BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD PPI) Kota Gorontalo terletak di kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk yakni ± 700 m. UPTD PPI ini terbentuk semenjak gorontalo belum jadi daerah otonom dimana masih termasuk wilayah provinsi Sulawesi Utara. Dalam lahan yang luasnya 0,8 Ha terdapat sarana dan prasarana atau infrastruktur yang menunjang kegiatan operasional UPTD.PPI yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Aset dan Inventaris UPTD.PPI Kota Gorontalo NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH KET 1 Gedung kantor TPI Unit 1 2 Gedung Unit 1 3 Gedung Unit 1 4 Gedung Unit 1 5 Gedung Unit 1 dipakai oleh koperasi Tinelo dipakai oleh koperasi Dulohupa dipakai oleh Satker pengawsan & TMB dipakai oleh HNSI dan POKWASMAS 6 Gedung Unit 1 Procesing Ikan 7 Dermaga Tambat Labuh Unit 1 8 Mesjid Unit 1 9 Bangsal Lelang Unit 2 10 Bangsal Pembuatan jarring Unit 1 11 Gedung Pertemuan Nelayan Unit 1 12 Pos Penjaringan Unit 2 38

2 39 13 Pabrik Es Unit 1 Belum beroperasi 14 Dispensing Bahan Dikelola oleh bakar Unit 1 Koperasi Dulohupa 15 Toilet Unit 2 16 Instalasi air PDAM Unit 2 17 Bak Penampungan air Unit 1 18 Tempat / pos penyimpanan Pompa air Unit 1 19 PLN Unit 2 20 Lemari Kaca Buah 2 21 Lemari biasa Buah 1 22 Meja Buah Kursi Buah 6 24 Kursi plastik Buah Komputer Unit 1 26 Kipas Angin Buah 1 27 Radio Olban (pantai ) Unit 1 28 Radio HT Unit 7 29 Audio / Pengeras suara Unit 1 30 Kendaraan Roda dua Buah 1 31 Kendaraan Roda empat/box Buah 1 Sumber : Data Profil UPTD PPI Kota Gorontalo

3 40 bawah ini. Secara layout gambaran lokasi UPTD.PPI dapat dilihat pada gambar 4.1 di Gambar 4.1 Layout UPTD.PPI Kota Gorontalo (Sumber : data profil UPTD PPI Kota Gorontalo) 4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa tingkat kapadatan lalat yang diperoleh melalui pengukuran langsung di Tempat Pelelangan Ikan. Hasil penelitian didapatkan dengan membandingkan tingkat kepadatan lalat di masing-masing fly grill yang berbeda warna. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama tiga

4 41 hari berturut-turut diperoleh data rerata kepadatan lalat ke tujuh jenis warna fly grill pada waktu pagi, siang, dan sore, serta rerata kepadatan lalat perwarna. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil pengukuran kepadatan lalat yang menggunakan beberapa jenis warna fly grill di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo tahun 2014 Jenis Warna No Waktu Putih Asli Coklat Hitam Merah Biru Kuning Rerata kayu 1 Hari pertama 2 Hari kedua 3 Hari ketiga Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore , , , , , , , , ,14 Rerata 10,89 12,44 7 5,67 6,44 5,33 17,56 Sumber: Data Primer Untuk rincian hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 2. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban di TPI Kota Gorontalo. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini Tabel 4.3 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara dan kepadatan lalat semua jenis warna fly grill di lokasi penelitian di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo tahun 2014 No Waktu Suhu Kelembaban Kepadatan 1 Pagi 28 o C 96.5% 7,57 2 Siang 33 o C 89.8% 8,52 3 Sore 29 o C 94.8% 11,90 Sumber: Data Primer Data di atas ini merupakan pengukuran suhu dan kelembaban selama tiga hari yang telah dirata-ratakan berdasarkan waktu yaitu pagi, siang, dan sore.

5 42 Begitu juga dengan kepadatan lalat, adalah hasil rata-rata kepadatan lalat semua warna selama tiga hari dan telah dirata-ratakan berdasarkan waktu. Data kepadatan lalat di atas dideskripsikan dalam grafik batang berdasarkan nilai rerata masing-masing warna fly grill. Hal ini dilakukan untuk melihat warna apa yang paling tinggi tingkat kepadatan lalat melalui perbandingan tinggi batang grafik. Untuk hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2 Grafik Rerata kepadatan lalat yang hinggap pada setiap warna fly grill Dari gambar di atas dapat diinterpretasikan bahwa warna kuning adalah warna yang paling disukai oleh lalat yang selanjutnya warna asli kayu, putih,

6 43 coklat, merah, hitam dan biru. Sesuai dengan jumlah kepadatan lalat pada tiap-tiap warna fly grill dapat terlihat jelas bahwa warna fly grill yang paling disenangi dari yang paling tertinggi sampai pada yang terendah yaitu warna kuning dengan jumlah rerata kepadatan lalat 17,56, warna asli kayu dengan jumlah rerata kepadatan lalat 12,44, warna putih dengan jumlah rerata kepadatan lalat 10,89, warna coklat dengan jumlah rerata kepadatan lalat 7, warna merah dengan jumlah rerata kepadatan lalat 6,44, warna hitam dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,67 dan warna biru dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,33. Selain itu, hasil yang diperoleh di atas juga dapat dibuat persentase hasilnya berdasarkan masing-masing warna. Dari hasil perhitungan pada lampiran 6 diperoleh bahwa rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill dapat dipersentasekan sebagai berikut : Putih 16,92 %, Asli Kayu 18,46, Coklat 10,77 %, Hitam 9,23 %, Merah 9,23 %, Biru 7,69 %, Kuning 27,69. Sehingga jika dilihat dari rata-rata persentase kepadatan lalat per masing-masing warna fly grill warna yang paling disukai jika diurutkan adalah sebagai berikut : warna kuning, asli kayu, putih, coklat, merah, hitam dan biru. Untuk perbedaan kepadatan lalat berdasarkan rata-rata persentase per warna fly grill dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini.

7 44 Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata kepadatan Lalat Tiap Warna fly grill Dari grafik di atas dapat diinterpretasikan bahwa tingkat kepadatan lalat pada fly grill warna kuning paling besar dan yang tingkat kepadatan lalat paling sedikit adalah fly grill warna biru. 4.3 Analisis Data Pengujian normalitas data Pengujian normalitas data merupakan salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam menentukan statistik uji yang akan digunakan dalam pengujian data selanjutnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Pengujian statistik data ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji kecocokan dengan statistik uji chi-kuadrat pada taraf nyata α = 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji chi-kuadrat seperti terdapat pada lampiran 3 dengan hasil yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.4 berikut ini.

8 45 Warna Fly Grill Biru Hitam Putih Kuning Merah Coklat Asli Kayu Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kepadatan Lalat Jenis Pengukuran Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat Jumlah Kepadatan Lalat 2 hitung 2 tabel Keterangan 9,126 11,070 Normal 5,258 11,070 Normal 8,595 11,070 Normal 4,901 11,070 Normal 5,230 11,070 Normal 5,457 11,070 Normal 8,586 11,070 Normal Dari tabel di atas terlihat bahwa 2 2 hitung< tabel (1-α) (k-1), dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis H 0 diterima yang berarti data yang diperoleh terdistribusi normal Pengujian hipotesis Berdasarkan hasil pengujian normalitas didapatkan data terdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik One Way-Anova(anova satu jalur). Dengan menggunakan statistik uji One Way-Anova dilihat perbedaan yang signifikan antara penggunaan berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat di TPI, jika F hitung F tabel. Sehingga, jika terdapat perbedaan yang

9 46 signifikan antara penggunaan berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Dengan menggunakan uji statistik One Way-Anova untuk uji hipotesis, diperoleh serangkaian unsur data pokok dalam perhitungan One Way-Anova dalam tabel di bawah ini. Sumber Variasi Kelompok (K) JK k ( Tabel 4.5 Pengujian One Way-Anova Jumlah Kuadrat (JK) d.b MK F X n k k (268,96 298,911059, ,42 361, ,25) 5522, ,18 ) 2 ( X N T ) 2 db k = K 1 = 9-1 = 8 MK k JK db k k 1086, ,77 Nilai F hitung MK k Fo MK d 135,77 14,27 9,51 Dalam (d) JK d JK T JK 1856,811086,18 770,63 k db d = N K = 63-9 = 54 JK MK D db D d 770, ,27 Nilai F tabel (8.54) = 2,114 Total (T) 2 2 ( X ) T JK T X T db N T = N 1 = , ,28 = ,81 Berdasarkan hasil uji hipotesis sesuai yang terdapat pada tabel di atas diperoleh perbandingan antara harga F hitung dengan F tabel seperti pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Uji Hipotesis Statistika F hitung F tabel (α= 5%,dk= (8, 54) Keterangan 9,51 2,114 H 0 ditolak

10 47 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 9,51 Sedangkan F tabel diperoleh pada taraf kepercayaan 0,05 diperoleh (α=0,05; (dk k, dk d ) sebesar 2,114. Dengan demikian secara statistik dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan terima H 1. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu, sehingga dapat diketahui terdapat pengaruh penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. 4.4 Pembahasan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variasi warna fly grill untuk mengukur tingkat kepadatan lalat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Fungsi penggunaan variasi warna pada fly grill adalah untuk melihat warna yang paling disukai oleh lalat. Karena dilihat dari sifatnya, menurut Rozendaal (dalam Sayono dkk, 2005) menyatakan bahwa: Kepadatan dan penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan tempat. Warna fly grill yang digunakan antara lain Biru, Hitam, Putih, Kuning, Merah, Coklat dan warna Asli Kayu. Warna fly grill ini diperoleh dari pewarnaan cat yang bermerek Avian dengan no cat Biru 733, Hitam 0, Putih 0, Kuning 466, Merah 192, Coklat 301. Penggunaan merek cat yang digunakan adalah cat yang sama untuk semua jenis warna yang digunakan. Sedangkan untuk jenis kayu yang digunakan adalah kayu Buarao. Fly grill yang digunakan adalah fly grill dengan ukuran total 80 cm x 80 cm, dengan per bilah kayu 80 cm x 2 cm dan tebal 1 cm. Fly grill dibuat dengan spasi 2 cm per bilah kayu.

11 48 Pengukuran kepadatan lalat yang dilakukan di TPI ini dilakukan pengukuran di tiga titik lokasi yaitu di bagian tengah TPI dan bagian ujung-ujung TPI. Pengukuran dilakukan dengan serangkaian pengukuran pada 7 buah fly grill dengan 10 kali pengulangan pengukuran untuk ke 7 warna fly grill. Hal ini dilakukan untuk melihat jumlah kepadatan lalat pada fly grill yang berbeda warna melalui pengontrolan durasi waktu 30 detik untuk tiap kali pengukuran yang sama untuk masing-masing fly grill yang berbeda warna. Hasil pengukuran akhir merupakan hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat di tiga titik lokasi untuk masing-masing warna fly grill. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill disimpulkan bahwa warna fly grill yang paling disukai jika diurutkan adalah warna kuning, asli kayu, putih, coklat, merah, hitam dan biru. Hal ini menunjukkan bahwa warna fly grill yang paling disukai lalat adalah warna kuning kemudian warna asli kayu dan selanjutnya warna putih, sedangkan untuk fly grill yang memiliki kepadatan lalat yang rendah menunjukkan bahwa lalat kurang tertarik pada warna tersebut seperti warna coklat, merah, hitam dan terutama warna biru. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kusnaedi (dalam Sayono dkk, 2005), yang menyatakan bahwa lalat lebih tertarik pada warna kuning. Menurut Bennet (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa lalat lebih tertarik pada warna putih serta menurut Azwar (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa lalat kurang tertarik (takut) pada warna biru. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfa (2010), rata-rata kepadatan lalat

12 49 dari yang tertinggi sampai dengan terendah yaitu dimulai dengan warna asli kayu, warna putih, warna kuning, warna merah, warna biru, warna hitam, dan warna coklat. Hal ini hampir sama dimana rata-rata kepadatan lalat yang tertinggi pada warna kuning, putih dan warna asli kayu serta kapadatan lalat terendah pada warna coklat, merah, biru, dan hitam. Jika dilihat dari perolehan data secara langsung dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Tidak hanya diinterpretasi seperti di atas berdasarkan rerata hasil pengukuran yang diperoleh langsung, data yang telah diperoleh ini juga akan dilakukan uji statistik untuk membuktikan hipotesis statistik yang telah dibuat. Data yang telah dideskripsikan diuji kembali dengan menggunakan One Way- Anova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Hasil uji one way Anova yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji F signifikan pada kelompok uji yang ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 9,51 yang lebih besar dari pada F tabel(8.54) sebesar 2,114 (F hitung F tabel ), diperkuat dengan nilai kritik α = 5% atau 0,05. Hasil ini menjelaskan bahwa H 0 ditolak dengan hipotesis statistik H 0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Dengan kriteria pengujian untuk hipotesis adalah Kriteria pengujian untuk hipotesis adalah tolak H 0 jika harga F hitung F tabel maka artinya signifikan dan jika F hitung F tabel maka berarti terima H 0 artinya tidak signifikan

13 50 dengan taraf signifikan 5% atau 0,05. Artinya hasil uji hipotesis statistik penelitian ini menolak H 0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang dibuat terterima yaitu terdapat pengaruh tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu. Jadi terlihat bahwa terdapat pengaruh penggunaan variasi warna fly grill. Hal ini jika dihubungkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Depkes RI, 1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut Sadili dkk dalam Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul karena suatu benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang merupakan salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat berkontraksi terhadap warna sehingga preferensinya berbeda pula terhadap warna. Metclaf (dalam Bagun, 2009), menyatakan bahwa Serangga lebih tertarik pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang nm. Adapun warna yang berada pada rentang panjang gelombang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

14 51 Gambar 4.4 Spektrum warna Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lalat sangat menyukai warna kuning. Sehingga warna kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap lalat atau alat untuk mengukur kepadatan lalat. Untuk warna asli kayu, Umaniyah (2010) menyatakan bahwa panjang gelombangnya berkisar antara nm dan Sasas (2000) mengatakan milton roy colour memiliki panjang gelombang nm, selain itu warna asli kayu ini dapat memantulkan cahaya. Sedangkan warna putih, merupakan cahaya monokromatik yang dapat menghamburkan spektrum warna tampak. Dalam Depkes (1991) dikatakan bahwa lalat suka pada cahaya. Warna kuning, putih dan warna asli kayu dapat membuat lalat tertarik berdasarkan data yang diperoleh. Data yang telah diuji hipotesis statistiknya ini sudah terlebih dahulu diuji kenormalan datanya dengan uji Chi-Kuadrat. Data yang menunjukkan normal memenuhi kriteria hitung < tabel (1-α) (k-1). Dengan value yang diperoleh hitung 2 2 untuk warna biru 9,126, hitung untuk warna hitam 5,258, hitung untuk warna 2 2 putih 8,595, hitung untuk warna kuning 4,901, hitung untuk warna merah 5,230, 2 2 hitung untuk warna coklat 5,457, dan hitung untuk warna asli kayu 8,586.

15 52 2 Dengan tabel (1-α) (k-1) adalah 11,070, sehingga semua data baik itu data kepadatan lalat pada fly grill warna Biru, Putih, Coklat, Merah, Kuning, Hitam dan warna Asli Kayu data yang diperoleh signifikan artinya berdistribusi normal sehingga data yang diperoleh dapat dilanjutkan untuk diuji hipotesis statistiknya. Selama pengukuran kapadatan lalat peneliti juga mengukur suhu dan kelembaban. Depkes (1991) menjelaskan bahwa lalat mulai terbang pada temperatur 15 0 C dan aktifitas optimumnya pada temperatur 21 0 C. Pada temperatur di bawah 7,5 0 C tidak aktif dan di atas 45 0 C terjadi kematian pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan dapat dikatakan bahwa kelembaban udara sangat berpengaruh bagi kepadatan lalat, hal ini dijelaskan bahwa jika suhu udara dibawah atau dingin maka kelembaban udara tinggi yang juga diikuti oleh perubahan tingkat kepadatan lalat yang menunjukkan tingkat kepadatan lalat meningkat. Dengan bertambahnya kelembaban suatu lokasi maka kepadatan lalat meningkat. Namun pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5 bahwa pada pagi hari ketika keadaannya lembab tingkat kepadatan lalat rendah yang seharusnya kepadatan lalatnya tinggi. Hal ini disebabkan oleh aktifitas di TPI pada pagi hari. Karena pada pagi hari TPI banyak dipadati pembeli yang lalu lalang sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu, jika dibandingkan kondisi pagi, siang dan sore keadaannya sangat berbeda. Dimana pada pagi hari TPI belum menghasilkan bau yang terlalu busuk karena ikan yang diperdagangkan masih segar serta tingkat kebersihannya masih bersih jika dibandingkan pada siang hari dan semakin sore. Karena pada siang hari

