PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO Sri Elen Husain, Sunarto Kadir, Lintje Boekoesoe 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Lalat merupakan vektor pembawa penyakit sehingga perlu diukur kepadatannya untuk tujuan pengendalian. Lalat juga merupakan serangga yang memiliki mata majemuk yakni dapat membedakan beberapa frekuensi warna. Fly grill adalah salah satu alat untuk mengukur kepadatan lalat. Fly grill ini terbuat dari bilah-bilah kayu dengan divariasikan warnanya. Fly grill yang digunakan diberi cat hitam, putih, kuning, coklat, merah, biru, satu fly grill tanpa diberi cat. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi warna fly grill terhadap kepadatan lalat. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment dengan model Time Series Design. Penelitian ini dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo selama 3 hari pada saat pagi, siang dan sore hari dengan tiga titik lokasi pengukuran. Pada titik yang telah ditentukan dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali pengukuran dengan perhitungan rata-rata data 5 kali pengukuran tertinggi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji One Way-Anova pada taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil perhitungan menggunakan uji One Way-Anova menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat pada fly grill dengan menggunakan variasi warna yang berbeda. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan fly grill warna kuning, warna asli kayu dan warna putih dalam mengukur kepadatan lalat serta perlu adanya pemberantasan dan pengendalian lalat di TPI karena dari hasil penelitian didapatkan lalat telah melebihi 2 ekor per block grill. Kata Kunci: Kepadatan Lalat, Warna fly grill 1 Sri Elen Husain Mahasiswi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo: Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes dan Dr. Hj. Lintje Boekoesoe, Dra., M.Kes Dosen Pembimbing pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

2 Kesehatan lingkungan merupakan salah satu pilar utama ilmu kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan. Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Pasal 1 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002) bahwa : Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian/pengawasan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Lingkungan yang perlu diperhatikan untuk terwujudnya masyarakat yang sehat adalah pemukiman penduduk, tempat pembuangan sampah sementara yang berdekatan dengan pemukiman, tempat pembuangan akhir sampah yang berdekatan dengan pemukiman, tempat-tempat umum yakni pasar, terminal kenderaan, rumah dan hotel/losmen, dan tempat penjualan makanan/minuman (rumah makan/restoran/kantin). Tempat-tempat umum seperti pasar sangat dikunjungi banyak masyarakat karena merupakan salah satu tempat yang menyediakan pasokan kebutuhan pokok sehari-hari. Contohnya pasar ikan atau banyak dikenal dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan penyediaan pangan pokok yang dibutuhkan manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan pasal 41 A ayat 1 pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Fungsi tersebut antara lain berupa pelayanan pengendalian lingkungan. Pandangan terhadap pelabuhan perikanan di Indonesia selama ini secara umum masih di pandang kurang baik, karena kekumuhan dan kekotoran yang diperlihatkannya. Buruknya keadaan lingkungan seperti ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat disekitarnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya hewan pengerat dan vektor penyakit seperti lalat dan tikus yang berkeliaran di sekitar tempat tersebut. Oleh

3 karena itu dibutuhkan sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah datangnya vektor penyakit, salah satu diantaranya adalah lalat. Berdasarkan Tujuan Pokok dan Fungsi kesehatan pelabuhan, dalam bidang pengendalian resiko lingkungan khususnya Tempat Pelelangan Ikan perlu adanya pengendalian vektor dan binatang penular penyakit yang memerlukan adanya koordinasi pemberantasan vektor salah satunya lalat. Dalam rangka pemberantasan, perlu adanya pengukuran tingkat kepadatan lalat di lingkungan kerja tersebut. Berdasarkan kepmenkes 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja mengatur bahwa: Untuk persyaratan indeks lalat maksimal 8 ekor/fly grill (100x100 cm) dalam pengukuran 30 menit. Sehingga jika ditemukan lebih dari itu perlu adanya pengendalian. Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari sampai species lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan (Depkes RI, 1991). Lalat tidak mungkin diberantas habis, melainkan dikendalikan sampai batas yang tidak membahayakan. Pengendalian lalat dapat dilakukan pada berbagai stadium dalam siklus hidupnya, sejak telur hingga dewasa. Pengendalian terhadap lalat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik secara fisik, kimia, biologis, maupun kultural. Untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan insektisida, maka perlu dikembangkan metode pengendalian lalat berdasarkan faktor yang mempengaruhi kepadatan dan distribusinya. Cara paling mudah, murah dan cepat mengukur tingkat kepadatan lalat yakni dengan menggunakan fly grill. Fly grill merupakan salah satu alat sederhana yang banyak digunakan dalam mengukur kapadatan lalat. Alat ini memiliki cara kerja yang sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan lalat. Keunggulan fly grill ini adalah terbuat dari bahan yang mudah ditemukan, cara membuatnya sederhana dan murah. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih akurat karena dalam penghitungannya diperhatikan per blok grill. Selain itu, fly grill ini dapat diwarnai

4 dengan berbagai macam warna agar dalam pengukuran kepadatan lalat dapat menggunakan fly grill dengan warna yang lebih baik dan lebih akurat dalam mengukur kepadatan lalat. Rozendaal (dalam Sayono dkk, 2005) menyatakan bahwa : Kepadatan dan penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan tempat. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik (tertarik pada cahaya). Dalam hal reaksi terhadap warna, menurut Kusnaedi (dalam Sayono.dkk, 2005), lalat lebih tertarik pada warna kuning. Oleh karena itu, dalam pengukuran kepadatan lalat dalam penelitian ini digunakan fly grill dengan variasi warna yang bermacam-macam. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini Untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi warna fly grill terhadap kepadatan lalat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan November 2013 sampai bulan Januari 2014 di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo. Dengan menggunakan Desain penelitian Quasi Eksperiment dengan model Time Series Design (Desain Rangkaian Waktu). Dalam penelitian ini dilakukan serangkaian pengukuran 7 kali pada fly grill dengan 10 kali pengulangan dengan melihat jumlah kepadatan lalat pada fly grill yang berbeda warna melalui pengontrolan durasi waktu 30 detik pengukuran yang sama untuk masing-masing fly grill yang berbeda warna. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik One Way Anova (Anova satu jalur). Sebelum di uji menggunakan uji statistik One Way Anova, data yang diperoleh terlebih dahulu di uji kenormalan datanya menggunakan statistik Chi-Kuadrat ( 2 ) dengan persamaan : 2 2 fo fe (Riduwan dan Sunarto, 2011) fe Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik One Way Anova yang dapat dituliskan sebagai berikut: F MK JK : db k k k o (Riduwan dan Sunarto, 2011) MK d JK D : dbd

5 H 0 : Hipotesis statistik untuk kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut. : artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. H 1 : : artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Kriteria pengujian untuk hipotesis adalah Jika harga F hitung F tabel maka tolak H 0 artinya signifikan dan jika F hitung F tabel maka berarti terima H 0 artinya tidak signifikan dengan taraf signifikan α = 0,05. Sedangkan untuk melihat warna apa yang lebih padat lalatnya, juga digunakan persentase untuk melihat perbandingannya. Untuk menghitung nilai persentasenya digunakan bentuk perhitungan manual berikut ini. Persentase dari Nilai nilai 100% Total Nilai Keseluruhan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama tiga hari berturut-turut diperoleh data rerata kepadatan lalat ke tujuh jenis warna fly grill pada waktu pagi, siang, dan sore, serta rerata kepadatan lalat perwarna. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Hasil pengukuran kepadatan lalat yang menggunakan beberapa jenis warna fly grill di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo tahun 2014 No Waktu Jenis Warna 1 Hari pertama 2 Hari kedua 3 Hari ketiga Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Putih Asli Coklat Hitam Merah Biru Kuning Rerata , , , , , , , , ,14 Rerata 10,89 12,44 7 5,67 6,44 5,33 17,56 Sumber: Data Primer

6 Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban di TPI Kota Gorontalo. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini Tabel 2 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara dan kepadatan lalat semua jenis warna fly grill di lokasi penelitian di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo tahun 2014 No Waktu Suhu Kelembaban Kepadatan 1 Pagi 28 o C 96.5% 7,57 2 Siang 33 o C 89.8% 8,52 3 Sore 29 o C 94.8% 11,90 Sumber: Data Primer Data kepadatan lalat di atas dideskripsikan dalam diagram batang berdasarkan nilai rerata masing-masing warna fly grill di bawah ini. Gambar. 1 Grafik Rerata kepadatan lalat yang hinggap pada setiap warna fly grill Dari gambar di atas dapat diinterpretasikan bahwa warna kuning adalah warna yang paling disukai oleh lalat yang selanjutnya warna asli kayu, putih, coklat, merah, hitam dan biru. Sesuai dengan jumlah kepadatan lalat pada tiap-tiap warna fly grill dapat terlihat jelas bahwa warna fly grill yang paling disenangi dari yang paling tertinggi sampai pada yang terendah yaitu warna kuning dengan jumlah rerata kepadatan lalat 17,56, warna asli kayu dengan jumlah rerata kepadatan lalat 12,44, warna putih dengan jumlah rerata kepadatan lalat 10,89,

7 warna coklat dengan jumlah rerata kepadatan lalat 7, warna merah dengan jumlah rerata kepadatan lalat 6,44, warna hitam dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,67 dan warna biru dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,33. Selain itu, hasil yang diperoleh di atas juga dapat dibuat persentase hasilnya berdasarkan masing-masing warna yaitu Putih 16,92 %, Asli Kayu 18,46, Coklat 10,77 %, Hitam 9,23 %, Merah 9,23 %, Biru 7,69 %, Kuning 27,69. Sehingga jika dilihat dari rata-rata persentase kepadatan lalat per masing-masing warna fly grill warna yang paling disukai jika diurutkan adalah sebagai berikut : warna Kuning, Asli kayu, Putih, Coklat, Merah, Hitam dan Biru. Untuk perbedaan kepadatan lalat berdasarkan rata-rata persentase per warna fly grill dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2 Grafik Persentase Rata-rata kepadatan Lalat Tiap Warna fly grill

8 ini. Warna Fly Grill Adapun hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel dibawah Tabel 3 Uji Normalitas Data Kepadatan Lalat Jenis Pengukuran 2 hitung 2 tabel Keterangan Biru Jumlah Kepadatan Lalat 9,126 11,070 Normal Hitam Putih Kuning Merah Coklat Asli Kayu Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat 5,258 11,070 Normal 8,595 11,070 Normal 4,901 11,070 Normal 5,230 11,070 Normal 5,457 11,070 Normal 8,586 11,070 Normal Dari tabel di atas terlihat bahwa 2 hitung< 2 tabel (1-α) (k-1), dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis H 0 diterima yang berarti data yang diperoleh terdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas didapatkan data terdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik one way - anova (anova satu jalur). Adapun hasil ujinya adalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Uji Hipotesis Statistika F hitung F tabel (α= 5%,dk= (8, 54) Keterangan 9,51 2,114 H 0 ditolak Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 9,51 Sedangkan F tabel diperoleh pada taraf kepercayaan 0,05 diperoleh (α=0,05; (dk k, dk d ) sebesar 2,114. Dengan demikian secara statistik dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan terima H 1.

9 Pembahasan Pengukuran kepadatan lalat yang dilakukan di TPI ini dilakukan pengukuran di tiga titik lokasi yaitu di bagian tengah TPI dan bagian ujung-ujung TPI. Pengukuran dilakukan dengan serangkaian pengukuran pada 7 buah fly grill dengan 10 kali pengulangan pengukuran untuk ke 7 warna fly grill. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill disimpulkan bahwa warna fly grill yang paling disukai jika diurutkan adalah warna Kuning, Asli kayu, Putih, Coklat, Merah, Hitam dan Biru. Hal ini menunjukkan bahwa warna fly grill yang paling disukai lalat adalah warna kuning kemudian warna asli kayu dan selanjutnya warna putih, sedangkan untuk fly grill yang memiliki kepadatan lalat yang rendah menujukkan bahwa lalat kurang tertarik pada warna tersebut seperti warna coklat, merah, hitam dan terutama warna biru. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kusnaedi (dalam Sayono dkk, 2005), yang menyatakan bahwa lalat lebih tertarik pada warna kuning. Menurut Bennet (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa lalat lebih tertarik pada warna putih serta menurut Azwar (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa lalat kurang tertarik (takut) pada warna biru. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfa (2010), rata-rata kepadatan lalat dari yang tertinggi sampai dengan terendah yaitu dimulai dengan warna asli kayu, warna putih, warna kuning, warna merah, warna biru, warna hitam, dan warna coklat. Hal ini hampir sama dimana rata-rata kepadatan lalat yang tertinggi pada warna kuning, putih dan warna asli kayu serta kapadatan lalat terendah pada warna coklat, merah, biru, dan hitam. Jika dilihat dari perolehan data secara langsung dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Tidak hanya diinterpretasi seperti di atas berdasarkan rerata hasil pengukuran yang diperoleh langsung, data yang telah diperoleh ini juga akan dilakukan uji statistik untuk membuktikan hipotesis statistik yang telah dibuat. Data yang telah dideskripsikan diuji kembali dengan menggunakan one way

10 Anova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Hasil uji one way Anova yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji F signifikan pada kelompok uji yang ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 9,51 yang lebih besar dari pada F tabel(8.54) sebesar 2,114 (F hitung > F tabel ), diperkuat dengan nilai kritik α = 5% atau 0,05. Hasil ini menjelaskan bahwa H 0 ditolak dengan hipotesis statistik H 0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Dengan kriteria pengujian untuk hipotesis adalah Kriteria pengujian untuk hipotesis adalah tolak H 0 jika harga F hitung F tabel maka artinya signifikan dan jika F hitung F tabel maka berarti terima H 0 artinya tidak signifikan dengan taraf signifikan 5% atau 0,05. Artinya hasil uji hipotesis statistik penelitian ini menolak H 0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang dibuat terterima yaitu terdapat pengaruh tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Jadi terlihat bahwa terdapat pengaruh penggunaan variasi warna fly grill. Hal ini jika dihubungkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Depkes RI, 1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut Sadili dkk dalam Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul karena suatu benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang merupakan salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat berkontraksi terhadap warna sehingga preferensinya berbeda pula terhadap warna.

11 Metclaf (dalam Bagun, 2009), menyatakan bahwa Serangga lebih tertarik pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang nm. Adapun warna yang berada pada rentang panjang gelombang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3 Spektrum warna Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lalat sangat menyukai warna kuning. Sehingga warna kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap lalat atau alat untuk mengukur kepadatan lalat. Untuk warna asli kayu, Umaniyah (2010) menyatakan bahwa panjang gelombangnya berkisar antara nm dan Sasas (2000) mengatakan milton roy colour memiliki panjang gelombang nm, selain itu warna asli kayu ini dapat memantulkan cahaya. Sedangkan warna putih, merupakan cahaya monokromatik yang dapat menghamburkan spektrum warna tampak. Dalam Depkes (1991) dikatakan bahwa lalat suka pada cahaya. Warna kuning, putih dan warna asli kayu dapat membuat lalat tertarik berdasarkan data yang diperoleh. Data yang telah diuji hipotesis statistiknya ini sudah terlebih dahulu diuji kenormalan datanya dengan uji Chi-Kuadrat. Data yang menunjukkan normal memenuhi kriteria hitung < tabel (1-α) (k-1). Dengan value yang diperoleh hitung 2 2 untuk warna biru 9,126, hitung untuk warna hitam 5,258, hitung untuk warna 2 2 putih 8,595, hitung untuk warna kuning 4,901, hitung untuk warna merah 5,230, 2 2 hitung untuk warna coklat 5,457, dan hitung untuk warna asli kayu 8, Dengan tabel (1-α) (k-1) adalah 11,070, sehingga semua data baik itu data kepadatan lalat pada fly grill warna Biru, Putih, Coklat, Merah, Kuning, Hitam

12 dan warna Asli Kayu data yang diperoleh signifikan artinya berdistribusi normal sehingga data yang diperoleh dapat dilanjutkan untuk diuji hipotesis statistiknya. Selama pengukuran kapadatan lalat peneliti juga mengukur suhu dan kelembaban. Depkes (1991) menjelaskan bahwa lalat mulai terbang pada temperatur 15 0 C dan aktifitas optimumnya pada temperatur 21 0 C. Pada temperatur di bawah 7,5 0 C tidak aktif dan di atas 45 0 C terjadi kematian pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan dapat dikatakan bahwa kelembaban udara sangat berpengaruh bagi kepadatan lalat, hal ini dijelaskan bahwa jika suhu udara dibawah atau dingin maka kelembaban udara tinggi yang juga diikuti oleh perubahan tingkat kepadatan lalat yang menunjukkan tingkat kepadatan lalat meningkat. Dengan bertambahnya kelembaban suatu lokasi maka kepadatan lalat meningkat. Namun pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5 bahwa pada pagi hari ketika keadaannya lembab tingkat kepadatan lalat rendah yang seharusnya kepadatan lalatnya tinggi. Hal ini disebabkan oleh aktifitas di TPI pada pagi hari. Karena pada pagi hari TPI banyak dipadati pembeli yang lalu lalang sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu, jika dibandingkan kondisi pagi, siang dan sore keadaannya sangat berbeda. Dimana pada pagi hari TPI belum menghasilkan bau yang terlalu busuk karena ikan yang diperdagangkan masih segar serta tingkat kebersihannya masih bersih jika dibandingkan pada siang hari dan semakin sore. Karena pada siang hari dan sore hari bau busuk yang dihasilkan semakin menusuk serta ketika semakin siang dan sore hari mulai ada sisa-sisa potongan ikan-ikan kecil yang tergelatak di saluran air, tempat pembuangan sampah serta papan tempat penjualan bekas pagi hari. Aktifitas di TPI semakin siang sampai sore mulai sunyi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Yang berarti bahwa terdapat

13 pengaruh antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Saran Dalam pengukuran kepadatan lalat disarankan dapat menggunakan fly grill dengan menggunakan warna yang cerah dan dapat memantulkan cahaya seperti warna kuning, putih dan warna asli kayu.

14 DAFTAR PUSTAKA Bangun, Denise Alchin Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera Rephsilidae) Pada Pertanaman Jeruk Manis (Cetros spp) di Desa Sukabulu Kabupaten Karo. ( E01167.pdf, diakses 17 Januari 2013) Depkes RI Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta: DITJEN PPM dan PLP Gamma, R Study Deskriptif Jenis Warna Container Berkembangbiak Nyamuk Aedes Aegypti di Kompleks Asrama Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Depkes Manado. Karya Tulis Ilmiah, Jenjang Pendidikan Diploma III Departemen Kesehatan RI Jurusan Kesehatan Lingkungan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. ( %20vektor%20penyakit%20lingkungan&source=web&cd=2&ved=0CCsQF jab&, diakses 14 September 2013) Riduwan dan Sunarto Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta Sayono, Mardhotillah dan Martini Pengaruh Aroma Umpan dan Warna Kertas Perangkap terhadap Jumlah Lalat yang Terperangkap (Online), Vol. 2 No. 2. ( /view/276, diakses 14 September 2013). Umariyah, Lilik Peningkatan Kualitas Kayu Intsia Bijuga dengan Adsorpsi Senyawa Kompleks Fe.SCN. (sk.4_prosiding skripsi kimia FMPA-ITS) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan tentang+kesehatan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozzila:en- US:official, diakses 17 November 2013 Widyati dan Yuliarsih Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: PT Grasindo.

15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD PPI) Kota Gorontalo terletak di kelurahan Tenda Kecamatan

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalat merupakan salah satu insekta Ordo diptera yang merupakan anggota kelas Hexapoda atau insekta mempunyai jumlah genus dan spesies yang terbesar yaitu mencakup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI Asna Umar, Helina Jusuf, Lintje Boekoesoe 1 asnaumarkesmas@gmail.com

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty Suprapto Abstrak Penyakit demam berdarah dangue adalah salah satu penyakit yang paling menonjol di Indonesia yang disebarkan oleh gigitan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BERBAGAI BENTUK FLY TRAP DAN UMPAN DALAM PENGENDALIAN KEPADATAN LALAT PADA PEMBUANGAN SAMPAH JALAN BUDI LUHUR MEDAN TAHUN 2016

EFEKTIFITAS BERBAGAI BENTUK FLY TRAP DAN UMPAN DALAM PENGENDALIAN KEPADATAN LALAT PADA PEMBUANGAN SAMPAH JALAN BUDI LUHUR MEDAN TAHUN 2016 EFEKTIFITAS BERBAGAI BENTUK FLY TRAP DAN UMPAN DALAM PENGENDALIAN KEPADATAN LALAT PADA PEMBUANGAN SAMPAH JALAN BUDI LUHUR MEDAN TAHUN 2016 Nelson Tanjung Jurusan Kesehatan Masyarakat Poltekkes Medan `

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Lalat Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari 2011. http:// jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ Azwar,Azrul, 1995. Pengantar Kesehatan Lingkungan, PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG daerah. 3 Selama 40 tahun terakhir, zat kimia telah banyak digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

Dewi Agustina Wulandari, Lintang Dian Saraswati, Martini

Dewi Agustina Wulandari, Lintang Dian Saraswati, Martini PENGARUH VARIASI WARNA KUNING PADA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT (STUDI DI TEMPAT PELELANGAN IKAN TAMBAK LOROK KOTA SEMARANG) Effect Of Variation The Color Yellow On Fly Grill To Density Of Flies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk ordo diptera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap yang berbentuk membran. Lalat dapat menimbulkan berbagai penyakit

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: ) PENGARUH VARIASI UMPAN AROMA TERHADAP JUMLAH LALAT YANG TERPERANGKAP DALAM PERANGKAP WARNA KUNING (Studi di Kandang Sapi Dusun Tegalsari Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) Dewi Mustikawati,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI WARNA TERHADAP KUNJUNGAN LALAT RUMAH (Muaca domestica L.) DI TPAS DESA TUNGKAL SALATAN KECAMATAN PARIAMAN UTARA KOTA PARIAMAN

PENGARUH KOMBINASI WARNA TERHADAP KUNJUNGAN LALAT RUMAH (Muaca domestica L.) DI TPAS DESA TUNGKAL SALATAN KECAMATAN PARIAMAN UTARA KOTA PARIAMAN PENGARUH KOMBINASI WARNA TERHADAP KUNJUNGAN LALAT RUMAH (Muaca domestica L.) DI TPAS DESA TUNGKAL SALATAN KECAMATAN PARIAMAN UTARA KOTA PARIAMAN Silvia Susanti,, Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental quasi dengan rancangan penelitian Postes dengan kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan aegypti dan albopictus. [1] Nyamuk ini bersifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) Kumbang L. serricorne meletakkan telurnya secara tertutup pada bahan (tembakau) simpan. Telur diletakkan satu persatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air serta serangga. Apabila berbagai komponen lingkungan mengandung bahan berbahaya seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan BAB V PEMBAHASAN A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit disebabkan oleh virus dengue. [1] Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT Risnawati R.Utina, Herlina Jusuf, Lintje Boekoesoe 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti Yadi ABSTRAK Penyakit menular melalui vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan sekolah merupakan syarat sekolah sehat. Upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha tani. Pada belakangan tahun ini ada anggapan bahwa pengendalian hama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber: BAB IV PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber: www.slemankab.go.id) Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi. Percent IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi. Untuk mengetahui daya tolak ekstrak daun pandan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara tropis. Negara ini memiliki wilayah perairan yang luas dan beranekaragam spesies terutama filum Arthropoda. Beberapa diantaranya seperti

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti Safria R. Habibie 1), Herlina Jusuf 2), Lia Amalia 3) 1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil survei terhadap 30 responden di setiap lokasi mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug dapat

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI Wilma Angela, 2009, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG BANDUNG

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG BANDUNG TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG BANDUNG Thefani Dwiamdhani, Drs. Denny Sukandar M.Kes Jurusan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah telah menjadi masalah klasik bagi setiap negara karena berkaitan dengan kondisi lingkungan negara itu sendiri. Tidak heran bila banyak negara mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen kuasi yang hasilnya akan dianalisis secara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel Nyamuk untuk bahan uji dalam penelitian ini berasal dari telur Aedes aegypti yang diperoleh dari wilayah Jakarta Timur yang memiliki kasus demam berdarah tertinggi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research dan pelaksanaanya menggunakan metode Eksperimen Kuasi. [23] Hal ini berfungsi untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : Pembuangan Tinja (jamban), Pengelolaan Sampah, SPAL, Kepadatan Lalat.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : Pembuangan Tinja (jamban), Pengelolaan Sampah, SPAL, Kepadatan Lalat. HUBUNGAN ANTARA SANITASI DASAR DENGAN TINGKAT KEPADATAN LALAT DI RUMAH MAKAN PASAR TUMINTING KOTA MANADO Annisa Muthmainna Kasiono*, Jootje M. L. Umboh*, Harvani Boky* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dari penyakit Demam Dengue dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Dengue atau

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG

ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG Yenni Ruslinda*, Raida Hayati Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis, 25163 *E-mail: yenni@ft.unand.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan. Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam hal peranannya sebagai salah satu

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6 HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6 PERSONAL HIGIENE HIGIENE adalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan atau ilmu yang mempelajari cara-cara yang berguna bagi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOTAK PERANGKAP NYAMUK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedesaegypti

EFEKTIFITAS KOTAK PERANGKAP NYAMUK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedesaegypti EFEKTIFITAS KOTAK PERANGKAP NYAMUK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedesaegypti Aienieng Nurahayati 1, Sayono 1 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar belakang: Kelurahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1994:7) bahwa Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI WARNA LAMPU PADA ALAT PEREKAT LALAT TERHADAP JUMLAH LALAT RUMAH (Musca Domestica) YANG TERPERANGKAP

PENGARUH VARIASI WARNA LAMPU PADA ALAT PEREKAT LALAT TERHADAP JUMLAH LALAT RUMAH (Musca Domestica) YANG TERPERANGKAP BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 29-34 PENGARUH VARIASI WARNA LAMPU PADA ALAT PEREKAT LALAT TERHADAP JUMLAH LALAT RUMAH (Musca Domestica) YANG TERPERANGKAP THE EFFECT OF VARIATIONS IN THE COLOUR OF LIGHT

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yang akan dilaksanakan di daerah pertambakan di Desa kemlagi kecamatan karanggeneng kabupaten lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci