HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT
|
|
- Lanny Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT Risnawati R.Utina, Herlina Jusuf, Lintje Boekoesoe 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Risnawati R.Utina Hubungan Faktor Iklim Dengan Penyakit Diare Di Wilayah Krja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Ha. Herlina Jusuf, Dra, M.Kes, dan Pembimbing II Dr. Lintje Boekoesoe, Dra, M.Kes. Perubahan iklim mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, salah satunya penyakit diare. Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan yang selalu masuk dalam 10 besar penyakit menonjol di setiap Puskesmas Wilayah Kota Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor iklim dengan penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. Jenis penelitian adalah Observasional Analitik. Penelitian menggunakan data sekunder yang diambil dari Puskesmas Pilolodaa untuk penyakit diare dari tahun Sedangkan data faktor iklim didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Jalaludin Isimu dari tahun Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi (Time Trend Study), dengan menggunakan analisis Korelasi Product Moment. Pengujian statistik terhadap semua variabel bebas dan terikat, ditemukan ada kekuatan hubungan/korelasi yang ditemukan yaitu suhu (r = ), kelembaban (r = ), curah hujan (r = ), hari hujan (r = 0.831). tetapi tidak terdapat korelasi yang bermakna atau tidak signifikan antara faktor iklim dengan penyakit diare dimana ρ value >α = 0.05). Untuk hari hujan dan diare mempunyai arah yang positif atau kedua variabel hubungannya searah ( apabila hari hujan meningkat maka penyakit diare juga meningkat). Oleh karena itu diperlukan beberapa hal untuk menurunkan angka penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa. Diperlukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan akses air bersih pada seluruh masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa. Kata kunci: Faktor Iklim, penyakit diare 1 Risnawati R.Utina, Mahasiswa di Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Dosen Pembimbing 1 Dr. Ha. Herlina Jusuf, Dra, M.Kes, dan Pembimbing II Dr. Lintje Boekoesoe, Dra, M.Kes.
2 Makhluk hidup memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan alam. Sekarang sudah menjadi rahasia umum bahwa alam kita sekarang sedang dilanda dengan ketidakmenentuan cuaca dan iklim atau yang sering dikenal dengan climate change (Kemenkes 2011). Salah satu bagian dari perubahan iklim yakni pemanasan global yang dikenal dengan global warming. Namun, kita sering menganggap sama kedua istilah tersebut padahal memiliki arti yang berbeda. Parameter iklim tidak panas saja, melainkan ada parameter lain seperti curah hujan, kondisi awan, angin, dan radiasi sinar matahari. Perubahan iklim ini juga memberikan dampak langsung contohnya terjadinya gelombang panas, selain itu juga terjadi kejadian alam yang ekstrim seperti badai, banjir, kekeringan, dan angin topan yang dapat merugikan kesehatan manusia dalam banyak cara yang bervariasi, dan dampak tidak langsung terhadap kesehatan manusia contohnya terjadinya gangguan atau permasalah dalam produksi dan suplai makanan, menurunnya panen bahan makanan pokok seperti sereal, padi, berdampak pada berubahnya pola penularan beberapa penyakit terhadap manusia yaitu penyakit yang ditularkan lewat vektor dan penyakit yang ditularkan lewat air (Kemenkes, 2011). Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Sumber air bersih masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia. Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian penyakit diare (Wijayanti, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bumulo (2012) mengenai Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Jenis Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kota Gorontalo, menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat, yang memiliki jamban tidak memenuhi syarat (43,7%) dan penyediaan air bersih (51,1%) yang tidak memenuhi syarat, yang menyebabkan masih banyak jumlah penderita diare di Wilayah Puskesmas Pilolodaa Kota Barat. Hal tersebut di atas seperti kurangnya akses air bersih yang aman dan fasilitas MCK akan meningkatkan risiko penyakit diare. Penyakit diare merupakan penyakit pencernaan dimana terjadinya perubahan konsistensi feses dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan mengalami diare jika feses lebih berair dari biasanya dan buang air sampai 3 kali atau lebih atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes, 2011). Penyakit diare di Kota Gorontalo, masih termasuk dalam 10 penyakit tertinggi yang ada di setiap puskesmas. Salah satunya yakni Puskesmas Pilolodaa. Menurut data sekunder dalam enam tahun terakhir penyakit diare masih menduduki urutan pertama yaitu tahun 2008 sebesar 248,11%, 2009 sebesar 237,7%, 2010 sebesar 84,44%, 2011 sebesar 194,68%, 2012 sebesar 156,478% dan tahun 2013 sebesar 103,68%. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan studi ekologi menurut waktu (Time Trend Study). Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan melihat faktor iklim, seperti
3 curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban udara, sebagai variabel independennya serta penyakit diare sebagai variabel dependennya. Adapun teknik analisis data menggunakan Korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, jumlah penyakit diare tiga tahun terakhir sebanyak 1712 penderita. Berikut tabulasi penderita penyakit diare, di wilayahkerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat tahun 2011 sampai 2013 : Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Penderita Diare Sumber : Puskesmas Pilolodaa Gambar 4.1 Penyakit Diare Tahun Berdasarkan grafik 4.1 terlihat bahwa garis tren penyakit menujukan adanya penurunan penyakit dari tahun Penderita penyakit diare setiap tahun, terlihat tahun 2011 penyakit diare termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah penderita sebanyak 637 penderita, tahun 2012 mengalami penurunun penderita penyakit diare yaitu 548 penderita, sedangkan tahun 2013 kembali terjadi penurunan penyakit diare menjadi 527 penderita. Jika dilihat secara keseluruhan, tren penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat terlihat menurun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun Dembe 1 Lekobalo Pilolodaa Sumber : Puskesmas Pilolodaa Gambar 4.2 Penderita diare berdasarkan kelurahan Dari grafik 4.2 terlihat bahwa jumlah penderita diare yang tertinggi selama tiga tahun terakhir pada kelurahan lekobalo yaitu tahun 2011 yaitu 394 penderita, tahun 2012 yaitu 288 penderita dan tahun 2013 sebanyak 276 penderita.
4 Berdasarkan laporan penyakit diare dari puskesmas pilolodaa diketahui bahwa penyakit diare banyak terjadi pada kelompok umur lebih dari 5 tahun sebesar 62%, kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 27%, dan pada kelompok umur kurang dari 1 tahun sebanyak 10%. Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu wilayah yang dihitung dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasil uji statistik menerangkan bahwa hubungan terjadi hubungan sangat kuat antara suhu dan diare yaitu (r = ), dengan penjelasan tidak signifikan antara suhu dengan penyakit diare (ρ=0.058 > α=0.05). Menunjukan arah hubungan yang tidak searah. Hubungan antara kelembaban dengan penyakit diare menunjukkan hubungan yang sangat kuat (r= -0,993) dan menunjukkan hubungan dengan pola yang negatif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara kelembaban memiliki hubungan yang tidak signifikan (ρ=0.074) terhadap penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa. Hubungan curah hujan dengan penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa memilliki hubungan sangat kuat (r= -0,996) dan hubungan ini bersifat negatif. Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi tidak signifikan (ρ=0,057>α=0.05) antara curah hujan dan penyakit diare dengan kata lain tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang di uji. Hubungan korelasi yang terjadi bersifat sangat kuat (r=0,831), dengan arah hubungan positif atau searah. Hasil analisis statistik memperlihatkan hasil hubungan yang tidak signifikan yaitu (ρ = 0.375). Hubungan yang signifikan apabila (ρ value < 0.05) Pembahasan Berdasarkan uaraian di atas penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkorelasi positif dengan penyakit diare seperti kurang baiknya sistem pembuangan sampah, kebiasaan mengkonsumsi makanan dipinggir jalan, pendapatan rumah tangga yang rendah, kurangnya pengetahuan kesehatan, tempat tinggal yang rawan banjir, tempat tinggal di rumah kayu, dan tidak memilki toilet pribadi, jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat dan jarak jamban yang kurang dari 10 meter dari sumber air bersih. Faktor-faktor inilah yang masih membuat jumlah penderita diare masih tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa. Laporan tahunan untuk wilayah yang terdapat banyak penderita diare berada di Kelurahan Lekobalo dari data tiga tahun terakhir sebesar 958 penderita, untuk Kelurahan Dembe 1 yaitu 623 penderita, sedangkan untuk Kelurahan Pilolodaa dengan jumlah 124 penderita. Tingginya penderita diare di Kelurahan Lekobalo yang terjadi dimungkinkan karena banyaknya jumlah kunjugan yang tercatat. Hal ini juga di sebabkan masih ada juga Lingkungan dari Kelurahan Lekobalo yang masih mempunyai kawasan yang tidak bisa di jangkaw dengan kendaraan umum karena daerah tersebut terletak di atas pegunungan kapur yaitu Lingkungan V. Kelurahan Lekobalo termasuk juga Kelurahan yang rawan banjir, karena di kawasan tersebut kurang saluran-saluran air dan letak wilayahnya yang
5 berdekatan dengan kawasan sungai, sanitasi lingkungan yang kurang baik, hujan yang lebat bahkan tanpa disertai banjir pun dapat meningkatkan insiden diare sebagai dampak dari sistem pembuangan limbah yang kurang bagus, dengan sering terjadinya banjir di wilayah ini, banyak sumber-sumber air minum yang tercemar seperti sumur gali. Hasil uji yang telah di hasilkan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa faktor iklim suhu yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa dengan penyakit diare yang terjadi memiliki hubungan yang sangat kuat/sempurna yaitu (r = ) dan hubungan yang terjadi bersifat negatif mengindikasikan pola hubungan antara suhu dengan diare adalah tidak searah yaitu dimana dapat di artikan nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y menurun. Dari uji statistik bahwa suhu memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap penyakit diare yang terjadi dimana (ρ = 0,058 > 0.05). Hubungan yang signifikan jika p value yang dihasilkan kecil dari 5% (ρ<0,005). Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan mengenai hubungan suhu dengan penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kota Barat dimana hubungan penyakit dengan suhu bersifat negatif, sejalan dengan hasil yang ditemukan oleh Hashizume (2007) di Dhaka yang menunjukkan risiko potensial kasus diare terlihat menurun ketika adanya kenaikan suhu. Unsur kelembaban juga menjadi faktor utama dalam mengukur iklim baik secara global ataupun pada wilayah tententu. Hasil analisis hubungan yang antara kelembaban dengan penyakit diare yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa tahun 2011 sampai 2013 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (ρ = 0.074), hubungan yang terjadi bersifat negative, dengan kekuatan hubungan sangat kuat/sempurna (r=-0,993). Hubungan dua variabel yang bersifat negatif mengindikasikan bahwa dua variabel tersebut dalam hal ini kelembaban relatif dan penyakit diare tidak searah, dalam artian jika kelembaban udara meningkat, maka penyakit diare menurun. Namun,dalam penelitian ini menjalaskan hubungan korelasi tersebut sangat kuat/sempurna. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hashizume et al., (2007), secara garis besar kelembaban relatif tidak menujukan adanya hubungan yang berarti dengan kejadian kasus diare yang terjadi, namun setelah dilakukan pengujian kembali dengan penyesuain terhadap beberapa variabel lain, seperti suhu, pola musim, dan faktor pendukung lainya, kelembaban relatif menujunjukan hubungan yang negatif. Untuk penurunan kelembaban relatif 1%, kejadian kasus diare akan meningkat sampai 2,6% (95% CI 0,0-5,3). Hasil analisis menunjukkan hubungan kekuatan korelasi yang sempurna (r = ) antara curah hujan dengan penyakit diare yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa dari tahun Selain ditemukan hubungan korelasi yang tidak bermakna atau tidak signifikan antara dua variabel yang di uji yaitu (ρ = > 0.005), dan hubungan yang terjadi bersifat negatif atau dalam arti hubungan tidak searah (dimana semakin tinggi curah hujan, maka penyakit diare menurun). Hasil uji statistik menujuhkan curah hujan memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian kasus diare (r=0,377, p=<0,05) (Su, 2008). Curah
6 hujan secara spesifik tidak berpengaruh terhadap penularan pathogen penyakit diare (Zhang et al, 2007 dalam Kolstad, 2011). Adanya perbedaan hasil temuan dari beberapa penelitian diberbagai daerah memunculkan beberapa analisis. Penyakit diare bisa meningkat bahkan menurun pada kasus kurangnya hujan atau bahkan kondisi banjir sekalipun. Tingginya suhu udara, kelangkaan air, dan bahkan air yang berlimpah disebabkan dari banjir atau hujan yang deras telah menunjukkan adanya hubungan dengan penyakit diare. Banyak kasus diare, termasuk penyakit colera meningkat setelah adanya peristiwa banjir terutama didaerah dengan fasilitas sanitasi yang buruk. Hujan yang lebat bahkan tanpa disertai banjir pun dapat meningkatkan insiden kasus diare sebagai dampak dari sistem pembuangan limbah yang kurang bagus. Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik yang dilakukan terhadap penyakit diare dengan jumlah hari hujan dari tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (ρ = 0,375 > 0.005). Hubungan korelasi yang terjadi bersifat sangat kuat/sempurna yaitu (r = 0.831) dan menunjukan arah positif dengan kata lain searah (semakin tinggi hari hujan maka semakain banyak penderita diare). Curah hujan dan hari hujan merupakan dua varibel yang sangat berkaitan. Logikanya saja, semakin banyak hari hujan yang terjadi, maka curah hujan juga akan semakin banyak pula. Drayna (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa curah hujan dan hari hujan berkaitan dengan peningkatan kasus gastroenterisi akut. Kasus AGI (Acute Gastrointestinal Disease) meningkat 11% ketika hari hujan 4 hari atau lebih sebelumnya. Selain itu, kasus AGI juga meningkat pada musim dingin. SIMPULAN DAN SARAN Adapun simpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor iklim dengan penyakit diare dalam hubungan yang dihasilakan yaitu ke dua variabel memiliki kekuatan hubungan sangat kuat dimana (r ) mendekati -1 dan +1. Dengan keeratan hubungan tidak signifikan dimana ρ value > α 0.005, sedangkan untuk hari hujan mempunyai nilai positif atau searah (dimana jika hari hujan meningkat maka, penyakit diare meningkat). Penyakit diare sangat berkaitan erat dengan faktor lingkungan yang kurang bagus, misalnya kurangnya akses air bersih, sanitasi yang buruk dan masih buruknya kebersihan perorangan. Oleh karena itu diperlukan beberapa hal untuk menurunkan angka penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa. Diperlukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan akses air bersih pada seluruh masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa.
7 DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, (2007). Faktor Resiko Diare pada Bayi Dan Balita Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 11: UI. Depok Ami, D. (2011). Lingkungan: Perubahan Iklim dan kependudukan dalam pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Ernyasih. (2012). Hubungan Iklim (Suhu Udara, Kelembaban, Curah hujan, Kecepatan Angin) Dengan Kasus Diare Di DKI Jakarta Tahun Tesis Magister Kesehatan Masyarakat. UI. Depok Hashizume, M. (2007). Rotavirus infections and climate variability in Bangladesh : A time-series analysis. Epidemiologi Infection, 136, Hariyani, S. (2011). Hubungan Perubahan Iklim Dengan Kejadian Penyakit DBD Pada Daerha Tertinggi Di Kota Padang Tahun Skripsi Kesehatan Masyarakat. UA. Padang.
8
9
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini merupakan fenomena yang telah memberikan dampak yang luas secara global. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara
Lebih terperinciKata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga
HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data UNICEF dan WHO tahun 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi dan nomor 5 bagi segala umur. 1.5 juta anak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciAnna Nur Nahari, Budiyono, Suhartono
THE RELATION BETWEEN CLIMATE VARIATION AND THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN SEMARANG 2011-2015 (CASE STUDY IN WORKING AREA OF PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG) Anna Nur Nahari, Budiyono, Suhartono Bagian Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi ekologi menurut waktu. Studi ekologi menurut waktu adalah pengamatan kecenderungan (trend) jumlah kasus (kejadian)
Lebih terperinciSLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
F. Iklim 2.9. Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah
Lebih terperinciGambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare
Lebih terperinciGAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012
Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciPENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO
PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global
PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tahun 1998 yang lalu memiliki tujuan-tujuan mulia, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperinciSkema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi
Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi
Lebih terperinci1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAN LEMBAR PERSETUJUAN... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii SURAT PERNYATAAN... ix KATA PENGANTAR... x ABSTRAK... xii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meteorologi dan geofisika yang salah satu bidangnya adalah iklim.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia meteorologi diasuh dalam Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta yang sejak tahun enam puluhan telah diterapkan menjadi suatu direktorat perhubungan
Lebih terperinciSummary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012
Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan
Lebih terperinciSTUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015
STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan
Lebih terperinciPasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara
Lebih terperinciSUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO
SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Meiko Komendangi NIM 811409156 Program Study Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan
Lebih terperinciDampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair
Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian
38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Jumlah terbesar kasus tuberkulosis paru terjadi di Asia Tenggara sebesar
Lebih terperinciSummery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )
Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciHUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN
HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN 24-213 THE RELATION OF CLIMATE (RAINFALL, TEMPERATURE, HUMIDITY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palembang terletak pada 2 59 27.99 LS-104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Palembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi
Lebih terperinciANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 3 No. 1 (2017) ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciSTASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON Alamat : Bandar Udara Pattimura Ambon 97236, ext: 274 Telp : (0911) 3300340,341172 Telp / Fax: (0911) 311751,341172 Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis atau penyakit kuning merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki**
HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds
Lebih terperinciPENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN
Lebih terperinciDampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=76899&lokasi=lokal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model
Lebih terperinciGeografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn
KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami
Lebih terperinciglobal warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.
4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim
Lebih terperinciLampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi
106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
Lebih terperinciKata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko
FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Nur Ifka Wahyuni NIM 811409109
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meteorolgi dan Geofisika yang salah satu bidangnya ialah iklim.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia meteorologi di asuh dalam Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta yang sejak enam puluhan telah di terapkan menjadi suatu direktorat perhubungan udara.
Lebih terperinciINFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono
INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan
Lebih terperinci3. BAB I. PENDAHULUAN
3. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Spasial Kesehatan Perkotaan Terlampauinya kemampuan kota dalam mendukung fungsinya sendiri menjadikan munculnya berbagai permasalahan kota. Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tambora yang merupakan salah satu dari dari 8 kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Dengan luas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory Recearch atau penelitian penjelasan yaitu menjelaskan adanya hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.Hal ini dikarenakan angka morbiditas dan mortalitas yang masih cukup
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciData Iklim Rata-Rata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Suhu ( C)*)
LAMPIRAN 9 Lampiran 1. Tabel Iklim Kawasan GKC Data Iklim RataRata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Hari Hujan (Hari)*) Suhu ( C)*) Kelembaban relatif udara (%)*) Lama Penyinaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Variasi
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik untuk menunjang proses metabolisme
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS CUACA STASIUN EKSTRIM METEOROLOGI TERKAIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013
HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian bencana dunia meningkat dan 76% adalah bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, siklon tropis, kekeringan). Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin
Lebih terperinci