16 53 dan sore hari bau busuk yang dihasilkan semakin menusuk serta ketika semakin siang dan sore hari mulai ada sisa-sisa potongan ikan-ikan kecil yang tergelatak di saluran air, tempat pembuangan sampah serta papan tempat penjualan bekas pagi hari. Aktifitas di TPI semakin siang sampai sore mulai sunyi. Kelemahan dalam penelitian ini selain yang telah dijelaskan di atas, kecepatan angin yang sering berubah-ubah juga dapat mempengaruhi populasi lalat pada saat pengukuran, dalam penelitian ini juga tidak dilakukan pengukuran sinar pantul dari setiap warna yang ada, supaya untuk mengetahui warna apa yang memiliki pantulan sinar tertinggi.

PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO

PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO PENGARUH VARIASI WARNA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KOTA GORONTALO Sri Elen Husain, Sunarto Kadir, Lintje Boekoesoe 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalat merupakan salah satu insekta Ordo diptera yang merupakan anggota kelas Hexapoda atau insekta mempunyai jumlah genus dan spesies yang terbesar yaitu mencakup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000 P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO JUWANA PATI Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa retribusi jasa usaha

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba. ika penerimanya adalah manusia atau orang, bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama yaitu : KONSEP DASAR AKUSTIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, karena itu diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Tabel 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, karena itu diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Tabel 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Hasil Penelitian 4.. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel 0 (skor tes awal) Kegiatan penelitan ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperiman semu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin, tersebar secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO) PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan model pembelajaran eksperimen dengan desain post test group design yakni menempatkan subjek penelitian ke dalam

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Program : X/Inti Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Juni 2008 Waktu : 120

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen semu, dengan desain yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yang akan dilaksanakan di daerah pertambakan di Desa kemlagi kecamatan karanggeneng kabupaten lamongan

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...

Lebih terperinci

Perubahan Sifat Benda

Perubahan Sifat Benda Bab 6 Perubahan Sifat Benda Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. menjelaskan berbagai perubahan sifat pada benda (seperti bentuk, warna, dan rasa) akibat pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Lingkungan Fisik dan Fasilitas Fisik Aktual Lingkungan Fisik Temperatur Temperatur pada ruangan-ruangan yang ada di lantai 3 dan 5 gedung GWM ini tidak merata

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) Kumbang L. serricorne meletakkan telurnya secara tertutup pada bahan (tembakau) simpan. Telur diletakkan satu persatu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. DESKRIPSI DATA Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data yang diperoleh

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian di Indonesia pada saat ini telah membuat perusahaan semakin bersaing satu sama lain. Terutama di era globalisasi ini,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

Dewi Agustina Wulandari, Lintang Dian Saraswati, Martini

Dewi Agustina Wulandari, Lintang Dian Saraswati, Martini PENGARUH VARIASI WARNA KUNING PADA FLY GRILL TERHADAP KEPADATAN LALAT (STUDI DI TEMPAT PELELANGAN IKAN TAMBAK LOROK KOTA SEMARANG) Effect Of Variation The Color Yellow On Fly Grill To Density Of Flies

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Negeri 1 Limboto sebelumnya bernama Sekolah Menengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Negeri 1 Limboto sebelumnya bernama Sekolah Menengah 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil Penelitian.. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri Limboto sebelumnya bernama Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) Negeri Limboto yang berdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Skor hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa. Data hasil penelitian didapatkan dengan membandingkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi dari penelitian yang berjudul Hubungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci