gomo-gomo Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku Batugoyang Petuanan Desa Batu Goyang Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku Larat Lamdessar Timur Tanimbar Utara Maluku Tenggara Barat Maluku Jiwa Asutubun Amdasa dan Olilit (desa terdekat) Tanimbar Selatan Maluku Tenggara Barat Maluku Suar 52 Selaru Namtabung, Lengat, Werain, Raima, Selaru Maluku Tenggara Barat Maluku 11, Kandar, Adaut 53 Batarkusu Selaru Maluku Tenggara Barat Maluku Suar 54 Masela 8 desa Babar Timur Maluku Tenggara Barat Maluku Jiwa Meatimiarang 8 desa Mdona Hiera Maluku Tenggara Barat Maluku Suar 56 Leti Lemola Maluku Tenggara Barat Maluku Jiwa 93.5 Suar 57 Kisar 4 desa PP Terselatan Maluku Barat Daya Maluku jiwa 90 Suar 58 Wetar 14 desa PP Wetar Maluku Barat Daya Maluku ada 3,624 Suar 59 Liran Ustutun, Manoha, Usbisheira PP Wetar Maluku Barat Daya Maluku Suar 60 Alor Kalabahi Alor NTT 3769-nelayan 1950 Suar 61 Batek Netemnanu Utara Amfoang Timur Kupang NTT Suar 62 NDana Oeseli Rote Barat Daya Rote Ndau NTT 0 13 Suar 63 Dana Ledeunu Raijua Kupang NTT Mangudu Praimadeta Karera Sumba Timur NTT 0 1 Suar

109 ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas Sarana 65 SophiaLouisa Buwun Mas Sekotong Lombok Barat NTB Barung Puger Puger Jember Jawa Timur Sekel Prigi Watulimo Trenggalek Jawa Timur Panehan Munjungan dan Singgihan Watulimo Trenggalek Jawa Timur Nusakambangan Tambakreja Cilacap Selatan Cilacap Jawa Tengah Ada 70 Manuk Cimanuk Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat Deli Cikiruh Wetan Cikeusik Pandeglang Banten petugas 2 bagian Batu Kecil Bandardalam Krui Lampung Barat Lampung Enggano Malakoni, Apoho, Meok, Banjarsari, Enggano Bengkulu Utara Bengkulu ada 402 Ada Kaana, Kahyapu 74 Mega Banjarsari Enggano Bengkulu Utara Bengkulu Ada 75 Sibarubaru Limau Sua Pagai Selatan Mentawai Sum-Bar Sinyaunyau Muara Siberut Siberut Selatan Kepulauan Mentawai Sum-Bar ada 0.65 Suar 77 Simuk Gobe, Mauva, Gondia, Silina Pulau-pulau Batu Nias Selatan Sum-Ut Suar 78 Wunga Afulu Nias Sum-Ut 23 KK 9 79 Simeulucut Kampung Air Simeuleu Tengah Simeuleu NAD Suar 80 Salaut Besar Lewak Alafan Simeuleu NAD Suar 81 Raya Pulo Raya Sampoiniet Aceh Jaya NAD Suar 82 Rusa Saney, Utamong, Kareun Lok Nga Aceh Besar NAD 0 1 Suar 83 Benggala Sukakarya Sabang NAD Rondo Ujung Ba'u Sukakarya Sabang NAD prajurit TNI AL 0.4 Suar 85 Berhala Tanjungberingin Serdang Bedagai Sum-Ut prajurit TNI AL 2.5 Suar 86 Batumandi Pasirlimau Kapuas Rokan Hilir Riau Iyu Kecil Kei Pongkar Tebing Karimun Kep-Ri pos TNI AL 50 Suar 88 Karimun Kecil Kei Pongkar Tebing Karimun Kep-Ri ada 8 89 Nipah Pomping Belakang Padang Batam Kep-Ri pos TNI AL 3600 Suar 90 Pelampong Pemping Belakang Padang Batam Kep-Ri Batuberhanti Tanjungsari Sekupang Batam Kep-Ri Suar 92 Nongsa Nongsa Pantai Nongsa Batam Kep-Ri rmh penjaga Suar

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH FOKUS INDIKATOR FORMULA

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH FOKUS INDIKATOR FORMULA PARAMETER PENINGKATAN KUALITAS MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Februari 2008 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2008 TANGGAL : 4 Februari 2008 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD PARAMETER HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH - 180 - BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Kepala dan Wakil Kepala pada akhir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana periode A 1. 1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja daerah adalah indikator kinerja yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan Pemerintahan. Dalam hal ini, indikator kinerja daerah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9.1 INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk mengukur tingkat pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 10 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017 Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

KERJASAMA. Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

KERJASAMA. Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali KERJASAMA Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Halaman ini sengaja dikosongkan KATA SAMBUTAN Om, Swastiastu Dengan menghaturkan angayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan Indikator Kinerja Daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG...

1.1. LATAR BELAKANG... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii xi xxvi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-2 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-4 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ii... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Salah satu visi penting dalam rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 yang disusun adalah pentahapan pembangunan yang dilaksanakan untuk

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PP 39/2006 TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN MENIMBANG untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak k G 1 Pi ( Qi 1) i 1 Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jln. Untung Surapati Nomor 2 Klungkung, Telp. 0366-21382 2015 KATA PENGANTAR Om Swastyastu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014)

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014) TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR 2014-2019 No pada ASPEK KESEJAHTERAAN I Kemampuan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umun, Administrasi 1 Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 87 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii xv BAB I PENDAHULUAN... I 1 1.1 Latar Belakang... I 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I 1 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I 4 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah...II - 1 Tabel 2.2 Kemiringan Lahan, Bentuk dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah...II - 3 Tabel 2.3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 9 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025, maka Visi Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 2015

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 2015 PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 0 No Sasaran No Indikator NO Satuan Target Realisasi Capaian Ket 8 9 0 Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan aparatur pemerintah daerah dan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA, KATA PENGANTAR P uji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat-nya buku Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 dapat disusun. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH [ Kab. Minahasa Selatan ] BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah sebagai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Selatan pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia, KATA PENGANTAR Dengan niat yang tulus, segala bentuk kebijakan, program dan kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dengan harapan semoga gerak langkah kita selalu diberkahi

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan strategik, sebagai bagian sistem akuntabilitas kinerja merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan strategik

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 SASARAN INDIKATOR TARGET MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT-UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN

Lebih terperinci

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lamandau Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Lamandau telah

Lebih terperinci

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL :

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) A. BAGAN ALIR PENYUSUNAN RPJPD B. PERSIAPAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN KEAMANAN NEGARA 1 Meningkatnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN II TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

LAMPIRAN II TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) LAMPIRAN II I : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) A. BAGAN ALIR PENYUSUNAN RPJPD B. PERSIAPAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Bab I Pendahuluan. 1.1. Latar Belakang... 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen.. 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud

Lebih terperinci

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN KOTA

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN KOTA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN KOTA 5.1 Visi dan Misi 5.1.1 Visi Berdasarkan kemajuan yang telah dicapai pada periode 2005-2010; memperhatikan hasil analisis isu strategis; mengacu pada

Lebih terperinci

BAB V VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

BAB V VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN BAB V VISI DAN MISI Secara Nasional, isu strategis yang telah dirumuskan pada RPJM nasionaldalam sembilan agenda prioritas dan dikenal dengan Nawa Cita adalah sebagai berikut: 1. Menghadirkan kembali Negara

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH - 302 - BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Madiun

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) PROVINSI PAPUA TAHUN 2014 2018 Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 Misi 1 : Mewujudkan Suasana Aman, Tentram dan Nyaman

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali

Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali NO (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. A.1 A.1.1 A.2. A.2.1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN PENETAPAN TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN : LAMANDAU TAHUN : 2014 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan daerah. 2. Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat. 3. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : LUKAS ENEMBE,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ii... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penggunaan indikator kinerja pembangunan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan. Indikator kinerja juga digunakan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci